You are on page 1of 17

BAB I

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA


DAN
DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sejarah Lahirnya Pancasila


 Pancasila telah lahir bersamaan dengan adanya atau lahirnya Bangsa Indonesia. Sejak
dulu bangsa kita telah mencerminkan penjiwaan atas sila-sila Pancasila, sebelum
tumbuhnya kerajaan besar di bumi Nusantara, seperti kerajaan Sriwijaya di Sumatra
pada abad VII-XII dan kerajaan Majapahit di Jawa Timur dalam abad XII-XVI,
seperti adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan gaib, baik berupa pemujaan
terhadap roh-roh halus yang bercirikan animisme dan dinamisme, maupun kehidupan
manusia Indonesia yang penuh toleransi dan suasana damai, tolong-menolong/gotong
royong, bermusyawarah bagi terwujudnya kondisi kehidupan yang aman, tenteram
sejahtera, dan sebagainya.
 Istilah Pancasila telah dikenal sejak dulu, yaitu digunakan sebagai acuan moral/etika
dalam kehidupan banga Indonesia sehari-hari. Misal, dari karya-karya pujuangga
besar Indonesia semasa berdirinya kerajaan MAjapahiy yang dilukiskan dalam tulisan
Empu Prapanca tentang Negara Kertagama, dan Empu Tantular dalam bukunya
Sutasoma. Dalam buku Sutasoma terdapat istilah Pancasila Krama mempunyai arti
Lima Dasar TIngkah Laku atau Perintah Kesusilaan yang lima, yang meliputi :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
2. Tidak boleh mencuri (asteya)
3. Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha)
4. Tidak boleh berbohong (amrsawada)
5. Tidak boleh mabuk minum-minuman keras (dama)
Selain itu dalam Kitab Sutasoma terdapat semboyan BhinnekaTunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua yang mengandung arti meskipun agama itu kelihatannya
berbeda bentuk atau sifatnya namun pada hakikatnya satu juga, yang kemudian menjadi
motto lambing Negara kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Hal tersebut mencerminkan
keluhuran budaya bangsa Indonesia pada saat itu, yang dipersepsikan dari adanya
toleransi kehidupan umat beragama antara pemeluk agama Budha dan agama Hindu.
 Secara harfiah Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu Pnca yang berarti Lima, dan Sila
berarti Dasar. Jadi Pancasila mempunyai makna Lima Dasar. Istilah “sila” diartikan
juga sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa; kelakuan
atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun);akhlak dan moral.
 Setelah tenggelam dalam proses penjajahan yang berkepanjangan, istilah Pancasila
diangkat lagi oleh Bung Karno dalam uraian pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di muka
siding Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai sebagai bahan dalam merumuskan Dasar Negara
Indonesia Merdeka, sehingga sering timbul anggapan bahwa tanggal 1 Juni
dipandang sebagai lahirnya Pancasila.

A. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pengertian Bangsa
 Menurut Ernest Renan, seorang guru besar dan pujangga yang termasyur dari
Perancis, dalam pidatonya yang diucapkan di Universitas Sorbonne (Paris) tanggal 11
Maret 1882 berjudul “Qu’est ce qu’une nation” (apakah bangsa itu), menurutnya
bangsa itu adalah soal perasaan, soal kehendak (tekad) semata-mata untuk tetap hidup
bersama (le desir de vivre ensemble) yang timbul antara segolongan besar manusia
yang nasibnya sama dalam masa yang lampau, terutama dalam penderitaan-
penderitaan bersama. Jadi bangsa ialah segerombolan manusia yang mau bersatu, dan
merasa dirinya bersatu. Sedangkan Otto Bauer mengartikan bangsa adalah satu
persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib.
 Menurut Bung Karno, bangsa adalah manusia yang menyatu dengan tanah airnya.
 Menurut Mohammad Hatta, bangsa ditentukan oleh keinsyafan sebagai suatu
persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsafan yang terbit karena percaya atas
persamaan nasib dan tujuan. Keinsafan ini bertambah besar oleh karena sama
seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, oleh karena
jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya oleh karena peringatan kepada
riwayat bersama yang tertanam didalam hati dan otak.
