Professional Documents
Culture Documents
-
Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan
polisi.
Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peranan
yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain. Seseorang
dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang
wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus (lihat
gambar 2).
Konflik peranan timbul ketika seseorang harus memilih salah satu diantara peranannya
misalnya sebagai ibu atau sebagai karyawan kantor.
b. Konflik Peranan
Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari dua atau lebih
status yang dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika seseorang
dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai atau kurang mampu
melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak
melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna.
Contoh: Ibu Tati sebagai seorang ibu dan guru di suatu sekolah. Ketika puterinya sakit,
ia harus memilih untuk masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter. Pada
saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena
pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai guru mengajar dikelas.
Pernahkah Anda mengalami konflik peranan? Misalnya, saat Anda tertekan ketika
harus menjelaskan peranan anak dan siswa dalam waktu yang bersamaan? Hanya Anda
yang bisa menjawabnya!
Upaya Penanggulangan
• Perhatikan secara jeli apakah perilaku ini muncul hanya pada saat anak berusaha
menghindari kewajibannya, seberapa sering muncul perilaku “sakit” ini, dan konsistensi
dari perilaku ini. Jika hal ini terus menerus terjadi secara konsisten ketika ia hendak
melakukan kewajibannya (menghadapi tugas-tugas sekolah, masuk sekolah) besar
kemungkinan anak menghindari tugas dengan berpura-pura sakit.
• Periksakanlah ke dokter keluhan-keluhan yang diungkapkan anak untuk memastikan
kondisi fisik yang sebenarnya.
• Ajarkan anak untuk berani menghadapi kesulitan yang dihadapi, bantu mereka
menghadapi kesulitan dalam pelajarannya, berikan semangat untuk mengatasinya, dan
kurangilah tekanan pada anak-anak jika mereka memang lemah dalam belajar.
• Ajarkan anak untuk belajar mengungkapkan masalahnya. Untuk itu perlu bagi orang tua
menciptakan suasana yang nyaman buat anak. Usahakan untuk membina hubungan dan
kedekatan dengan anak supaya anak dapat lebih mudah mengungkapkan kesulitan dan
hambatan-hambatan yang dialaminya.
• Usahakan untuk tidak bereaksi berlebihan (memberikan perhatian, mengasihani, dan
perilaku lain yang menunjukkan simpati berlebihan) apabila anak menunjukkan reaksi
sakit berulang pada saat ia ingin menghindari tugas atau mendapatkan simpati.
• Jika peran “sakit” ini terus menerus muncul, konsultasikan pada ahlinya.
4. . Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya:
• Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara tanggung jawab
yang ia miliki.
• Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan
merupakan bagian dari pekerjaannya.
• Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang
lain yang dinilai penting bagi dirinya.
• Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan
tugas pekerjaannya.
b. Ketaksamaan peran : jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi untuk
dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang
berkaitan dengan peran tertentu. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketaksaman
melipuli: Ketidakjelasan dari saran-saran (tujuan-tujuan)
kerja:
• Kesamaman tentang tanggung jawab.
Menurut Kahn, dkk (dalam Munandar, 2001:392), stres yang timbul karena
ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiiiki
kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah
untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan kecenderungan untuk
meninggaikan pekerjaan.
5. Ciri utama dalam pelayanan kesehatan adalah adanya asimetri informasi dimana
dokter memegang kendali informasi atas pasien umumnya adalah orang yang awam
terhadap ilmu kedokteran. Kedatangannya kepada seorang dokter dengan harapan yang
sangat besar untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kembali sehat. Dalam keadaan
awam dan sangat membutuhkan pertolongan, pasien biasanya menyerahkan kepada
dokter untuk melakukan yang terbaik terhadap tubuhnya walaupun tanpa penjelasan yang
memadai.
Permasalahan asimetri informasi pada pelayanan kesehatan memang sulit dihindari, tetapi
jurang informasi antara dokter dan pasien dapat dijembatani dengan baik dengan
pemberian informasi dari dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya. Upaya menjembatani
asimetri informasi dilakukan pemerintah dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengenal istilah persetujuan tindakan
medis yang merupakan terjemahan dari frasa informed consent, pada istilah asalnya
sangat kental unsur informasi.
