You are on page 1of 17

BAB I KAJIAN PUSTAKA Dasar Teori

Pengertian Relasi dan Oklusi Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system dan muscular system. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : sentrik, eksentrik, habitual, supra-infra, mesial distal, lingual. dsb. Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu : 1. 2. Oklusi ideal adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terdapat pada manusia. Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi dikontakan dan kondilus berada dalam fosa glenoidea. Selain itu istilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal-hal diluar oklusi normal. Pada oklusi normal masih memungkinkan adanya beberapa variasi dari oklusi ideal yang secara fungsi maupun estetik masih dapat diterima/memuaskan. Ada 2 tahap oklusi pada manusia : 1. 2. Perkembangan gigi geligi susu. Perkembangan gigi geligi permanen (rssm.iwarp.com). Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua permukaan yang berhadapan sampai kedua pemukaan tersebut saling kontak. Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi.

Page | 1

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses statik yang hanya dapat diketahui bila seseorang penutup mulut sampai gigi geliginya dalam keadaan kontak. Tetapi, kita harus pula memahami bahwa selain faktor gigi-geligi masih ada faktor lain yang ikut terlibat dalam proses tersebut. Beberapa ahli menyatakan bahwa oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antara sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler sendi temporomadibular dan gigi-geligi (Hamzah, Zahseni; dkk). Dari aspek sejarah perkembangannya, dikenal tiga konsep dasar oklusi yang sejauh ini diajarkan dalam pendidikan kedokteran gigi. Pertama, konsep oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam kedudukan sentrik maupun eksentrik. Kedua, konsep oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak. Ketiga, konsep oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic)/individual/functional occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A; dkk). Posisi Oklusal Maksila Mandibula Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat

Page | 2

pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration. Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. 2. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral. 3. 4. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral. Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi diatas. (Hamzah, Zahreni,dkk) Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis yang mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan antara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan penyangga. Aspek yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi system stomatognatik ang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu: Oklusi Ideal Merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan
Page | 3

oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain: Bentuk korona gigi berkembang dengan normal dengan perbandingan yang tepat antara dimensi mesio-distal atau buko-lingual Tulang, otot, jaringan disekitar gigi anatomis mempunyai perbandingan yang normal Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis, satu dan secara bersama-sama memenuhi hubungan yang tertentu Gigi geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai hubungan geometris dan anatomis yang tertentu Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat fungsi pengunyahan, maka bentuk gigi ideal jarang dijumpai. Oklusi ini jarang ditemukan pada gigi geligi asli yang belum diperbaiki. Oklusi Normal Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat. Oklusi dikatakan normal jika: Susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik Gigi dengan kontak proksimal Hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap cranium dan muscular di sekitarnya Kurva spee normal Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite dan overjet Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar 1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di embrasure antara molar 1 dan 2 mandibla dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
Page | 4

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oklusi Oklusi pada masing-masing individu tidaklah sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain: Variasi genetik Perkembangan gigi-geligi secara acak Adanya gigi-gigi supernumerary Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut Kebiasaan Trauma

Page | 5

BAB II HASIL PERCOBAAN

Tabel Hasil Pengamatan 1.3.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi-geligi 1.3.1.1. Pemeriksaan Oklusi Statik Jenis Kelamin Orang Coba Posisi Oklusi Cusp to marginal ridge Perempuan Cusp to fossa 37 Sisi Kanan 15 16 17 45 46 47 Sisi Kiri 24 25 34 35 27

1.3.1.2. Pemeriksaan Oklusi Sentrik Jenis kelamin orang coba Hubungan gigi geligi posterior Gigi geligi dalam keadaan oklusi sentrik Perempuan dan terjadi kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya (ICP). 1.3.1.3 Pemeriksaan Overbite dan Overjet Jenis Kelamin Overbite Orang Coba P L 1.3.1.4 Pemeriksaan Oklusi Ideal
Page | 6

Overjet 0,2 cm 0,1 cm

0,4 cm 0,3 cm

Gerakan Oklusi sentrik Relasi sentris ke oklusi sentris Pergerakan mandibular ke anterior

Orang coba Perempuan Perempuan Perempuan

normal

hambatan -

Jenis kelamin Orang Coba Perempuan

Gerakan Oklusi ICP

Gigi Geligi yang mengalami kontak premature (ditandai spot yang tebal) ,

Perempuan

RCP

, ,

Perempuan

PCP

1.3.2 Pemeriksaan Hubungan Mandila Terhadap Maksila 1.3.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik Jenis kelamin orang coba Perempuan Jarak gigit saat oklusi sentris 4 mm Jarak gigi saat relasi sentris 6 mm