Pengertian Pandangan Hidup
 Pandangan hidup berkenaan dengan sikap manusia didalam memandang diri dan
lingkungannya. Sikap manusia ini dibentuk oleh adanya kekuatan yang bersemayam
pada diri manusia, yakni iman, cipta, rasa dan karsa, yang membentuk pandnagan
hidup perorangan yang kemudian beradaptasi dengan pandangan hidup perorangan
lainnya menjadi pandngan hidup kelompok. Hubungan antara kehidupan kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya melahirkan suatu pandangan hidup bangsa.
 Menurut Subandi Al Marsudi penulis buku Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma
Reformasi, Pandangan Hidup dapat didefinisikan sebagai segenap prinsip dasar yang
dipegang teguh oelh suatu bangsa guna memecahkan berbagai persoalan kehidupan
yang dihadapinya.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
• Pancasila disebut sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, karena nilai-nilai yang
terkandung dala sila-silanya tersebut dari waktu ke waktu dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Bangsa Indonesia.
• Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, digunakan sebagai petunjuk hidup sehari-
hari, dan digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan didalam segala bidang.
Tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kehidupan, baik norma agama, norma
kesusilaan, norma sopan santun maupun norma hukum yang berlaku.
• Pandangan hidup bangsa dapat digunakan untuk mencapai hidup yang kokoh, guna
mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa
memiliki pandangan hidup, suatu bangsa akan terus berombang-ambing dalam
menghadapi persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri maupun persoalan-
persoalan besar umat manusia dlam pergaulan masyrakat bangsa-bangsa di dunia.
Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman dalam memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, social dan budaya
yang timbul dalam gerak kehidupan masyarakat yang makin maju, serta didalam
membangun dirinya.
• Definisi atau batasan tentang pandangan hidup suatu bangsa ini pernah kita dapati
dalam buku pengantar pemahaman atas latar belakang Ketetapan No. II/MPR/1978
tentang Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila atau Ekaprasetia
Pancakarsa.
• Berdasarkan hasil Sidang Istimewa MPR-RI bulan November 1998 Ketetapan No.
II/MPR/1978 tersebut di atas telah dinyatakan dicabut dengan Ketetapan MPR-RI No.
XVIII/MPR/1998.
• Dari segi kedudukannya, Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi, yakni sebagai
cita-cita dan Pandangan Hidup Bangsa dan Negara RI, sedangkan dilihat dari segi
fungsinya Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai Dasar Negara RI.
• Istilah-istilah lain sebagai sinonim dari pengertian pandangan hidup dikenal dengan
sebutan: way of life, Weltanschauung, wereldbeschouwing, wereld en levens
beschouwing, pandangan dunia, pegangan hidup, pedoman hidup dan petunjuk hidup.
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara RI
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai dasar Falsafah Negara,
Philosofische Gronddslag dari Negara, Ideologi Negara, Staatsidee.
Pancasila sebagai Dasar Negara RI berarti Pancasila dijadikan dasar dalam mengatur
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara RI
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 aline keempat.
Pancasila sebagai tempat menuangkan aturan-aturan dasar/pokok yang tertulis yang
kemudian dijabarkan lagi kedalam berbagai Ketetapan MPR, dan aturan yang tidak
tertulis terpelihara dalam konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan.
Pancasila punyai sifat kengikat, keharusan, imperative artinya norma-norma hukum yang
tidak boleh dikesampingkan namun dilanggar, sedangkan pelanggaran atasnya dapat
berakibat hukum dikenakannya suatu sanksi
Meskipun sekarang dalam suasana reformasi dan demokrasi dimana ornag bebas
mengeluarkan pendapatnya dan menyampaikan pikiran dan pandangan-pandanganya,
namun tidak boleh memberikan penafsiran terhadap Pancasila menurut anggapannya
sendiri-sendiri. Dimana kasus ini pernah terjadi karena adanya penyimpangan terhadap
Pancasila yaitu, kasus DN Aidit tokoh PKI yang berideologikan komunis.