Menilik Teori Dasar Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata ”communicare” yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan dan ”communis” yang berarti milik bersama. Komunikasi mengandung
beberapa pengertian komunikasi, yaitu: (1) Pertukaran pikiran atau keterangan dalam
rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya
hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya; (2) Pertukaran fakta,
gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih, dan (3) Suatu hubungan yang
dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang bertujuan agar tiap manusia
yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar arti dan pengertian terhadap
sesuatu (Liliweri A, 2008).
.
6.Perawat adalah sumber daya kesehatan terdekat dengan masyarakat yang telah dimiliki
pemerintah yang terlupakan untuk dilibatkan lebih besar dalam mengatasi problematika
kesehatan masyarakat. Sebenarnya, hanya memerlukan stimulus sederhana saja untuk
menggerakan mesin yang selama ini idle dibanding dengan menyediakan mesin
kesehatan primer baru yang berbiaya mahal. Upaya yang mestinya dilakukan adalah
memberikan kewenangan dan perlindungan hukum yang kuat agar perawat bisa menjadi
pilar pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Melalui peraturan atau undang-undang,
kewenangan dan perlindungan diberikan kepada perawat perawat yang kompeten untuk
bertanggungjawab di lini depan pelayanan kesehatan dasar (primer) yang paling banyak
dibutuhkan oleh masyarakat luas. Menjadikan perawat yang saat ini ada untuk dapat
tampil maksimal di masyarakat tidaklah sulit dan mahal. Melalui kerjasama dengan
pemerintah daerah, LSM dan organisasi profesi dengan jaringan yang luas serta
dukungan perawat yang saat ini sangat tinggi, sistem registrasi, sertifikasi dan lisensi
sebagai proses profesionalisasi perawat akan berjalan dengan baik. Dalam waktu singkat,
perawat profesional akan menyebar keseluruh pelosok negeri untuk memberikan jaminan
pelayanan praktik yang berkualitas sebagai hak asasi manusia.
7. Setiap organisasi bersifat kolaboratif. Tak terkecuali organisasi yang bergerak di
bidang kesehatan. Artinya, ia—tidak bisa tidak—harus berkolaborasi dengan berbagai
pihak yang lain untuk mencapai apa yang telah menjadi visi dan misinya. Kolaborasi
tersebut antara lain dilakukan dengan penduduk atau masyarakat, stakeholder atau
pemangku kepentingan, maupun dengan organisasi-organisasi yang lain. Dalam
hubungan kolaborasi tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi bagian penting,
misalnya responsivitas personal maupun kolektif terhadap visi dan misi, responsivitas
institusi terhadap masyarakat atau pelanggan, bagaimana pemberdayaan masyarakat
dilakukan, serta bagaimana melakukan inovasi sosial. Pada keseluruhan proses tersebut,
peran dari sorang pemimpin (bridging leader) yang mampu menjembatani sangatlah
penting. Ia menjembatani antara pencapaian visi misi dengan langkah-langkah yang
dilakukannya, menjembatani organisasinya dengan masyarakat, stakeholder, organisasi
lain, maupun elemen-elemen lain di luar organisasinya, serta menjembatani antara
berbagai kelompok yang ada pada masyarakatnya.
