You are on page 1of 113

BAB I

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


DI SEKOLAH DASAR

LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan ter-
sendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan.
Seorang guru SD harus memahami bahwa komponen anak merupakan komponen ter-
penting dalam proses pengajaran. Karenanya proses pengajaran itu harus diciptakan
atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan
kata lain kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru di sekolah
dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Inilah suatu
pendekatan pengajaran yang dikenal dengan ”Developmentally Appropriate Practice”
Hal utama yang penting dipahami oleh guru SD adalah bahwa pendekatan pe-
ngajaran yang berorientasi pada perkembangan anak (DAP), merujuk pada pemaha-
man yang mendalam (philosophy) tentang pentingnya pengejawantahan mengenai
perkembangan anak dalam setiap keputusan pengembangan program dan praktek
pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman baik dimensi umur anak
maupun dimensi individualnya. Dengan pendekatan DAP pengajaran berorientasi
pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa
yang peserta didik inginkan. Pendekatan ini menghendaki pengajaran menjadi bersi-
fat ”child initiated, child-directed, dan ”teacher-supported”, yang Carot (1995)
ungkapkan hal itu sebagai komponen esensial dalam pendekatan DAP.
Melalui pendekatan DAP, arti tujuan belajar bagi anak sudah tentu menjadi
demikian penting. Karena komponen tujuan dalam pengajaran, harus dipertimbang-
kan dengan cermat. Tujuan itu tidak cukup hanya dijelaskan dengan rumusan tujuan
instuksional saja. Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar
yang diharapkan anak SD, seorang guru akan selalu dituntut untuk menyadari adanya
tujuan-tujuan pengiring. Demikian juga suatu keluaran yang dikehendaki dari proses
pengajaran itu bukan sekedar dilihat dari dampak instruksionalnya saja (intructional
effect), melainkan pula mencakup pertimbangan tentang pentingnya dampak pengi-
ring (nurturent effect).

Tujuan
Setelah Anda mempelajari dan mengkaji materi ini, Anda dapat : :
1. Menjelaskan hakekat pendekatan DAP beserta pemahaman akan dimensi umur
anak dan dimensi individualnya dalam pengajaran
2. Menjelaskan karakteristik anak usia SD secara umum dan tanggung jawab guru
dalam mengembangkan sistem pengajarannya
3. Menjelaskan arti belajar bagi anak usia sekolah dasar dalam pandangan ahli psiko

1
logi konstruktivistik
4. Menjelaskan tujuan kegiatan belajar mengajar bagi anak sekolah dasar
5. Menjelaskan hakekar mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pan-
dangan ahli psikologi konstruktivistik
6. Menggambarkan penciptaan kondisi lingkungan belajar yang dibutuhkan dilihat
dari tiga dimensi perkembangan anak usia sekolah dasar
7. Menjelaskan tujuan pengajaran dan tujuan pengiring, demikian halnya dengan
keluaran pengajaran dalam bentuk dampak instruksional dan dampak pengiring

A. HAKEKAT PENDEKATAN ”DAP”

Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah suatu kerangka acuan;


suatu filosofis atau juga pendekatan mengenai bagaimana berinteraksi dan bekerja
bersama anak (peserta didik). Pendekatan DAP didasarkan atas akumulasi data
atau fakta dan hasil-hasil penelitian yang memerankan tentang apa yang peserta
didik sukai. Menurut konsep ini pengejawantahan pengetahuan tentang perkem-
bangan peserta didik atau hal-hal yang berkenaan bagi anak SD ke dalam setiap
implikasi praktis pengembangan pengajaran tidaklah diabaikan.
Dalam setiap pelaksanaan pengajaran, guru akan selalu dituntut untuk mampu
membuat keputusan. Keputusan inilah yang akan menetapkan apakah suatu peng-
ajaran yang ditempu guru itu telah mempertimbangkan pengetahuan mengenai
anak atau belum. Jika keputusan itu benar-benar mengakomodasikan ”siapa anak
SD sebenarnya”, maka keputusan tersebut dapat dikatakan telah mendasarkan
pada pendekatan DAP.
Menyimak pendapat Bredekamp (1987) tentang konsep ”developmental
appropriateness” menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi
pada perkembangan anak itu mempunyai dua dimensi pemahaman. Pertama
adalah dimensi umur (age appropriate) dan yang kedua adalah dimensi individual
(individually appropriate).
Dengan memahami dimensi umur peserta didik, guru dalam menyelenggara-
kan pengajarannya tidak akan pernah bisa mengabaikan aspek perkembangan pe-
serta didik. Misalnya diakui Bredekamp bahwa hasil pendidikan mengenai per-
kembangan manusia itu memperlihatkan hal yang berlaku umum, yakni adanya
perkembangan yang dapat diramalkan mengenai urutan pertumbuhan (growth)
dan perubahan (change) yang terjadi terutama selama umur 9 tahun. Perubahan
yang dapat diramalkan itu menyangkut aspek perkembangan fisik, emosional,
sosial dan perkembangan kognitif. Pemahaman tentang keunikan perkembangan
peserta didik dalam rentang waktu (umur) tersebut selayaknya menjadi acuan atau
dasar filosofis setiap pelayanan program pengajaran yang disediakan guru. Guru
sepatutnya mampu mempersiapkan dan menyediakan lingkungan belajar dari pe-
ngalaman belajar yang benar-benar ”approratee” (layak, pantas, cocok, padan atau
tepat) dengan perkembangan anak.

2
Selanjutnya dengan memahami dimensi individual, guru dalam menyelengga-
rakan pengajarannya tidak akan pernah mengabaikan keunikan peserta didik.
Bukankah mereka itu bersifat khas (unique) atau utuh (individed) baik dari segi
pola ataupun waktu perkembangannya sebagaimana mereka itu khas dalam kepri-
badiannya, gaya belajarnya latar belakang keluarganya. Keunikan sebenarnya
memperlihatkan eksistensi perbedaan sekaligus akan menolak perlakuan yang
”mempersamakan” atau menyamaratakan.
Pemahaman lebih lanjut atas keunikan peserta didik menyiratkan bahwa
demokratisasi dalam pengajaran menjadi sebuah tuntutan. Pelayanan pengajaran
yang diindividualisasikan (individually guided education/IGE) juga akan cende-
rung muncul (trendy) di masa yang akan adatang di Indonesia dan ini tidak boleh
dihindari secara sengaja. Kurikulum (bahan ajar apa yang harus dilaksanakan?)
dan interaksi yang diciptakan, selayaknya (akan menjadi approriate/tepat atau
mendapat pembenaran), manakala pembelajaran itu benar-benar responsif atas
keragaman (individual) peserta didik. Belajar yang merupakan hasil interaksi
antara pikiran dan pengalaman dengan bahan gagasan dan orang lain ”haruslah”
cocok (mached) dengan dan memang menantang (Challenging) minat dan pema-
haman peserta didik.
Pemahaman atas perkembangan peserta didik sekaligus dengan keunikannya,
dibutuhkan guru dalam mengidentifikasi tentang perilkaku yang cocok (perilaku
pada diri anak) sebagai tujuan yang dapat dicapai dalam pengajaran, kegiatan dan
pengalaman belajar yang tepat diciptakan, dan bahan pelajaran yang padan bagi
kelompok usia tertentu, serta sistem evaluasi yang hendak digunakan. Pemaha-
man akan dimensi individual yang mengakui adanya keragaman latar belakang
keluarga peserta didik, maka DAP dengan sendirinya memandang penting keter-
libatan aktif orang tua baik sebagai sumber ataupun pembuat keputusan mengenai
ketepatan perlakuan atau pelayanan individual bagi pendidikan anak.

B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR


Masa usia SD (sekitar 6,0 – 12,0) merupakan tahapan perkembangan penting
dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu,
guru tidak boleh mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. guru selalu
dituntut memahami karakteristik anak, arti belajar, dan tujuan kegiatan belajar.
Karakteristi usia anak SD secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett. Jacka,
dan Logan (1983) seperti berikut ini :
1. Mereka secara alamia memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan
dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri
2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang
3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, meneksplorasi
suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru

3
4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi seba-
gaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak
kegagalan-kegalan
5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang
terjadi
6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan menga-
jar anak-anak lainnya.
Khusus, untuk anak usia dini (TK) atau usia anak SD di kelas-kelas rendah,
John Dewey menggambarkan adanya pemahaman kontroversial antara siapa anak
dan apa kurikulum itu. Pemahaman itu dapat dipelajari dari tabel berikur ini :

Tabel:1 Karakteristik anak vs Kurikulum


THE CHILD THE CURRICULUM
Akctive Static
Practical Abstract
Immature Mature
Wholistik Logical-categories
Immediate Historical
Narrow Road scope
Kinesthetic Tekstual

psychologize the curriculum


Menurut tabel 1 karakteistik anak dibanding dengan karakteristik suatu kuri-
kulum nampak kontroversial. Sebagai contoh, kurikulum itu sesuatu yang statis
dalam bentuk bahan pelajaran yang diberikan guru, bersifat statis itu dapat
menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan positif, sedangkan anak
itu adalah individu yang aktif. Persoalannya adalah bagaimana kurikulum yang
bersifat pasif itu menjadi sesuatu yang benar-benar menarik baghi anak, sehingga
dalam pelajaran menjadi benar-benar aktif.
Contoh lainnya adalah bahwa kurikulum itu bersifat abstrak dan bagaimana
sesuatu yang abstrakaitu dapat menjadi klonkret dihadapan anak. Kurikulum itu
merupakan sesuatu yang ”matang” (hasil pertimbangan yang mendalam dan meli-
batkan banyak ahli), tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah dires-
pon bagi anak yang memang ”belum matang”. Kurikulum itu bersifat sekuesial
atau historikal, tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah direspon
anak secara spontan, ”immediate”, dan seterusnya. Karena itu betapa seorang
guru penting menekankan ”psychologize the curriculum”, yakni bagaimana mem-

4
buat (memanipulasi) kurikulum itu sebagai sesuatu yang dapat diterima anak
secara psikologis.
Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik usia anak SD ser-
ta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru idak asal suka begitu
saja mengembangkan pengajaran di kelasnya. Guru dituntut dalam mengembang-
kan sistem pengajarannya, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang
ada. Kenyataan ini, menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikem-
bangkan guru harus dapat melayani kebutuhan peserta didik dan pengajaran itu
benar-benar menjadi menarik dan bermakna.

C. ARTI DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAGI ANAK SD

Belajar secara tradiasional diartikan sebagai upaya menambah dan mengum-


pulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang moderen diungkapkan
Morgan dkk (1986) sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua
unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku,
dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.
Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi perubahan
dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Misalnya seorang anak telah belajar
tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak akan menunggu matahari
muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah bela-
jar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan sekolah dan masyarakat.
Gagne mengemukakan 5 macam kemampuan manusia yang merupakan hasil
belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar
untuk pencapaiannya, yaitu :
1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung
sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung
kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan
belajar yang tersedia
2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti
seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah
3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan me-
nulis, mengetik, menggunakan jangka dansebagainya
5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah dan intensitas emosional yang
dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan ber-
tingah laku terhadap barang atau kejadian
Kegiatan belajar yang diciptakan guru sebagaimana tuntutan pendekatan DAP
sepatutnyalah didasarkan atas pemahaman bagaimana anak usia SD itu belajar.
Paham yang dianggap moderen tentang bagaimana anak usia SD itu belajar bersi-
fat konstruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Bruner.

5
1. Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun
pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya seba-
gaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tim-
bul secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis
2. Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui inter-
aksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa
(guru) itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol untuk
kemudian anak itu tunbuh ke arah pemikiran-pemikiran verbal
3. Sedangkan bagi Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru)
mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai
dari ”pre-speech” sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal
yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk kemudia dapat terlibat dalam
penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu
realitas.
Membandingkan ketiga pendapat ahli tersebut, maka akan dapat dipelajari
persamaan dan perbedaannya. Persamaan ketiga pendapat ahli tersebut antara lain
ketiganya memandang bahwa anak adalah seseorang yang aktif, memiliki
kemampuan untuk membentuk pengetahuannya sendiri
Menyangkut perbedaannya, Piaget menekankan bahwa penciptaan lingkungan
belajar menjadi sorotan penting. Lingkunganlah yang akan menarik si anak; mem-
buat mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya. Dengan cara demikian si
anak; mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bukan guru yang mengkonstruksi
pengetahuan sianak itu. Bagi Vygotsky, yang ditekankan adalah interaksi guru
dengan sianak. Dalam hal ini guru sepatutnya memahami dunia anak. Suatu inter-
aksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu benar-benar ia mampu
menjembatani arti dan simbol-simbol atau lambang-lambang yang digunakan.
Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses pikiran si anak dalam
mengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilannya berbentuk spiral, mulai dari for-
mat, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhan/pre-speach) hingga
terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji suatu
realitas kehidupan.
Hal penting yang menjadi pelajaran bagi kita adalah anak SD merupakan
seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivis yang baik adalah mereka yang
suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) bagi anak
didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar.
Guru itupun akan berusaha menciptakan sistem interaksi pengajaran dengan siapa
saja anak itu berinteraksi (guru dengan temannya sendiri) yang menjembatani arti
yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplo-
rasi liungkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajar si
anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik
mereka sendiri.

6
Sesuai dengan pandangan-pandangan tersebut di atas, maka terdapat sejumlah
tujuan belajar yang seharusnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar
anak didiknya di SD, yakni :
1. Menjadikan anak senang, bergembira dan riang dalam belajar
2. Memperbaiki berpikir kreatif anak, sifat keingin tahuan, kerja sama, harga diri
dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan
akadcemik
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar
4. Mengembangkan afeksi kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam linkungan sosial.
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting.
Semua komponen pengajaran lainnya seperti pemilihan materi atau bahan penga-
jaran, kegiatan guru, dan peserta didik, pemilihan sumber belajar yang akan
dipakai, serta penyusunan tes, akan beretolak dari tujuan belajar yang hendak
dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena itu, kesadaran tentang
tujuan-tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru SD dalam kerangka
membantu peserta didik meletakan dasar-dasar kehidupan ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya yang diperlukan dalam me-
nyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkemba-
ngan mereka selanjutnya.
Selanjutnya, rumusan tujuan belajar adalah penting dinyatakan guru secara
khusus dan eksplisit. Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakaan secara
spesifik dan eksplisit adalah; Untuk peserta didik :
1. Dapat mengarahkan proses belajar peserta didik
2. Dapat mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan
3. Dapat meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya
dalam usaha belajarnya
Untuk Guru :
1. Dapat memilih materi, strategi, instruksional, dan sumber belajar yang sesuai
untuk dipakai dalam usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya
2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya
Walaupun banyak keuntungan dari tujuan belajar yang spesifik, gurupun perlu
menyadari mengenai kelemahan-kelemahan suatu tujuan belajar dinyatakan seca-
ra spesifik dan terinci, yaitu :
1. Peserta didik hanya belajar dari tujuan yang tersurat, tanpa berusaha belajar
lebih lanjut
2. Guru cenderung hanya mengajarkan yang tercantum sebagai tujuan belajar
3. Banyak tujuan belajar yang sulit dinyatakan secara operasional atau yang
dapat dilihat dan diukur secara nyata, sehingga guru tidak mencantumkannya
dalam pengajarannya
4. Seringkali tujua-tujuan dibuat agar dapat dilihat dan diukur dan terkesan
dicari-cari
5. Guru dan peserta didik menjadi kurang kreatif dalam proses belajar mengajar.

7
D. HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR
1. Pengertian Mengajar
Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pe-
san berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari
guru kepada peserta didik. Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menje-
laskan pokok bahasan ”Rotasi Bumi” dengan menggunakan metode sosiodrama,
peserta didik memperhatikan dengan seksama. Kegiatan guru tersebut dikatakan
sebagai kegiatan mengajar.
Kegiatan belajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyam-
paian pesan-pesan dari seorang guru kepada peserta didik. Hal itu sebenarnya
menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik
untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta dideik untuk belajar
diperlukan kemampuan profesional dari guru.
Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Mengajar dipandang sebagai suatu ilmu (teaching as a science), artinya terda-
pat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu mau-
pun dari teori-teori belajar mengajar, sifatnya metodologis dan prosedural
b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a technology), yaitu penggunaan
perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris
c. Mengajar sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan perfor-
mance/penampilan guru secara khas dan unik yang bersal dari sifat-sifat khas
guru dan perasaan serta nalurinya
d. Mengajar sebagai pilihan nilai (wawasan kependidikan guru), bersumber pada
pilihan nilai atau wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum pendidikan
nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun
kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofisnya yang mendasar
e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching as a skill), yaitu suatu proses penggu
naan seperangkat keterampilan secara terpadu
Selanjutnya T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai
pencipta suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaru-
hi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai , guru dan peserta didik yang me-
mainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan,
bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana mengajar yang
tersedia.
Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar menun-
tut ketrampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai komponen
dan menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Davis (1971) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas
profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengam-
bilan keputusan

8
Sebagaimana keunikan dan karakteristik kegiatan belajar usia anak sekolah
dasar, Piaget, Vygotsky dan Bruner mengemukakan cara-cara yang khas bagi seo-
rang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka. Bagi Piaget
seorang guru dalam mengembangkan belajar anak itu dengan memperalat situasi
eksperimental yakni menyediakan lingkungan belajar untuk menfasilitasi per-
tumbuhan atau perkembangan anak.
Bagi Vigotsky, guru mengembangkan belajar anak itu dengan menetapkan
area atau batas-batas (tingkat) perkembangan yang diperkirakan (Zone of
Proximal Development atau ZPD). ZPD merupakan kesenjangan antara tingkat
perkembangan nyata si anak (child’s actual level of development) dengan apa
yang secara potensial sebenarnya dapat anak lakukan (child’s potensial level
development) tetapi perlu atau melalui bantuan guru. Peranan guru adalah mengo-
rientasikan pengajaran terhadap kekuatan-kekuatan si anak pada saat anak itu
tertantang. Ini penting dipahami, karena pengajaran itu hanya akan menjadi baik
pada saat tantangan itu ada dihadapan si anak, dan kemudian mendorong si anak
merespons tantangan itu.
Sedangkan bagi Bruner, guru mengembangkan belajar anak itu dengan cara
menyediakan siatuasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif dipihak anak,
dimulai dari format atau bentuk-bentuk yang berada di sekitar kehidupan si anak,
peran dan kegiatan-kegiatan yang telah biasa dilakukan si anak itu, untuk kemu-
dian melangkah ke hal melalui penggunaan bahasa yang lebih kompleks. Guru
dapat mendorong perkembangan anak dengan berperan sebagai ”scaffolder” yaitu
memahami adanya batas-batas perkembangan anak secara temporer dan memerlu-
kan bantuan tersebut secara tepat dan membiarkannya si anak tumbuh melewati
batas-batas perkembangannya sendiri.
Untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan suatu sistem
pengajaran, seorang guru SD paling tidak bertanggung jawab dalam :
a. Mengkondisikan anak untuk menyukai, merasa gembira dan senang belajar di
sekolah. Guru SD dituntut untuk mahir menciptakan suatu siatuasi yang
memungkinkan anak terhindar dari rasa stres, perasaan bimbang, khawatir dan
perasaan mencekam. Hal demikian adalaah penting tidak hanya bagi
kemajuan belajar mereka tetapi juga menyangkut kehidupannya di masa yang
akan datang
b. Mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di
dalam mengajar secara terpadu, seperti ceramah, berceritra, memimpin diskusi
dan proses penemuan, menengahi konflik, pemecahan masalah yang diha-
dapi anak dan sebagainya.
c. Menjembatani ”gap” antara kehidupan sekolah dengan kehidupan anak itu
sendiri dalam pengajaran
d. Mengobservasi gaya mengajar mereka, kebutuhannya dan menaruh perhatian
atas tuntutan individual si anak dalam kaitannya dengan imnplementasi
kurikulum yang berlaku.

9
Selanjutnya dalam rangka penerapan pendekatan DAP untuk mengembangkan
program dan praktek pengajaran, Sunaryo (1995) mengemukakan pentingnya
pemahaman atas perkembangan anak sebagai landasan bagi pengembangan
proses pengajaran. Ia mengungkapkan bahwa guru SD harus selalu peduli dan
memahami anak sebagai keseluruhan dan karenanya kurikulum dan pembelajaran
di SD itu harus bersifat terpadu. Carol (1995) menuntut penciptaan lingkungan
belajar sesuai dengan tiga dimensi perkembangan anak SD, yaitu dimensi perke-
mbangan fisik, dimensi perkembangan sosial-emosiuonal, dan dimensi
perkembangan bahasa atau kognisi.

1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik


Perkembangan fisik anak usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang
terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak mengen-
dalikan tubuhnya dan kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode
waktu yang relatif lebih lama merupakan ciri perkembangan fisik anak usia SD.
Kegiatan fisik merupakan hal yang penting bagi anak usia SD, tidak hanya
akan mmemperhalus perkembangan ketrampilan dan harga dirinya tatapi juga
aspek kognisinya. Misalnya pada saat anak menghadapi suatu konsep yang
abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu memberi penga-
laman nyata bagi anak memahami arti suatu konsep yang abstrak.
Sehubungan hal tersebut di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan ling-
kungan belajar dilihat dari perkembangan fisik anak, adalah anak akan dapat bela-
jar dengan cara terlibat aktif (secara fisik) dari pada bersifat pasif, lingkungan be-
lajar selayaknya disediakan yang memungkinkan anak bereksplorasi dengannya.

2. Dilihat dari aspek perkembangan sosial-emosional/moral


Ketrlibatan dalam kelompok (kolaborasi atau kerjasama) bagi anak usia SD
merupakan minat dan perhatiannya. Perkembangan hubungan sosial-emosional
dan adanya kesadaran etis normatif pada anak usia SD merupakan ciri yang kuat
nampak pada usia SD. Kompetensi-kompotensi sosial yang positif dan produktif
akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran ber-
kompetisi, menghargai karya orang, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya
lainnya.
Sehubungan hal di atas, prinsip yang relevan dengan penciptaan lingkungan
belajar anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan
anak untuk secara kelompok adalah sangat penting. Pemikiran dan keputusan
guru untuk membuat kelompok belajar secara fleksibel (alasan kemampuan, mi-
nat, sahabat, dan lain-lain) untuk aetiap pengajaran yang dilakukannya, merupa-
kan implikasi praktis pendekatan DAP ysng memperhatikan aspek perkembangan
sosial-emosional dan moral anak usia sekolah dasar.

10
3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
Perkembangan kognisi pada anak usia SD menurut Piaget berada dalam
tahapan dua masa transisi, yaitu masa transisi dari pra operasional ke masa opera-
sional konkret, dan masa transisi operasional konkret ke tahap operasional formal.
Skema perkembangan kognitif pada tahap ini berkaitan dengan ketrampilan berpi-
kir dan pemecahan masalah, seperti mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu
yang tetap atau tidak berubah, mengurutkan dan seterusnya. Juga pada tahap anak
usia SD ini, perkembangan kognisinya memperlihatkan ke arah kemampuan atau
kecakapan berpikir secara simbolik, yaitu berpikir yang lebih logis, abstrak dan
imajinatif. Namun demikian, karena berada dalam keadaan transisi perkembangan
antara tahap operasional konkrit ke tahap opersional formal, anak usia SD ini
masih memerlukan bantuan obyek nyata untuk berpikir tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan ling-
lungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan
kesempatan anak untuk bereksplorasi, berpikir dan memperoleh kesempatan
untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain (guru, teman-temannya atau
pihak lain). Kemampuan guru dalam memanipulasi obyek fisik menjadi obyek
berpikir anak, akan selalu dituntut dalam pengembangan pengajarannya.

2. Tujuan Pengajaran dan Tujuan Pengiring


Dalam rangka suatu kegiatan, menentukan tujuan merupakan hal penting.
Tujuan itu menentukan arah kemana suatu kegiatan akan dilakukan. Tujuan juga
memudahkan suatu penilaian apakah suatu kegiatan menyimpang atau tidak.
Menentukan tujuan dalam rangka kegiatan belajar mengajar, adalah suatu
keharusan bagi guru. Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar ini disebut tujuan
instruksional atau tujuan pengajaran.
Tujuan instruksional dalam setiap proses belajar mengajar dibedakan menjadi:
a. Tujuan Instruksional Umum, adalah pernyataan umum tentang tujuan yang
hendak dicapai dalam satu kesatuan materi pelajaran. TIU ini masih bersifat
umum dan harus dijabarkan secara spesifik dalam TIK. Yujuan ini merupakan
tujuan yang dinyatakan dalam kurikulum (GBPP) untuk setiap bidang studi
sebagaiman kurikulum yang berlaku.
b. Tujuan Instruksional Khuisus (TIK), yaitu tujuan instruksional yang harus di-
capai dalam satu pokok bahasan. TIK dirumuskan dengan kata kerja opersio-
nal dan mengandung perilaku yang dapat diamati.
TIK harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak meniumbulkan penaf-
siran yang beragam. TIK ini bersifat khusus (spsifik) dan mudah diukur. Suatu
rumusan TIK biasanya memuat kriteria berikut :
A = Audiance, yaitu peserta didik sebagai subyek didik yang akan ditangani guru
dalam kegiatan pembelajaran.
B = Behavior, yaitu tingkah laku yang dapat diukur karena sifatnya yang khusus
dan dapat diketahui perubahaannaya.

