You are on page 1of 16

Hakikat Sumber Belajar 1.

Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. [1] 2. Fungsi Sumber Belajar

Sumber belajar memiliki fungsi : Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. [2] Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa. 3. Jenis-jenis Sumber Belajar

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. Dari pengertian sumber belajar tadi melahirkan beberapa pembagian jenis sumber belajar. Ada yang membagi menjadi enam jenis dengan rincian pertama, sumber berupa pesan. Kedua, manusia, ketiga peralatan, keempat, bahan kelima, teknik/metode dan keenam lingkungan/setting. Sebagian lain membaginya menjadi dua jenis, pertama sumber belajar yang dirancang (by designed) yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat dan dipergunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan tertentu. Contohnya buku, slide, ensiklopedi dan film (VCD). Kedua, sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar yaitu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan/digunakan (by utilization) berada di masyarakat dan tidak dirancang secara khusus. Contohnya pasar, tokoh masyarakat, museum, lembaga pemerintahan dsb. Berbagai jenis sumber belajar tersebut, pada dasarnya tidak boleh dilihat secara parsial. Hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dalam sebuah proses pembelajaran. Semua jenis sumber belajar yang memang sesuai, perlu dipertimbangkan demi tercapainya pembelajaran lebih baik. Dengan demikian diharapkan akan berdampak positif terhadap hasil pembelajaran. 4. Kriteria Sumber Belajar

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: a. b. c. d. ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional; dan

e. sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa. Dalam definisi konseptual kawasan teknologi pendidikan AECT tahun 1986 yang diadaptasi Miarso, sumber belajar atau komponen sistem instruksional terdiri atas: orang (sumber daya), isi pesan, bahan, alat, teknik, dan latar.[3] Komponen sumber belajar di atas dijabarkan sebagai berikut.

1) Pesan (Message) Pesan atau informasi yang disampaikan adalah ajaran/ informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.[4] Dalam penelitian ini, pesan atau informasi yang disampaikan adalah materi menyimak berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK dan KD) kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). 2) Orang (man) Orang yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan.[5] Dalam penelitian ini Guru adalah salah satu sumber belajar yang berperan penting, terutama sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menyimak mata pelajaran. Juga siswa, sebagai pusat pembelajaran, merupakan sumber belajar yang dapat berbagi pesan atau informasi secara aktif dan kreatif, baik sesama siswa maupun kepada guru. 3) Bahan (Material) Bahan adalah sesuatu (biasa disebut media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri,[6] misalnya transparansi, film, kaset, CD audio atau VCD dan sebagainya. Bahan yang digunakan penelitian ini dalam pembelajaran menyimak antara lain: kaset, CD, dan VCD. 4) Alat (devices) Alat adalah sesuatu (biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan,[7] misalnya: proyektor bingkai film, over head, radio, TV, CD/VCD player, infocus atau LCD proyektor, dan sebagainya. Alat yang digunakan penelitian ini dalam pembelajaran menyimak di antaranya: Tape, TV, radio, VCD player, LCD proyektor. 5) Metode (Method) atau Teknik (Tecnique) Metode atau teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralalatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.[8] Metode yang digunakan penelitian ini dalam pembelajaran menyimak adalah metode konstruktivistik. Metode yang didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri atau menemukan, dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). Metode atau sistem pembelajaran konstruktivistik didesain menurut Seels untuk menjadi solusi masalah-masalah berikut ini.[9] Pertama, mempertahankan perlindungan antara pembelajar dan efek pemakaian praktik instruksional yang berpotensi merusak. Kedua, menyediakan konteks pembelajaran yang mendukung otonomi dan keterkaitan. Ketiga, melekatkan alasan pembelajaran ke dalam kegiatan pembelajaran itu sendiri. Keempat, mendukung hak belajar dengan meningkatkan keterampilan dan sikap yang memungkinkan pembelajar untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar lagi dalam proses pengembangan restukturisasi. Kelima, memperkuat

