You are on page 1of 28

Sistem Sirkulasi Pediatrik Dosen Pembimbing: Oswati Hasanah, M.Kep., Sp. Kep.

An

Asih Maysaroh Chintia Anggraeni Delta Hetti Yan Darma Fitri Rachmawati Fitri Yona

Habibah Juliana Putri Sari Mona Lisa Satia Lisnawati Yuliantika

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2013

SISTEM SIRKULASI DARAH

A. Konsep sistem sirkulasi darah 1. Definisi Sistem sirkulasi darah adalah suatu sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah didalam tubuh (Wibowo, 2008). Dikatakan tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada diluar wadah aliran darah. Wadah itu bisa berupa pembuluh nadi, pembuluh balik, kapiler atau rongga (sinus) diorgan tertentu. Di dalam tubuh manusia, darah mengalir keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara terusmenerus untuk menjamin suplai oksigen dan zat-zat nutrien lainnya agar organ-organ tubuh tetap dapat berfungsi dengan baik. Aliran darah keseluruh tubuh dapat berjalan berkat adanya pemompa utama yaitu jantung dan sistem pembuluh darah sebagai alat pengalir/distribusi. Darah adalah plasma (cairan darah) beserta butir-butir: eritrosit (sel darah merah), leukosit, limfosit, monosit (sel darah putih) dan trombosit. Serum adalah cairan-cairan yang didapat jika darah dibiarkan membeku, merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen (unsur pembeku darah).

2. Pembagian sistem sirkulasi Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian: a. Sistem sirkulasi umum (sistemik): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan. Sistem sirkulasi sistemik atau perifer ini memegang peranan penting dalam homeostatis tubuh. Gaya hidup yang tidak sehat sangat berpengaruh pada timbulnya komplikasi dari sistem sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang baik dihasilkan oleh kerja sama antara jantung, darah, komponen-komponennya, serta pembuluh darah itu sendiri. Jika terjadi gangguan pada salah satu komponen itu, sirkulasi darah akan terganggu. Untuk itu, peredaran darah yang lancar sangat penting bagi kesehatan. Sirkulasi darah yang baik merupakan faktor sangat penting untuk menghindari risiko penyakit serius seperti gangguan sirkulasi darah otak dikarenakan darah membawa nutrisi, oksigen, dan unsur lain.

Jantung memiliki peranan penting dalam penyediaan oksigen untuk seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Organ ini melaksanakan fungsinya dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. b. Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu kembali ke jantung kiri. Sirkulasi dalam paru mencakup pembuluh nutrien (sistemik) maupun pembuluh fungsional (pulmonal). Arteri dan vena pulmonal merupakan sirkulasi fungsionalnya. Arteri pulmonal memiliki dinding yang tipis akibat tekanan yang rendah (25 mmHg sistolik dan 5 mmHg diastolik) di dalam sirkulasi paru. Di dalam paru, arteri pulmonal bercabang mengikuti percabagan bronkus. Cabang-cabangnya di kelilingi adventisitas bronkoli dan bronkioli. Di daerah duktus alveolaris, cabangcabang arteri ini membentuk jalinan kapiler di dalam septum interalveolaris dan berkontal erat dengan epitel alveolus. Paru-paru mempunyai jalinan kapiler yang paling berkembang di dalam tubuh, dengan kapiler di antara semua alveoli, termasuk kapiler di bronkiolus respiratorius. Venula yang berasal dari jaringan kapiler ditemukan satu-satu didalam parenkim, dan agak menjauh dari jalan napas. Venula dilapis oleh jaringan ikat yang tipis dan memasuki septum interalveolar. Setelah meninggalkan lobulus, vena

mengikuti percabangan bronkus ke arah hilus. Pembuluh nutrien mengikuti percabangan bronkus dan mendistribusikan darah ke sebagian besar paru sampai pada bronkiolus respiratorius, di tempat pembuluh ini beranastomosis dengan cabang-cabang kecil dari arteri pulmonal. Pembuluh darah dalam paru paru, arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari partikel kanan jantung ke paru-paru cabangcabangnya menyentuh saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriola halus, arteriola itu membelah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler-kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara. Kapiler itu hanya dapat memuat sedikit, maka dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat

garis tunggal, kapiler paruparu bersatu sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonalis meninggalkan setiap paruparu membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan keseluruh tubuh melalui aorta. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernafasan. Pembuluh darah arteri bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta ke paruparu mengantarkan oksigen kedalam jaringan paruparu sendiri. Cabang arteriarteri ini membentuk plexus kapiler yang tampak jelas dan terpisah, terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonalis, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu kedalam vena pulmonalis. Sisa darah diantarkan dari paruparu oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena cava superior. Pembagian sirkulasi darah pada pediatrik terdiri atas: a. Sirkulasi pada janin Aliran darah bayi dalam kandungan berbeda dengan manusia yang sudah dilahirkan. Selama dalam kandungan ibu, sebagian darah bayi dialirkan melalui pembuluh nadi ditali ari (umbilicus) menuju plasenta. Disana aliran darah akan melepas sisa pembakakaran melalui proses penyerapan oleh ibu dan mengambil oksigen serta makanan dari darah ibu. Dari plasenta darah dialirkan melalui pembuluh balik tali ari(vena umbilicalis) kehati untuk diolah, tetapi karena hati belum berfungsi dan kandungan makansudah selesai diolah oleh hati ibu, darah langsung dialirkan keserambi kanan jantung. Sebagian darah dialirkan dialirkan kebilik kanan dan keparu-paru, tetapi karena sebagian besar dialirkan keserambi kiri melalui sebuah lubang. Lubang itu folamen ovale memeng disediakan untuk keperluan tersebut dan pada keadaan normal akan segera menutup stelah bayi dilahirkan. Kegagalan menutup lubang ini merupakan salah satu kelainan jantung bocor pada anak-anak. Sebagian darah yang dialirkan keparu-paru akan dialirkan kepembuluh nadi utama yang mulai menurun (aorta descendens) melalui sluran yang bernam ductus bottali karena paru-paru belum berfungsi. Saluran ini juga harus menutup setelah lahir dan kegagalannya merupakan kemungkinan lain dari penyebab jantung bocor. Jantung manusia terdapat di dalam rongga dada (thorax),

