You are on page 1of 25

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi

Modul 2B ”Lingkungan Fisik”


Kelompok 8R

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam sebuah operasi kerja diperlukan penyeleksian operator kerja yang


memenuhi syarat sehat fisik dan psikologis serta memiliki skill yang menunjang,
tetapi tanpa adanya lingkungan fisik kerja yang baik maka akan timbul berbagai
masalah dalam operasi kerja.
Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan,
dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh
luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan
kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti
temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran
mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil kerja manusia.
(Wignjosoebroto, 1995, hal. 83)

2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Yang Mempengaruhi Kerja


2.1.1 Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal
sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20%
untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi,
radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang
membebaninya.
Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini :
o
 + 49 C :Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh
diatas kemampuan fisik dan mental.
o
 + 30 C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul
kelelahan fisik.

3
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

 + 24 oC : Kondisi optimum.
 + 10 oC : Kekakuan fisik yang ekstrem mulai muncul.
Dari hasil penyelidikan didapatkan bahwa produktivitas manusia akan
mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 – 27 derajat
Celcius.
(Wignjosoebroto,1995,hal.84)

2.1.2 Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya kadar air yang terkandung di dalam udara
(dinyatakan dalam %). Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh
temperatur udara. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban
tinggi akan mengakibatkan penguapan panas dari tubuh secara besar-besaran
(karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut
jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan
oksigen.
(Wignjosoebroto,1995,hal.84)

2.1.3 Siklus udara (ventilation)


Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03%
karbondioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan.
Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar
sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang
cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan
kebutuhan akan oksigen yang cukup.
(Wignjosoebroto,1995,hal.85)

2.1.4 Pencahayaan (Lighting)


Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek secara jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kurangnya
pencahayaan akan mengakibatkan mata operator/pekerja menjadi cepat lelah
karena mata akan berusaha untuk melihat jelas dengan membuka lebar-lebar.
Kelelahan mata akan mengakibatkan kelelahan mental dan kerusakan mata.
Kemampuan mata untuk melihat objek secara jelas dipengaruhi oleh ukuran
objek, derajat kekontrasan antara objek dengan sekelilingnya, luminansi

4
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

(brightness), serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk


menghindari silau (glare) karena peletakan sumber cahaya yang kurang tepat,
sebaiknya sumber cahaya diletakkan sedemikian rupa sehingga cahaya mengenai
objek yang akan dilihat terlebih dahulu yang kemudian dipantulkan oleh objek
tersebut ke mata kita.
(Wignjosoebroto,1995,hal.85)

Kesilauan dapat ditimbulkan oleh tiga hal, yaitu:


1. Kesilauan Langsung
Terjadi akibat mata menerima cahaya secara langsung, tempat cahaya
terjadi dari penempatan lampu yang tidak tepat.
2. Kesilauan Tak Langsung
Terjadi akibat cahaya yang dipantulkan oleh bahan atau alat yang
mengkilat permukaan
3. Kesilauan Kontras
Terjadi akibat intensitas yang dipantulkan pada objek terlalu besar dari
intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya yang cukup
jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik.
Sinar-sinar dari berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan.
Pada umumnya intensitas penerangan dalam tempat kerja dapat diatur
menurut tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Pedoman Intensitas Penerangan


Jenis Illuminansi
pekerjaan
Kasar 100-200 lux
Sedang 200-500 lux
Halus 500-100 lux
Sangat halus 1000-2000 lux

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat


objek secara jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kurangnya
pencahayaan akan mengakibatkan mata operator/pekerja menjadi cepat lelah
karena mata akan berusaha untuk melihat jelas dengan membuka lebar-lebar.
Kelelahan mata akan mengakibatkan kelelahan mental dan kerusakan mata.

5
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga


penerangan listrik.
Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
tenaga kerja dengan intensitas yang cukup.
b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang
berlebihan pada tempat kerja.
c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas
yang tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayangan yang mengganggu.
(Zulmiar, 1999)

2.1.5 Kebisingan (noise)


Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki
oleh telinga kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat
mengganggu ketenangan kerja. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang
dapat menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
 Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian
(deafness)
 Intensitas –biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), menunjukkan
besarnya arus energi per satuan luar.
 Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai
ke telinga kita per detiknya.
Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada
bising yang kontinu.
b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.
c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah
diganggu bising dari pada tugas lainnya.
d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari
pada pekerjaan rutin.
(Wignjosoebroto, 1995,hal.85-86)