11
C = Condition, yaitu kondisi atau keadaan yang semestinya tercipta menyertai
kegiatan pembelajaran.
D = Degree, yaitu tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang diharapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang secara eksplisit terkandung dalam
TIU dan TIK. Namun adakalanya guru mengharapkan peserta didiknya dapat
mencapai tujuan-tujuan lainnya yang terkandung secara implisit atau tidak tertulis
dalam perumusan yang telah dibuat. Tujuan ini secara tidak langsung dapat ter-
wujud melalui kegiatan belajar mengajar yang sama. Tujuan yang dinyatakan se-
cara tidak tertulis dan merupakan hasil ikutan melalui kegiatan belajar mengajar
secara tidak langsung, seperti sikap-sikap kreatif, mandiri, jujur, sportif, humanis,
dan sebagainyamerupakan tujuan pengiring. Walaupun dirumuskan secara tidak
tertulis, tuyjuan pengiring tersebut harus tetap mengarah kepada tujuan umum
pengajaran.

3. Keluaran Pengajaran
Sejalan dengan adanya tujuan instruksional dan tujuan pengiring, maka suatu
pengajaran yang dikembangkan guru akan melahirkan dampak tidak hanya
dampak instruksional/pengajaran (instructional effect) itu saja, melainkan juga
memiliki dampak lain sebagai pengiringnya (naturrent effect)
Dampak pengiring merupakan akibat yang dihasilkan dari pencapaian tujuan
belajar jangka panjang dan bersifat tidak langsung. Dampak pengiring biasanya
muncul bersama akibat adanya tantangan di sekitar kehidupan anak. Dampak
pengiring harus menjadi kesadaran guru secara moral untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Dampak pengiring bagi suatu kegiatan belajar anak usia SD akan nampak de-
mikian penting sehubungan dengan usaha membantu anak meletakan dasar-dasar
kehidupan ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cip-
tanya yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mereka selanjutnya. Sebagai refleksi dari tujuan
instruksional yang dapat dicapai peserta didik, dampak pengiring terwujud dalam
sikap-sikap seperti kerjasama, mandiri, sportif, disiplin, kerja keras, semangat dan
sebagainya. Sebagai contoh : ”Peserta didik mencintai tanaman dan lingkungan
hidup di sekitarnya atau peserta didik menjadi gemar menabung karena
penjelasan guru tentang hidup hemat”.

12
Pertanyaan / Tugas

Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan singkat !

1. Jelaskan hakekat pendekatan ”Developmentally Approriate Practice” beserta


pemahaman akan dimensi umur anak dan dimensi individual dalam pengajaran!

2. Siapakah anak menurut Piaget, Vigotsky, dan Bruner? Bagaimanakah karakteris-


tik anak usia SD secara umum?

3. Bagaimana tanggung jawab guru dalam mengembangkan sistem pengajarannya


menurut karakteristik anak di atas?

4. Apakah arti belajar bagi anak usia SD dalam pandangan ahli psikologi konstrukti-
vistik ?

5. Jelaskan tujuan kegiatan belajar bagi anak SD !

6. Jelaskan hakekat mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pandangan


ahli psikologi konstruktivistik !

7. Jelaskan apakah yang dimaksud tujuan pengajaran dan tujuan pengiring dalam
kegiatan belajar mengajar !

8. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan keluaran pengajaran dalam bentuk dam-
pak instruksional dan dalam bentuk dampak pengiring !

Kerjakanlah soal-soal di atas dengan penuh rasa tanggung jawab, dan diskusikanlah
dengan teman Anda jika mendapat kesulitan dalam menjawab, atau tanyalah pada
dosen pengasuh mata kuliah ini

13
BAB II
METODE PENGAJARAN IPS

Dewasa ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar dari guru yang mendo-
minasi kelas menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru seharusnya berpe-
ran sebagai fasilitator pembelajaran dari pada sebagai pengajar dan tidak merupakan
satu-satunya sumber informasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran,
guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
harus menantang, menyenangkan, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman
sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir siswa (Dikti, 2005)
Pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila guru menguasai teknik-
teknik penyajian materi atau metode yang tepat ((Roestiyah NK. 1989:1). Metode
atau pendekatan merupakan pelicin jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan salah
satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran.
Setelah mempelajari materi tentang metode pembelajaran IPS, Anda diharapkan
dapat :
1. Menjelaskan pengertian metode,
2. Menjelaskan teknik memilih metode
3. menjelaskan macam-macam metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS
4. Menerapkan berbagai metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS di SD

A. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu”methodo” yang berarti ”jalan”.
Dengan demikian metode erat hubungannya dengan pemilihan jalan, arah atau pola
dalam berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar dapat diar-
tikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan tertentu
ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan itu Winarno Suracmad (1976:76), menyatakan bahwa
metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu
tujuan. Sedangkan mengajar diartikan penciptaan suatu sistem lingkungan yang me-
mungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni, 1980:1).
Dengan demikan metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh
seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E.
Kusmana, 1974:1).
Lebih jelas lagi ditegaskan oleh Winarno Surachmad (1961), bahwa metode
mengajar adalah cara-cara pelaksanaan belajar mengajar, atau bagaimana tehniknya
sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi sebagai
suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha mengatur
lingkungan kelas agar anak didiknya termotivasi untuk belajar. Guru berusaha dengan

14
seperangkaat pengetahuan dan pengalamannya mempersiapkan program pembelaja-
ran dengan baik dan sistematis. Usaha tersebut dimaksudkan agar anak didiknya me-
miliki kecakapan, pengetahuan, dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah
dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah
yang disebut sebagai metode pembelajaran.
Kenyataannya memang manusia dalam segala hal selalu mencari efisiensi kerja
dengan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk menca-
pai tujuan. Demikian halnya guru/pendidik selalu berusaha memilih metode yang
tepat, dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan
dan pengetahuan yang diberikan oleh guru benar-benar menjadi milik anak didiknya.
Jadi jelas metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai
dengan efektif.
Makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
Tujuan adalah pedoman yang memberi petunjuk akan dibawah kearah mana kegiatan
pembelajaran tersebut. Guru tidak dapat membawa kegiatan pembelajaran menurut
kehendaknya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan
pembelajaran yang tidak mempunyai tujuan sama saja dengan orang yang pergi ke
pasar tanpa tujuan. Sehingga terjadi pembelian barang yang sebenarnya tidak dibu-
tuhkan, sebaliknya barang yang sangat dibutuhkan tidak dibeli, hal ini disebabkan
tidak ada tujuan. Demikian pula di dalam pembelajaran pasti mempunyai tujan.
Tujuan dari kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai tanpa adanya komponen-
komponen lainnya, salah satu diantaranya adalah metode. Dengan memanfaatkan
metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Maka ketika tujuan dirumuskan agar anak didik mempunyai ketrampilan tertentu,
maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Oleh karena itu guru
harus mengunakan metode yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga
dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Tujuan pembelajaran dan jenis mata pelajaran menentukan metode atau metode-
metode apa sebaiknya digunakan. Setiap mata pelajaran mempunyai metode sesuai
dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya dapat
menentukan metode apa yang paling efisien untuk mata pelajarannya sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun
metode yang dianggap sempurna dari pada yang lain, karena masing-masing metode
mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Oleh karena itu dalam proses kegiatan
pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode (multi metode).
Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk menguasai
macam-macam metode mengajar sehingga dapat menentukan metode apa yang paling
tepat digunakan dalam proses pembelajarannya, sehinga kecakapan dan pengetahuan
yang diberikan oleh guru betul-betul menjadi milik siswa. Menurut Ida Badariyah
Almatsir ada beberapa hal yang menentukan efektif tidaknya suatu metode mengajar.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

15
1. Tujuan pengajaran
2. Bahan pengajaran
3. Siswa yang belajar
4. Kemampuan guru yang mengajar
5. Besarnya jumlah siswa
6. Alokasi waktu yang tersedia
7. Fasilitas yang tersedia
8. Media dan sumber
9. Situasi pada suatu saat
10. Sistem evaluasi
Begitu juga Winarno Surachmad (1990:97) mengatakan, bahwa pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

1. Anak didik
Dalam kelas guru akan menghadapi siswa yang mempunyai perbedaan-perbedan;
jenis kelamin, latar belakang kehidupan, status sosial, kecerdasan, kreativitas, dan
prilakunya.. Perbedaan individual siswa tersebut akan mempengaruhi guru dalam
memilih dan menentukan metode mana yang cocok, untuk mencapai lingkungan
yang aktif dan kreatif, sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang diren-
canakan. Dengan demikian kematangan siswa yang bervariasi mempengaruhi pe-
milihan penentuan metode.
2. Tujuan
Perumusan tujuan sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, proses pembe-
lajaran dan pemilihan metode. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan ta-
raf kemampuan siswa, artinya metode harus tunduk terhadap tujuan.
3. Situasi
Situasi kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru dari hari ke hari tidak selalu
sama. Dalam hal ini tentu guru memilih metode mengajar yang sesuai dengan
yang diciptakan. Misalnya, sesuai dengan sifat bahan dan tujuan yang akan dica-
pai, maka guru menciptakan lingkungan belajar secara kelompok. Siswa dibagi
dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok diberi tugas untuk meme-
cahkan suatu masalah. Dengan demikian guru telah menerapkan metode problem
solving. Jadi jelas bahwa situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan
dan penentuan metode mengajar.
4. Fasilitas
Fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang proses pembelajaran. Lengkap
tidaknya fasilitas akan menentukan pemilihan metode mengajar. Karena tidak
adanya laboratorium IPA, maka kegiatan praktikum, eksperimen, demonstrasi dan
inquiry tidak dapat dilaksanakan. Demikian juga pembelajaran IPS, karena tidak
ada laboratoriumnya maka kegiatan inquiry, demonstrasi, sosiodrama dan simula-
si tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Namun masalah ini dapat dilaksana-
kan dengan menggunakan lingkungan dan masyarakat sebagai laboratorium IPS.

16
5. Guru
Latar belakang pendidikan dan kemampuan guru akan mempengaruhi kompetensi
Kurangnya kemampuan terhadap berbagai metode akan menjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode, apalagi belum mempunyai pengalaman menga-
jar yang memadai. Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah permasalahan interen guru
yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

B. Kriteria Menentukan Metode Pembelajaran


Anda sudah belajar tentang macam-macam metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPS di SD. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana Anda
memilih netode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
kepada siswa.
Berhubungan dengan hal tersebut menurut Cheppy HC (et-al; 80) ada tga kriteria
yang dapat digunakan dalam menentukan metode, antara lain :

1. Tujuan
Tujuan merupakan landasan utama menentukan metode sesuai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika guru akan mengembangkan sikap
dalam kehidupan keluarga, maka metode yang dipilih adalah sosiodrama
2. Kebutuhan dan Minat Anak
Kebutuhan anak itu berbeda-beda, misalnya beberapa anak memerlukan pengala-
man tertentu, sedang yang lain memerlukan aktivitas tertentu pula. Sebagai guru
harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan rencana kegiatan
pembelajaran’
Pada kelas rendah, diperlukan aktivitas yang bertumpu pada bahan-bahan buku
bacaan, sosiodrama, permainan, membaca ceritra, dan penyusunan bagan. Minat
anak sebagian juga ditentukan oleh metode yang ditentukan guru. Siswa yang
senang mengoleksi perangko dan pakaian adat akan berbeda dengan siswa yang
gemar membaca ataupun melalui akting. Oleh karena itu dengan mengenal
perbedaan siswa tersebut, guru akan mudah untuk menetukan metode yang akan
digunakan.
3. Cara Penampilan Guru
Kepribadian guru dapat dilihat melalui penampilannya waktu mengajar. Dalam
beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di lain
pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan pembela-
jaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas untuk
mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki ketrampilan memilih
metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode sebagai variasi
dalam mengajar.
Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan tampak dalam metode
yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu metode mengajar

17
merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi cukup, alat-alat memenuhi
syarat, kalau penggunaan metode kurang tepat, maka hasil pembelajarannya akan ren-
dah. Menurut Husein Ahmad, dkk (1981:58) seorang guru IPS dalam memilih meto-
de hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengajar (guru)
Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan : pengeta-
huan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang dimiliki. Perso-
nalitas yang cocok dengan siswa akan mendorong kegiatan belajar, karena terbi-
nanya sarana komunikasi yang efektif.
2. Siswa
Cara-cara yang dipilih guru hendaknya mempertugkan linkungan siswa dari mana
ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman praktik siswa
serta lingkungan budaya siswa.
3. Tujuan yang Hendak Dicapai
Tujuan yang hendak dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih
bahan yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif.
4. Materi / Bahan
Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut cara
mengajar yang sesuai dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang bersifat
abstrak akan berbeda dengan dengan materi yang bersifat konkrit.
5. Waktu
Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu
untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan
saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari.
6. Fasilitas yang tersedia
Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa dalam
memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang tepat bagi
suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai alat untuk me-
nyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa untuk memper-
mudah proses belajar mengajar.

C. Macam-macam Metode / Pendekatan Pembelajaran IPS


Dewasa ini timbul kesan bahwa pengajaran IPS membosankan, dikarenakan
materinya terlalu luas dan hanya menghafalkan fakta-fakta. Selain itu metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik bagi siswa, bahkan guru
seringkali tidak mempunyai acuan yang jelas dan tidak menciptakan kondisi pem-
belajaran yang aktif dan kreatif. Kebosanan juga muncul karena materi pelajaaran
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks kehidupan anak. Oleh ka-
nrena itu diciptakan metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa.

18
Tuntutan dalam dunia pendidikan sekarang ini sudah berubah, proses pembe-
lajaran tidak bisa lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Guru harus merubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif
dan kreatif. Sehubungan dengan hal tersebut Anna Lie (2002:4-5), menyatakan
bahwa guru harus menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasar-
kan beberapa pokok pemikiran antara lain :
1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa
2. Siswa membangun pengetahuannya secara aktif
3. Guru harus bersedia mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa
4. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara siswa dan interaksi guru dan siswa
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus mencipta-
kan proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga dapat menemukan
sendiri pengetahuannya. Untuk itu guru harus menfasilitasi dan menciptakan kon-
disi belajar siswa. Oleh karena itu guru harus merencanakan pembelajaran dengan
menerapkan metode atau pendekatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Namun
perlu diingat bahwa pendekatan pembelajaran itu sangat banyak macamnya
sehingga guru harus memilih metode/pendekatan manakah yang paling cocok
untuk mencapai tujuan instruksional suatu pokok bahasan.
Pada uraian berikut akan diberikan gambaran atau penjelasan singkat tentang
metode/pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran IPS
antara lain :
• Contextual Teaching and Learning (CTL)
• Cooperative Learning
• Metode Karyawisata
• Metode simulasi

1. Contextual Teaching and Learning.


Pendekatan Contextual and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini
akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat
Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermak-
na bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiaah dalam bentuk siswa be-
kerja dan mengalami langsung, bukan sekedar mentransfer pengetahuan guru ke-
pada siswa Ini sejalan dengan pendapat aliran konstruktivisme yang menekankan
bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggung jawab atas hasil belajar-
nya, membuat penafsiran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna,
dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang dipelukan
dalam pengalaman yang baru.

19
Jadi CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mem-
bantu siswa memahami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari,
kemudian menghubungkan dengan kontek kehidupan sehar-hari, yaitu kontek
lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya. Tugas guru adalah membantu siswa
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan
pembelajaran yang aktif untuk menemukan pengetahuan atau konsep baru.

Karakteristik Pendekatan Pembelajaran CTL


a. Kerja sama
b. Menyenangkan
c. Pembelajaran terintegrasi
d. Menggunakan berbagai sumber
e. Siswa (aktif, kreatif, dan kritis), guru (harus kreatif)
f. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, misalnya
peta, gambar, ceritra, puisi.
g. Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor, tetapi dapat berupa hasil
karya siswa, misalnya laporan/tugas, karangan.
Menurut Widyaswara LPMP (2005), menyatakan bahwa guru dikatakan telah
menerapkan pendekatan pembelajaran CTL apabila menempuh tujuh komponen
sebagai berikut :
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri penge-
tahuannya
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik/pokok
bahasan
c. Mengembangkan sikap ingin tahui siswa dengan mengajukan pertanyaan
d. Menciptakan masyarakat belajar, misalnya belajar dalam kelompok-kelompok
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara dan seobyektif
mungkin
Adapun uraian tentang unsur-unsur yang terkandung dalam CTL sebagai berikut :

a. Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, bahwa pengetahuan diba-
ngun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas (sempit) dan secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fak-
ta, konsep atau akidah yang siap diambil, melainkan manusia harus mengkons-
truksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut maka siswa harus mengkonstruksi sendiri pengeta-
huannya. Oleh karena itu siswa harus dibiasakan memecahkan masalah, menemu-
kan sersuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan mencetuskan ide-idenya.

20
Penerapannya di kelas, misalnya mengerjakan tugas, praktik, menulis karangan,
mendemonstrasikan sesuatu.
b. Menemukan (inquiry)
Menemukan adalah merupakan inti dari CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, konsep
dan kaidah, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Maka guru harus meran-
cang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun
materi/pokok bahasannya.
Adapun langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut: merumuskan
masalah, melakukan observasi atau pengamatan, menganalisis dan menyajikan
hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan lain-lain, dan meng-
komunikasikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau guru.

c. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utamadalam pembelajaran dengan pendekatan CTL.
Bagi siswa, bertanya merupakan hal penting dalam pembelajaran berbasis inquiry,
yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah doketahui,
dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai upaya guru untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa.

d. Masyarakat belajar (learning Community)


Masyarakat belajar bisa terjdi bila ada proses komunikasi dua arah atau lebih.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi
yang diperlukan oleh temannya dan sekaligus meminta informasi yang diperlu-
kan dari teman belajarnya. Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, dan
setiap orang mau menjadi sumber belajar, maka setiap orang akan luas pengeta-
huan dan pengalamannya.
Masyarakat belajar dapat diterapkaan dalam kegiatan pembelajaran, seperti pem-
bentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli/nara
sumber di dalam kelas, bekerja dengan kelas sederajat, belajar kelompok dengan
kelompok di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelam (modeling)
Dalam pembelajaran, guru bukan satu-satunya model, dapat juga model didatang-
kan dari luar, misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan, polisi lalulintas.
Model dapat berupa mengoperasikan sesuatu, cara sederhana memadamkan keba-
karan dan sebagainya.

f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir ten-
tang apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pengetahuan bermakna dipero-

21
leh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui kontak pem-
belajaran dan kemudia diperluas lagi sedikit demi sedikit melalui pengalamannya.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk membuat hubungan-hubungan sntara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada
prinsipnya bagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Refleksi biasa-
nya dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, guru menyiapkan waktu se-
jenak untuk memberi kesempataan kepada siswa melakukan refleksi. Realisasinya
berupa: pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu, catatan-catatan
dibuku siswa, kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari itu, diskusi, hasil
karya dan sebagainya.

g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)


Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi
gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan siswa perlu diketahui
karena untuk memastikan apakah siswa telah mengalami proses pembelajaran de-
ngan benar? Hambatan-hambatan apa yang dihadapi siswa?
Hal yang dapat digunakan untuk penilaian, antara lain, laporan, pekerjaan rumah,
kuis, karyasiswa, presentasi, demonstrasi, karya tulis, dan hasil tes tulis.

2. Cooperative Learning
Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning bahwa
manusia adalah mahluk social. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpaa kerjasama manusia akan
terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan kerjasama dengan
orang lain.
Cooperative learning atau sering disebut kooperasi, adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang berisi serangkaian aaktivitas yang diorgasasikan. Pembelajar-
an tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar siswa dalam
kelompok yang bersifat sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas tugasnya
masing-masing.
Menurut Thomson, dkk (1995), di dalam pembelajaran cooperrative learning,
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lain. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4
atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan siswa, jenis kelamin, suku
bangsa dan latar belakang sosial budaya. Hal ini sangat bermanfaat karena untuk
melatih siswa dapat menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan
teman yang berbeda dengan latar belakangnya.
Dalam pembelajaran cooperative learning proses belajar tidak harus berasal
dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lain
Bahkan menurut Anita Lie (2002:30), menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan
sebaya (peer taching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal

22
ini disebabkan latar belakang, pengalaman, (dalam pendidikan sering disebut ske-
mata) para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru.
Selanjutnya Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie:2002) menyatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning.
Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari cooperative learning yang
harus dikembangkan antara lain :
• Saling ketergantungan
• Tanggung jawab perseorangan
• Tatap muka
• Tatap muka antar anggota, dan
• Evaluasi prosews kelompok
Untuk lebih jelasnya ikuti uraian berikut ini :
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
mencapai kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehing-
semua anggota kelompok terus menyelesaikan tugasnya masing-masing. Dalam
metode jigsow, Aronson menganjurkan setiap kelompok dibatasi hanya 4 siswa
saja dan anggota kelompok itu ditugasi bagian yang berlainan Ke-4 anggota ter-
sebut kemudian berdiskusi atau bertukar informasi. Guru akan mengevaluasi se-
mua bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung
jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain juga dapat berhasil. Untuk
penilaian setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok.
b. Tanggungjawab Perseorangan
Sesuai model jigsow di di atas, setiap kelompok terdiri terdiri dari 4 siswa, bahan
bacaan dibagi beberapa bagian, masing-masing siswa mendapat bagian membaca
satu bagian. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui
dengan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melak-
sanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lainnya.
Oleh karena itu tanggungjawab perseorangan merupakan prinsip yang mempu-
nyai keterkaitan erat dengan prinsip saling ketergantungan positif. Siswa harus
mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan ke-
padanya ia harus mempertanggungjawabkan aktivitasnya, sehingga tidak mengga-
nggu kinerja tim..
Tanggungjawab perseorangan ini dapat tercipta di dalam kelas apabila guru dapat
memberikan tugas yang bobot dan tingkat kesulitannya relatif sama untuk setiap
siswa dalam kelompok. Dengan demikian setiap siswa merasa mempunyai tang-
gung jawab yang sama dengan teman-teman lainnya dan dapat menyelesaikan tu-
gas kelompoknya bersama-sama.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota, karena hasil pemikiran kelompok akan lebih baik dari pada hasil pemi-

23
kiran satu anggota saja. Sinergi antar anggota ini akan meningkatkan sikap meng-
hargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-
masing anggota. Tatap muka ini merupakan suatu bentuk ketrampilan sosial yang
memungkinkan siswa berinteraksi dengan anggota lainnya untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu siswa harus diberi kesempatan untuk saling mengenal,
saling menerima satu sama lainnya dalam kegiatan tatap muka, dan interaksi
pribadi.
d. Komunikasi Antar Anggota
Siswa harus dibekali berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena tidak setiap sis-
wa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan kelompok
sangat bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan
dan kemampuan mereka untuk mengemukakan pendapatnya.
Dalam hal ini siswa perlu diberi tahu tentang cara berkomunikasi secara efektif
misalnya bagaimana cara menyangga pendapat orang lain dengan ungkapan yang
halus tanpa menyinggung perasaan orang lain. Ketrampilan berkomunikasi dalam
kelompok kini memerlukan proses yang panjang, namun ini sangat bermanfaat
untuk memperkaya pengalaman belajar dan untuk pembinaan perkembangan
mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi Kelompok
Untuk kepentingan evaluasi, guru harus menyediakan waktu khusus untuk meng-
evaluasi kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dalam be-
kerja sama secara lebih efektif. Evaluasi tidak harus diadakan setiap waktu ada
kerja kelompok, melainkan dapat diadakan selang beberapa waktu setelah bebe-
rapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

Teknik-teknik Pembelajaran Cooperative Learning


a. Teknik Mrncari Pasangan
Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang
harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangan
sambil belajar menggali satu konsep atau tema dalam suasana yang menyenang-
kan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkat umur anak.
Adapun caranya guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik tertentu, setiap siswa mendapat satu kartu. Kemudia setiap siswa men-
cari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pe-
megang kartu yang bertuliskan ”Jakarta” akan berpasangan dengan pemegang
kartu yang bertuliskan ”Ibu kota Negara Republik Indonesia”. Pemegang karttu
”rempah-rempah” berpasangan dengan kartu ”Maluku”. Siswa dapat bergabung
dengan dua atau tiga pemegang kartu yang cocok sehingga dapat melengkapi pe-
mahaman konsep atau 2 atau 3 topik dikartu masing.
b. Bertukar Pasangan

24
Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain. Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua
tingkatan umur anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada siswa
untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam kelompok, setelah selesai setiap
pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk mengukuhkan
jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian diba-
gikan kepada pasangan semula.
c. Berpikir Berpasangan Berempat
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa, ka-
rena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukan par-
tisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik.
Caranya adalah, guru membagi siswa dalam kelompok berempatdan memberikan
tugas kepada semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugassecara sendiri-
sendiri, kemudian bergabung dengan teman lain dari anggota kelompoknya untuk
berdiskusi. Setelah selesai kedua pasangan bergabung kembali dengan kelompok-
nya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanyaa kepada
anggota kelompok berempat.
d. Keliling Kelompok
Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia
anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan salah satu siswa
dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan. Siswa berikutnya juga
ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya, giliran berbicara dapat
diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
e. Jigsaw
Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis,men-
dengarkan dan berbicara.Guru memperhatikan skemata atau latar belakang siswa
dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaraan menjadi lebih bermakna.
Siswa saling bekerjasama dan saling membantu, mereka mempunyai banyak ke-
sempatan mengolah informasi dan meningkatkan kesempatan berkomunikasi.
Teknik ini dapat diterapkan untuk semua kelas/tingkatan dan cocok untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan Agama. Adapun caranya
adalah :
• Guru membagi bahan/materi menjadi empat bagian
• Guru sebelum membagikan tugas kepada kelompok, hendaknya menanyakan
apakah siswa sudah mengenal/mengetahui tentang topik tersebut. Kegiatan
braistorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa dalam
mendapat bahan/materi baru.
• Siswa dibagi dalam kelompok berempat

25
• Bagian materi pertama diberikan kepada siswa pertama, bagian kedua
diberikan kepada siswa kedua, dan seterusnya.
• Siswa disuruh membaca dan mengerjakan bagian masing-masing.