Pancasila selain sebagai alat pemersatu juga sebagai Jiwa Bangsa Indonesia, Pancasila
sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
Indonesia ketika mnedirikan Negara, Pancasila sebagai Cita-cita dan Tujuan Bangsa
Indonesia, dan Pancasila sebagai Falsafah Hidup dan Ideologi Bangsa Indonesia, dsb.
Daro aspek hukum ketatanegaraan Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum, seperti yang dinyatakan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
(Pancasila: Sumber dari segala sumber hukum), juncto Ketetapan MPR-RI No.
V/MPR/1973 dan No. IX/mpr/1978
Sumber dari tertib hukum RI adalah pegangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat
Negara yang bersangkutan. Sumber dari tertib hukum RI adalah pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana
kejiwaan dan watak dari rakyat Indonesia, ialah cita-cita mengenai kemerdekaan
individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan social, perdamaian
nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk, dan tujuan Negara,
cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan daripada Budi Nurani Manusia. Dan semua ini dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama RI menjadi Dasar Negara RI, yakni Pancasila.
Pancasila, sebagai sumber dari segala sumber hukum, melahirkan empat buah sumber
hukum lain, yaitu: (1) Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, (2) Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959, (3) UUD 1945, (4) SP 11 Maret 1966
Ketetapan No. XX/MPRS/1966, memuat tata urutan peraturan perundangan RI sebagai
berikut:
 UUD 1945
 Ketetapan MPR
 UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Peraturan pelaksana lainnya: Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
BAB II
LATAR BELAKANG SEJARAH PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Nama Pancasila sebagai Dasar Negara meskipun tidak tertulis secaar resmi di
dalam Pembukaan dan Batang Tubuh maupun Penjelasan UUD 1945, namun sudah
cukup jelas bahwa yang dimaksudkan ialah lima Dasar Negara sebaagimana
perumusannya trdapat dalam alinea keempat UUD 1945.
Sebelum Pancasila berlaku sah sebagai Dasar Negara RI, maka untuk mewujudkannya
didahului / diawali dengan adanya suatu proses perumusan yang mengandung latar
belakang tertentu.
Oleh karena itu pada dasarnya dapat diadakan pembabakan ke dalam 2 abgian yang
meliputi: Hal yang menyangkut latar belakang sejarah dan proses perumusan serta
pengesahannya.
A. Latar Belakang Sejarah
Pendudukan Indonesia oleh colonial Belanda semenjak berdirinya perkumpulan
dagang VOC (Verenigde Oost Indische Companie) diawal abad XVII dengan
pemerintahannya di Indonesia yang terkenal dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlands Indie), mulai ambruk dengan mendaratnya tentara Jepang di
Indonesia yang dimulai pertama kali di Pulau Tarakan, Kalimantan pada tanggal
10-11 Januari 1942, yang kemudian diikuti dengan adanya pendaratan dipulau-
pulau lainnya seperti Sulawesi, Maluku, Sumatra, Bali dan akhirnya memasuki
pulau Jawa.
Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh, dan perlawanan Belanda terhadap Jepang
berakhir di Bandung pada tanggal 8 Maret 1942, sedangkan tanggal 9 Maret 1942
Jenderal Ter POorter sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Darat Sekutu di Jawa
menyerah dengan tanpa syarat, yang diikuti dengan ditawan dan dibawanya ke
luar Jawa Gubernur Tjarda van Starkenborg Stachouwer dengan para pembesar
Belanda lainnya, sehingga terhitung sejak itu secara formal dimulai masa
pendudukan Jepang di Indonesia.
Sesuai Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1942 yang dikeluarkan oleh Jepang pada
tanggal 7 Maret 1942, yaitu sebelum pemerintahan Hindia Belanda menyerah,
dinyatakan bahwa kedatangan Balatentara Nippon untuk memperbaiki nasib
rakyat Indonesia yang dianggap sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Jepang.
Disamping itu guna mewujudkan ketentraman umum dan kehidupan yang
makmur bersama-sama rakyat Indonesia atas dasar mempertahankan Asia Raya.
