Professional Documents
Culture Documents
2012 Zarudin (010701137) Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Terhadap Tekanan Darah Lansia Pada Penderita Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran xi+ 15 Halaman + 1 Tabel + 2 Gambar
adalah lansia yang menderita hipertensi pada lansia yang Sosial tinggal Wening di Unit
Rehabilitasi
Wardoyo
Ungaran. Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
samplingb berjumlah 15 lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk lanjut usia 68-75 tahun sebanyak 7 orang (46,7%), hipertensi berat 3 lansia (20,0%), hipertensi sedang 9 lansia (60,0%),
ABSTRAK
hipertensi ringan 3 lansia (20,0%) dengan uji dependent t-test didapatkan nilai t
hitung= 6,205 p-value sebesar 0,000< 0,05 Ho ditolak atau Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian jus belimbing terhadap tekanan hipertensi. Upaya untuk meningkatkan belimbing dapat darah lansia pada penderita
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh dimana tekanan darah lebih dari normal.
Seiring pertambahan usia, tekanan darah sistolik biasanya tekanan darah menurun, tetapi umumnya
kesehatan
terapi jus
digunakan sebagai alternatif intervensi untuk menurunkan tekanan darah semua orang terutama pada lansia.
diastolik
meningkat. Jika tekanan sistolik pada orang tua mencapai lebih dari 140 mmHg dan diastolik 90. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi Wening di Unit
Rehabilitasi Ungaran,
Sosial
Wardoyo
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre Eksperiment Design dengan rancangan One Group Pretest-postest
A. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Di seluruh dunia penduduk lansia (usia 60 >) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat di banding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 % dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada tahun 2020. Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) Penampilan penyakit pada lansia seringkali tidak jelas, tersembunyi, dan bersifat kronis. Kekhasan lainnya, penyakit pada lansia lebih banyak bersifat endogen dan multipatologis (lebih dari satu
metabolik
(diabetes
militus,
obesitas,
hipertiroid, dan lain-lain (Siswono, 2008). Bertambahnya jumlah lansia akan mengakibatkan jumlah masalah yang
terjadi pada lansia juga bertambah, bahkan mungkin bisa timbul masalah baru. Selain itu, (Beevers, 2002) Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penyakit di Indonesia, Salah satu adalah
degeneratif
tersebut
hipertensi (Suharjono, 2006). Hipertensi merupakan faktor resiko primer untuk timbulnya penyakit jantung dan stroke. Metode satu-satunya untuk mendeteksi penyakit hiperensi adalah
dengan skrining tekanan darah. (Kowalski, Robert E, 2010) Jus belimbing merupakan sumber vitamin C yang sebagai baik sehingga bisa yang
digunakan
antioksidan
berfungsi mencegah penyebaran sel kanker. selain itu, jus belimbing juga dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah sariawan. Jus
belimbing mengandung lemak tak jenuh yang bisa menurunkan tekanan darah tinggi dan mencegah kanker (Bangun, 2003). Satu buah belimbing mengandung 33 mg vitamin C.0.03 mg vitamin B1, 22 mg fosfor, 8 mg kalsiaum,0,80 mg besi, dan 0,50 mg protein. dinding sel belimbing mengandung pektin sehingga dapat dibuat jeli. Kemampuan pembentukan gel ini
penyakit). Penyakit-penyakit itu adalah: penyakit muskuloskeletal (penyakit sendi dan tulang seperti osteoarthritis, gout, reumatik, tendinitis), osteoporosis, penyakit osteopenia, (stroke,
jantung
penyakit jantung koroner, demensia, dan lain-lain), saluran pernapasan (bronkhitis kronis, asma, dan lain-lain), kanker,
mempunyai pengaruh dalam menurunkan kolesterol. dalam hal ini, pektin mengikuti kolesterol dan asam empedu di dalam usus serta mendorongnya bagi keluar. Manfaat (1)
dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan
belimbing
kesehatan.