kecenderungan pembelajar untuk terlibat dalam proses keinginan untuk belajar, terutama dengan menjelajahi letak kesalahan yang strategis. Selain menjadi solusi masalah di atas, metode konstruktivistik terlihat pada sebuah kelas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, terkonstruksi. Siswa bukanlah selembar kertas kosong yang di atasnya pengetahuan dapat dituangkan. Mereka hadir di kelas dengan pengetahuan, ide-ide dan pemahaman yang sudah terbentuk. Pengetahuan yang telah ada ini merupakan bahan mentah untuk pemerolehan pengetahuan baru bagi mereka. Oleh karena itu, sebelum kita memberikan bahan simakan, siswa diajak diskusi tentang topik atau peristiwa. Kedua, aktif. Siswa adalah orang yang menciptakan pemahaman baru untuk dirinya sendiri. Guru membimbing, mengarahkan, menyarankan, tapi memberikan ruang bagi siswa untuk bereksperimen, bertanya, mencoba sesuatu yang ternyata gagal. Aktivitas pembelajaran meniscayakan partisipasi penuh siswa (seperti pengalaman langsung). Dalam pelajaran menyimak siswa mencari informasi langsung dari penutur di lapangan untuk mendapatkan fakta dan opini dari sumber utama atau primer. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi siswa.[10] Ketiga, reflektif. Siswa mengendalikan proses pembelajaran mereka sendiri, dan mereka melakukannya dengan merefleksikan pengalaman mereka. Proses ini menjadikan mereka ahli dalam pembelajaran mereka sendiri. Guru menciptakan sebuah situasi di mana mereka merasa aman bertanya dan berefleksi tentang proses mereka sendiri secara individu maupun dalam kelompok. Guru juga menciptakan kegiatan diskusi tentang hasl pemcarian fakta dan opini dari masyarakat dan siswa merefleksi pengetahuan dan pengalaman mereka.[11] Keempat, kolaboratif. Kelas konstruktivis mengandalkan kerja sama antarsiswa. Alasan utama mengapa kerja sama digunakan begitu sering dalam konstrutivisme adalah bahwa siswa belajar tentang pembelajaran tidak hanya dari mereka sendiri, tetapi dari teman. Saat diskusi kelompok, siswa bekerja sama mengulas temuan fakta dan opini yang mereka dengar di lapangan atau melalui tape, kemudian mereka mencari solusi atau pemecahan dari masalah yang diberikan.[12] Kelima, berdasar keingintahuan. Kegiatan utama dalam ruang konstruktivis adalah pemecahan masalah. Siswa menggunakan metode keingintahuan untuk bertanya, menyelidiki sebuah topik yang mereka simak atau temukan di lapangan dan menggunakan sejumlah sumber daya untuk menemukan solusi dan jawaban saat berdiskusi. Siswa menjelajahi topik dengan pertanyan dalam diskusi mereka untuk menarik kesimpulan, penjelajahan pertanyaanpertanyaan tersebut membawa ke lebih banyak pertanyaan. Keenam, berkembang. Siswa memiliki ide-ide yang kemudian dapat mereka lihat tidak valid, salah, tidak memadahi untuk menjelaskan pengalaman baru. Ide-ide ini merupakan langkahlangkah sementara dalam integrasi pengetahuan. Misalnya ide-ide sederhana yang muncul saat mereka ke luar kelas memanfaatkan lingkungan sekolah untuk menciptakan puisi cinta, berkembang menjadi sebuah puisi yang indah.[13] 6) Lingkungan (setting)

Lingkungan adalah situasi sekitar tempat pesan diterima, misalnya lingkungan fisik dan nonfisik.[14] Lingkungan yang diberdayakan dalam penelitian ini di antaranya: ruang kelas, lingkungan sekolah taman, ruang audiovisual, dan sebagainya. Hal ini sangat mendukung ketika pembelajaran menyimak cerita dan pembelajaran menyimak puisi. Penggunaan lingkungan luar kelas sebagai media dapat memberikan kemudahan dan keuntungan sebagai berikut : 1) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa;

2) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya (alami) 3) 4) Bahan-bahan yang akan dipelajari lebih kaya serta faktual; Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif;

5) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.[15] Berdasarkan pengertian pemberdayaan dan sumber belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan sumber belajar merupakan proses atau cara dengan memberikan kemampuan atau kekuatan kepada pihak tertentu (dalam hal ini pihak sekolah) untuk mengatasi permasalahan sumber belajar yang meliputi enam komponen, yaitu orang (guru dan siswa), isi pesan (materi pelajaran), bahan (perangkat lunak) , alat (perangkat keras) , teknik (metode), dan latar (lingkungan).

