Professional Documents
Culture Documents
Implementasi
Kebijakan Nasional
Pembangunan Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat
Penasihat/Pelindung:
Pembangunan Air MInum dan
Penyehatan Lingkungan dan
Implementasinya
Direktur Jenderal Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan, DEPKIMPRASWIL
Penanggung Jawab:
Memberdayakan Tanpa Memaksakan Direktur Permukiman dan Perumahan, BAPPENAS
Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi, DEPKES
Daftar Isi Direktur Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Timur,
DEPKIMPRASWIL
Direktur Bina Sumber Daya Alam dan Teknologi
Dari Redaksi 4 Tepat Guna, DEPDAGRI
Direktur Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup,
Laporan Utama 5
DEPDAGRI
CWSH 7
Dewan Redaksi:
ProAir 9 Oswar Mungkasa, Sucipto, Johan Susmono,
Supriyanto Budi Susilo
SANIMAS 11
WSLIC 2 13 Redaktur Pelaksana:
Hartoyo, Rheida Pambudhy, Maraita Listyasari,
Wawasan 15 Rewang Budiyana, Handi Legowo
Memberdayakan Tanpa Memaksakan
Sekretaris Redaksi:
Mencuci Tangan 18 Essy Aisiyah
Cermin 21 Sirkulasi:
Helda Nusi, Mahruddin, Prapto
MCK Jempiring bukan MCK Moerdiono
Pilihan Teknologi
Redaksi Percik menerima kiriman artikel/tulisan dari luar. Panjang
Info Buku 31 artikel/tulisan tidak dibatasi. Isi harus berkaitan dengan air minum dan
penyehatan lingkungan dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Info Situs 32 Artikel/tulisan harus disertai identitas yang jelas. Redaksi berhak
mengeditnya. Artikel/tulisan bisa dikirimkan melalui surat atau email
Agenda 33 ke alamat di atas.
4 Dari
Redaksi
H ari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Berangkat dari semangat inilah kami
menghadirkan edisi kedua Percik. Beberapa perbaikan telah diusahakan pada edisi ini yang
merupakan tanggapan terhadap saran dan kritik yang kami terima dari berbagai pihak. Pertama. Halaman
diperbanyak yang memungkinkan makin banyaknya informasi yang dapat ditampilkan. Kedua. Tambahan rubrik
seperti Suara Anda, Pembelajaran, dan Opsi Teknologi. Tentunya perbaikan akan kami lakukan secara
berkesinambungan.
Melanjutkan fokus Percik pada edisi perdana maka pada edisi kedua ini kami mengetengahkan proyek-proyek
air minum dan penyehatan lingkungan yang telah mengadopsi prinsip-prinsip yang terkandung dalam kebijakan
nasional air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat. Beberapa proyek yang kami tampilkan adalah
Water Supply for Low Income Communities 2 (WSLIC 2), Rural and Water Supply in Nusa Tenggara Timur (ProAir),
Sanitasi oleh Masyarakat (SANIMAS), dan Community Water Supply and Health (CWSH). Kami mengharapkan sajian
ini dapat memberikan gambaran lebih lengkap terhadap implementasi kebijakan nasional tersebut.
Berbeda dengan edisi sebelumnya, kali ini Percik menampilkan rubrik Wawasan sebagai pengganti rubrik
Opini. Dengan nama baru ini, kami berharap lebih banyak tulisan yang bisa dimuat ini rubrik tersebut. Pada edisi ini,
Wawasan memuat tulisan mengenai MPA (Methodology for Participatory Assesment), sebuah metode pemberdayaan
masyarakat yang digunakan dalam pembangunan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan.
Tak kalah menariknya, Wawasan juga mengangkat tema mengenai Mencuci Tangan (Handwashing). Mungkin
bagi kita masalah tersebut terlalu sepele, tapi berdasarkan penelitian Mencuci Tangan terbukti memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pencegahan berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui tangan.
Di rubrik Cermin, kami mengetengahkan upaya masyarakat di Gang Jempiring, Bali, membangun MCK. Beberapa
tahun sebelumnya mereka sempat memiliki MCK yang dibangunkan pemerintah. Bangunan itu tak terawat dan
akhirnya rusak. MCK yang baru tersebut dibangun berdasarkan kesadaran masyarakat setempat untuk hidup lebih
baik dan sehat.
Kami berusaha menjadikan media informasi ini tersebar secara meluas. Internet menjadi salah satu media yang
akan kami pergunakan. Untuk itu, mulai edisi ini kami juga akan menggunakan e-mail untuk mengirimkan Percik.
Media informasi ini juga akan ditayangkan lengkap pada situs internet Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(…………………………….) yang baru saja diluncurkan.
Terlepas dari semua usaha yang kami lakukan untuk menghadirkan yang terbaik, maka semuanya terpulang
kembali kepada anda semua. Masukan, kritik, saran dan bahkan kiriman naskah menjadi suatu keniscayaan bagi
kelangsungan media informasi kita ini. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih atas kontribusi anda semua. Salam.
Laporan 5
Utama
perencanaan, tahap rancang bangun dan pembuatan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi
kontrak, tahap konstruksi dan tahap pascakonstruksi. masyarakat
Pelaksanaan ProAir dilakukan secara bertahap
dimulai dengan pelaksanaan kegiatan di Kabupaten B Kendala Non Fisik
Sumba Timur. Pelaksanaan di Kabupaten Sumba Timur - Kurangnya pemahaman dari pelaksana di daerah
telah sampai pada tahap III. Tahap I, sosialisasi dan terhadap pendekatan demand driven berakibat pada
diseminasi, telah dilaksanakan melalui kampanye yang relatif lambatnya tanggapan masyarakat terhadap
dilakukan oleh Tim Koordinasi ProAir Kabupaten (TKK) program ini.
yang menghasilkan banyak permohonan yang diajukan - Mekanisme penyaluran dana (Fund Chanelling)
oleh masyarakat. Selanjutnya dalam tahap II, semua masih belum dipahami secara baik, sehingga masih
permohonan tersebut diterima oleh ProAir dan dinilai ditemui banyak kendala baik dalam proses
kelayakannya oleh Tim Pelaksana dan Unit Pelaksana pengajuan dana maupun pencairannya.
Proyek (Project Implementation Unit-PIU). Tahap III
berupa perencanaan pelaksanaan yang akan Rencana ke depan
melibatkan kelompok masyarakat dalam rencana Agar kendala–kendala tersebut dapat dilewati
pelaksanaan yang sesungguhnya melalui proses dengan baik, maka ke depan direncanakan:
partisipatif di bidang higinitas dan sanitasi dengan a. Melakukan pembinaan secara rutin, termasuk
menggunakan metoda MPA-PHAST yang akan melakukan sosialisasi kembali program ProAir
difasilitasi oleh tenaga motivator. dengan cara advokasi kepada pemerintah daerah
dan DPRD Kabupaten
b. Mencari pilihan teknologi baru di bidang air minum
dan sanitasi yang sesuai untuk diterapkan di NTT.
Kendala
Ada beberapa kendala yang ditemui selama
pelaksanaan program, baik yang bersifat fisik maupun
non fisik yaitu :
A Kendala Fisik
- Kondisi geografis, dan lokasi permukiman yang
terpencar menyulitkan dalam menentukan pilihan
SANIMAS 11
SANIMAS
Sebuah Inisiatif Pengelolaan Sanitasi
Berbasis Masyarakat
Oleh: A Lambertus, WSP-EAP
ditanda tangani. Namun, Bangli akhirnya mengundurkan Ada dua pilihan menyangkut pelayanan SBM yang
diri karena DPRD setempat tidak setuju untuk menyediakan umum dipilih oleh warga pengguna. Pada hakekatnya
anggaran pendamping. warga memilih sarana sanitasi yang dapat memberi rasa
Dalam proses seleksi masyarakat, pendekatan Tanggap nyaman dan prestisius. Untuk itu warga berharap dapat
Pada Kebutuhan juga diberlakukan. Selama proses tersebut memilih SBM dengan sambungan rumah, namun kondisi
diselenggarakan sepuluh kelompok masyarakat lingkungan setempat ternyata berpengaruh pada pilihan
berkompetisi untuk mendapatkan fasilitasi SANIMAS. tersebut.