Memperlancar Pencernaan (2) Menurunkan kolesterol (3) Antikanker (4) Menurunkan tekanan darah (Bangun, 2003). Berdasarkan laporan dari Dines
darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi. Data dari The National Healt And Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31 %, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertesni (Yogiantoro, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Unit Rehabilitasi Sosial Wardoyo Ungaran mengatakan
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, selama tahun 2007-2010 dimana angka tertinggi selama empat tahun tersebut terdapat pada kasus karena hipertensi dan diabetes
melitus. Persentase kedua penyakit tersebut sebagai berikut; tahun 2007 Hipertensi
48,6% ; Diabetes melitus 22,2%. Tahun 2008 hipertensi 42,9% ; Diabetes melitus 21%. Tahun 2009 Hipertensi 45 % ; Diabetes melitus 21%. Tahun 2010
Hipertensi 46,8% ; Diabetes melitus 20,5%. Berdasarkan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) penyakit jantung dan pembuluh darah sebagaimana - infark miokard akut, stroke (hemoragik & non hemoragik), hipertensi (esensial & lainnya), angina pektoris, dekompensasio kordis
bahwa kapasitas Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo adalah 120 berisi 100 orang lansia. Rentang usia 60-90 tahun dengan jumlah lansia laki-laki 30 orang (30%), sisanya adalah lansia perempuan sebanyak 70 orang (70%) yang
mendominasi kasus selama tahun 2010, hal ini kemungkinan disebabkan oleh tekanan ekonomi, pola makan yang salah, kurang olah raga dan kurang rekreasi. Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,
ditempatkan pada 14 bangunan asrama atau wisma. Hasil wawancara peneliti kepada 10 lansia, didapatkan 8 diantaranya mengeluh
yang diartikan sebagai penyakit tekanan darah atau hipertensi. Lansia yang mengalami hipertensi adalah sebagian yang giginya ompong, gigi lansia yang tidak kuat mengunyah makanan yang keras, sementara lansia sangat
a)
dapat
dirumuskan
bahwa
masalah
Tekanan Darah Lansia Pada Penderita Hipertensi Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran?
membutuhkan angka nilai gizi yang cukup tinggi protein, vitamin B1, yang dilakukan perawat yang bertugas di Unit Rehabilitas Sosial Wening dalam menangani masalah ini adalah dengan memberikan obat anti hipertensi (Cavropil) dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping, kecanduan dan overdosis dapat
b)
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus belimbing terhadap
membahayakan pemakainya, terutama pada gangguan fungsi ginjal. Selama ini pihak pengelola Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo melakukan terhadap menilai Ungaran pemeberian penderita kondisi belum jus pernah
menggunakan
status
fungsional
sebagai kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri (Soejono, 2002). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan b.
Wardoyo Ungaran sebelum pemberian jus belimbing Mengetahui gambaran tekanan darah lansia pada penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran setelah dilakukan pemberian jus belimbing Menganalisis pengaruh pemberian jus belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi
Tekanan Darah Lansia pada Penderita Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran".
sebelum
dan
sesudah
dilakukan
penelitian analitik perlu dibuat hipotesis (Sastroasmoro, 1995). Bentuk rancangan ini dapat
B.
keseluruhan
pemikiran
penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan sebagai landasan berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian ( Martono, 2004). Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan desain preKeterangan : 01: Pengukuran pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi (pre-test) yang dilakukan untuk mengetahui tingkat tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. 02: Pengukuran pada kelompok perlakuan setelah diberikan jus belimbing (posttest) yang dilakukan segera setelah pemberian X1: Pemberian jus belimbing kepada perlakuan.
eksperimental design Rancangan penelitian yang digunakan adalah, one group pretestpostest design desain ini hanya dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2005). Desain ini digunakan untuk
b. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
membandingkan hasil intervensi kelompok perlakuan yang keduanya diukur sebelum dan sesudah pemberian jus belimbing dengan pengambilan sampel tidak
dilakukan secara acak atau random. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian dimana peneliti mencoba
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita hipertensi pada lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, yang terdiri dari 11
mencari pengaruh antar variabel. Pada penelitian dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, karena itu pada
wisma yaitu wisma Pandu terdapat 8 lansia, wisma Noroyono terdapat 7 lansia, wisma Werkudoro terdapat 6 lansia, wisma Arimbi terdapat 8 lansia, wisma Arjuna terdapat 8 lansia, wisma Palupi terdapat 6 lansia, wisma Brotojoyo terdapat 7 lansia, wisma Teratai terdapat 7 lansia, wisma Larasati terdapat 8 lansia, wisma Kunti terdapat 7 lansia dan wisma Sembodro terdapat 8 lansia, dengan jumlah Totoal 80 lansia. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi dan mewakili
2)
Penderita
hipertensi
yang
sedang anti
obat-obatan
mengalami
krisis
Dempsey (2002) mengatakan bahwa lima belas subjek pada setiap kelompok dianggap minimum untuk riset tujuan
eksperimental.
