You are on page 1of 14

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Setiap benda pastilah memiliki titik pusat massa yang merupakan tempat diamana massa benda
bertumpu, dengan perngertian ini maka dapat dipastikan bahwa setiap benda pasti juga memiliki momen inersia yang
besarnya tergantung dari jarak pusat massa ke sumbu putar. Namun pusat massa setiap benda tidaklah sama
meskipun memiliki bentuk fisik yang hampir sama seperti bola pejal dengan bola berongga, sehingga momen inersia
antara bola pejal dengan bola berongga jugalah tidak sama. Untuk mencari momen inersia benda yang memiliki
bentuk atau wujud tertentu seperti silinder pejal, bola dan lain-lain sangatlah mudah. Namun untuk benda yang
berwujud tidak beraturan sangatlah sulit, atas dasar pertimbangan ini maka percobaan tentang momen inersia dengan
kode percobaan M9 dilakukan untuk memberikan solusi dalam mencari momen inersia bagi benda yang berwujud
tidak beraturan seperti yang digunakaan pada percobaan ini adalah mencari momen inersia roda yang berjari-jari R.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari percobaan tentang Momen Inersia dengan kode percobaan M9 adalah sebagai
berikut :
1. Memperkenalkan penggunaan hukum Newton II pada gerak rotasi.
2. Menentukan momen inersia sistem benda berwujud (tidak beraturan) roda sepeda.

1.3 Permasalahan.

Permasalahan yang timbul selama percobaan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu
kesalahan yang ditimbulkan oleh alat yang digunakan dalam praktikum seperti terjadinya selip antara tali dengan
roda sebelum beban yang tergantung pada tali mengalami proses jatuh bebas, tersangkutnya tali pada plat roda
sehinga gerak dari tali menjadi terhenti, terjadi kerusakan pada alat pengukur waktu sehingga harus menunggu
pergantian alat dan kesalahan yang ditimbulkan oleh praktikan seperti keterlambatan dalam pencatatan waktu
sehingga waktu yang diperoleh tidak sama dalam satu percobaan, kekurangan tepat dalam melakukan pengukuran
panjang tali yang digunakan untuk menggantung beban dikarenakan sewaktu tali sudah diukur panjangnya terjadi
selip anatara tali dengan roda sebelum terjadi gerak jatuh bebas seperti yang diharapkan.

1.4 Sistematika Laporan.


Laporan ini disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut halaman judul, abstrak, daftar
isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar grafik, bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri dari empat sub bab yaitu
latar belakang, tujuan praktikum, permasalahan, sistematika laporan, bab kedua berupa dasar teori. Bab ketiga
peralatan dan cara kerja yang terdiri dari dua sub bab yaitu peralatan, cara kerja, bab keempat berupa analisis data
dan pembahasan yang terdiri dari dua sub bab yaitu analisis data, pembahasan, bab kelima berupa kesimpulan yang
didapat dari hasil percobaan, daftar pustaka, dan yang terakhir lampiran berupa data yang diperoleh dari percobaan
yang telah dilakukan

1
Bab II

Dasar Teori

Dinamika benda kaku dapat dipecahkan dengan membahas gerak translasi titik pusat massanya dan gerak rotasi
benda tersebut terhadap titik pusat massa ini. Untuk membahas dinamika kita perlu bertolok ukur pada Hukum Newton II untuk
benda berotasi dan perlu diperkenalkan besaran baru seperti momentum sudut dan momen inersia. Untuk paham tentang
momen inersia terlebih dahulu kita harus paham tentang momentum sudut terlebih dahulu untuk lebih mempermudahkan
pemahaman kita.
Kita tinjau dahulu tentang gerak rotasi benda kaku yang melalui suatu sumbu atau dapat juga digunakan titik pusat
massa sebagai titik acuan atau pusat rotasi benda seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Jika benda tegar berputar terhadap
sumbu melalui O (pusat massa) yang tegak lurus pada bidang gambar dengan kecepatan sudut ω , maka kecepatan partikel ke-i
adalah vi = ω . ri , mengingat besaran-besaran kecepatan (kecepatan sudut ) dan posisi merupakan besaran vektor maka dapat
dituliskan sebagai berikut :
vi = ω x ri
Mengingat bahwa partikel yang bergerak dengan kecepatan vi maka momentum linier yang dipunyai oleh tiap
partikel adalah
Pi = mi vi