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN
Rabu, 05 Oktober 2011 Published by My Self

A. Pengertian Sumber Belajar

Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajaradalah semua sumber ( baik berupa data, orang atau benda ) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas ( kemudahan ) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan / latar. Sedangkan menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu.

Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, antara lain : 1. sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contoh : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). 2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan khusus ( learning untuk resources keperluan

by utilization), yaitu

sumber belajar yang

tidak secara

dirancang

pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contoh : pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan sebagainya.

B. Perlunya Pemanfaatan Sumber Belajar

Sebagaimana kita ketahui dunia pendidikan semakin berkembang dengan pesat. Hal tersebut memunculkan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan agar lebih maju. Sehingga diharapkan mampu dan memiliki daya saing yang tinggi, serta memiliki kompetensi yang berkualitas untuk dapat menghadapi tantangan global. Hal ini tentunya tak lepas dari adanya sumber belajar.

Dengan adanya sumber belajar dapat menunjang kualitas pendidikan. Sumber belajar sangat diperlukan oleh berbagai pihak, tanpa adanya sumber belajar, kita tak mampu untuk mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendetail. Dengan demikian, adanya pemanfaatan sumber belajar sangat diperlukan, karena dapat menambah wawasan yang lebih mendalam.

C. Perkembangan Sumber Belajar 1. Sumber Belajar Praguru

Pada zaman praguru, sumber belajar utamanya adalah orang dalam lingkungan keluarga atau kelompok karena sumber belajar lainnya dianggap belum ada atau masih sangat langka (Sadiman, 1989: 143). Bentuk benda yang digunakan sebagai sumber belajar antara lain : batu-batu, debu, daundaunan, kulit pohon, kulit binatang dan kulit karang. Isi pesan itu sendiri ada yang disajikan dengan isyarat verbal dan ada yang menggunakan tulisan. Perbedaan ini terletak pada tingkat kemajuan peradaban masing-masing suku bangsa itu sendiri. Sumber belajar jumlahnya langka, sedangkan pencari pengetahuan jumlahnya lebih banyak, maka pengetahuan diperoleh dengan coba-coba sendiri. Oleh sebab itu kondisi pendidikan masih sederhana dan berada di bawah kontrol keluarga dan anggota masyarakat, pendidikan masih tertutup, rumusan tujuan pembelajaran tidak dirumuskan dalam kurikulum. Sehingga tidak ada keteraturan isi pembelajaran.

2.

Lahirnya Guru sebagai Sumber Belajar Utama Pendidikan pada zaman praguru tahap demi tahap berubah. Akibat perubahan itu terjadi pula perubahan pada sistem pendidikan dan pada kondisi sumber belajar komponen lainnya dari sistem tersebut. Dengan demikian terjadi perubahan pada cara pengelolaan, isi ajaran, peranan orang, teknik yang digunakan, desain pemilihan bahan, namun demikian sumber belajar masih sangat terbatas, sehingga kedudukan orang merupakan belajar utama. Proses belajar tidak lagi ditangani oleh anggota keluarga, tetapi sudah diserahkan kepada orang tertentu. Orang yang menangani secara khusus tentang pendidikan disebut Guru dibantu dengan sumber belajar penunjang yang berbentuk masih sederhana dan jumlahnya terbatas sekali. Oleh sebab itu kelancaran Proses Instruksional dan Kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru. Adapun kelebihan guru dihormati dan kedudukannya tinggi sehingga menentukan keberhasilan pembelajaran. Di sisi lain, kelemahannya jumlah siswa yang dapat dididik masih terbatas dan tugas guru sangat berat.

3.

Sumber Belajar Dalam Bentuk Cetak Adanya perkembangan industri yang cepat, pada akhirnya dapat diproduksi peralatan dan bahan yang jumlahnya besar. Dengan diketemukannya alat cetak, maka lahirlah sumber belajar baru yang berbentuk cetak lainnya yang belum pernah ada sebelumnya. Konsekuensi ditemukannya sumber belajar tersebut adalah terjadinya perubahan tugas dan peranan guru dalam pembelajaran. Semula guru merupakan sumber belajar utama yang mempunyai tugas sangat berat, dengan lahirnya sumber belajar cetak maka tugas guru menjadi ringan. Contoh sumber belajar cetak adalah: buku, komik, majalah, koran, panplet. Dengan lahirnya sumber belajar cetak ini, maka isi pembelajaran dapat diperbanyak dengan cepat dan disebarkan ke berbagai pihak dengan mudah, sehingga merupakan kejutan baru dalam sistem instruksional pada saat itu.