3. Metode Karyawisata
Suryabrata (1986:51) memberi batasan karyawisata sebagai kegiatan belajar
mengajar dengan mengunjungi obyek yang sebenarnya yang ada hubungannya
demgan pelajaran tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan
dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke
tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya me-
menuhi syarat tujuan instruksional IPS. Jadi jangan selalu membayangkan bahwa
metode karyawisata itu harus dilaksanakan dengan menempuh suatu perjalanan
yang jauh, menggunakan waktu berhari-hari dan menghabiskan biaya yang besar.
Inilah hakekat karyawisata dalam pengajaran IPS yang berbeda dengan wisata
atau tamasya.
Guru dapat menerapkan metode karyawisata dengan terarah sesuai dengan tu-
juan instruksionalnya, apabila memperhatikan hal-hal seperti berikut ini:
a. Mengetahui hakekat karyawisata
b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan karyawisata
c. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum pelaksanaannya
d. Mengetahui ketrampilan memilih pokok-pokok bahasan yang cocok dikem-
bangkan dengan metode karyawisata
Selain itu guru juga harus memperhatikan keadaan siswa yang terlibat dalam
proses belajar mengajar, bahwa :
a. Siswa memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipe-
lajari (sense of interest)
b. Siswa memiliki dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality)
c. Siswa memiliki dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik
perhattiannya (sense of discovery)
Ketiga hakikat naluriah siswa tersebut harus mendapat perhatian guru, untuk
selanjutnya dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS. Dalam melaksanakan
metode karyawisata harus tetap diusahakan mengembangkan minat siswa yang
dilibatkan. Dari minat siswa yang tinggi tersebut, kita arahkan mereka untuk
mencocokan hal-hal yang mereka peroleh di dalam kelas dengan kenyataan yang
dijumpai di masyarakat.
Selanjutnya melalui proses berikutnya siswa akan mampu menemukan sendi-
ri gejala-gejala dan masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan di kelas pada
kenyataan praktisnya di masyarakat atau dilapangan’ Proses pengembangan dan
pemantapan sense of discovery inilah yang akan membantu siswa menjadi seo-
rang peneliti.

26
a. Fungsi Metode Karyawisata
1) Mendekatkan dunia sekolah dengan kenyataan
2) Mempelajari suatu konsep atau teori dengan kenyataan atau sebaliknya
3) Membekali pengalaman riel pada siswa

b. Langkah-langkah Metode Karyawisata


Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan metode karyawisata, tahap pelak-
sanaannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Tahap persiapan
Meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persia-
pan perlengkapan, dan aspek-aspek lain yang menunjang pelaksanaan kar-
yawisata.
2) Tahap pelaksanaan karyawisata di lapangan
Jika tahap persiapan telah matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan
akan berjalan lancar. Tahap pelaksanaan ini secara ketat harus tetap ber-
landaskan pada perencanaan, misalnya rencana dan tujuannya.
3) Tindak lanjutnya pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat)
Kegiatannya meliputi penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata
Adapun laporan sebagai pertanggungan jawab, bobotnya harus disesuaikan
tingkat atau jenjang pendidikan siswa yang melaksanakan karyawisata. Misal-
nya untuk siswa SD cukup dengan mampu menceritrakan kembali dengan
kata-kata yang sederhana, atau membuat karangan bebas tentang apa yang
mereka lihat dan alami pada waktu melaksanakan karyawisata. Apabila tahap
ketiga ini terpenuhi dengan baik berarti guru telah memenuhi salah satu
indikator keberhasilan pelaksanaan karyawisata.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Karyawisata


Kelebihan Karyawisata
1) Siswa dapat menguasai obyek secara nyata dan bervariasi, seperti pening-
galan sejarah, pasar, pantai, pabrik, dan lain-lain
2) Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan cara melihat,
mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari
3) Siswa mendapatkan informasi langsung dari nara sumber

Kelemahan Metode Karyawisata


1) Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran
2) Perlu pengawasan dan bimbingan guru
3) Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan trans-
portasi dan pembiayaan
4) Jika pelaksanaan karyawisaata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan
minat siswa terhadap karyawisata, sehingga tujuannya tidak tercapai

27
4. Metode Role Playing (Bermain Peran)
Pengertian
Berbicara masalah metode role playing tidak bisa lepas dari metode sosiodrama,
sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar dipi-
sahkan satu sama lainnya. Role Playing adalah salah satu bentuk permainan pendi-
dikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan
tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein
Achmad;1981:80).
Dengan demikian role playing adalah merupakan suatu teknik atau cara agar
para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan. Sedangkan so-
siodrama berarti mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial
(Winarno Surachmad;1973:125).
Jadi metode sosiodrama adalah cara mengungkapkan kehidupan dan hubungan
sosial secara keseluruhannya pada sekelompok siswa. Sedangkan metode bermain
peran lebih ditekankan psda setiap individu siswa dalam memerankan suatu tokoh
tertentu pada drama yang bersangkutan.
Dengan metode bermain peran siswa dapat menghayati dan berperan dalam ber-
bagai figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Metode bermain peran yang teren-
cana dengan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja
sama dengan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja ke-
lompok. Metode ini dapat diterapkan dalam pengajaran IPS pokok bahasan hubung-
an jehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh susunan dan masyarakat veodal.
Melaui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif
meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan,
nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedang-
kan aspek psikomotor terlibat ketika siswa memainkan peran di dalam kelas. Dengan
demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu
kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.

Tujuan dan Manfaat Role Playing (menurut Shaftel)


1) Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup
2) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya
3) Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu
4) Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan
5) Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemamapuan siswa
6) Pembentukan konsep secara mandiri
7)Menggali peranan-peranan dari seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan
8) Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis,
berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain
9) Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikir-
nya, dan perbuatannya.

28
Langkah-langkah Role Playing
1) Pemanasan (pengantar serta pembahasan ceritra dari guru)
2) Memilih siswa yang akan berperan
3) Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi
4) Mengatur panggung/ruang
5) Permainan
6) Diskusi dan evaluasi
7) permainan berikutnya
8) Diskusi lebih lanjut
9) Generalisasi
Masalah-masalah sosial yang dapat dijajaki dengan metode role playing adalah
sebagai berikut (Max H. Waney dalam Husein Achmad;1981:82)
a. Masalah pertentangan antar pribadi-pribadi
1) Mengungkap perasaan orang-orang yang bertentangan
2) Menentukan cara-cara pemecahannya
b. Masalah hubungan antar kelompok. Mengungkap masalah hubungan antar suku,
bangsa, kepercayaan
c. Masalah kemelut pribadi. Kemelut antara tekanan orang tua dan kemauannya,
juga antara kelompok dan kemauannya.
d. Masalah masa lampau dan sekarang. Hal ini meliputi situasi yang kritis di waktu
lampau dan sekarang, dimana para pejabat dan pemimpin politik menghadapi ber-
bagai permasalahan dan harus mengambil keputusan.

5. Metode Simulasi
Pengertian
Istilah simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura, dan simulation
yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura. Menurut Soli Abimanyu
(1980), bahwa simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.
Dengan demikian simulasi itu dapat digunakan untuk melakukan proses-proses
tingkah laku secara imitasi. Contoh, misalnya simulasi tentang seorang pemimpin
yang otoriter, simulasi mengajar dan sebagainya.
Sebagai metode mengajar simulasi diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pe-
mahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu ketrampilan tertentu
melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (B. Suryabroto;1986:63).

Tujan Simulasi
Rumusan tujuan simulasi berikut ini akan merupakan pegangan guru dalam me-
milih topik-topik yang akan disimulasikan. Tujuan langsung maupun tidak langsung
yang ingin diperoleh dari simulasi adalah:
1) Untuk melatih ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.

29
2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep yang prinsip
3) Untuk latihan memecahkan masalah

Manfaat Metode Simulasi


Menurut Naissbit, permainan simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat
merangsang timbulnya berbagai alur pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkaji-
an-pengkajian lebih lanjut. Sehubungan dengan hal itu, maka ketrampilan dan penge-
tahuan siswa yang dapat dikembangkan melalui simulasi antara lain :
1) Belajar tentang persaingan
Persaingan dan ketegangan yang timbul dalam permainan simulasi disebabkan pe-
serta harus mengatasi sejumlah rintangan yang sengaja dirancang untuk permain-
an ini. Hal inilah yang dapat membanghkitkan rasa asyik para pemain.
2) Belajar kerjasama
Pada umumnya permainan pendidikan dirancang untuk memperoleh manfaat dari
kerjasama, tidak ada permainan yang dibuat untuk menimbulkan persaingan yang
kasar.
3) Belajar empaty (merasakan perasaan orang lain)
Taraf dimana permainan berhasil mendorong kerjasama atau sikap bersahabat
tergantung dari seberapa jauh mereka itu terlibat dalam peranan-peranan tersebut.
Semakin pemain mengenal peranannya, semakin ia peka dan mengerti keberadaan
orang lain yang menjalankan peran seperti itu
4) Belajar tentang sistem sosial
Seperti pada butir 3 di atas hanya ruang lingkupnya lebih luas yaitu sistem sosial
atau proses sosial, seperti menirukan proses legislatif, Pemilu, dan sebagainya.
5) Belajar konsep
Pengajaran dengan metode simulasi sangat sesuai untuk pengajaran konsep,
karena dapat mengembangkan aspek kognitif.
6) Belajar menerima hukuman
Siswa dapat melakukan kesalahan dalam simulasi, hal ini mungkin disebabkan
kurang terampil atau keputusan yang salah. Namun melakukan kesalahan dalam
simulasi adalah wajar dari kesalahan.
7) Belajar berpikir kritis
Simulasi dapat mengembangkan kemampuan berpikirkritis pada pemainnya,
karena mereka dapat dilatih mempelajari berbagai alternatif strategi sendiri, mem-
perkirakan strategi lawan, menganalisis kebolehan simulasi dan sebagainya.

Prinsip-Prinsip Simulasi
Agar simulasi dapat mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal maka hen-
daknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1) Simulasi itu dilakukan oleh oleh kelompok siswa. Tiap kelompok dapat melaksa-
nakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
2) Semua siswa harus terlbat langsung

30
3) Penentuan topik dapat dibicarakan bersama antara guru dengan siswa dan dise-
sesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, tingkat sekolah, dan situasi setempat
4) Petunjuk simulasi dapat disiapkan lebih dahulu secara terperinci, tetapi dapat se-
cara garis besarnya, tergantung dari bentuk simulasi dan tujuannya.
5) Dalam simulasi hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut aspek
kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian),
aspek afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati dan seba-
gainya), serta aspek psikomotor.
6) Harus diingat bahwa simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar da-
pat menghadapi kenyataan dengan baik
7) Dalam simulasi harus dapat digambarkan situasi yang lengkap dan proses yang
berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.
8) Dalam simulasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta
terjadinya beberapa proses dari seperti akibat-akibat, problem solving dsb.

Langkah-langkah Simulasi
Menurut Ida Badariyah Almatsir, Mulyono Tjokrodikaryo ()et-al:22-23), kegiatan
simulasi dapat dilakukan dalam 4 tahap yaitu: orientasi, latihan, simulasi (operasi),
dan debriefing (diskusi). Penjelasannya sebagai berikut :
1) Tahap I, orientasi
* Mengemukakan pokok bahasan dan konsep yang akan disimulasikan
* Menjelaskan model dan permainannya
2) Tahap II (pelaksanaan simulasi)
* Menetapkan skenario (aturan, peranan, prosedur, jenis keputusan yang akan
diambil sasaran)
* Tugas-tugas peran
* Latihan singkat
3) Tahap III: Pelaksanaan simulasi
* Kegiatan permainan dan pengaturannya
* Balikan dan penilaian (dari penampilan dan pengaruh keputuasn)
* Penjernihan (klarifikasi)
* Kelanjutan simulasi
4) Tahap IV: debriefing dengan peserta:
Mengandung semua atau beberapa dari kegiatan-kegiatan berikut ini:
• Ringkasan peristiwa dan persepsi
• Kesulitan dan pemahaman
• Analisis proses
• Perbandingan antara kegiatan dan dunia nyata
• Kaitan kegiatan simulasi dan materi pelajaran
• Rancangan ulang simulasi
Dalam simulasi guru bertindak sebagai fasilitator, guru dalam menghadapi
siswanya harus bersikap membantu dan tidak bersikap menilai. Guru harus mem-

31
bantu siswa mengembangkan pengertian dan penafsirannya terhadap peraturan-
peraturan permainan. Guru harus mendorong keikut sertaan siswa dan membantu
siswa menghadapi ketidak pastian.
Oleh karena dalam simulasi siswa belajar dari pengalaman yang disimulasi-
kan, bukan belajar dari ceramah atau pidato dari guru, maka dalam hal ini guru
berperan sebagai :

1) Informan
Guru harus menjelaskan tentang simulasi, karena siswa harus benar-benar
mentaati aturan-aturan main yang telah ditentukan, terutama bagaimana cara
memulainya. Siswa harus mengetahui atau menyadari implikasi dari setiap
kegiatan simulasi. Guru dalam memberi penjelasan harus seminimal mungkin,
jelas, tidak bertele-tele, dan tidak perlu diulang-ulang..
2) Mengawasi atau mewasiti simulasi
Guru harus mengawasi keikut sertaan siswa dalam simulasi agar dapat mem-
peroleh manfaat sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini guru harus bertindak
sebagai wasit, yaitu memegang ketat aturan-aturan mainnya, tetapi ia sendiri
tidak ikut main.

3) Melatih Siswa
Dalam melatih guru harus bertindak sebagai penasehat, suportif, bukan seba-
gai pengkhotbah. Misalnya guru harus memberi nasehat kepada yang meminta
atau memerlukan (seperti pada siswa yang pemalu)

Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi


1. Kelebihan Metode Simulasi
* Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga terdorong untuk berpartisi-
pasi
* Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkunganm
yang sebenarnya
* Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai abstraksi
tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas
* Strategi ini menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang
cakap dan kurang motivasinya
* Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam ana-
lisis atau proses kemajuan simulasi

2. Kelemahan Metode Simulasi


* Simulasi menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

32
* Menghendaki pengelompokan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang kelas
atau gedung yang memadai
* Sering mendapatkan kritikan dari orang tua siswa, karena aktivitasnyaa meli-
batkan permainan

Latihan
1. Jelaskan mengapa metode itu dianggap penting dalam kegiatan pembelajaran ?
(untuk jelasnya silahkan baca kembali tentang pengertian dan fungsi metode)

2. Anda telah mengenal bermacam-macam metode pembelajaran. Menurut pendapat


Anda metode apakah yang paling cocok digunakan dalam pembelajaran IPS? (un-
tuk lebih jelasnya silahkan Anda baca prinsip-prinsip dan teknik memilih metode)

3. Anda sebagai guru, bagaimanakah cara menciptakan kegiatan pembelajaran yang


berkualitas ? (lebih jelasnya Anda mencari sumber dari berbagai literatur yang
berkaitan dengan pembelajaran yang aktif dan berkualitas)

4. Guru dalam menentukan metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Cobalah Anda jelaskan tentang faktor-faktor tersebut!

5. Cobalah Anda jelaskan tentang pendapat konstruktivisme tentang pembelajaran

33
BAB III
MEDIA PEMBELAJARAN IPS DI SD
Perlu Anda ketahui bahwa materi ini sangat penting karena memuat berbagai
ketentuan yang yang perlu dipahami sebagai dasar untuk mempelajari, memahami,
dan selanjutnya dapat mengaplikasikannya dalam mengajar di sekolah dasar. Dengan
menguasai materi ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian tentang media pembelajaran
2. Menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran IPS
3. Menyebutkan macam-macam media menurut klasifikasinya
4. Menjelaskan teknik memilih media dalam pengakaran IPS di SD
Kemampuan di atas sangat penting bagi Anda sebagai guru IPS, karena de-
ngan memiliki kemampuan tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPS.Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pembela-
jaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidikan dari yang sederhana
sampai yang canggih. Dengan kata lain media itu tidak hanya sekedar sebagai alat
bantu, melainkan dipandang sebagai komponen penting dalam pembelajaran. Kegia-
tan pembelajaran dewasa ini telah banyak menggunakan multi media dan mulai me-
ngurangi penyampaian bahan pelajaran dengan cara ceraamah. Lebih-lebih pada ke-
giatan pembelajaaran yang yang menekankan ketrampilan proses, maka peranan
media menjadi sangat penting.
Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi,
baik perangaakat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) akan memba-
wa perubahan yaitu bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan/informasi.
Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena
siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya buku literatur,
TV, siaran radio, surat kabar, dan majalah, bahkan dari jaringan internet.

A. Pengertian Madia
Secara harfiah kata ”media” dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak
dari ”medium” yang berarti perantara dan alat (sarana) untuk mencapaai sesuatu.
Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefi-
nisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penya-
luran informasi.
Sedangakan Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang da-
pat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen
yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengaja, sehingga dapat
mempengaruhi efektifitas program instruksional. Lebih jelas lagi Koyo K dan
Zulkarimen Nst, (1983) mendefinisikan media se- bagai berikut
”Media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong tercapai-
nya proses belajar pada dirinya”.

34
Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar pada dirinya. Penggunaan media
secara efektif memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan dapat meningkat-
kan performan mereka sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Selanjutnya Husein Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengerti-
annya identik dengan keperagaan. Keperagaan berasal dari kata ”raga” yang ber-
arti sesuatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati
melalui indera kita (Husesin Achmad, 1981:102).
Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode,dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan inter-
aksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
(Oemar Hamalik, 1977:23).
Sedangkan media pengajaran (Kosasih Djahiri, 1978/1979:66) adalah segala
alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Alat bantu mengajar
ini berfungsi membantu efisiensi pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran guru harus menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiata
mengajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media adalah alat
atau sarana yang digunakan sebagai perantara (medium) untuk menyampaikan
pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses ko-
munikasi yang di dalamnya ada unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan
(siswa), dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambil dari kurikulum.
Sumber pesan harus melakukan enconding, yaitu menerjemahkan gagasan, pi-
kiran perasaan atau pesannya ke dalam bentuk tertentu. Lambang tersebut berupa
bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan enconding, guru harus mem-
perhatikan latar belakang penerima pesan, agar pesan tersebut mudah diterima.
Di lain pihak penerima pesan harus melakukan decoding, yaitu menafsirkan
lambang-lambang yang mengandung pesan. Apabila pesan/pengertian yang diteri-
ma oleh penerima pesan (siswa) sama atau mendekati pesan/pengertian yang di-
maksud oleh sumber pesan (guru), maka komunikasi dapat dikatakan efektif.
Media dapat membantu guru menyalurkan pesan. Semakin baik medianya makin
kecil distorsi/gangguannya, makin baik pesan tersebut diterima siswa.

B. Fungsi Media
Di dalam proses belajar mengajar dewasa ini, masih banyak guru yang enggan
memanfaatkan media yang tersedia. Tetapi terjadi kecenderungan para siswa di-
biasakan sekedar mendengarkan apa yang dianjurkan oleh guru, kemudian men-
catat, dan kemudian dipaksa menghafalkan di luar kepala, atau sering dikenal de-
ngan istilah duduk, dengar, catat, hafal.
Keadaan seperti ini akan menghasilkan sikap verbalisme yang mengakibatkan
siswa hanya pasif di dalam proses belajar mengajar. Dalam rangka menciptakan

35
CBSA serta mengembangkan ketrampilan proses pada siswa, penggunaan berba-
gai macam media (multi media sangat membantu proses pembelajaran.
Pada kakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, kegiatan di
kelas merupakan tempat guru dan siswa melakukan tukar pikiran dan mengem-
bangkan ide-idenya. Dalam berkomunikasi sering terjadi penyimpangan-penyim-
pangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan
verbalisme, ketidak siapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha menga-
tasinya adalah dengan menggunakanmedia secara terintegrasi dalam proses pem-
belajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disam-
ping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga juga untuk meningkatkan
keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga ber-
fungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta memberikan umpan balik.
Sejalan dengan perubahan pandangan tentang pengertian belajar mengajar,
maka berubah pula pandangam terhadap media. Dewasa ini media tidak lagi dipa-
ndang sebagai alat bantu yang digunakan jika perlu atau sekedarselingan,
melainkan dipandang sebagai komponen dari sitem instruksional. Oleh karena itu
penggunaan media harusdirancang, disiapkan, dipilih dan disusun secara cermat
sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Sebagai salah satu
komponen sistem, maka media ikut mempengaruhi bekerjanya komponen lain,
dengan demikian ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dapat
disimpulkan bahwa media bukan lagi hanya sekedar alat mantu, tetapi merupakan
bagian integral dari sistem instruksional. Maka penggunaan media dalam proses
pembelajaran mutlak diperlukan.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut Basyaruddin Usman
dan H. Asnawir (2002;13-15) mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:
1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa
Pengalaman masing-masing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang
berasal dari dua lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda akan menam-
pakkan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat mengatasi mengatasi perbe-
daan-perbedaan tersebut.
2. Media dapat mengatasi ruang kelas
Di dalam kelas banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misal-
nya obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat
atau terlalu lambat, dan hal-hal yang terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas
dengan menggunakan media.
3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan ling-
kungan
Misalnya mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalah-
masalah sosial di masyarakat
4. Media menghasilkan keragaman pengamatan
Pengamatan yang dilakukan secara bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal
yang penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

36
5. Media dapat menanamkan konsep dasar, yang benar, konkrit, dan realistis
Penggunaan media gambar, film, model, grafik, atau bahkan benda aslinya dapat
memberikan konsep yang benar
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
Dengan menggunakan media, pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin
tajam, pemahaman konsep-konsep semakin lengkap.Dengan demikian menambah
rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan minat baru untuk belajar.
7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan
siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsanagan
untuk belajar lebih lanjut.
8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang kon-
krit sampai kepada sesuatu yang abstrak
Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak dapat dilihat secara
langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang wujud,
ukuran, dan lokasi. Selain itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang
arti kepercayaan dan kebudayaan.
Dengan konsepsi yang semakin mantap itu fungsi media dalam kegiatan pem-
belajaran tidak lagi sekedar sebagai alat bantu, melainkan sebagai pembawa infor-
masi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa
Oleh karena itu penggunaan media dalam pembelajaran harus dipersiapkan
secara matang. Sebelum menetapkan jenis media apa yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran sebaiknya guru memperhatikan hal-hal penting tentang
media pengajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan media pe-
ngajaran adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang
manunggal (integrated) dengan proses atau sistem mengajar, bukan merupa-
kan tambahan atau ekstra yang digunakan apabila waktu mengijinkan atau
mengisi waktu senggang saja Sebab penggunaan media pengajaran diperun-
tukan mencapai tujuan tertentu.
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dari pada data. Hal
ini sangat dibutuhkan dalam metode inquiry, problem solving dan diskusi.
3. Dalam penggunaan media pengajaran guru hendaknya memahami benar
hirakhi (sequance) dari pada jenis alat dan kegunaannya. Sebab kita pahami
siswa lebih mudah menghayati hal yang langsung dari pada yang tidak
langsung, begitu pula lebih mudah memahami hal-hal yang konkrit dari pada
hal yang abstrak.
Berdasarkan konkrit abstraknya gambar yang disajikan, kerucut Edgar Dale
menggambarkan tingkat-tingkat pengalaman sebagai berikut :
a. pengalaman langsung
b. pengalaman tiruan
c. pengalaman dramatisasi

37
d. demonstrasi
e. karyawisata
f. pameran
g. televisi
h. gambar hidup dan film
i. rekaman, radio, gambar tetap, grafik, peta
j. lambang visual, seperti : bagan, grafik, peta
k. lambang kata, seperti membaca, mendengarkan, bicara
4, Dalam penggunaan media pengajaran hendaknya diuji kegunaannya, sebelum,
selama, dan sesudah penggunaannya. Artinya guru harus memperhitungkan
untung rugi dan kebaikan dari penggunaan atau memilih media tersebut.
5. Media pengajaran akan sangat efektif dan efisien penggunaannya apabila dior-
ganisir secara sistematis, jadi jangan hanya sekedar menggunakan
6. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan akan memperlancar
proses dan merangsang semangat belajar siswa. Dengan multi media akan me-
ngurangi rasa bosan siswa dan membantu siswa memfungsikan aneka jenis
inderanya, sehingga proses belajar siswa akan lebih mudah dan mantap (Ko-
sasih Djahiri, 1978/1979:66-68)

C. Macam-macam Media Dalam Pengajaran IPS


Dalam rangka pengajaran IPS banyak sekali media yang dapat dipakai. Kare-
na beranekaragamnya media yang dapat dipakai, maka dapat dilakukan berbagai
macam penggolongan atas dasar kategori tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (1985:63) ada 4 klasifikasi media pengajaran yaitu:
1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro
projection, gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta, dan globe
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya transkripsi
electris, radio, rekaman pada tape recorder
3. Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar, misalnya film, televisi, benda-benda
tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan (model, bak pasir, peta elekktris,
koleksi diorama)
4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya
Selain itu media pengajaran juga dapat digolongkan atas kategori-kategori:
1. Berdasarkan atas penggunaannya, media pengajaran terdiri dari:
a. Media yang tidak diproyeksikan (non-projected). Trdiri dari papan tulis,
gambar peta, globe, foto, model, sketsa, diagram, grafik.
b. Media yang diproyeksikan . Terdiri dari: slide, filmstrip, over head
proyektor (OHP, micro projection)
2. Berdasarkan atas gerakannya, media pengajaran terdiri dari:
a. Media yang tidak bergerak. Terdiri atas: filmstrip, OHP, micro projector
b. Media yang bergerak. Terdiri dari: film lop, TV, Video tape, dan lain-lain

38
3. Berdasarkan fungsinya:
a. Visual media, media untuk dilihat seperti, gambar, foto, bagan, skema,
grafik, film, slide
b. Audio media, yaitu media untuk didengar, seperti, radio, piringan hitam,
tape recorder
c. Gabubgan a da b; misalnya film bicara, TV, video tape
d. Print media; misalnya barang-barang cetak, buku, koran, majalah, buletin
e. Display media; seperti papan tulis, papan buletin, papan flanel
f. Pengalaman sebenarnya dan tiruan; misalnya praktikum, permainan, kar-
yawisata, dramatisasi, simulasi.

