You are on page 1of 30

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

LABORATORIUM KLINIK 1: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan Penyusun: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes Telefon: 0352-752747 (rumah), 081335251726 (mobile), 0351-895216 (kantor) E-mail: heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com website: www.heruswn.teach-nology.com atau www.heruswn.weebly.com

Alat-alat untuk pemeriksaan hematologi


Peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan hematologi antara lain: 1. Lanset darah Lanset darah disposable (sekali buang) diperlukan untuk mendapatkan darah kapiler. Lanset yang baik adalah sekali berujung tajam dan melebar. 2. Jarum, semprit dan botol Jarum dan semprit disposable digunakan untuk memperoleh darah vena dan arteri. Jarum hendaknya cukup besar, berujung runcing, tajam dan lurus. Lebih baik lagi jika digunakan jarum dan tabung hampa udara steril (venoject) yang membuat darah terhisap ke dalam tabung dan benar-benar tak tercemar. Botol kecil steril digunakan untuk menampung darah setelah diambil ke dalam semprit.

3. Hemositometer Hemositometer digunakan untuk menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini terdiri atas kamar hitung, kaca penutup dan pipet. a. Kamar hitung Kamar hitung yang banyak digunakan adalah improved Neubauer. Gambar detail dari kamar hitung dapat Anda lihat pada gambar. b. Kaca penutup Kaca penutup dibuat benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek. c. Pipet Pipet yang digunakan adalah pipet Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca merah. Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan pipet eritrosit, namun di dalam bola terdapat sebutir kaca putih.

Venoject

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Kamar hitung

Pipet Thoma
4. Hemoglobinometer (hemometer) Hemoglobinometer digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana. Hemometer Sahli masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembagalembaga pelayanan kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini tak dianjurkan karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini terdiri atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna pembanding. 5. Kaca obyek dan kaca penutup Kaca obyek berukuran 1 x 3 inci. Sebaiknya pinggir kaca obyek benar-benar rata sehingga baik untuk membuat sediaan apus. Kaca penutup harus tipis supaya dapat digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis.

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Cara memperoleh sampel darah


Dalam pemeriksaan hematologi umumnya digunakan darah kapiler dan darah vena. 1. Darah kapiler Darah kapiler diambil dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa dan dari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari bagian tubuh dengan gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia. Cara mengambil sampel darah kapiler adalah: a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering. b. Pegang bagian yang dipilih supaya tak bergerak c. Tekan sedikit untuk mengurangi nyeri d. Tusuk dengan cepat dan cukup dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk secara tegak lurus dengan garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun telinga, tusuk pinggirnya, jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena darah akan bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi lebih encer, yang berdampak terhadap akurasi hasil pemeriksaan. e. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering. 2. Darah vena Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti. Untuk bayi, darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior. Cara mengambil darah vena adalah: a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering. b. Pasang torniket, sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat jelas c. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d. Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e. Longgarkan torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan kebutuhan f. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering. g. Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h. Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i. Cabut jarum dari semprit lalu alirkan darah ke botol secara perlahan melalui dinding botol supaya tidak terjadi lisis sel-sel darah

Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)


Cara pemeriksaan kadar Hb yang lazim digunakan adalah cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual. 1. Cara fotoelektrik Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin-sianida) dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kalium sianida. Larutan Drabkin mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Cara ini tidak kita bahas lebih lanjut, yang jelas cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin karena memiliki akurasi yang sangat tinggi. 2. Cara kolorimetrik visual (cara Sahli) Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian warna ini dibandingkan dengan warna standar secara visual. Langkah-langkah pemeriksaan dengan cara Sahli yaitu: a. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer b. Isap darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA atau oksalat dengan menggunakan pipet Hb sampai tanda 20 L tanpa terputus c. Hapuslah darah diluar ujung pipet d. Segera alirkan darah ke dasar tabung, jangan sampai ada gelembung udara

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

e. Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah f. Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan tambahkan setetes demi setetes aquades. g. Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benarbenar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung Kelemahan metode ini adalah: a. Tak semua hemoglobin menjadi hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (HbCO2), methemoglobin dan sulfhemoglobin b. Kemampuan visual pemeriksa sangat mempengaruhi hasil c. Cahaya yang kurang terang mempengaruhi hasil