Melalui proses kompetisi pada akhirnya delapan kelompok
masyarakat terpilih untuk mendapatkan fasilitasi SANIMAS. Lokasi dengan kondisi:
Selain pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan ada ! Kontur tanah yang relatif rata
dua prinsip penting lain yang diterapkan SANIMAS. Pilihan ! Dilanda banjir rutin
teknologi sarana ditentukan oleh masyarakat sendiri. ! Tanah terbatas, bahkan untuk pembangunan jamban
Fasilitator sekadar menyampaikan ragam pilihan teknologi sekalipun
yang ada dan untung rugi dalam penggunaannya. Prinsip ! Susunan rumah padat/digunakan sebagai rumah se-
lain, masyarakat bertanggung jawab dalam pembangunan wa
fisik sarana dan pengelo- Warga tidak mempunyai pilihan selain memilih MC/
laan dana yang bersum- MCK sebagai sarananya. Dari tujuh kelompok masyarakat
ber dari swadaya, peme- yang difasilitasi SANIMAS, empat kelompok beruntung dapat
rintah, SANIMAS dan LSM membangun sarana dengan sambungan rumah
(BORDA) untuk beberapa sedangkan sisanya terpaksa membangun MC/MCK.
kasus. Untuk pembangunannya ada empat sumber
pendanaan: masyarakat (tunai dan bahan), pemerintah
Tahapan SANIMAS setempat, SANIMAS, dan untuk beberapa kasus
kekurangan biaya disediakan oleh BORDA. Secara fisik
Ada tiga komponen dalam tahapan pelaksanaan
sarana diperkirakan akan selesai pada bulan November
SANIMAS.
2003.
Pertama: Pengembangan Kapasitas Penerapan SBM.
Komponen Ketiga: Manajemen Pelaksanaan
Tujuannya, mendefinisikan aturan-aturan proyek,
SANIMAS. Dana pelaksanaan SANIMAS yang berupa
pengembangan ragam teknologi SBM, dan pembuatan
hibah disediakan oleh Pemerintah Australia melalui AusAID.
perangkat implementasi untuk diuji dan didemonstrasikan.
Penanggung jawab harian kegiatan dikendalikan oleh
Keluaran yang dihasilkan dari komponen pertama terdiri
sebuah LSM, yaitu Bremen Overseas Research and
atas:
Development Asociation atau biasa disebut BORDA yang
! Kompilasi, analisa dan sintesa pelajaran yang dipetik
bekedudukan di Kayen No. 176, Jl. Kaliurang Km. 6.6,
dari dalam dan luar Indonesia
Sleman Yogjakarta. BORDA dibantu oleh tiga LSM lainnya
! Aturan dan persyaratan kelayakan untuk berpartisipasi
yaitu Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan &
dalam SANIMAS
Pembangunan (LPKP) yang membawahi Pasuruan, Blitar,
! Ragam pilihan teknologi SBM
dan Kediri berkedudukan di Malang, Jawa Timur. Bina
! Modul pelatihan untuk lembaga fasilitasi dan pemerin-
Ekonomi Sosial Terpadu (BEST) sebuah LSM lainnya
tah setempat
bertanggung jawab untuk Pamekasan, Sidoarjo dan
Komponen Kedua: Promosi dan Demonstrasi SBM.
Mojokerto,berkedudukan di Surabaya. Sedangkan untuk
Tujuannya adalah pengembangan keahlian, pengetahuan
Denpasar penanggung jawabnya adalah Bali Fokus yang
dan kesadaran SBM sebagai pilihan sanitasi yang layak
berkedudukan di Bali.
diterapkan di lingkungan miskin perkotaan.
Di tingkat warga, SANIMAS difasilitasi oleh dua fasilator
Salah satu keluaran dari komponen ini adalah
lapangan. Satu orang merupakan staf dari dinas terkait,
terwujudnya sebuah sistem Sanitasi Berbasis Masyarakat
dan yang lainnya adalah staf yang direkrut dari LSM
yang merupakan pilihan dan kesepakatan seluruh warga
setempat. Kegiatan SANIMAS akan berakhir April tahun
pengguna. Seluruh, perlu digaris bawahi karena satu
2004, di mana akan dilaksanakan sebuah seminar tingkat
keluarga yang tidak setuju bisa saja membatalkan
Nasional sehingga pelajaran yang didapat selama uji coba
pembangunan SBM, walau seluruh proses yang telah dilalui
konsep SANIMAS dapat didesiminasikan.
merupakan kesepakatan warga.
13
Metoda
WSLIC-2 mempunyai empat komponen utama yakni
peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat,
peningkatan kesehatan dan sanitasi melalui pelayanan
kesehatan dan perubahan perilaku, penyediaan sarana
air minum dan sanitasi, serta pengelolaan/manajemen
proyek.
Proyek ini menerapkan suatu metode pendekatan
yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Seluruh
anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk terlibat
(berpartisipasi) dalam pemilihan kegiatan untuk
kesehatan, air minum dan sanitasi, dengan fokus
khusus pada permintaan perempuan dan masyarakat
miskin. metode yang diterapkan. Akibatnya, proyek yang
Metode yang digunakan adalah PHAST seharusnya telah berjalan pada 2001 tersendat. Proyek
(Participatory Health and Sanitation Transformation/ harus mempersiapkan sumber daya manusia terlebih
transformasi hidup bersih dan sanitasi dengan dahulu. Proyek merekrut LSM dan konsultan kemudian
menggunakan metode partisipatori). Metode ini didasari melatihnya. Mereka kemudian baru melatih para
oleh metodologi partisipatif lain yakni SARAR (Percaya fasilitator.
diri, pemberdayaan budi, perencanaan kegiatan, dan Kendala lainnya adalah sistem administrasi
tanggung jawab bersama). keuangan yang langsung masuk ke rekening
Dengan metode tanggap kebutuhan tersebut masyarakat. Cara seperti ini belum diatur dalam sistem
masyarakat terlibat dari mulai perencanaan, perundangan yang ada. Oleh karena itu, proyek harus
pelaksanaan, sampai pemeliharaan. Masyarakat mempersiapkan terlebih dahulu agar masyarakat bisa
menentukan sendiri pilihan teknologi sarana yang akan mengelola uang tersebut secara bertanggung jawab
dibangun. Kegiatan mereka didanai oleh hibah desa dengan standar akuntansi yang bisa diaudit. Audit
yang berasal dari Bank Dunia dan bantuan pemerintah dilakukan terhadap 60 persen Tim Kerja Masyarakat
daerah yang mencakup 80 persen dari total (TKM) tiap tahun.
pembiayaan. Selebihnya dari kontribusi masyarakat Ada hal khusus lain yang perlu dipikirkan ke depan
berupa 4 persen tunai, dan 16 persen barang dan yakni berkaitan dengan opsi kesehatan. Apakah
tenaga (in-kind). komponen kesehatan ini harus dari bawah?
Hingga Agustus 2003, tercatat ada 870 desa yang Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa Tim
masuk daftar terpilih. Yang sedang berproses ada 779 Koordinasi Kabupaten (TKK) tak mengikuti proses sejak
desa. Yang sudah menandatangani kontrak ada 387 awal. Tak heran jalinan komunikasi berlangsung kurang
desa. Sedangkan yang telah selesai melaksanakan harmonis.
proyek sebanyak 221 desa. Sampai akhir tahun ini
diperkirakan akan ada seribu desa yang terlibat dari Rencana ke depan
2.000 desa yang ditargetkan proyek WSLIC-2 hingga Untuk mengatasi tersendatnya komunikasi di antara
2006. pelaksana di tingkat kabupaten maka akan dibentuk
semacam tim teknis yang melibatkan pihak-pihak terkait
Kendala
yang menangani aspek teknis kesehatan,
Sebagai sebuah proyek baru yang penuh inovasi pemberdayaan masyarakat dan lainnya agar semuanya
aplikasi metode MPA, WSLIC-2 pun menghadapi mengetahui proses yang terjadi sehingga koordinasi
kendala. Di awal proyek, kendala itu muncul karena di lapangan berlangsung dengan baik.
keterbatasan sumber daya manusia yang mengerti
15
WAWASAN
Memberdayakan
Tanpa Memaksakan
Pada tahun 1997-1998, Water and Sanitation Pro- dilakukan masyarakat dan mempertimbangkan jenis
gram Bank Dunia dan IRC International Water and Sani- teknologi yang dimanfaatkan sesuai dengan kondisi
tation Center menyusun sebuah metode pemberdayaan masyarakat.
masyarakat yang dikenal sebagai Methodology for Par- Kesinambungan Finansial
ticipatory Assesment (MPA). Metode ini merupakan Kesinambungan finansial didapatkan jika masyarakat
gabungan dari metodologi sebelumnya yakni Minimum terlibat dalam perencanaan. Selain itu, dalam
Evaluation Procedures (MEP) dan SARAR (Self-esteem, menetapkan biaya operasi dan pemeliharaan serta iuran
Associative strength, Resourcefulness, Action planning, telah melibatkan semua kelompok masyarakat (kaya/
Responsibilty). miskin, laki/perempuan). Iuran ditarik berdasarkan
Metode ini telah diujicobakan pada tahun 1998-1999 tingkat pelayanan yang didapatkan pengguna atau
di 88 komunitas pengelola air dari 18 proyek di 15 jumlah konsumsi air bersih setiap KK.
