Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Dsampaikan pada Pertemuan Sosialisasi Standar Pelayanan Kedokteran diselenggarakan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dirjen Bina Yan Medik Depkes RI, di Ardjuna
Boutique Hotel and Spa, Bandung 22 Desember 2006.
1
upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dalam
satu organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang
1-2,9
efisien.
Catatan: Istilah ‘Clinical governance’ itu sendiri yang berasal dari negara Inggris. ‘Clinical
governance’ ini merupakan salah satu sumbang saran BAMM ( British Association of Medical
Manager ) yang berhasil dan diterima oleh pemerintah ( Labour Party) setelah melalui
perdebatan publik akibat beberapa kasus pelayanan kesehatan/kedokteran yang muncul ke
permukaan menjadi sorotan dan tuntutan masyarakat serta merupakan kasus untuk CNST –
Clinical Negligence Scheme for the Trusts – (‘risk management’). Meskipun sebelumnya telah
mempunyai beberapa program pendekatan dalam upaya peningkatan mutu melalui – (Small)
Hospitals Accreditation , Patients’ Charter, BSI 5751/ISO 9002, Quality Assurance,
maupun TQM. Pada tahun 1997 bertepatan dengan peluncuran kebijakan baru dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh NHS (National Health Services) dan recana
kerjanya untuk 10 tahun mendatang - A First Class Service: Quality in the new NHS -
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (kedokteran) serta sekaligus
mengantisipasi (‘hidden agenda’ – for the unpicking process) era pasar terbuka Masyarakat
10-11
Ekonomi Eropa/EEC.
Dalam makalah ini akan diterangkan mengenai peran dan fungsi Clinical
Pathways dalam pelayanan medik, dari persiapan dalam bentuk strategi
pendekatan, konsep, kontruksi dan model yang dilaksanakan di RS Fatmawati.
2
Health
Resources
Groups
(HRG)
Health
Impact
Intervention
(HII)
Sedangkan deviasi dari isi komponen Clinical Pathways dicatat sebagai dalam
kolom varians dan ditindak lanjuti sebagai variance tracking dengan
st nd
menggunakan mekanisme audit medis tingkat pertama atau kedua (1 and 2
Party Medical Audit) sesuai dengan Pedoman Audit Medis Komite Medik RS
Fatmawati20-31 dan Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan/
Keselamatan Pasien (Clinical Risks Management and Patient Safety) Komite
32
Medik RS Fatmawati dengan cara Root Cause Analysis (RCA), Failure Mode
of Effective Analysis (FMEA) atau Probability Risks Assessment (PRA) serta
Panduan Health Impact Intervention Komite Medik RS Fatmawati. 33
3
4
5
Clinical Pathways Komite Medik RS Fatmawati
6
cara mekanisme pengambilan keputusan terhadap layanan pasien berdasarkan
pengelompokan dan dalam periode waktu tertentu.
7
Langkah langkah penyusunan Clinical Pathways
8
17
Gambar 2. Alur proses mekanisme data dan umpan balik (feed back)
Setiap rumah sakit membuat dan mengirimkan secara berkala sesuai dengan
jenis formulirnya masing masing (RL 1 sampai RL 6) sesuai dengan dengan
42
Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit
sebagaimana berikut:
1. Data Kegiatan Rumah Sakit (Formulir RL 1) setiap triwulan
2. Data Keadaan Morbiditas Pasien (Formulir RL 2) setiap triwulan:
a. Morbiditas Rawat Inap (Formulir RL 2a)
b. Morbiditas Rawat Jalan (Formulir RL 2b)
c. Morbiditas Rawat Inap Surveilans Terpadu RS (Formulir RL 2a1)
d. Morbiditas Rawat Inap Surveilans Terpadu RS (Formulir RL 2b1)
e. Status Imunisasi (Formulir RL 2c)
f. Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap (Formulir RL 2.1, RL 2.2
dan RL 2.3)
3. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3) setiap akhir tahun
4. Data Keadaan Ketenagaan Rumah Sakit (Formulir RL 4) setiap
semester (6 bulan)
5. Data Peralatan Medik Rumah Sakit dan Data Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit (Formulir RL 5) setiap akhir tahun
6. Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit (Formulir RL 6) setiap bulan.
9
Maka khusus untuk proses pengolahan data, Ketua Komite Medik RS
Fatmawati menggabungkan skema pendekatan Gambar 1 dengan Gambar 2 di
atas menjadi sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 3 berikut.