Penghitungan sel-sel darah


Lekosit, eritrosit dan trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada laboratorium besar, penghitungan dilakukan secara elektronik dan pengenceran otomatis sehingga memberikan hasil yang sangat akurat. Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain itu, masih ada cara manual yang tetap diperlukan hingga saat ini yaitu menggunakan pipet dan kamar hitung. Penghitungan lekosit Untuk menghitung lekosit, darah diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Turk. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5 2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet 3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45 o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung udara 4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap 5. Kocok selama 15-30 detik 6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja 7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet 8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas 9. Biarkan 2-3 menit supaya lekosit mengendap 10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus dirahkan ke garisgaris bagi. 11. Hitunglah lekosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas. 12. Jumlah lekosit per L darah adalah: jumlah sel X 50 Penghitungan eritrosit Untuk menghitung eritrosit, darah diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5 2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet 3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem dengan sudut 45 o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan sampai ada gelembung udara 4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap 5. Kocok selama 15-30 detik 6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet 8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas 9. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap 10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garisgaris bagi dalam bidang besar yang tengah. 11. Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas. 12. Jumlah lekosit per L darah adalah: jumlah sel X 10000

Penghitungan lekosit dan eritrosit (lingkaran besar: daerah penghitungan lekosit, lingkaran kecil: daerah penghitungan eritrosit)
Penghitungan trombosit Ada 2 cara penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung, darah diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap cairan Rees Ecker sampai tanda 1 dan buang lagi cairan tersebut 2. Hisap darah sampai tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok selama 3 menit 3. Lanjutkan langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit 4. Biarkan kamar hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya trombosit mengandap 5. Hitunglah trombosit dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar 6. Jumlah trombosit per L darah adalah: jumlah trombosit x 2000.

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Sediaan hapusan darah


Sediaan hapusan darah penting untuk pemeriksaan keadaan trombosit, keadaan eritrosit dan keadaan lekosit. Cara membuat sediaan hapusan darah dapat menggunakan kaca obyek dan menggunakan kaca penutup. Dalam kuliah ini hanya kita bahas cara yang pertama saja yaitu: 1. Sentuhlah setetes kecil darah (diameter maksimal 2 mm) kira-kira 2 cm dari tepi kaca obyek. Darah yang dipakai adalah darah kapiler, darah heparin atau darah EDTA. 2. Letakkan kaca obyek dengan darah di sebelah kanan 3. Dengan tangan kanan, letakkan kaca obyek lain di kiri tetes darah, lalu gerakkan ke kanan sampai menyentuh darah 4. Tunggu darah menyebar sampai cm dari sudut kaca penggese 5. Geser kaca ke kiri dengan sudut 30-45o, jangan menekan ke bawah 6. Biarkan sediaan mengering di udara 7. Tulis nama klien dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal

Pembuatan apusan darah dengan menggunakan kaca obyek


Setelah hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa. Teknik pewarnaan tidak perlu dibahas dalam kuliah ini. Dengan pewarnaan maka keadaan sel-sel darah akan terlihat jelas di bawah mikroskop.

HASIL PEWARNAAN GIEMSA

HASIL PEWARNAAN WRIGHT

Contoh hasil pewarnaan dengan cara Giemsa dan Wright

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Keadaan trombosit Dalam pemeriksaan keadaan trombosit yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan mofologi trombosit. Jumlah trombosit dihitung dalam 100 lapangan penglihatan dan secara normal akan didapatkan lebih dari 500-1500 trombosit. Pemeriksaan morfologi trombosit dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk trombosit.

Keadaan eritrosit

Keadaan trombosit

Dalam pemeriksaan keadaan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah mofologi eritrosit meliputi bentuk bentuk, ukuran dan karakteristik warna.

eritrosit

Morfologi eritrosit
Ada beberapa kelainan morfologi eritrosit antara lain: 1. Anisositosis (abnormalitas ukuran eritrosit). Contoh mikrosit (eritrosit lebih kecil dari normal) pada kasus anemia defisiensi besi dan makrosit (eritrosit lebih besar dari normal) pada kasus anemia defisiensi asam folat. 2. Poikilositosis (abnornalitas bentuk eritrosit yaitu ada yang tidak bundar) Contohnya adalah kondisi hemoglobin patologik dan beberapa jenis anemia. 3. Polikromasi (terdapat beberapa eritrosit dengan warna kebiruan di antara eritrosit normal yang berwarna merah) Polikromasi menunjukkan adanya eritrosit yang masih muda. 4. Hipokrom (bagian pucat di tengah eritrosit meluas). Keadaan ini menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

5. Sferosit (eritrosit mendekati bentuk bola) Contoh kasus ini adalah anemia hemolitik Keadaan lekosit Dalam pemeriksaan keadaan lekosit yang perlu diperhatikan adalah hitung jenis (differential counting) lekosit.