Tabel 2.2 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya

6
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Kondisi suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi


120 Halilintar
Menulikan 110 Meriam
100 Mesin uap
Jalan Hiruk Pikuk
Sangat Hiruk Pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh
80 Pluit polisi
Kantor gaduh
Kuat 70 Jalan pada umumnya
Radio
60 Perusahaan
Rumah gaduh
Sedang 50 Kantor pada umumnya
Percakapan kuat
40 Radio perlahan
Rumah tenang
Tenang 30 Kantor pribadi
Auditorium
20 Percakapan
10 Suara dedaunan
Sangat Tenang Berbisik-bisik
Batas Dengar Terendah
0

Efek kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang


berdasarkan hasil penelitian di Amerika (penelitian NASA 1989) adalah :
a. Bila intensitas kebisingan terus meningkat, maka peningkatan yang
ditimbulkan tersebut dapat mempengaruhi pada perbaikan dalam kinerja.
Apabila melebihi intensitas tertentu maka akan menurunkan kinerja.
b. Kebisingan yang datang tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat menyebabkan
sebuah respon mengejutkan yang mengganggu konsentrasi dan
performance kerja fisik.
c. Kebisingan yang terjadi secara periodik maupun terus menerus dapat
menggangu dalam pekerjaan rumit.
d. Efek psikologis antara lain kegelisah, keadaan tak berdaya dan pengaruh
lain yang merugikan kinerja.
( Suyono, Meningkatkan Produktifitas Dengan Ergonomi)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya kebisingan merupakan


suara yang menggaggu atau suara yang tidak dikehendaki oleh yang
mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras

7
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi
seseorang terhadap sumber bunyi tersebut.

2.1.6 Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat
mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air
conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
(Wignjosoebroto, 1995,P.86)

2.1.7 Getaran Mekanis


Getaran mekanis merupakan getaran–getaran yang ditimbulkan oleh
peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan dapat
menimbulkan akibat–akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya
getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu
berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami
dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan
menimbulkan gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya,
mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota
tubuh.
(Sritomo Wignjosoebroto,1995,hal 87)

2.2 QUASA TEST


Quasa merupakan penyedia solusi untuk mendukung pelayanan terhadap
pelanggan. Kegunaan pemakaian perangkat Quasa antara lain :
 Perusahaan dapat mengurus pemeliharaan berbagai tipe aset (seperti
:kendaraan, software, peralatan) yang mereka miliki atau akan mereka jual, dan
mengikuti aktivitas yang berhubungan dengan aset-aset tersebut.
 Dapat digunakan oleh bagaian penyedia pelayanan untuk memperbaiki
kecakapan, mengatur aktivitas para staf, dan juga meningkatkan hubungan baik
dengan para pelanggan.
(www.quasasoft.com)

8
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Quasa test adalah suatu metode QUASA, yakni pengukuran yang


menggabungkan pertanyaan objektif (tes bersifat benar/salah) dan penilaian
subjektif atas kepercayaan dari setiap tes yang dijawab.
Dalam praktikum kali ini kita menggunakan metode quasa test, karena
dengan metode ini, kita bisa menampilkan atau mengetahui seberapa besar kinerja
seorang pekerja dalam kondisi tertentu (yang dimaksud disini adalah sesuai
lingkungan fisik kerja, baik dari temperaturnya, pencahayaannya, kebisingannya,
ataupun yang lain). Kita dapat mengetahuinya dari hasil perolehan angka yang
dicapai setelah menyelesaikan beberapa pertanyaan yang diberikan.
Dalam metode ini, kita menggunakan software quasa test, dimana terdapat
dua tool yang kita pakai. Yang satu server, dan yang satu adalah client. Dalam tool
server ini, kita bisa mulai registry, serta memilih tipe pertanyaan yang tersedia.
Serta dalam tool ini juga kita bisa mengetahui hasil akhir perolehan angka yang
kita capai. Sedangkan tool client dipakai untuk menjawab beberapa pertanyaan
yang diberikan.
(www.google/TI_ITB/satwikalulu-13400092.co.id)