10
Gambar 4. Format Umum Clinical Pathways yang telah disepakati bersama
dalam Sidang Pleno Komite Medik untuk seluruh 20 SMF di RS Fatmawati. 18
Dalam kolom obat obatan harus sesuai dengan yang dari Standar
Formularium Rumah Sakit (Gambar 5) yang telah disusun oleh Tim Farmasi
dan Terapi Rumah Sakit. Penyimpangan (deviasi) obat obatan (jenis, dosis dan
cara pemberian) dapat diperkenankan bila memang diperlukan setelah mengisi
Formulir Lampiran 1 Formularium Rumah Sakit Edisi III 2003 (Gambar 6) dan
harus dicatat dalam kolom varians serta dapat dipertanggungjawabkan
11
melalui audit medis tingkat pertama (1 st party medical audit) sebagaimana
dalam Form 1 Audit Medis sebagai salah satu unsur dari variance tracking.
12
Gambar 6. Formulir Lampiran 1 Formularium Rumah Sakit Edisi III 2003
13
Gambar 7. Data 10 besar penyakit dengan Kode ICD 10 dan lama hari rawat
untuk bulan Januari 2006
Maka atas kesepakatan bersama melalui Sidang Pleno tingkat SMF sebagai
mekanisme pengambilan keputusan tertinggi di SMF Kesehatan Anak RS
Fatmawati dibuat Clinical Pathways untuk Demam Berdarah Dengue
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
14
Gambar 8. Clinical Pathways untuk Demam Berdarah Dengue dari Buku
Clinical Pathways SMF Kesehatan Anak RS Fatmawati Edisi 2006.36
15
Gambar 9. Buku Clinical Pathways Kesehatan Anak RS Fatmawati Edisi
2006. 36
16
Gambar 10. Kodefikasi ICD 10 untuk 10 Penyakit di SMF Bedah Ortopedik
untuk bulan Januari dan Februari 2006.
17
Gambar 11. Contoh Format Clinical Pathways SMF Bedah Orthopedik untuk
Fraktur Tibia Tertutup.
18
Contoh lain format Clinical Pathways dari SMF Penyakit Dalam, SMF Bedah
dan SMF Kebidanan-Kandungan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 12, 13
dan 14 berikut.
Gambar 12. Contoh Format Clinical Pathways SMF Penyakit Dalam untuk Gagal
Ginjal Kronik.
19
Gambar 13. Contoh Format Clinical Pathways SMF Bedah untuk Apendisitis
Akut.
20
Gambar 14. Contoh Format Clinical Pathways SMF Kebidanan dan Kandungan.
21
dapat merujuk kepada data 10 penyakit terbesar di setiap SMF dan laporan
bulanan tindakan operasi yang paling sering, sehingga SMF tersebut lebih
mudah dan waktu relatif singkat menyusun kodefikasi diagnosis dan prosedur
tindakan dalam Clinical Pathways masing masing sebagaimana contoh dalam
Gambar 15 dan 16 berikut.
Gambar 15. Contoh Kodefikasi Tindakan ICD 9 CM untuk SMF Mata bulan
Maret 2006.
22
Gambar 16. Contoh Kodefikasi Tindakan ICD 9 CM untuk SMF Bedah (Umum)
bulan Maret 2006.
23
Implementasi Clinical Pathways Komite Medik RS Fatmawati
Sampai November 2006 ini Komite Medik telah berhasil menyusun buku
Clinical Pathways RSUP Fatmawati Edisi Pertama yang terdiri dari 62 jenis
penyakit dari profesi medis SMF Bedah Orhopedik, SMF Kesehatan Anak,
SMF Paru, SMF Bedah, SMF Penyakit Dalam, SMF Kebidanan dan Kandungan,
SMF Kulit dan Kelamin dan SMF Saraf sebagaimana dapat dilihat dalam
Gambar 17 dan Tabel berikut.