D. Jenis-jenis Media Dalam Pengajaran IPS


Jenis-jenis media pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam
pengajaran IPS antara lain :
• Media yang tidak diproyeksikan
• Media yang diproyeksikan
• Media audio
• Sistem multimedia
Untuk jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Media yang tidak dapat diproyeksikan
Jenis media ini tidak memerlukan proyektor (alat proyeksi) untuk melihatnya,
media yang tidak diproyeksikan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam; yaitu:
gambar diam, bahan-bahan grafis, model, dan realita (Makminan;2000:91)
a. Gambar diam (still picture)
Gambar diam adalah gambar fotografik atau menterupai foto-grafik yang me-
nggambarkan lokasi atau tempat, benda-benda serta obyek tertentu. Gambar
diam yang paling banyak digunakan dalam pengaajaran IPS adalah peta,
gambar obyek-obyek tertentu, misalnya, gunung, pegunungan lereng, lembah,
serta benda-benda bersejarah.
b. Bahan-bahan grafis (graphic materials)
Bahan-bahan grafis adalah bahan-bahan non fotogrfik dan bersifat 2 dimensi
yang dirancang terutama untuk mengkimunikasikan suatu pesan kepada siswa
(audience). Bahan grafis ini umumnya memuat lambang-lambang verbal dan
tanda-tanda visual secara simbolis. Bahan-bahan grafis ini terdiri dari grafik,
diagram, chart, sketsa, poster, kartun, dan komik.
c. Model dan realita
Model adalah media yang menyerupai benda sebenarnya dan bersifat tiga di-
mensi. Jadi benda ini merupakan tiruan dari benda atau obyek sebenarnya
yang sudah disederhanakan. Dengan model ini siswa mendapatkan pengertian
yang konkrit tentang benda atau obyek yang sebenarnya dalam bentuk yang
disederhanakan (diperbesar atau diperkecil). Model seperti ini banyak dipakai
di sekolah-sekolah dewasa ini, misalnya model gunung berapi yang dibuat

39
dari (tanah liat, kertas atau semen), tiruan tentang rumah, model candi, pabrik,
model tiruan bumi (globe) dan sebagainya.
Realita adalah model dan benda yang sesungguhnya seperti uang logam,
tumbuh-tumbuhan, binatang yang pada umumnya tidak dianggap sebagai
visua, karena istilah visual mengandung makna representatif (mewakili suatu
benda/obyek dan bukan benda itu sendiri). Media semacam ini banyak digu-
nakan dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Media visual yang diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari dua
macam yaitu: media proyrksi yang tidak bergerak dan media proyeksi yang
bergerak.
a. Media proyeksi yang tidak bergerak
(1) Slide
Slide adalah gambar atau ”image” transparansi yang diberi bingkai
yang diproyeksikan dengan cahaya melalui sebuah proyektor. Slide
dapat ditampilkan satu persatu, sesuai dengan keinginan. Ada pula
yang urutan penampilannya sudah diatur sedemikian rupa dan diberi
suara, sehingga disebut slide suara (sound slide). Presentasi slide bera-
da di bawah kontrol guru, sehingga kecepatan serta frekuensi putarnya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
(2) Film strip (film rangkai)
Pada dasarnya film strip ini sama dengan slide. Perbedaan yang prin-
sip: kalau slide menyajikan gambarnya secara terpisah atau satu persa-
tu, sedang film strip gambar-gambar itu tidak terpisah tetapi sudah
tersusun secara teraturberdasarkan sequensinya. Seperti slide, film
strip dapatdisajikan dalam bentuk bisu (tanpa suara) atau dengan suara
(sound-film).
(3) Overhead Projector (OHP)
OHP adalah alat yang dirancang untuk menayangkan bahan yang ber-
bentuk lembaran transparasi berisi tulisan, diagram atau gambar dan
diproyeksikan ke layar yang terletak di belakang operatornya.
(4) Opaque Projector)
Media ini disebut demikian karena yang diproyeksikan bukan transpa-
ransi tetapi bahan-bahan sebenarnya, baik benda-benda dasar atau tiga
dimensi, seperti mata uang dan model-model.
(5) Micro projection
Berguna untuk memproyeksikan benda-benda yang terlalu kecil (yang
biasanya diamati dengan microscope), sehingga dapat diamati secara
jelas oleh siswa.
b. Media proyeksi yang bergerak
(1) Film
Sebagai media pengajaran film sangat bagus untuk menerangkan suatu
proses, gerakan, perubahan, atau pengulangan berbagai peristiwa masa

40
lampau. Film dapat berupa visual saja, apabila film itu tanpa suara,
dan dapat bersifat audio-visual, apabila film itu dengan suara.
(2) Film Loop (Loop film)
Media ini berbentuk serangkaian film ukuran 8 mm atau16 mm yang
ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga dapat berputar terus
berulang-ulang selama selama tidak dimatikan. Karena tanpa suara
(silent) maka guru harus memberi narasi (komentar) sendiri, sementara
film terus berputar.
(3) Televisi
Sebagaai media pendidikan, TV mempunyai beberapa kelebihan anta-
ra lain, up to date, dan selalu siap diterima anak-anak karena merupa-
kan bagian dari kehidupan luar sekolah mereka. Sifatnya langsung dan
nyata. Melalui TV siswa akan mengetahui kejadian-kejadian mutak-
hir, mereka dapat mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh penting,
serta melihat den mendengarkan pendapat mereka.
(4) Video Tape Recorder (VTR)
Walaupun sebagian fungsi film dapat digantikan oleh video, namun
tidak berarti bahwa video tape akan menggantikan film, karena
masing-masing karakteristik tersendiri.
3. Media Audio
Media audio adalah berbagai bentuk atau cara perekaman dan transmisi suara
(manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan tujuan pembelajaran.Yang ter-
masuk media audio adalah
a. Radio Pendidikan
Media ini dianggap penting dalam dunia pendidikan, sebab dapat berguna
bagi semua tingkat pendidikan. Melalui radio, orang dapat menyampaikan
ide-ide baru, kejadian dan peristiwa penting dalam dunia pendidikan.
Dibanding media yang lain, radio mempunyai kelebihan, diantaranya:
daya jangkauannya luas, dalam waktu singkat, radio dapat menjangkau
audiece yang sangat besar jumlahnya, dan berjauhan lokasinya. Tetapi ka-
rena sifat komunikasinya hanya satu arah menyebabkan hasilnya sukit
untuk dikontrol.
b. Rekaman Pendidikan
Melalui rekaman (recording), dapat direkam kejadian-kejadian penting,
seperti: pidato, ceramah, hasil wawancara, diskusi dan sebagainya. Selain
itu juga dapat digunakan untuk merekam suara-suara tertentu, seperti: nya-
nyian, musik, atau suara binatang tertentu yang tidak mungkin didengar
langsung di ruang kelas. Kelebihan rekaman ini adalah ”play back” da-
pat dilakukan sewaktu-waktu dan berulang-ulang sehingga bagi guru mu-
dah melakukan kontrol.
4. Sistem Multi Media
Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual dan visual
yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi penggunaan secara kom-

41
binasi dua atau lebih media pengajaran, dikenal sistem multi media. Perlu di-
mengerti bahwa konsep multi media ini, bukan sekedar penggunaan media
secara majemuk untuk suatu tujuan pembelajaran, namun mencakup pengerti-
an perlunya integrasi masing-masing media yang digunakan dalam suatu
penyajian yang tersusun secara baik (sistematik). Masing-masing media
dalam sistem media ini dirancang untuk saling melengkapi, sehingga secara
keseluruhan, media yang dipergunakan lebih akan lebih besar peranannya dari
pada sekedar penjumlahan dari masing-masing media.
Bentuk-bentuk sistem multi media yang banyak digunakan di sekolah adalah
kombinasi slide suara, kombinasi sistem audio kaset, dan kit (peralatan) multi
media. Satu perangkat (kit) multi media adalah gabungan bahan-bahan-bahan
pembelajaran yang meliputi dari satu jenis media dan disusun atau digabung-
kan berdasarkan atas satu topik tertentu. Perangkat (kit) itu dapat memenuhi
slide, film rangkai, pita suara, piringan hitam,gambar diam, grafik, transparan,
peta, buku kerja, chart, model dan benda sebenarnya.

E. Teknik Pemilihan Media


Media sebagai salah satu sarana dalam rangka membantu meningkatkan pro-
ses pembelajaran, mempunyai aneka ragam jenis dan karakteristik yang berbeda-
beda. Oleh karena itu seorang guru profesional seharusnya memiliki kemampuan
memilih secara cermat dan dapat menggunakan media pengajaran secara tepat.
John Jarolimek mengemukakan hal-hal yang hendaknya diperhatikan oleh
guru dalam menentukan pemilihan media, yaitu :
1. tujuan instruksional yang akan dicapai,
2. tingkat usia dan kematangan anak,
3. kemampuan baca anak,
4. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran, dan
5. keadaan/latar belakang pengetahuan atau pengalaman anak
John U Michaels menambahkan jenis ragam media, jangan sampai membi-
ngungkan atau berlebihan bagi anak.
Sedangkan A. Kosasih Djahiri dalam bukunya ”Studi Sosial/IPS” menambah-
kan lagi beberapa kriteria lain yaitu:
1. Keadaan dan kemampuan ekonomi guru, sekolah, siswa, serta masyarakat.
2. Keadaan dan kemampuan guru dalam menggunakan media
3. Tingkat kemanfaatan dari alat tersebut dengan membandingkan satu dengan
lainnya (A. Kosasih Djahiri; 1978/1979:68)
Menurut M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002), ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, ketepat gunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras
(heardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya.
Oleh karena itu beberapapertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memi-
lih media, antara lain::

42
1. Media yang dipilih harus selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang te-
lah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus
diperhatikan dalam memilih media. Dalam penerapan media harus jelas dan
operasional, spesifik dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku.
2. Aspek materi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih me-
dia. Sesuai tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berda-
mpak pada hasil pembelajaran
3. Kondisi siswa, dari segi subyek belajar, guru harus memperhatikan betul kon-
disi siswa dalam memilih media. Misalnya faktor umur, intelegensi, latar be-
lakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan
pertimbangan dalam memilih media.
4. Keberhasilan media di sekolah akan memungkinkan bagi guru untuk mende-
sain sendiri media yang akan digunakan, nerupakan hal yang perlu diper-
timbangkan oleh guru. Seringkali guru menganggap bahwa suatu media
sangat tepat digunakan untuk suatu pokok bahasan/tema tertentu, tetapi di se-
kolah tersebut tidak tersedia media yang diperlukan. Sedangkan untuk
mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tidak mungkin
dilakukan oleh guru.
5. Media yang dipilih hendaknya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan
kepada siswa secara tepat, dalam arti tujuan yang ditetapkan dapat dicapai se-
cara optimal.
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang de-
ngan hasil yang akan dicapai. Media sederhana mungkin akan lebih mengun-
tungkan dari pada menggunakan media canggih tetapi hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan dana yang dikeluarkan.

Latihan

1. Apakah media itu menurut pendapat Anda?


2. Mengapa media merupakan komponen penting dalam pembelajaran? Jelaskan
menurut pendapat Anda!
3. Anda sebagai calon guru tentunya telah memahami jenis-jenis media pengaja-
ran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran terutama
untuk bidang studi IPS. Cobalah Anda jelaskan tentang jenis-jenis media
tersebut!
4. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncana-
kan maka guru harus dapat memilih media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran secara secara tepat. Cobalah Anda jelaskan hal-hal apa sajakah
yang harus diperhatikan untuk memilih media yang tepat?
5. Cobalah Anda jelaskan fungsi dari media dalam pembelajran IPS!

43
BAB IV
PENDEKATAN INQUIRY, PROBLEM SOLVING, DAN
SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)

Pendahuluan

Pokok bahasan ini sangat penting untuk dipelajari karena nantinya, Anda akan
menerapkan dalam proses pembelajaran di SD. Harus disadari bahwa saat ini sering
dijumpai guru mengalami kesulitan dalam menentukan metode yang sesuai dengan
karakteristikmateri pokok bahasan. Kelemahan ini disebabkan pemahaman tentang
macam-macam metode dan penerapannya masih sangat kurang, misalnya metode
inquiry, problem solving dan STM masih jarang digunakan dalam pembelajaran IPS.
Lebih memprihatinkan lagi ada anggapan bahwa metode inquiry dan STM hanya
untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPA atau matematika saja.

Adapun cakupan dari materi ini meliputi:


1. pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD (peran guru dalam pembelaja-
ran inquiry di SD, peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD, pemanfaatan
sumber belajar, kapan metode inquiry diterapakan dalam pebelajaran;
2. metode pemecahan masalah (problem solving) yang terdiri masalah dan hakikat
pemecahannya, kelebihan dan kelemahan penerapan metode pemecahan masalah;
3. pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS (hakikat pendekatan STM,
pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS

Setelah mempelajari materi ini Anda dapat:


1. Mengubah cara mengajar yang konvensional menjadi konstruktivistik
Artinya bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru harus dirubah menjadi ber-
pusat pada siswa. Siswa merupakan individu yang harus diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri isi, tujuan, dan cara belajarnya, peran guru hanya sebagai fa-
silitator dan motivator.
2. Menanambah wawasan Anda tentang strategi pembelajaran
3. Menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan
evaluasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pokok bahasan ini meliputi :


1. Pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD
1.1 Peran guru dalam pembelajaran inquiry di SD
1.2 Peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD

44
1.3 Pemanfaatan sumber belajar
1.4 Bilamanakah pendekatan inquiry digunakan?

2. Metode pemecahan masalah (problem solving)


2.1 Masalah dan hakikat pemecahannya
2.2 Kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah
2.3 Penerapan metode pemecahan masalah

3. Pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS


3.1 Hakikat pendekatan STM
3.2 Pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS

45
A. Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran IPS

Menurut pandangan konstruktivisme, dalam proses pembelajaran guru harus


menfasilitasi peserta didik untuk membangun sendiri konsep-lonsep baru berdasar
konsep lama yang telah dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak terjadi di ruang
hampa, melainkan dalam konteks sosial, dimana mereka dapat berinteraksi dengan
orang lain untuk merekonstruksi ide-idenya. Dengan demikian konsep lama yang
tidak sesuai dengan konsep ilmiah sangat penting artinya bagi penanaman konsep-
konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Inquiry-discovery-problem solving, adalah istilah-istilah yang sesungguhnya
mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukan kegiatan atau cara bela-
jar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan. Selanjutnya Sund menyatakan bahwa discovery adalah proses mental
dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental
tersebut misalnya, mengamati, mengklasifikasi, membuat bagan, menjelaskan, meng-
ukur, dan membuat kesimpulan.
Sedangkan inquiry dibentuk melalui discovery, dengan kata lain inquiry adalah
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry
mencakup proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumus-
kan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
Pendekatan inquiry, sebenarnyasudah dikenal sejak lama, dan sudah digunakan
dalam proses pembelajaran. Hanya penggunaannya relatif masih jarang, dan bahkan
sering diabaikan. Pada umumnya guru IPS lebih banyak menggunakan metode yang
bersifat instructur centered, dimana guru sebagai penentu utama jalannya proses pe-
mbelajaran, sedankan siswa sebagai pihak penerima belaka.
Menurut Syah (Nursid Sumaatmadja:2003), penguasaan guru tentang metode
mengajar masih di bawah standar. Kenyataan ini diperkuat oleh penelitian Balitbang
Depdikbud yang menyatakan bahwa kemampuan mebaca siswa kelas VI SD di Indo-
nesia masih rendah, salah satu penyebabnya adalah kegiatan dalam proses belajar.
Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan pene-
rapan/penggunaan pendekatan/metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif da-
lam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut
adalah inquiry, yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Hal yang ter-
penting dalam inquiry adalah siswa mencari sesuatu sampai tingkatan ”yakin” (belief-
percaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta, analisis, interpretasi, dan pe-
mbuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inquiry akan dicapai tingkat pencarian
alternative pemecahan masalah tersebut. Dengan inquiry siswa akan dilibatkan mela-
kukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang belum pernah dilakukan, dan ini akan
memberi motivasi yang tinggi.

46
Pada inquiry, proses adalah produk dari belajar, dan di dalam proses tersebut
kurang diperhatikan terhadap ”kebenaran” jawaban, sebab kesimpulan yang mereka
buatadalah kesimpulan tentatif dalam arti dengan data yang digunakan pada saat itu.
Pendekatan inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar me-
ngembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri
untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban
atau masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui pro-
ses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan
bersikap pasif, menerima dan menghafal, pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Melakukan inquiry berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informa-
si dan melakukan penyelidikan. Oleh karena itu strategi inquiry dalam proses pembe-
lajaran adalah, strategi yang melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi
dan melakukan penyelidikan. Dalam pelaksanaan siswa bertanggung jawab untuk
memberi ide atau pemikiran dan pertanyaan yang eksplorasi, mengajukan hipotesis
untuk diuji, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang dipakai untuk menguji
hipotes, dan sampai pada pengambilan yang masih tentatif.
Berdasarkan kadar inquirynya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
• free inquiry
Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara
belajar. Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaannya.
• modified free inquiry
Siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa menda-
patkan pengarahan dan pengawasan guru.
• guided inquairy
Kebebasan siswa makin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar

I. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Inquiry


Pada prinsipnya inquiry adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator, dan fasilitator. Guru harus
membimbing dan membantu siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan
masalah-masalah, membantu siswa dalam menemukan sumber informasi yang
tepat, dan membimbing siswa melakukan penyelidikan.
Guru menciptakan suasana belajar yang menjamin kebebasan untuk melakuu-
kan eksplorasi, mendorong siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sen-
diri dengan berbagai cara. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara bersikap
terbuka dalam menerima pendapat, bersedia menerima, memeriksa/menimbang
semua usaha yang diajukan siswa, dengan ringan hati memberikan kunci-kunci
pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbuat kreatif dan
mandiri, mendorong siswa untuk berani bertukar pendapat dan tafsiran yang ber-
beda-beda.
Didalam pembelajaran inquiry guru berperan sebagai fasilitaor :
1. Menyiapkan tugas, masalah/problem yang akan dipecahkan oleh siswa

47
2. Memberikan klarifikasi-klarifikasi
3. Menyiapkan setting kelas
4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
5. Memberikan kesempatan pelaksanaan
6. Sebagai sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa
7. membantu siswa agar dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan
implikasi-implikasinya.
Guru sebagai fasilitator, bersedia menstimulir siswanya untu berpikir aktif,
dengan cara mengajukan pertanyaan, meminta siswa untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi, mendorong siswa untuk mengolah data
dan informasi. Selain itu guru juga harus menghadapkan siswa pada masalah,
kontradiksi, implikasi, asumsi tentang nilai dan pertentangan nilai. Kemudian
guru mengklasifikasi respon siswa dan menyarankan alternatif penafsiran terha-
dap data. Guru tidak menekankan kebenaran jawaban, tetapi membantu siswa
menemukan dan menglasifikasi jawaban yang tepat. Oleh karena itu guru diminta
memiliki ketrampilan bertanya sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis dan
memecahkan masalah.
Menurut Kosasih (1978:46), untuk melaksanakan pembelajaran dengan pen-
dekatan inquiry, guru dituntut memiliki ciri-ciri guru inquiri antara lain :
a. Memiliki kemampuan sebagai perencana (paner), baik rencana program
pengajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi
b. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaik-
baiknya menurut keputusan proses pembelajaran serta tujuan instruksionalnya
c. Memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik
d. Guru memiliki kemamnpuan sebagai menejer
e. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, dapat berupa pujian sebagai
cara untuk memotivasi siswa belajar
f. Memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistem nilai.

II. Peranan Siswa Dalam Pembelajaran Inquiry di Sekolah Dasar (SD)


Dalam inquiry siswa sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menen-
tukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan de-
mikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan,
merespon masalah dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan ja-
wabannya melalui penyelidikan.
Siswa bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan
pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami
oleh siswa sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang
sangat cepat dewasa ini, siswa dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan
berpikir secara ilmiah pula. Dengan melalui inquiry, siswa akan belajar bagaima-
na belajar.

48
Melalui pembelajaran inquiri, siswa dapat dikondisikan aktif belajar, ikut me-
nentukan tujuan, isi, dan cara belajar; misalnya siswa aktif mencari dan menemu-
kan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih
banyak bersifat pemikiran dan penerapanprinsip dan generalisasi agar dapat
mengembangkan dinamika dan kreativitas siswa. Dalam hal ini guru hanya seba-
gai fasilitator dan motivator.
Ditinjau dari segi siswa, dengan inquiri terjadi proses mental yang tinggi,
sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan
self learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri (B. Suryobroto 1986:
44). Dengan demikian pendekatan inquiri sebenarnya sangat bermanfaat bagi
siswa. Manfaat tersebut (Mukminun; 2000:68), antara lain :
1. Mengembangkan ketrampilan siswa untuk untuk mampu memecahkan perma-
salahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri
2. Mengembangkan kemamampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi
intelektualnya
3. Membina pengembangan sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir
obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individu maupun
kelompok, dan
4. Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery,
dimana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam
menhgadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari.

III. Pemanfaatan Sumber Belajar


Seperti halnya metode yang lain, inquiri juga membutuhkan sumber belajar.
Misalnya bukan sumber belajarnya apa, melainkan bagaimana sumber belajar
tersebut dapat dimanfaatkan/digunakan dalam proses pembelajaran. Inquiri me-
merlukan data untuk membuat penafsiran, sumber pengajaran tersebut digunakan
untuk membuka tabir pertanyaan yang berupa hipotesis. Sebenarnya banyak
sekali sumber belajar yang luput dari pengamatan kita atau kita mengetahui
sumber-sumber belajar tersebut tetapi tidak termanfaatkan. Hal ini disebabkan ka-
rena sumber-sumber belajar tersebut tidak terjangkau oleh kemampuan guru,
sebagian lagi disebabkan karena guru tidak mempunyai pengetahuan atau ketram-
pilan teknis untuk memanfaatkan sumber belajar tersebut.
Sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran oleh
guru dalam pembelajaran inquiri adalah :
1. Gambar. Sangat bermanfaat untuk membantu siswa guna memperoleh pema-
haman tentang suatu konsep atau informasi, misalnya gambar binatang, alat
transportasi, peristiwa-peristiwa penting dan berbagai macam bentuk pakaian.
2. Model. Anda dapat memanfaatkan boneka dari berbagai suku bangsa dengan
pakaian adatnya masing-masing. Boneka yang berpasangan tersebut sangat
efektif untuk menjelaskan betapa kayanya ragam budaya kita. Selain itu dapat
juga digunakan model alat transportasi tradisiuonal misalnya delman/gerobak.