terbaring miring di atas sekat rongga badan ( diafragma) dalam 54 keadaan terbungkus oleh selaput yang dinamakan pericardium (pericardium). Bagian jantung yang terbaring di atas diafragma adalah bilik kanan, sedangkan bilik kiri terdapat di bagian atasnya. Pembuluh balik dari perut (inferior vena cava) segera bermuara pada serambi kanan setelah ia mencapai rongga dada bersama dengan pembuluh balik besar yang datang membawa darah dari kepala, leher, dan anggota gerak atas (superior vena cava). Perikardium yang menutup jantung terdiri dari dua lapisan, yang dalam melekat pada otot jantung disebut pericardium visceral dan yang luar pericardium parietale. Pericardium parietale mempunyai persarafan sadar sehingga pada keadaan terkena radang penderita akan merasa sakit di dada. Rasa nyeri ini biasanya bersnat menusuk dan tidak sama dengan nyeri dada akibat gangguan pembuluh koroner yang disertai sesak napas. b. Sirkulasi neonatus Pada saat lahir, sirkulasi janin harus segera beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin seperti pertukaran gas dipindahkan keparu-paru. Beberapa dari perubahan ini sebenarnya spontan bersama dengan pernafasan pertama, dan yang lain dipengaruhi selama beberapa jam atau beberapa hari. Sesudah itu mulanya ada penurunan ringan pada tahanan darah sistemik, kemudian ada kenaikan progresif dengan semakin bertambahnya umur. Frekuensi jantung melambat sebagai akibat respon baroreseptor pada kenaikan tahanan vaskuler sistemik bila sirkulasi plasenta dihilangkan. Rata-rata tekanan aorta sntral pada neonates cukup bulan 75/50 mmHg. c. Sirkulasi pada anak Pada anak kecil, melalui foto rontgen dapat terlihat ukuran jantung mencapai separuh lebar dada atau tidak. Dengan memperhatikan ukuran tersebut, dapat diketahui gejala atau keluhan penyakit, apakah masih dinilai normal atau tidak. Akan tetapi, gambaran yang serupa lebih dari setengah lebar dada pada orang dewasa selalu dinilai tidak normal. Darah yang telah mencapai serambi kanan dialirkan ke bilik kanan melalui katup trikuspidalis. Bilik kanan jantung mempunyai dinding yang relatif lebih tipis dibanding bilik kiri karena darah yang

dipompa dari lebih kecil tekanannya. Darah tersebut dipompa melewati katup lain ke pembuluh nadi pulmonal. Bilik kanan dan bilik kiri jantung dipisahkan oleh sekat/ septum interventrikular yang terdiri dari bagian yang berbentuk membran dan bagian yang berupa otot.

3. Komponen darah a. Eritrosit (Sel Darah Merah): 1) Merupakan bagian utama dari sel darah. 2) Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. 3) Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. 4) Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limfa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu). b. Leukosit (Sel Darah Putih) 1) Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. 2) Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. 3) Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. 4) Kemampuan leukosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Jenis-jenis Lekosit a) Granulosit Leukosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil. Eosinofil Eusinofil mengandung granula berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).

Basofil Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi. Netrofil Terdapat dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen. Disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit. b) Agranulosit Leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Jenisnya adalah limfosit dan monosit. Limfosit Terdapat ada dua jenis, yaitu sel T dan sel B. Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh. Sel T4 = imunitas seluler sedangkan sel B4= imunitas humoral Monosit Merupakan leukosit dengan ukuran paling besar dan disebut pula sel darah pembeku. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) c. Plasma Darah 1) Terdiri dari air dan protein darah seperti Albumin, Globulin dan Fibrinogen. 2) Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. 3) Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen).

4. Sifat pembuluh darah Pembuluh darah dapat diibaratkan sebagai selang yang bersifat elastis, yaitu diameternya dapat membesar atau mengecil. Sifat elastis ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah yang stabil. Pada keadaan normal, apabila tekanan di dalam pembuluh darah meningkat, maka diamater pembuluh darah akan melebar sebagai bentuk adaptasi untuk menurunkan tekanan yang berlebih agar menjadi normal. Sebaliknya diameter pembuluh darah akan mengecil bila tekanan darah turun.

5. Sifat darah Darah merupakan cairan yang terdiri dari plasma (cairan bening) dan sel-sel darah (yang terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah). Adanya sel-sel darah menyebabkan adanya semacam pergeseran intern (internal friction) diantara lapisan yang berdampingan sehingga menyebabkan adanya sifat viskositas darah. Viskositas darah terdiri dari: a. Viskositas darah normal = 3-4 kali viskositas air. b. Viskositas plasma darah = 1,5-2 kali viskositas air.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas darah Viskositas darah memegang peranan penting dalam aliran darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas darah antara lain: a. Volume hematokrit (volume sel darah merah): volume hematokrit yang meningkat akan diikuti viskositas darah yang meningkat. b. Kadar protein plasma: bila kadarnya naik, maka viskositas naik dan sebaliknya. c. Suhu tubuh: bila suhu tubuh naik, viskositas turun. d. Kecepatan aliran darah: bila kecepatan aliran darah turun, maka viskositas naik. e. Diameter pembuluh darah: bila diameter pembuluh darah kurang dari 1,5 mm, maka viskositas darah turun.