24
SMF Judul Clinical Pathways:
1. Bedah Orthopedik 1. Fraktur Tibia Tertutup
2. Fraktur Tibia Tertutup dengan Impending Compartment Syndrome
3. Spondilitis Tuberkulosis pada Thorakal
4. Fraktur Vertebra Thorakal dengan Gangguan Neurologis kurang dari 8 jam
5. Fraktur Vertebra Thorakal dengan Gangguan Neurologis lebih dari 8 jam
2. Kesehatan Anak 6. Demam Berdarah Dengue
7. Diare Akut
8. Pneumonia
9. Demam Tifoid
10. Bayi Baru Lahir
11. Kejang Demam
12. Morbili
13. Hiperbilirubinemia Neonatal
14. Bronkiolitis Akut
15. Tuberkulosis Paru
16. Meningitis Tuberkulosis
17. Meningitis Bakterialis
18. Ensefalitis
19. Efusi Pleura Tuberkulosis
20. Efusi Pleura Bakterialis
21. Malnutrisi Energi Protein Derajat Berat (Gizi Buruk)
3. Paru 22. Tuberkulosis Paru
23. Efusi Pleura Tuberkulosis/Pleuritis Tuberkulosis
24. Avian Influenza Pneumonia
25. PPOK Eksaserbasi Akut
26. Bronkitis Akut
27. Pneumothoraks
28. Asma Bronkial
29. Tumor Paru
30. Bronkiekstasis
31. Pneumonia
4. Bedah 32. Karsinoma Rekti
5. Penyakit Dalam 33. Penyakit Ginjal Kronik
6. Kulit dan Kelamin 34. Eritroderma Psoaritika
35. Herpes Zoster dan Sistem Saraf Pusat
36. Herpes Zoster Oftalmikus
37. Morbus Hansen dengan Reaksi
38. Pemfigoid Bulosa
39. Pemfigus Vulgaris
40. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akuta
41. Sindrom Stafilokokus Skin Scalded ( S4 )
42. Sindrom Steven Johnson (SSJ)
43. Varisela
44. Varisela dengan komplikasi
7. SMF Saraf 45. Stroke (Trombosis Serebri/Emboli Serebri) – Cerebral Infarction
46. Stroke (Perdarahan Intraserebral)
47. Perdarahan Subarakhnoid Spontan
Tabel 1. Daftar judul Clinical Pathways dari 7 SMF dalam buku Clinical
Pathways RSUP Fatmawati Edisi Pertama.
25
Sedangkan dalam monitoring hasil implementasi Clinical Pathways, Komite
Medik RSUP Fatmawati menghimpun data tersebut ke dalam tabel
sebagaimana dalam Tabel 2 berikut.
CONTOH
Dari ke tujuh SMF yang telah berhasil menyusun Clinical Pathways tersebut
di atas, SMF Bedah Orthopedik dan SMF Kesehatan Anak telah telah
mencoba melakukan penerapan implementasi Clinical Pathways masing masing.
Sebagai contoh SMF Bedah Orthopedik melaporkan kasus Fraktur Tibia
Tertutup, Fraktur Tibia Tertutup dengan Impending Compartmernt
Syndrome dan Spondilitis Tuberkulosis sebagaimana dapat dilihat dalam
Gambar berikut.
26
Gambar 18. Hasil Implementasi Clinical Pathways SMF Bedah Orthopedik
untuk kasus Fraktur Tibia Tertutup yang kemudian ditindak lanjuti varians
nya sebagai bahan untuk audit medik dan analisis biaya (cost analysis) serta
evaluasi proses kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM.
27
Gambar 19. Hasil Implementasi Clinical Pathways SMF Bedah Orthopedik
untuk kasus Fraktur Tibia Tertutup dengan Impending Compartment
Syndrome yang kemudian ditindak lanjuti varians nya sebagai bahan untuk
audit medik dan analisis biaya ( cost analysis) serta evaluasi proses kodefikasi
ICD 10 dan ICD 9 CM.
28
Gambar 20. Hasil Implementasi Clinical Pathways SMF Bedah Orthopedik
untuk kasus Spondilitis Tuberkulosis.
Dari Gambar 18, 19 dan 20 terlihat bahwa disamping dalam hal masih ada
varians yang perlu ditelusuri melalui audit medik dan juga analisis biaya lebih
lanjut berkaitan dengan lamanya hari rawat yang berlanjut, masih ada
kesulitan dalam melakukan input kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM dalam
Clinical Pathways sebagaimana yang dilaporkan oleh Unit Koding dan Bagian
Rekam Medik pada tanggal 18 Oktober 2006 (Gambar 21).
29
Gambar 21. Laporan Ketua Unit Casemix/Bagian Rekam Rekam Medik kepada
Ketua Panitia Casemix/Ketua Komite Medik tentang input koding dan
alternatif solusinya.
