You are on page 1of 3

VAKSINASI PADA USIA LANJUT

Orang yang berusia di atas 60 tahun (usia lanjut/ usila) memiliki kekebalan tubuh yang menurun. Penipisan kulit, berkurangnya refleks batuk, dan perubahan fisiologis dan anatomis akibat penuaan menyebabkan usila semakin rentan. Penyakit-penyakit kronik seperti keganasan, aterosklersosis, diabetes mellitus dan demensia dapat menjadi faktor predisposisi terhadap infeksi tertentu. Malnutrisi yang sering terjadi pada kelompok ini juga dapat mengurangi system imun. Perlindungan dari penyakit infeksi menjadi hal penting yang harus dilakukan pada usila. Center for Diseases Control and Prevention (CDCP) telah merekomendasikan beberapa vaksinasi, sesuai dengan jenis penyakit yang sering terjadi pada kelompok usia tersebut. INFLUENZA Influenza dan komplikasinya menyebabkan 10.000-40.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat dan 80% di antaranya terjadi pada usila. Kelompok usia di atas 85 tahun memiliki risiko 32 kali lebih besar untuk meninggal karena pneumonia yang berkaitan dengan influenza dibandingkan mereka yang berusia 65-69 tahun. Influenza sering menyerang orang yang kekebalannya menurun, baik akibat usia ataupun penyakit lain yang diderita.Tingginya angka kejadian dan kekerapan timbulnya komplikasi pada saluran napas bawah khususnya pada usila menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kunjungan ke rumah sakit. Penyulit influenza pada usia lanjut lebih mudah terjadi pada pasien dengan komorbiditas seperti diabetes, PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), bronkiektasis dan penyakit jantung koroner. Usia yang semakin lanjut dan higiene mulut yang burukpun telah diketahui merupakan faktor risiko penting untuk terjadi/ berkembangnya penyulit. Gambaran klinis dan diagnosis Penyebaran diawali dari tranmisi virus secara droplet dari sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, dengan masa inkubasi 1-5 hari, dan rata-rata 2 hari sebelum menimbulkan gejala penyakit. Gejala awal influenza pada usila biasanya berupa hilangnya nafsu makan, perasaan lemas, tak bertenaga, dan malas. Gejala influenza selanjutnya meliputi gejala-gejala yang terdapat pada infeksi saluran napas akut seperti demam, mialgia dan sakit kepala. Demam bisa sangat tinggi dan setidaknya berlangsung selama tiga hari. Nyeri otot biasanya pada ekstremitas, sekitar mata, dan badan. Gejala bisa bertambah dengan batuk-batuk (mula-mula non-produktif), sakit tenggorokan dan pilek. Pada pemeriksaan pasien usila tampak sakit berat, konjungtiva kemerahan dan kadang-kadang teraba kelenjar getah bening leher (agak nyeri tekan); lendir hidung bening (kecuali jika terinfeksi bakteri/ infeksi sekunder). Adanya penyulit pada influenza biasanya akan mempengaruhi tingkat kemandirian pasien usila. Ketergantungan dalam hal; imobilisasi, aktivitas sehari-hari dan mengelola obat untuk kepentingan pribadi menjadi meningkat. Disisi lain menurunnya tingkat kemandirian atau meningkatnya ketergantungan seperti imobilisasi pada usila dapat menyebabkan penurunan sekresi mukus, gerakan silia serta mekanisme batuk yang tidak efisien, yang pada akhirnya dapat memperburuk infeksi yang terjadi.

Vaksinasi Vaksinasi direkomendasikan untuk semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Penelitian observasi yang telah dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa vaksinasi influenza terbukti berkaitan dengan berkurangnya risiko perawatan di rumah sakit akibat pneumonia atau influenza sebesar 20-40%. Penelitian meta-analisis oleh Vu et al menunjukkan bahwa vaksinasi influenza dapat menurunkan angka mortalitas 45-56%. Vaksinasi ini juga dianjurkan untuk penderita penyakit jantung dan serebrovaskular. Penelitian kohort oleh Nichol et al menunjukkan bahwa vaksinasi influenza dapat menurunkan risiko perawatan di rumah sakit akibat penyakit jantung dan serebrovaskular. Penelitian Wang et al pada usila di Taiwan Selatan menunjukkan vaksinasi jenis ini

dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 22%. Penelitian lain menunjukkan vaksinasi ini menurunkan risiko henti jantung sebesar 49% pada pasien yang pernah mengalami henti jantung dan tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung. Vaksinasi influenza juga menurunkan risiko infark miokard sebesar 67% dan stroke sebesar 50%. Telah diketahui bahwa titer antibodi yang timbul setelah vaksinasi pada usila; lebih rendah dibandingkan titer yang timbul pada kelompok usia yang lebih muda, meskipun demikian vaksinasi tetap dianjurkan karena tetap terbukti efektif dalam mencegah komplikasi, perawatan di rumah sakit dan kematian. Vaksinasi influenza dianjurkan bagi penghuni panti dan fasilitas perawatan dalam jangka waktu panjang. Penelitian di panti mendapatkan angka kejadian serangan influenza mencapai 60%, dengan case-fatality ratio mencapai 30%. Pada usila yang tinggal di panti, vaksinasi ini terbukti efektif mencegah perawatan di rumah sakit sebesar 5060% dan mencegah kematian akibat influenza sebesar 80%. Sedangkan pada usila yang tidak tinggal di panti atau fasilitas perawatan dalam jangka waktu panjang, vaksinasi influenza ini juga dilaporkan efektif untuk mencegah perawatan di rumah sakit akibat influenza dan pneumonia sebesar 30-70%. Rekomendasi terkait pemberian vaksinasi influenza adalah 1 kali setahun pada usila; terutama pada usila yang menderita penyakit kronik atau tinggal di panti dan semua pasien yang baru pulang dari perawatan. Hingga saat ini vaksinasi influenza telah dilaksanakan pada lebih dari 50 negara (maju dan berkembang) di seluruh dunia. Jenis vaksin influenza yang tersedia di Indonesia sampai saat ini adalah vaksin inaktif seperti Vaxigrip(Sanofi Pasteur), Fluarix(GSK), Agrippal(Combiphar). Dosis yang diberikan untuk usila sama seperti dosis untuk dewasa yaitu 0,5 ml, disuntikkan intramuskular di otot deltoid. Efek samping setelah penyuntikkan dapat berupa reaksi lokal seperti; nyeri di lokasi suntikan dan reaksi sistemik seperti; demam, malaise, dan mialgia yang dapat timbul selama 1-2 hari.

PNEUMONIA Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama community-acquired pneumonia dewasa. Angka kejadian pneumonia pneumokokkus di Amerika Serikat dan Eropa mencapai 100 per 100.000 orang dewasa untuk setiap tahunnya. Angka mortalitascommunity-acquired pneumonia adalah 5-10% dan meningkat sampai 10-30% pada usila. Penelitian oleh Kaplan menunjukkan bahwa mortalitas akibat pneumonia meningkat dua kali lipat pada usia di atas 90 tahun dibandingkan dengan yang berusia 65-69 tahun. Angka mortalitas ini meningkat lebih tinggi lagi pada usila penghuni panti. Gambaran klinis dan diagnosis Masa inkubasi pneumonia pneumokokkus pendek; sekitar 1 sampai 3 hari. Gejala awal pneumonia pada usila tidak khas. Gejala konstitusional yang biasa muncul seperti; lemah, kurang nafsu makan dan malas beraktivitas seringkali tidak disadari oleh pasien maupun keluarga bahwa infeksi telah berlangsung sehingga akan berlanjut menjadi lebih berat. Pasien lebih sering dibawa ke rumah sakit karena jatuh, gangguan kesadaran atau sesak yang bertambah berat. Tampilan klinis yang tidak khas pada pasien usila inilah yang mengakibatkan pasien sering terlambat didiagnosis bahkan salah didiagnosis sehingga sering kali hasil pengobatannya tidak memuaskan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan acute confusional state atau sindroma delirium, demam yang tidak terlalu tinggi bisa muncul atau bahkan hipotermia ringan dan tidak jarang pasien juga datang tanpa demam. Takipneu dan perubahan kesadaran bisa ditemukan. Dan pada auskultasi bisa ditemukan ronki maupun mengi. Pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi juga sering menunjukkan hal yang tidak khas untuk pneumonia. Pemeriksaan darah dengan kecurigaan infeksi pada usila tidak selalu menunjukan leukositosis. Pemeriksaan foto toraks dapat bersifat diagnostik dan menunjukkan progresi serta keterlibatan multilobular.

Diagnosis definitif infeksi (khususnya Pneumonia) dapat dilakukan dengan mengisolasi organisme dari darah atau cairan tubuh lainnya. Vaksinasi Vaksinasi pneumokokkus pada usia lanjut telah terbukti dapat mempersingkat masa demam dan mengurangi angka perawatan di rumah sakit akibat pneumonia. Christenson (2001) telah melaporkan bahwa insiden penumonia pada kelompok yang mendapat vaksinasi turun 29% dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan vaksinasi, sedangkan insiden invasive pneumococcal disease turun sampai dengan 52%. Di bidang imunisasi pneumonia, tidak semua penelitian menunjukkan manfaat yang meyakinkan. Joint Committee on Vaccination and Immunization (JVCI) pada Januari 2009 mengusulkan bahwa vaksin pneumoccocal konjungate (serotipe 7-11) mungkin memberikan hasil yang lebih menjanjikan daripada vaksin pneumoccocal polisakarida yang sekarang dipakai untuk program immunisasi usila di seluruh dunia. Sementara menunggu studi akan hal vaksin konjungate ini, JVCI menganjurkan bahwa vaksinasi pneumoccocal polisakarida masih dapat dilakukan namun persiapan untuk perubahan akan penggunaan jenis vaksin konjungate sudah mulai dipikirkan. Walaupun masih terdapat perdebatan tentang manfaat imunisasi pneumonia dengan vaksin 23-valen ini, WHO mengeluarkan ketetapan bahwa vaksinasi pneumonia pada usila dinyatakan cukup efektif, terutama untuk melindungi usila sehat terhadap invasive disease(pneumonia yang berpenyulit meningitis, septikemia dan pneumococcal pneumonia). Vaksinasi pneumokokkus direkomendasikan pada semua pasien imunokompeten di atas 65 tahun dan pada penderita penyakit kronik. Vaksinasi pneumokokkus dan influenza dapat diberikan bersamaan pada lokasi yang berbeda tanpa peningkatan efek samping. Jenis vaksin yang tersedia adalah Pneumo-23 (Sanofi Pasteur). Dosis untuk lansia sama seperti dewasa yaitu 0,5 ml disuntikan subkutan atau intramuskular.

You might also like