49
3. Peta dinding. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang konsep
ruang, konsep jarak, perbedaan ketinggian, pola hidup masyarakat dari berba-
gai daerah yang berbeda.
4. Barang-barang bekas. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang
pencemaran, pemanfaatan bahan bekas untuk mencukupi kebutuhan hidup.
5. Slide dan Film. Dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi tentang suatu
peristiwa, permukaan bumi, masalah-masalah sosial, peninggalan kuno, per-
kembangan suatu wilayah/kota.
6. Bahan cetak. (buku teks, dokumen, arsip). Buku teks masih tetap digunakan,
mengingat luasnya persoalan yang berkembang selama kegiatan inquiri.
Untuk memanfaatkan sumber belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Guru harus menyadari akan pentingnya sumber belajar
Guru harus mengupayakan agar siswa dapat belajar efektif dan menyenagkan.
Siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan tetapi terlibat secara
fisik, mental maupun emosionalnya. Oleh karena itu diharapkan hasil belajar-
nya akan bermanfaat dan bermakna untuk diterapkan/digunakandalam situasi
yang berbeda. Sebagai guru harus kreatif dan selalu mengikuti perkembangan.
Guru harus secara terus-menerus memberi rangsangan kepada siswa untuk
selalu mencari informasi, memecahkan masalah-masalah yang cukup menan-
tang, akan tetapi yang oleh mereka dapat capai.
2. Guru harus mengetahui tempat dan letak sumber belajar yang dapat dimanfa-
atkan dan bagaimana prosedur memperolehnya. Untuk sumber belajar yang
ada di sekolah, prosedur pemakaian dan pemanfaatannya sesuai dengan pera-
turan yang berlaku di sekolah. Sumber belajar yang ada di luar sekolah diper-
lukan cara-cara dan prosedur sesuai dengan lembaga/instansi tempat sumber
belajar berada. Sumber belajar yang bersifat alamiah tidak diperlukan persya-
ratan khusus. Namun demikian unsur-unsur keselamatan dan efisiensi peng-
gunaan sumber belajar patut diperhitungkan.
3. Guru harus memiliki ketrampilan untuk menoperasikan sumber belajar. Guru
sebaiknya berlatih membaca informasi atau petunjuk pengoperasian sehingga
tidak tergantung pada orang lain.
Adapun manfaat sumber belajar antara lain :
1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep
2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dengan lingkungan sekitar
3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran de-
ngan baik.
4. Mendorong penerapan pendekatan secara aktif
5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
6. Adanya kerjasama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya
dapat meningkatkan semangat kerja guru
7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan,
sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber bela-
jar untuk memperbaiki hasil belajarnya.

50
IV. Bilamanakah Metode/Pendekatan Inquiry Digunakan?
Meskipun inquiri dipandang sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif
dalam pengajaran IPS, tetapi penggunaannya hendaknya disesuaikan dengan sifat
dan tujuan yang hendak dicapai. Artinya tidak semua pengajaran IPS harus di
”inquirikan”. Pendekatan inquiri akan efektif jika pengajaran itu bertujuan me-
ngembangak kognitif, sebaliknya pendekatan ini kurang kurang cocok jika peng-
ajaran itu bermaksud menyampaikan informasi.
Pengertian kognitif yang dibangun melalui pendekatan inquiri akan tertanam
secara mantap dalam pikiran dan proses pencapaiannya itu sendiri akan mening-
galkan kesan yang amat berharga bagi pelakunya. Dengan latihan yang secara
teratur, duharapkan pengalaman itu akan memjadi ketrampilan yang selanjutnya
akan menimbulkan sikap percaya diri sendiri setiap kali menghadapi kenyataan
atau masalah yang sulit.
Nilai intrinsik dari penggunaan pendekatan inquiri afalah orang menjadi tabah
dalam menghadapi suatu masalah, karena ia tahu mencari jalan keluar dengan
cara yang sudah biasadilakukan. Setiap kali ia menghadapi situasi yang sulit ia
akan segera berusaha meneliti, menganalisis data yang bersangkutan dan kemudi-
an menyusun cara mengatasi/memecahkan masalah.
Namun demikian jangan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan me-
nggunakan pendekatan inquiri pasti bermakna bagi siswa. Harus diingat bahwa
masing-masing materi mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Agar pembelaja-
ran dengan menggunakan pendekatan inquiri dapat bermakna, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswa-
siswanya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri.
Suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi,
serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri walaupun mungkin
salah menurut gurunya.
2. Memerlukan motivasi tinggi. Siswa memerlukan tantangan yang memerlukan
pemikiran, menimbulkan keinginan untuk tahu, perlu diadakan ”studi trip”
untuk memperoleh informasi dan pengalaman. Selain itu harus disediakan
bacaan yang menarik, serta sumber yang cukup luas yang mewakili berbagai
pandangan dan pendapat.
3. Pendekatan inquiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya
dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi, dan studi kasus.

V. Penerapan Metode Inquiri


Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil (Sunaryo:1989, 99-100), ada 5 tahap
pelaksanaan inquiri tang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori.
Tahap pertama, guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksa-
naan inquiri kepada siswa. Guru harus menjelaskan tentang tujuan dan proses
pelaksanaan inquiri dengan ”yes and no quertions”. Artinya pertanyaan hendak-

51
nya disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya hanya ”ya” dan ”tidak”. Mak-
sudnya adalah agar siswa berpikir lebih teliti, dengan demikian menghindarkan
siswa dari beban pemikiran, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang terbuka
(open-ended) dari guru. Pelaksanaan inquiri dapat dimulai dengan masalah, ide,
atau pikiran yang sederhana, utamanya adalah siswa mendapat pengalaman proses
berpikir secara inquiri.
Tahap kedua, adalah verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi
tentang peristiwa/masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan
pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ”ya” atau ”tidak”.
Tahap ketiga, adalah melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau
unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat
terjadi secara berbeda. Eksperimen mempunyai dua fungsi yaitu eksplorasi dan
menguji langsung. Eksplorasi adalah merubah sesuatu untuk melihat apa yang
akan terjadi dan tidak perlu bimbingan teori atau hipotesis. Sedangkan menguji
langsung, terjadi bila siswa melakukan uji coba teori atau hipotesis. Proses meru-
bah hipotesis ke dalam eksperimentasi itu tidak mudah dan perlu latihan dan
praktek.
Selanjutnya guru harus memperdalam proses inquiri siswa dengan memperluas
jenis-jenis informasi yang diperoleh. Dalam proses verifikasi siswa dapat menga-
jukan pertanyaan-pertanyaan tentang benda (object)), sifat (properties), kondisi
(conditiopns), dan peristiwa (events).
Pertanyaan tentang benda dimaksudkan untuk menentukan sifat alami atau identi-
tas benda.
Contoh: Apakah kepadatan penduduk di kota itu karena urbanisasi?
Pertanyaan tentang sifat berusaha untuk menverifikasi perilaku suatu benda di
bawah suatu kondisi tertentu sebagai suatu cara menambah informasi baru untuk
membantu menyusun teori.
Contoh: Apakah banyak sedikitnya barang akan menentukan harga?
Pertanyaan tentang kondisi berhubungan dengan keadaan benda atau sistem yang
ada pada saat itu.
Contoh: Apakah pembuangan limbah industri dapat menyebabkan pencema-
ran air di lingkungan sekitar?
Pertanyaan tentang peristiwa dimaksudkan untuk menverifikasi kejadian atau kea-
daan dari suatu peristiwa.
Contoh: Apakah kemajuan teknologi mengakibatkan peningkatan kesejahte-
raan bagi manusia?
Tahap keempat, Guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun
suatu penjelasan. Artinya data tersebut setelah diorganisir kemudian dideskripsi-
kan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya.
Tahap kelima, Siswa diminta untuk menganalisis proses inquiri. Dalam hal ini
siswa boleh mengevaluasi tentang pertanyaan yang diajukan guru apakah efektif
atau tidak, mungkin ada informasi penting tetapi siswa tidak tahu cara mempero-
lehnya sehingga data/informasi tersebut tidak ditemukan. Analisis dari siswa ini

52
penting karena menjadi dasar pelaksanaan inquiri berikutnya, artinya guru harus
memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang telah dilakukan.
Berikut ini secara garis besar dapat dilihat sistematiakamodel inquiri:
1. Tahap satu : - menghadapkan pada permasalahan
- menjelaskan prosedur inquiri
- menyampaikan permasalahan
2. Tahap kedua : - pengumpulan data dan verifikasi
- menverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa
3. Tahap ketiga : - mengumpulkan data eksperimentasi
- mengisolasi variabel yang relevan
- menyusun dan menguji hipotesis
- hubungan sebab akibat
4. Tahap keempat : - mengorganisir, formulasi, dan penjelasan
- menyusun deskripsi atau penjelasan
5. Tahap kelima : - analisis proses inquiri
- analisis strategi inquiri dan dan mengembangkan proses
inquiri agar lebih efektif.

Latihan
1. Istilah inquiri-discovery-problem solving, sebenarnya mempunyai arti yang
sejiwa. Apakah maksud dari pernytaan tersebut? Cobalah Anda jelaskan
jelasnya baca pendapat Sund
2. Kegiatan apakah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan
pendekatan inquiri? Jelaskanlah! (jelasnya baca ”peran siswa dalam
pembelajaran inquiri)
3. Sumber belajar merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembe-
lajaran, terutama pembelajaran dengan pendekatan inquiri. Mengapa
demikian? Cobalah Anda jelaskan!
4. Bagaimanakah pendekatan inquiriBilamanakah pendekatan inquiri dapat dite-
rapkan dalam mata pelajaran IPS? Jelaskanlah! (penjelasan lebih lanjut Anda
dapat baca pada pembahasan tentang bilamana inquiri harus dilaksanakan.
5. Cobalah Anda jelaskan tahap-tahap inquiri menurur Bruce Joyce dan Marsha
Weil! (penjelasan lebih lanjut baca tentang tahap-tahap pelaksanaan inquiri)
:

53
B. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

I. Masalah dan Hakikat Pemecahannya


Dalam berpikir akan banyak melibatkan pemecahan masalah. Hal itu tidak
berarti bahwa berpikir itu hanya terbatas pada pemecahan masalah saja. Masalah
itu merupakan suatu hal yang mengandung keragu-raguan, ketidak pastian, atau
kesulitan yang harus dipecahkan, dikuasai, dan dijinakkan (Moh. Umar & Mas H.
Waney; 1980 : 2 ), Contoh: penyakit flu burung, pencemaran (udara, air dan
tanah), banjir, pertambahan penduduk alami di Indonesia yang sangat tinggi.
Berkaitan dengan masalah, Johnson & Johnson (Moh. Umar & Mas H.
Waney; 1980 ), mengatakan ada ketidak cocokan atau perbedaan antara keadaan
yang nyata dengan keadaan yang dikehendaki. Dapat dikatakan bahwa masalah/
problem adalah suatu keadaan yang negatif yang tidak sesuai dengan keadaan
yang diharapkan.
Secara umum masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu situasi yang mem-
pengaruhi banyak orang dan yang oleh mereka/orang lain dianggap sebagai sum-
ber kesulitan (difficuities), ketidak-puasan (unhappiness), dan yang memungkin-
kan untuk ditanggulangi.
Jadi masalah sosial merupakan situasi yang pada kenyataannya tidak sesuai
dengan yang dikehendaki. Lebih jelasnya bahwa dengan adanya suatu masalah,
menuntut adanya suatu pemecahannya.
Dalam proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada permasalahan terutama
masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat, mengenai diri siswa, masalah-
masalah aktual yang menarik untuk dibicarakan. Keadaan seperti itu akan menye-
ret siswa berpikir tentang bagaimana cara pemecahannya. Jadi yang ditekankan
dalam problem solving adalah terpecahkannya suatu masalah secara rasional,
logis, dan benar.
Menurut sifatnya masalah itu beraneka ragam macamnya: statis-dinamis,
besar-kecil, dan sederhan-kompleks. Dengan demikian strategi pemecahannya
juga bermacam-macam, ada yang diperoleh dengan cara intuitif, coba-coba, tradi-
sional, berdasar pengalaman masa lampau, dan sebagainya.
Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah, yaitu:
1. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan oleh penguasa yang
berwenang (pejabat, guru). Dalam hal ini sifat siswa pasif, karena segalanya
(isi, tujuan, dan cara belajar) yang menentukan adalah guru.
2. Pemecahan secara ilmiah, yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa me-
tode, misalnya inquiri, discovery, problem solving dan sebagainya.
3. Pemecahan secara metafisik, yaitu pemecahan yang menggunakan cara-cara
yang tidak rasional, misalnya secara gaib.
Dari ketiga pemecahan masalah di atas, yang sesuai dan rasional adalah pemeca-
han secara ilmiah. Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan atau yang disebut

54
ilmiah itu dapat dikatakan ilmiah, apabila:
1. Mempunyai obyek, artinya apaabila akan mencari kebenaran maka ilmu itu
harus sesuai dengan obyeknya. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan, me-
lainkan kebenarannya, sebab tujuan ilmu yang utama adalah untuk mencapai
kebenaran.
2. Mempunyai metode, artinya untuk mencari kebenaran itu menggunakan meto-
de ilmiah.
3. Bersifat universal, artinya bersifat umum dilihat dari segi waktu dan tempat.
4. Mempunyai sistem, artinya susunan hal-hal yang ada sebagai keseluruhan itu
mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain
Landasan pemecahan masalah adalah berpikir kritis, cara berpikir kritis ini mela-
lui suatu proses sebagai berikut::
1. Menyadari adanya suatu masalah
2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya:
a. Pikirkan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya (hipotesis) pendeka-
tannya.
b. Ujilah kemungkinan-kemungkinan tersebut berdasar kriteria-kriteria ter-
tentu
3. Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria dan tanggalkan
kemungkinan pemecahan lainnya.
Dalam memecahkan suatu masalah dapat ditempuh dengan dua pendekatan yaitu:
1. Menciptakan lingkunyan yang merangsang sehingga siswa memperoleh moti-
vasi yang kuat untuk menjawab permasalahan dan kemudian menemukan
jawaban yang memadai dibawah bimbingan guru yang kompoten.
2. Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari pe-
mecahannya.
Kedua pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran. Hanya
perbedaannya jika pendekatan pertama didasarkan pada situasi nyata, sedangkan
pendekatan kedua didasarkan pada satu situasi buatan atau direncanakan.
Metode pemecahan masalah didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan,
bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pe-
ngetahuan kepada siswa. Tetapi mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama,
mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan. Meto-
de ini lebih menekankan pemikiran induktif dari pada deduktif. Dikatakan induk-
tif, apabila dalam proses pembelajaran, guru dalam menjelaskan berangkat dari
data menuju ke pembuatan generalisasi. Sedangkan deduktif, apabila dalam pro-
ses pembelajaran, guru menjelaskan memulai dari generalisasi menuju ke data
yang mendukungnya (Sunaryo:1989;127). Di dalam induktif siswa dihadapkan
pada masalah-nasalah atau ditempatkan pada situasi buatan yang ingin diketahui.
Siswa mulai berpikir, mengumpulkan data dan mengaturnya ke dalam kelompok-
kelompok yang diperlukan. Berangkat dari langkah-langkah tersebut, dibentuklah
konsep-konsep, pemikiran lebih lanjut terus dikembangkan untuk sampai pada
satu generalisasi.

55
II. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah
Kelebihan Metode Pemecahan Masalah
1. Siswa memiliki ketrampilan memecahkan masalah. Hal ini merupakan bekal
dalam menghadapi dan memecahkan masalah baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun di tempat kerjanya kelak.
2. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, rasio-
nal, logis, dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak me-
nggunakan mentalnya dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan
pendekatan dalam rangka mencari pemecahannya.
3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja. Karena siswa telah terbiasa memecahkan masalah dengan
lengkah-langkah metode pemecahan masalah, maka mereka menjadi terbiasa
pula untuk menghadapi kehidupan yang semakin kompleks.
4. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan
ide-idenya.

Kelemahan Metode Problem Solving


1. Menemukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa itu tidak mudah. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki
kemampuan dan ketrampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan ting-
kat umur, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa.
2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima in-
formasi dari guru menjadi belajar dengan lebih banyak berpikir untuk meme-
cahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau bahkan kesu-
litan tersendiri bagi siswa.
3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa meng-
ambil waktu pelajaran yang lain.
4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan
baru
5. Metode ini kurang tepat jika digunakan bagi siswa yang belum dewasa.

III. Penerapan Metode Pemecahan Masalah


Menurut Johnson & Johnson (Husein Achmad dkk; 1981) pemecahan masalah
sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Definisi masalah
2. diagnose masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya)
3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya
4. Penerapan dan penetapan strategi pemecahan masalah yang dipilih, dan
5. Evaluasi keberhasilan

56
1. Definisi Masalah
Guru hendaknya mengarahkan siswanya untuk memberlkan batasan terhadap
pengertian yang terkandung di dalam masalah. Untuk perumusan masalah dian-
jurkan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Semua pernyataan ditampung/ditulis di papan tulis. Kemukakan sebanyak
dan sekonkrit mungkin dengan mengemukakan orang, tempat, sumber, dan
jangan mempersoalkan ketepatannya.
b. Rumuskan kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapatkan gam-
baran yang ideal dan aktual. Keluarkan definisi-definisi yang tidak memiliki
sumber-sumber yang cukup untuk dipecahkan secara kelompok. Pilihlah
salah satu definisi yang oleh kelompok dianggap paling tepat. Masalah yang
dipilih harus bersifat penting (important), dapat dipecahkan (solubble), dan
mendesak (urgent).
2. Diagnose Masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya)
Dalam langkah yang kedua ini kita akan mengupas penyebab timbulnya ma-
salah dan akibat lebih lanjut apabila masalah tersebut tidak diatasi. Adapun
tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan-kekuatan
pendorong menuju kearah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang
menghambat atau menentang arah etrsebut.
3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya
Pada tahap ini adalah merumuskan sebanyak-banyaknya alternatif pemeca-
han masalah . Setelah itu mencari faktor pendukung dan faktor penghambat-
nya. Oleh karena itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami
pertentangan ide, dan mempunyai daya temu yang tinggi.
4. Penerapan dan penetapan suatu strategi
Setelah berbagai alternatif pemecahan masalah dipeoleh, maka pada tahap
ini kelompok memutuskan :
a. memeilih alternatif yang sesuai dengan masalah
b. memilih alternatif yang mempunyai banyak faktor pendukung dan sedikit
faktor penghambatnya, dan
c. meninjau keuntungan atau efek samping terhadap setiap alternatif bila
diterapkan.
5. Evaluasi keberhasialan strategi yang dicapai
Alternatif-alternatif yang mempunyai alasan rasional, logis praktis, serta
tepat bila diterapkan, diangkat menjadi keputusan atau cara untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. Hasil akhir dari evaluasi harus dapat menunjukkan:
* masalah apa yang sudah dipecahkan
* seberapa jauh pemecahannya
* masalah apa yang belum terpecahkan, dan
* masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini
Dalam penerapannya, metode pemecahan masalah ini dilaksanakan secara
kelompok, guru berfungsi sebagai pengarah dan motivator, sedangkan semua
pendapat digali dari siswa. Semua pendapat ditampung, kemudian diseleksi de-

57
ngan mencari alasan-alasan rasional, logis, dan tepat. Apabila sesuatu yang
tidak dapat digali dari siswa, barulah guru memberikan informasi. Pelaksanaan
metode pemecahan masalah ini akan berhasil dengan baik apabila siswa telah
menguasai langkah-langkahnya tahap-demi tahap.
Berdasar hasil penelitian bahwa anak didik melaksanakan problem solving
pada permulaan kelas tiga (Cheppy HC,u:100). Sesuai perkembangan usia anak
SD yang masih dalam tingkatan operasional konkrit, mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, ini merupakan kunci pokok dalam belajarnya. Selanjutnya Cheppy
mengatakan pada tingkatan usia tersebut siswa sebenarnya sudah dapat mengu-
mpulkan data, mengembangakan konsep, menemukan, dan menilai generalisasi
dalam dalam bidang ekonomi dan geografi. Hanya saja siswa tidak selalu meng-
ikuti pola-pola atau langkah-langkah metode pemecahan masalah.

Latihan
1. Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah. Cobalah Anda sebutkan dan
lelaskan masing-masing (lebih jelasnya bacalah kembali uraian tentang cara
pemecahan masalah)
2. Pengetahuan atau ilmu itu dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi persya-
ratan-persyaratan tertentu. Jelaskan persyaratan tersebut! (lebih jelasnya
bacalah kembali tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah)
3. Cobalah Anda jelaskan perbedaan tentang pembelajaran secara induktif dan
pembelajaran secara deduktif . (untuk lebih jelasnya bacalah tentang masalah
dan hakikat pemecahannya)
4. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan. Cobalah
Anda jelaskan. (lebih jelasnya baca tentang kelebihan dan kelemahan metode
pemecahan masalah).
5. Bagaimanakah langkah-langkah kerja pemecahan masalah yang sistematik
dan benar? Cobalah Anda jelaskan! (Untuk lebih jelasnya bacalah langkah-
langkah/tahap metode pemecahan masalh

58
C. Pendekatan Konsep Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
Dalam Pembelajaran IPS

I. Hakikat Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)


Beberapa istilah STM antara lain: Sains-Technology-Society (STS), Science
Technology Society and Environtmen (STSE) atau sains teknologi lingkungan dan
masyarakaat (Satelingmas). Sebenarnya intinya sama yaitu environment, yang
dalam berbagai kegiaatan perlu ditonjolkan.
Istilah STM untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya
”Teaching and Learning About Science and Society”. Ia mengemukakan bahwa
konsep-konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa
sehari-hari (Jim Washington; 2002:26)
STM merupakan tendekatan terpadu antara antara sains, teknologi dan isu
yang ada di masyarakaat. Adapun tujuan STM adalah menghasilkan peserta didik
yang memiliki bekal pengetahauan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Iskandar, 1996).
Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari beberapa pola, antara lain
keterpaduan produk dan proses, keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar
bidang, dan keterpaduan berbasis persoalan. Bagi siswa SD, khususnya untuk
kelas tinggi memiliki kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena
idealnya untuk pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang
studi. Sedangkan untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti
keterpaduan antar bidang studi, karena biasanya masih menggunakan sistem guru
kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik.
IPS adalah salah bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan
merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, dan antropologi. IPS sebagai disiplin operasional yang efektif dan
memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, memainkan peranan sangat
penting dalam situasi global dewasa ini.
Namun demikian yang kita jumpai dalam pengajaran IPS didominasi oleh
proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur. Sehingga tidak salah jika
dikatakan bahwa pengajaran IPS hanya menghafal konsep dan tidak bermakna,
tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari di
dalam masyarakat.
Menurut Yager (Arnie Fajar;2002:27), secara umum pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM memiliki karakteristik , sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki dampak
2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk men-
cari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari inrormasi yang dapat diterap-
kan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

59
4. Penekanan pada ketrampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam
memecahkan masalah.
5. kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia men-
coba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.
6. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di
masa depan.
7. Kebebasan atau otonomi dalam rposes belajar.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa pendekatan STM dilandasi oleh 2
hal penting, yaitu:
1. Adanya keterkaitan yang eraty antara sains, teknologi, dan masyarakat yang
dalam pembelajarannyamenganut pandangan konstruktivisme, yang menekan-
kan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya
melalui interaksinya dengan lingkungan, dan
2. Dalam pembelajaran terkandung 5 ranah, yaitu: pengetahuan, sikap, proses,
kreativitas, dan aplikasi.