4.

Sumber Belajar yang Berasal dari Teknologi Komunikasi Dengan ditemukannya berbagai alat dan bahan ( hardware dansoftware) pada abad 17 memberikan efek yang sangat besar terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan. Dengan adanya istilah teknologi dalam pendidikan yang pada akhir Perang Dunia mulai II berubah menjadi ilmu baru yang disebut teknologi pendidikan dan teknologi instruksional. Pengertian teknologi dalam pendidikan populer dengan istilah audio visual, yakni pemanfaatan bahan-bahan audio visual dan berbentuk kombinasi lainnya dalam sistem pendidikan.

Pada akhir Perang Dunia II mulai timbul suatu kecendrungan baru dalam bidang audiovisual kearah dua kerangka konseptual baru yang paralel, yaitu teori komunikasi dan konsep sistem (AECT, 1977). Karena pengaruh-pengaruh ilmu sosial seperti: psikologi, sosiologi, komunikasi, teori belajar, maka cara mendesain sumber belajar lebih terarah, lebih spesipik dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Sumber belajar seperti ini lebih populer dengan istilah media instruksional. Misalnya: program televisi pendidikan, program radio pendidikan, film pendidikan, slide pendidikan, komputer pendidikan dan lain-lain. Keempat perkembangan sejarah sumber belajar ini oleh Eric Ashby dalam Sadiman (1989), disebut sebagai empat perkembangan keajaiban yang terjadi dalam dunia pendidikan sehingga dianggap sebagai revolusi pendidikan.

D. Jenis Jenis Sumber Belajar

Adapun jenis jenis sumber belajar, antara lain :

a.

Media Ada hubungan historis antara Media dengan Teknologi Pembelajaran. Meskipun istilah media sangat populer dan jelas, namun demikian mempunyai pengertian yang membatasi keseluruhan konsep sumber belajar. Pembatasan ini merupakan hasil dari pemberian konotasi yang terlalu ambisius terhadap istilah (AECT, 1977). Kecakupan ini menghasilkan istilah-istilah seperti pembelajaran non manusia, pembelajaran melalui media, yang tidak mencakup pembelajaran melalui perantaraan orang. Menggunakan istilah sumber belajar dan komponen instruksional dengan memasukkan orang sebagai salah satu kelompok sumber belajar (atau komponen) memperjelas ungkapan ini.

b. Pesan Ajaran / informasi yang akan disampaikan oleh komponen pesan, antara lain : dapat berbentuk ide, fakta, makna, dan data.

c.

Bahan Barang-barang ( lazim disebut media atau perangkat lunak / software ) yang biasanya berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian. Contoh : Buku teks, majalah, video, tape recorder, pembelajaran terprogram, film.

d.

Alat Barang-barang ( lazim disebut perangkat keras / hardware ) digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan. Contoh : OHP, proyektor film,tape recorder, video, pesawat TV, pesawat radio.

e.

Teknik Teknik merupakan prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan . Contoh : Simulasi, permainan, studi lapangan, metode bertanya, pembelajaran individual, pembelajaran kelompok ceramah, diskusi

f.

Latar Lingkungan dimana pesan diterima oleh peserta didik. Lingkungan fisik dapat berupa gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar, studio, museum, taman, peninggalan sejarah, lingkungan non fisik, penerangan, sirkulasi udara.

E. Fungsi Sumber Belajar

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka diperlukan adanya sumber belajar. Dalam hal ini sumber belajar memiliki beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Hanafi (1983: 4-6), antara lain: a. Meningkatkan produktifitas pendidikan, yaitu dengan jalan: (1) Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik. (2) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah peserta didik.

b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan: (1) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional. (2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya. c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan: (1) Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis. (2) Pengembangan bahan pelajaran yang dilandasi penelitian.

d. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan (1) Meningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai media komunikasi (2) Penyajian data dan informasi secara lebih konkrit.

e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret serta memberikan pengetahuan yang bersifat langsung. f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa, dengan jalan: (1) Pemanfaatan secara bersama lebih luas tenaga atau kejadian yang langka. (2) Penyajian informasi yang mampu menembus geografis.