V1
m1

r1

O
m2 r2

r3
v2 v3

m3

Gb 2.1 Sistem tiga partikel yang membentuk benda tegar dengan kecepatan masing-masing vi.
Selanjutnya momentum sudut didefinisikan sebagai perkalian silang antara vektor posisi r dengan momentum linier
p, sehingga momentum sudut yang dipunyai tiap partikel adalah :
Li = ri x pi = m ri x vi ………….. (1

Dari hukum kedua Newton didapatkan :

Fi = mi ai = d pi ……………… (2

dt

Apabila kita subsitusikan persamaan pertama dengan persamaan kedua maka kita dapatkan persamaan tunggal :
r x F = dL
dt

Sedangkan besar momen gaya adalah τ = r F sin θ , dengan θ adalah sudut yang dibentuk oleh r dengan F,
sedangkan arahnya tegak lurus bidang melalui r dan F. Arahnya dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan bagi perkalian
vektor anatara dua vektor yaitu ayunkan r ke arah F melalui sudut terkecil diantaranya dengan jalan mengepalkan jari-jemari
tangan kanan sedangkan arahnya dapat ditunjukkan dengan ibu jari yang ditegakkan, ini menyatakan arah r.
Momentum linear sangat bermanfaat dalam menanganigerak translasi partikel tunggal maupun sistem partikel
(termasuk benda tegar). Apabila ada sebuah partikel bermassa m dan memiliki momentum linear p pada posisi r relatif terhadap
titik asal O dari suatu kerangka acuan inersial seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2. Momentum-sudut partikel I terhadapa
titik asal O didefinisikan sebagai berikut :
I = r x p
sedangkan momentum-sudut adalah vektor yang besarnya adalah sebagai berikut :
I = rp sin θ

2
I z

p
o P x

r θ
z m
Gb 2.2
dengan θ adalah sudut antara r dan p yang arahnya tegak lurus kepada bidang yang dibentuk oleh r dan p. Arah yang
ditunjukkan diberikan oleh kaidah tangan kanan yaitu ayunkanlah r kearah p melalui sudut terkecil di antaranya dengan jalan
mengepalkan jari-jemari tangan kanan. Besar I dapat dituliskan baik sebagai :
I = (r sin θ) p = pr atau sebagai I = r(p sin θ) = rp
dengan r ⊥ (r sin θ) adalah komponen r yang tegak lurus kepada garis kerja p dan p ⊥ (p sinθ) adalah komponen p yang tegak
lurus kepada r. Momentum sudut sering juga disebut momen-momentum (linear) dan r ⊥ dalam persamaan diatas disebut
lengan momen. Diatas juga telah dinyatakan bahwa komponen p yang tegak lurus r yang memberikan sumbangan kepada
momentum sudut. Jika sudut θ anatar r dan p adalah 0 atau 180° maka tidak ada komponen tegak lurusnya p ⊥ = sin θ = 0
sehingga garis kerja p melalui titik asal dan r ⊥ sama dengan nol maka momentum sudut I sama dengan nol.
Sedangkan hubungan antara torka dengan momentum sudut inilah yang kita jadikan dasar untuk mencari besarnya
momen inersia benda, dimana hubungannya dinyatakan sebagai berikut :
r x F = r x dp
dt
tetapi r x F tidak lain merupakan torka atau momen gaya terhadap O, oleh karena itu dapat dituliskan :
τ = r x dp
dt
selanjutnya diferensialkan menjadi :
d I = d (r x p)
dt dt
selanjutnya dapat kita dapatkan rumus dasar torka yang dinyatakan sebagai :

