You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunaia-Nya sehingga

makalah yang berjudul Pemerataan Pendidikan di Indonesia dapat diselesaikan. Salam dan Taslim ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk bagi kita semua agar tetap beraktivitas sebagai seorang hamba yang di ridhoi oleh Allah SWT. Cukup banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Meskipun demikian, atas petunjuk dan limpahan rahmat-Nya hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi dengan adanya uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga pada saatnya makalah ini dapat terwujud meskipun dalam bentuk sederhana. Untuk itu sudah sepantasnya jika penyususn menyampaikan penghormatan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing

Najamuddin,S.Pd.,M.Pd , atas petunjuk dan bimbingan yang diberikan kepada Penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada rekan-rekan dan segenapa pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data selama penyusunan makalah ini. Keberhasilan penyusunan makalah ini takkan ada tanpa restu dan dorongan kedua orang tua kamis tercinta. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya. Disadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang konstruktif senantiasa diharapkan demi perbaikan. Akhirnya kepada Allah SWT. penulis memohon doa restu atas segala jasa-jasa mereka dapat dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Maros, 18 Desember 2009 Penyusun, Basri

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. A. Latar Belakang ........................................................................................................ B. Rumusan Masalah ................................................................................................... C. Tujuan ..................................................................................................................... D. Manfaat ................................................................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. A. Pengertian Guru ...................................................................................................... B. Tugas Guru.............................................................................................................. C. Peran guru menurut Para Ahli ................................................................................ D. Kompetensi dan peran Guru ................................................................................... BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................. A. Pemerataan Guru .................................................................................................... B. Kendala Pemerataan Pendidikan ............................................................................ C. Pemecahan Masalah dalam rangka Pemerataan Pendidikan .................................. BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ A. Kesimpulan ............................................................................................................. B. Saran ....................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terus mendapat sorotan dan menjadi perhatian khusus. Kondisi pendidikan yang sangat memprihatinkan itu ternyata beralasan. Pasalnya, pemerataan pendidikan di Indonesia belum terlaksana dengan baik, apalagi guru-guru di kota masih jauh lebih banyak jumlahnya daripada di pedesaan. Keengganan mengajar di desa ini yang membuat pendidikan desa dan kota terus mengalami margin yang besar. Padahal sesuai amanat Undang Undang Dasar 1945, pendidikan harus merata dan tidak ada perbedaan antara kota dengan desa. "Kenyataannya pemerataan pendidikan itu belum terlaksana dengan baik, masih terjadi kesenjangan akibat guru-guru hanya mau mengajar di kota tidak mau di desa. Kondisi ini menciptakan pendidikan kita masih memprihatinkan," kata Komisi E DPRD Sumut Brilian Moktar, kemarin di sela-sela seminar pendidikan di kampus Unimed. Padahal pemerintah mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten dan kota serta pusat terus memperhatikan guru, seperti tunjangan sertifikasi dan insentif, meski masih ada sebagian guru yang belum mendapatkannya. Menurut Brilian, komitmen mengajar itu harus berlandaskan dari Dinas Pendidikan. Jangan guru itu nantinya tidak mau ke desa, akibatnya peningkatan kualiatas pendidikan menjadi tidak merata. "Guru harus siap ditempatkan untuk mengajar di desa terpecil sekalipun, demi tewujudnya pemerataan pendidikan. Untuk itu pemerintah perlu meningkatkan kesejahteraan sekaligus memberikan insentif mereka," tegas Brilian.