ANTROPOLOGI KESEHATAN
A.Model Sosiologi Kesehatan
1.Model Evolusi
a.Charles Darwin – Social Darwinism ( Spesies – Natural selection )
1.Faktor ketahanan fisik
2.Berfindah, mencari tempat yang lebih cocok
3.Bertahan, pengembang iptek
b.Auguste Comte
1.Manusia adalah benda mati yang memiliki nyawa
2.Metafisika – penjelasan fenomena alam melalui analisis abstrak
3.Scientific stage – semua unsur penyebab dijelaskan melalui analisisi tentang proses
ilmiah / alamiah
c.Karl Marx
1.Setiap perbedaan akan hancur
2.Muncul peradaban paling tinggi sosialis menggantikan feodalis
3.Perubahan harus duupayakan – perombakan sosial ( revolusioner )
d.Herbert Spencer
1.Perubahan masyarakat secara alamiah
2.Masyarakat bergerak ke arah lebih baik dan sempurna
e.Emile Durkhein
Model evolusi semu, karena perubahan tidak selalu ke arah kesempurnaan :
1.Spesialis pekerjaan sederhana – mechanical solidarity
2.Kepadatan penduduk – spesialisasi berbeda – organic solidarity
f.Leslie White
1.Tingkat perubahan tidak berdasarkan urutan tapi bisa meloncat
2.Medernisasi – glonal
2.Model Struktural Fungsional
Segala praktek mempunyai manfaat tentang teori Ekuilibrium – status quo
a.Talcott Parsons
Prasyarat fungsional untuk suatu struktur :
1.Ada teknologi memadai untuk kebutuhan makan, pakaian, perumahan
2.Kebutuhan emosional, spritual, kebudayaan
3.Anggota mengkoordinasikan, mengingtegrasi dengan kebutuhan kelompok
4.Analisis lembaga masyarakat misalnay keluarga
b.Kritik
1.Kebiasaan merugikan dipertahankan
2.Unsur bermanfaat bagi sub sistem tetap tidak bagi sistem
3.Unsur bermanfaat bagi sistem tetapi tidak bagi sub sistem
4.Sistem sosial tidak selalu berhubungan secara harmonis
3.Model Komplik
a.Karl Marx
Proses sosial bukan untuk harmonisasi tapi perjuangan untuk memperoleh keuntungan –
teori pertentangan kelas
b.Komplik – dinamika sosial
Komplik – manifes dan latent
c.Analisis gejala sosial politik
4.Model Interaksi Simbolik
1.Interaksi individu – mendasar masyarakat
2.Peranan interaksi – fleksibel sesuai situasi
3.Analisis hubungan perawat – klien
B.MODEL PERILAKU KESEHATAN
Individu terlibat kegiatan medis, kerana :
1.Pencegahan penyakit
2.Diagnosis penyakit atau tindakan yang diperlukan
3.Pengobatan penyakit ( sick role behavior )
1.Model Suchman ( Social Networt Model )
Orientasi kesehatan berhubungan dengan perilaku keluarga dan ada empat unsur perilaku
sakit :
a.Perilaku itu sendiri
b.Tempat / ruang lingkup
c.Validasi perilaku selama perilaku medis
d.Sekuensinya
2.Alternatif Perilaku Sendiri
a.Mencari pertolongan kesehatan
b.Fragmentasi perawatan kesehatan
c.Menggunakan pertolongan kesehatan
d.Pengobatan sendiri
e.Menghentikan pengobatan
3.Sekuensi Peristiwa
a.Pengalaman dengan gejala penyakit
b.Penilaian terhadap peran sakit
c.Kontak dengan perawat kesehatan
d.Sembuh atau masa rehabilitasi
4.Pengalaman Sakit
a.Rasa sakit, kurang enak badan
b.Pengetahuan tentang gejala dan penafsiran
c.Takut dan cemas
d.Sistem rujukan awam ( lay referral system )
e.Sick role legitimacy
f.Jadi pasien
g.Rehabiltasi
C.DICISION THEORETIC MODEL
FAGREGA = Aplikasi lintas budaya ( cross culture )
Sistem Perilaku sakit
1.Sistem Biologis – proses fisiologis dan kimia
2.Sistem sosial – individu, kelompok, lembaga
3.Sistem fenomenologis – tingkat kesadaran pengertian individu
4.Sistem memori – pengalaman sakit. Sikap, kepercayaan yang mempengaruhi ketiga
sistem lain.