7. Nilai normal darah lengkap pada anak


Tahap perkembangan Neonatus 14-27 g/dl 4068% 9.00030.000 sel/mm3 Bayi 10-17 g/dl 2954% 5.70018.000 sel/mm Balita 9-15g/dl 3544% 5.70018.000 sel/mm
3 3

Hb

Ht

Leukosit

Eritrosit

Trombosit

Albumin

MCV

MCH

MCHC

4.0-5.9 juta sel/mm3 3.8-6.1 juta sel/mm 3.7-4.9 juta sel/mm


3 3

250-450 x 3.8-5.1 103/mm3 g/dl

95-110 fL

31-36 pg

29-38%

250-600 x 4.410 /mm


3 3

74-84 fL

25-30 pg

30-37%

5.4g/dl

250-550 x 4.0103/mm3 5.8g/dl

75-87 fL

24-30 pg

31-37%

Anak

11-16 g/dl

3145%

4.50013.500 sel/mm
3

3.6-4.8 juta sel/mm


3

250-550 x 4.0103/mm3 5.8g/dl

77-95 fL

25-33 pg

31-37%

B. Gangguan pada sistem sirkulasi 1. Gangguan sirkulasi pada komponen darah a) Sel darah merah 1) Anemia Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atatu kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Nilai hematologi selama bayi dan anak Umur Rerata Tali pusat 2 minggu 3 bulan 6 bln- 6 th 7-12 th Dewasa Wanita Pria 14 16 12-16 14-18 16,8 16,5 12,0 12,0 13,0 Hemoglobin (gr/dl) Rentang 13,7-20,1 13-20 9,5-14,5 10,5-14 11,0-16,0

Bayi lahir mempunyai Hb 18 gr/dl setelah usia 2 bulan menjadi 11 gr/dl setelah itu naik perlahan-lahan sampai dewasa. Tingkatan anemia pada anak : Kadar Hb 10-8 gr/dl disebut anemia ringan Kadar Hb 8-5 gr/dl disebut anemia sedang Kadar Hb >5 gr/dl disebut anemia berat

2) Thalasemia Thalassemia adalah suatu penyakit congenital herediter yang diturunkan secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik (Broyles, 1997). Dengan kata lain, thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb. Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat

ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami isteri yang mengidap thalassemia dalam sel-selnya (Nursalam, 2005). 3) Polisitemia Polisitemia ada bila jumlah eritrosit, kadar Hb, dan volume eritrosit total semuanya melebihi batas atas normal. Pada anak prapubertas, Hb>16 g/dlL dan massa eritrosit total dengan teknik radiostop penting untuk mendiagnosis banding polisitemia. Polisitemia sejati ditandai oleh peningkatan eritrosit maupun volume darah total. Penurunan volume plasma, seperti yang terjadi pada dehidrasi dan luka bakar, dapat menyebabkan keaikan Hb. Tetapi, situasi ini lebih tepat dinamakan hemokonsentrasi karena massa eritrosit tidak bertambah dan pengambilan volume plasma kenormal mengembalikan Hb ke kadar normal (Nelson, 2000).

b) Sel darah putih 1. Leukimia Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang abnormal. Ada beberapa jenis leukimia yang berbeda, dan proses penentuan klasifikasinya menjadi komplek. Leukimia paling banyak terjadi pada anak-anak adalah leukimia limfositik akut (LLA, yaitu proliferasi pada sel blast (limfosit imatur). LLA diklasifikasikan berdasarkan bentuk, struktur dan morfologi sel blast. Leukimia dapt didiagnosis pada semua tingkat usia, tetapi memiliki puncak awitan antara

usia 3 dan 5 tahun Etiologinya belum masih diketahui, sebagian kecil kasus pada orang dewasa terkait dengan faktor lingkungan seperti kimiawi dan radiasi. Beberapa penyakit genetik telah dihubungkan dengan peningkatan esidensi leukimia, antara lain sindrom down, anemia fanconi, dan sindrom bloom (Muscari, 2005). c) Trombosit 1) Hemofilia Hemofilia merujuk pada sekelompok gangguan perdarahan di mana ada kekurangan salah satu faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah. Pada sekitar 80% dari semua kasus hemofilia, pola warisan ditunjukkan sebagai X-linked resesif. Dua bentuk yang paling umum dari gangguan adalah faktor VII defisiensi (hemofilia A, atau hemofilia klasik) dan faktor IX defisiensi (hemofilia B atau penyakit christmas). Von Willebrand disease (vWD) merupakan kelainan perdarahan keturunan yang ditandai dengan kekurangan, kelainan, atau tidak adanya protein yang disebut faktor von Willebrand (vWF) dan kekurangan faktor VIII. Tidak seperti hemofilia, vWD mempengaruhi baik pria maupun wanita (Hockenberry, 2009). 2) Trombositopenia kongenital Sindrom wiskott-aldrich Sindrom ini terdiri dari eksternal perdarahan trombositopenia, dan peningkatan kerentanan terhadap efek imunologik, sumsum tulang mempunyai jumlah megakarosit yang normal, tetapi banyak yang mempunyai morfologi inti aneh (bizarre). Trombosit homolog yang mempunyai daya hidup yang normal bila ditransfusikan pada penderita ini, tetapi trombosit autolog mempunyai daya hidup pendek dan ukuran kecil. Sindrom ini dapat menggambarkan keadaan yang tidak biasa di mana trombositopenia disebabkan oleh pembentukan atau pembebasan abnormal trombosit, meskipun jumlah megakarosit cukup (Nelson, 2000).