Daerah pemerintahan di Indonesia di bagi-bagi tidak lagi sebagai satu
pemerintahan, melainkan kedalam beberapa wilayah, untuk Jawa dan Madura
pusatnya di Batavia, untuk Sumatra di Bukit Tinggi. Keduanya di bawah
Pemerintahan Angkatan Darat (Rkugun). Sisanya, seperti Borneo, Bali terus ke
bagian timur samapai dengan Irian di bawah. Pemerintahan Angkatan Laut
(Kaigun) yang berpusat di Makasar. Adapun semua pemerintahan daerah ini
dibawahi oleh seorang PAnglima Besar untuk seluruh daerah Asia Tenggara
(Nanpoo Gun) yang berkedudukan di Saigon.
Masuknya Jepang di Indonesia berjalan mulus dan mendapat sambutan gembira
dari bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan perlakuan Jepang yang ramah, dan
dikira akan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda,
disamping kepada rakyat Indonesia mula-mula diperbolehkan untuk mengibarkan
bendera sang dwi warna merah putih, dan menggunakan lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
Kemudian terjadilah penyerahan kekuasaan dan pergantian pemerintahan dari
Gubernur Jenderal Belanda kepada gusireikan (panglima Besar) Jepang. Setelah
iu diikuti penurunan bendera triwarna (Merah Putih Biru) dan menaikkan bendera
Matahari terbit, serta mengubah lagu Wilhelmus menjadi Kimigayo.
Dirumuskan Pancasila sebagai Dsar Negara tidak terlepas dari adanya janji
pemerintah Jepang di Tokyo yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso
dihadapan Parlemen Jepang pada tanggal 7 September 1944 untuk memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia sebagai hadiah dari pemerintahan Jepang.
Pemberian janji tersebut tidak terlepas dari perhitungan strategi Jepang yang
melihat Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,
yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan dukungan pada ANgkatan Perang
Jepang dalam memenangkan Perang Dunia II melawan Sekutu. Akan tetapi janji
itu baru dilakukan stelah Balatentara Jepang mengalami kekalahan-kekalahan di
semua medan pertempuran, dan adanya desakan dari para pemimpin pergerakan
bangsa Indonesia, yang kemudian memaksa Pemerintah Jepang untuk membentuk
Dokutitzu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
Realisasi BPUPKI dilakukan oelh Gunseikan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1945
dengan dr. KRT Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua, RP Soeroso sebagai
Wakil Ketua merangkap Kepala Kantor/Sekretariat, an seorang bangsa Jepang
bernama Yoshio Ichibangsae, juga menjabat sebagai wakil Ketua, serta anggota
sebanyak 64 orang.
Sesuai dengan namanya, badan ini dibentuk dengan ruang lingkup tugas yang
terbatas, yakni melakukan penyelidikan bagi usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia. Keterbatasan ruang lingkup tugas badan ini dapat dilihat dari
pernyataan Yoshio Ichibangsae yang mengemukakan bahwa setelah pekerjaan
badan ini selesai, maka akan dibentuk suatu panitia lain yang bertugas
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, akan tetapi panitia yang akan dibentuk
kemudian itu tidak terikat dengan hasil kerja BPUPKI.
Dari apa yang dikemukakan oleh Wakil Jepang itu dapat disimpulkan bahwa
kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang tersebut tidak dilandasi kesungguhan
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, melainkan hanya tipu
muslihat belaka.

B. Proses Perumusan Dan Pengesahan


Sehari setelah pengurus BPUPKI dilantik, maka badan ini mulai mengadakan
siding-sidang di bawah pimpinan ketuanya, yaitu dr. KRT Radjiman
Wediodiningrat.
Seluruh proses persidangan BPUPKI ini dapat dibagi dalam 2 masa epersidangan,
yaitu: Masa Persidangan 1 berlangsung dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni
1945, dan MAsa Persidangan II berlangsung dari tanggal 10 sampai tanggal 16
Juli 1945, yang diselenggarakan di Gedung Tyuoo Sangi-in (sekarang Gedung
Pejambon) Jakarta.