τ = dI / dt

yang menyatakan bahwa kecepatan perubahan momentum-sudut partikel terhadap waktu sama dengan torka yang bekerja pada
partikel tersebut. Hasil ini adalah analog dengan rotasi yang menyatakan bahwa kecepatan perubahan momentum linear partikel
sema dengna gaya yang bekerja padanya yaitu :
F = dp / dt
Dengan adanya analog torka dengan gaya maka selanjutnya dapat dicari momen inersia yang di definisikan sebagai
besaran yang dimiliki sistem / benda untuk menentang gerak rotasinya atau dapat juga dinyatakan sebagai besaran yang analog
dengan massa pada gerak translasi. Dengan demikian sebuah benda yang berputar terhadap sumbu berusaha tetap berputar
mengelilingi sumbu yang sama kecuali dipengaruhi torsi dari luar. Untuk dapat mencari berapa besarnya momen inersia dapat
digunakan Hukum Newton II yang dinyatakan sebagai berikut :
ΣF = m.a
dimana hubungan antara F dengan τ dapat dinyatakan sebagai berikut :
τ = F.r
maka dapat dilihat pada gambar 2.3 dimana roda sepeda dengan jari-jariR, massa yang tergantung pada roda sebesar m1 dan
momen inersia I diletakkan pada sumbu statip, sedangkan massa tali yang mengikat beban dapat diabaikan, sehingga
memberikan torsi pada sumbu sebesar :
τ = I α

3
dimana α adalah percepatam sudut. Karena juga terjadi percepatan tangensial a maka
a = R α atau I = -R τ/a

Roda

T = F statip

h W

Gb 2.3
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan mudah dengan menggunakan bantuan hukun Newton II untuk gerak rotasi dan
translasi sistem dapat di tuliskan sebagai berikut :
τ = I .α α = a/R
τ = I . a/R ……………………. (1
pada gambar 2.3 tampak bahwa :
W–T = m.a
m.g - T = m . a
T = m . a + m.g ………….. (2
dari persamaan (1) dan (2) didapat :
τ = T.R
I . a / R = m(g – a) R
I = m.R² (g – a)
a
sehingga momen inersia dapat dirumuskan menjadi :
I = m.R² (g/a – 1)
Cara inilah yang diterapkan dalam percobaan kali ini, hal ini didasarkan bahwa wujud benda yang digunakan tidak
teratur. Apabila digunakan rumusan dasar momen inersia maka akan mengalami banyak kesulitan, namun ada cara lain yang
dapat digunakan untuk mencari momen inersia bagi benda yang memiliki massa diskrit yang dirumuskan sebagai berikut :
I = Σ mi . ri²
dengan ri sebagai jarak mi kesumbu putar, apabila distribusi massa adalah kontinu maka dapat dituliskan sebagai berikut:
I = ∫ r² dm
Cara ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan prinsip atau dalil sumbu sejajar seperti yang dilukiskan pada
gambar 2.4 dimana keping luasnya = L , density = δ , massa M = δ L dengan titik berat di Z. Garis Xo adalah garis luru yang
melalui titik berat Z . Garis g // garis Xo dan berjarak p. Elemen luas dL dan elemen massa dM = δ dL.

yo

dM
y
z Xo
p

4
g
Gb 2.4

Elemen massa dM ini berlengan y terhadap sumbu (garis) Xo dan berlengan (y + p) terhadap garis g, maka : dIg = (y + p)²
dM
dIg = (y² + 2 py + p²) δ dL
dIg = δ y² dL + 2 p² δ y dL + p² δ dL
Ig = ∫ y² δ dL + 2p ∫ y δ dL + p² ∫ δ dL
karena ∫ y² δ dL = Iz ; dan ∫ y δ dL = M y , dimana y otomatis bernilai nol jika titik berat berada pada sumbu Xo ,
sehingga :
∫ y δ dL = 0 ; ∫ δ dL = M
jadi :
Ig = Iz + p² M

Dengan rumus ini momen inersia terhadap sumbu-sumbu sembarang dapat dihitung dengan menggambar sumbu
yang sejajar sumbu tadi melalui titik pusat massa (yang harganya biasanya dapat dilihat ditabel ) dan menambahkan faktor m a²
yaitu perkalian antara massa dengan jarak pisah dua sumbu tadi yang dikuadratkan.