3) Trombositopenia akuisita Purpura trombositopenik idiopatik Purpura trombositopenik idiopatik (PTI) akut, purpura trombositopeni yang paling sering pada masa anak, dihubungkan dengan ptekie, perdarahan mukokutan, dan kadang-kadang perdarahan ke jaringan. Ada penurunan berat badan pada trombosit sirkulasi, meskipun terdapat cukup jumlah megakarosit dalam sumsum tulang (Nelson, 2000). 2. Gangguan sirkulasi pada anatomi a) Duktus arteriousus paten (Patten Ductus Arteriosus- PDA) Kondisi ini merupakan suatu keadaan adanya pembuluh darah yang

menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini normal pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta descenden, terletak distal dari percabangan arteri subklavia kiri. PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menetup pada 24 jam pertama setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu pertama. Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% di antaranya baru dapat menutup pada 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup pada 3 bulan pertama, tipis kemungkinan dapat menutup pada kemudian hari (Muttaqin, 2009).

b) Arterial Septum Defect (ASD) ASD merupakan suatu keadaan di mana adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan kiri. Aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium sekundum dan tipe sinus venosus akan menyebabkan keluhan kelemahan dan sesak nafas, umumnya timbul pada usia dewasa muda (Muttaqin, 2009).

c) Koarktasio aorta (Coarctatio Aorta) Merupakan suatu defek penyempitan katup aorta setempat. Bisa preduktal, jukstaduktus, atau post-duktus ( Muttaqin, 2009).

d) Stenosis Pulmoner (Pulmonary stenosis- PS) Defek: dengan adanya penyempitan atau obstruksi pada muara arteri pulmonalis. Stenosi pulmoner dapat berbebentuk valvular, subvalvular (invundibular), supravalvular (peripheral pulmonary artery stenosis atau Coarctatio aorta). Stenosis pulmoner dapat berdiri sendiri, tapi lebih sering merupakan bagian sindrom lain, seperti tertralogy fallot, VSD, dan transposisi pembuluh darah besar (TGA) (Muttaqin, 2009). e) Tetralogi fallot (TOF) Tetralogi fallot adalah kelainan jantung sianotik kongenital yang terdiri atas 4 defek struktural 1) Defek septum ventrikulaer 2) Stenosis pulmonal yang dapat berupa infundibular, valvular, supravulvular atau kombinasi, yang menyebabkan obstruksi aliran darah kedalam arteri pulmonal 3) Hipertrofi ventrikel kanan 4) Berbagai derajat overriding aorta (Betz, 2009) f) Transposisi pembuluh darah besar Transposisi pembuluh darah besar adalah kelainan jantung kongenital yang ditandai dengan adanya lubang aorta dan arteri pulmonalis yang tertukar : yaitu aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri. Letak yang terbalik ini menyebabkan sirkulasi jantung kiri dan kanan. Darah mengalir di vena pulmonalis ke atrium kiri kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan kembali melalui arteri pulmonalis ke paru, untuk berdaur kembali ke atrium kiri. Darah ini teroksigenasi, tetapi tidak memperdarahi sirkulasi sistemik. Pada saat yang sama, darah mengalir di vena kava ke atrium kanan, ke ventrikel kanan, melalui aorta ke sirkulasi sistemik, dan kembali ke vena kava. Darah ini tidak teroksigenasi sehingga akan memperlihatkan tanda sianosis yang mencolok. Transposisi pembuluh besar tidak memungkinkan bayi untuk hidup kecuali, seperti yang umum terjadi, terdapat defek septum atau duktus arteriosus yang mempertahankan komunikasi antara kedua sirkulasi. Apabila tidak terdapat komunikasi, diperlukan pembukaan septum atrium secara bedah sampai dilakukan bedah mayor untuk mengarahkan kembali aliran darah (Muttaqin, 2009).

C. Prinsip pengkajian penyakit gangguan sirkulasi pada anak Dalam melaksanakan pengkajian pada anak tujuan utama adalah untuk mengumpulkan data-data kesehatan anak, sehingga perawat mengetahui keadaan anak, baik pertumbuhan maupun perkembanganya. Perawat perlu memperhatikan bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Untuk itu, sebelum melakukan pengkajian, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dan dapat diterapkan di lapangan menurut Nursalam, Susilaningrum, dan Utami (2005) adalah: 1. Lingkungan atau ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya, memberi warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan dari pandangan anak, dan menyediakan makanan. 2. Sebelum pengkajian sebaiknya waktu untuk bermain agar anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan. 3. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan anak. 4. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain. 5. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan pada anak untuk membantu proses pemeriksaan. 6. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuan orang tua. 7. Berikan pujian kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang lain agar menjadi tidak takut untuk diperiksa. 8. Berikan pujian pada orang tua apabila anak memiliki kemajuan dan ibunya mengetahui nasihat perawat. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh oleh setiap perawat sehingga memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip tersebut, berikutnya adalah melakukan pengkajian pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji pada anak yang memiliki gangguan pada sirkulasi adalah:

1. Faktor Keturunan Faktor keturunan atau genetik memiliki pengaruh besar yang menyebabkan anak menderita suatu penyakit. Misalnya, pada penyakit Hemofilia, Thalasemia, Sickle Cell Anemia (SCA) dan lain-lain. Perawat perlu menanyakan apakah penyakit yang dialami anak juga dialami oleh anggota keluarga yang lain dan apa hubungannya terhadap anak. 2. Riwayat Pranatal Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda risiko tinggi saat hamil, seperti berat badan tidak naik, hiperemesis, dan lain-lain. Ibu yang mengalami berat badan tidak naik dan hiperemesis berisiko mengalami gangguan pada pertumbuhan dan

perkembangan janinnya disebabkan kebutuhan nutrisi ibu dan janin yang tidak adekuat. Nutrisi yang tidak tercukupi pada janin akan menggangu pada pembentukan organ-organ anatomi dalam tubuh janin, sehingga janin berisiko mengalami gangguan pada anatominya salah satunya adalah penyakit tetralogi fallot sehingga dapat mengganggu sirkulasi atau peredaran darah (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). 3. Usia dan Jenis Kelamin Berbagai penyakit pada anak yang berhubungan dengan usia dan jenis kelamin baru diketahui saat anak dibawa ke pelayanan kesehatan untuk melakukan pengobatan. Misalnya, pada anak dengan thalassemia mayor memiliki gejala klinisnya jelas. Gejala tersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Berbeda dengan anak dengan thalassemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 6 tahun. Penyakit lainnya adalah Leukimia yang merupakan penyakit kanker yang diderita oleh anak yang berusia 2 5 tahun, dimana penderita laki-laki lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan perempuan. Penyakit selanjunya adalah anemia. Anak dengan anemia yang mengalami defisiensi Fe biasanya berusia antara 6 24 bulan dan pada masa pubertas. Wong (1991, dalam Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005) mengatakan pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup tinggi, karena digunakan untuk pertumbuhan yang terjadi relatif cepat dibandingkan dengan periode pertumbuhan lainnya.

Selain itu, usia anak yang menderita penyakit juga dapat digunakan untuk memperkiraan pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan awal atau pengobatan selanjutnya. 4. Pertumbuhan Fisik a) Berat Badan Anak yang mengalami gangguan pada sistem sirkulasi baik pada komponen maupun anatomi akan berdampak pada berat badan yang tidak sesuai dengan usianya. Hal ini disebabkan fungsi sistem sirkulasi yang menghantarkan nutrisi ke sel terganggu (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). b) Tinggi Badan Berat badan anak yang proporsional didapat dari tinggi badan yang sesuai dengan berat badannya. Anak dengan gangguan sirkulasi mengalami penurunan berat badan dibanding dengan tinggi badannya sehingga anak terlihat kurus (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). 5. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan Umum Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah anak seusianya yang normal (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). b) Kepala dan Bentuk Muka Pada anak penderita thalasemia yang belum / tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah Mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). c) Mata Anak yang memiliki masalah pada sirkulasi memiliki mata dan konjungtiva terlihat pucat (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). d) Mulut dan bibir Mulut dan bibir terlihat pucat, dan agak terlihat kehitaman pada anak dengan penderita thalasemia (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005).

e) Dada Pada anak dengan thalasemia ketika di inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). f) Perut Umumnya anak dengan gangguan sirkulasi kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati (hepatosplemagali) (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). g) Kulit Warna kulit pucat kekuning-kuningan. Warna kepucatan pada kulit ini dialami oleh hampir semua anak yang anemi. Pada anak dengan thalasemia yang sering mendapatkan transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis) (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). 6. Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya saling terkait dan saling mempengaruhi, dimana sistem sirkulasi misalnya pada darah berperan dalam mengantarkan oksigen dan nutrisi yang membantu proses tumbuh kembang anak. Anak yang mengalami masalah kesehatan pada sistem sirkulasi berisiko mengalami gangguan terhadap tumbuh kembangnya (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, misalnya pada anak yang menderita thalasemia dikarenakan adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak biasanya kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun, pada jenis thalassemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). Gangguan pada tumbuh kembang dapat juga dialami oleh anak yang menderita penyakit pada sistem sirkulasi lainnya, sehingga perlu dilakukan deteksi dini untuk mengoreksi adanya faktor risiko. Dengan adanya faktor risiko yang telah diketahui, maka

upaya untuk meminimalkan dampak pada anak bisa dicegah (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). 7. Data lain-lain a) Mudah Terinfeksi Adanya penurunan leukosit secara otomatis pada penderita leukemia akan menurunkan daya tahan tubuh, karena leukosit yang berfungsi untuk

mempertahankan daya tahan tubuh, karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. Konsekuensi dari semuanya itu adalah tubuh akan mudah terkena infeksi yang bersifat lokal ataupun sistemik, dan kejadian tersebut sering berulang. Suhu tubuh yang meningkat disebabkan karena adanya infeksi kuman secara sistemik (sepsis). Pada anak dengan thalasemia anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas atau infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). b) Perdarahan Pada anak dengan Leukemia tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis), aau perdarahan bawah kulit yang sering disebut dengan patekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma, bergantung pada kadar thrombosit dalam darah. Apabila kadar thrombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). c) Pola Makan Karena adanya anorexia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya dan nafsu makan anak biasanya mengalami penurunan. Pola makan pada anemi defisiensi, sering terjadi kesalahan pola makan sehingga asupan tidak mencukupi, misalnya, terlambat memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005). d) Pola Aktivitas Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur / istirahat, karena bila beraktifitas seperti anak normal mudah terasa lelah.

Berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan energi yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb pada sel darah merah mempunyai salah satu fungsi untuk aktivitas tubuh (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2005).

