You are on page 1of 25

Tugas Makalah ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA Disusun untuk memenuhi tugas

s mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan Dosen pengampu : Bapak Sawa Suryana

Disusun oleh : 1. Fidyan Fauziyyah Zain (4101411090) 2. Dyah Ayu Utami 3. Tintrim Sri Rejeki 4. Atika Rosiana 5. Siti Rahayu (4101411092) (4101411110) (4101411116) (4101411129)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosok pendidikan sebagaimana juga manusia dapat dikatakan sangat kompleks, karena terkait dengan berbagai aspek kehidupan dan kepentingankepentingan seperti ideologi, politik, sosial, budaya, agama, ekonomi, kemanusiaan, dan lain sebagainya. Di sinilah terkadang kurikulum menjadi ajang berbagai kepentingan, ada sebagian kalangan yang menginginkan pendidikan itu berbasis kepada agama, sehingga memunculkan pendidikan yang berbasis atau bercorak agama tertentu, namun ada juga yang mengharapkan pendidikan itu bersifat profan (keduniaan). Di lain sisi, pemerintah sebagai manifest organisasi politik juga menginginkan pendidikan atau kurikulum yang dapat menopang dan mendukung ideologi-ideologi politiknya. Oleh karena itu, karakter pendidikan pada hakikatnya merupakan pencerminan dari kondisi Negara (karakter-karakter manusia yang ada di dalamnya) yang menggambarkan ambisi-ambisi para pemimpin dan kekuatan-kekuatan sosial-politik yang sedang berkuasa. Dengan sendirinya pendidikan juga merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada. Contohnya, dalam Negara yang bercorak demokratis yang warga negaranya menghargai sifat-sifat unik dari setiap orang, akan nampak sistem pendidikannya yang sangat memperhatikan dan mengembangkan keunikan masingmasing pribadi dan kebebasannya. Di sisi lain, di negara totaliter dengan pemerintahan yang menguasai segala-galanya lewat kekuasaan absolutnya, pemerintah membatasi kebebasan individu dengan memberikan pendidikan yang uniform bagi semua anak didik. Sistem pendidikannya hanya satu, yaitu mencerminkan ide-ide politik untuk mendominir rakyat. Kartini Kartono (1977:7782).

Di samping itu, wujud pendidikan dapat dipahami sebagai lembaga atau institusi, sistem, administrasi dan birokrasi, perilaku dan proses belajar-mengajar, bangunan keilmuan, dan lain sebagainya. Ini semua mengindikasikan bahwa pendidikan itu tidak dapat berdiri sendiri, dan mengandung makna yang bisa secara fenomenal. Pencarian terhadap esensi pendidikan seperti apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan itu sebenarnya diselenggarakan, telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini, para ahli pendidikan memberikan kesimpulan terhadap unsureunsur dasar dalam pendidikan yaitu: 1) adanya pemberi, 2) penerima, 3) tujuan baik, 4) cara yang baik dan 5) konteks yang positif. Dengan adanya lima unsur dasar ini, pendidikan dapat dirumuskan sebagai aktivitas interaktif antara pemberi dan penerima untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik dalam konteks yang positif (Muhadjir, 2000: 1-8)

B. Rumusan Masalah Dari rumusan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam makalah ini sebagai berikut : 1. Apa saja macam macam aliran filsafat pendidikan? 2. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia? 3. Bagaimanakah aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui macam macam aliran filsafat pendidikan 2. Mengetahui aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan di Indonesia