Bab III

Peralatan dan Cara Kerja

3.1 Peralatan.
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi antara lain :
1. Roda sepeda berserta statip 1 set.
2. Electric stop clock 1 buah.
3. Anak timbangan 1 set.
4. Rollmeter 1 buah.
5. Water pass dan tempat beban 1 buah.

3.2 Cara kerja.


Untuk melakukan percobaan ini diperlukan urutan kerja yang sistematis sebagai berikut :
a. 1. Mengatur roda sepeda seperti pada gambar 3.1.
2. Memeriksa posisi sumbu statip agar tegak lurus bidang dengan menggunakan water pass.
3. Menentukan tinggi antara beban dengan lantai dan melepaskan beban. Mencatat waktu
tempuh beban untuk mencapai jarak h. Melakukan sebanyak lima kali.
4. Melakukan untuk beban yang berbeda sebanyak tiga kali.
5. Melakukan untuk tinggi h yang berbeda.
b. 1. Mengatur tali sehingga beban tergantung tepat pada as roda, demikian pula
dengan posisi sasarannya.
2. Melakukan seperti langkah a dan mengukur jejari roda sepeda.
c. Melakukan percobaan yang lain dengan rumus yang lain, seperti pada tugas pendahuluan.

Gb 3.1

roda

m1 statip
h

5
Bab IV
Analisa data dan Pembahasan
4.1 Analisa data.
Percobaan ini dilakukan dalam tiga tahap dimana dalam setiap tahap terdiri dari empat macam
kondisi yang berbeda sehingga dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data-data sebagai berikut :

Cara I.
Digunakan roda besar dengan jari-jari = 26 cm
• Massa benda = 100 gram
Ketinggian = 50 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 1,1 0,08 0,0064
2. 1,0 -0,02 0,0004
3. 1,0 -0,02 0,0004
4. 1,05 0,03 0,0009
5. 0,95 -0,07 0,0049
Rata – rata ( t ) = 1,02 detik Σ ( t - t )² = 0,013 detik²
Tabel 4.1
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,013
20
∆ = 0,0255 detik = 0,03 detik
Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %
= 0,03 / 1,02 x 100 %
= 2,94 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 2,94 %
= 97,06%
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (1,02 ± 0,03) detik.

• Massa benda = 100 gram


Ketinggian = 70 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 1,3 0,05 0,0025
2. 1,2 -0,05 0,0025
3. 1,3 0,05 0,0025
4. 1,25 0 0
5. 1,2 -0,05 0,0025
Rata – rata (t ) = 1,25 detik Σ ( t - t )² = 0,01 detik²
Tabel 4.2
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,01
20
∆ = 0,02236 detik = 0,02 detik
Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %
= 0,02 / 1,25 x 100 %

6
= 1,6 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 1,6 %
= 98,4 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (1,25 ± 0,02) detik.

• Massa benda = 50 gram


Ketinggian = 50 cm
Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²

Ketinggi
an =
50
cmNo.
1. 1,25 -0,11 0,0121
2. 1,45 0,09 0,0081
3. 1,45 0,09 0,0081
4. 1,35 -0,01 0,0001
5. 1,3 -0,06 0,0036
Rata – rata (t ) = 1,36 detik Σ ( t - t )² = 0,032 detik²
Tabel 4.3
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,032
20
∆ = 0,04 detik

Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %


= 0,04 / 1,36 x 100 %
= 2,94 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 2,94 %
= 97,06 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (1,36 ± 0,04) detik.