negara. Studi itu dilaksanakan oleh tim dari universi- Kesinambungan Lingkungan
tas, LSM lokal dan nasional, instansi terkait, dan Kesinambungan lingkungan akan terjadi bila
pelaksana proyek. Dari studi itu diperoleh pelajaran perencanaan oleh masyarakat telah memperhatikan
bahwa Sarana Air Bersih (SAB) yang sinambung adalah aspek lingkungan dalam kaitannya dengan sumber air
SAB yang dapat memuaskan sebagian besar pengguna yang dimanfaatkan dan pembuangan air limbah.
termasuk mereka yang berpenghasilan rendah. Kesinambungan Institusi
Pelayanan dianggap memuaskan apabila dapat Kesinambungan institusi merupakan proses
dirasakan manfaatnya dan penggunaan SAB yang pembentukan badan pengelola yang telah
efektif, dan hal ini terjadi karena sebagian besar memperhatikan kesetaraan gender dan pelibatan
masyarakat memiliki akses (paling tidak 80%). kelompok miskin, serta mewujudkan nilai-nilai
Pelayanan yang sinambung dan penggunaan yang demokrasi dan transparansi
efektif ada kaitannya satu sama lain dengan program Kesinambungan SosialKesinambungan Sosial
yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini Kesinambungan sosial akan terjadi kalau seluruh
dapat terjadi kalau dari awal para pengguna dilibatkan kelompok masyarakat diberikan kesempatan
dalam perencanaan untuk memberikan suara dan menetapkan pilihan teknologi, jenis sarana, tingkat
mempunyai hak pilih. Selain itu terdapat kesetaraan pelayanan, jenis pelatihan termasuk kelompok
dalam pengelolaan sarana dan berbagi beban kerja masyarakat yang disertakan dengan memperhatikan
serta manfaat. Kesemuanya mensyaratkan partisipasi nilai-nilai Demand Responsive Approach (DRA). Seluruh
masyarakat dalam berkontribusi, pengawasan pada kelompok masyarakat telah menyumbangkan suaranya
pelaksanaan proyek , dan berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan (suara dimaksudkan
secara transparan . sebagai kondisi ketika seseorang dapat mengeluarkan
Akhirnya disimpulkan terdapat lima aspek yang pendapatnya dan didengar) mengenai bentuk dan
mempengaruhi kesinambungan sebuah proyek. Lima besarnya kontribusi dan iuran, penetapan mekanisme
aspek itu adalah: pengelolaan sarana, serta pemilihan anggota badan
Kesinambungan Teknis pengelola sarana.
Kesinambungan tehnis terjadi kalau perencanaan
16
Dengan menggunakan kelima aspek ini agar dapat Kenyataan di lapangan memperlihatkan sarana yang
meningkatkan proses perencanaan yang tanggap pada dibangun tidak bertahan lama. Atau sering dikatakan
kebutuhan, MPA menggunakan metode partisipatif, menjadi monumen. Mengapa hal ini bisa terjadi?
yang terdiri dari: Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan oleh Wa-
Kegiatan Metode
Inventarisasi karakteristik desa Diskusi terbuka
Klasifikasi sosial Klasifikasi kesejahteraan
Pemetaan sosial Diskusi dan menggambar
Penilaian penggunan sarana Kantung suara
Penilaian pengambilan keputusan Matriks voting
Penentuan sampel untuk transect walk dan pertemuan kelompok diskusi terfokus (FGD) menggunakan pemetaan
sosial
Penilaian pengelolaan, pemeliharaan dan pengelolaan keuangan Diskusi dengan anggota badan
pelayanan pengelola (baik laki-laki dan
Penilaian sejarah pembangunan pelayanan perempuan)
Penilaian divisi pembagian beban kerja dan manfaat
Review pekerjaan sistem pelayanan Transect walks, dilengkapi dengan
Skala pemeringkatan oleh para pengguna penilaian rating scale dan checklist untuk
Penilaian terhadap non-pengguna sarana air bersih dan sanitasi
Penilaian kepuasan pengguna terhadap permintaan Ladders, Card sorting
Divisi beban kerja dan manfaat Pemilihan kartu (card sorting)
Pleno hasil keseluruhan kegiatan oleh masyarakat Presentasi skor-skor dan diskusi
terbuka
Inventarisasi kelembagaan yang mempengaruhi pelayanan Diskusi terbuka, pen-skor-an, kantung
suara
Informasi akan berguna untuk membuat dasar ter Sanitation Program (WSP), kegagalan atau ketidak
karakteristik sosial dan sarana pelayanan di masyarakat kesinambungan proyek itu terjadi akibat ketiadaan rasa
menurut pandangan seluruh komponen masyarakat memiliki masyarakat. Kondisi ini menjadikan Indone-
dalam pleno desa. Masyarakat dapat mencocokkan sia sebagai lokasi yang sesuai bagi pemanfaatan
kebutuhannya dengan pilihan teknis, kemampuan dan metode MPA.
kemauan untuk membayar di antara kelompok yang Bagi Indonesia, metode ini bisa dikatakan baru.
berbeda serta menilai tingkat kebutuhannya sendiri. Karenanya berbagai kendala muncul di lapangan.
MPA tidak hanya dapat digunakan oleh masyarakat tapi Berdasarkan pengalaman, justru yang agak sulit
juga bagi semua komponen yang terkait seperti menerima metode ini adalah para pengambil keputusan
pengelola layanan masyarakat, pelaksana proyek, dan pengelola proyek. Mengapa? Selama ini mereka
manajer proyek, dan pengambil keputusan. terbiasa mengambil kebijaksanaan yang top down dan
Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia sejak bersifat instruksional sehingga sulit untuk menerima
tahun 1980 telah banyak dibangun sarana air bersih dan aspirasi masyarakat. Mereka juga jarang turun langsung
sanitasi. Pembangunan sarana-sarana tersebut ke tengah-tengah masyarakat. Banyak di antaranya
dilaksanakan melalu berbagai proyek yang dibiayai berpandangan bahwa masyarakat itu tak dapat berdaya
baik dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara, dengan sendirinya.
negara donor, lembaga donor diantaranya bank dunia.
17
Tak Sinambung: Pembangunan yang dipaksakan tidak akan berkesinambungan. Gambar di atas menunjukkan
betapa masyarakat tak peduli dengan bangunan fisik yang rusak padahal bangunan tersebut memiliki peran penting
bagi kelangsungan hidup mereka.
Dari sisi pelaksanaan MPA, sebenarnya tak ada punya jabatan sehingga punya penghasilan tetap dan
kendala yang berarti. Hanya saja MPA akan lebih ada masyarakat tidak mengenyam pendidikan karena
mudah diterapkan oleh fasilitator yang masih mau mereka buruh tani dan tidak punya penghasilan tetap.
belajar. MPA sulit diaplikasikan oleh fasilitator yang pola Bagi masyarakat, yang penting mereka mengerti/
pikirnya telah terbentuk dan cenderung lebih suka memahami dan mampu mengungkapkan. Dengan
mengajar daripada belajar. Pemberdayaan dengan simbol/gambar pun tak jadi soal, asalkan mereka bisa
menggunakan MPA itu dimungkinkan dengan menyampaikan suaranya dan menentukan pilihan tanpa
kelompok masyarakat manapun. Apakah kelompok paksaan. Melihat keberhasilan penerapan MPA ini
miskin, kaya, berpendidikan, bahkan buta huruf secara nyata, bukan teori, banyak permintaan datang
sekalipun. Metode itu bisa diterapkan dengan cara-cara dari sektor dan proyek-proyek lain. Negara lain pun
yang gampang dimengerti oleh masyararakat. Dengan seperti Laos, Cambodia juga Vietnam telah
kata lain MPA dapat disesuaikan dengan kondisi. mengadopsi metode ini. Metode ini telah memberikan
Sebuah contoh, di Laos, penerapan metode ini dampak terhadap perkembangan kebijakan pemerintah
menemui kesulitan untuk mengklasifikasikan berapa setempat termasuk juga terhadap lembaga lain yang
penduduk kaya dan miskin. Karena di sana pembedaan bergerak di luar sektor air bersih dan sanitasi.
seperti itu tidak diperbolehkan. Dengan bahasa Tentang kemungkinan penerapan metode ini bagi
masyarakat setempat ternyata pembedaan itu bisa sektor lain, tidak ada masalah. Metode bisa sama.
terwujud. Disebutkan masyarakat terdidik yang dicirikan Hanya saja perlu penyesuaian indikator. (Disarikan dari
misalnya dengan penggunaan perhiasan yang banyak, wawancara dengan Ratna I. Josodipoero, Hygiene Edu-
cation Specialist, WSP.)