D. Masalah keperawatan 1. Gangguan sirkulasi pada struktur anatomi a. Penurunan curah jantung Ditandai dengan : dispnue, CRT > 3 detik, aritmia, denyut dan irama jantung tidak teratur. b. Ketidakefektifan pola napas Ditandai dengan : terdengar bunyi napas, frekuensi pernapasan tidak sesui dengan usianya. Pada pasien tetralogi fallot dapat disebabkan karena penurunan aliran darah ke paru sehingga o2 dalam darah menurun terjadilah hipoksemia yang menyebabkan pasien sesak . c. Gangguan pertukaran gas Ditandai dengan : sesak napas, diaforesis, takipnue, takikardi. Hipoksemia pada pasien tetralogi fallot dapat menyebabkan pasien hipoksia sehingga asam laktak meningkat dan mengganggu asidosis metabolik. d. Kelebihan volume cairan Ditandai dengan : penurunan haluaran urine, bebas batuk, kongesti pulmuner, edema periorbital. Asidosis metabolik pasien tetralogi fallot jika terjadi kompensasi sehingga menyebabkan pendarahan yang menyebabkan gangguan volume cairan e. Resiko infeksi Ditandai dengan : kemerahan, pembengkakan dan drainase f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ditandai denngan : penurunan BB, mual, kurangnya nafsu makan, Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangantanus otot.

Pada pasien tetralogi fallot disebabkan kaarena anak cepat lelah termasuk menetek sehingga nutrisi yang masuk berkurang

2. Gangguan sirkulasi pada komponen darah a. Resiko injuri Ditandai dengan : Wheezing, hipotensi, urtikaria, sianosis, mual, muntah, bekas suntikan terasa nyeri, kemerahan, pembengkakan di bagian infus. Pada pasien leukemia, akan mengalami nyeri tulang dan sendi yang desebabkan pembesaran limfa, liver, nodus limfe, tulang sehingga menyebabkan tulang mengecil dan melemah. b. Resiko infeksi. Ditandai dengan : demam, latergi, shok septik. Pada pasien leukemia, resiko infeksi disebabkan karena penurunan jumlah leukosit. Pada pasien hemofilia resiko infeksi terjadi karena apabila pasien luka maka luka tidak dapat tertutup sempurna. c. Perubahan nutrisi Ditandai dengan : penurunan BB, mual, kurangnya nafsu makan, Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangantanus otot. Pada pasien anemia, terjadi penurunan berat badan dikarenakan kadar sel darah yang rendah sehingga nutrisi ke sel tidak tercukupi. Pada pasien leukemia, disebabkan karena sel normal digantikan oleh sel kanker sehingga mengganggu metabolism tubuh dan sel akan kekurangan makanan d. Nyeri Ditandai dengan : menangis, perubahan tanda-tanda vital. Pada pasien hemofili, nyeri dirasakan disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah sehingga menyebabkan proses pembekuan darah dan jika terjadi trauma luka tidak akan tertutup sehingga pasin akan merasakan nyeri. Pada pasien leukemia, nyeri disebabkan karena pembesaran limfa, lifer, nodus limp dan tulang sehingga menyebabkan nyeri tulang dan sendi

e. Perubahan perfusi jaringan Ditandai dengan : Palpitasi, angina, kulit pucat, membran mukosa kering, kuku danrambut rapuh-Ekstrmitas dingin-Penurunan keluaran urine-Mual/muntah, distensi abdomen. Pada pasien anemia, disebabkan kadar hb rendah sehingga zat nutrisi dan oksigen ke sel berkurang. f. Intoleransi aktivitas Ditandai dengan : kelemahan dan kelehan, mengeluh penurunan

toleransiaktivitas/latihan, Palpitasi, takikardia, peningkatan TD/respos pernapasan dengankerja ringan. Pada pasien anemia, akan mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan sehingga pasien merasa cepat lelah. Pada hemophilia, luka yang tidak tertutup sempurna dapat menyebabkan klien pucat sehingga klien dianjurkan untuk istrahat total g. Risiko kerusakan intregritas kulit Ditandai dengan : adanya faktor penyebab kerusakan, ada ruam dan lecet, kaji warna dan suhu tubuh, dan area kemerahan. Pada pasien leukemia, jumlah trombosit menurun sehingga menyebabkan perdarahan dan menyebabkan trombositopeni yang akhirnya menyebabkan ptekie.

E. Prinsip penatalaksanaan Gangguan sirkulasi pada sistem anatomi a. Operasi Pada PDA (duktus paten arteriosus) dapat dilakukan operasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah operasi jantung yang ringan dan mortalitasnya paling rendah. Saat terbaik untuk operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun dapat dilakukan pada setiap umur. Anak dengan VSD memerlukan pembedahan bila disertai adanya regurgitasi aorta yang berat. Pembedahan dianjurkan pada semua penderita defek ostium sekundum yang bergejala dan juga pada penderita tidak bergejala dengan rasio shunt sekurang-kurang 2:1. Pada anak dengan defek sekat atrioventrikuler, celah dalam katup mitral yang terlihat melalui defek atrium diperbaiki dengan jahitan langsung.