Dikatakannya, jika guru kota, jangan diletakkan di desa, karena tidak akan sanggup. Sebaliknya guru desa dibina menjadi guru yang baik dan kembali desa. Namun bagi guru yang masih mau bersikap Marsipature Hutanabe (membangun desa sendiri) harus mau belajar dan membangun daerahnya. Pemerintah Provinsi Sumut melalui Dinas Pendidikan harus memerhatikan kualitas pendidikan di daerah terpencil dan harus membuat grand design pendidikan untuk visi-misi gubernur, di antaranya punya masa depan. "Masing-masing satuan kerja dan perangkat daerah harus memiliki grand design yang mengacu ke sana, baru bisa tercapai," jelasnya. Kepala Dinas Pendidikan Sumut Drs Bahrumsyah MM menyebutkan, pemerintah terus berupaya memperhatikan peningkatan pendidikan, misalnya dengan memberikan tujangan insentif bagi guru yang mengajar di desa terpencil. Bahrum mengaku, rendahnya kualitas pendidikan itu selain belum meratanya pendidikan juga disebabkan masih banyak guru belum memenuhi standar kompetensi dan tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

Bersarkan data, pada tahun 2005, kekurangan guru untuk tingkat keseluruhan di Indonesia mencapai 218.838 orang dan untuk tahun 2006 memerlukan tambahan 38 ribu guru dan jumlah itu masih diperlukan lagi hingga 6 ribu guru, termasuk di Sumut. Dengan kondisi pendidikan yang belum merata ini, jadi wajar jika Brilian menilai sebaiknya pelaksanan Ujian Nasional (UN) ditunda. Sebab untuk kelulusan siswa tidak mutlak hasil dari UN. Semestinya dibuat standar ukuran, tapi bukan standar kelulusan. Jika standar pendidikan di Indonesia sudah merata dan dinilai perlu, bisa diberlakukan. Staf ahli Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumut Syahdian mengatakan, standar kelulusan tetap dibutuhkan dalam dunia pendidikan, demi menilai sudah sejauh mana perkembangan maupun mutu peserta didik.

"Standar kelulusan diperlukan untuk menilai keberhasilan peserta didik. Jadi kalau tidak ada standarnya, kita tidak bisa melakukan penjaminan terhadap mutu pendidikan," ucapnya. Menurutnya, standar pendidikan itu tidak terlepas dari keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang belum merata, terutama untuk sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut : 1. Apa itu pemerataan pendidikan ? 2. Mengapa mesti ada pemerataan guru di Indonesia ? 3. Bagaimana menanggulangi ketidakmerataan guru yang ada di Indonesia ? C. Tujuan Dari rumusalan masalah di atas maka dapat diberikan tujuan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mencari pengertian pemerataan pendidikan di Indonesia 2. Untuk mengetahui dampak ketikmerataan guru di Indonesia 3. Untuk mencari dan menyelidiki kendala terjadinya ketidakmerataanya guru di Indonesia D. Manfaat Dari tujuan di atas maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Dapat mengetahui pengertian pendidikan dan guru 2. Dapat mengantisipasi dampak ketidakmerataan pendidikan di Indonesia 3. Dapat memberikan sumbangsi kepada dunia pendidikan tentang solusi tentang pemerataan guru 4. Dapat mengetahui penyebab guru tidak ingin ditempatkan di daerah terpencil

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Guru Beberapa tahun terakhir ini, profesionalisme guru banyak dibicarakan dan dibahas, hal ini terkait dengan sertifikasi guru. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 tahun 2007 ditetapkan tanggal 4 Mei 2007, bahwa sertifikat pendidik diperoleh setelah guru mengikuti uji kompetensi yang dilakukan dalam bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan atas profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan sepuluh komponen meliputi: kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; penilaian dari atasan dan pengawas; prestasi akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam forum ilmiah; pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan (pasal 2 ayat 1, 2 dan 3). Menurut Grandt (1993), guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai

tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya. Untuk belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya bagi proses belajar siswa. Kelima, guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya, misalnya, untuk guru fisika dapat bergabung dengan Asosiasi Guru Fisika Indonesia (silakan kunjungi website www.agfipusat.com). Ciriciri tersebut di atas menurut Dedi Supriadi (1998) sangat sederhana dan pragmatis sehingga mudah dicapai dan dinilai dengan kriteria yang terukur. Dalam kaitan dengan proses globasisasi yang efeknya sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, Winarno Surakhmad (2000) menekankan perlunya guru memperhatikan karakteristik peralihan paradigma, dari paradigma lama ke paradigma 1 baru, dari tingkat profesionalisme yang rendah ke profesionalisme yang tinggi. Pertama, peralihan paradigma dari yang terlalu berorientasi ke masa lalu ke paradigma yang berorientasi ke masa depan. Guru dengan karakteristik profesional yang demikian, akan mengajar dengan lebih banyak menggunakan bahasa harapan masa depan, dan bukan bahasa nostalgia masa lalu. Kedua, peralihan dari paradigma pendidikan yang hanya mengawetkan kemajuan, ke paradigma pendidikan yang merintis kemajuan. Guru dengan orientasi profesional demikian, akan merangsang anak didiknya untuk mencari jawaban, untuk meneliti masalah, dan mengembangkan sendiri berbagai informasi baru. Dia tidak secara dogmatis atau indoktriner memaksakan informasi usang yang sudah tidak berharga apa-apa di dalam kehidupan anak didik. Ketiga, peralihan paradigma dari yang berwatak feodal ke paradigma pendidikan yang berjiwa demokratis, guru dengan tingkat profesionalisme yang tinggi antara lain, adalah guru yang mampu menghidupkan alam dan kehidupan demokrasi di dalam situasi mengajar dan belajar sebagai sebuah cara hidup. Tanpa kewaspadaan guru, sangat mudah proses itu menjadi feodalistik dan paternalistik. Guru adalah lambang democracy in action, bukan democracy in words. Keempat, peralihan paradigma pendidikan yang terpusat di satu tangan ke seragam, menjadi paradigma pendidikan yang kaya dalam keberagaman, dengan titik berat pada peran masyarakat dan anak didik. Di sini, guru bertanggung jawab, lebih masalah sebelumnya, sebagai pengelola proses belajar dan mengajar. Profesionalisme guru yang tinggi, akan menciptakan kemandirian lembaga. Masyarakat dalam era globalisasi adalah
7

masyarakat informasi. Sepanjang manusia dapat menguasai secara berarti media yang baru, baik cetak apalagi elektronik, ia dapat menjadi an informed person. Tetapi literacy di era itu harus lebih dari sekedar melek baca, tulis dan hitung. Walaupun kebanyakan informasi yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah melalui media baru yang tersedia namun informasi tersebut harus dikonversi agar menjadi pengetahuan yang berarti sehingga mempunyai peranan dalam dunia pendidikan. Dalam kaitan ini, secara teknis, guru hendaknya mempunyai kemampuan menurut Drucker (1989) untuk mengkonversi informasi menjadi pengetahuan melalui organized, systematic dan purposeful learning. Selain itu, guru profesional hendaknya memiliki daya pandang masa depan dalam melaksanakan profesinya. Guru professional, dimanapun ia berada, ia adalah sebuah aset. Ia adalah seorang yang berperan sebagai fasilitator belajar siswa-siswanya untuk mewujudkan impian tinggi mereka. Ia adalah pelaku pendidikan. Dan, tentu kita semua setuju bahwa pendidikan itu penting. B. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret

guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat C. Peran Guru 1. Dalam Proses Belajar Mengajar Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai: a. Demonstrator b. Manajer/pengelola kelas c. Mediator/fasilitator d. Evaluator 2. Dalam Pengadministrasian Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai: a. Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan b. Wakil masyarakat c. Ahli dalam bidang mata pelajaran d. Penegak disiplin e. Pelaksana administrasi pendidikan 3. Sebagai Pribadi Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai: a. Petugas social

b. Pelajar dan ilmuwan c. Orang tua d. Teladan e. Pengaman

4. Secara Psikologis Peran guru secara psikologis adalah: a. Ahli psikologi pendidikan b. Relationship c. Catalytic/pembaharu d. Ahli psikologi perkembangan D. Kompetensi dan Profesi guru 1. Kompentensi Pribadi a. Mengembangkan Kepribadian 1) Bertqwa kepada Allah SWT 2) Berperan akkif dalam masyarakat 3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru b. Berinteraksi dan Berkomunikasi 1) Berinteraksi dengan rekan sejawat demi pengembangan kemampuan professional 2) Berinteraksi dengan masyarakat sebagai pengemban misi pendidikan c. Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan

10

1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar 2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus d. Melaksanakan Administrasi Sekolah 1) Mengenal administrasi kegiatan sekolah 2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolahe. e. Melaksanakan penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran 1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah 2) Melaksanakan penelitian sederhana 2. Kompetensi Profesional a. Menguasai landasan kependidikan 1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional 2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat. 3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. b. Menguasai bahan pengajaran 1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dari menengah 2) Menguasai bahan pengajaran. c. Menyusun program pengajaran 1) Menetapkan tujuan pembelajaran 2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran 3) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
11

4) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar. d. Melaksanakan program pengajaran 1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat 2) Mengatur ruangan belajar 3) Mengelola interaksi belajar mengajar e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan 1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran 2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. BAB III PEMBAHASAN A. Pemerataan Guru Guru adalah profesi, guru profesional adalah guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam pendidikan, tanpa dedikasi tinggi maka proses belajar mengajar akan kacau balau. Dalam proses belajar menagajar, yang telah berlangsung di dalam kelas, dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses belajar mengajar yang dapat juga dinyatakan sebagai struktur dasar dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan murid dalam mencapai cita-citanya. Seperti tertuang pada hadis Nabi Khairunnaas anfauhum linnaas artinya sebaik baik manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain. Menurut Zakiah Darajat (1992), tidak sembarangan orang dapat melakukan tugas guru, tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan berikut ini yang dipandang mampu : bertakwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik. B. Kendala Pemerataan Pendidikan
12

Pengamat Pendidikan Dr Max Ruindungan MPd Senin (20/11) kemarin menyatakan penyebab terjadinya penyebaran guru yang tidak merata disebabkan oleh belum adanya policy yang jelas serta manajemen guru yang tidak profesional. Jadi kuncinya ada pada kebijakan mengenai pengang-katan guru dan penempatan yang sekarang belum jelas. Misalnya saja sulit melakukan mutasi guru tidak ada biaya yang terkait de-ngan mutasi tersebut, jelas Ruindungan yang juga adalah Ketua Forum Cendekiawan Kristen Sulut ini. Hal ini juga menurut Ruindu-ngan juga terkait dengan rekrut-men para Kadis Diknas. Sebab Kadis Diknas direkrut berda-sarkan political appointee bukan profesional appointee. Bagai-mana mengelola pendidikan dan guru, kalau kadisnya tidak me-ngerti konsep pendidikan, imbuhnya.

Sementara Rektor Unika De La Salle Pastor Johanis Mangkey MA secara terpisah menyatakan bahwa masalah pemerataan ini serat kaitannya dengan kesejahteran guru. Bagaimanapun guru kan ingin hidup layak. 1. Pemerintah masih belum menggalakkan paradigma Pendidikan Dasar 9 Tahun menjadi satu kesatuan paket program proses belajar mengajar ; 2. Masih banyaknya anak didik putus sekolah di tingkat dasar (SD 6 Thn) ; 3. Biaya pendidikan masih tinggi (Biaya informal) Sedangkan ketidakmerataan kesempatan mendapatkan pendidikan bisa dilihat dari sex, tempat tinggal, dan terutama menurut status sosial ekonomi. Teori klasik menyatakan bahwa pendidikan akan menjembatani jurang antara kelompok kaya dan kelompok miskin di masyarakat sudah banyak mendapatkan kritikan dan tantangan. Teori-teori dependency, dengan bukti-bukti empiris dari dunia kerja, menunjukkan bahwa justru pendidikan memperbesar jurang kaya dan miskin. Sebab pada diri pendidikan itu sendiri terdapat stratifikasi sosial (karabel dan Halsey, 1977). Kalau ketidakmerataan memperoleh pendidikan menurut sex dan desa/kota, sudah mulai dapat diperkecil dengan berbagai kebijakan pendidikan yang telah dilaksanakan, tidak demikian dengan ketidakmerataan pendidikan di antara