F. Peranan Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran

Sumber belajar mempunyai peran yang sangat erat dengan pembelajaran yang dilakukan. Adapun peranan tersebut dalam pembelajaran, antara lain :

a. Peranan sumber belajar dalam pembelajaran Individual. Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Titik berat pembelajaran individual adalah pada peserta didik, sedang guru mempunyai peranan sebagai penunjang atau fasilitator. Sehingga peranan sumber belajar sangat diperlukan.

b. Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Klasikal Pola komunikasi dalam belajar klasikal yang dipergunakan adalah komunikasi langsung antara guru dengan peserta didik. Hasil belajar sangat tergantung oleh kualitas guru, karena guru merupakan sumber belajar utama. Sumber lain seolah-olah tidak ada peranannya sama sekali, karena frekuensi belajar didominari interaksinya dengan guru. c. Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Kelompok Pola komunikasi dalam belajar kelompok, menurut Derek Rowntere dalam bukunya Educational Technologi in Curriculum Development (1982), menyajikan dua pola komunikasi yang secara umum ditetapkan dalam belajar, yaitu pola:

(1). Buzz sessions (diskusi singkat) adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik untuk didiskusikan singkat sambil jalan. Sumber belajar yang digunakan adalah materi yang digunakan sebelumnya. (2). Controllet discussion (diskusi dibawah kontrol guru), sumber belajarnya antara lain adalah bab dari suatu buku, materi dari program audio visual, atau masalah dalam praktek laboratorium (3) Tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya adalah masalah yang ditemui dalam belajar, harian, bentuknya dapat bab dari buku, topik masalah dan tujuan instruksional tertentu. (4) Team project (tim proyek) adalah suatu pendekatan kerjasama antar anggota kelompok dengan cara mengenai suatu proyek oleh tim. (5) Simulasi (persentasi untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya) (6) Micro teaching, (proyek pembelajaran yang direkam dengan video) (7) Self helf group (kelompok swamandiri).

Daftar Pustaka :
AECT. 1977. Selecting Media for Learning. Washington DC: Association for Education Communication and Technology. Arif Sadiman, S, Raharjo, R, Anung Haryono. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Barbara B. Seels, Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology: The definition and Domains of the Field. Washington, DC: Associations and Technology.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Teknologi Instruksional. Jakarta: Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi. Gagne, R.M., & Briggs, L.J., 1979. Principles of Instructional Design, New York: Holt, Renerhart and Winston. Henry & Perceval, Elington, Fred. 1984. A Handbook of Educational technology. London: Kogan Page Ltd. Pentoville Road. Regeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theories and Models: An Overview f their Current Status. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates, 3-36. Suthardhi, SD. 1981. Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak. Analisis Pendidikan. Depdikbud. Jakarta Tahun II. (1) 146-159.

Peranan dan fungsi sumber belajar

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan suatu bangsa. Dalam melaksanakan program pendidikan diperlukan peran guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pendidika Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Di masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika.Masih banyak lagi penggunaan istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan tak mudah diamati, seperti, belajar hidup mandiri, belajar menghargai waktu, belajar berumah-tangga, belajar bermasyarakat, belajar mengendalikan diri, dan sejenisnya. Bila kita ingin lebih mengkaji lebih mendalam mengenai pendidikan dan belajar, hal yang perlu untuk tidak dilupakan adalah mengenai sumber belajar, semua kegiatan dalam belajar maupun dalam dunia pendidikan perlu adanya sumber belajar untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji dan memahami apa sebenarnya sumber belajar dalam dunia pendidikan itu. Dalam makalah ini penulis ingin menguraikan tentang pengertian sumber belajar, Jenis- jenis sumber belajar dalam pendiidikan, Fungsi sumber belajar, Kriteria memilih sumber belajar, Bagaimana memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajar, Prosedur merancang sumber belajar dan Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar B. PERANAN DAN FUNGSI SUMBER BELAJAR @ Peranan Sumber dalam Pembelajaran

Peranan sumber belajar dalam belajar klasikal Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dengan siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru mrupakan sumber belajar utama. Sumber belajar lain seolah-olah tidak ada perannya sama sekali karena frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang tersedia. Bentuk komunikasinya dapat digambarkan sebagai berikut : Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar selain guru sangat selektif dan sangat ketat di bawah kontrol dan petunjuk khusus guru. Di samping itu guru sering memaksakan penggunaan sumbr belajar tertentu yang kurang relevan dengan ciri-ciri siswa dan tujuan belajar. Dilihat dari segi jumlah siswa yang ada biasanya sumber belajar yang ada sangat terbatas.