1. Masa Persidangan 1
Substansi dan inti pembahasan dalam MAsa Persidangan 1 menitikberatkan
pada pembahasan tentang landasan filosofi, yaitu dasar Negara Indonesia.
Masa Persidangan I yang berlangsung selama 4 ahri dari tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945 ini seluruhnya merupakan masa siding pleno yang
dipimpin secara langsung oelh Ketua BPUPKI.
Dalam sidangnya yang pertama tanggal 29 Mei 1945, Ketua BPUPKI
meminta kepada para anggotanya untuk memberikan pandangan-pandangan
tentang Dasar Indonesia Merdeka (philosofische grondslag). Adapun
pembiacara pertama dalam siding ini diisi oleh Muhammad Yamin, yang di
dalam pidatonya telah mengajukan usulan secara lisan mengenai dasar
Negara kebangsaan yang rumusannya terdiri atas 5 (lima), yaitu:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ke-Tuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
1yang disusul kemudoan dengan usulan tertulis mengenai dasar Negara kebangsaan
tersebut dengan rumusan sebagai beriku:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Selanjutnya dalam persidangan I hari kedua tanggal 30 Mei 1945, pembicaranya adalah
dari tokoh-tokoh Islam, yaitu Ki Bagoes Hadikoesoemo, dan KH Wachid Hasyim, yang
mengusulkan dasar Negara Islam, namun tetap menyampaikan sesuatu perumusan.
Kemudia dalam persidangan 1 hari ketiga tanggal 31 Mei 1945, pembicara utamanya
adalah Soepomo, yang didalam pidatonya menyampaikan pandangan mengenai dasar
Negara kebangsaan, yaitu melalui uraian yang berfokus pada aliran pikiran Negara
integralistik.
Dalam kaitan ini tidak dijumpai adanya perumusan dasar Negara yang lima dari
soepoemo, kecuali dalam buku karangan Nugroho Notosusanto yang berjudul: “Proses
Perumusan Pancasila Dasar Negara” yang sumbernya dikutip dari buku karangan
Muhammad Yamin, “Naskah Persiapan UUD 1945”. Terdapat rumusan 5 (lima) dasar
negara usulan Soepoemo sebagai berikut:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keimbangan lahir batin
4) Musyawarah
5) Keadilan Rakyat
Akhirnya dalam persidangan I hari keempat/terakhir tanggal 1 Juni 1945 pembicaranya
adalah Soekarno (Bung KArno) yang juga menghasilkan rumusan yang diberi nama
Pancasila yaitu terdiri dari:
1) Kebanggan – Nasionalisme
2) Perikemanusiaan – Internasionalisme
3) Mufakat – Democratie
4) Keadilan Sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa
Menurt Bung KArno, kelima sila ini bila diperas menjadi trisila\, yaitu:
1) Socio-Nasionalisme
2) Socio-Democratie
3) Ke-Tuhanan
Sedangkan bila Tri Sila ini diperas agi menjadi EKa Sila, yaitu “gotong royong”
Kesemua usul-usul yang diajukan dalam masa persidangan tersebut masih merupakan
persoalan individual, yang setelah dibahas dalam siding ternyata belum menghasilkan
kesimpulan yang dapat disepakati.
Oleh karena itu atas anjuran Ketua BPUPKI telah meinta agar para pengusul tadi
menyatakan usulannya secara tertulis yang diharapkan telah masuk tanggal 20 Juni 1945,
dan untuk keperluan itu dibentuk “Panitia Kecil” yang terdiri dari 8 orang atau dapat
disebut PAnitia 8 dengan tugas menampung konsepsi-konsepsi dan usul-usul dari para
angggota serta menelitinya, yang sesudahnya itu menyerahkan melalui Sekretariat sesuai
permintaan Ketua BPUPKI.
