You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan asiditas atau alkalinitas suatu sampel zat cair dengan menggunakan larutan NaOH dan H2SO4, serta indikator pH meter. 1.2 Metode Percobaan Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah titrasi asam basa. 1.3 Prinsip Percobaan Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah asiditas atau alkalinitas dalam air dinetralkan dengan basa NaOH atau asam sulfat (H2SO4) menggunakan indikator pH. Asiditas + CO2 + HCO3- + Alkalinitas + CO3- + HCO3- + H2O HCO3H2O + CO2 H2O HCO3H2O + CO2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling Pada praktikum asiditas-alkalinitas ini praktikan melakukan sampling

(pengambilan sampel) di sungai sebelah Basko Hotel Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2012 pukul 17.45-18.20 WIB pada koordinat 00 54 54.2 Lintang Selatan dan 100 11 02.7 Bujur Timur. Kondisi air saat praktikan melakukan pengambilan sampel sangat keruh dikarenakan hujan yang turun beberapa jam sebelum pengambilan sampel dilakukan. Praktikan melakukan pengambilan sampel di dua titik, sebagai berikut: 1. Sampel 1, diambil di sebelah kanan badan sungai. Kondisi fisik air keruh dan disekitar tempat pengambilan sampel banyak sampah plastik yang mengapung; 2. sampel 2, diambil di sebelah kiri badan sungai. Disini banyak perahu nelayan yang sedang menepi, sampah yang mengapung dipinggir sungai sedangkan kondisi fisik air saat itu keruh. 3.3 Teori Asiditas pada sistem air alam merupakan kapasitas air untuk menetralisir OH. Asiditas berarti juga keasaman suatu zat cair. Asiditas biasanya adalah hasil dari adanya asam tanah seperti H2SO4-, CO2, H2S, asam-asam lemak dan lain-lain yang berupa ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas biasanya lebih sukar ditentukan dari pada alkalinitas. Karena dua kontributor utamanya yaitu CO2 dan H2S merupakan larutan yang segera hilang dari sampel (Syafilia, 1994).

HCO3CO2 + OH- H5 + H2O H2S + OH-


Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya.

Beberapa jenis titrasi yaitu: 1. Titrasi asam basa; 2. titrasi redoks; 3. titrasi pengendapan. Ada dua cara untuk menentukan asiditas (Syafilia, 1994): 1. Asiditas Total Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir fenolftalein (pH 3,2); 2. Asam Mineral Bebas Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir metal orange (pH 4,3). Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukkan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Alkalinitas disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyangga dari ion karbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan CaCO3 > 100 ppm disebut sebagai alkalin lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya, lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm (Syafilia, 1994). Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan, yaitu (Syafilia, 1994): 1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas; 2. alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk kimia organik. Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air. Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ (kesadahan) maka air menjdi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya, bila kadar alkalinitasnya rendah dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang

dapat memperkecil penampang basah pipa. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya (Santika, 1987). Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingkat tinggi adalah sebagai berikut (Santika, 1987): 1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi; 2. tingkat alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi. Alkalinitas berperan dalam hal-hal sebagai berikut (Limbong, 2008): 1. Sistem penyangga; 2. koagulasi bahan kimia; 3. pelunakan air; 4. pengendalian korosi; 5. limbah industri. Alkalinitas dari suatu suplai air hatchery punya efek langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan ikan. Alkalinitas menyediakan kapasitas menyangga (buffer) yang dibutuhkan untuk melindungi ikan yang dibudidayakan secara intensif melawan goyangan lebar pH air yang akan terjadi dikarenakan respirasi ikan dan tanaman akuatik. Sodium bikarbonat pada dosis 10-20 lbs/acre seringkali ditambahkan ke kolam ikan air hanyut (tropis) untuk secara temporer memperbaiki alkalinitas rendah dan memperbaiki masalah NH3 dan CO2 yang muncul dari pH rendah atau tinggi. Untuk budidaya ikan intensif, alkalinitas pada range 100-150 mg/L direkomendasikan untuk menyediakan kapasitas menyangga (buffer) yang diperlukan untuk (Jatilaksono, 2009): 1. Mencegah fluktuasi pH yang lebar; 2. mendukung produksi algae; 3. mencegah pelepasan logam berat; 4. untuk memungkinkan penggunaan senyawa tembaga untuk treatment penyakit.