18
Mencuci Tangan
(Handwashing)
melahirkan tersebut dengan membawa mikroba dan perbaikan sanitasi akan lebih efektif jika dilengkapi
mematikan dari pasien yang sakit ke wanita yang dengan program mencuci tangan.
melahirkan.’’ Penelitian lain lagi menunjukkan bahwa mencuci
Kisah di atas memberi gambaran perjalanan awal tangan bisa mengurangi penularan penyakit infeksi
kesadaran mencuci tangan sebagai suatu langkah hingga 50 persen. Sumber lain menyatakan dapat
pencegahan penyebaran penyakit. Dibutuhkan waktu mengurangi bahkan sampai 65 persen. Selain itu,
dan usaha yang tidak sedikit sebelum sampai pada mencuci tangan secara teratur dapat mengurangi
tahap mencuci tangan menjadi bagian dari kebudayaan penyebaran bakteri yang tahan terhadap antibiotik.
manusia beradab dan tidak sekadar bagian dari rutinitas Beberapa fakta di atas menunjukkan pentingnya
para dokter. Mencuci tangan sekarang sudah menjadi mencuci tangan sebagai alat pencegahan penularan
materi pelajaran di hampir semua sekolah, bahkan beragam penyakit. Jadi, cuci tanganlah!
fasilitas mencuci tangan sudah menjadi bagian dari
fasilitas publik. Benarkah Mencuci Tangan sudah Membudaya?
Sebuah studi oleh Applied Ecology Research Group
Seberapa Pentingkah Mencuci Tangan? University of Wesminster Inggris menyatakan bahwa
Mari kita melihat pada angka yang dapat kita temui hanya 32 persen (dari 292 pengguna toilet yang
pada beberapa hasil penelitian. Pada tahun 1996, dipantau) yang mencuci tangan setelah menggunakan
dengan tidak mencuci tangan secara baik ternyata toilet.
menjadi penyumbang 40 persen dari penyakit yang Sementara hasil pengamatan di 5 (lima) kota
disebabkan makanan yang terkontaminasi termasuk metropolitan Amerika Serikat yang dilakukan oleh the
salmonella di Amerika Serikat. Angka ini merujuk pada American Society of Microbiology’s Clean Hands
jumlah 80 juta orang yang mengalami keracunan Campaign menunjukkan bahwa walaupun 95 persen
makanan yang berdampak pada peningkatan biaya orang yang dijadikan sampel menyatakan bahwa
kesehatan, berkurangnya produktifitas, dan jumlah yang mereka mencuci tangan setelah menggunakan toilet
meninggal mencapai 10.000 jiwa. umum, tetapi berdasarkan pemantauan ditemukan
Lebih dari 2 juta anak-anak meninggal di negara bahwa hanya 67 persen yang benar-benar mencuci
berkembang setiap tahun diakibatkan oleh diare. Setiap tangan.
menit terdapat 15 orang terkena diare atau 300 kasus Bagaimana di Indonesia? Sebuah lembaga di
per seribu penduduk. Menurut Direktorat Jenderal Indonesia melakukan pengamatan di salah satu toilet
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Jakarta Hilton Convention Center (JHCC) di bulan Juni
Lingkungan Departemen Kesehatan, diare menjadi 2003 terhadap 33 laki-laki pengguna toilet. Ternyata
penyebab kematian kedua pada Balita di Indonesia. hanya 8 (delapan) orang yang mencuci tangan setelah
Sementara tinjauan terbaru dalam The Lancet Infectious menggunakan toilet. Walaupun data ini tidak dapat
Diseases Journal menyarankan bahwa 42-47 persen dari dikatakan mewakili kondisi Indonesia tetapi ternyata
seluruh insiden diare dapat dicegah hanya dengan pada toilet yang nota bene berada di Jakarta pun
mencuci tangan. Hasil penelitian di Pakistan mencuci tangan masih belum banyak yang
menunjukkan mencuci tangan mengurangi insiden diare melakukannya.
sampai sekitar 44 persen. Studi oleh Khan (1982) Apakah mereka tidak mengetahui pentingnya
membuktikan bahwa mencuci tangan merupakan cara mencuci tangan? Berdasarkan penelitian di Inggris,
efektif mencegah diare. Studi lainnya oleh Alam (1989) sepertinya mereka menyadari pentingnya mencuci
dan Clemens (1987) membuktikan bahwa ibu yang tangan tetapi mereka mengemukakan beberapa alasan
mencuci tangan merupakan faktor yang berperan lain seperti toilet yang mereka gunakan kelihatan bersih,
penting untuk menekan tingkat kejadian diare pada mereka tidak menyentuh apapun selain milik sendiri,
anak. Hal ini membuat program penyediaan air bersih atau tangannya masih kelihatan bersih—kendati bersih
bukan berarti tidak ada kumannya.
20
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa walaupun · Setelah aktifitas di luar rumah seperti bermain, ber-
mencuci tangan disepakati sebagai tindakan yang perlu kebun, berolahraga dan seba-gainya.
tetapi dalam prakteknya masih jarang dilakukan. Bahkan Waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan tidak lebih
di negara yang kita anggap sebagai sebuah negara dari 2 menit.
maju seperti Inggris sekalipun.
Cara Benar Mencuci Tangan
Mencuci Tangan Dapat Mencegah Penyebaran Terdapat tiga tahapan sederhana mencuci tangan
Penyakit yang benar yaitu (a) cuci tangan melalui kran, pancuran
Bakteri dan virus dapat menyebar melalui beragam cara atau gayung pembilas. Sebaiknya mempergunakan air
antara lain melalui air dan makanan yang tercemar; riak hangat; (b) gunakan sabun (tidak perlu yang anti bakteri)
batuk atau bersin; tangan kotor; permukaan (tanah, meja selama 10 sampai 15 detik. Pastikan bagian
dan lainnya) yang tercemar; cairan penderita. Jika kita tersembunyi seperti sela-sela jari dan lipatan buku jari
dengan secara tidak sengaja menyentuh bakteri atau ikut tersabuni; (c) keringkan dengan handuk atau tissu
virus melalui sumber di atas maka jutaan mikroba akan bersih.
berada di tangan kita masing-masing. Sebagian besar
tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis mikroba dapat
menyebabkan flu, dan diare. Hanya
dengan menyentuh hidung, mata atau
mulut, maka kita akan segera terinfeksi.
Mencuci tangan merupakan langkah
pertama melawan penyebaran
beragam jenis penyakit mulai dari flu,
meningitis, hepatitis A, dan diare.
Langkah sederhana mencuci tangan
ternyata ampuh mencegah penyebaran
penyakit.
Terlepas dari beragamnya penyakit
yang dapat dicegah dengan hanya
mencuci tangan. Tetapi yang menjadi
sektor perhatian bagi sektor air minum
dan penyehatan lingkungan adalah
menyangkut penyakit bawaan air
seperti diare.
MCK Jempiring
Bukan MCK Moerdiono
pendekatan partisipatif ini, masyarakat diajak Setelah melalui beberapa kali pertemuan,
mengidentifikasi permasalahan yang ada dan pada tanggal 31 Januari 2003 yang lalu ditan-
menentukan solusi yang dapat mereka lakukan datangani nota kesepakatan antara warga
bersama. Masyarakat kemudian merumuskan Banjar Sari dan Bali Fokus yang pada intinya
beberapa alternatif solusi permasalahan terdiri atas tiga hal. Pertama, warga Gang
sanitasi di lingkungan mereka. Melalui Jempiring, Banjar Sari membutuhkan fasilitas
beberapa kali pertemuan intensif, akhirnya pada sani-tasi. Kedua, warga di sekitar Gang
akhir Bulan Januari 2003 yang lalu masyarakat Jempiring bersedia untuk berkontribusi dalam
Banjar Sari se-pakat untuk membangun MCK pera-watan dan pe-meliharaan MCK dan
baru di Gang Jempi-ring. terakhir, warga mendukung dibangunnya MCK
Jadi proyek ini bukan lahir dari sebuah ruang baru bersedia untuk memelihara dan turut
kosong, seperti yang biasa terjadi di masa lalu. menjaga kebersihan MCK itu.