II. Pendekatan Sains dan Kaitannya dengan IPS


Keterkaitan antara sains, teknologi, dan masyarakat tidak diragukan lagi, ini
dapat dipahami melalui pernyataan-pernyataan berikut ini: Sebuah komite
nasional Amerika yaitu National Committee Science and Society (NCSS), menge-
luarkan buku yang berjudul :”Ilmu Eksakta dan Ilmu Pengetahuan Sosial” menun-
jukan betapa pentingnya membahas dampak sosial dari kemajuan dan permasala-
han ilmiah. Buku ini menjadi tonggak dalam upaya memperkenalkan pentingnya
STM sebagai jembatan antar program eksakta dan IPS.
William H. Cartwright (Arnie Fajar;2002:36), menyatakan bahwa ilmu alam
dan ilmu sosial mempunyai kaitan eratdan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu
alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah
dan yeknologi, pertanian, kesehatan, dan perang juga berpengaruh terhadap ma-
syarakat. Inipun juga merupakan fenomena sosial. Pemikiran ilmiah akan berpe-
ngaruh terhadap alam dimana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan
tersebut maka kita harus menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu
alam dengan dengan ilmu pengetahuan sosial.
Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukan bagi mata pelajaran IPA,
akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran
IPS. Dengan alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah dan menarik
dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS. Untuk menga-
tasi isu atau masalah yang timbuk di masyarakat tersebut, siswa dapat mengapli-
kasikan konsep pendidikan STM yang telah dipelajari. Sangat dimungkinkan da-
lam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep IPA.
Perkembangan sains dan teknologidapat menimbulkan perubahan masyarakat
itu diakibatkan oleh masuknya pengaruh asing yang berupa teknologi. Misalnya
teknologi dalam masyarakat ternyata tidak hanya mengubah kondisi kehidupan

60
masyarakat, tetapi juga dapat merubah cara hidup manusia dalam masyarakat ter-
sebut (Mead; 1962:288).
Sains dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidup-
an masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai ino-
vasi dalam bidang sains dan teknologiyang mengarah pada seluruh aspek kehidu-
pan manusia. Pada taraf teknologi mutakhir sekarang ini, sarjana sains dan tekno-
logi hanya dapat hidup dan berkarya dalam suatu struktur masyarakat.
Dunia teknologi sudah mengambil skala dunia dan semakin menyatu dengan
totalitas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer (Manganwijaya;
1983). Dengan demikian antara sains, teknologi, dan masyarakat terdapat hubu-
ngan yang saling mempengaruhi. Sains dan teknologi dihasilkan oleh dan untuk
masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika kehi-
dupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan sains
dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi sering kali berdampak pada terjadinya masalah-
masalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi se-
ring tidak diiringi dengan kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Misal-
nya berbagai siaran televisi melalui satelit komunikasi, menimbulkan berbagai
perrmasalahan terhadap anak didik, misalnya menjadi malas belajar, dan mudah
meniru hal-hal yang negatif dari adegan film. Pencemaran dapat berpengaruh ter-
hadap kesehatan fisik biologis, mental psikologis, dan masih banyak contoh lagi
dari kehidupan sekitar kita.
Dampak negatif dari penerapan sains dan teknologi menyebabkan berbagai
ketimpangan, misalnya goncangan fisik (physical shock) dan kejiwaan (psycholo-
gical shock). Cobalah Anda amati dan hayati, kedatangan turis dari manca negara
ke Indonesia mempengaruhi tingkah laku maupun budaya masyarakat setempat,
dimana para remaja merasa gaul dan percaya diri tinggi jika mengikuti mode dari
luar, misalnya cara berpakaian, perilaku, makanan, potongan dan warna rambut.
Selain itu jhuiga menyebabkan munculnya masalah perilaku individu atau
masyarakat terhadap berbagai penyakit sosial. Misalnya di tempat-tempat wisata
Kaliurang di lereng gunung Merapi dan pantai Parangtritis di Yogyakartaakan
muncul wanita tuna susila, mereka ini merupakan media penularan penyakit
AIDSyang sangat menakutkan karena sampai sekarang belum ditemukan obatnya.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia,
dimana penyebarannya dapat melalui kontak seksual dari pengidap atau penderita
kepada penerioma pertama. Selanjutnya penyakit tersebut dapat menular kepada
pasangannya. Penggunaan alat-alat suntik yang tidak steril juga dapat menyebar-
kan penyakit tersebut dengan cepat.
IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi) harus dapat mensintensiskan konsep yang
relevan antara ilmu-ilmu sosial tersebut selain itu perlu dimasukkan unsur-unsur
pendidikan dan masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat (M. Nu’man
Sumantri; 2001:198). Dengan demikian IPS dapat mengkanter berbagai permasa-

61
lahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. IPS dapat
dijadikan media dalam memberikan pemehaman tentang saians dan teknologi
dalam kehidupan manusia.
Peran IPS disini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih menguta-
makan berpikir bagaimana menghadapi dampak sosial sebagai akibat penerapan
sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masayarakat dapat menerima berba-
gai hasil sains teknolologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada akhirnya
diharapkan mereka dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak
sosial, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas Pejiadi (2002), pendidikan sains
yang pada mulanya yang hanya menekankan pada pembelajaran pembelajaran
konsep dan proses sains untuk untuk meningkatkan aspek kognitif saja. Tetapi
melihat kenyataan di atas perlu pula dikembangkan aspek afektif, yaitu nilai
dalam bentuk kepedulian terhadap kemungkinan-kemungkinan dampak negatif
dari perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian jelas bahwa konsep-
konsep pendsidikan IPS telah dimasukkan kedalam pengkajian pendekatan STM.
Artinya Pendidikan IPA dan IPS memang mempunyai kaitan yang sangat erat dan
saling melengkapi.
Pendekatan STM ini sesuai dengan hakikat kurikulum Kurikulum Berbasis
Kompetensi KBK), yaitu merupakan upaya menyiapkan peserta didik memiliki
kemampuan intelektual, emosiaonal, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi.
Dengan demikian tanggung jawab siswa sebagai warga masyarakat dituntut
kesediaannya untuk mengambil tindakan melalui instrumen-instrumen demokra-
tis untuk menontrol kekuatan teknologi teknologi baik kepada manusia maupun
kepada alam, yang merupakan unsur penting bagi keberadaan manusia.
Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru,
melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang sudah ada. Dengan
pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek
kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendeka-
tan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang yang
lebih menekankan pada segi prgmatis yang mengunkapkan hal-hal yang
bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa.
Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil
dengan baik, maka seorang guru penting untuk mengetahui tahap-tahapnya.
Adapun tahap-tahap implemenatasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah:
1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/
masalah aktual yang ada di masyarakaat.
2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen dan diskusi.
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/ma-
salah yang telah dikemukakan diawal pembelajaran berdasar konsep yang
yang telah dipahami.

62
4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep
agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Latihan
1. Cobalah Anda jelaskan mengapa konsep STM dimasukkan kedalam
pembelajaran IPS?

2. Jelaskan tiga karakteristik pendekatan STM


3. Keterpaduan dalam STM sebenarnya terdiri dari empat pola. Cobalah Anda
sebutkan dan dari pola-pola tersebut pola manakah yang cocok untuk diterap-
kan di SD? Jelaskan pendapat Anda!

4. Ada beberapa ahli menyatakan bahwa antara mata pelajaran IPA dan IPS itu
mempunyai kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Mengapa
demikian? Cobalah Anda jelaskan!

5. Tuliskanlah sistematika tahap-tahap implementasi STM!

63
BAB V
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL (PKPS)

PENDAHULUAN
Kurikulum Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendi-
dikan Pengetahuan Sosial secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya
bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber
pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntu-
tan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan.
Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan
global sangat besar mempe- ngaruhi ekonomi suatu bangsa.
Pengembangan Pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkemba-
ngan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial
dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi pengetahuan sosial menjamin
pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan
kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya dan kewarga-
negaraan. sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.

A. Rasional
Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2004
yang dimulai dari SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk SD dan MI mata pelaja-
ran Pengetahuan Sosial memuat materi pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Melalui mata pelajaran Pengetahuan sosial, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu
untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif.
Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan
tantangan berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Untuk itulah, Pengetahuan Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan
kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkem-
bang secara terus-menerus.
Pada hakikatnya Pengetahuan Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi
wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Siapa diri saya?
Pada masyarakat apa saya berada? Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri
saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya
menjadi anggota masyarakat dan dunia? Bagaimana kehidupan manusia dan masyara-
kat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap siswa dan jawabannya
telah dirancang dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan konpherensif.
Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan dalam kehidupan di masyarakat
dan proses menu- ju kedewasaan.

64
B. Pengertian
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan.
C. Fungsi dan Tujuan
Pengetahuan Sosial di SD dan MI berfungsi untuk mengembangkan pengeta-
huan nilai, sikap, dan ketrampilan tentang masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.
Pengetahuan Sosial bertujuan :
1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecah-
kan masalah, dan ketrampilan sosial;
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pengetahuan Sosial meliputi :
1. Sistem sosial dan budaya
2. Manusia, tempat, dan lingkungan
3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
5. Sistem Berbangsa dan Bernegara
E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan
belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik me-
lalui pengalaman belajar.
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi :
1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling
menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomu-
nikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola,
struktur, dan hubungan
4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan
dari berbagai sumber.
5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup dan teknologi,
serta menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai untuk mengam-
bil keputusan yang tepat.
6. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan
budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan
historis.

65
7. Berkreasi, menghargai karya artistik, budaya, intelektual serta menerapkan
nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab.
8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan pelu-
ang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan
bekerja sama dengan orang lain
F. Standar Kompetensi Bahan Kajian Ilmu-Ilmu Sosial Kewarganegaraan
Standar kompetensi bahan kajian merupakan seperangkat kompetensi yang
dibakukan sebagaii hasil belajar pada bahan kajian tertentu. Standar Kompetensi
bahan kajian ilmu-ilmu sosial dan kewarganegaraan sebagai berikut :
1. Kemampuan memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial
dan budaya dan menerapkannya untuk :
a. Mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul sebagai
akibat perbedaan yang ada dalam masyarakat;
b. Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan proses sosial
budaya;
c. Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat multikultur.
2. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang manusia,
tempat dan lingkungan dan menerapkannya untuk :
a. Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan antara
gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang dan waktu;
b. Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi.
3. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang perilaku
ekonomi dan kesejahteraan dan menerapkannya untuk :
a. Berperilaku rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya
ekonomi
b. Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan;
c. Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga ekonomi;
d. Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.
4. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu,
berkelanju- tan dan perubahan dan menerapkannya untuk :
a. Menganalis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan kejadian;
b. Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa
depan;
c. Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural, agama,
etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar peristiwa
sejarah
5. Kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan
bernegara dan menerapkannya untuk :
a. Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
b. Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum, dan menja-
lankan peraturan;

66
c. Berpartisipasi dalam mewujudkan masayarakat dan pemerintahan yang
demok- ratis, menjunjung tinggi, melaksanakan, dan menghargai hak azasi
manusia.

G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI


Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasi siswa
setelah melalui proses pembelajaran Pengetahuan sosial, antara lain :
Kelas I
Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di
ling- kungan rumah
Kelas II
Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan
hidup he- mat dalam keluarga serta memelihara lingkungan.
Kelas III
Kemampuan memahami :
(1) Kronologis peristiwa penting dalam keluarga;
(2) Kedudukan dan peran anggota keluarga;
(3) Aturan dan kerja sama di lingkungan;
(4) kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam
masyarakat;
(5) Kenampakan lingkungan
Kelas IV
Kemampuan memahami :
(1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi;
(2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitasnya dalam jual beli
(3) Menghargai berbagai peninggalan di lingkungan setempat
(4) Sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara
Kelas V
Kemampuan memahami :
(1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya dan kegiatan ekonomi di
Indonesia;
(2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-budha, Islam sampai masa
kemerdekaan;
(3) Wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan serta kerja keras para tokoh
ke- merdekaan.
Kelas VI
Kemampuan memahami :
(1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan
kemerdekaan;
(2) Kegiatan ekonomi Indonesia dan negara teangga;
(3) Kenampakan alam dunia; dan
(4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi
manusia dan nilai-nilai Pancasila.

67
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS I

Standar Kompetensi
Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di
lingkung- an rumah

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok


1. Kemampuan 1.1Mengetahui nama, a- • Menyebutkan nama leng- Identitas diri,
menunjukkan lamat, nama orang tua kap dan nama panggilan keluarga dan
identitas diri dan jumlah anggota • Menyebutkan nama ayah & kekerabatan
keluarga ibu atau wali
1.2Menceritakan perila- • Menyebutkan anggota ke-
ku kasih sayang da- luarga yang tinggal dalam
lam keluarga satu rumah
• Menceritakan kasih sayang
ibu &ayah kepada anak
• menceritakan hubungan ka-
sih sayang antar anggota
keluarga
2. Kemampuan me- 2.1Mengetahui manfaat • Memberi contoh kemaje- Hidup rukun
wujudkan hidup hidup rukun dalam ke- mukan dalam keluarga (mi- dalam kema-
rukun dalam ke- majemukan keluarga salnya: jenis kelamin, aga- jemukan ke-
majemukan kelu- ma suku bangsa, kebiasaan) luarga
arga • Menjelaskan manfat hidup
hidup rukun dalam keluar-
ga.
• Mengidentifikasi hidup ru-
kun dan tidak rukun
• Menceritakan akibat jika ti-
dak menjaga kerukunan
• Menunjukan sikap saling
menghargai perbedaan da-
lam lingkungan keluarga
• Menunjukan sikap tidak
membeda-bedakan perlaku-
an dalam keluarga

68
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
3. Kemampuan me- 3.1 Menguraikan peris- • Menyebutkan peristiwa yg Peristiwa
ngingat peristiwa tiwa yang pernah di- pernah dialami masa kecil
yang dialami alami • Menceritakan peristiwa me
nyenangkan yang pernah
dialami sendiri

3.2 Menguraikan peris- • Menceritakan kembali hal-


tiwa masa kecil ber- hal yang pernah dialami ber
dasarkan cerita dasarkan cerita orang tua/
orang tua/orang lain orang lain
• Menyebutkan peristiwa yg
terjadi di lingkungan keluar
ga berdasarkan cerita orang
tua/orang lain
4. Kemampuan me- 4.1 Menyebutkan fung- • Mengidentifikasi ruang da- Lingkungan
njelaskan lingku- si ruang dalam ru- lam rumah rumah
ngan rumah sehat mah • Menceritakan tentang fung
si dari setiap ruang

4.2 Membiasakan kera- • Menyebutkan ciri-ciri ru-


pian dan kebersihan mah sehat
rumah • Menceritakan perilaku da-
lam menjaga kebersihan ru-
mah
5. Kemampuan me- 5.1 Menyebutkan tem- • Mengidentifikasi warung, Kegiatan jual
mahami kegiatan pat kegiatan jual beli toko, dan pasar beli
jual beli • Menyebutkan barang kebu-
tuhan sehari-hari

5.2 Menyebutkan jenis • Menceritakan kegiatan jual


kegiatan jual beli beli
• Menyebutkan barang-ba-
rang yang diperjual belikan

69
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS II

Standar Kompetensi
Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan hidup
hemat dalam keluarga, serta memelihara lingkungan

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok


1. Kemampuan 1.1 Menguraikan hak & • Menyebutkan hak dan ke- Hak dan ke-
mengetahui hak kewajiban anggota wajiban orang tua dan anak wajiban ang-
dan kewajiban keluarga di rumah • Menyebutkan hak dan ke- gota keluarga
anggota keluar- wajiban anggota keluarga
ga di rumah lainnya di rumah

1.2 Menyadari hak dan • Menceritakan akibat jika


kewajiban anak anak tidak melaksanakan
kewajibannya dirumah
• menceritakan jika hak anak
terabaikan
2. Kemampuan me- 2.1 Mengetahui pen- • Menjelaskan pentingnya Saling meng-
wujudkan sikap tingnya sikap saling menghormati orang tua dan hormati di
saling menghor- menghormati dalam anggota keluarga lainnya lingkungan
mati dalam ling- kehidupan keluarga • Menceritakan akibat jika keluarga
kungan keluarga tidak saling menghormati
dalam kehidupan keluarga

2.2 Menyadari penting- • Memberikan contoh sikap


sikap saling meng- menghormati orang tua dan
hormati dalam kehi- anggota keluarga lainnya
dupan keluarga • Menceritakan cara meng-
hormati orang tua dan ang-
gota keluarga lainnya
3. Kemampuan 3.1 Mengetahui pen- • Menyebutkan pentingnya
membiasakan hi- tingnya hidup hemat hidup hemat
dup hemat • Memberikan contoh perila-
ku hidup hemat
3.2 Membiasakan hidup • Menceritakan pelaksanaan
hemat dalam meng- hidup hemat (misalnya
gunakan barang-ba- menghemat air, listrik, pa-
rang kebutuhan kaian, alat tulis, uang)

70
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
• Menceritakan pengalaman
hidup hemat
4. Kemampuan me- 4.1 Menemutunjukkan • Menunjukkan dokumen diri Dokumen diri
manfaatkan do- dokumen diri dan dan keluarga dan keluarga
kumen keluarga keluarganya • Menceritakan peristiwa
sebagai sumber yang terkesan waktu kecil
belajar tentang diri dan keluarga-
nya melalui dokumen (foto
dan akte)

4.2 Menceritakan cara • Menjelaskan pentingnya


memelihara doku- memelihara dokumen dan
men dan koleksi ba- koleksi barang keluarga
rang keluarga • Menceritakan cara memeli-
hara dokumen dan koleksi
barang keluarga
5. Kemampuan me- 5.1 Menceritakan kea- • Mengidentifikasi lingkung- Lingkungan
ndeskripsikan li- daan lingkungan an alam dan lingkungan alam dan
ngkungan alam alam dan buatan di buatan buatan di
dan buatan di se- sekitar rumah • Menceritakan keadaan dan sekitar rumah
kitar rumah buatan di sekitar rumah

5.2 Menceritakan cara • Memberikan contoh cara


memelihara lingku- memelihara dan menjaga
ngan alam di sekitar lingkungan alam di sekitar
rumah rumah
• Menceritakan pengalaman
membersihkan lingkungan
di sekitar rumah

71
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III

Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) kronologis peristiwa penting dalam keluarga (2)
Kedudukan dan peran anggota keluarga (3) Aturan dan kerjasama di lingkungan (4)
Kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat
dan (5) Kenampakan lingkungan

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok


1. Kemampuan 1.1 Menemutunjukkan • Mengumpulkan informasi Peristiwa pen
mendeskripsi- peristiwa penting tentang peristiwa penting ting dalam
kan peristiwa yang terjadi pada masa lalu dalam kehidupan keluarga
penting secara masa lalu dan me- keluarga
kronologis da- ngurutkannya dalam • Membuat urutan peristiwa
lam keluarga garis waktu penting dalam keluarga
menggunakan garis waktu
• Menceritakan hubungan
antar peristiwa secara kro-
nologis
1.2 Menentukan sikap • Menceritakan pengaruh pe-
dalam rangka mem- ristiwa yang terjadi pada
perbaiki diri dengan masa lalu terhadap masa
belajar dari pengala- kini
man masa lalu • Memberi contoh perilaku
yang perlu dipertahankan,
diperbaiki dan ditingkatkan
berdasarkanpengalaman
masa lalu
2. Kemampuan me- 2.1 Menceritakan kedu- • Menyebutkan kedudukan Kedudukan
ndeskripsikan ke- dukan anggota ke- setiap anggota keluaraga dan peran
dudukan dan pe- luarga • Membuat silsilah keluarga anggota
ran anggota kelu- 2.2 Menyadari penting- • Menjelaskan peran setiap keluarga
arga sikap saling meng- anggota keluarga
hormati dalam kehi- • Menjelaskan kecenderugan
dupan keluarga perubahan peran dikeluarga
misalnya ibu yang bekerja
mencari nafkah

72
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
• Menceritakan pengalaman
siswa dalam melaksanakan
perannya dalam keluarga
3. Kemampuan me- 3.1 Mendeskripsikan • Mengidentifikasi bentuk- Kerjasama di
ndeskripsikan bentuk-bentuk kerja bentuk kerja sama di ling- lingkungan
bentuk-bentuk sama di lingkungan kungan tetangga (mis. ber- tetangga
kerjasama di ling- tetangga gotong royong membuat
kungan tetangga rumah, membersihkan ling-
kungan, menjaga keamanan
lingkungan
• Menjelaskan kerjasama
(gotong royong) sebagai
ciri khas bangsa Indonesia

3.2 Menguraikan man- • Menceritakan pengalaman


faat kerjasama di siswa dalam melakukan
lingkungan tetangga kerjasama di lingkungan
tetangga
• Menyimpulkan manfaat
kerja saama di lingkungan
tetangga
4. 4.1 Mendeskripsikan je- • Mengidentifikasi aturan- Aturan-atur-
nis aturan sekolah aturan tertulis di sekolah an sekolah
• Mengidentifikasi aturan-
aturan tdak tertulis di seko-
lah
4.2 Menguraikan Man- • Menjelaskan kegunaan tata
faat aturan sekolah tertib sekolah bagi kehidu-
pan di sekolah
• Mengidentifikasi perilaku
ketaatan dan pelanggaran
aturan di sekolah
• menjelskan akibat melang-
gar aturan sekolah
• Menyusun tata terib kelas
secara bersama-sama
• Mempraktekan tata tertib
sekolah

73
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan • Menceritakan berbagai alat Uang
nggunakan uang manfaat uang dalam tukar mis. barang dan uang
sesuai dengan memenuhi kebutu- • Menunjukkan jenis uang
kebutuhannya han diri sendiri yang beredar di masyarakat
(logam dan kertas)
• Menceritakan kegunaan
uang

5.2 Mendeskripsikan • Menjelaskan cara mengelo-


cara mengelola la uang dengan baik
uang • Menjelaskan cara mengelo-
la uang dengan baik
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskrisikan je- • Mengidentifikasi jenis-je- Jenis-jenis
mahami jenis-je- nis-jenis pekerjaan nis pekerjaan di lingkungan pekerjaan
nis pekerjaan yang menghasilkan tempat siswa yang mengha-
baran dan jasa silkan barang dan jasa
• Membuat daftar pekerjaan
orang tua siswa yg mengha
silkan barang dan jasa

6.2 Menguraikan pen- • Memberikan alasan orang


tingnya semangat harus bekerja
kerja untuk kemaju- • Menjelaskan pentingnya
an masyarakat memiliki semangat bekerja
• Memberi contoh ciri-ciri se
mangat bekerja (misalnya
kerja keras, disiplin, jujur)
yang telah dilakukannya
dalam kehidupan sehari-
hari
7.Kemampuan me- 7.1 Memahami hak dan • Menjelaskan hak dan kewa Hak dan ke-
nyadari hak &ke- kewajibanindividu jiban individu srbagai war- wajiban indi-
wajiban individu sebagai warga ma- ga masyarakat vidu sebagai
sebagai warga ma syarakat • memberi contoh pelaksana- warga masya-
syarakat an hak dan kewajiban indi- rakat
vidu sebagai warga masya-
rakat dalam kehidupan
sehari-hari

74
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
7.2 Menghargai hak dan • Memberi contoh akibat jika
kewajiban individu seorang warga masyarakat
sebagai warga ma- tidak mendapatkan hak
syarakat • Memberi contoh akibat jika
seseorang tidak melaksana-
kan kewajiban
8. Kemampuan ber 8.1 Mengetahui penger- • Menjelaskan makna kejuju- Kejujuran
bicara dan berpe- tian kejujuran ran
rilaku laku jujur • Memberikan contoh berbi-
cara dan berperilaku jujur
berdasarkan pengalaman-
nya sendiri
8.2 Membiasakan berbi • Menunjukan sikap berprila-
bicara dan berprila- ku jujur dalam kehidupan
kiu jujur sehari-hari
9. Kemampuan me- 9.1 Menjelaskan letak • Membuat mata angin Denah
mahami denah & ruang gedung seko- • Menggunakan denah seko- sekolah
pemanfaatannya lah pada denah lah untuk mencari suatu
obyek tempat dilingkungan
sekolah
9.2 Membuat denah se- • Memberi contoh pemanfaa-
kolah & lingkungan tan denahdalam kehidupan
sekitar sehari-hari
• Membuat denah sekolah
lengkap dengan rencana
penghijauan sekolah
10. Kemampuan me- 10.1 Mendeskripsikan ke- • Mengidentifikasi kenampak- Kenampakan
mahami kenampa- nampakan alam di kan alam dan kenampakan alam dan
kan alam dan pe- lingkungan sekitar buatan di lingkungan sekitar buatan
lestariannya • Menjelaskan manfaat kenam-
pakan alam dan kenampakan
buatan bagi kehidupan
• Menunjukan letak kenampa-
kan alam dan kenampakan
buatan sesuai dengan arah
mata angin
10.2 Membiasakan berpri- • Memberi contoh cara yang
laku untuk melestari- baik dalam memperlakukan
kan lingkungan lingkungan
• Menjelaskan cara pelestarian
lingkungan

75
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV

Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan
teknologi (2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitas dalam perekonomian
(3) sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara (4)
Pentingnya menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok


1. Kemampuan 1.1 Mendeskripsikan ke • Menjelaskan pengertian Keaneka ra-
menghargai ke- ragaman suku bang- Bhinneka Tunggal Ika gaman suku
ragaman suku sa dan budaya ma- • Menjelaskan pentingnya bangsa dan
bangsa dan bu- syarakat setempat persatuan dalam keragaman budaya
daya setempat • Membandingkan bentuk-
bentuk keragaman suku
bangsa & budaya setempat
• Mengidentifikasi adat/ke-
biasaan di masyarakat sete-
mpat

1.2 Mewujudkan sikap • Memberi contoh cara meng


menghargai keraga- hargai keragaman yang ada
man suku bangsa & di masyarakat setempat
budaya di • Menunjukkan sikap mene-
masyarakat rima keragaman suku bang-
sa & budaya di masyarakat
2. Kemampuan me- 2.1 Menguraikan SDA • Mengidentifikasi jenis-je- Sumber Daya
nunjukan jenis & yang ada di lingku- nis SDA dan kaitannya de- Alam dan ke-
persebaran SDA ngan setempat ngan kegiatan ekonomi giatan ekono-
serta pemanfaat- • Menggunakan peta setem- mi
annya untuk kegi- pat untuk menunjukkan per
atan ekonomi di sebaran SDA
lingkungan sete-
mpat (kabupaten/ 2.2 Mendeskripsikan • Menjelaskan manfaat SDA
kota, provinsi manfaat SDA yang yang ada di lingkungan se-
ada di lingkungan tempat
setempat • Menjelaskan perlunya men-
jaga kelestarian SDA

76
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
2.3 Menjelaskan hubu- • Menjelaskan bentuk-bentuk
ngan SDA dengan kegiatan ekonomi di ling-
kegiatan ekonomi kungannya
• Membuat daftar tentang ke-
giatan pemanfaatan SDA se
tempat untuk kegiatan eko-
nomi
3. Kemampuan me- 3.1 Mendeskripsikan • Membandingkan jenis-jenis Perkembang-
mahami perkem- perkembangan tek- teknologi untuk berproduk- an teknologi
bangan teknologi nologi produksi si yang digunakan masya- untuk pro-
untuk produksi, rakat pada masa lalu dan duksi, komu-
komunikasi, dan masa kini nikasi dan
transportasi • Membuat diagram alur ten transportasi
tang proses produksi dari
kekayaan alam yang terse-
dia
• Memberikan contoh bahan
baku yang dapat diolah
menjadi beberapa barang
produksi

3.2 Mendeskripsikan • Membandingkan alat-alat


perkembangan teknologi komunikasi yang
teknologi komunikasi digunakan masyarakat sete-
mpat pada masa lalu dan
masa kini
• Menunjukan cara-cara pe-
nggunaan alat teknologi
komunikasi pada masa lalu
dan masa kini
3.3 Mendeskripsikan • Membandingkan jenis-je-
perkembangan teknolo- nis teknologi transportasi
gi transportasi pada masa lalu dan masa
kini
• Menceritakan pengalaman
menggunakan teknologi
tranportasi