Perilaku Sakit
1.Pengenalan gejala sakit
2.Penilaian dan evaluasi sakit
3.Pertimbangkan pengobatan ( sendiri, lay referal sistem dst )
4.Ada lima bagaian :
Rencana pengobatan
Keuntungan dan kelebihan
Analisis biaya, waktu, tenaga
Analisis manfaat setiap alternatif
Memilih rencana pengobatan
5.Mengulangi perilaku berdasarkan pengalaman
Pengaruh Sosial Budaya
1.Persepsi sakit yang berbeda
2.Nilai dan biaya pengobatan berbeda dari segi budaya
D.HEALTH BELIEF MODEL
Rosenstock
1.Persepsi
2.Penilaian
3.Pencetus
E.MODEL ANDERSON DAN BARTKUS
J.G. Anderson dan D>E> Bartkus
kebutuhan kesehatanKarakteristik sosial demografi
1.Penilaian individu tentang sumber pelayanan kesehatan
2.Penilaian orang lain tentang sumber pelayanan kesehatan
3.Persepsi tentang gejala penyakit serta kecendrungan tindakan sebagai respon
4.Persepsi pelayanan kesehatan
5.Faktor ekonomi
6.Fasilitas pelayanan kesehatan ( kemudahan mendapat )
7.Faktor sosial demografi ( umur, tingkat pendidikan )
8.Kemampuan mengenali gejala
9.Orientasi pelayanan kesehatan
F.MODEL KOSA DAN ROBERTSON
1.Penilaian gangguan kesehatan
2.Rosa kuatir karena gejala penyakit
3.Penerapan pengetahuan terhadap kesehatan
4.Tindakan untuk menghilangkan kekuatiran:
Floathing anxiety : mengambang – dialami setiap orang terlepas dari penyakit itu sendiri
Specific anxiety : Respon sesuai tingkat keperawatan
- Ada pengaruh sosial budaya
G.MODEL MECHANIC
Help Seeking
1.Adanya penyimpangan 7. Keseriusan penyakit
2.Dampak sakit terhadap keluarga dan sosial 8. Frekuensi penyakit
3.Informasi yang tersedia, pengetahuan, kebudayaan 9. Batas toleransi individu
4.Kebutuhan melawan penyakit 10. Interpretasi penyakit
5.Adanya kebutuhan lain yan lebih penting
6.Sumber pengobatan yang tersedia
H.MODEL AUTONOVSKY DAN KATS
1.Motivasi predisposisi
2.Variabel kendali
3.Variabel kondisi
I.MODEL LANGLIE
Model Perilaku pencegahan gangguan kesehatan
1.Faktor Resiko
Langsung : Tidak bersih,kecelakaan
Tidak langsung : Senam, Gizi, imunisasi
2.Faktor respon :
Konsisten
Tidak konsisten
J.MODEL J. YOUNG
1.Gravity ( daya tarik ) penyakit ( berat atau ringan )
2.Home remedy ( rujukan awam )
3.Faith ( kepercayaan )
4.Accesibility ( kemudahan )
K.KOMPLIK PERAN PETUGAS KESEHATAN
1.Kepentingan pasien ( individu >< kelompok ) menjelaskan penyakit
efisiensi, efektifitas waktu, keahlia, tenaga2.Pengolaan sumber daya
3.Kepentingan pasien ( sekarang >< yang akan datangyang akan datang ) dampak
perawatan sekarang
4.Perhatian terhadap kesejahteraan pasien / klien , akibat terhadap rumah tangga pasien
5.Ketidak mampuan petugas
6.Menjaga identitas pasien / klien >< kepentingan hukum, umum
7.Tanggung jawab terhadap klien >< karir petugas
8.Peranan secara sosial, suami,ayah,istri,ibu dan tokoh
L.INTERAKSI PETUGAS – KLIEN
1.Aktif – pasif :
Kasus darurat
2.Bimbingan – kerja sama :
Penyakit akut – menular
3.Saling membantu ( mutual participation )
Penyakit kronis mis : DM
Partisipasi klien besar
M.HUBUNGAN PROFESIONAL – KLIEN
Empat bentuk interaksi :
1.Role Uncertainty
Harapan – ada kesuaian, kesempatan
Kenyataan – peran belum diperinci dengan baik
2.Responsibility Conflicts
Brickman :
Perlu ada negosiasi siapa yang bertanggung jawab
Seberapa besar partisipasi klien
Jika ada ketidak cocokan ada perundingan