Peranan sumber belajar dalam belajar kelompok Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar kelompok dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota kelompok. Untuk menjamin mutu dalam belajar kelompok maka perlu ditentukan besar kecilnya kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajarnya. Berikut ini disajikan pola umum yang diterapkan dalam belajar kelompok yaitu : Pada pola a) gurulah yang mengontrol kegiatan diskusi siswa. Pola dasarnya adalah serangkaian dialog antara guru dengan setiap individu, dengan cara seperti ini maka interaksi antara siswa dengan siswa relatif kecil dibandingkan dengan pola b). Pada pola b) dapat disebut sebagai pola multi komunikasi, karena komunikasi dapat dilakukan dari dan ke berbagai arah. Pengendalian diri dan kontrol dilakukan oleh anggota masing-masing dengan cara menahan diri dan memberi kesempatan kepada anggota lain. Dapat pula dikatakan bahwa sumber belajar dapat berfungsi teoritis dan praktis. Secara teoritis sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk : 1. Perencanaan Sehingga dapat diperoleh bahan sajian yang berdyaguna dan tepatguna yang dapat dipakai sebagai sumber belajar. 2. Penelitian Dengan maksud untuk menguji pengetahuan yang berhubungan dengan sumber belajar siswa, kegiatan belajar yang kegiatannya meliputi juga pembahasan sumber pustaka, pemilihan informasi yang dapat diterapkan. Secara praktis dimanfaatkan untuk : 1. Kegiatan pengadaan (produktif) Misalnya: Membuat makalah buku, film, grafis, slide, dan sebagainya termasuk di dalamnya melaksanakan penataran dan latihan. 2. Pelayanan dan pemanfaatan Tidak saja pelayanan terhadap kegiatan belajar mengajar di lembaga yang bersangkutan tetapi juga pemanfaatan sumber belajar tersebut oleh masyarakat pemakai (eksponen lainnya). Semua fungsi itu akan berperan dengan baik apabila ditunjang oleh sistem pengelolaan yang memadai, yaitu organisasi yang baik dan tenaga yang profesional yang mampu mengelola dan mengembangkan sumber-sumber beljar. Atau lebih baik lagi apabila tenaga-tenaga pengelola itu mempunyai kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan perencanaan pengajaran. @ Jenis-Jenis Sumber Belajar Dari pengertian sumber belajar melahirkan beberapa pembagian jenis sumber belajar. Ada yang membagi menjadi enam jenis sumber belajar yaitu 1. sumber berupa pesan. 2. manusia, 3. Peralatan 4. teknik/metode 5. lingkungan/setting. Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: 1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk 1. pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya 2. orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya 3. bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; 4. alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; 5. pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya 6. lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. Berbagai jenis sumber belajar tersebut, pada dasarnya tidak boleh dilihat secara parsial. Hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dalam sebuah proses pembelajaran. Semua jenis sumber belajar yang memang sesuai, perlu dipertimbangkan demi tercapainya pembelajaran lebih baik. Dengan demikian diharapkan akan berdampak positif terhadap hasil pembelajaran.

@ Fungsi Sumber Belajar Sumber belajar memiliki fungsi : 1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. 4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit. 5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.

@ Pemanfaatan Sumber Belajar

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber Belajar terdiri dari A. Lingkungan sosial Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutny B. lingkungan fisik (alam) Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya.Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam. C. PENUTUP A. Kesimpulan Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. B. Saran Adapun saran dari penulis makalah ini adalah yaitu gunakanlah makalah ini dengan sebaikbaiknya dan jadikanlah makalah ini sebagai bahan referensi untuk makalah yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

Aonim a. 2009. Sumber Belajar dalam mengefektifkan pembelajaran Siswa ( Online ) http:// Ramlannarias Blog. Com,diakses 10 April 2010 Adaptasi dari : Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta. Kurniawan Asri. 2010. Mengenal Sumber Belajar ( Online ) http : // Pena Kurniawan Asari. Com, diakses 10 April 2010 Aristo Rahadi. 2008. Belajar, Pembelajaran dan Sumber Belajar . Jakarta. Refika Utama

You might also like