2.3. ANOVA
Anova adalah suatu teknis statistik yang secara kuantitatif menentukan
kontribusi variasi total, yang dibentuk dari setiap faktor derau dan faktor kendali.
Anova digunakan sebagai metode statistik untuk menginterprestasikan data-data
hasil percobaan.
Anova merupakan teknik perhitungan yang memungkinkan secara
kuantitatif mengestimasikan kontribusi dari setiap faktor pada semua pengukuran
respon. Anova yang digunakan pada desain parameter membantu
mengidentifikasikan kontribusi faktor sehingga akurasi perkiraan model dapat
ditentukan.
(www.google/TI_USU/Rekayasa_kualitas.co.id)

9
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

BAB III
PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran pada variabel-


variabel lingkungan fisik kerja, dengan berbagai kondisi lingkungan kerja yang
meliputi kombinasi pada :
 Temperatur : 25°, 30°
 Pemakaian Lampu : 100, 200, dan 500 watt
 Letak Lampu : atas
 Kebisingan (mesin amplas) : mesin dihidupkan / tidak

3.1 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Temperatur


Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:
- Diperlukan pencahayaan sebesar 200 Watt
- Sejuk : Dengan menghidupkan AC sebesar 25° di dalam ruangan
- Panas : Dengan menghidupkan AC sebesar 30° di dalam ruangan

Tabel 3.1 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur

kondisi : pencahayaan normal, tidak bising


Pengamatan ke- sejuk panas
temperatur score temperatur score
1 25 24 30 21
2 25 24 30 25
3 25 28 29 24
rata-rata 25 25.33 29.67 23.33

3.2 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Kebisingan


Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:
- Diperlukan pencahayaan sebesar 200 Watt
- Menghidupkan AC sebesar 25° di dalam ruangan
- Bising : Dengan menyalakan mesin di dalam ruangan ( mesin amplas)

10
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Tabel 3.2 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan

kondisi : pencahayaan normal, sejuk


pengamatan ke bising tidak bising
kebisingan score kebisingan score
1 84 22 55 24
2 85 22 54 24
3 84 23 53 28
rata-rata 84.33 22.33 54 25.33

3.3 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Pencahayaan


Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:
- Menyalakan AC 25° di dalam ruangan
- Pencahayaan redup : Menyalakan lampu sebesar 100 Watt
Pencahayaan normal : Menyalakan lampu sebesar 200 Watt
Pencahayaan silau : Menyalakan lampu sebesar 500 Watt

Tabel 3.3 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan

kondisi : tidak bising, sejuk


pengamatan ke pencahayan redup pencahayaan normal pencahayaan silau
pencahayaan score pencahayaan score pencahayaan score
1 19 24 204 24 559 24
2 19 28 205 24 560 29
3 19 25 204 28 561 29
rata-rata 19 25.67 204.33 25.33 560 27.33

3.4 Perbandingan Score Berdasarkan Kondisi Lingkungan Fisik


Membandingkan score pada kondisi lingkungan fisik pencahayaan silau,
panas, dan bising dengan kondisi lingkungan fisik pencahayaan normal, sejuk,
dan tidak bising.
Tabel 3.4 Tabel perbandingan score berdasarkan kondisi lingkungan fisik

kondisi : silau, panas, Kondisi : normal, sejuk,


Pengamatan ke-
dan bising tidak bising
1 19 24
2 21 24
3 22 28
Rata-rata 20.67 25.33

BAB IV

11
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

PENGOLAHAN DATA

Setelah melakukan praktikum, maka data yang didapat diolah, untuk


mengetahui nilai yang diperoleh operator dalam menjalankan Quasa Test
berdasarkan perbedaan pada kondisi :
4.1 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Temperatur
Data analisis ANOVA :
Parameter temperatur, dengan kondisi pencahayaan normal 200 watt, dan tidak
bising.

Tabel 4.1 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur
Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Sejuk 3 75 25 0
Panas 3 89 29.66667 0.333333

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 32.66667 1 32.66667 196 0.000151 7.708647
Within Groups 0.666667 4 0.166667

Total 33.33333 5

 Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data


masukan untuk temperatur sejuk dan panas.
 Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 75 untuk temperatur sejuk dan 89
untuk temperatur panas.
 Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 25 untuk kondisi
temperatur sejuk dan 29.667 untuk temperatur panas.
 Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi sejuk variansi nilai
operator adalah 0 dan pada kondisi panas variansi nilainya 0.33 .
 Nilai SS yang didapat between groups adalah 32.667, sedangkan nilai SS
within grops sebesar 0.667. Dan total keduanya adalah 33.333.
 Nilai Df yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within
grops sebesar 4, maka totalnya adalah 5.