D. Landasan Teori Pengertian Filsafat Pendidikan Bila dirujuk dari akar kata pembentuknya, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dengan demikian, filsafat dapat diartikan sebagai cinta kepada kebijaksanaan. Berfilsafat dengan demikian juga bertujuan hanya untuk mencari, mempertahankan dan melaksanakan kebenaran/kebijaksanaan atau ditujukan untuk kebenaran itu sendiri, berfilsafat tidak bertujuan untuk ketenaran, pujian, kekayaan, atau yang lainnya. Inilah yang kemudian dikenal dengan tradisi pemikiran filosofis Yunani yaitu suatu pemahaman atas kebenaran-kebenaran pertama (first truth), seperti baik, adil dan kebenaran itu sendiri, serta penerapan dari kebenaran-kebenaran pertama ini dalam problema-problema kehidupan. Namun dalam perkembangannya, pengertian ini banyak ditolak oleh filosof-filosof yang lainnya dengan lebih meyakini filsafat sebagai pemikiran teoretik secara keseluruhan daripada sekadar perhatian kepada petunjuk moral atau tingkah laku. Untuk lebih membantu memahami filsafat, tentunya dapat dilihat dari tugas filsafat yang paling mendasar yaitu untuk menemukan konsep-konsep yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam ilmu pengetahuan, lalu menganalisisnya dan menentukan makna-makna yang tepat dan saling berhubungan. Artinya, pengetahuan yang jelas dan akurat tentang sesuatu didahulukan atas hal-hal yang secara umum masih kabur. Ketiadaan pengetahuan yang jelas tentang arti dan hubungan-hubungan dari konsep-konsep yang kita gunakan, akan menjerumuskan kita kepada kekeliruan yang fatal dalam menghadapi persoalan-persoalan (masalah) tertentu. Selain itu, filsafat juga bertugas untuk membongkar secara kritis segala

bentuk keyakinan-keyakinan yang kita miliki secara radikal, universal, konseptual, sistematik, bebas dan bertanggung jawab. Beberapa definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf berikut ini, mungkin akan lebih membantu untuk menafsirkan dan menjelaskan mengapa filsafat pendidikan dipelajari: 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang informal tentang filsafat. Filsafat dianggap sebagai sikap atau kepercayaan yang ia miliki. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Pengertian filsafat ini merefleksikan bentuk atau tugas dari filsafat kritik, khususnya dalam mengkritisi keyakinan-keyakinan dalam kehidupan kita sehari-hari. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Inilah yang menjadi tugas dari filsafat spekulatif dalam usahanya mentransendensikan pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan dalam visi atau gambaran yang komprehensif. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan konsep. Pengertian ini termasuk dalam kategori kerja filsafat kritik sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa filsafat mempunyai tugas menganalisis konsep-konsep seperti substansi, gerak, waktu, dan sebagainya. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Pengertian ini pada prinsipnya berada dalam pemikiran para filsuf dalam rangka menjawab berbagai problematika kehidupan dan tentunya terus berlangsung tanpa mengenal titik lelah (Widodo, 2007: 9) Sedangkan pengertian pendidikan atau pedagogi itu adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju kepada kedewasaan dan kemandirian (Langeveld, dalam Widodo, 2007:15). Sementara Kingsley mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses yang memungkinkan kekayaan budaya non fisik dipelihara atau dikembangkan dalam mengasuh anak-anak atau mengajar orang-orang dewasa (Kingsley, 1965:4)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata didik, lalu diberikan awalan kata me sehinggan menjadi mendidik yang artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Beberapa definisi pendidikan yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. John Dewey. Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia 2. M.J. Longeveled Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anaka agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. 3. Thompson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya. 4. Frederick J. Mc Donald Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. 5. H. Horne Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan. 6. J.J. Russeau Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.

7.

Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

8. Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 9. Insan Kamil Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. 10. Ivan Illc Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 11. Edgar Dalle Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. 12. Hartoto Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya memanusiakan manusia. 13. Ngalim Purwanto

Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. 14. Driakara Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia. 15. W.P. Napitulu Pendidikan adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam tujuan mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan. Definisi Pendidikan menurut undang-undang dan GBHN 16. UU No. 2 tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 17. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 18. GBHN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dari beberapa definisi pendidikan di atas, pada dasarnya pengertian pendidikan yang dikemukakan memiliki kesamaan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis, berlangsung terus-menerus, dan menuju kedewasaan.