• Massa benda = 50 gram


Ketinggian = 70 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 1,6 0,03 0,0009
2. 1,55 -0,02 0,0004
3. 1,55 -0,02 0,0004
4. 1,55 -0,02 0,0004
5. 1,6 0,03 0,0009
Rata – rata (t ) = 1,57 detik Σ ( t - t )² = 0,003 detik²
Tabel 4.4
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,003
20
∆ = 0,01225 detik = 0,01 detik

7
Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %
= 0,01 / 1,57 x 100 %
= 0,64 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 0,64 %
= 99,36 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (1,57 ± 0,01) detik.

Cara II.
Digunakan roda kecil dengan jari-jari = 2,6 cm
• Massa benda = 100 gram
Ketinggian = 50 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 12,8 0,05 0,0025
2. 12,6 -0,15 0,0225
3. 12,75 0 0
4. 12,7 -0,05 0,0025
5. 12,9 0,15 0,0225
Rata – rata ( t ) = 12,75 detik Σ ( t - t )² = 0,05 detik²
Tabel 4.5
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,05
20
∆ = 0,05 detik

Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %


= 0,05 / 12,75 x 100 %
= 0,39 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 0,39 %
= 99,61 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (12,75 ± 0,05) detik.

• Massa benda = 100 gram


Ketinggian = 70 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 14,55 -0,08 0,0064
2. 14,5 -0,13 0,0169
3. 14,6 -0,03 0,0009
4. 14,75 0,12 0,0144
5. 14,75 0,12 0,0144
Rata – rata ( t ) = 14,63 detik Σ ( t - t )² = 0,053 detik²
Tabel 4.6
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½
= 0,053

20
∆ = 0,05148 detik = 0,05 detik
Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %

8
= 0,05 / 14,63 x 100 %
= 0,34 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 0,34 %
= 99,66 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (14,63 ± 0,05) detik.

• Massa benda = 50 gram


Ketinggian = 50 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 16,6 0,78 0,6084
2. 16,0 0,18 0,0324
3. 16,5 0,68 0,4624
4. 15 -0,82 0,6724
5. 15 -0,82 0,6724
Rata – rata ( t ) = 15,82 detik Σ ( t - t )² = 2,448 detik²
Tabel 4.7
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 2,448
20

∆ = 0,3498 detik = 0,35 detik

Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %


= 0,35 / 15,82 x 100 %
= 2,21 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 2,21 %
= 97,79 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (15,82 ± 0,35) detik.
• Massa benda = 50 gram
Ketinggian = 70 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 19 0,05 0,025
2. 18,75 -0,2 0,04
3. 18,9 -0,05 0,025
4. 19,45 0,5 0,25
5. 18,65 -0,3 0,09
Rata – rata ( t ) = 18,95 detik Σ ( t - t )² = 0,43 detik²
Tabel 4.8

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,43

9
20
∆ = 0,1466 detik = 0,15 detik

Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %


= 0,15 / 18,95 x 100 %
= 0,77 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 0,77 %
= 99,23 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (18,95 ± 0,15) detik.
Cara III.
Digunakan dua beban dan roda besar dengan jari-jari = 26 cm
• Massa benda I = 100 gram
Massa benda II = 50 gram
Ketinggian = 50 cm
No. Waktu (detik) ( t - t ) ( t - t )²
1. 1,41 0,078 0,0061
2. 1,35 0,028 0,0008
3. 1,3 -0,022 0,0005
4. 1,3 -0,022 0,0005
5. 1,25 -0,072 0,0052
Rata – rata ( t ) = 1,322 detik Σ ( t - t )² = 0,0131 detik²
Tabel 4.9
½

Ralat mutlak : ∆ = Σ ( t - t )²
n (n–1)
½

= 0,0131
20
∆ = 0,0256detik = 0,03 detik
Ralat nisbi : I = ∆ / t x 100 %
= 0,03 / 1,322 x 100 %
= 1,93 %
Keseksamaan : K = 100 % - I
= 100 % - 1,93 %
= 98,07 %
Jadi waktu yang diperoleh sebenarnya : (1,322 ± 0,03) detik.