12
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

 Nilai MS yang didapat between groups adalah 32.667, sedangkan nilai MS


within grops sebesar 0.1667.
 Fhitung sebesar 196.
 P-Value yang didapat sebesar 0.000151.
 Ftabel sebesar 7.708647.

4.2 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Kebisingan


Data analisis ANOVA :
Parameter Kebisingan, dengan kondisi pencahayaan normal, sejuk.

Tabel 4.2 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan
Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Bising 3 253 84.33333 0.333333
tidak bising 3 162 54 1

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1380.167 1 1380.167 2070.25 1.4E-06 7.708647
Within Groups 2.666667 4 0.666667

Total 1382.833 5

 Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data


masukan untuk bising dan tidak bising.
 Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 253 untuk keadaan bising dan 162
untuk tidak bising.
 Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 84.33 untuk keadaan
bising dan 54 untuk tidak bising.
 Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi bising variansi nilai
operator adalah 0.333 dan pada kondisi tidak bising variansi nilainya 1.
 Nilai SS yang didapat between groups adalah 1380.167, sedangkan nilai SS
within grops sebesar 2.667. Dan total keduanya adalah 1382.833.
 Nilai Df yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within
grops sebesar 4, maka totalnya adalah 5.

13
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

 Nilai MS yang didapat between groups adalah 1380.167, sedangkan nilai MS


within grops sebesar 0.667.
 Fhitung sebesar 2070.25.
-6
 P-Value yang didapat sebesar 1.4 x 10 .
 Ftabel sebesar 7.708647.

4.3 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Pencahayaan


Data analisis ANOVA :
Parameter Pencahayaan (normal,silau,& redup), dengan kondisi tidak bising,
dan sejuk.

Tabel 4.3 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan
Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Redup 3 57 19 0
normal 3 613 204.3333 0.333333
Silau 3 1680 560 1

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
2.03E-
Between Groups 453528.2 2 226764.1 510219.3 16 5.143253
Within Groups 2.666667 6 0.444444

Total 453530.9 8

 Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data


masukan untuk cahaya normal dan silau.
 Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 57 untuk cahaya redup, 613 untuk
kondisi normal dan 1680 untuk kondisi silau.
 Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 19 untuk kondisi cahaya
redup, 204.33 untuk kondisi normal dan 560 untuk kondisi silau.
 Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi cahaya redup nilai
operator adalah 0, pada kondisi normal nilainya 0.3333 dan pada kondisi
silau variansi nilainya 1.

14
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

 Nilai SS yang didapat between groups adalah 453528.2, sedangkan nilai SS


within grops sebesar 2.666667. Dan total keduanya adalah 453530.9.
 Nilai Df yang didapat between groups adalah 2, sedangkan nilai Df within
grops sebesar 6, maka totalnya adalah 8.
 Nilai MS yang didapat between groups adalah 226764.1, sedangkan nilai MS
within grops sebesar 0.444444.
 Fhitung sebesar 510219.3.
 P-Value yang didapat sebesar 2.03 x 10-16.
 Ftabel sebesar 5.143253.

4.4 Perbandingan Score Berdasarkan Kondisi Lingkungan Fisik


Data analisis ANOVA :
Membandingkan score pada kondisi lingkungan fisik pencahayaan silau, panas,
dan bising dengan kondisi lingkungan fisik pencahayaan normal, sejuk, dan
tidak bising.

Tabel 4.4 Hasil Anova berdasarkan kondisi lingkungan fisik


Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
silau, panas, dan bising 3 62 20.66667 2.333333
normal, sejuk, tidak
bising 3 76 25.33333 5.333333

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 32.66667 1 32.66667 8.521739 0.043278 7.708647
Within Groups 15.33333 4 3.833333

Total 48 5

 Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data


masukan untuk kondisi silau, panas, bising dan kondisi normal, sejuk, tidak
bising.
 Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 62 untuk kondisi silau, panas,
bising dan 76 untuk kondisi normal, sejuk, tidak bising.

15
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

 Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 20.66667 untuk kondisi
kondisi silau, panas, bising dan 25.33333 untuk kondisi normal, sejuk, tidak
bising.
 Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi kondisi silau,
panas, bising variansi nilai operator adalah 2.333333 dan pada kondisi
normal, sejuk, tidak bising variansi nilainya 5.333333.
 Nilai SS yang didapat between groups adalah 32.66667, sedangkan nilai SS
within grops sebesar 15.33333. Dan total keduanya adalah 48.
 Nilai Df yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within
grops sebesar 4, maka totalnya adalah 5.
 Nilai MS yang didapat between groups adalah 32.66667, sedangkan nilai MS
within grops sebesar 3.833333.
 Fhitung sebesar 8.521739.
 P-Value yang didapat sebesar 0.043278.
 Ftabel sebesar 7.708647.