Bu-kanlah model pendekatan top down ala MCK Kemudian berdasarkan peta permasalahan
Moerdiono yang membuat MCK Jempiring sanitasi di Gang Jempiring yang disusun oleh
dapat berdiri di Banjar Sari. Karena hampir masyarakat, terdapat 3 calon lahan yang
seluruh keputusan potensial untuk
yang berkaitan dengan dibangun MCK.
penyelesaian Setelah satu bulan
permasalahan sanitasi survei teknis yang
selalu dikonsultasikan lebih detail maka
dan dikoordinasikan diperoleh kesepa-
dengan masyakarat. katan lahan milik I
“Kami sering melaku- Ketut Nasib yang
kan pertemuan dengan akan dibangun
masyarakat Banjar MCK baru. Kedua
Sari, khususnya warga lokasi lainnya tidak
di Gang Jempiring,” memenuhi syarat
ujar Made Yudi Arsana, karena selain terlalu
salah seorang pro- dekat dengan MCK
gram officer Bali yang lama juga ada
Fokus. “Ada sekitar 10 pemilik lahan yang
kali pertemuan dengan Gotong Royong: Warga Gang Jempiring memberikan tidak setuju lahan-
masyarakat sebelum kontribusi tenaga bagi pembangunan MCK. nya dibangun MCK.
muncul solusi pem- Pembangunan
bangunan MCK Jempiring,” tambah pria lulusan MCK Jempiring melalui pendekatan berbasis
Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya masyarakat hanyalah salah satu keunggulan
ini. MCK ini. Karena selain itu, MCK Jempiring
Bahkan menurut Yudi, sebelumnya muncul 4 yang diresmikan oleh Walikota Denpasar pada
alternatif, yaitu : hari Rabu tanggal 6 Agustus 2003 ini, juga
1. Membuat MCK di Balai Banjar Sari (tepat dilengkapi dengan teknologi pengolahan
di balai Banjar Sari) limbah tepat guna (appropriate technology)
2. Membuat MCK umum baru di Gang yang dapat menghasilkan gas methan dan air
Jempiring. buangan yang sesuai dengan baku mutu yang
3. Memilih sistem pemipaan bersama ditetapkan oleh pemerintah. Gas methan yang
(komunal) dihasilkan oleh bangunan pengolah limbah Bio-
4. Renovasi MCK yang sudah ada digester yang berada tepat di bawah MCK ini
24
dapat mencukupi kebutuhan memasak tiga Melalui teknologi yang dikenal dengan
keluarga. sebutan DEWATS (Decentralized Waste Water
Selain itu MCK Jempiring juga memperkerjakan Treatment System), air limbah buangan dari
dua orang petugas penjaga kebersihan MCK MCK Jempiring diolah. “Kami memberikan
selama 16 jam sehari. Kedua penjaga yang garansi instalasi pengolahan limbah ini dapat
sekaligus merawat dan menjaga kebersihan berjalan dengan baik,” kata Yuyun Ilham, direktur
MCK Jempiring ini dibagi atas dua giliran. Bali Fokus. Dan seperti yang dikatakan oleh
Giliran pagi dan malam. Petugas pagi mulai warga Gang Jempiring, “MCK Jempiring
bertugas dari jam 5 subuh sampai dengan jam memang bukan sekedar MCK.” Disarikan dari
1 siang. Sedangkan yang bertugas malam, MCK Jempiring, Selayang Pandang, Bali
mulai dari jam 1 siang hingga tutup pada malam Fokus, Denpasar
hari jam 9.
Lalu bagaimana dengan air limbah MCK
Jempiring ini? Adalah BORDA Indonesia yang
telah berpengalaman selama 20 tahun dalam
bidang pengolahan limbah cair yang
memberikan dukungan teknis perencanaan
IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah yang
dibangun di bawah struktur MCK Jempiring.
Pembelajaran 25
Lokal
Pada bulan September dan Oktober 2003, Hanya saja, sistem iuran dari masyarakat belum dapat
Pokja AMPL berkesempatan untuk meninjau diterapkan padahal masyarakat sudah menikmati air bersih.
lokasi proyek WSLIC-2 di Kabupaten Bima Diharapkan kelompok/unit pengelola bersama masyarakat
(NTB) dan Kabupaten Ponorogo (Jatim). dapat sesegera mungkin menentukan sistem pengelolaan,
Berikut laporannya: termasuk iuran.
Yang pasti, salah satu pengaruh dari adanya air bersih
Air Telah Mengalir Namun Warga Totokan Belum adalah meningkatnya produksi bata yang diproduksi oleh
Menetapkan Besaran Iuran masyarakat setempat. Dulunya air untuk mengaduk bata
Pada 7 Oktober lalu, dilakukan penyerahan sarana sulit didapatkan. (ML)
air bersih dan sanitasi yang dibangun oleh Proyek WSLIC 2
ke Kepala Desa Totokan di Kabupaten Ponorogo. Acara ini Perpecahan Masih Rentan
dihadiri oleh Bupati Ponorogo beserta segenap jajaran Warga Desa Tanah Putih, Kecamatan Sape,
Pemda Kabupaten Ponorogo, DPRD Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, mengambil air dari
Ibu Pengurus PKK; Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi sungai. Letaknya tidak jauh dari rumah-rumah mereka,
(Depkes), Direktur Permukiman dan Perumahan namun agak sulit dijangkau karena konturnya yang terjal.
(Bappenas), Tim Koordinasi Pusat, CPMU dan DPMU Hanya sebagian kecil warga yang memperoleh air dari
Kabupaten Ponorogo. Acara ini diselenggarakan oleh ke-7 sistem perpipaan tetapi dengan debit air yang sangat kecil.
desa lokasi WSLIC2 yang telah menyelesaikan kegiatan Sekitar 5,4 km dari desa itu terdapat dua sumber air
konstruksi sebagai wujud syukur mereka atas tersedianya tapi dengan tingkat kesulitan tinggi untuk mencapainya.
air bersih bagi masyarakat. Salah satu sumber air telah digunakan oleh desa
Penyerahan aset kepada masing-masing kepala desa tetangganya dengan seizing penduduk desa tanpa
dimaksudkan untuk meningkatkan rasa memiliki (sense of kompensasi. Proyek WSLIC-2 berupa penyambungan pipa
belonging) masyarakat terhadap prasarana dan sarana, dari sumber air dan pemasangan public tap pada lima lokasi
khususnya air bersih dan sanitasi, sehingga keberlanjutan termasuk satu unit sekolah dasar.
pelayanan dapat dicapai. Namun terpilihnya kepala desa yang baru ternyata
Desa Totokan, di Kabupaten Ponorogo, merupakan memicu perpecahan warga desa tersebut. Tim Kerja
satu dari tujuh desa di kabupaten tersebut yang Masyarakat (TKM) akhirnya terpecah menjadi dua. Kondisi
memperoleh proyek WSLIC-2. Selama ini warga desa ini ditengarai akan berdampak pada keberlangsungan
tersebut, mendapatkan air dari saluran irigasi untuk mengisi fasilitas yang telah dibangun. Belum lagi pembangunan
sumur-sumur mereka. Pengaliran tersebut dilakukan konstruksinya dilakukan dengan penekanan biaya yang
bergilir setiap bulan sekali. besar sehingga daya tahan bangunan.
Ada 2 sistem pengadaan air bersih untuk masyarakat Desa Dari kondisi ini, ada pembelajaran yang dapat diambil
Totokan. Yang pertama adalah, perpipaan dengan sumber yakni partisipasi masyarakat desa sangat berperan dalam
air berasal dari sumur dalam. Sumber air berada 130 meter menekan biaya konstruksi khususnya pada lokasi yang sulit.
di bawah permukaan tanah. Untuk mempompa air Namun pada kondisi tertentu, penekanan biaya dilakukan
diperlukan tiga buah pompa. Air yang ditarik dari sumur dengan mengorbankan kualitas pekerjaan.
dalam ditampung terlebih dahulu di sebuah reservoir besar Terdapat pemahaman yang berlaku umum selama ini
untuk kemudian ditarik kembali oleh dua unit pompa yang bahwa masyarakat desa homogen dan tidak mudah
terletak berjauhan. Kedua, pembangunan sumur gali terpecah. Tetapi pada kenyataannya masyarakat desa juga
sebanyak 9 unit. Rata-rata kedalaman sumur gali adalah rentan terhadap perpecahan.(OM)
50-60 meter. Pekerjaan konstruksi kedua sistem ini
dilakukan bersama-sama oleh masyarakat. Pada bulan September 2003, Pokja AMPL bersama dengan
Sedangkan penggalian sumur dilakukan oleh Bank Dunia melakukan peninjauan lapangan ke beberapa
masyarakat sendiri. Untuk mengatasi kekurangan oksigen lokasi proyek SANIMAS. Berikut laporannya:
di dalam lubang sumur, masyarakat membuat saluran dari
plastik yang digunakan untuk mengalirkan udara yang Perlu Sosialisasi dan Kampanye
berasal dari kipas angin dari atas sumur. Dikarenakan Desa Sebelum ada proyek SANIMAS, warga Kelurahan
Totokan ini banyak mengandung bebatuan maka tidak Bakalan, Kota Pasuruan biasa buang air di sungai. Dengan
jarang dalam menggali sumur sedalam 50 meter adanya SANIMAS, masyarakat diinformasikan mengenai
didapatkan batu (cadas) sebanyak 3-4 truk. pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga
26
hampir seluruh kelompok masyarakat mengubah perilaku 4. Detail desain dari jaringan perpipaan ataupun instalasi
mereka dengan membangun sarana sanitasi di rumah pengolahan limbah harus dilakukan sebaik mungkin
mereka dan sambungan ke instalasi pengolahan limbah untuk menghindari permasalahan yang mungkin timbul
komunal. akibat kesalahan desain, misalnya air buangan tidak
Sayangnya, rumah sakit yang berada di lokasi tersebut dapat mengalir karena kurangnya kemiringan pipa dari
tidak mau menyalurkan limbah domestiknya ke instalasi rumah penduduk ke instalasi pengolahan ataupun
pengolahan limbah. Hal ini perlu dikonfirmasikan dengan munculnya bau dari instalasi pengolahan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan agar tidak menjadi 5. Masyarakat perlu diberikan informasi dan penjelasan
pertanyaan oleh masyarakat, mengapa dinas kesehatan mengenai pelaksanaan kegiatan operasi dan
tidak mendukung proyek ini. pemeliharaan agar pelayanan sanitasi tersebut dapat
Saat ini konstruksi baru dimulai, yaitu penggalian tanah. berjalan secara efektif dan berkelanjutan. Misalnya,
Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat secara bergotong pembersihan jamban secara periodik, tidak
royong. Kontribusi masyarakat sebesar Rp13.618.500; diperbolehkan membuang sampah apapun ke
Pemda Rp174.639.841; SANIMAS Rp 49.985.038; jaringan air buangan, tidak diperbolehkan
sehingga total dana mencapai Rp 238.243.379. memasukkan cairan pembersih ke saluran air buangan
Proyek serupa sedang dibangun di Kelurahan agar tidak mengganggu proses pertumbuhan
Sukorejo, Kabupaten Blitar. Kegiatan konstruksi belum mikroorganisme di instalasi.