4.2 Pembahasan.
Berdasarkan data dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh waktu yang diperlukan oleh benda
untuk melakukan gerak jatuh bebas dimana dari waktu ini dapat dicari berapa percepatan yang diperlukan oleh benda
untuk melakukan gerak jatuh bebas. Setelah percepatan diketahui maka momen inersia dari roda sepeda yang
digunakan dalam percobaan dapat dicari sebagai berikut :

• Cara I : roda besar dengan jari – jari = 26 cm = 0,26 m.

1. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.


Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,02 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,5
(1,02)²
a = 0,96 m/detik²

10
Momen inersia roda besar adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,1 . 0,26² (9,8/0,96 - 1)
= 0,03 . 9,21
= 0,28 kgm²

2. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.


Ketinggian = 70 cm = 0,7 m.
Waktu rata – rata = 1,25 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,7
(1,25)²
a = 0,9 m/detik²
Momen inersia roda besar adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,1 . 0,26² (9,8/0,9 - 1)
= 0,03 . 9,89
= 0,3 kgm²

3. Massa beban = 50 gram = 0,05 kg.


Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,36 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,5
(1,36)²
a = 0,54 m/detik²
Momen inersia roda besar adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,05 . 0,26² (9,8/0,54 - 1)
= 0,0034 . 17,1481
= 0,058 kgm²

4. Massa beban = 50 gram = 0,05 kg.


Ketinggian = 70 cm = 0,7 m.
Waktu rata – rata = 1,57 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,7
(1,57)²
a = 0,568 m/detik²
Momen inersia roda besar adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,05 . 0,26² (9,8/0,568 - 1)
= 0,003 . 16,254
= 0,049 kgm²

• Cara II : roda kecil dengan jari – jari = 2,6 cm = 0,026 m.

1. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.


Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 12,75 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,5

11
(12,75)²
a = 0,006 m/detik²
Momen inersia roda kecil adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,1 . 0,026² (9,8/0,006 - 1)
= 0,000068 . 1632,33
= 0,11 kgm²

2. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.


Ketinggian = 70 cm = 0,7 m.
Waktu rata – rata = 14,63 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,7
(14,63)²
a = 0,0065 m/detik²
Momen inersia roda kecil adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,1 . 0,026² (9,8/0,0065 - 1)
= 0,000068 . 1506,6923
= 0,10 kgm²

3. Massa beban = 50 gram = 0,5 kg.


Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 15,82 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,5
(15,82)²
a = 0,004 m/detik²
Momen inersia roda kecil adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,5 . 0,026² (9,8/0,004 - 1)
= 0,0003 . 2449
= 0,73 kgm²

4. Massa beban = 50 gram = 0,5 kg.


Ketinggian = 70 cm = 0,7 m.
Waktu rata – rata = 18,95 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,7
(18,95)²
a = 0,0039 m/detik²
Momen inersia roda kecil adalah : I = m R² (g/a - 1)
= 0,5 . 0,026² (9,8/0,0039 - 1)

= 0,00003 . 2511,8205
= 0,08 kgm²

• Cara III : menggunakan dua beban dan roda besar dengan jari – jari = 26 cm =
0,26 m.
1. Massa beban I = 100 gram = 0,1 kg.
Masssa beban II = 50 gram = 0,05 kg.
Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.

12
Waktu rata – rata = 1,322 detik
Percepatan benda diperoleh dengan menggunakan rumus :
a = 2h

a = 2 . 0,5
(1,322)²
a = 0,57 m/detik²
Momen inersia roda besar adalah : I = R²[g/a(m1 – m2)-(m1 + m2)]
= 0,26²[9,8/0,57(0,1 – 0,05) – (0,1 + 0,05)]
= 0,07 (0,86 – 0,15)
= 0,05 kgm²