Jenis-jenis lekosit
Hitung jenis adalah menghitung 100 lekosit dan mengelompokkan berdasarkan jenisjenisnya. Urutan pengelompokan adalah basofil, eosinofil, netrofil (batang dan segmen), limfosit dan monosit. Nilai normal dari hitung jenis adalah basofil: 0-1%, eosinofil: 1-3%, netrofil batang: 2-6%, netrofil segmen: 50-70%, limfosit: 20-40% dan monosit: 2-8%.

Hitung jenis lekosit tinggi dan rendah


Menghitung retikulosit Setelah eritrosit muda kehilangan inti, sebagian kecil RNA tertinggal di dalam eritrosit. Sel ini dinamakan retikulosit. Jumlah retikulosit normal adalah 0,5-1,5% dari jumlah eritrosit, yaitu 25000-75000 per L darah.

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Menghitung retikulosit

Laju endap darah (LED)


Laju endap darah adalah kecepatan pengendapan eritrosit, oleh karena itu untuk mengukurnya diperlukan darah dengan anti koagulan. Ada 2 cara pemeriksaan LED yaitu cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada kuliah ini hanya diberikan contoh cara Wintrobe, dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Ambil darah EDTA atau darah oksalat 2. Dengan menggunakan pipa Wintrobe, masukkan darah ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 0 mm. Cegah terjadinya gelembung udara. 3. Biarkan tabung Wintrobe dalam posis tegak lurus selama 60 menit 4. Bacalah tinggi lapisan plasma dalam milimeter dan catat sebagai LED. Nilai LED normal adalah pria: < 10 mm/jam dan wanita: < 15 mm/jam

Hematokrit
Hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah. Ada 2 cara pemeriksaan hematokrit yaitu cara Wintrobe dan cara mikrometode. Pada kuliah ini hanya dibahas cara Wintrobe, dengan langkah langkah pemeriksaan sebagai berikut: 1. Ambil kapiler atau darah EDTA, darah heparin atau darah oksalat lalu masukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 100 di atas. 2. Masukkan tabung ke dalam sentrifuge yang cukup besar lalu pusingkan selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm 3. Bacalah hasilnya dengan memperhatikan: a. Plasma di atas (kuning) dibandingkan dengan kaliumbikromat dan intensitasnya disebut satuan. Satu satuan adalah 1:10000 b. Ketebalan lapisan putih (lekosit dan trombosit) c. Volume sel-sel darah merah. Nilai hematokrit normal adalah pria: 40-48% dan wanita: 37-43%

Masa perdarahan (bleeding time)


Masa perdarahan digunakan untuk menilai faktor-faktor ekstravaskuler dari hemostasis (pembekuan darah). Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu cara Ivy dan cara Duke. Langkah-langkah pemeriksaan masa perdarahan adalah:

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

1. Bersihkan bagian voler lengan bawah (cara Ivy) atau anak daun telinga (cara Duke) dengan alkohol 70% dan tunggu sampai kering. 2. Khusus untuk cara Ivy pasang manset sfigmomanometer pompa sampai batas tekanan 40 mmHg lalu pertahankan tekanan tersebut 3. Cara Ivy: tegangkan kulit dan tusuk dengan lanset sedalam 3 mm di lokasi 3 jari dibawah lipat siku Cara Duke: tusuk pinggir anak daun telinga dengan lanset sedalam 2 mm 4. Ketika darah mulai keluar, hidupkan stopwatch 5. Isap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik, cegah menekan kulit saat menghisap darah 6. Ketika darah tak terhisap hentikan stopwatch dan catatlah waktunya Masa perdarahan normal adalah 1-6 menit. Jika melampaui 10 menit perdarahan belum berhenti, hentikan percobaan. Batalkan percobaan jika hasil percobaan kurang dari 1 menit, karena terjadi akibat kurang dalamnya tusukan.