BAB V
ANALISA

16
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kami melakukan analisa


dengan membandingkan unsur-unsur yang mempengaruhi lingkungan fisik kerja
menggunakan Anova: Single Factor, yaitu antara lain temperatur / suhu ruangan,
tingkat kebisingan, dan pencahayaan. Perbandingan nilai yang diperoleh operator
dalam test dengan pengaturan pada kondisi variabel :

5.1 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Temperatur


Temperatur ruangan sangat berpengaruh terhadap kerja operator. Pada
dasarnya, tubuh manusia mengubah energi kimia menjadi energi mekanis dan
panas. Tubuh menggunakan panas untuk menjaga temperatur inti /utama tubuh
agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada
sekeliling diluar tubuh. Maka ada pertukaran yang tetap dari panas tubuh dan
sekelilingnya.
Bila temperatur ruangan kerja terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan
fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas yang
berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja.
Sebaliknya, kondisi dingin yang berlebihan akan mengakibatkan rasa malas
sehingga akan mengurangi kewaspadaan dan konsentrasi, terutama berhubungan
dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan mental.
Data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur

kondisi : pencahayaan normal, tidak bising


Pengamatan ke- sejuk panas
temperatur score temperatur score
1 25 24 30 21
2 25 24 30 25
3 25 28 29 24
rata-rata 25 25.33 29.67 23.33
Berdasarkan data di atas, tampak bahwa nilai paling tinggi adalah pada
temperatur ruangan 25oC. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa temperatur yang
nyaman bagi manusia untuk bekerja adalah pada temperatur sekitar 24oC.
Selain itu, urutan percobaan juga mempengaruhi. Karena percobaan dengan
kondisi sejuk dilakukan pertama kali, maka pada saat operator mengerjakan test
pada suhu yang tinggi (29-30oC) timbul rasa tidak nyaman di dalam ruangan.
Karena pada temperatur yang 30oC dapat menyebabkan turunnya aktivitas mental

17
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

dan daya tanggap, sehingga operator banyak melakukan kesalahan dalam


pekerjaan.

Tabel 5.2 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur
Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Sejuk 3 75 25 0
Panas 3 89 29.66667 0.333333

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 32.66667 1 32.66667 196 0.000151 7.708647
Within Groups 0.666667 4 0.166667

Total 33.33333 5

Analisa Anova
1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak
berbeda secara signifikan
2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara
signifikan
3.  = 0.05
4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho
Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho
5. F hitung : 196
F tabel : 7.708647
F hitung > F tabel, maka Ho ditolak
6. Jika Probabilitas (P-Value) >  , maka terima Ho
Jika Probabilitas (P-Value) <  , maka tolak Ho
7. P-Value = 0.000151
P-Value <  , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-
Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang
diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,

18
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

yaitu bahwa temperatur berpengaruh secara signifikan terhadap kerja operator saat
menyelesaikan pekerjaannya.

5.2 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Kebisingan


Tingkat kebisingan juga memiliki pengaruh terhadap kerja operator.
Kebisingan adalah segala macam bunyi-bunyian yang dapat mengganggu
konsentrasi kerja operator. Selain mengganggu konsentrasi, kebisingan yang
kontinu dapat menyebabkan gangguan pada ketenangan kerja, alat pendengaran,
dan dapat pula menimbulkan kesalahan komunikasi.
Data yang diperoleh dari praktikum adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan

kondisi : pencahayaan normal, sejuk


pengamatan ke bising tidak bising
kebisingan score kebisingan score
1 84 22 55 24
2 85 22 54 24
3 84 23 53 28
rata-rata 84.33 22.33 54 25.33

Dari hasil praktikum terlihat bahwa nilai tertinggi diperoleh ketika operator
berada dalam ruangan yang tidak bising dengan intensitas kebisingan sekitar 54
dB. Kondisi ini seperti kondisi kebisingan kantor pada umumnya (50 dB).
Sedangkan nilai operator dalam keadaan bising dengan intensitas kebisingan
sekitar 84.33 dB lebih tinggi dan terpaut jauh dengan nilai operator dalam keadaan
tidak bising. Hal ini dakarenakan pada kondisi ini sangatlah tidak nyaman karena
hampir mirip dengan kondisi perusahaan yang sangat gaduh (90 dB).