77
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
4. Kemampuan me- 4.1 Menceritakan akti- • Mengidentifikasi jenis pa- Pasar
ndeskripsikan akti- vitas jual beli di pa- sar dan barang yang diper-
fitas jual beli di sar setempat jual belikan
pasar setempat • Memperagakan proses ter-
jadinya transaksi di pasar
• Menjelaskan cara bersaing
secara sehat dalam jual be-
li barang

4.2 Melaporkan hasil • Menulis laporan singkat


kunjungan ke pasar hasil pengamatan tentang
setempat berbagai kegiatan di pasar
• Membuat denah pasar
setempat
5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan • Menjelaskan pentingynya Kepahlawa-
wujudkan sikap pentingnya sikap ke- memiliki sikap kepahlawa- nan dan pat-
kepahlawanan & pahlawanan dan pat- nan dan patriotisme riotisme
patriotisme dalam riotisme dalam kehi- • Memberi contoh rela ber-
lingkungannya dupan sehari-hari korban dalam kehidupan
sehari-hari
• Menunjukan sikap positif
terhadap para pahlawan da-
lam membela bangsa dan
negara

5.2 Membiasakan ber- • Menghargai para pahlawan


jiwa besar dalam bangsa dengan mengingat
kehidupan sehari- jasa-jasa mereka
hari • Memberi contoh bersedia
menerima kekalahan dan
kemenangan dengan jiwa
besar
• Bersedia meminta dan
memberi maaf

78
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskripsikan • Menjelaskan hak dan Hak dan ke-
mahami hak dan hak dan kewajiban kewa- jiban warganegara wajiban war-
kewajiban warga warganegara • Membuat daftar hak dan ganegara
negara kewajiban warganegara ter
hadap pemerintah
6.2 Menghargai hak dan • Memberi contoh akibat bila
kewajiban wargane- warganegara tidak melaksa
gara nakan kewajibannya
• Memberikan contoh akibat
jika warganegar tidak mem
peroleh haknya
7. Kemampuan me- 7.1 Mendeskripsikan • Menjelaskan secara singkat Nilai-nilai
nghayati budaya pentingnya Pancasi- lahirnya Pancasila Pancasila
luhur bangsa la sebagai dasar ne- • Menceritakan kedudukan
Indonesia gara dan budaya lu- Pancasila sebagai dasar ne-
hur bangsa gara
• Menunjukan kedudukan
Pancasila sebagai budaya
bangsa
7.2 Membiasakan me- • Melaksanakan nilai-nilai
laksanakan nilai- Pancasila dalam kehidupan
nilai Pancasila sehari-hari
dalam kehidupan se- • Menunjukan perilaku yang
hari-hari sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan • Mengidentifikasi ciri-ciri Kenampakan
mahami hubung- kenampakan alam, dan manfaat kenampakan alam dan
an kenampakan sosial dan budaya di alam, serta ciri-ciri sosial & keragaman
alam, sosial dan kabupaten/kota dan budaya di kabupaten/kota lingkungan
budaya dengan provinsi setempat dan provinsi
gejalanya • Mengidentifikasi peristiwa-
peristiwa alam (mis. gempa
bumi,banjir,letusan gunung
api, angin topan)
8.2 Mendeskripsikan hu • Mengidentifikasi peristiwa-
bungan kenampakan peristiwa alam ( gempa bu-
alamsosial & budaya mi, banjir, letusan gunung
dengan gejalanya di api, angin topan) & penga-
kabupaten/kota dan ruhnya terhadap kehidupan
provinsi setempat sosial di kabupaten/kota

79
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
dan provinsi setempat
• Mengidentifikasi pola peri-
laku anggota masyarakat
yang dapat mempengaruhi
peristiwa alam di lingkung-
an setempat
• Membuat laporan perjala-
nan/wisata antar kota keca-
matan dalam wilayah kabu-
paten/kota dan provinsi se-
tempat
9 Kemampuan me- 9.1 Mendeskripsikan • Mencatat peninggalan-pe- Peninggalan
nghargai berbagai berbagai bentuk pe- ninggalan sejarah di ling- sejarah
peninggalan di ninggalan sejarah di kungan setempat
lingkungan setem lingkungan setempat • Mengumpulkan informasi
pat (kabupaten/ tentang asal usul nama sua-
kota, provinsi) tu tempat dari berbagai
sumber
9.2Menceritakan jenis- • Mengklasifikasi jenis-jenis
jenis peninggalan peninggalan bersejarah di
sejarah lingkungan setempat
• Menceritakan peninggalan
sejarah yang ada di lingku-
ngan setempat
• Mengidentifikasi ciri-ciri
peninggalan sejarah di
lingkungan setempat
9.3 Menjaga kelestari- • Menjelaskan cara menjaga
an peninggalan sejarah kelestarian peninggalan se-
jarah
• Menjelaskan manfaat men-
jaga kelestarian peningga-
lan sejarah
10. Kemampuan 10.1 Menggambar peta • Menggambar peta desa/ke- Peta dan
menggambar peta kabupaten/kota, lurahan/kecamatan/kabupa komponen-
lingkungan sete- dan provinsi ten/kota dengan menggu- nya
mpat (kabupaten/ nakan simbol dan tema ter-
kota, provinsi tentu
• Menggambar peta provinsi
dengan menggunakan sim-

80
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
bol dan tema tertentu

10.2 Menggunakan ska- • Menghitung jarak tempat


la untuk mengukur dengan menggunakan skala
jarak tempat peta
• Memperbesar dan memper-
kecil peta dengan bantuan
garis-garis koordinat

81
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V

Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, dan kegiatan
ekonomi di Indonesia (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha,
Islam, sampai kemerdekaan; dan (3) Wawasan Nusantara, penduduk dan
pemerintahan serta kerja keras pra tokoh kemerdekaan.

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok


1.1 Kemampuan 1.1Mendeskripsikan ke- • Menemutunjukkan pada pe Keragaman
menghargai ke- ragaman suku bang- ta persebaran daerah asal suku bangsa
ragaman suku sa di Indonesia suku bangsa di Indonesia dan budaya
bangsa dan bu- • Mengembangkan sikap Indonesia
daya di Indone- menghormati keragaman su
sia ku bangsa
1.2 Mendeskripsikan ke • Mengidentifikasi keraga-
anekaragaman buda- man budaya yang terdapat
ya di Indonesia di Indonesia
2. Kemampuan me- 2.1 Mengidentifikasi • Menjelaskan perkembang- Penduduk &
mahami keadaan keadaan penduduk an jumlah, penggolongan, sistem peme-
penduduk dan pe- di Indonesia peebaran dan kepadatan pe- rintahan di
merintahan di nduduk Indonesia Indonesia
Indonesia • Menginterpretasi berbagai
grafik penduduk
• Menjelaskan permasalahan
penduduk Indonesia
• Mengidentifikasi bentuk, se
bab dan akibat perpindahan
penduduk yang terjadi di
Indonesia
2.2 Mendeskripsikan pe • Menguraikan pengertian
ran dan tanggung ja- pemerintah: pemerintah dae
wab pemerintah rah dan pemerintah pusat
• Menjelaskan sistem
pemerintahan demokrasi
• Memberi contoh tugas dan
tanggung jawab pemerintah
terhadap masyarakat

82
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
3. Kemampuan hi- 3.1Mendeskripsikan pe- • Menjelaskan pentingnya Wawasan
dup berwawa- pentingnya wawasan wawasa nusantara untuk Nusantara
san nusantara nusantara mempersatukan wilayah
NKRI
• Menceritakan berbagai per-
bedaan dalam ikatan persa-
tuan Indonesia
3.2 Menganalisis pera- • Menunjukan keberagaman
nan budaya daerah dan keunikan setiap daerah
Indonesia • Menunjukan sikap positif
terhadap pentingnya buda-
ya daerah untuk memper-
kuat persatuan bangsa
• Menceritakan pengalaman-
nya ketika menampilkan
budaya daerah
4. Kemampuan me- 4.1 Menguraikan jenis- • Menyebutkan jenis usaha Kegiatan
mahami kegiatan jenis usaha dalam perekonomian dalam ma- Ekonomi
ekonomi di bidang ekonomi syarakat
Indonesia • Memberikan contoh usaha
yang dikelola sendiri dan
kelompok
4.2 Mendeskripsikan ke • Memberi contoh kegiatan
giatan ekonomi di produksi, distribusi dan
Indonesia konsumsi di Indonesia
• Membuat laporan hasil ku-
njungan ke salah satu pro-
dusen
5. Kemampuan me- 5.1 Menguraikan kera- • Menyusun daftar pening- Kerjaan Hin-
ndeskripsikan ke- jaan dan peningga- galan-peninggalan sejarah du, Budha
rajaan dan pening lan Hindu di bercorak Hindu yang ada di dan Islam di
galan Hindu-Bu- Indonesia Indonesia Indonesia
dha dan Islam di • Menceritakan peninggalan
Indonesia sejarah bercorak Hindu
yang ada di Indonesia
• Menceritakan peninggalan
sejarah bercorak Hindu
(miisalnya :candi, tradisi
agama) di berbagai daerah
Indonesia

83
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
• Menceritakan kejayaan Ma
japahit dan peranan Gajah
Mada dalam upaya menya-
tukan Nusantara
5.2Menguraikan kera- • Mengidentifikasi peningga-
jaan dan peninggal- lan sejarah yang bercorak
an Budha di Indo- Budha (mis. Stupa Borobu-
nesia dur, tradisi agama) berba-
gai daerah di Indonesia
• Menceritakan Sriwijaya se-
bagai kerajaan Maritim dan
pusat penyebaran agama
Budha
5.3 Menguraikan kera- • Mengidentifikasi peningga-
jaan dan peningga- lan sejara yang bercorak
lan Islam di Indone- Islam di Indonesia
sia • Menceritakan peninggalan
sejarah yang bercorak Is-
lam (mis. Masjid, pesantren
tradisi agama)
• Menceritakan tokoh-tokoh
kerajaan Islam di berbagai
daerah di Indonesia
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskrpsiikan • Menceritakan sebab jatuh- Perjuangan
mahami perjua- penjajahan Belanda nya daerah-daerah Nusan- melawan
ngan para tokoh di Indonesia tara ke dalam kekuasaan pe penjajahan
dalam melawan merintah Belanda dan Pergera-
penjajah dan to- • Menjelaskan sistem kerja kan Nasional
koh pergerakan paksa dan penarikan pajak Indonesia
nasional di Indo- yang memberatkan rakyat
nesia • Menceritaka perjuangan
para tokoh daerah dalam
upaya mengusir penjajah
Belanda
6.2 Mendeskripsikan • Menceritakan pendudukan
pendudukkan Je- Jepang di Indonesia
pang di Indonesia • Menceritakan sebab & aki-
bat pengerahan tenaga Ro-
musha oleh Jepang terha-
dap penduduk Indonesia

84
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
6.3 Mengidentifikasi • Membuat ringkasan riwa-
tokoh-tokoh penting yat hidup tokoh-tokoh
pergerakan nasional penting pergerakan nasio-
dan tokoh-tokoh nal (mis. R.A Kartini, Dewi
pejuang setempat Sartika, Ki Hajar Dewanto-
ro, Douwes Dekker
• Membuat laporan tentang
tokoh pejuang yang ada di
provinsinya
6.4 Mengidentifikasi pe • Menceritakan peristiwa
ranan Sumpah Pe- Sumpah Pemuda
muda 28 Oktober • Menceritakan peranan
1928 dalam memper masing-masing tokoh da-
satukan Indonesia lam peristiwa Sumpah Pe-
5.4 muda 28 Oktober 1928
• Menceritakan peranan Sum
pah Pemuda 28 Oktober
1928 dalam mempersatu-
kan Indonesia.
7. Kemampuan me- 7.1 Mendeskrpsiikan • Menjelaskan beberapa usa- Persiapan ke-
mahami kerja ke- kerja keras para to- ha dalam rangka memper- merdekaan
ras para tokoh da- koh selama masa siapkan kemerdekaan Indonesia &
lam mempersiap- persiapan kemerde- • Menjelaskan perlunya pe- perumusan
kan kemerdekaan kaan dan proses pe- rumusan dasar negara sebe- dasar negara
rumusan dasar nega- lum kemerdekaan
ra
7.2 Menghargai jasa to- • Mengidentifikasi beberapa
koh dalam memper- tokoh dalam mempersiap-
siapkan kemerde- kan kemerdekaan
kaan • Menunjukan sikap menghar
gai jasa pera tokoh dalam
mempersiapkan kemerde-
kaan
8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan ke • Menggambar peta Indone- Kenampakan
mahami keraga- ragaman kenampak- sia dengan menggunakan alam dan hu-
man kenampakan kan alam di Indone- simbol tan Indonesia
alam dan hutan di sia • Mengidentifikasi ciri-ciri
Indonesia kenampakan alam wilayah
Indonesia

85
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
• Menemutunjukan pada peta
persebaran flora dan fauna
di berbagai wilayah Indo-
nesia
• Menjelaskan perubahan
cuaca/iklim dan dampak-
nya terhadap aktivitas ma-
syarakat Indonesia
8.2 Mendeskripsikan • Mengidentifikasi kenampa-
kenampakan buatan kan buatan di wilayah
di wilayah Indonesia Indonesia
• Menjelaskan keuntungan &
kerugian pembangunan ke-
nampakan buatan (waduk,
pelabuhan, kawasan indus-
tri, perkebunan) bagi ma-
syarakat
9. Kemampuan me- 9.1 Mendeskripsikan pe • Menceritakan perkembang- Perubahan
mahami perubah- rubahan wilayah pro an jumlah provinsi-provinsi wilayah di
an wilayah di vinsi di Indonesia di Indonesia Indonesia
Indonesia • Menemutunjukkan letak &
nama provinsi-provinsi di
Indonesia
9.2 Mendeskripsikan pe • Menceritakan perubahan wi
rubahan wilayah laut layah laut teritorial Indo.
teritorial Indonesia • Menemutunjukan pada pe-
ta wilayah laut teritorial
Indonesia
• Memberi contoh usaha-
usaha dalam upaya pelesta-
rian laut di Indonesia
10. Kemampuan 10.1 Menemutunjukan • Menjelaskan pembagian Persebaran
menggunakan pe- informasi keruangan wilayah waktu di Indonesia gejala alam
ta/atlas/globe dan melalui peta/atlas/ • Mengidentifikasi kenam-
media lainnya un- lobe pakkan alam utama di wila-
tuk mencari infor yah Indonesia melalui peta/
masi keruangan atlas/globe
10.2 Menemutunjukan • Mengidentifikasi gejala
letak gejala alam alam mutakhir dari berba-
dari berbagai media gai media

86
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
• Menjelaskan letak pada
peta/atlas/globe tentang
gejala alam mutakhir

87
KURIKULUM 2004
STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI

Standar Kompetensi
Kemampuan memahami (1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam
mempertahan- kan kemerdekaan (2) Kegiatan ekonomi negara Indonesia dan negara
tetangga (3) Kenam- pakkan alam dunia, (4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi
bangsa dalam pelaksanaan HAM dan nilai-nilai Pancasila

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok


1Kemampuan 1.1Menguraikan • Menjelaskan terjadinya glo Dampak glo-
menganalisis dampak globalisasi balisasi dalam kehidupan balisasi
bentuk-bentuk masyarakat
perilaku yang mu • Membuat daftar perubahan
ncul sebagai perilaku masyarakat setem-
dampak pat sebagai dampak globa-
globalisasi lisasi (mis. gaya hidup, ma-
kanan, pakaian,komunikasi,
perjalanan, nilai-nilai dan
tradisi)
• Menentukan sikap terhadap
pengaruh globalisasi
1.2 Menguraikan latar • Menjelaskan beberapa ala-
belakang berdirinya san beroperasinya perusa-
perusahaan asing di haan asing di Indonesia
Indonesia (seperti: besarnya konsu-
men, murahnya tenaga ker-
ja, dan lain-lain
• Memberikan contoh keun-
tungan beroperasinya peru-
sahaan asing di Indonesia
2. Kemampuan me- 2.1 Menguraikan persia • Menceritakan peristiwa- Peristiwa se-
nganalisis peris- pan sampai dengan peristiwa penting yang ter- kitar prokla-
tiwa di sekitar detik-detik prokla- jadi di sekitar proklamasi masi
proklamasi masi peristiwa Rengsdengklok,
penyusunan teks proklama-
si, detik-detik proklamasi
kemerdekaan)

88
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
• Menjelaskan peranan
BPUPKI dan PPKI dalam
perumusan dasar negara &
UUD 1945
• Membuat garis waktu ten-
tang tahapan peristiwa men
jelang proklamasi

2.2 Mendeskripsikan • Membuat riwayat singkat/


tokoh-tokoh penting ringkasan tentang tokoh-
yang berperan dalam tokoh penting dalam peris-
peristiwa proklamasi tiwa proklamasi (mis. Soe-
karno, Moh. Hatta, A.Soe-
bardjo, Fatmawati)
• Memberikan contoh cara
menghargai jasa tokoh-to-
koh kemerdekaan
3. Kemampuan me- 3.1 Mengenal perjuang • Menceritakan peristiwa 10 Perjuangan
ngenal dan meng- an bangsa Indonesia Novemb. 1945 di Surabaya mempertahan
hargai perjuangan dalam mempertahan • Membuat Laporan tentang kan
para para tokoh kan kemerdekaan peristiwa-peristiwa dalam kemerdekaan
dalam memperta- rangka mempertahankan ke
hankan kemerde- merdekaan di daerah ma-
kaan sing-masing berdasarkan
hasil wawancara atau hasil
membaca kepustakaan
• Menceritakan agresi militer
Belanda terhadap RI

3.2 Menghargai jasa pa- • Menceritakan pengakuan


ra tokoh dalam me- kedaulatan Indonesia oleh
mpertahankan ke- Belanda.
merdekaan • Menceritakan peranan bebe
rapa tokoh dalam memper-
tahankan kemerdekaan,mis:
Ir.Soekarno, Dr.Moh.Hatta,
Sultan Hamengkubuwono
IX, dan Bung Tomo

89
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
4. Kemampuan me- 4.1 Mendeskripsikan • Mengidentifikasi sumber- Masyarakat
mahami kedudukan kedudukan masyara- sumber potensi bangsa sebagai pote-
masyarakat sebagai kat sebagai potensi • Menganalisis usaha-usaha nsi bangsa
potensi bangsa mempersatukan yang dapat dilakukan untuk
bangsa meningkatkan potensi
bangsa
• Menguraikan peranan ma-
syarakat dalam mempersa-
tukan bangsa dan negar

4.2 Menghargai pera- • Menjelaskan peranan pemu


nan pemuka masya- ka masyarakat dalam me-
rakat dalam menye- nyelesaikan masalah di
lesaikan masalah lingkungannya
• Mengidentifikasi bentuk
partisipasi masyarakat da-
lam dalam memajjukan li-
ngkungannya
• Mendeskripsikan bentuk-
bentuk penyelesaian masala
dimasyarakat yang dilaku-
kan secara jujur & terbuka
5. Kemampuan me- 5.1 Mendeskripsikan • Menceritakan para tokoh Penerapan
mahami penera- usulan perubahan pia- yang mengusulkan peruba- nilai-nilai
pan nilai-nilai gam Jakarta menjadi han piagam Jakarta menja- Pancasila
Pancasila UUD 1945 di Pembukaan UUD 1945
• Menganalisis usulan peru-
bahan Piagam Jakarta men-
jadi Pembukaan UUD 1945
sebagai keputusan bersama

5.2 Menguraikan cara • Menunjukan cara meneri-


menghargai penda- hasil keputusan bersama se
pat orang lain perti PPKI menerima peru-
bahan Piagam Jakarta seba-
gai keputusan bersama
• Melaksanakan hasil keputu
san bersama dengan ikhlas
dalam kehidupan sehari-
hari

90
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
6. Kemampuan me- 6.1 Mendeskripsikan • Menjelaskan tujuan dan Koperasi da-
mahami pentingnya pentingnya koperasi manfaat koperasi lam pereko-
koperasi dalam per- dalam melayani eko- • Menceritakan pentingnya nomian Indo-
ekonomian Indone- nomi rakyat usaha bersama melalui ko- nesia & pertu
sia perasi karan barang/
• Memberikan contoh berba- jasa antar ne-
gai jenis koperasi gara
• Menceritakan salah satu
kegiatan koperasi di ling-
kungannya
6.2 Mendeskripsikan • Menemutunjukan jenis ba-
barang/jasa yang rang/jasa yang diekspor &
dieks por & diimpor diimpor oleh Indonesia
• Menjelaskan bentuk- ben-
tuk kegiatan pertukaran ba
rang & jasa antara Indone-
sia dengan luar negri
• Menemutunjukan manfaat
adanya pertukaran barang
dan jasa
7. Kemampuan me- 7.1 Membandingkan • Menemutunjukan pada peta Gejala (feno-
mahami gejala gejala alam negara letak dan nama negara- mena) alam
alam dan sosial Indonesia dengan negara tetangga Indonesia dan sosial
negara Indonesia negara-negara teta- • membandingkan ciri-ciri ge Indonesia dan
dan negara teta- ngga jala alam Indonesia dengan negara teta-
ngga negara tetangga ngga
7.2 Mendeskripsikan ge • Membandingkan ciri-ciri
jala sosial Indonesia gejala sosial di Indonesia
dan negara-negara dengan negara tetangga
tetangga • memberikan contoh sikap
waspada terhadap gejala so
sial di Indonesia
8. Kemampuan me- 8.1 Mendeskripsikan • Menunjukan pada peta na- Kenampakan
nggeneralisasi ke ciri-ciri utama ke- ma dan letak benua, samu- alam dunia
nampakan alam nampakan alam du- dra, ciri khas beberapa ne-
dunia melalui ka- nia gara besardi setiap benua
jian peta • Mengidentifikasi ciri-ciri u-
tamakenampakan alam &
kenampakan buatan dunia
yang terkenal

91
Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok
8.2 Mendeskripsikan • Menceritakan perkembang-
perkembangan nega- an negara-negara di setiap
ra dunia benua
• Menggambarkan peta be-
nua dan dunia

9. Kemampuan me- 9.1 Mendeskrikan hak • Menjelaskan pengertian Hak Azasi


mahami pelaksa- azasi manusia hak azasi manusia di Indo- Manusia
naan hak azasi nesia
manusia dalam • Menjelaskan pasal yang
masyarakat berkaitan dengan hak anak
mendapatkan untuk mem-
peroleh pendidikan dan pe-
ngajaran dalam UUD 1945

9.2 Mendeskripsikan • Menjelaskan pelaksanaan


pelaksanaan hak hak memperoleh pendidi-
azasi manusia kan dan pengajaran di
Indonesia
• Menceritakan cita-cita anak
setelah mendapatkan pen-
didikan dan pengajaran

92
BAB VI
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2004
PEDOMAN PENGEMBANGAN SILABUS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemmberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam pe-
nyelenggaraan pendidikan. Hal ini diikuti dengan perubahan pengelolaan pendidi-
kan dari bersifat sentralistik ke desentralistik. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000
Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah
otonom, dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemberlakuan otonomi daerah memberikan implikasi pada penyelenggaraan
peme- rintahan dan pendidikan termasuk pada pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum. Pe- merintah dalam hal ini Depdiknas bertugas menetapkan kerangka
dasar kurikulum anta- ra lain meliputi : standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pkok. dan indikator hasil belajar yang dituangkan dalam dokumen yang
disebut dengan kurikulum 2004. Pemerintah daerah dan sekolah berkewajiban
mengembangkan kerangka dasar kurikulum ter- sebut menjadi silabus yang lebih
operasional.
Dengan berlakunya kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi maka perlu
disusun suatu pedoman perencanaan pembelajaran di sekolah dalam bentuk sila-
bus. Hal ini di-maksudkan untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif.
Profil pembelajaran yang efektif senantiasa didasari oleh prinsip relevansi,
konsistensi, kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi yang harus dipelajari,
alokasi waktu dan sumber bahan yang tersedia.

B. Pengertian
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembela- jaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan
komponen pokok yang dapat menjawab permasalahan berikut :
• Kompetensi apa yang akan dikembangkan siswa ?
• Bagaimana cara mengembangkannya ?
• Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai
siswa ?
C. Landasan Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus didasari alur berpikir :
• Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan lulusan yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengem-

93
bangkan potenai peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang ber-
tanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
• Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
setelah siswa menyelesaikan suatu jenjang tertentu.
• Kompetensi lintas kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahu-
an, ketrampilan , sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat
dan ketramilan hidup yang harus dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi
lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui pembelajaran-pembelajaran dari
semua rumpun pelajaran.
• Kompetensi rumpun pelajaran merupakan pernyataan tentang pengetahu-
an, ketrampilan sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelesai-
kan rumpun pelajaran tertentu.
• Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang
pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan ber-
pikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub
aspek mata pelajaran tertentu.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang selajutnya dijabarkan ke
dalam kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun
dan kompetensi dasar diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang
selajutnya disebut “silabus”

II. KOMPONEN DAN FORMAT SILABUS

A. Komponen Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana pembelajaran beserta penilaiaannya.
Oleh karena itu, silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-
komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi
Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu dan memandu
para guru dalam me- ngelola pembelajaran, antara lain :
1. Kompetensi dasar
Penempatan Kompetensi Dasar dalam silabus sangat disarankan, hal ini bergu-
na untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi
yang harus dicapainya.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahap-
an pencapaian pengalaman belajar dalam satu Kompetensi Dasar.