b. Menghindari kecemasan Untuk menegakkan diagnosis anemia pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan, seperti Hb, darah lengkap atau pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan sering menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada anak. Oleh karena itu sebelum prosedur dilaksanakan petugas harus mengadakan pendekatan/komunikasi pada anak dan menunjukkan sikap yang bersahabat. c. Katerisasi Jantung Katerisasi jantung telah menggantikan perbaikan bedah pada banyak kasus (misal stenosis katup pulmonal/katup aorta koarktasio aorta) dan pada yang lain-lain digunakan sebagai tambahan yang berarti terhadap perbaikan bedah kompleks (stenosis cabang arteria pulmonalis, operasi fontan berjendela). d. Bedrest total Pada anak dengan gangguan disfungsi katup didapat dianjurkan untuk mengurangi aktifitas yang merangsang timbulnya respon valsava atau vagal manuver dengan pembatasan aktiftas atau istirahat mengurangi jumlah oksigen miokard dan beban kerja jantung e. Atur pemberian gizi Berikan diet rendah garam pada anak dengan disfungsi katup didapat untuk mengurangi retensi cairan ektraseluler f. Pemberian oksigen Pada anak dengan disfungsi didapat terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen miokardium. Jika saturasi oksigen kurang dari normal. Terapi oksigen yang tidak adekuat dapat mengakibatkan keracunan oksigen. Berikan oksigen melalui nasal kanul 4-6 L/ menit ( kecuali bila pasien mengalami hipoksia kronis) kemudian 2 L/ menit 2. Gangguan sirkulasi pada komponen darah a. Penuhi kebutuhan nutrisi Anjurkan untuk pola makan yang benar sangat diperlukan, terutama untuk pola makan anak balita. Untuk mengatasi defesiensi zat besi, vitamin B 12 dan asam folat maka anaka perlu diberikan makan yang mengandung Fe, Vitamin B 12 dan asam folat, seperti hati, daging, telur, susu, ikan, sayur hijau dan kacang-kacangan. Pada

Pada anak dengan leukemia berikan diet TKTP secara mengcukupi dan bervariasi. Biasanya anak sulit makan sehingga makanan dapat disajikan dengan menggunakan alat makan yang menarik. Apabila perlu berkolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian suplemen vitamin. Anak dengan thalesemia mengamalami anoreksia karena terdapat anemia yang kronis. Anoreksia dapat dikurang dengan memperbaiki anemia, yaitu dengan transfusi. Untuk kebutuhan nutrisi per oral hal yang perlu diperhatikan: 1) diet TKTP dengan gizi menu seimbang 2) hindari pemberian makanan yang banyak mengandung Fe, seperti hati, sayuran hijau tua, dan anjurkan minum teh untuk mengurangi absorpsi Fe melalui usus. Hal tersebut untuk menghindari penimbunan Fe dalam tubuh 3) berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering b. Cegah resiko terjadi infeksi atau komplikasi Pada anak dengan thalasemia; 1) Apa bila terjadi infeksi saluran nafas segera diatasi 2) Berika nutrisi yang mencukupi dan transfusi darah secara teratur. Nutrisi dan transfusi diharapkan meningkatkan daya tahan tubuh. 3) Anjurkan anak untuk minum teh dan kolaborasi pemberian Desferioxamine/

Disperal untuk meningkatkan ekskresi Fe karena Fe yang tertimbun dalam tubuh dapat memperbesar limfa 4) Hindari terjadinya trauma atau ruptur lien, yaitu jika berbaring beri ganjalan bantal pada bagian perut sebelah kiri karena trauma menyebabkan terjadinya perdarahan. 5) Kolaborasi denga tim mendis untuk splenektomi bila klien terlalu besar, guna menghindari resiko pendarahan dan gagal jantung. Pada anak dengan leukemia hindari trauma dan resiko pendarahan. Sedapat mungkin hindari tindakan yang menimbulkan trauma atau pendarahan misalnya, sering menganti infus atau injeksi yang berulang kali. Rendahnya kadar trombosit dalam darah memudahkan terjadinya pendarahan baik secara spontan atau trauma. Jauhkan anak dan lingkungan yang terinfeksi, misalnya daerah denga wabah tertentu atau anggota keluarga yang menderita sakit. Daya tahan tubuh cendrung menurun pada anak yang menderita leukemia. Sementara itu pemberian sitostatika harus segera dilakukan.

c. Transplantasi sumsum tulang transplantasi sumsum tulang lah yang dapat mengobati thalasemia. Lebih dari 1000 transplantasi yang sukses. Hanya 30% pasien yang mempunyai donor yang cocok dan faktor resiko yang rendah namun masih tetap bisa melakukan prosedure ini. d. terapi khelasi dengan deferoxamine Anak dengan thalasemia, komplikasi umum dari transfusi adalah hemosiderosis. Untuk mencegah kerusakan organ akibat kelebihan zat besi, diberi terapi khelasi dengan deferoxamine. Terapi ini akan lebih efektif bila dberikan secara subcutan atau intravena. obat ini sering diberikan dirumah melalui infus subcutan ( menggunakan pompa) selama periode jam 8 sampai 12 malam. e. splenektomi Anak dengan thalasemia, spelectomi mungkin diperlukan sebagai akibat dari sporadis dari terapi transfusi, walaupun terapi transfusi agresif dapat menunda kebutuhan splenektomi. Splenektomi adalah sebuah terapi yang tidak boleh dianggap mudah dikarenakan kerentanan terhadap infeksi oleh s. Pneumoniae, H. Influenzae dan Neisseria meningitis meningkat setelah melaksanakan prosedur splenektomi pada anakanak, biasanya pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Terapa standar meliputi imunisasi, penicilin prophilactic dan terapi antibiotik untuk penyakit demam. Anakanak harus menerima vaksin influnza setiap tahunnya. f. Menghindari kecemasan Untuk menegakkan diagnosis anemia pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan, seperti Hb, darah lengkap atau pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan sering menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada anak. Oleh karena itu sebelum prosedur dilaksanakan petugas harus mengadakan pendekatan/komunikasi pada anak dan menunjukkan sikap yang bersahabat. g. Observasi tanda vital dan efek samping sitostakika Anak dengan leukimia, pemberian sitostatika ditujukan untuk menekan pertumbuhan sel-sel abnormal. Pada kenyataannya, hal tersebut juga memberikan reaksi pada sel-sel normal, terutama sel-sel epitel yang mempunyai proliferasi tinggi, sehingga akan mudah mengalami kerusakan. Selain itu, juga akan timbul neuritis, yaitu nyeri saraf perifer.