Tabel 5.4 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan
Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
bising 3 253 84.33333 0.333333
tidak bising 3 162 54 1

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1380.167 1 1380.167 2070.25 1.4E-06 7.708647
Within Groups 2.666667 4 0.666667

19
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Total 1382.833 5

Analisa Anova
1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak
berbeda secara signifikan
2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara
signifikan
3.  = 0.05
4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho
Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho
5. F hitung : 2070.25
F tabel : 7.708647
F hitung > F tabel, maka Ho ditolak
6. Jika Probabilitas (P-Value) >  , maka terima Ho
Jika Probabilitas (P-Value) <  , maka tolak Ho
-6
7. P-Value = 1,4 x 10
P-Value <  , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-
Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang
diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,
yaitu bahwa tingkat kebisingan berpengaruh secara signifikan terhadap kerja
operator saat menyelesaikan pekerjaannya.

5.3 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Pencahayaan


Pencahayaan (letak lampu dan dayanya) sangat mempengaruhi kemampuan
visual operator untuk dapat melihat benda-benda secara jelas. Suatu ratio kontras
yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tetapi variasi yang berlebihan dari
luminansi dapat menimbulkan masalah. Bila cahaya utama terlalu terang, mata
akan mengalami kesulitan untuk melihat dengan cermat karena silau.
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 5.5 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan

kondisi : tidak bising, sejuk


pengamatan ke pencahayan redup pencahayaan normal pencahayaan silau
pencahayaan score pencahayaan score pencahayaan score
1 19 24 204 24 559 24

20
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

2 19 28 205 24 560 29
3 19 25 204 28 561 29
rata-rata 19 25.67 204.33 25.33 560 27.33
Dari tabel dapat terlihat bahwa nilai tertinggi didapat operator dalam kondisi
lingkungan kerja dengan pencahayaan silau dengan intensitas berkisar diatas 560
lux. Dengan demikian, berarti dapat dikatakan bahwa operator merasa paling
nyaman di dalam ruangan yang silau. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa
intensitas penerangan telah sesuai untuk pekerjaan sedang (200-500 lux). Dalam
kenyataannya, pada saat melakukan praktikum dengan pencahayaan silau,
keadaan ruangan pada saat itu tidak benar-benar silau karena masih ada cahaya
yang keluar menuju ruangan di belakang. Dari ketiga kondisi pencahayaan tesebut
tidak ditemukan hasil test yang berbeda secara signifikan.
Tabel 5.6 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan
Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Redup 3 57 19 0
normal 3 613 204.3333 0.333333
Silau 3 1680 560 1

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
2.03E-
Between Groups 453528.2 2 226764.1 510219.3 16 5.143253
Within Groups 2.666667 6 0.444444

Total 453530.9 8
Analisa Anova
1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak
berbeda secara signifikan
2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara
signifikan
3.  = 0.05
4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho
Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho
5. F hitung : 510219.3
F tabel : 5.143253
F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

21
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

6. Jika Probabilitas (P-Value) >  , maka terima Ho


Jika Probabilitas (P-Value) <  , maka tolak Ho
-16
7. P-Value = 2.03 x 10
P-Value <  , maka Ho ditolak
Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-
Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang
diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,
yaitu bahwa pencahayaan berpengaruh secara signifikan terhadap kerja operator
saat menyelesaikan pekerjaannya.

5.4 Perbandingan Score Berdasarkan Kondisi Lingkungan Fisik


Tabel 5.7 Tabel perbandingan Score berdasarkan kondisi Lingkungan Fisik
kondisi : silau, panas, Kondisi : silau, sejuk,
Pengamatan ke-
dan bising tidak bising
1 19 24
2 21 29
3 22 29
Rata-rata 20.67 27.33