Dari uraian di atas, Widodo (2007:9. Lihat juga Mudyahardjo, 2004:5) kemudian mendefiniskan filsafat pendidikan sebagai suatu pendekatan dalam memahami dan memecahkan persoalan-persoalan yang mendasar dalam pendidikan, seperti dalam menentukan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran, manusia, masyarakat, dan kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Pendidikan tidak dapat terlepas dari aliran filsafat yang melandasinya, sebagaimana dilakukan oleh Amerika Serikat yang meletakkan filsafat pendidikan atas dasar pengkajian beberapa aliran filsafat tertentu, seperti pragmatisme, realisme, idealisme, dan eksistensialisme, lalu dikaji bagaimana konsekuensi dan implikasinya dalam dunia pendidikan. notabenenya merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Mudyahardjo (2004:5) membedakan pendidikan dalam dua macam, yaitu (1) praktek pendidikan dan (2) ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan. Yang selanjutnya, juga membedakan filsafat pendidikan ke dalam dua macam, yaitu (1) filsafat praktek pendidikan, dan (2) filsafat ilmu pendidikan. Filsafat praktek pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat praktek pendidikan dapat dibedakan menjadi: (1) filsafat proses pendidikan (biasanya disebut filsafat pendidikan) dan (2) filsafat sosial pendidikan. Filsafat proses pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat proses pendidikan biasanya membahas tiga masalah pokok, yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya; dan (3) dengan cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai. (Henderson, 1959, sebagaimana dikutip Mudyahardjo, 2004:5). Sementara filsafat sosial pendidikan membahas hubungan antara penataan masyarakat manusia dengan pendidikan. Atau dapat pula dikatakan bahwa filsafat sosial pendidikan merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana Begitu juga dengan pendidikan Indonesia yang tidak bisa terlepas dari filsafat Pancasila yang

seharusnya pendidikan diselenggarakan dalam mewujudkan tatanan masyarakat manusia idaman.

BAB II PEMBAHASAN

A. Macam macam aliran filsafat pendidikan 1. Aliran Klasik a. Aliran empirisme (aliran optimisme) Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran ini dimotori oleh filosof berkebangsaan Inggris yang rasionalis bernama John Locke.Menurut aliran empiris bahwa pada saat manusia lahirsesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan tabula rasa yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak teradapat tulisan apapun diatasnya. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir. b. Aliran nativisme (aliran pesimistik) Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang berbakat baik akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.

c. Aliran naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik. d. Aliran konvergensi Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawan dan lingkungannya. Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.

2. Gerakan- gerakan baru dalam pendidikan a. Pembelajaran alam sekitar Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melalui penjelajahan alam yang dilakukan, maka peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya. a) Pengajaran pusat perhatian (Centres Dinteret) Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-

pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani. b) Sekolah kerja Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan. c) Pengajaran proyek Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.

3. Aliran pokok dalam pendidikan A. Taman Siswa Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara.Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut: Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri, Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia), Asas kerakyatan, Asas kekuatan sendiri (berdikari), dan Asas berhamba kepada anak.

Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca Dharma, yaitu: Kemanusiaan Cinta kasih terhadap sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan. Kodrat hidup Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia. Kebangsaan Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum. Kebudayaan Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.

Kemerdekaan/kebebasan Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya. Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu: Ing ngarsa sung tuladha Memberikan teladan kepada peserta didik ketika berada di depan. Ing madya mangun karsa Membangun semangat kepada peserta didik ketika berada di tengah. Tut wuri handayani Mengarahkan peserta didik agar tidak salah bertindakketika berada di belakang.

B. INS (Indonesiche Nederlansce School) INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutaman (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.

B. Sistem Pendidikan di Indonesia UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANGSISTEM PENDIDIKAN NASIONAL a) Bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,dan ikut b) Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; c) Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada TuhanYang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsayang diatur dengan undang-undang; d) Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataankesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemenpendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahankehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuanpendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan; e) Bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Indonesia Tahun 1945;bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud Pendidikan Nasional. Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jalur Pendidikan Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas: 1) Jalur Pendidikan Formal Jenjang pendidikan formal terdiri atas: a. Pendidikan dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk: 1. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas:pendidikan menengah umum, dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk: 1. Sekolah Menengah Atas (SMA), 2. Madrasah Aliyah (MA), 3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 4. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. PendidikanTinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk: 1. akademi, 2. politeknik, 3. sekolah tinggi, 4. institut,atau 5. universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi. 2) Jalur Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi: a. Pendidikan kecakapan hidup, b. Pendidikan anak usia dini, c. Pendidikan kepemudaan, d. Pendidikan pemberdayaan perempuan, e. Pendidikan keaksaraan, f. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, g. Pendidikan kesetaraan, serta h. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas: 1) Lembaga kursus, 2) Lembaga pelatihan, 3) Kelompok belajar, 4) Pusat kegiatan belajar masyarakat, dan 5) Majelis taklim,serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal, pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan

oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan 3) Pedidikan Informal. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal setara dengan standar nasional pendidikan. 4) Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk: a. TamanKanak-kanak(TK), b. Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. 5) Pendidikan Kedinasan Pendidikan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang dan

diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau kelompok masyarakat daripemelukagama,sesuaidenganperaturan perundang-

undangan. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, daninformal. Pendidikan keagamaan berbentuk: 1) Pendidikan diniyah, 2) Pesantren, 3) Pasraman, 4) Pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial,dan tidak mampu dari segi ekonomi. Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang alam wilayah Negara Kesatuan Republik diselenggarakan dIndonesia.

C. Aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan di Indonesia 1. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan. Seperti telah dikemukakan, tumbuh kembang manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan itu sendiri, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia. Khusus dalam latar persekolahan, kini terdapat sejumlah pendapat yang lebih menginginkan agar sejumlah peserta didik lebih ditempatkan pada posisi yang seharusnya, yakni sebagai manusia yang dapat dididik dan juga dapat mendidik dirinya sendiri. Hubungan pendidik dan peserta didik seyogyanya adalah hubungan yang setara antara dua pribadi, meskipun yang satu lebih berkembang dari yang lain. Hubungan tersebut sesuai dengan asas ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan asas tut wuri handayani, serta pendekata cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diwujudkan melalui belajar seumur hidup. 2. Pengaruh gerakan baru pendidikan terhadap pendidikan di Indonesia Gerakan-gerakan baru tidak diadopsi seutuhnya di suatu masyarakat atau negara tertentu, namun asas pokoknya menjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau negara tersebut. Kajian tentang pemikiranpemikiran pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk-beluk pendidikan, serta memupuk wawasan hitoris dari setiap tenaga kependidikan.

BAB 3 PENUTUP

A. SIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan : 1. Ada 4 aliran klasik pendidikan yaitu: a. Aliran Empirisme b. Aliran Nativisme c. Aliran Natularisme d. Aliran Konvergensi 2. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan di Indonesia, yaitu: a. Pembelajaran Alam Semesta b. Pengajaran Pusat pendidikan ( Centres Dinterest) c. Sekolah Kerja d. Pengajaran Proyek 3. Terdapat 2 aliran pokok pendidikan di Indonesia, yaitu : a. Taman Siswa b. INS (Indonesiche Nederlansce School)

DAFTAR PUSTAKA

http://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/03/01/sistem-pendidikan-di-indonesia/ http://makhulmathic.blogspot.com/2011/06/makalah-aliran-aliran-pendidikan.html http://sanaky.com/wp-content/uploads/2010/09/ALIRAN-ALIRAN-PENDIDIKAN.pdf http://wahyuniunindrabio2a.blogspot.com/2008/06/aliran-aliran-pendidikanesensialisme.html http://www.rancahbetah.info/2010/03/makalah-pengantar-pendidikan-aliran.html Munib, Achmad, dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Widodo, Sembodo Ardi, 2007. Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam. Jakarta: PT. Nimas Multima

Revisi (tambahan): Penjelasan asas - asas dalam taman siswa Aliran yang paling berpengaruh dalam sistem pendidikan di Indonesia (seperti yang digunakan dalam Taman Siswa dan INS)=> pendidikan multikultural, pendidikan kewirausahaan Pertanyaan : Anggih Alfiantara Pend. Kimia => Apa yang dimaksud dengan asas penghambaan kepada anak Ermawati Pend. Ekonomi => Contoh dalam masing masing asas

You might also like