Dari perhitungan diatas tampaklah bahwa antara cara 1, cara 2, dan cara 3 terdapat perbedaan tentang besarnya
momen inersia roda sepeda hal ini disebabkan wujud benda yang digunakan berbeda serta jarak massa antara cara 1 dan cara 2
berbeda meskipun letak poros atau sumbu putar sejajar antara roda besar dengan roda kecil sehingga sesuai dengan teori yang
tersebut diatas yang menyatakan bahwa momen inersia suatu benda meskipun wujud fisik hampir mirip namun memiliki
momen inersia yang berbeda-beda. Maka jelaslah bahwa momen inersia sangat tergantung pada jarak partikel massa (dalam
percobaan ini digunakan beban) terhadap sumbu putar yang dapat dirumuskan I = ∫ r² dm (apabila massa berupa elemen yang
sangat kecil). Namun pada cara 3 agak berbeda dengan cara 1 sebab disini digunakan dua beban yang memiliki berat yang
berbeda yang digantung bersebelahan sehingga momen inersia yang timbul sangat tergantung pada perbedaan berat kedua
benda / beban tersebut sehingga hasil yang didapat berbeda dengan yang didapat dengan menggunakan cara 1 dan pada cara 3
hanya diterapkan untuk roda sepeda besar dan tidak digunakan untuk roda kecil.
Apabila diinterprestasikan data-data diatas dalam grafik maka didapat dua macam grafik yaitu grafik I terhadap m
dan I terhadap a, berikut ini merupkan wujud dari grafik tersebut :
• Grafik I terhadap m :
Sumbu x = m
Sumbu y = I
Sumbu x = m 0,1 kg 0,005 kg
Sumbu y = I 0,28 kgm² 0,058 kgm²
Grafik 4.1
• Grafik I terhadap a :
Sumbu x = a
Sumbu y = I
Sumbu x = a 0,96 kg 0,568 kg
Sumbu y = I 0,28 kgm² 0,058 kgm²
Grafik 4.2
Bab V
Kesimpulan

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

• Cara I : roda besar dengan jari – jari = 26 cm = 0,26 m.

1. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.


Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,02 detik.
Percepatan = 0,98 m/detik².
Momen inersia = 0,28 kgm².
2. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.
Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,25 detik.
Percepatan = 0,9 m/detik².
Momen inersia = 0,3 kgm².
3. Massa beban = 50 gram = 0,1 kg.
Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,36 detik.

13
Percepatan = 0,54 m/detik².
Momen inersia = 0,058 kgm².
4. Massa beban = 50 gram = 0,1 kg.
Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,57 detik.
Percepatan = 0,568 m/detik².
Momen inersia = 0,049 kgm².

• Cara II : roda kecil dengan jari – jari = 2,6 cm = 0,026 m.

1. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.


Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 12,75 detik
Percepatan = 0,006 m/detik².
Momen inersia = 0,11 kgm².
2. Massa beban = 100 gram = 0,1 kg.
Ketinggian = 70 cm = 0,7 m.
Waktu rata – rata = 14,63 detik
Percepatan = 0,0065 m/detik².
Momen inersia = 0,10 kgm².
3. Massa beban = 50 gram = 0,5 kg.
Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 15,82 detik
Percepatan = 0,004 m/detik².
Momen inersia = 0,73 kgm².
4. Massa beban = 50 gram = 0,1 kg.
Ketinggian = 70 cm = 0,7 m.
Waktu rata – rata = 18,95 detik
Percepatan = 0,0039 m/detik².
Momen inersia = 0,08 kgm².

• Cara III : menggunakan dua beban dan roda besar dengan jari – jari = 26 cm = 0,26 m.

1. Massa beban I = 100 gram = 0,1 kg.


Masssa beban II = 50 gram = 0,05 kg.
Ketinggian = 50 cm = 0,5 m.
Waktu rata – rata = 1,322 detik
Percepatan = 0,57 m/detik²
Momen inersia = 0,05 kgm²
Apabila diinterprestasikan dalam bentuk grafik maka didapat grafik fungsi linear antara I terhadap m dan grafik
fungsi parabola antara grafik I terhadap a.

14

You might also like