Berdasarkan
penelitian dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, serta lamanya waktu
penelitian maka pada penelitian ini sampel untuk kelompok eksperimental/perlakuan sejumlah 15 lansia.
populasi. Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive c. Metode Pengumpulan Data 1. Instrument penelitian Alat pengumpulan data untuk
sampling yaitu tehnik yang digunakan dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2005). Sampel ditentukan oleh : a. 1) Kriteria inklusi Kriteria insklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. 2) b. 1) Bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi Penderita hipertensi yang rajin dalam penelitian ini
mendapatkan data pada lansia dengan hipertensi yaitu cara mengukur tingkat tekanan darah yang dilakukan secara sistematik dan langsung pada responden (door to door) yang berada di Unit Rehabilitasi Sosisal Wening Wardoyo
Ungaran, dengan menggunakan alat yang disebut spygmomanometer air raksa. 2. Prosedur Pengumpulan Data Dalam hal ini peneliti telah
melaksanakan hal-hal dibawah ini dalam proses pengumpulan data : a. Peneliti telah mendapat lembar
melakukan latihan/olahraga
mengenai penelitian yang dilakukan dan intervensi apa saja yang diberikan pada lansia. b. Peneliti mendapat persetujuan dari responden (dengan cara memilih
d. Pengolahan Data Pengolahan data dengan cara manual melalui beberapa tahap, sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data) Editing dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah diisi dengan benar sesuai petunjuk pengisian. Pada tahap ini semua data diperiksa, sehingga apabila ada lembar observasi yang belum diisi atau kesalahan penulisan, masalah tersebut dapat ditanyakan kepada responden. 2. Coding Memberi kode pada setiap variabel untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis data yaitu memberikan nama responden dengan kode (resp), responden
secara acak yang terdiri dari beberapa wisma dengan 15 lansia, dalam wisma Pandu, wisma Werkudoro, wisma Arimbi, dan wisma Arjuna, wisma Purtodewo, untuk tentang kesediaannya dan
menjadi
responden
memberitahukan bahwa penelitian ini tidak memberikan dampak buruk pada responden. c. Peneliti memberikan jus belimbing kepada responden dengan minum 1 kali pagi dan sore selama 7 hari berturut-turut, sebelum dilakukan
pengukuran tekanan darah pada lansia. d. Prosedur pemberian jus belimbing dipimpin oleh instruktur atau peneliti sendiri dengan dibantu oleh 2 orang asisten sebagai dokumentasi peneliti. e. Pengkuran tekanan darah telah
kelompok eksperimen, untuk analisa data menggunakan komputer melalui program Social Statistical Science Pacgage ) For yang
dilakukan pada salah satu lengan kanan atau kiri dengan posisi duduk dengan lengan agak fleksi f. Hasil pengukuran tekanan darah pretest dan post-test dari masing-masing kelompok kemudian disusun dan 3.
(SPSS
memerlukan kode-kode tertentu. Tabulating Merupakan kegiatan pengolahan data, agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
dibuat rekapitulasi, selanjutnya posttest telah dilakukan setelah 7 hari dan diolah dengan uji statistik t-test untuk
e. Analisa Data
1.
variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji normalitas data yaitu menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk jumlah sampel kecil (50) dan bila hasil uji signifikan (p value > 0,05). Bila data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Adapun variabel yang akan dianalisis adalah
perbandingan tekanan darah lansia pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing pada kelompok perlakuan. 2. Analisa Bivariat Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini berguna untuk
C. Hasil
Gambaran Responden
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dan usia disajikan dalam Tabel 5.1 sebagai berikut : Berdasarkan Tabel 5.1 di atas
membuktikan atau menguji hipotesis yang telah dibuat. (Sugiyono, 2007). Uji parametrik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus
menunjukkan bahwa penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran sebagian besar berusia 68-75 tahun yaitu sebanyak 7 orang (46,7%). Berdasarkan Tabel 5.3 terlihat
belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi Wening di Unit
Rehabilitasi
Sosial
Wardoyo
Ungaran sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing pada kelompok perlakuan, maka menggunakan uji statistik t-test dependent. Menggunakan uji t-test dependent karena data yang dikumpulkan berasal dari dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi, artinya bahwa satu sampel akan mempunyai dua data pre-test dan post-test. Penggunaan statistik parametrik bekerja dengan asumsi bahwa data setiap
sebagian besar tekanan darah lansia pada penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran setelah pemberian jus belimbing dalam kategori sedang yaitu 9 orang (60,0%).
D. PEMBAHASAN
Jus
Belimbing
Terhadap
Tekanan
Darah Lansia Pada Penderita Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran pada bulan April 2012 baik secara univariat maupun bivariat:
a. Analisis Univariat
lebih besar Terdapat pada 6-8 % penderita usia >60 tahun lebih banyak pada wanita, dan meningkat dengan bertambahnya umur (Erik, 2004) Berdasarkan hal tersebut
memunginkan jika tingkat hipertensi responden responden sebelum kelompok diberikan eksperimen jus pada Unit
kelamin di
perlakuan
Hipertensi
belimbing di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran sebagian besar dalam kategori sedang karena
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Hasil bahwa penelitian menunjukkan dalam
faktor berat badan yang gemuk. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Amsriza (2007) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh obesitas terhadap tekanan darah dan kadar glukosa pada lansia, karena semakin meningkat berat badan lansia maka tekanan darah dan glukosa meningkat Gambaran Tekanan Darah
hipertensi
responden
kategori sedang, yaitu 9 orang (60,0%), penderita hipertensi responden dalam kategori ringan yaitu 3 orang (20,0%), penderita hipertensi berat dalam
sebagian besar penderita hipertensi yang lebih banyak responden dalam kategori sedang. Tingkat sebelum hipertensi responden jus
diberikan
perlakuan
besar dalam kategori sedang. Hal tersebut faktor salah resiko satunya umur. disebabkan
Bertambahnya
dialami dalam kategori sedang yaitu 4 orang (26,7%). Sebagian besar responden kelompok eksperimen setelah diberikan jus belimbing tingkat hipertensi yang dialami dalam kategori ringan yaitu 11 orang (73,3%). Dari uraian pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa penyebab hipertensi beragam diantaranya merokok, adalah: stress,
belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi Wening di Unit
Rehabilitasi
Sosial
Wardoyo
Ungaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil selama pemberian jus belimbing terhadap tekanan darah lansia pada
penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran sebelum dan sesudah pemberian jus belimbing adalah 0,73333. Hasil uji-t didapatkan nilai t hitung = 6,205 dengan nilai p-value lebih kecil dari =0,05 yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada pengaruh pemberian jus
kegemukan,
hipernatriumia,
retensi air dan garam yang tidak normal. Tingkat perlakuan Rehabilitasi jus hipertensi belimbing Wening responden di Unit
Sosial
Wardoyo
Ungaran sebagian besar dalam kategori ringan. Hal tersebut salah satunya
belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi, dikatakan bahwa Ha diterima artinya ada perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing pada kelompok perlakuan di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
disebabkan pemberian jus belimbing. Hasil penelitian mengonsumsi kismis dan kacang kedelai diyakini tekanan bisa membantu tinggi
menurunkan
darah
(hipertensi) yang dikenal juga sebagai faktor kunci penyakit jantung. Hal ini didasari oleh dua hasil penelitian terbaru yang dipresentasikan di sebuah konferensi kardiologi di Amerika Serikat (2003). b. Analisis Bivariat Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jus Belimbing terhadap Tekanan Darah Lansia pada Penderita Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
E.