dimulai. Saat ini masyarakat baru membuat talud penahan 6. Pelaksanaan pembangunan, khususnya sanitasi
bangunan karena instalasi pengolahan berada di sebelah berbasis masyarakat, tidak hanya memerlukan
sungai. Sarana sanitasi (jamban) nantinya akan dibangun partisipasi masyarakat, tetapi juga dukungan dari
di setiap rumah karena saat ini masyarakat telah memiliki semua pihak, seperti penyandang dana, pemerintah
kamar mandi tanpa jamban. Kontribusi masyarakat sebesar daerah, DPRD setempat ataupun NGO. (Savitri)
Rp 12.155.000, SANIMAS Rp 49.975.141, dan Pemda
Rp 174.436.799. Total Rp 236.007.122. Penolakan Masyarakat
Sedangkan di Kelurahan Balowerti, Kota Kediri, Proyek SANIMAS belum selamanya dipahami oleh
pelaksanaan konstruksi instalasi pengolahan air limbah pihak-pihak terkait. Berdasarkan peninjauan ke Denpasar
terkendala dana karena dana hanya berasal dari masyarakat (Bali), Sidoarjo, dan Pamekasan (Jawa Timur), diperoleh
sebesar Rp 7.321.113. Sedangkan kontribusi Pemda Rp data bahwa ketersediaan lahan menjadi salah satu faktor
151.976.801 dan SANIMAS Rp 49.892.355 belum diterima penentu dalam menentukan keberhasilan proyek. Di tiga
oleh masyarakat. Berdasarkan informasi, dana bagi proyek tempat di wilayah tersebut, lokasi sulit didapatkan sehingga
ini telah tercantum dalam Perubahan Anggaran Keuangan harus dipindahkan. Di Pamekasan lokasi belum disepakati
(PAK). dan ada kemungkinan proyek dihentikan.
Beberapa pembelajaran dari proyek SANIMAS di tiga Selain itu pengertian kesepakatan masyarakat
desa tersebut: diterjemahkan sebagai kesepakatan mutlak, sehingga jika
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku satu kepala keluarga saja yang tidak setuju maka dianggap
hidup bersih dan sehat, khususnya yang terkait dengan tidak terjadi kesepakatan. Ini yang terjadi dalam
pemakaian jamban dan pengolahan air buangannya pemindahan lokasi.
(tinja), dapat ditumbuhkan melalui proses sosialisasi Hal yang menarik adalah bahwa penolakan
dan kampanye. Sehubungan dengan hal tersebut masyarakat hampir seluruhnya dimotori oleh pihak-pihak
maka diperlukan media sehingga mempermudah yang seharusnya mendukung. Di Denpasar pihak yang
proses pemberian informasi kepada masyarakat. menolak adalah pegawai Dinas Kesehatan. Di Pamekasan
2. Bila masyarakat, termasuk pemerintah daerah, telah dimotori oleh Puskesmas Pembantu.
memahami pentingnya penyehatan lingkungan, maka Dari kondisi ini diperoleh pembelajaran bahwa perlu
willingness to pay dapat ditumbuhkan. Hal ini tercermin disepakati tentang proses pengambilan kesepakatan di
dari kontribusi yang diberikan, baik berupa uang (in- tingkat desa, apakah menggunakan prinsip kesepakatan
cash) ataupun barang dan tenaga (in-kind). mutlak (100 persen menyetujui) atau sekadar mayoritas (50
3. Dengan menginformasikan pilihan mengenai jenis persen plus satu). Selain itu, perlu disadari sejak awal
teknologi, kelembagaan dan jenis pembiayaan kepada bahwa terdapat kondisi ekstrim ketika masyarakat ternyata
masyarakat, partisipasi masyarakat dapat lebih efektif. tidak dapat menyepakati suatu kegiatan. Akibatnya proyek
tak terlaksana. (OM)
Pembelajaran 27
Internasional
Pemberdayaan
di Mancanegara
P embangunan sektor air minum berbasis masyarakat
telah dimulai sejak dekade sebelumnya di berbagai
tempat di dunia. Menjadi menarik untuk mengetahui
menugaskan Zatoon untuk mengkoleksi denda dari
keluarga yang melanggar aturan. Jika keluarga tersebut
menolak membayar maka pihak pengelola mempunyai
pengalaman berharga yang ditemui di dalam pelaksanaan wewenang untuk memutuskan aliran air ke keluarga
pembangunan sektor air minum tersebut sebagai alat bantu tersebut.
pencerahan wawasan kita. Artikel berikut mengetengahkan Bentuk denda beragam. Mulai dari denda bagi
beberapa pengalaman terkait tentang sistem pengumpulan keluarga yang tidak memperbaiki saluran air yang rusak,
denda (Pakistan), pengembangan norma baru (Guatemala); denda bagi keluarga yang tidak menghadiri pertemuan.
Mesir, Benin, Kamerun, Uganda. Sebagian dana yang terkumpul diberikan kepada Zatoon
Benang merah yang ditarik dari beberapa pengalaman sebagai upah kerja, sementara selebihnya dipergunakan
negara lain adalah (a) kearifan lokal yang dapat berupa untuk operasi dan pemeliharaan.
aturan tradisional dapat diadopsi dan dipergunakan dengan
hasil yang efektif seperti kasus Pakistan. Jika kemudian Guatemala:
masyarakat menganggap hal aturan yang ada sudah kurang The Aguacatán Case Study A Participatory Action
memadai maka dapat saja disusun aturan baru melalui Research project to support community water supply
proses konsultasi publik seperti yang terjadi di Guatemala; management in rural communities was implemented in 1994
(b) masyarakat dan penyedia air minum dapat bekerjasama.
Bentuk kerja samanya adalah penyedia mendistribusikan Pengaturan kewenangan penyelenggaraan sektor air
sampai titik distribusi utama untuk kemudian dilanjutkan minum di Guatemala telah diatur dengan baik. Negara
oleh masyarakat ke rumah-rumah. penyedia air minum. bagian bertanggungjawab dalam penyediaan pelayanan
Sebagai contoh adalah Mesir; (c) keterlibatan perempuan dasar. Negara bagian menetapkan aturan dan
masih terbatas pada tahapan pengelolaan dan pada posisi bertanggungjawab melakukan investasi di perdesaan.
tradisional seperti bendahara dan sanitarian. Kasus di Pemerintah lokal harus mendukung, memantau dan
Benin; (d) lahan merupakan kendala utama pembangunan mengevaluasi penyediaan air minum. Bahkan jika
air minum di perkotaan karena harganya yang mahal pemerintah lokal tidak menyediakan sendiri, maka mereka
sebagaimana terjadi di Kamerun; (e) LSM dapat berperan bertanggungjawab mengatur dan mendukung penyedia
dalam memperluas skala kegiatan tetapi terhambat oleh dalam kasus ini adalah masyarakat sendiri. Pusat kesehatan
kapasitas yang terbatas seperti kasus di Uganda. masyarakat mempunyai tenaga sanitarian yang
bertanggungjawab memantau kualitas air dan tenaga
Pakistan: kesehatan yang secara berkala melakukan kampanye
WASEP (Water Supply and Sanitation Extension Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Peran Lembaga Swadaya
Programme of the Aga Khan Planning and Building Service) Masyarakat adalah memberi masukan bagi penetapan
Secara tradisional mereka mempunyai sistem sasaran strategis untuk membenahi kebijakan di sektor air
pengaturan pengumpulan denda. Masyarakat minum, dan penemuan model partisipatif serta pilihan
mempekerjakan seseorang untuk menagih denda, yang teknologi yang tepat serta memperluas skala kegiatan. LSM
dikenal dengan sebutan Zatoon. Ketika sebuah keluarga juga memperkuat kapasitas SDM masyarakat. LSM tidak
tidak berpartisipasi dalam kerja bakti maka Zatoon akan membangun sistem atau pengembangannya. LSM bukan
bertugas mengumpulkan denda dari keluarga tersebut. pengganti pemerintah lokal atau negara bagian, tetapi
Sistem ini diadopsi oleh program air minum dengan cara fasilitator yang memastikan semua institusi bekerja sesuai
28
dengan perannya dan pengguna menggunakan haknya peningkatan walaupun indikatornya belum menunjukkan
dengan benar. keterlibatan perempuan dalam keseluruhan proses.