Pemeriksaan masa perdarahan

Masa pembekuan (clotting time)


Masa pembekuan digunakan untuk menilai faktor-faktor pembekuan darah, khususnya faktor pembentuk tromboplastin dan faktor trombosit, serta kadar fibrinogen. Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu modifikasi cara Lee dan White serta cara Duke. Langkah-langkah untuk pemeriksaan dengan modifikasi cara Lee dan White adalah: 1. Sediakan dalam rak 4 tabung berdiameter 7-8 mm 2. Ambil 5 cc darah vena, saat darah masuk semprit jalankan stopwatch. 3. Masukkan 1 cc darah ke dalam setiap tabung 4. Tiap 30 detik, angkat tabung pertama dan miringkan untuk melihat bekuan. Cegah tabung lain agar tak bergoyang 5. Setelah darah di tabung pertama membeku, periksa tabung kedua tiap 30 detik. Catatlah waktunya 6. Lakukan langkah berikutnya untuk tabung ketiga dan keempat 7. Masa pembekuan adalah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan keempat

10

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Pemeriksaan masa pembekuan


Masa pembekuan normal adalah 9-15 menit. Masa pembekuan melebihi 20 menit menunjukkan abnormalitas

Faktor-faktor pembekuan darah

11

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Mekanisme hemostasis (pembekuan darah)

Peran trombosit (platelet) dalam proses pembekuan darah

Benang-benang fibrin yang berperan dalam proses pembekuan darah

12

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Pemeriksaan golongan darah


Ada berbagai macam penggolongan darah, namun yang akan kita praktikkan pada kesempatan ini adalah penetapan sistem golongan darah ABO. Tanpa melihat subgroup ada 4 macam golongan darah, yaitu: 1. A: eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti B 2. B: eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti A 3. O: eritrosit tak mengandung aglutinogen dan serum mengandung aglutinin anti A dan anti B 4. AB: eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, sedangkan serum tidak mengandung aglutinin

Penggolongan darah menurut sistem ABO


Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula penetapan agglutinin dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua penetapan yaitu aglutinogen dan agglutinin. 1. Taruh di bagian kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian kanan 1 tetes serum anti B 2. Tambahkan 1 tetes kecil darah pada serum, kemudian campurlah dengan ujung lidi 3. Goyangkan object glass dengan gerakan melingkar 4. Perhatikan aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan menggunakan mikroskop. Catatan: Warna serum anti A: hijau/biru Warna serum anti B: kuning Darah yang diperiksa boleh darah kapiler segar atau darah vena yang telah membeku terlebih dahulu yang kemudian sel-selnya dilepaskan memakai ujung lidi. Jumlah darah yang dicampur dengan serum sebaiknya mencapai nilai hematokrit 2%. Anti serum kuat memberikan hasil tegas dalam waktu kurang dari 1 menit, sebaiknya hasil diperiksa setelah 2 menit dan selanjutnya disusul pemeriksaan ulang setelah lewat 20 menit. Tindakan terakhir mengamankan adanya subgroup lemah dalam golongan A. Jaga jangan sampai bahan pemeriksaan mengering pada object glass.

13

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Untuk menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum golongan O). Ini berguna untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak bereaksi dengan serum Anti A. Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia atau darah. Hal ini menghindari adanya aglutinasi palsu. Pedoman kesimpulan: Anti A Anti B Anti A,B Golongan darah O + + A + + B + + + AB Keterangan: + : terjadi aglutinasi, - : tidak terjadi aglutinasi

Hasil pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan darah untuk HIV


Untuk kasus HIV, pemeriksaan darah yang diperlukan adalah ELISA. Pemeriksa ELISA dilakukan secara langsung dan secara tak langsung. Pemeriksaan ELISA secara langsung Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah: 1. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate) 2. Sampel darah dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi 3. Enzyme-linked antibody spesific untuk menguji antigen ditambahkan dan mengikat antigen, membentuk sandwich 4. Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna

14

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Pemeriksaan ELISA secara tak langsung Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah: 1. 2. 3. 4. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate) Antiserum pasien dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi Enzyme-linked anti HISG ditambahkan dan mengikat antibodi Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna

Lempeng ELISA

Pemeriksaan ELISA secara langsung dan tidak langsung

15

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Hasil pemeriksaan ELISA (hasil positif diberi tanda kotak)


Pemeriksaan gula darah Pemeriksaan gula darah bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa di dalam darah, yang dinyatakan dalam g/dL. Pada masa sekarang banyak diedarkan peralatan pengukuran kadar gula darah yang praktis secara digital, sehingga mudah diterapkan di mana saja. Langkah-langkah pengukurannya adalah: 1. Ambil darah kapiler dengan lanset yang terdapat pada set peralatan 2. Letakkan darah pada monitor untuk mengetahui kadar glukosa 3. Jika kadar glukosa terlalu tinggi, insulin diberikan. Jika kadar glukosa terlalu rendah karbohidrat dikonsumsi 4. Insulin diberikan dengan pompa insulin

Pemeriksaan kadar gula darah dengan cara praktis

16

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Meletakkan darah pada monitor untuk memantau kadar glukosa darah Tugas: 1. Carilah nilai normal hasil pemeriksaan darah lengkap dari salah satu laboratorium klinik (boleh lembar aslinya saja) ! 2. Carilah nilai normal dari berbagai macam cara pemeriksaan gula darah !

17

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Lampiran: Contoh nilai normal hasil pemeriksaan laboratorium


Complete blood cell count Units Hct RBC Hgb MCV MCH MCHC Platelets MPV RBC morphology 49.3 7.06 16.9 69.9 24.0 34.3 372 8.3 slight anisocytosis, moderate poikilocytosis % x 106/l g/dl fl pg g/dl x 103/l fl Reference Interval 35.0-57.0 4.95-7.87 11.9-18.9 66-77 21.0-26.2 32.0-36.3 211-621 6.1-10.1

WBC Seg Band Lymph Mono Eos Baso WBC morphology Plasma Appearance Biochemical profile -

7.9 6.241 (79%) 0.158 (2%) 1.027 (13%) 0.395 (5%) 0.079 (1%) 0.0 (0%) occasional polychromatophils 1+ Lipemia

x 103/l x 103/l x 103/l x 103/l x 103/l x 103/l x 103/l

5.1-13.0 2.9-12.0 0.0-0.45 0.4-2.9 0.1-1.4 0.0-1.3 0.0-0.14

Units BUN Creatinine Total protein Albumin Alkaline phosphatase Alkaline phosphatase w/ levamisole resistance Levamisole resistance Alanine aminotransferase Glucose Sodium 17 0.9 7.6 3.8 871 525 60 102 410 143 mg/dl mg/dl g/dl g/dl U/L U/L % U/L mg/dl mmol/L

Reference Interval 10.0-30.0 0.5-1.5 5.2-7.3 2.5-4.2 12-122 0-94

12-108 77-120 146-154

18

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Potassium Chloride Bicarbonate Anion gap Calcium Phosphorus Magnesium Amylase Lipase Cholesterol Triglycerides Total bilirubin

4.7 107 14 27 11.2 3.5 2.4 687 353 302 755 0.1

mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L mg/dl mg/dl mg/dl U/L U/L mg/dl mg/dl mg/dl

3.9-5.0 107-125 14-24 11-28 9.3-11.4 3.2-5.4 1.6-2.4 276-1007 117-578 129-264 26-138 0.0-0.2

19

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

LABORATORIUM KLINIK 2: PEMERIKSAAN URIN


Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan Penyusun: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes Telefon: 0352-752747 (rumah), 081335251726 (mobile), 0351-895216 (kantor) E-mail: heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com website: www.heruswn.teach-nology.com atau www.heruswn.weebly.com

Pemilihan sampel urin


Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang 24 jam pada seseorang akan memberikan hasil yang hampir sama dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan memberikan hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin siang atau malam. Berbagai jenis sampel urin antara lain urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam serta urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada pria 1. Urin sewaktu Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak ditentukan secara khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. 2. Urin pagi Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur. Urin pagi lebih pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic gonadotrophin (HCG) di dalam urin. 3. Urin postprandial Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam setelah makan. Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa di dalam urin) 4. Urin 24 jam Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara: a. Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L) umumnya dilengkapi pengawet. b. Jam 7 pagi urin dibuang. c. Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur. Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif Ada juga urin yang tak tak penuh 24 jam, misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi sampai dengan jam 7 malam) , urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai dengan jam 7 pagi), urin 2 jam dll.