30
Gambar 22. Jadwal pelatihan penggunaan ICD 10 dan ICD 9 CM kepada
petugas di seluruh ruang rawat inap dan perwakilan seluruh SMF.
31
Gambar 23. Contoh 2 kasus Clinical Pathways SMF Kesehatan Anak untuk
kasus Pneumonia lengkap dengan kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM serta
verifikasi akuntansi biaya.
32
Khusus untuk Clinical Pathways SMF Kesehatan Anak untuk kasus Pneumonia
telah berhasil dihimpun dan dilakukan analisis sebanyak 97 kasus sebagaimana
dapat dilihat dalam Gambar 24.
33
Gambar 25. Clinical Pathways Kesehatan Anak untuk kasus Pneumonia dan
kegiatan Clinical Risks Management/Patient Safety dan Health Impact
Interventions.
34
Gambar 26. Contoh Buku dan Formulir Surveilance Infeksi Nosokomial
35
Kesimpulan dan Saran: Upaya pemberdayaan organisasi profesi medis
dalam Clinical Pathways
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran profesi medis sangat penting dan
menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan Clinical Pathways sebagai
komponen dari Sistem Pembiayaan DRGs Casemix sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU No. 29 tahun 2004 pasal 49 tentang kendali mutu dan
kendali biaya.
Sebagai contoh, dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada Unit
Kelompok Kerja (UKK) sebagai brainware dalam mempersiapkan modul modul
dari kurikulum pendidikan dokter spesialis anak (dan konsultan) dari segi
aspek pendidikan dan dari segi aspek pelayanan keprofesian dengan
mempersiapkan Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dan Standar
Formularium Anak sebagai acuan dalam praktik (clinical practice guidelines)
serta format pelaksanaannya dalam bentuk Clinical Pathways. Ketiga hal
tersebut merupakan input bagi setiap anggota IDAI dalam implementasi
melaksanakan praktik keprofesiannya baik sebagai perorangan maupun
kelompok (Gambar 28).43
36
Gambar 28. Skema ringkas peran organisasi profesi IDAI dalam
43
mempersiapkan SPM dan format Clinical Pathways Kesehatan Anak.
37
Organisasi
Kolegium Profesi
Patients Safety
Rumah Sakit
38
Rumah Sakit:
Gambar 30. Peran dan hubungan profesi, kolegium, rumah sakit dan sarana
45
dalam Clinical Governance dalam rangka keamanan pasien ( patients safety).
Referensi
1. Campbell H et al. Clinical pathways. BMJ 1998:316;133-4.
2. Johnson S. Pathways of care. Blackwell Science, Oxford 1997.
3. Edwards J. Clinical Care Pathways: a model for effective delivery of health care? J
of Integrated Care 1998:2; 59-62
4. Hale C. Case Management and Managed Care. Nursing Standard 1995: 9(19); 33-5
5. Kitchener D et al. Integrated Care Pathways; Effective Tools for Continuous
Evaluation of Clinical Practice. J Evaluation in Clinical Practice 1996:2(1); 65-9
39
6. Petryshen PR, Petryshen PM. The case management model: an approach to the
delivery of patient care. J Advance Nursing 1992:17;1188-94
7. Wall M. Managed Care: Development of an Integrated Care Pathway in
Neurosciences. NT Research 1997: 2(4); 290-1
8. Wilson J, Integrated Care Management: The Pathway to Success? Oxford
Butterworth Heimeman 1997
9. Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning,
elements, and implementation. Global Health Journal 2000;1(2)
http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
10. British Department of Health. Clinical Governance: Quality in the New NHS. London:
NHS Executive, 1999.
11. Scally G, Donaldson LJ. The NHS's 50 anniversary. Clinical governance and the drive
for quality improvement in the new NHS in England. BMJ. 1998 Jul 4;317(7150):61-5.
12. Firmanda D. Clinical Governance: Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen
medik. Disampaikan pada seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari
Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence-based Medicine /EBM) menuju Clinical
Governance” dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 di Gedung Bidakara Jakarta
30 Mei 2000.
13. Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of
procedures, clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What
are they? J Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144.
14. Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan
Ismael S. Dasar dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto,
2002.
15. Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di rumah sakit. Disampaikan pada
Pendalam-an materi rapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober 2001.
16. Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based Medicine (EBM) towards Clinical
Governance. Presented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd July 2001.