3.Pawer Differences
Anderson dan Helm
1.Umumnya petugas yang berkuasa
2.Sumber kekuasaaan ( French dan Raven ) :
Rewand pawer - Coercive
Legitimate - Refferent
Expert
4.Unshared Meaning
Berger dan Luckman
Arti yang diberikan tidak sama
Perlu komunikasi yg konsisten dan kontinyu tentang fokus, ruang lingku klien
N.PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN
( Seeking and using Healh Service )
1.Perilaku masyarakay sehubungan dengan pelayanan kesehatan
2.Kerangka kerja pelayanan kesehatan
3.Tipe umum dari model penggunaan pelaynan kesehatan
4.Hekath beliet model
5.Anderson model ( pendukung , karakteristik kebutuhan )
O.FAKTOR BUDAYA PADA HARAPAN PERANSAKIT ( Alexander Segal )
1.Peran Budaya – Membentuk pengertian manusia tentang kesakitan, kesehatan,
Aktifitas – aktifitas untuk mengobati
Penting untuk mengetahui konsep sick – role
2.Keterbatasan ( Model Persons ) :
Tidak observasi sistematis dari kelakuan manusia
Observasi secara abstrak sejumlah hipotesa yang dilembagakan
Konsep baru sick role
-. Hak : Tidak menjelaskan , petigas sebagai sehat
: Tangkat orang lain (selama sakit )
3.Redefinisi
- Kewajiban : Unwanted condition – coba diatasi
: kemauan untuk mengobati
Peran sakit dipengaruhi :
Sosial Budaya
Faktor Psikologis
4.Eksplorasi faktor sosial budaya dan harapan peran sakit :
Sedikit peneliti yang mencoba menetukan perbedaan sistimatis dari sosial budaya tentang
harapan peran sakit
Tendensi umum – bersasumsi model persons tentang sick role sama untuk setiap anggota
masyarakat
akibat
Sedikit peneliti hubungan antara peran sakit – status orang ( yang mau menerima peran
sakit )
5.Fakta Empirit yang Baru
Studi pasien dari RS :Hasil penelitian Segall dan Artulke
Ada berpendapat antara umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dengan peranan sakit
yang diharapkan
Tidak ada perbedaan antara karakteristik ( agama / kepercayaan, seks ras ) dengan peran
sakit yang diharapkan
P.KONSEP PERAN SAKIT ( Arnold Arluke )
Model :
1.Pendekatan struktural fungsional :
Persons – struktur – fungsional untuk menjaga keseimbangan masyarakat
Sakit – sebagai suatu peyimpangan :
Tidak dapat menjalankan fungsi naormal
Orang tidak berharap untuk mendapatkannya
2.Harapan Peran Sakit
Terdapat 2 hak terhadap peran sakit dan 2 kewajiban
Berhak untuk tidak berperan normal
Berhak utnuk tidak diberi tanggung jawab
Wajib berusaha sembuh
Wajib mencari dan bekerja sama dengan ahli dibidang pertolongan
3.Keuntungan Sekunder
Gejala dilebih-lebihkan
Status pengganti terhadap ketidakmampuan
Imbalan karena telah bekerja keras
4.Kontrol Sosial
Mengangtipasi keuntungan sekunder yang dimanfaatkan :
Kewajiban untuk sembuh
Orang sakit terisolasi dari orang sehat
bahwa peran sakit dapat mempunyai keuntungan dalam lingkup :Beberapa pandangan
sosial
institusi
individu
5.Kritik
Terhadap model Personian
Batasan terhadap kejadian akut :
Dapat diterapkan pada penyakit akut
Tidak dapat diterapkan pada penyakit kronik
Lantrogenesis
Medis Sentris
Person hanya mendasarkan pada medis amerika yang cendrung menggambarkan :
Ahli sebagai figur orang tua
Pasien sebagai figur anak-anak
Kelompok Budaya dan Kelompok Klass
Model Person kurang unversal
Pada dasarnya peran sakit dipengaruhi klass dan budaya