Panitia Kecil / Panitia 8, terdiri dari:
1) Ir. Soekarno (Ketua)
2) Drs. Mohammad Hatta
3) M. Soetardjo Kartohadikoesoemo
4) K.H Wachid Hasyim
5) Ki Bagoes Hadikoesoemo
6) Mr. Muhammad Yamin
7) Mr. Alfred Maramis
Setelah konsepsi-konsepsi dan usul-usul tersebut ditampung dan diteliti, maka telah
dihasilkan pokok-pokok masalah yang melliputi 9 pokok masalah, yaitu:
1) Permintaan Indonesia merdeka dengan selekas-lekasnya.
2) Tentang Dasar Negara
3) Masalah Pemerintahan dan Keala Negara.
4) Tentang warganegara.
5) Masalah Pemerintah di daerah.
6) Masalah Agama dan hubungannya dengan Negara.
7) MAsalah Pembelaan
8) MAsalah Keuangan
Tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat pertemuan sebelum memasuki masa persidangan II
BPUPKI antara Panitia Kecil dengan para anggota Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai.
Pertemuan ini mengusulkan 4 hal, yaitu:
Pertama : Penetapan Bentuk Negara dan Penyusunan Hukum Dasar Negara.
Kedua : Permintaan Kepada Pemerintah Jepang unutk selekas-lekasnya
mengesahkan Hukum Dasar.
Ketiga : Meminta kepada Pemerintah Jepang agar diadakan Badan Persiapan
selekas mungkin yang tugasnya menyelenggarakan Negara Indonesia
Merdeka di atas hukum Dasar yang telah disusun.
Keempat : Tentang pembentukan Tentara Kebangsaan dan Tentang Keuangan.
Pertemuan dalam rapat ini juga telah membentuk panitia 9, yaitu: Ir. Soekarno sebagai
Ketua, dan anggotanya : Drs. Mohammad Hatta, K.H Wachid Hasyim, Mr. Muhammad
Yamin, Mr. Alfred Maramis, Mr. Achmad Soebardjo, Abdul Kahar Moezakkir, Abikoesno
Tjokrosoejoso, dan H. Agus Salim. Panitia ini dibentuk guna merumuskan dasar Negara,
dan untuk memenuhi kebutuhan dalam mencari jalan antara apa yang disebut Golongan
Islam dengan yang disebut Golongan Kebangsaan mengenai soal agama dan Negara,
yang masalahnya telah timbul sejak dalam masa persidangan I. Panitia 9 berhasil
merancang suatu “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” yang dikenal dengan sebutan
“Piagam Jakarta” atau “Jacarta Charter” sebagai nama atau sebutan yang diberikan
oleh Muhammad Yamin, sedangkan Soekiman menyebutnya sebagai Gentleman
Agreement yaitu semacam perjaniian yang luhur.
Piagam Jakarta juga memuat perumusan Dasar Negara sebagai ahsil kerja kolektif Panitia 9
yang terdiri atai lima, yaitu:
1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2) Kemanusiaan yanga dil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Masa Persidangan II
Di masa ini lebih menitikberatkan pada pembahasan Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia. Dan persidangan ini berlangsung selama 7 hari dari tanggal 10
s/d 16 Juli 1945.
Persidangan II hari pertama dimulai tanggal 10 Juli 1945 yang merupakan sidang
pleno BPUPKI. Soekardjo Wirjopranoto, Otto Iskandardinata, dan Abikoesno
Tjokrosoejoso selaku anggota BPUPKI.meminta agar “Rancangan
Pembukaan/Preambule’ itu dibicarakan dahulu, namun usul tersebut ditolak oleh
ketua. Setelah persidangan umum, diadakan pemungutan suara mengenai 2
persoalan, yaitu:
1. mengenai Bentuk Pemerintahan
2. Mengenai Batas Wilayah Negara
Dan setelah itu baru dibicarakan soal Undang-Undang Dasar.
Lalu Ketua BPUPKI membentuk tiga buah panitia, yang terdiri dari:
a. Panitia Perancang UUD, diketuai oleh Ir. Soekarno.
b. Panitia Pembelaan Tanah Air. Diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso.
c. Panitia Keuangan dan Perekonomian, diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
Terbentuknya panitia ini, pada tanggal 11 Juli 1945 (hari kedua) Panitia Perancang
UUD mengadakan rapat dan mengahsilkan putusan-putusan, yang berupa :
a. Pembentukan Panitia Perancang Declaration of Rights yang terdiri dari: Mr. Achmad
Soebardjo (sebagai ketua), dr. Soekiman (anggota), Perada Harahap (anggota)
b. Pembentukan Panitia Kecil Perancang UUD, yaitu terdiri dari: Prof. Mr. Dr.