17. Komite Medik RS Fatmawati. Sistem Komite dan Sistem SMF di RS Fatmawati
Jakarta 2003.
18. Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi
Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik
RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.
19. Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical
professional. Global Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
20. Firmanda D. The pursuit of patient safety as a part of professional excellence in
quality care. Evidence-based Medicine 2000; http://www.yahoogroup.com/
groups/ebm-f2000
21. Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol
Pediatr 1999; 1(1):43-9.
22. Firmanda D. Editorial: Profesionalisme. Medicinal 2000; 1(1):6.
23. Rumah Sakit Fatmawati. Kebijakan tentang Penerimaan Pasien Rawat Inap
(Admission) Nomor Dokumen HK.00.07.1.256 tanggal 15 September 2003 dengan
Nomor Revisi HK.00.07.1.201 tanggal 10 Mei 2005.
40
24. Rumah Sakit Fatmawati. Prosedur tentang Penerimaan Pasien Rawat Inap (Admission)
Nomor Dokumen HK.00.07.1.257 tanggal 15 September 2003 dengan Nomor Revisi
HK.00.07.1.202 tanggal 10 Mei 2005.
25. Rumah Sakit Fatmawati. Kebijakan tentang Program Pilih Dokter. Nomor Dokumen
HK.00.07.1.49 tanggal 28 Februari 2003.
26. Rumah Sakit Fatmawati. Prosedur tentang Program Pilih Dokter. Nomor Dokumen
HK.00.07.1.49 tanggal 28 Februari 2003.
27. Komite Medik RS Fatmawati. Standar Pelayanan Medis 20 SMF di RS Fatmawati
Jakarta 2003.
28. Firmanda D. Pedoman Audit Medis Komite Medik RS Fatmawati. Jakarta 1999.
29. Firmanda D. Pelaksanaan Audit Medik. Disampaikan dalam Semiloka Pelaksanaan
Audit Medik di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya pada tanggal 11 Desember 2003.
30. Firmanda D. Pengalaman Komite Medis RS Fatmawati dalam melaksanakan Audit
Medis. Disampaikan dalam Temu Karya I: Implementasi Good Clinical Governance di
bidang Pelayanan Medis, Jakarta 27 September 2004.
31. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman
Audit Medis di Rumah Sakit.
32. Firmanda D. Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan/Keselamatan Pasien
( Clinical Risks Management and Patient Safety) Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta
2005.
33. Firmanda D. Panduan Health Impact Intervention Komite Medik RS Fatmawati,
Jakarta 2006.
34. Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi
Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik
RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.
35. Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem
DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam
Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005
dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman
DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005.
36. Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical
Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS
Fatmawati, Jakarta 2006 (dalam pencetakan).
37. Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: indi kator mutu rekam medik dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi Pola
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit . Diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni
2006.
38. Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data
Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
39. Firmanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan dalam Sosialisasi Pedoman
Audit Medik di Rumah Sakit, diselenggarakan oleh Dirjen Bin Yan Medik DepKes RI,
Cisarua 7 September 2005.
40. Fimanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan pada Hospital Management
Refreshing Course and Exhibition (HMRCE): Change Management in Healthcare
41
Services. Diselenggarakan oleh Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia
(PERMAPKIN) di Hotel Borobudur, Jakarta 21 – 23 Februari 2006.
41. Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data
Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
42. Firmanda D. Pelaksanaan audit medik di rumah sakit. Disampaikan pada Pertemuan
Komite Medik Rumah Sakit . Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Barat di Hotel Permata Bidakara, Bandung 30 Mei 2006.
43. Firmanda D. Clinical Pathways Kesehatan Anak. Sari Pediatri 2007; (in press).
44. Firmanda D. Standar fasilitas dalam penetapan kompetensi profesi di
sarana/fasilitas pelayanan kesehatan. Disampaikan dalam Semiloka Standar Fasilitas
Rumah Sakit berkaitan dengan Undang Undang Pra ktik Kedokteran. Diselenggarakan
oleh Konsorsium Pelayanan Medik (KPM) Dirjen Bin Yan Medik Depkes RI di Hotel
Mulia Jakarta 7 Februari 2006.
45. Firmanda D. Patients Safety di rumah sakit pendidikan dikaitkan dengan proses
pendidikan profesi dokter. Disampaikan pada Muktamar Nasional Ikatan Rumah Sakit
Pendidikan (IRSPI) III di Makasar, 28-29 Juli 2005.
42