Jenis kelamin orang coba Perempuan

Jarak pergeseran dari posisi ICP ke RCP (mm)

6mm
Page | 7

1.3.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position Jenis kelamin orang coba Perempuan Free way space (mm) 2,2 mm

1.3.3.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamik / Artikulasi Jenis Kelamin Orang Coba Perempuan (I) Perempuan (II) Oklusi gigi pada sisi kerja + Oklusi gigi pada keseimbangan + +

Jenis kelamin orang coba Perempuan (I) Perempuan (II)

Pola Oklusi (BBO/UBO/MBO/tidak dapat diklasifikasikan) MBO BBO

PERTANYAAN 1. Apakah setelah RCP rahang masih dapat digerakkan ke posisi lebih posterior? Tidak, karena RCP merupakan titik dimana RB dalam posisi paling posterior (posterior maksimum) terhadap RA, sehingga hanya dapat digerakkan ke samping saja, tanpa mampu digerakkan ke posisi lebih posterior lagi.

2. Pada keadaan normal tanda ada pergerakan rahang oklusi umumnya terjadi kontak gigi geligi RA dan RB yang bagaimana?
Page | 8

Pada keadaan normal yang sehat, posisi gigi geligi dalam keadaan baik, di mana gigi geligi kontak dalam keadaan ideal. Saat oklusi static terjadi gigi geligi dalam keadaan cusp to marginal maupun cusp to fossa. Sedangkan gigi anterior kontak antara insisal gigi RB anterior dengan singulum RA anterior (overbite, overjet). Pada oklusi dinamik gigi geligi kontak dalam keadaan seimbang dalam pergerakannya.

3. Hubungan terbanyak antara gigi rahang atas dan rahang bawah adalah kontak yang bagaimana? Retruded Contact Position (RCP), yaitu kontak maksimal antara gigigeligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral

4. Pada orang normal oklusi terbanyak adalah? Mutually Protected Occlusion, dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak kontak

5. Berapa besar Free way space normal? Besar free way space normal 2- 4 mm. Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak in-terocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti.

6. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami Cusp to margin? Yang mengalami Cusp to margin adalah gigi premolar

Page | 9

7. Gigi-gigi posterior manakah yang mengalami Cusp to fossa? Yang mengalami Cusp to fossa adalah gigi molar

8. Untuk mencapai posisi working side, dimana posisi cusp gigi posterior RB? Untuk mencapai posisi working side, posisi cusp gigi posterior RB berkontak dengan cusp gigi posterior RA, dimana cusp mesio-bukal gigi posterior pada RB berkontak dengan gigi posterior RA pada posisi mesiobukalnya.

Page | 10

BAB III PEMBAHASAN 1.3.1 Pemeriksaan Oklusi Gigi-geligi 1.3.1.1. Pemeriksaan Oklusi Statik Pada percobaan pemeriksaa oklusi sentrik awalnya orang coba dalam posisi duduk tenang dengan bidang oklusal sejajr dengan lantai kemudian instruksikan untuk membuak mulut dan dilanjutkan dengan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. Lihat lubang gigi geligi anterior dan posteriornya. Kemudian letakkan articulating paper di atas permukaan oklusal gigi posterior dan intruksikan orang coba untuk menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. Gerakan dilakukan selama 3 5 kali. Kemudian perhatikan hubungan gigi geligi posterior (cusp fungsional) untuk menetukan relasi gigi posterior cusp to margina ridge dan relasi gigi posterior cusp to fossa. Catat pada gigi yang mana (RA atau RB) dijumpai teraan cusp to marginal ridge yitu poada saat cusp fungsional gigi rahang atas dan bawah saling bersandar pada marginal ridge posterior lawannya. Serta catat gigi yang dijumpai cusp to fossa dan cusp fungsional gigi RA dan RB saling bersandar pada fossa posterior lawannya Pada pemeriksaan oklusi statik, orang coba memposisikan giginya seperti dalam keadaan saat dia diam (tidak ada pergerakan antara RA dan RB). Diketahui bahwa di sisi kiri RB dan RB, posterior ,oklusi cusp to marginal ridge pada orang coba adalah gigi premolar 1 dan premolar 2. Sedangkan gigi molar 2 mengalami oklusi cusp to fossa, dengan keadaan gigi molar 1 atas yang sudah diekstraksi sehingga tidak terjadi kontak, dan gigi molar 3 yang belum tumbuh.