Nilai tertinggi ada pada saat kondisi ruangan yang pencahayaannya silau
(560 lux), sejuk (25oC), tidak bising (54 dB). Hal ini disebabkan karena operator
merasa nyaman berada dalam ruangan dengan kondisi baik dengan pencahayaan
silau (>500 lux), temperatur optimum (24oC), dan intensitas kebisingan sedang (50
dB). Tetapi setelah dilakukan percobaan dengan ruangan yang silau, panas, bising,
ternyata nilai yang diperoleh operator terpaut jauh. Hal ini bisa dikarenakan
percobaan dengan kondisi pencahayaan silau, sejuk, tidak bising merupakan
kondisi kerja yang paling ideal dan nyaman sehingga performans kerja yang
didapat menjadi maksimal. Namun pada umumnya pencahayaan yang normal
menghasilkan performa yang maksimal, tetapi pada praktikum ini cahaya yang
silaulah yang menghasilkan performa yang terbesar, hal ini mungkin terjadi karena
cahaya sekitar lebih tinggi daripada cahaya pada layar operator, sehingga operator
lebih nyaman untuk bekerja.
Tabel 5.8 Hasil Anova untuk perbandingan Score berdasarkan kondisi Lingkungan
Fisik
Anova: Single Factor

SUMMARY

22
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Groups Count Sum Average Variance


silau, panas, dan bising 3 62 20.66667 2.333333
normal, sejuk, tidak
bising 3 76 25.33333 5.333333

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 32.66667 1 32.66667 8.521739 0.043278 7.708647
Within Groups 15.33333 4 3.833333

Total 48 5

Analisa Anova
1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak
berbeda secara signifikan
2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara
signifikan
3.  = 0.05
4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho
Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho
5. F hitung : 8.521739
F tabel : 7.708647
F hitung > F tabel, maka Ho ditolak
6. Jika Probabilitas (P-Value) >  , maka terima Ho
Jika Probabilitas (P-Value) <  , maka tolak Ho
7. P-Value = 0.043278
P-Value <  , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-
Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang
diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,
yaitu bahwa pencahayaan, temperatur, serta kebisingan berpengaruh secara
signifikan terhadap kerja operator saat menyelesaikan pekerjaannya.

23
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

24
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Kemampuan kerja operator dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor


tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri (intern), dapat juga berupa pengaruh
dari luar (ekstern). Faktor yang berasal dari luar (lingkungan fisik kerja) antara lain
adalah :
 Temperatur/suhu ruangan
Dari hasil praktikum, tampak bahwa operator mendapat nilai tertinggi pada
temperatur ruangan 25-26 oC. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa temperatur
yang nyaman bagi manusia untuk bekerja adalah pada temperatur sekitar 24-27
o
C. Selain itu, urutan percobaan juga mempengaruhi. Karena percobaan dengan
kondisi sejuk dilakukan pertama kali, maka operator pada saat melakukan test
pada suhu yang tinggi menimbulkan rasa tidak nyaman di dalam ruangan.

 Kebisingan (noise)
Nilai tertinggi ada pada saat kondisi ruangan tidak bising. Nilai yang
diperoleh dalam keadaan bising jauh lebih rendah. Hali ini menunjukkan bahwa
operator sangat terpengaruh dengan suara yang bising yang menurunkan
konsentrasi kerjanya.

 Tingkat Pencahayaan (Lighting)


Nilai tertinggi ada pada saat kondisi pencahayaan silau. Pada kenyataannya
saat praktikum, keadaan penerangan tidaklah bebar-benar silau, sehingga operator
merasa nyaman dalam melihat monitor komputer. Sedangkan pada pencahayaan
normal dan redup, operator mendapat nilai yang lebih rendah. Namun selisih nilai
yang diperoleh operator antara pencahayaan normal dan redup maupun silau tidak
terpaut jauh. Karena bagi operator perbedaan kondisi dari cahaya normal ke silau
maupun ke redup tidak terlalu terasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tidak
berbeda secara signifikan.

6.2 Saran

1. Sebaiknya alat-alat pengukuran diperiksa terlebih dahulu sebelum


praktikum, agar pengukuran lebih akurat.

25
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

2. Sebaiknya saat operator bekerja, anggota kelompok yang lain tidak


mengganggu suasana di ruangan itu sehingga operator bisa bekerja dengan
fokus.
3. Seharusnya game lebih bervariasi agar operator tidak bosan dan jenuh.
4. Sebaiknya operator berkonsentrasi pada komputer.

DAFTAR PUSTAKA

26
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi
Modul 2B ”Lingkungan Fisik”
Kelompok 8R

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 1.


Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya.

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,


Jakarta : 2000.

www.google/TI_ITB/satwikalulu-13400092.co.id

www.quasasoft.com

www.google/TI_USU/Rekayasa_kualitas.co.id

27

You might also like