20

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara: a. Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih b. Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen) c. Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti Gelas I diisi 20-30 ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan prostatika) Gelas II diisi volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung kemih) Gelas III diisi volume terakhir (berisi unsur-unsur khusus dari uretra pars prostatika dan getah prostat) Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2 gelas saja, gelas pertama diisi 50-75 ml. Urin ini digunakan untuk menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin seorang pria.

Pemeriksaan urin rutin


Pemeriksaan urin rutin meliputi: jumlah urin, makroskopis (warna dan kejernihan), berat jenis, protein, glukosa serta pemeriksaan sedimen. 1. Jumlah urin Jumlah urin dapat diukur dengan urin 24 jam, urin 12 jam, timed specimen pada pemeriksaan tertentu serta urin sewaktu. Jumlah urin berkaitan dengan faal ginjal, keseimbangan cairan tubuh serta penafsiran hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urin. 2. Warna urin Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus. Ada beberapa macam hasil yaitu: tak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat, kuning bercampur hijau, putih susu dll. Perubahan warna urin disebabkan oleh: obat-obatan, darah, mikroorganisme, zat warna normal maupun abnormal, pus, protein dll. Beberapa contoh penyebab perubahan warna urin antara lain: Warna Kuning muda sampai dengan kuning Tak berwarna Kuning sangat tua Merah sampai merah kecoklatan Coklat kemerahan sampai coklat Hijau normal Sangat encer Sangat pekat; bilirubinuria hematuria, hemoglobinuria, myoglobinuria myoglobinuria, hemoglobinuria, methemoglobin bilirubinuria Kemungkinan Penyebab

21

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Contoh perubahan warna urin


3. Kejernihan urin Kejernihan dapat diperiksa dengan cara yang sama dengan pemeriksaan warna urin. Ada beberapa macam hasil yaitu: jernih (normal), agak keruh, keruh dan sangat keruh. Kekeruhan urin disebabkan oleh bakteri, sedimen, lemak, dll. 4. Berat jenis urin Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika volume urin kecil, maka dapat digunakan refraktometer. Berat jenis urin normal adalah 1016-1022. Berat jenis berhubungan dengan diuresis. Semakin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya. Berat jenis berkaitan dengan pekatnya urin (faal pemekat ginjal). Glukosuria akan meningkatkan berat jenis urin. 5. Bau urin Bau urin dari semula (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet) memiliki makna. Bau normal disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau abnormal dapat disebabkan oleh a. Makanan mengandung atsiri (jengkol, petai, durian dll.) b. Obat-obatan (mentol, terpentin dll.) c. Amoniak (perombakan ureum menjadi amoniak oleh bakteri) d. Ketonuria (bau aseton) e. Bau busuk (perombakan protein) 6. Derajat keasaman urin Pemeriksaan ini penting pada kasus gangguan keimbangan asam-basa. Penyebab berubahnya keasaman urin antara lain mikroorganisme. pH dapat ditentukan dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, reagent strip serta campuran indikator (lebih cepat dan tepat).

Indikator pH urin

22

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

7. Protein Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin). Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach.

Pemeriksaan proteinuria
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein dengan cara pemanasan dengan asam asetat: a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai mendidih selama 30 detik c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin. Jika keruh mungkin disebabkan oleh protein d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh maka tes protein positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat atau kalsium karbonat e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya: - Tak ada kekeruhan :- Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir :+ (protein 0,01-0,05%) - Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%) - Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%) - Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal: ++++(> 0,5%) 8. Glukosa Glukosuria ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.