Page | 11

Di sisi kanan, hanya terjadi oklusi cusp to marginal ridge saja pada gigi premolar 1,premolar 2 dan molar 1 RA dan RB, dan gigi posterior lainnya tidak terjadi oklusi. 1.3.1.2. Pemeriksaan Oklusi Sentrik Pada pemeriksaan oklusi sentrik, orang coba disipakan dalam posisi duduk dengan tenang, dengan posisi bidang oklusi sejajar lantai. Lalu diinstruksikan untuk membuka mulut, dianjurkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang saling menyentuh (ICP). Keadaan seperti ini dipertahankan. Lalu, orang coba dimintai untuk menggerakkan RB ke posisi kontak maksimal se-posterior mungkin (sentrik/RCP), namun RB masih mampu bergerak ke lateral dan tanpa disertai rasa nyeri. Posisi kontak maksimal dari gigi-geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik harus diperhatikan. Lalu dicatat hubungan gigi geligi posterior rahang atas terhadap gigi lawannya. Pemeriksaan oklusi sentrik pada sampel didapatkan informasi bahwa, gigi -geligi dalam keadaan oklusi sentrik dan terjadi kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya (ICP). Hal ini menunjukkan orang coba dalam kondisi oklusi normal, dimana kontak gigi geligi RA dan RB dalam posisi seimbang, dan keadaan over jet serta over bite gigi anterior dalam keadaan normal, dimana kontak itu terjadi antara bidang insisal RB dengan singulum RA. Sedangkan hubungan antar gigi posterior sedikit mengalami pergeseran, dimana gigi geligi bagian posterior RB (premolar 1), kontak dengan premolar RA dan seterusnya, sehingga posisi kontak lebih ke belakang. Berdasarkan hasil percobaan, pada gigi posterior, terjadi kontak antara tonjolan gigi rahang bawah terhadap tonjolah gigi rahang atas. Posisi gigi RB yang lebih ke belakang pada orang coba, menyebabkan gigi Premolar 1 RA akan berkontak dengan Premolar 2 RB dan Premolar 2 RB dengan Molar. Sehingga dapat dikatakan bahwa gigi geligi berada dalam keadaan tidak sentrik. Karena kondisi gigi geligi tidak berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya saat pertama berkontak. Hal ini dapat disebabkan karena gigi mengalami supra-posisi atau overhanging restoration. 1.3.1.5 Pemeriksaan Overbite dan Overjet
Page | 12

Overjet adalah jarak horizontal antara gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi diukur pada ujung insisivus atas. Nilai rata-rata overjet pada oklusi normal kurang lebih 2mm atau 1mm sampai 3mm. Overjat tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan antero-posterior dari lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjetpositif, misalnya sewaktu insisivus atas terletak di depan insivus bawah pada keadaan oklusi, namun overjet juga bisa kebalikan, atau edge to-edge Overbite adalah jarak vertical antara ujung gigi insisivus atas dan bawah. Dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertikal dari segmendento-alveolar anterior. Idealnya, gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus atas atau 2-3 mm,pada keadaan oklusi. Namun bisa juga terjadi suatu keadaan di mana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 1/3 (deep bite). Bisa juga terjadi keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik (openbite). Bisa juga terjadi edge to edge atau permukaan insisal insisivus rahangatas berkontak dengan insisivus rahang bawah. Overjet dan overbite pada laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan, tetapi perbedaan ini tidak bermakna secara signifikan. Besar kecilnya overjet dan overbite bisa disebabkan oleh faktor skeletal, dental atau kombinasi keduanya. 1.3.1.6 Pemeriksaan Oklusi Ideal Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Pada percobaan yang dilakukan oleh orang coba, didapatkan pemeriksaan gerakan oklusi sentrik dalam keadaan normal, gerakan relasi sentries ke oklusi sentris dalam keadaan normal, dan pergerakan mandibula ke anterior juga dalam keadaan normal. Ketiganya tidak mengalami hambatan. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak.