94
3. Indikator
Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serang-
kaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah tercapai, berarti target
Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi.
4. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang harus dilakukan ole
siswa untuk mencapai hasil belajar tertentu. Pengalaman belajar merupakan
ganbaran mengenai kegiatan/perbuatan siswa, pembiasaan kecakapan hidup
suasana hati siswa, suasana kelas, dinamika kelompok dan model interaksinya.
5. Alokasi Waktu
Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mem
pelajari suatu Kompetensi Dasar perlu ditentukan. Penentuan alokasi waktu ini
tergantung pada jenis dan bentuk pengalaman belajar, keluasan dan kedalaman
materi, serta tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
6. Sarana dan Sumber Belajar
Dalam proses belajar sarana dan sumber belajar sangat membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pelajaran dalam
uraian ini lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga; sedang-
kan sumber belajar mengacu pada barang cetak seperti : buku, brosur, majalah,
koran, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan
sekitar (lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya).
7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengam- bilan keputusan. Penilaian harus mengacu pada kompetensi
yang tertuang dalam silabus.

B. Format Silabus
Dalam menyajikan silabus ada beberapa hal penting yang perlu mendapat
perhatian, yaitu : aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan
penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang
mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Format
silabus tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan
digunakannya. Berikut contoh format silabus yang disajikan dalam bentuk matrik.

Standar Kompetensi : (tertera dalam kurikulum/GBPP setiap mata pelajaran)


No Kompetensi Hasil Belajar Indikator Pengalaman Alokasi Waktu Sumber/alat/ Penilaian
Dasar Belajar (Jam Pelajaran) Bahan Belajar

Gambar 1. Komponen Silabus

95
Pengembangan rencana perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan dijabar-
kan. Untuk mengetahui keluasan atau cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan
jaringan topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan ma-
terinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi
dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.

III. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PROGRAM PEMBELAJARAN


Pengembangan Standar Kompetensi suatu mata pelajaran ke dalam silabus dilaku-
kan melalui kegiatan :
(1) Pengembangan Program Semester
(2) Pengembangan Silabus
(3) Pengembangan Rencana Pembelajaran

Kurikulum (standar
Kompetensi Mata
Pelajaran

Program
Semester
Kompetensi Dasar/Hasil
Belajar/Indikator

Silabus Kegiatan Pembelajaran

Rencana
Pembelajaran
Gambar 2. Pengembangan Kurikulum ke dalam Program Pembelajaran

A. Pengembangan Program Semester


Program semester dibuat untuk memetakan Kompetensi Dasar (beserta aspek-
nya kalau ada), Hasil Belajar, dan Indikator perminggu untuk satu semester terma-
suk alokasi jumlah jam pelajaran. Beberapa prinsip dalam Program Semester :
1. Program semester dibuat berdasarkan Analisis Kompetensi Dasar yang meru-
pakan pemetaan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator per semester
untuk selama satu tahun beserta alokasi waktunya.

96
2. Alokasi waktu pada Program Semester dinyatakan dengan jumlah jam pelajar-
an untuk setiap hasil belajar. Pada kasus tertentu, alokasi waktu dapat ditentu-
kan untuk setiap indikator.
3. Alokasi waktu pada Program Semester memperhitungkan jumlah efektif
sebanyak 17 minggu (34 minggu dalam satu tahun) dan kegiatan tengah semes-
ter selama satu minggu.
4. Penentuan alokasi waktu untuk setiap hasil belajar atau indikator memperhi-
tungkan jenis dan bentuk Pengalaman Belajar dan keluasan serta kedalaman
materi.

B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus


(1) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Tematik
Langkah awal pengembangan silabus pembelajaran tematik adalah:
1. Pengidentifikasian Kompetensi Dasar pada kalas dan semester yang sama
dari setiap mata pelajaran
2. Penentuan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi terse-
but untuk setiap kelas dan semester.
3. Pembuatan “Matriks Hubungan Kompetensi Dasardengan Tema”. Dalam
langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kom-
petensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan
tema tertentu. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran.
Perhatikan contoh !
4. Pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk
matrik atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan antara
tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
5. Pengembangan silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran
tematis, dengan mengikuti langkah pengembangan silabus mata pelajaran
Catatan :
a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran
b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan
kom- petensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya :
* mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik
* membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos,
tukang sayur, dan lain-lain
* memanfaatkan ceritra dalam buku atau majalah anak-anak
c. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
pembelajaran tematisdibuatkan silabus tersendiri.
(2) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Mata Pelajaran
1. Identifikasi (sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester)
2. Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar (berdasarkan struk-
tur keilmuan dan kompetensi lulusan; diurutkan dan disebarkan secara
sistematis)

97
3. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator (ukuran ketercapaian hasil
belajar
4. Penentuan materi pokok dan uraiannya/jabarannya
a. Menggunakan pendekatan prosedural, hirarhis, konkret-abstrak,
tematik
b. Prinsip relevansi, konsistensi, adekuasi/kecukupan
5. Pemilihan pengalaman belajar (pembelajaran tatap muka dan pengalaman
belajar, termasuk kecakapan hidup)
6. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian
* jenis tagihan: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas
individu, tugas kelompok, responsi/ujian praktek, laporan kerja praktek.
* Instrumen penilaian : tes uraian, tes obyektif, tes performansi, portofolio
7. Penentuan alokasi waktu. Prinsip dasarnya :
* Jenis dan bentuk pengalaman belajar,
* kesukaran materi,
* cakupan materi
* frekuensi penggunaan materi, dan
* tingkat pentingnya materi.
8. Penentuan sumber/bahan/alat yang digunakan dalam pembelajaran.

Identifikasi Pengurutan KD

Penjabaran KD
menjadi Indikator

Penentuan Pemilihan Penentuan


Materi Pengalaman Instrumen
Belajar Penilaian

Penentuan Penentuan
Alkokasi Waktu Sumber/Sarana

Gambar 3. Langkah-langkah pengembangan Silabus

98
C. Langkah-langkah Penegembangan Rencana Pembelajaran
Rencana Pembelajaran merupakan jabaran lebih lanjut dari silabus yang disu-
sun berdasarkan Hasil Belajar. Sebagai penjabaran Silabus, Rencana Pembelajaran
haruslah lebih operasional. Sebuah Rencana Pembelajaran dapat berisi beberapa
kali pertemuan. Jumlah pertemuan dalam dalah sebuah rencana pembelajaran dida-
sarkan pada keutuhan hasil belajaryang akan dicapai. Sebuah Rencana Pembela-
jaran mungkin terdiri atas 4 atau 8 pertemuan , dan sebuah pertemuan dapat terdiri
atas 1 sampai 3 jam pelajaran.
Komponen-komponen yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran meliputi :
(1) Identitas Rencana Pembelajaran, (2) Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/ Indika-
tor, (3) Langkah pembelajaran, (4) Sumber/Media/Bahan, (5) Penilaian, dan (6)
Identitas Penyusun. Penjelasan terhadap komponen rencana pembelajaran adalah
sebagai berikut :

Identitas Rencana Pembelajaran


Tiga hal yang harus dicantumkan pada identitas Rencana Pembelajaran, yakni
• Mata Pelajaran (untuk kelas III s.d. kelas VI) atau Tema (untuk kelas 1
dan 2 yang menggunakan pendekatan tematik)
• Kelas/Semester (kelas ditulis dengan angka Romawi, semester ditulis
dengan angka Arab
• Alokasi waktu (ditulis jumlah jam pelajaran dan jumlah pertemuan)
(Contoh penulisan Identitas Rencana Pembelajaran dapat diperiksa di
lampiran).

Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/Indikator/Tema


Sebagai jabaran dari silabus, Rencana Pembelajaran akan merujuk pada
Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, atau Indikator. Suatu Rencana Pembelajaran mu-
ngkin cukup hanya menyebutkan hasil belajarnya saja, tanpa harus menyebutkan
Kompetensi Belajar dan Indikatornya. Namun demikian, Penyusus Rencana Pem-
belajaran mungkin memandang perlu untuk mencantumkan Kompetensi Dasar
atau Indikatornya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman.
Khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, pencantuman tema dipandang
perlu dilakukan, sebab pencantuman tema dimaksudkan untuk mengikat keempat
jenis kemahiran berbahasa.

Langkah Pembelajaran
Langkah pembelajaran berisi gambaran umum kegiatan pembelajaranyang
akan di- lakukan dalam setiap pertemuan. Setiap pertemuan dalam rencana
pembelajaran berisi 3 tahap kegiatan kegiatan, yakni kegiatan awal. kegiatan inti
dan kegiatan akhir.

99
• Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa (baik secara
fisik maupun psikologis) untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan dimak-
sud dapat berupa penjelasan tentang tujuan pembelajaran, memotivasi
siswa menguasai kompetensi tertentu, apersepsi dan seterusnya.
• Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dirancang untuk menguasai
kompetensi tertentu. Wujud kegiatan inti sangat beragam, tergantung pada
kompetensi dasar atau hasil belajar yang akan dipelajari. Kegiatan inti
dapat berupa melakukan percabaan, sosiodrama, diskusi, telaah pustaka,
dan sebagainya.
• Kegiatan akhir dimaksudkan untuk menutup suatu pelajaran dan sekaligus
memantapkan kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa. Wujud kegia-
tan akhir dapat berupa pembuatan simpulan, rencana kegiatan lanjutan, pe-
nugasan dan sebagainya..
Pentahapan kegiatan tersebut dibuat untuk setiap pertemuan. Dengan
demikian, Jika suatu Rencana Pembelajaran terdiri atas 5 pertemuan, maka
perlu dibuatkan 5 tahap kegiatan pembelajaran (contoh lihat pada lampiran).

Media dan Sumber Belajar


Yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang difungsikan untuk
memudahkan terjadinya proses pembelajaran, misalnya tape recorder, TV, CD,
dan sebagainya. Ciri media yang baik adalah :
• Menarik perhatian dan minat siswa
• Meletakan dasar memahami sesuatu secara konkret dan mengurangi
verbalisme.
• Merangsang tumbuhnya pengertian dan pengembangan nilai
• Berguna dan berfungsi ganda
• Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru
atau diambil dari lingkungan sekitarnya.
Sumber belajar yang utama adalah barang cetak seperti : buku, brosur.
majalah, su- rat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto,
dan lingkungan seki- tar (lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya). Setiap Rencana Pem- belajaran perlu mencantumkan media dan sumber
belajar yang digunakan dalam pembe- lajaran. (contoh penulisan media dan
sumber lihat pada lampiran)

Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan , sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.

100
• Penilaian proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
pedoman wa- wancara, pedoman observasi, mengamati hasil kerja siswa,
memberikan tes.
• Penilaian hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tes
uraian, tes obyektif, tes kinerja,hasil karya siswa, proyek (observasi),
portofolio.
• Penilaian dapat dilakukan untuk setiap kompetensi dasar.

Identitas Penyusun
Dibagian akhir Rencana pembelajaran perlu dicantumkan nama guru/kelas
mata pelajaran dengan diketahui kepala sekolah.

101
BAB VII
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAYAH

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial.Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat ka-
rena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pe-
mahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam me-
masuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

B. Tujuan

Mata pelajaran IPS bertjuan agar peserta didik memiliki kemampuan :


1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiri, memecahkan masalah, ketrampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :


1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

102
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami identitas diri dan ke- 1.1 Mengidentifikasi identitas diri, keluarga,
luarga serta sikap saling meng- dan kerabat
hormati dalam kemajemukan 1.2 Menceritrakan pengalaman diri
keluarga. 1.3 Menceritrakan kasih sayang antar anggo-
ta keluarga
1.4 Menunjukan sikap hidup rukun dalam ke-
majemukan keluarga

Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mendeskripsikan lingkungan ru- 2.1 Menceritrakan kembali peristiwa penting
mah yang dialami
2.2 Mendeskripsikan letak rumah
2.3 Menceritrakan kasih sayang dalam kema-
jemukan keluarga

Kelas II, Semester 1


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami peristiwa penting 1.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran
dalam keluarga secara kronolo- anggota keluarga
gis 1.2 Menceritakan pengalamannya dalam me-
laksanakan peran dalam anggota keluarga
1.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja di
lingkungan keluargasama

Kelas II, Semester 2


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Memahami kedudukan dan pe- 2.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran
ran anggota dalam keluarga dan anggota keluarga
lingkungan tetangga 2.2 Menceritakan pengalamannya dalam me-
laksanakanperan dalam anggota keluarga
2.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja
sama di lingkungan tetangga

103
Kelas III, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami lingkungan dan me- 1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buat-
laksanakan kerjasama di sekitar an di sekitar rumah dan sekolah
rumah dan sekolah 1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan
di sekitar rumah
1.3 Membuat denah dan peta lingkungan
rumah dan sekolah
1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan ru-
mah, sekolah, dan kelurahan/desa

Kelas III, Semester 2


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Memahami jenis pekerjaan 2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan
dan penggunaan uang 2.2 Memahami pentingnya semangat kerja
2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingku-
ngan rumah dan sekolah
2.4 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan
kebutuhan

Kelas IV, Semester 1


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah, kenampa- 1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabu-
kan alam, dan keragaman su- paten/kota, propinsi) dengan menggunakan
ku bangsa di lingkungan ka- skala sederhan
bupaten/kota dan propinsi 1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di ling-
kungan kabupaten/kota dan propinsi serta
hubungannya dengan keragaman sosial dan
budaya
1.3 Menunjukan jenis dan persebaran sumber
daya alam serta pemanfaatannya untuk ke-
giatan ekonomi di lingkungan setempat
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya setempat (kabupaten/kota, propinsi)
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah
di lingkungan setempat (kabupaten/kota,
propinsi) dan menjaga kelestariannya
1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme
tokoh-tokoh di lingkungannya

104
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam, 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
kegiatan ekonomi, dan kema- dengan sumber daya alam dan potensi lain
juan teknologi di lingkungan di daerahnya
kabupaten/kota dan propinsi 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam me-
ningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi produk-
si, komunikasi, dan transportasi serta penga
laman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerah-
nya

Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menghargai berbagai pening- 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan
galan dan tokoh sejarah yang sejarah yang berskala nasional dari masa
berskala naional pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Hindu-Budha dan Islam, kera- 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada ma-
gaman kenampakan alam dan sa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
suku bangsa, serta kegiatan 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan
ekonomi di Indonesia buatan serta pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/
globe dan media lainnya.
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia
1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dean kegiatan
ekonomi di Indonesia

Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pe- 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pe-
juang dan masyarakat dalam juang pada masa penjajahan Belanda dan
mempersiapkan dan memper- Jepang.
tahankan kemerdekaan Indo- 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjua-
nesia ngan dalam mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan
2.4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan

105
Kelas VI, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami perkembangan wi- 1.1 Mendeskripsikan sistem administrasi wila-
layah Indonesia, kenampakan yah Indonesia
alam dan keadaan sosial nega- 1.2 Membandingkan kenampakan alam dan
ra-negara di Asia Tenggara, keadaan sosial negara-negara tetangga
serta benua-benua 1.3 Mengidentifikasi benua-benua

Kelas VI, Semester 2


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Memahami gejala alam yang 2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam
terjadi di Indonesia dan seki- yang terjadi di Indonesia dan negara-negara
tarnya tetangga
2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana
alam
3. Memahami peranan bengsa 3.1 Menjelaskan peranan Indonesia pada era
Indonesia di era globsl global dan dmpak positif serta negatifnya
terhadap kehidupan bangsa Indonesia
3.2 Mengenal manfaat ekspor dan impor di
Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar
bangsa

E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk me-
ngembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan peni-
laian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

F. Contoh Model Silabus


Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yaitu, secara matrik/
vertikal, dan horisontal.

Berikul ini adalah contoh model silabus bentuk matriks atau vertikal:

106
Silabus
Nama Sekolah : SD . . . . . Kediri, Jawa Timur
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas : IV/2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kema- juan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi
Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman menggunakannya.
Alokasi Waktu : 12 X 35 Menit
Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber Belajar
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
Perkembangan * Mencari hubu- * Membandingkan Tes tertulis: 4 X 35’ * Gambar alat
teknologi pro- ngan cara mem- jenis-jenis tekno- Uraian ten- produksi”tahu”
duksi komuni- produksi ”tahu” logi untuk produk- tang perkem- *Pabrik tahu
kasi dan trans- Kediri pada ma- si yang digunakan bangan tek- *Buku IPS
portasi syarakat masa oleh masyarakat nologi, pro- kelas IIV se-
lalu dan masa pada masa lalu & duksi mester 2
kini masa sekarang *Majalah/koran
* Membuat dan * Membuat diagram media elektro-
membbaca tentang proses pro nik
diagram/rafik duksi dari keka-
tentang proses yaan alam yang
memproduksi tersedia
”tahu” Kediri
* Menganalisis * Menganalisis ba-
bahan baku han baku untuk
yang dapat produksi barang
diolah menjadi
bebera- pa jenis
”tahu” Kediri
* Melakukan pe- * Membandingkan Non tes 3 X 35’ * Gambar-ga-
ngamatan alat- alat-alat komuni Lembar pe- mbar alat ko-
alat teknologi kasi yang digu- ngamatan munikasi
komunikasi yg nakan masyara- *Buku IPS
digunakan ma- kat pada masa lalu kelas IIV se-
syarakat Kediri dan masa kini mester 2
pada masa lalu *Majalah/koran
dan masa kini. media elektro-
* Memberikan con * Menunjukkan cara nik
toh cara penggu penggunaan alat
naan alat tekno- teknologi komuni-
logi komunikasi kasi pada masa la-
pada masa lalu lu dan masa seka-
dan masa kini rang

107
Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber Belajar
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
*Memberikan con- *Membandingkan je- Tes tertulis 5 X 35” *Gambar alat
toh jenis-jenis tek- nis teknologi trans- bentuk urai- transportasi
nologi transportasi portasi pada masa an tentang *Buku IPS
pada masa lalu dan lalu dan masa seka- teknologi kelas IIV se-
masa kini rang tranportasi mester 2
*Majalah/koran
*Melakukan peng- media elektro-
amatan jenis-jenis nik
teknologi transpor- *Lingkungan
tasi di Kediri pada sekitar
masa lalu dan ma-
sa kini
*Mendiskusikan *Menceritakan pe-
perbedaan jenis-je- ngalaman
nis teknologi trans- menggunakan tekno-
portasi pada masa logi transportasi
lalu dan masa kini
*Bercerita tentang
pengalaman meng-
gunakan teknologi
transportasi

Catatan : Pengambilan karakteristik daerah Kediri pada kegiatan pembelaajaran di atas


hanya sebagai contoh. Sekolah pada daerah lain harus menyesuaikan dengan
karakteristik daerah masing-masing.

108
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SD . . . . . .
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester : IV/2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal Sumber daya Alam, Kegiatan Ekonomi, dan ke-
majuan teknologi dalam lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi.

Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi teknologi


produksi
Indikator : Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk produksi yang
digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa seka-
rang

Alokasi Waktu : 4 X 35 Menit

A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian teknologi
2. Menjelaskan pengertian teknologi
3. Menjelaskan hubungan antara teknologi dengan produksi
4. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada
masa lalu
5. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada
masa kini
6. Membandingkan jenis produksi yang digunakan masyarakat masyarakat pada
masa lalau dan sekarang.

C. Materi Pembelajaran
Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi
D. Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
* Motivasi dan apersepsi
* Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
* Menjelaskan jenis/langkah kegiatan pembelsjsrsn
b. Kegiatan Inti
* Melalui tanya jawab guru menanyakan kepada siswa, apakah kalian pernah
mendengar kata teknologi dan produksi?. Siapa yang dapat menjelaskan?

109
* Guru menfasilitasi dan memotivasi agar konsep teknologi produksi dapat
dibangun sendiri oleh siswa
* Setelah siswa memahami konsep tentang teknologi produksi, selanjutnya
siswa dibagi dalam kelompok untuk mengidentifikasi jenis teknologi pro-
duksi pada masa lalu dan sekarang, dengan membagikan lembar kerja siswa.
* Siswa bekerja dalam kelompok, dan guru mengawasi serta memberikan
bimbinga dan bantuan seperlunya apabila kelompok mengalami kesulitan.
* Selesai kerja kelompok, setiap kelompok menyajikan hasil kerja kelompok
masing-masing

E. Kegiatan Penutup
* Dengan bimbingan guru, siswa merangkum dan meyimpulkan pelajaran
* Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pelaksanaan proses kegiatan
belajar mengajar
* Guru melakukan tes berupa soal-soal
* Guru memberi tindak lanjut

F. Alat dan Sumber Bahan


1. Alat / Media
• Gambar dan alat-alat teknologi produksi tradisional dan moderen
• Media elektronik
2. Sumber Bahan
a. Buku IPS kelas IV Semester dua
b. Majalah/koran/brosur

G. Penilaian
1. Teknik : Tes Unjuk kerja
2. Bentuk instrumen : Uji petik kerja proses dan produk
3. Soal/instrumen : (Terlampir)
- Tes Tulis :
* Esay
* Obyektif
- L K S (terlampir)

Kendari, . . . . . . . . . . . . . 200...

Mengetahui, Guru/Praktikan,
Kepala SD . . . . . . .

______________________ ________________________
NIP. NIP/NIM:

110
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

LATAR BELAKANG
Ibarat seorang jendral dalam kemiliteran, guru dituntut memiliki siasat atau
strategi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Strategi dalam proses belajar me-
ngajar dimaksudkan untuk mensiasati peserta didik agar terlibat aktif belajar. Ke-
mampuan guru dalam memahami dan mengimplementasikan strategi (mengajarnya)
merupakan hal yang sangat penting dalam semua peristiwa belajar mengajar. Karena
itu pengenalan terhadap berbagai model mengajar beserta penerapannya dalam ke-
giatan mengajar yang dikembangkan guru, merupakan tuntutan yang tidak dapat di-
hindari. Lebih-lebih pengembangan strategi belajar mengajar yang dimaksudkan
ditujukan bagi pembelajaran anak usia sekolah dasar yang memiliki karakteristik
tersendiri.
Satu tugas utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan
di sekolah adalah mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Pengem-
bangan strategi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang dapat mempengaruhi
kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan
dapat meraih prestasinya secara memuaskan. Menyelenggarakan kegiatan belajar me-

111
ngajar yang berlangsung secara efektif, merupakan pekerjaan yang bersifat kompleks
dan menuntut kesungguhan dari guru.
Sehubungan dengan pelaksanaan tugas di atas, yakni mengembangkan strategi
belajar mengajar yang efektif, seorang guru membutuhkan dasar pengetahuan yang
cukup mengenai ”Developmentally Approprieate Practice (DAP)”, yaitu pendekatan
strategi belajar mengajar yang berorientasi pada perkembangan anak. Pengembangan
strtegi belajar mengajar menurut pendekatan ini didasarkan atas : (a) pengetahuan
yang jelas mengenai perkembangan peserta didik, bagaimana sebenarnya anak tum-
buh dan berkembang baik fisiknya kognisinya, maupun sosial-emosionalnya dan
moralnya, (b) perhatian yang kuat atas keunikan setiap peserta didik, baik dari kontek
latar belakang kehidupan keluarganya maupun kebiasaan dan budaya yang menyertai
hidupnya, dan (c) suatu pengertian yang mendalam mengenai bagaimana sesungguh-
nya peserta didik itu berpikir dan belajar.

Tujuan
Mempelajari pokok bahasan ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan konsep strategi belajar mengajar
2. Menjelaskan hakekat mengajar di sekolah dasar
3. Mengemukakan ciri-ciri model mengajar
4. Mengemukakan dasar pengelompokan model mengajar
5. Mengenal model-model mengajar

A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos
berarti jendrqal atau berarti pula perwira negara (state officer). Jendral inilah yang
bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya
untuk mencapai kemenangan. Secara spsifik Sherly (1978) merumuskan strategi
sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diper-
lukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan J. Salusu (1996:101) merumuskan
strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk men-
capai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi
yang paling menguntungkan.
Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai si-
tuasi termasuk untuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam kon-
disi belajar mengajar ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut :
1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan
kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan
melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dengan kondisi yang paling
menguntungkan . Lingkungan disini adalah lingkungan yang memungkinkan
peserta didik belajar dan guru mengajar. Sedangkan kondisi dimaksudkan

112
sebagai suatu iklim kondusif dalam belajar dan mengajar seperti disiplin,
kreatif, inisiatif dan sebagainya.
2. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses bela-
jar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
3. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengan-
dung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara saksama untuk menca-
pai tujuan-tujuan belajaar.
4. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik dalam mewujud-
kan kegiatan belajar mengajar. Pola ini menunjukkan macam dan urutan per-
buatan yang dirampilkan guru-peserta didik dalam berbagai peristiwa belajar.
Secara singkat strategi belajar mengajar mencakup empat hal utama, yaitu
(1) Penetapan tujuan pengajaran, (2) Pemilihan sistem pendekatan belajar menga-
jar, (3) Pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar, dan (4) Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar dari
evaluasi yang dilakukan (Twelker, 1972:40-43)
Perlu pula dijelaskan bahwa strategi belajar mengajar bukanlah suatu desain
instruksional seperti PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Satpel
(Satuan Pelajaran), atau sejenisnya. Strategi belajar mengajar lebih luas dari
semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi berarti mencari dan memilih model
dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik dan
kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang ingin
dicapai. Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru
untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen-
komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.

113

You might also like