pembahasan tentang pengaruh pemberian jus belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi Wening di Unit
Rehabilitasi
Sosial
Wardoyo
Wardoyo Ungaran Hasil uji dependent t-test dengan program pengolahan data SPSS Versi 12.0 mengetahui pengaruh pemberian jus
a.
dimanfaatkan oleh tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya untuk membantu menurunkan tekanan darah pada semua orang terutama lansia 2. Bagi lansia Lansia dapat menggunakan untuk jus
belimbing pada kelompok eksperimen sebagian besar dalam kategori sedang, yaitu 9 orang (60,0%) 2. Tekanan darah lansia pada penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran setelah diberikan jus belimbing pada 3.
belimbing
menurunkan
hipertensi, dan menambah nutrisi, vitamin C kolesterol. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian lebih lanjut tentang serta dapat menurunkan
pengaruh pemberian jus belimbing, hendaknya perlu dilakukan metode penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia muda umur kurang dari 60 tahun.
kelompok eksperimen sebagian besar dalam kategori sedang, yaitu 4 orang (26,7%) 3. Terdapat ada pengaruh pemberian jus belimbing terhadap tekanan darah lansia pada penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Ungaran, Sosial hal Wening tersebut F.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya. Skripsi Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Terhadap Tekanan Darah Lansia Pada Penderita Hipertensi dapat dan Di Unit
Wardoyo
sebesar 0,000 (< 0,05). b. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perawat, Pemberian jus belimbing sebagai salah satu alternatif intervensi yang dapat
sangat-sangat berarti bagi peneliti, kasih sayang dari-Nya, tak ada yang mampu menandingi. Sholawat serta
salam peneliti haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, dan mudahmudahan kita mendapatkan Syafaatnya di hari akhir. Amin Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa kerja keras, semangat dan doa dari berbagai pihak. Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin
7. Untuk
ayah
(Mahrup)
Ibu
(Hamidah) adik (M.Busairi dan M.KHaerunil Ikhwal) yang tiada henti memberikan dukungan baik berupa semangat, do'a, materi dan segalanya dari beliau, terima kasih untuk semuanya karena kalian
adalah sumber inspirasiku. 8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dan diujiakan. Dalam tersusunnya Skripsi ini, peneliti menyadari kekurangan masih dan
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. H. Asaat Pitoyo S.Kp, M.Kes, selaku Ketua STIKES Ngudi
banyak
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini. 3. M.Imron Rosyidi, S.Kep, Ns selaku pembimbing meluangkan memberikan II yang telah untuk dan
diharapkan adanya kritik dan saran bagi semua pembaca yang ingin memberikan perbaikan membangun. masukan yang atau sifatnya
waktu bimbingan
masukan hingga Skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 5. Kepala Balai Rehabilitasi Sosial "Wira Adhi Kharya" pada Unit Rehabilitasi Sosial "Wening Ungaran, September 2012
DAFTAR PUSTAKA
press.com/2011/11/profil-kesehatankota semarang-2010.pdf Junaidi Iskandar. (2010).Hipertensi/ Pengenalan, Pencegahan, Dan Pengobatan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kowalski, Robert E. (2010) Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung Dan Stroke Secara Alami/robert E, kowalski; penerjemah, Rani S. Ekawati, penyunting. Rahmani Astuti - Cet, 1 Bandung: Qanita. Lueckenotte, A.G. (2002). Gerontologic Nursing. St-Louis : Mosby-Year Book Inc
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Prosedur Praktek. Jakarta: P.T Rineka cipta. Atun, M. (2010). Lansia sehat dan bugar. Bantul: Kreasi Wacana. Bangun, A.P. (2003). Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Jakarta: Medika Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: Medical Book Beevers, D.G. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat Dempsey, Patricia Ann & Arthur D. Dempsey. (2002). Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Edisi 4. Jakarta: EGC Evelyn, Pearce. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: EGC Efendi, Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: salemba medika Hardywinoto, Setiabudi. (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pusat Utama Hidayat, A. Aziz Alimul .(2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Niken Widya, H. (2010) . Profil kesehatan 2010 . Diperoleh : 1 Juni 2012. Dari http://dinkeskotasemarang.files.word