Page | 13

Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration. Pemeriksaan Hubungan Mandila Terhadap Maksila 1.3.2.1 Pemeriksaan Relasi Sentrik Pada percobaan yang dilakukan oleh orang coba perempuan, gerakan oklusi Intercupal Contact Position (ICP) yaitu kontak maksimal antara gigigeligi dengan antagonisnya, yang mengalami kontak premature adalah gigi-geligi insisiv sentral. Gerakan oklusi Retruded Contract Position (RCP), yaitu kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun rahang bawah masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral, yang mengalami kontak premature adalah gigi geligi premolar, molar pertama, dan molar kedua. Sedangkan gerakan oklusi Protrusif Contact Position (PCP), yaitu kontak gigi geligi anterior pada saat rahang bawah digerakkan ke anterior, yang mengalami kontak premature adalah gigi geligi insisiv sentral. Dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu pemeriksaan relasi sentrik pada orang coba yang berjenis kelamin perempuan didapatkan jarak gigit saat oklusi sentries adalah 4mm, dan jarak gigi saat relasi sentries sebesar 6mm. Yang mana dalam keadaan sentrik ini kondisi kontak dari gigi-geligi pada posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Untuk pengamatan dari posisi ICP ke RCP pada orang coba didapatkan 6mm. pada pengamatan , orang coba menggerakkan mandibula ke belakang ke posisi yang paling posterior sejauh 1cm dari keadaan oklusi. Didapatkan 6 mm, yaitu selisih dari keadaan kontak yang maksimal ke posterior dikurangi dengan kontak maksimal dari gigi-geligi antagonisnya. 10 mm dikurangkan 4 mm. Dan pemeriksaan kali ini juga untuk melihat sentris atau tidaknya posisi mandibula, yang sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama kontak. 1.3.2.2 Pemeriksaan Physiological Rest Position Dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu pemeriksaan physiological rest position pada orang coba yang berjenis kelamin perempuan didapatkan free

Page | 14

way space 2,2 mm. Free way space sendiri adalah celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertikal istirahat dan relasi vertikal oklusi hal ini dapat dikatakan normal, free way space yang normal yaitu 2-4mm. Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak in-terocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti. 1.3.3.3 Pemeriksaan Oklusi Dinamik / Artikulasi Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun ke depan (antero-posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal rahang atas dan cusp molar rahang bawah; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side. Pada pemeriksaan oklusi dinamik atau artikulasi kali ini, digunakan dua orang coba yang berbeda namun dengan jenis kelamin yang sama. Pada orang coba pertama diperoleh data bahwa oklusi gigi geligi pada sisi kerja tidak terjadi kontak sedangkan oklusi gigi pada sisi keseimbangannya terjadi kontak. Sementara itu, pada orang coba kedua, oklusi gigi geligi pada sisi kerja terjadi kontak dan oklusi geligi pada sisi keseimbangan juga terjadi kontak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa orang pertama termasuk dalam pola oklusi MBO ( Mutually balanced Occlusion) yaitu dijumpai kontak ringan atau tidak kontak pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak terjadi kontak. Sedangkan pola oklusi orang kedua adalah BBO (Bilateral Balanced Occlusion) dimana gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.

Page | 15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung dalam suatu hubungan-hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognasi terhadapa permukaan gigi-geligi yang berkontok dalam keadaan berfungsi. Oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler, sendi temporomandibular (STM) dan gigi-geligi. Oklusi dikatakan baik/benar apabila hubungan kontak antara gigi-geligi pada rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik. Oklusi yang ideal dapat diperoleh apabila bentuk cusp, ridge, dan groove gigi geligi ideal, tetapi hal ini akan sulit dicapai sebab dalam proses pemakainnya seringkali gigi-geligi tersebut mengalami perubahan. Berbagai macam perubahan yang terjadi adalah : a. Atrisi, yaitu keausan gigi yang disebabkan faktor fisiologi (misalnya gesekan antar gigi) b. Abrasi, yaitu keausan gigi yang disebabkan faktor mekanis (misalnya sikat gigi)

Page | 16

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ida Ayu Candranita Manuaba, Sp.OG, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obsteri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Junadi, Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Avi Laviana. 2004. Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Bag. Orthodonti FKG Universitas Padjadjaran. pp. 1-18. Budiman, J.A., Yashadana, E.D.D., Sadoso, S.D., dan Masbirin. 1997. Hubungan Rasio Anterior dengan Overjet dan Overbite pada Perawatan Orthodontik. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol. 4 (3): 19-43. Despopoulos & Silbernagl. 2003. Color Atlas Of Physiology Chapter 9. Elsevier: Philadelpia

Page | 17

You might also like