Soepomo (ketua), dan anggotanya : Mr. Wongsonegoro, Mr. Achmad Soebardjo, Mr.
Alfred Andre Maramis, Mr. Singgih, Hj. Agoes Salim, dr. Soekiman
Hari ketiga tanggal 12 Juli 1945, Panitia Kecil Perancang UUD mengadakan rapat.
Dan berhasil menyusun Naskah Rancangan UUD.
Hari ketiga tanggal 13 Juli 1945, Panitia Perancang UUD mengadakan rapat yang
kedua guna mambahas Naskah Rancangan UUD hasil kerja dari Panitia 7, lalu dibentuk
Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri dari 3 orang, yaitu: Prof. Dr. P.A.H Dr. Soepomo,
guna menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah dubahas itu.
Hari keempat tanggal 14 Juli 1945, diadakan sidang pleno/paripurna lagi oleh
BPUPKI untuk menerima laporan dari Panitia Perancang UUD, yaitu Ir. Soekarno
sebagai ketua,dan melaporkan tiga buah hasil kerja Panitia berupa:
1. Pernyataan Indonesia Merdeka
2. Pembukaan UUD
3. Batang Tubuh UUD
Mengenai konsep Indonesia Merdeka diambil dari tiga aline Piagam Jakarta,
sedangkan konsep Pembukaan UUD hamper seluruhnya dari alinea keempat PIagam
Jakarta. Setelah didiskusikan, akhirnya diterima. Jadi tanggal 14 Juli 1945 adalah
penerimaan Piagam Jakarta oleh BPUPKI.
Meskipun pada dasarnya BPUPKI telah menyatakan menerima dengan bulat
naskah dari rancangan UUD, namun secara hukum status BPUPKI ini bukan merupakan
badan pembentuk Negara yang memopunyai wewenang unutk meletakkan kaidah Negara
yang fundamental, maka adanya penerimaan terseut belum berarti bahwa rumusan naskah
UUD yang dikenal dengan Piagam Jakarta hasil kerja Panitia 9 itu telah diterima sebagai
dasar Negara, karena ternyata kemudian rumusan tersebut masih mengalami perubahan
lagi dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Naskah ini tanggal 17 Agusts 1945 diserahkan kepada Pemerintah Balatentara
Jepang, dan sesudahnya itu BPUPKI tiak mengadakan sidang-sidangnya lagi.
Kemerdekaan bangsa Indonesia sebagaimana yang dijanjikan Jepang sempat
mendapat tantangan dari pihakn Angkatan Laut Jepang sehingga tidak segera terwujud,
meskipun kemudian setelah melihat Filiphina jatuh ketangan angkatan perang Amerika
Serikat, pihak Angkatan LAut tidak lagi menentang kebijaksanaan politik tersebut. Maka
tanggal 17 Juli 1945, dalam rapat Dewan Perang Tertinggi diterima sebuah resolusi,
yaitu:
1. Bahwa kemerdekaan yang akan diberikan kepada Indonesia meliputi
bekas wilayah jajahan Belanda yang bernama HIndia Belanda.
2. Harus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesi (PPKI) di
Jakarta.
Tanggal 9 agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hata dan KRT Radjiman
Wediodiningrat berkunjung ke Dalat guna menemui Marsekal Hisaichi Terauci (Wakil
Pemerintah Jepang), dan tanggal 10 Agustus 1945 tiba di Saigon, danmendapat
penjelasan bahwa kemerdekaan Indonesia akan ditentukan oleh Pemerintah Jepang yang
berkedudukandi Tokyo. Dan mereka tiba di Jakarta kembali tanggal 14 Agustus 1945.