Pengelolaan air minum diserahkan pada The Keterlibatan perempuan hanya ditunjukkan dari proporsi
community associations yang bekerja setiap hari. keterlibatan dalam pengelolaan saja, yang mencapai 30%
Tanggungjawabnya adalah operasi dan pengelolaan, dari jumlah anggota komite pengelola. Itu pun hanya untuk
manajemen keuangan, perbaikan sistem dan lainnya. posisi favorit perempuan yaitu tetap saja adalah bendahara
Setelah berjalan beberapa waktu, terdapat keinginan dan ahli higinitas.
masyarakat untuk mengelola berdasar prinsip perusahaan. Intensitas kunjungan LSM yang dibiayai oleh proyek/
Mereka berencana mempunyai perusahaan yang dikelola donor menjamin operasi dan pemeliharaan berjalan baik.
masyarakat dan menyediakan air minum berkualitas pada Dalam jangka panjang terdapat kemungkinan bahwa
harga semurah mungkin. kualitas pengelolaan dapat menjadi berkurang. Pada jangka
Yang menarik dari pengalaman di Guatemala adalah pendek dana yang tersedia di bank masih memadai, tetapi
tentang norma dan aturan tentang pengelolaan air minum. dalam jangka panjang masyarakat mulai tidak menaruh
Norma tradisional yang ada tidak cukup untuk mengatur dana lagi di bank. Mereka tidak melihat pentingnya memiliki
semua aspek. Beberapa norma dan aturan yang tersedia dana yang besar di bank karena mereka tidak menyadari
dinilai terlalu teknis sehingga dibutuhkan pembaharuan pentingnya ketersediaan dana pemeliharaan.
norma dan aturan. Tahapan yang dilakukan dalam
menyusun norma dan aturan melalui pendekatan partisipatif Kamerun
adalah:
1. Pengenalan terhadap masalah yang menyangkut air Masyarakat ternyata tidak bebas dari konflik diantara
minum mereka. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
2. Analisis masalah dan identifikasi masalah kunci mencegah hal tersebut adalah mendorong keterbukaan dan
3. Mencari alternatif pemecahan masalah komunikasi diantara masyarakat.
4. Mencapai kesepakatan tentang norma dan aturan baru Pelaksanaan pembangunan banyak terkendala oleh
5. Meminta persetujuan masyarakat terhadap norma dan kurang tersedianya lahan. Salah satu penyebabnya adalah
aturan baru melalui konsultasi publik faktor kepemilikan lahan. Faktor utama yang ditengarai
menjadi penyebabnya adalah harga lahan yang mahal atau
Mesir menjadi lebih mahal karena pemilik lahan mengambil
keuntungan.
Pengalaman menunjukkan bahwa menyerahkan Banyak pelanggaran atau ketidakpatuhan dari anggota
kewenangan pengelolaan dan meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap aturan yang telah disepakati bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan air minum ternyata tidak dapat ditindaklanjuti karena sebagian besar unit
memerlukan proses panjang dan bertahap. Pengenalan pengelola bukan merupakan organisasi yang terdaftar
pendekatan tanggap kebutuhan dan pengelolaan berbasis secara hukum sehingga kesulitan mengambil tindakan
masyarakat di daerah semi-perkotaan dimungkinkan tetapi hukum terhadap pelanggaran oleh anggotanya.
memerlukan proses yang lama dan membutuhkan
perubahan kebijakan pemerintah dan otoritas pengelola. Uganda
Di masa depan, otoritas air minum bertanggungjawab hanya
untuk memproduksi sampai pada pendistribusiannya ke titik Pemberian kewenangan pada masyarakat untuk
distribusi utama, kemudian dilanjutkan oleh masyarakat mengelola sendiri penyelenggaraan penyediaan air minum
sendiri ke rumah-rumah termasuk mengumpulkan iuran. kemudian memberi kesempatan bagi LSM untuk berperan.
Pada banyak kesempatan, LSM berperan besar dalam
Benin memperluas skala kegiatan yang berbasis masyarakat.
Namun kendala utama yang dihadapi adalah terbatasnya
Partisipasi aktif masyarakat pada setiap tahapan kapasitas yang dipunyai.
menghasilkan persepsi yang kuat terhadap kepemilikan.
Pengelolaan yang bersifat sukarela sulit untuk dimotivasi.
Sementara keterlibatan perempuan telah menunjukkan
29
RAGAM
Pilihan Teknologi
Pilihan-pilihan Alternatif Bagi Masyarakat
Sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Dokumen Kebijakan Nasional Pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, yaitu dengan menempatkan masyarakat di posisi teratas
dalam penentuan keputusan maka salah satu prinsip yang ditawarkan dalam kebijakan nasional AMPL adalah
memberikan pilihan teknologi pada masyarakat.
Kumpulan pilihan tersebut dituangkan dalam bentuk pilihan yang diinformasikan (informed choice), yang
mencakup aspek teknis, lingkungan, pembiayaan, sosial budaya, serta bentuk kelembagaan. Pilihan yang ditawarkan
sebaiknya memberikan informasi selengkap mungkin sehingga masyarakat dapat memilih yang sesuai dengan
kondisi geografis, sosial budaya, dan ekonomi setempat.
Beberapa proyek terdahulu mengenai sanitasi membuktikan bahwa sistem sanitasi yang berbasis masyarakat
akan lebih berkelanjutan, yaitu mempunyai umur prasarana yang lebih panjang, berfungsi lebih efisien dan lebih
dipelihara secara baik oleh masyarakat, bila prasarana dan sarana yang terbangun lebih sesuai dengan kondisi
masyarakat dan pemerintah daerah.
Salah satu proyek yang menerapkan prinsip pilihan yang diinformasikan (informed choice) adalah SANIMAS
(Sanitasi oleh Masyarakat). Sesuai dengan lingkup proyek SANIMAS, maka pilihan teknologi yang disampaikan
pada proyek ini adalah teknologi penanganan sanitasi, mulai dari jamban (toilet), pengumpulan (collection), pengolahan
(treatment), pembuangan akhir (disposal) dan pengolahan lumpur tinja (de-sludging). Pilihan teknologi yang tersedia
sebenarnya sangat beragam, namun pada edisi kali ini kami hanya menampilkan sebagian saja untuk memberikan
gambaran mengenai pilihan teknologi tersebut.
TOILET
WC Sentor Sederhana
di luar rumah
WC Sentor
di Luar Rumah WC Sentor di Dalam Rumah
30
PENGOLAHAN
Pengolahan Utama
dan Pendukung
Septiktank
Septiktank
Bersusun
PEMIPAAN
Sistem kondominial
Saluran Terbuka
Sistem pemipaan
kombinasi
PEMBUANGAN
Pengurasan Manual
Dibuang ke Sungai
31
INFO
Penerbit : Water and Sanitation Program (WSP). Water Supply and Sanitati-
on World Bank. Washington, 2003
Pemantauan dan Perencanaan Keberlanjutan Program Air Minum dan Sanitasi Masyarakat.
Petunjuk Penggunaan Methodology for Participatory Assessment (MPA) bagi Program Pembangunan Berbasis
Masyarakat.
MPA merupakan metode yang dirancang untuk melakukan penilaian agar pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat
setempat dapat memantau kesinambungan sarana mereka dan mengambil tindakan perbaikan. MPA dapat memperkuat kemampuan masyarakat
miskin untuk merencanakan, mengelola, dan mempertahankan kualitas pelayanan air minum dan sanitasi milik mereka sendiri. Metode ini telah
dipergunakan di berbagai negara dan telah menunjukkan hasil yang memuaskan baik di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Di dalam buku ini, WSP
dan IRC (International Water and Sanitation Centre) mencoba untuk mengumpulkan pengalaman yang didapatkan selama ini di berbagai
negara.