h. Transfusi darah 1) Packed Red Cell (PRC) PRC harus digunakan sebelum 30 menit setelah dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan diberikan dalam waktu < 4 jam. Pemberian PRC dapat menyebabkan hipotermi, toksisitas sitrat, beban asam dan penyusutan trombosit dan faktor koagulasi. PRC diinfuskan perlahan-lahan 2-4 jam dengan dosis kira-kira 1015 ml/kg BB, tetapi volume transfusi sangat bervariasi tergantung pada keadaan klinis misalnya perdarahan terus-menerus yang sudah berhenti, dan sebagainya. Indikasi: a) Kehilangan darah yang akut b) Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun seperti penderita penyakit keganasan c) Gagal sumsum tulang karena leukimia d) Penderita yang tergantung transfusi pada thalasemia berat, anemia apalastik dan anemia sideroblastik. 2) Platelet Concentrate (PC) Indikasi: a) Gagal sumsum tulang b) Trombositopenia c) Pintas kardiopulmonel 3) Fresh Frozen Plasma (FFP) Diberikan dengan dosis 15 ml/kg BB untuk mengganti faktor pembekuan. Agar tidak kehilangan faktor pembekuan darah harus habis dalam waktu 20 menit. Indikasi: a) Untuk mengoreksi defesiensi faktor pembekuan b) Pengganti defesiensi faktor V dan XII 4) Washed Red Cell (WRC) WCR merupakan komponen sel darah merah peka cuci yang digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada penderita yang sensitif terhadap protein plasma, penderita yang mengalami febris dan reaksi alergi terhadap transfusi yang menggunakan komponen sel darah merah pekat (packed red cells/PCR) serta

penderita yang berulang kali mengalami transfusi darah ( Brecher, 2005 dalam Pertiwi, 2010) 5) Cryoprecipitate Pada thalasemia, tansfusi neosit yaitu unit transfusi darah yang mengandung muda eritrosit muda (neocite). Secara teori, neocite akan memperpanjang usia eritrosit dan meningkatkan jarak waktu pelaksanaan transfusi dan mengurangi jumlah keseluruhan transfusi. Untuk mencegah efek samping yang lebih parah dan perubahan tulang yang berhubungan dengan penyakit, kadar hemoglobin dipertahan pada kisaran 11 g/dL. Pemberiannya dengan cara menyuntikkan intravena langsung tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencari, sebab komponen tidak tahan pada suhu kamar. Komplikasi umum dari transfusi adalah hemosiderosis. Untuk mencegah kerusakan organ akibat kelebihan zat besi, diberi terapi khelasi dengan deferoxamine. Terapi ini akan lebih efektif bila dberikan secara subcutan atau intravena. obat ini sering diberikan dirumah melalui infus subcutan ( menggunakan pompa) selama periode jam 8 sampai 12 malam. Pada anemia defisiensi besi, transfusi baru dilaksanakan bila hb kurang dari 5 g/dL dan disertai dengan keadaan umum yang memburuk misalnya terdapat ISPA, gagal jantung, dll. Demikian pula dengan anemia selain defisiensi, transfusi baru dilaksanakan sesuai dengan macam anemia. Yang harus diperhatikan adalah transfusi yang terlalu sering dapat menimbulkan depresi sumsum tulang atau reaksi hemolitik akibat terbentuknya antibodi terhadap sel darah yang ditansfusikan. oleh karena itu, selama transfusi harus dilakukan observasi tanda-tanda vital, reaksi alergi dan tanda penting lainnya secara ketat. Pada thalasemia, transfusi darah diberkan bila kkadar Hb rendah sekali kurang dari 6 gr % ) atau anak terlihat lemah dan tidak nafsu makan. untuk memulihkan atau mengembalikan fungsi jaringan secra mencukupi, yaitu dengan melakukan transfusi dengan sesuai protokol hal yang perlu diperhatikan adalah: a) Jelaskan semua prosedur untuk mengurangi kecemasan

b) Cari lokasi vena yang muda

c)

Monitor tanda vital sebelum, selam dan sesudah transfusi serta reaksinya. Apabila terjadi reaksi hentikan transfusi dan segera beritahu dokter

d) Spoeal dengan cairan infus 0,9 % normasalin atau RL sebelum dan sesudah transfusi.

Daftar Pustaka Betz, C.L. (2009). Buku saku keperawatan pediatri edisi 5. Jakarta : EGC Muscari, Mary E. 2005. Panduan belajar: keperawatan pediatrik edisi 3. Jakarta: EGC Muttaqin, A. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika Nelson, R. 2000. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC. Pertiwi, D. 2010. Pemeriksaan kadar protein supernatan akhir pada pemantapan mutu komponen washed red cells (WRC) DI UTDC PMI kota Semarang di dapat dari sainsmedika.fkunissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/view/61. Schwartz, W. 2005. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC. Tucker, S.M; Canobbio, M.M; Paquette, E.V; Wells, M.F. (1998). Patient care standard,. Nursing procces, diagnosis and outcame. Jakarta : EGC. Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika. Wong, D.L., & Hockkenberry, M.J. (2009). Essential of pediatric nursing. Philadelphia: Mosby. http://hnz11.wordpress.com/2009/06/01/membaca-lab-darah-rutin/ diakses tanggal 23 Maret 2013. http://www.scribd.com/doc/69151360/Nilai-Laboratorium-Normal-Pada-Anak-Dan-Dewasa diakses tanggal 23 Maret 2013.

You might also like