13

penduduk miskin dan kaya. Perbedaan pendidikan menurut status ekonomi antara kaya dan miskin masih sulit untuk dipecahkan. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas sekolah. Kualitas sekolah dan juga jenis atau jurusan akan menentukan status di masa depan. Sedangkan sebagian besar anak didik yang bisa memperoleh sekolah yang juga relatif rendah kualitasnya. Hal ini tidak mengherankan, karena anak didik yang dapat memenuhi kualifikasi untuk masuk sekolah favorit sebagian besar adalah anak dari keluarga yang relatif mampu, yang memang secara rill lebih pandai. Permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari kualitas tenaga pendidikan dalam hal ini guru. Karena guru memiliki peran sebagai pendidik. Guru merupakan ujung tombak terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Namun kita tahu pada diri guru itu sendiri memiliki banyak permasalahan yang sampai pada hari ini belum dapat terselesaikan sesuai dengan tuntutan dan harapan guru sebagai pendidik. Seorang pendidik harus mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan kebutuhan untuk itu belum dapat dipenuhi dari penghasilan yang diperoleh sebagai imbalan yang diberikan pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. Ini dapat dibandinkan dengan tenaga profesi lain seperti arsitek jika mereka ketemu yang dia bahas bagaimana merancang suatu bangunan supaya dapat berdiri kokoh dan berkualitas, dokter juga begitu bagaimana menangani suatu pasien yang memiliki gangguan kesehatan tertentu agar cepat sembuh, tetapi apa yang diperdebatkan oleh seorang guru bila ketemu dengan teman seprofesinya, bagaimana mereka bisa menyelesaikan potongan gajinya yang setiap bulan untuk memenuhi cicilan rumah atau motor kreditnya. Tapi Alhamdulillah walaupun mereka mengalami hal seperti itu mereka tetap memikirkan tuntutan utama yang harus dipenuhi oleh seorang guru, bagaimana membekali diri sehingga apa yang dimiliki dapat menjadi bekal untuk memenuhi kewajibannya sebagai pendidik. Tak lepas dari itu masih banyak yang mempengaruhi permasalahan pendidikan kita. Maka pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan pendidikan tentang guru dapat digunakan pendekatan macrocosmics dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi

14

kualitas guru, antara lain: a) penguasaan guru atas bidang studi, b) penguasaan guru atas metode pengajaran, c) kualitas pendidikan guru, d) rekrutmen guru, e) Konpensasi guru, f) Status guru di masyarakat, g) manajemen sekolah, h) dukungan masyarakat, dan i) dukungan pemerintah. Penguasaan guru atas bidang studi yang akan diajarkan kepada siswa merupakan sesuatu yang mutlak sifatnya. Sebab, dengan materi bidang studi tidak saja guru akan mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi lebih dari pada itu, dengan materi bidang studi itu guru akan menanamkan disiplin, mengembangkan critical thinking, mendorong kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan itu sendiri pada diri siswa. Penguasaan kemampuan guru dibidang metodologi pengajaran juga penting. Tetapi perlu dicatat bahwa, kemampuan metode dalam pengajaran yang dimiliki oleh guru masih perlu ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Rendahnya penguasaan guru pada bidang studi tidak lepas dari kualitas pendidikan guru dan rekrutmen calon guru. Pada tahun 2004 kembali terdapat perubahan kurikulum pendidikan yang terjadi tidak bisa dilepaskan begitu saja pada pemahaman akan hakikat profesi guru. Lanjut pada tahun 2006 diaplikasikan lagi kurikulum KTSP. Implikasi perubahan ini tidak menuntut pendidikan dapat menghasilkan lulusan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga in-service training bagi soft-profession amat pentng. Barangkali wartawan, advokat, dan guru merupakan contoh dari kategori profesi ini. Kualitas guru tidak bisa dilepaskan dari konpensasi yang mereka terima dan status guru di masyarakat. Namun, konpensasi atau gaji guru tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi suatu negara. Artinya, perbandingan gaji guru antar negara akan tidak pas kalau tidak ditimbang dengan kemakmuran bangsa tersebut. Gaji guru di Malaysia lebih besar dibandingkan dengan gaji guru di Indonesia, secara absolut. Namun, perbandingan akan berbeda manakala kedua gaji tersebut