Tanggal 6 Agustus 1945, kota Hiroshima dijatuhi bom Amerika Serikat dan kota
Nagasaki juga pada tanggal 9 Agustus 1945, sehingga kondisi Jepang makin terpuruk.
Dalam keadaan itu, dimana kekuasaan Jepang sedang mengambang, tanggal 12 agustus
1945 dibentuk PPKI oleh Marsekal Hisaici Terauci yang membawahi Kepala
Pemerintahan Balatentara Jepang untuk seluruh Asia Tenggara.
Anggota PPKI ada 21 orang yang diketuai oleh Soekarno, dan Moh. Hatta sebagai
wakilnya denga tugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 14 Agustus
1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, sehingga terjadi kekosongan
kekuasaan (Vacuum of power) di dalam pemerintahan. Saat itu, bangsa Indonesia
dihadapkan pada situasi yang tidak menentu dan krisis, yaitu antara harapan memperoleh
kemerdekaan dari Jepang yang tidak kunjungvtiba, dan hasrat untuk merdeka yang besar.
Tanggal 16 Agustus 1945 di rumah Laksamana Maeda, di Jalan Nassau Boulevard No. 1
Jakarta mulai tengah malam hari, diambil keputusan penting untuk menyatakan
kemerdekaan Indonesia pada pagi harinya. Maka pada tanggal 17 Agustus 1945 yang
dilangsungkan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, diproklamasikanlah Kemerdekaan
Indonesia…
Naskah resmi teks proklamasi dibacakan oleh Soekarno dan ditandatngani
bersama oleh Soekarno-Hatta yang bertindak atas nama Bangsa Indonesia. Kemerdekaan
ini merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia dalam melepaskna dirinya
dari belenggu penjajahan untuk menjadi bangsa yang bebas merdeka dan berdaulat, dan
hal ini merupakan putusan politik tertinggi dari Bangsa Indonesia. Putusan yang diambil
melalui tindakan proklamasi ini membuktikan kalau kemerdekaan bangsa Indonesia
bukanlah pemberian Jepang melainkan atas dasar perjuangan bangsa Indonesia sendiri.
PPKI yang semula merupakan badan bentukan Jepang, diubah sifat, baik
mengenai status, fungsi ataupun keanggotaannya oleh bangsa kita. Status dan fungsi
berubah menjadi Badan Nasional yang mewakiliki seluruh rakyat Indonesia, sedangkan
mengenai keanggotaanya juga berubah dari 21 menjadi 27 orang.
Tanggal 18 Agustus1945, PPKI mengadkan sidang pertama dan berhasil
mengsahkan UUD NKRI yang kemudoan lebih dikenal dengan UUD 1945, terdiri atas 2
bagian yaitu bagian Pembukaan dan bagian Batang Tubuh.
Bagian Pembukaan berisikan pokok-pokok oikiran yang tersusun atas empat
alinea, sedangkan bagian Batang Tubuh tersusun atas 16 BAB yang berisikan 37 Pasal, di
tambah 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan. Pada Alinea keempat
tercantum rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara RI yang meliputi sila-sila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. kemannusiaan yang adil dan beradab.
3. persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oelh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan tindakan pengesahan atas UUD NKRI oleh PPKI, maka terhitung sejak saat itu
Pancasila sebagai Dasar Negara RI, telah berlaku resmi dan merupakan rumusan yang
final, karena pengesahannya dilakukan oleh suatu Badan Nasional yang merupkaan
Pembentuk Negara RI, dan menurut Hukum Tata Negara mempunyai wewenang untuk
meletakkan Pokok Kaidah Negara yang fundamental.
Perumusan-perumusan lain mengenai Pancasila yang pernah berlaku di Negara RI pasca-
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, ialah sebagaimana tercantum dalam:
a) Konstitusi RIS (1949) yang meliputi:
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. kebangsaan
4. kerakyatan
5. keadilan Sosial
b) UUDS (1950) yang memuat perumusan yang sama.
Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dinyatakan kembali kepada UUD 1945, yang
berarti perumusan Pancasila dalam UUD 1945 itulah yang berlaku secara sah dan
resmi hingga sekarang.

You might also like