Hasil pemeriksaan reduksi untuk urin


Langkah-langkah pemeriksaan reduksi dengan menggunakan reagen Benedict adalah: a. Masukkan 5 cc Reagen Benedict ke dalam tabung reaksi b. Masukkan 5-8 tetes urin ke dalam tabung c. Masukkan tabung ke dalam air mendidih selama 5 menit

23

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

d. Angkat tabung, kocok, lalu baca hasilnya sebagai berikut: - : biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh - + : hijau kekuningan dan keruh (0,5-1% glukosa) - ++ : kuning keruh (1-1,5% glukosa) - +++ : jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa) - ++++ : merah keruh (> 3,5% glukosa)

Pemeriksaan glukosuria dengan menggunakan carik celup


9. Benda keton Benda-benda keton (aseton, aseto asetat dan beta hidroksi butirat) di dalam urin diperiksa dengan menggunakan urin segar karena aseton mudah menguap. Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara Rothera, cara Gerhardt atau menggunakan carik celup. Cara pemeriksaan menurut Gerhardt melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Masukkan 5 cc urin ke dalam tabung reaksi, lalu tetesi dengan feriklorida 10% sambil dikocok b. Jika terbentuknya presipitat putih ferifosfat berhenti, saringlah cairan tersebut c. Berikan beberapa tetes feriklorida lagi, perhatikan warna merah coklat (benda keton +)

Pemeriksaan ketonuria dengan menggunakan carik celup


10. Bilirubin Dalam kondisi patologis terdapat bilirubin di dalam urin. Jika urin dibiarkan sebagaian kecil bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin. Tes untuk bilirubin menggunakan cara percobaan busa, Harrison serta dengan carik celup. Cara Harrison melalui langkahlangkah sebagai berikut: a. Masukkan 5 cc urin yang telah dikocok ke dalam tabung reaksi b. Tambahkan 5 cc Barium klorida 10%, lalu campur dan saringlah

24

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

c. Ketas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong. Biarkan sampai agak kering. d. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat di atas kertas saring e. Warna hijau menandakan adanya bilirubin 11. Urobilinogen Urobliinogen bereaksi dengan reagen Ehrlich membentuk zat warna merah.Adanya urobilinogen diketahui dengan percobaan Wallace dan Diamond atau dengan menggunakan carik celup. 12. Urobilin Urin segar praktis tak mengandung urobilin. Urobilin baru muncul kemudian setelah urobilinogen mengalami oksidasi. Cara yang dipakai adalah menggunakan Schlesinger. 13. Sedimen urin Sampel urin untuk pemeriksaan sedimen sebaiknya urin segar. Cara pemeriksaan sedimen antara lain: a. Makroskopis (perhatikan dengan mata telanjang tentang adanya sedimen. b. Mikroskopis, dengan langkah-langkah: 1) Kocoklah supaya sedimen bercampur 2) Masukkan 7-8 cc ke dalam tabung sentrifuge dan pusingkan selama 5 menit pada 1500-2000 rpm. 3) Tuang cairan atas keluar dari tabung dengan gerakan cepat dan luwes, kemudian tegakkan kembali tabung hingga cairan di dinding kembali ke dasar tabung. Volume sedimen dan cairan menjadi kira-kira cc. 4) Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen 5) Dengan menggunakan pipet Pasteur, taruh 2 tetes sedimen tersebut terpisah ke atas kaca obyek dan tutuplah masing-masing tetes dengan kaca penutup. 6) Turunkan kondensor mikroskop atau kecilkan diafragmanya, kemudian periksalah sedimen itu dengan lensa obyektif kecil (10X) 7) Periksa sedimen itu dengan lensa obyektif besar (40X) 8) Bacalah hasil pemeriksaan Macam-macam sedimen urin: a. Unsur organik 1) Sel epitel 2) Lekosit 3) Eritrosit 4) Silinder 5) Oval fat bodies 6) Benang lendir 7) Silinder 8) Spermatozoa 9) Potongan jaringan 10) Parasit 11) Bakteri-bakteri b. Unsur anorganik 1) Bahan amorf 2) Kristal normal 3) Kristal abnormal 4) Kristal obat 5) Bahan lemak

Tugas: Carilah dari referensi mengenai nilai normal hasil pemeriksaan sedimen urin !

25

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Epitel tubulus ginjal

Epitel transisional

Epitel skuamosa

Lekosit

Eritrosit

26

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Silinder hialin

Silinder eritrosit

Silinder lekosit

Silinder granuler

27

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Silinder lilin

Silinder oval fat

Kristal oksalat

Kristal tripel fosfat

28

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Kristal Sistein

Contoh-contoh hasil pemeriksaan sedimen

29

Biokimia-Program D3 Kebidanan

Bagian ke-11: Laboratorium Klinik 1 (Hematologi)

Protein Bence Jones

30

Biokimia-Program D3 Kebidanan

You might also like