15

diperbandingkan dengan pendapatan perkapita negara masing-masing. Oleh karena itu, bukan hanya gaji guru yang penting melainkan bagaimana dukungan masyarakat dan pemerintah bagi kesejahteraan dan status guru. Lagu Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa sangat mulia dan terhormat. Dalam setiap kesempatan wisuda sering lagu tersebut diperdengarkan, dan hadirin terbuai dengan kesyahduan. Namun, barangkali bagi guru sendiri akan lebih senang kalau lagu diubah menjadi Guru Pahlawan Penuh Tanda Jasa. Dengan demikian, kelak tidak hanya muballigh yang ber BMW atau ber-Mercy, tetapi juga para guru akan berinova atau ber-terrano, simbol kemakmuran masyarakat dewasa ini. Namun, barangkali merupakan suatu kemustahilan, paling tidak untuk jangka pendek, untuk merealisir kompensasi guru yang memadai kalau hanya bersandarkan kepada anggaran pemerintah. Barangkali sudah masanya untuk dipikirkan mobilisasi dana pendidikan atau dana kesejahteraan guru yang berasal dari masyarakat. Kalau untuk keperluan lain dana mudah diperoleh misalnya untuk prestasi olahraga, mengapa tidak bisa prestasi guru. Disinilah letaknya, partisipasi orang tua dan dukungan masyarakat mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru. Karena selama ini telah dilakukan upaya peningkatan kualitas guru dengan penataran untuk meningkatkan kemampuan tidak cukup. Sebab masih ada faktor lain yang perlu sentuhan, yakni semangat dedikasi guru dan kesejahteraannya. Mudahmudahan dengan adanya Undang-undang Guru dan Dosen dapat memberikan solusi tentang permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia

C. Pemecahan Masalah dalam rangka Pemerataan Pendidikan Pemerintah pusat membatasi masa berlaku penggunaan sistem team teaching dan sistem remedial selama dua tahun sebagai alternatif kegiatan untuk memenuhi tuntutan mengajar 24 jam per pekan. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Dr Baedhowi saat ditemui wartawan di sela-sela kesibukannya, Jumat (4/9).

16

Dalam kesempatan itu, Baedhowi mengatakan, diperbolehkannya sistem team teaching dan remedial sebagai alternatif kegiatan untuk memenuhi tuntutan beban mengajar selama 24 jam/pekan disebabkan tidak meratanya jumlah guru di sejumlah sekolah. Menurutnya, sistem team teaching dan remedial itu hanya berlaku selama dua tahun. Dengan demikian, selama kurun waktu dua tahun itu, pihaknya akan mendesak kepada pemerintah daerah untuk melakukan pemeratan jumlah guru di masing-masing daerahnya. Persoalan tidak meratanya jumlah guru ini bukan kesalahan guru, tetapi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah. Jadi, waktu dua tahun itu masa transisi yang cukup bagi pemerintah daerah untuk melakukan pemerataan guru di daerahnya. Seharusnya sekolah yang mempunyai tenaga guru berlebih bisa dipindahkan pada sekolah yang kekurangan tenaga guru, tandas Baedhowi. Lebih lanjut, Baedhowi menjelaskan, masa berlaku dua tahun penggunaan system team teaching dan remedial itu tidak berlaku untuk daerah terpencil. Pasalnya, di daerah terpencil selama ini cenderung kekurangan jumlah tenaga pendidik. Hal inilah yang membedakan kedua sistem belajar itu tetap bisa digunakan di daerah terpencil. 1. Memperluas dan meratakan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti. 2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan. 3. Memperbaharui sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional.