Cara yang digunakan untuk mengatasi alkalinitas ini adalah dengan

reverse

osmosis, yaitu suatu metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion. Selain itu dapat juga digunakan cara demineralisasi, yaitu proses penghilangan mineral-mineral yang terlarut di dalam air. Umumnya menggunakan media penukar ion yang dibedakan atas muatan listrik yang terkandung di dalamnya menjadi penukar kation dan anion (Syafilia, 1994).

BAB III PROSEDUR KERJA


3.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Buret 50 mL 1 buah; statip 1 buah; beaker glass 250 mL 2 buah; pipet gondok 50 mL 1 buah; bola hisap 1 buah; corong 1 buah; labu semprot 1 buah; gelas ukur 50 mL 1 buah; beaker glass 50 mL 3 buah;

10. mag-mixer 1 buah; 11. magnet 2 buah; 12. labu ukur 1000 mL 1 buah. 3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. 2. Larutan standar NaOH 0,1 N; larutan standar H2SO4 0,1 N.

3.3 Cara Kerja 3.3.1 Kalibrasi pH meter Langkah-langkah melakukan kalibrasi pH meter ini, sebagai berikut: 1. Larutan buffer pH 4, pH 7, dan pH 10 dimasukkan ke dalam 3 buah beaker glass 50 mL; 2. pH meter dimasukkan ke dalamnya dan alat diatur sesuai dengan pH larutan.

3.3.2 Alkalinitas Langkah-langkah melakukan praktikum alkalinitas ini, sebagai berikut: 1. 2. 100 mL contoh air dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL; pH meter dimasukkan ke dalamnya dan dititrasi dengan larutan H2SO4 sampai pH 4,5; 3. volume H2SO4 yang terpakai dalam proses titrasi dicatat.

3.3.3 Asiditas

Langkah-langkah melakukan praktikum asiditas ini, sebagai berikut: 1. 2. 100 mL contoh air dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL; pH meter dimasukkan ke dalamnya dan dititrasi dengan larutan NaOH sampai pH 8.3; 3. 3.4 volume NaOH yang terpakai dalam proses titrasi dicatat. Rumus

Rumus yang digunakan dalam praktikum ini, sebagai berikut: 3.4.1 Pengenceran N1V1 = N2V2

Keterangan: N1 V1 N2 V2 = Normalitas larutan awal = Volume larutan awal = Normalitas larutan akhir = Volume larutan akhir

3.4.2 Asiditas/ alkalinitas Asiditas/ alkalinitas, mg CaCO3/ L = Keterangan: A = mL standar asam yang digunakan (H2SO4/ NaOH) N = Normalitas H2SO4/ NaOH
50.000 m ampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data 1. Standarisasi Larutan Larutan standar yang digunakan pada praktikum adalah H2SO4 0,1 N. 2. Persen Recovery Kalibrasi pH meter
No. 1. 2. 3. 4. pH awal 4 7 10 Rata-rata % Recovery pH akhir 4,04 7 10,05 % Recovery 101 = 100 100 100,5 = 100 100

Sumber: Hasil Praktikum Laboratorium Air Fakultas Teknik Universitas Andalas, 2012

3. Alkalinitas
No. 1. 2, Sampel (mL) 100 (sampel) 100 (blanko) Volume H2SO4 (mL) 3,2 0,3

Sumber: Hasil Praktikum Laboratorium Air Fakultas Teknik Universitas Andalas, 2012

4.2 Perhitungan 1. Persen Recovery Kalibrasi pH meter pH =


p p 4.04 4 7 7 ang terukur ebenarn a

x 100%

pH 4 = pH 7 = pH 10 =

x 100% = 101% = 100%

x 100%

10.05 10

x 100% = 100.5%

2. Perhitungan Pengenceran untuk Normalitas H2SO4 N1 x V1 = N2 x V2

0,1 N x V1 = 0,02 x 1000 mL V1 = 200 mL

3. Alkalinitas Sampel dan Blanko Perhitungan alkalinitas dalam mg/L CaCO3 a. Sampel = =
50.000 m 32 ampel 0 02 50.000 100