Buku ini terdiri atas dua bagian utama. Pertama, menjelaskan kembali tentang MPA terutama dikaitkan dengan keberlanjutan,
penanggulangan kemiskinan, kesetaraan gender dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, mengemukakan studi kasus penerapan MPA di
berbagai negara. Terdapat 7 (tujuh) studi kasus dengan kasus beragam mulai dari perencanaan proyek, evaluasi, pemantauan dan desain; riset
yang mengaitkan kebijakan, aturan proyek dan proyek berbasis masyarakat; dan ilustrasi potensi penggunaan MPA sebagai katalisator
perubahan sosial dalam masyarakat. Kekuatan dari buku ini terletak pada adanya studi kasus yang bisa memberi gambaran secara lebih utuh
bagaimana MPA dapat diimplementasikan. Di samping itu salah satu studi kasusnya berlokasi di Flores Indonesia.
Judul : Water and Sanitation in the World’s Cities. Local Action for
Global Goals
Air dan Sanitasi di Kota-kota Dunia. Karya Lokal bagi Tujuan Global
Laporan ini merupakan usaha awal dari UN-HABITAT sebagai perpanjangan tangan PBB dalam memantau, menganalisis, dan
melaporkan pelaksanaan Agenda Habitat khususnya permukiman yang sehat dan berkelanjutan. Sekaligus juga menanggapi adanya kebutuhan
dunia internasional terhadap pencapaian Millenium Development Goals (MDG).
Laporan ini pada dasarnya mengemukakan 4 (empat) tema utama yaitu (i) Kekurangcermatan pemerintah dan lembaga internasional
dalam mengantisipasi jumlah penduduk kota yang tidak mendapatkan pelayanan air minum dan sanitasi; serta akibatnya terhadap kesehatan dari
ratusan juta penduduk dunia; (ii) Ketidakpedulian pemerintah dan lembaga internasional terhadap kondisi di atas, meskipun berbagai studi
menunjukkan bahwa penyebabnya lebih pada aspek institusi dan politik; (iii) Kebutuhan akan air minum dan sanitasi harus dilandasi pada kondisi
lokal, termasuk prioritas dari masyarakat dan kondisi lingkungan; (iv) Pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi harus dilakukan dalam
kerangka kepemerintahan yang baik (good governance).
Keempat tema tersebut dirangkai dalam beberapa bab yang runut mulai dari penyediaan air minum da sanitasi di kota; dampak
kekurangan pelayanan air minum dan sanitasi; perubahan perspektif dan peran penyediaan air minum dan sanitasi; pengaturan penyediaan air
minum dan sanitasi. Keseluruhan bab menjadi menarik karena dilengkapi dengan perbandingan kondisi dari berbagai negara di dunia termasuk
Indonesia, sehingga kita akan mendapatkan gambaran tentang posisi Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
32
http://sanimas.waspola.org/
SANIMAS merupakan proyek hibah dari pemerintah Australia dan Bank Dunia yang diberikan
kepada komunitas perkotaan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat. SANIMAS akan
membantu menyiapkan dan mengimplementasikan sistem sanitasi berskala lingkungan yang sesuai
dengan keinginan masyarakat. Secara umum informasi yang dapat diperoleh antara lain (a) penjelasan
tentang Konsep Sanitasi Berbasis Masyarakat termasuk program SANIMAS; (b) kondisi sanitasi di
Indonesia; (c) produk yang dihasilkan dari SANIMAS seperti brosur, bahan presentasi, pilihan yang
diinformasikan (informed choice), modul pelatihan, rekaman video; (d) beberapa kliping tentang SANIMAS.
Hal yang menarik dari situs ini adalah bahwa produk seperti brosur, bahan presentasi, pilihan
yang diinformasikan (informed choice), modul pelatihan, dan rekaman video, seluruhnya dapat di
‘download’.
http://www.irc.nl/
Situs ini merupakan salah satu situs terbaik dan terlengkap tentang berita dan informasi, saran, riset dan
pelatihan dalam bidang air minum dan sanitasi biaya rendah di negara-negara berkembang. Banyak pengalaman,
studi kasus, dan artikel tentang pelaksanaan pembangunan air minum dan sanitasi dari seluruh dunia yang
dapat di ‘download’. Yang lebih menarik lagi adalah situs ini mempunyai informasi tentang seluruh organisasi
air minum dan sanitasi dari seluruh dunia.
Beberapa informasi tambahan tentang berita yang termuat dalam edisi kali ini dapat diperoleh melalui situs
berikut:
Lembaga/Negara Donor dan Organisasi Internasional
Instansi Pemerintah
1. Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning Project (WASPOLA)
http://www.waspola.org.
Evaluasi Uji Coba Pelaksanaan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat
Tanggal : 13-17 Oktober 2003
Lokasi : Kabupaten Solok, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumba Timur
Penyelenggara : WASPOLA
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut uji coba yang telah dilakukan pada empat lokasi. Evaluasi ini bertujuan menggali informasi atas kemajuan
pelaksanaan penerapan kebijakan dan mengidentifikasi kebutuhan daerah dalam upaya penerapan kebijakan.
Pelatihan Teknis Pasca Konstruksi Proyek Water Supply for Low Income Community 2
Tanggal : 14-16 Oktober 2003
Lokasi : Senggigi, Mataram, Propinsi NTB
Penyelenggara : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Meningkatkan pemahaman tentang pendekatan pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan ketrampilan bagi tenaga pelaksana
Diskusi Berkala Forum Diskusi Air dan Sanitasi bertopik Studi Kasus: Bagaimana Komunitas Kumuh Berjuang Mendapatkan Air
Bersih
Tanggal : 16 Oktober 2003
Lokasi : Bank Dunia Jakarta
Penyelenggara : Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific (WSP-EAP) World
Bank Jakarta
Advokasi Program Pro-Air
Tanggal : 16-17 Oktober 2003
Lokasi : Kabupaten Timor Tengah Selatan
Penyelenggara : Proyek Pro-Air
Mengsosialisasikan pelaksanaan kegiatan Pro-Air khususnya kepada lembaga legislatif di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Seminar Konsultasi Proyek Peningkatan Layanan Air Kota
Tanggal : 20-21 Oktober 2003
Lokasi : Hotel Mandarin Oriental, Jakarta
Penyelenggara : Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI), Bank Dunia,
dan The World Bank Institute.
34
NOPEMBER 2003
Pertemuan Pembahasan Rencana WSLIC 2 Tahun 2004
Tanggal : 4 Nopember 2003
Lokasi : Hotel Acacia Jakarta
Penyelenggara : Pokja AMPL
Agenda pertemuan adalah pembahasan rencana kerja WSLIC 2 Tahun 2004, review koordinasi Tim Pembina Pusat, serta struktur
kelembagaan pembinaan teknis WSLIC 2.
Lokakarya Visi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Visioning Workshop)
Tanggal : 5-6 Nopember 2003
Lokasi : Hotel Hilton, Jakarta
Penyelenggara : WASPOLA
Tujuan lokakarya adalah menyamakan pemahaman terhadap visi pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan dalam 10-15 tahun
mendatang, termasuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).
1st Southeast Asia Water Forum - Strengthening Regional Capacity through Best Practices in Integrated Water Resources
Management
Tanggal : 12-21 Nopember 2003
Lokasi : Chiang Mai, Thailand
Penyelenggara : Global Water Partnership Southeast Asia Technical Advisory Committee (GWP
SEATEC). Alamat situs internet: http://www.gwpseatac.org/
Forum akan mendikusikan beberapa tema yaitu pelayanan air dan sanitasi untuk kesehatan; penyelesaian sengketa; pengelolaan sumber
daya air berbasis komunitas; ekosistem dan lingkungan; air dan makanan
Hari Habitat
Sejak pencanangan Hari Habitat oleh Majelis Umum PBB melalui Resolusi No.40/201 A tanggal 17 Desember 1985 maka Hari Habitat Dunia telah
diperingati setiap tahun pada Hari Senin Pertama di bulan Oktober. Ide dasar peringatan Hari Habitat adalah untuk menyadarkan masyarakat umum
pentingnya memperbaiki kondisi permukiman, khususnya bagi penduduk miskin yang hidup tanpa menikmati air minum, sanitasi yang memadai, dan
pelayanan dasar lainnya. Habitat sendiri diartikan sebagai tempat tinggal atau hunian manusia beserta lingkungannya.
Tahun ini peringatan hari Habitat Dunia dipusatkan di kota Rio de Janeiro, Brasil pada tanggal 6 Oktober 2003. Tema peringatan adalah Air Minum dan
Sanitasi untuk Perkotaan (Water and Sanitation for Cities) untuk mencermati krisis air minum dan sanitasi di perkotaan.
Di Indonesia peringatan Hari Habitat dipusatkan di Denpasar Bali. Tema peringatan mengikuti tema yang menjadi kesepakatan dunia. Sub tema
peringatan adalah Kota yang Bebas dari Lingkungan Permukiman Kumuh. Beberapa kegiatan yang dilakukan di Indonesia dalam rangkaian peringatan
Hari Habitat adalah dialog interaktif di media elektronik, pameran, penyelenggaraan lomba, dan pemberian penghargaan.