17

4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai. 5. Memperbaharui dan memantapkan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen. 6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya. Akhir kata dari guru yang berjasa pada bidang pendidikan semoga dengan sekian regulasi kebijakan sistem pendidikan nasional yang ada dapat mengantarkan kita menjadi bangsa yang terhormat, bermartabat, bermoral, dan mandiri. Wassalam

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari kualitas tenaga pendidikan dalam hal ini guru. Karena guru memiliki peran sebagai pendidik. Guru merupakan ujung tombak terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Namun kita

18

tahu pada diri guru itu sendiri memiliki banyak permasalahan yang sampai pada hari ini belum dapat terselesaikan sesuai dengan tuntutan dan harapan guru sebagai pendidik. Seorang pendidik harus mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan kebutuhan untuk itu belum dapat dipenuhi dari penghasilan yang diperoleh sebagai imbalan yang diberikan pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. Ini dapat dibandinkan dengan tenaga profesi lain seperti arsitek jika mereka ketemu yang dia bahas bagaimana merancang suatu bangunan supaya dapat berdiri kokoh dan berkualitas, dokter juga begitu bagaimana menangani suatu pasien yang memiliki gangguan kesehatan tertentu agar cepat sembuh, tetapi apa yang diperdebatkan oleh seorang guru bila ketemu dengan teman seprofesinya, bagaimana mereka bisa menyelesaikan potongan gajinya yang setiap bulan untuk memenuhi cicilan rumah atau motor kreditnya. Tapi Alhamdulillah walaupun mereka mengalami hal seperti itu mereka tetap memikirkan tuntutan utama yang harus dipenuhi oleh seorang guru, bagaimana membekali diri sehingga apa yang dimiliki dapat menjadi bekal untuk memenuhi kewajibannya sebagai pendidik. Tak lepas dari itu masih banyak yang mempengaruhi permasalahan pendidikan kita. Maka pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan tentang guru dapat digunakan pendekatan macrocosmics dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas guru, antara lain: a) penguasaan guru atas bidang studi, b) penguasaan guru atas metode pengajaran, c) kualitas pendidikan guru, d) rekrutmen guru, e) Konpensasi guru, f) Status guru di masyarakat, g) manajemen sekolah, h) dukungan masyarakat, dan i) dukungan pemerintah.1. B. Saran Dari kesimpulan di atas maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut 1. Memperluas dan meratakan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti. 2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi
19

secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan. 3. Memperbaharui sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional. 4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai. 5. Memperbaharui dan memantapkan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen. 6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view =article&id=27251:pendidikan-belum-merata-guru-harus-siap-mengabdi-di-

20

desa&catid=56:edukasi&Itemid=63. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009 2. http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=113602. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009 3. http://www.solopos.com/2009/pendidikan/pemda-didesak-lakukan-pemerataan-guru4235. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009 4. http://asbabulismu.blogspot.com/2009/07/peran-guru-dalam-proses-belajar.html dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009 5. http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/pengertian-pendidikan.htm. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009 6. http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2006/nov_21/didik01.html 15 Desember 2009 7. http://maxnyitblog.blogspot.com/2009_04_24_archive.html diposting 10 Desember 2009. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009 8. http://www.solopos.com/2009/pendidikan/pemda-didesak-lakukan-pemerataan-guru4235 . dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009
9. http://sma1candiroto.wordpress.com/2009/08/28/problematika-pendidikan-oleh-

Berita

Pendidikan dan Budaya posting 21 nopember 2006 . dibaca dan didownload tanggal

supardin/. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009

21

You might also like