= 32 mg/L b. Blanko = =
50.000 m ampel 100 0 3 0 02 50.000

= 3 mg/L 4.3 Pembahasan Pada praktikum asiditas-alkalinitas ini praktikan melakukan pengambilan sampel di sungai sebelah Basko Hotel Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang. Sampel air diambil sehari sebelum dilakukannya praktikum. Hal ini bertujuan sampel yang akan diuji tidak mengalami perubahan senyawa dan tidak terkontaminasi oleh bakteri-bakteri yang tumbuh pada sampel air karena terlalu lama. Metode percobaan yang

digunakan adalah titrasi asam-basa. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu praktikan melakukan kalibrasi pH meter. Hal ini dilakukan untuk memastikan pH meter dalam kondisi baik yang nantinya dapat memberikan hasil yang akurat pada percobaan. Berdasarkan hasil percobaan, nilai persen rata-rata recovery alat yang didapat adalah 100%. Nilai ini masih berada dalam range yang diperbolehkan dimana standarnya yaitu 80%-120%. Hasil ini menandakan pH meter berada dalam kondisi baik sehingga hasil yang didapat pun cukup akurat. Pada percobaan ini, dilakukan pengenceran pada larutan H2SO4 0.1 N menjadi 0.02 N. Titrasi dilakukan menggunakan H2SO4 karena sample memiliki pH diatas 7. Volume masing-masing blanko dan sample yang dititrasi adalah 100 mL.

Volume H2SO4 yang terpakai pada titrasi blanko adalah 0.3 mL. Sehingga didapat hasil alkalinitas blanko sebesar 3 mg/L. Sedangkan untuk sample, volume H2SO4 yang terpakai untuk titrasi sebanyak 3.2 mL dan nilai alkalinitasnya 32 mg/L. Nilai ini masih jauh di bawah standar baku yang telah ditetapkan, artinya alkalinitas pada sampel air yang diuji tergolong rendah. Pengaruh aktivitas

penduduk yang sering mengabaikan kebersihan dan tidak menjaga lingkungan sekitar sehingga pola hidup yang demikian mengakibatkan kondisi fisik sungai yang kurang bersih, hal tersebut terbukti dengan banyaknya sampah rumah tangga yang mengapung di permukaan sungai. Hal ini juga memberi pengaruh terhadap kandungan alkalinitas sungai ini. Standar baku mutu yang ditetapkan PERMENKES RI/ No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2012 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Alkalinitas maksimal yang ada pada air adalah 500 mg/L. Jika dibandingkan dengan PERMENKES RI/ No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2012 ini maka dapat diartikan bahwa nilai alkalinitas blanko yang di dapatkan dari praktikum jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan baku mutu. Penanggulangan alkalinitas ini dilakukan dengan berbagai cara seperti demineralisasi, yaitu penghilangan mineral yang terlarut didalam air atau reverse osmosis yang melakukan penyaringan molekul besar dan ion-ion suatu larutan. Beberapa hal yang mempengaruhi hasil praktikum seperti kesalahan dalam

pengambilan sample. Kondisi cuaca yang mempengaruhi kualitas air sungai. Saat melakukan praktikum praktikan bisa saja melakukan kesalahan dengan kalibrasi pH meter, posisi mata tidak tegak lurus saat pembacaan skala ataupun cara titrasi praktikan yang kurang tepat.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Rata-rata persentase recovery kalibrasi pH meter adalah 100%, tergolong baik untuk digunakan karena berada pada range yang diperbolehkan yaitu 80-120%; 2. volume H2SO4 yang terpakai saat tittrasi blanko 0.3 mL, sedangkan sampel 3.2 mL; 3. nilai alkalinitas blanko adalah 3 mg/L; 4. nilai alkalinitas sample adalah 32 mg/L; 5. nilai alkalinitas di sungai sebelah Basko Hotel berada dibawah standar baku yang telah ditetapkan PERMENKES RI/ No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2012 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu maksimal sebesar 500 mg/L. 5.2 Saran Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum mengenai kesadahan ini adalah: 1. Memahami objek praktikum dan materi yang berkaitan dengan objek tersebut; 2. praktikan harus teliti dalam melakukan kalibrasi pH meter; 3. titrasi harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, setetes-tetes jangan terlalu cepat melakukannya; 4. berhati-hati dalam penggunaan mag-mixer; 5. teliti dalam pembacaan skala.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri Santika, MSc. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Jatilaksono, Marsandre. 2009. Alkalinitas dan Kesadahan. URL : http://jlcome.blogspot.com/2009/06/kesadahan.html. Tanggal akses 18 Oktober 2012. Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas : Analisa dan Permasalahannya untuk Air Industri. FMIPA Universitas Sumatera Utara. Medan. Syafilia, Mindriany. 1994. Kimia Lingkungan 1. Bandung: ITB

DOKUMENTASI
Hari/ tanggal Waktu Lokasi Titik Sampling : Jumat/ 19 Oktober 2012 : 17.45 18.20 WIB : Sungai sebelah Basko Hotel : 00 54 54.2 S dan 100 11 02.7 BT

1. Titik 1 (di tepi/ pinggir kiri)

2. Titik 2 (ditepi/ pinggir kanan)

You might also like