You are on page 1of 2

Hubungan Antara Iman dan Aqidah

Oleh Aditia Aulia, 1106052455 Judul Pengarang : Sistem Aqidah : Khoirur Rohim

Data Publikasi : Pedoman Khutbah Jumaat Satu Tahun

Iman, secara literal berarti percaya. Percaya adalah perbuatan hati. Secara praktis, iman berarti membenarkan (sesuatu) dalam hati. Iman adalah sesuatu yang ada di dalam diri (kita). Sesuatu itu adalah aktifitas percaya atau membenarkan (sesuatu) dalam hati, mengucapkannya dengan lisan terhadap yang dibenarkannya itu, dan melaksanakannya dengan anggota badan (perbuatan praktis) terhadap yang telah diucapkannya itu. Pendevinisian yang semacam ini sesuai dengan batasan yang diberikan oleh Imam Abu Hasan al-Asyari, at-tashdiiqu bi al-qalbi wa al-iqraaru bi allisaani wa al-amalu bi al-arkaan atau bi al-jawaariih (Iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkannya dengan lisan, dan melaksanakannya dengan amal perbuatan). Secara literal aqidah adalah ikatan. Dalam bahasa Jawa berarti bundelan.. Aqidah merupakan sesuatu yang berada di luar diri (kita). Ketika kata aqidah dirangkai dengan kata Islam, menjadi aqidah Islam, secara praktis berarti bahwa Islam sebagai sebuah ikatan yang mengikat kita yang mengaku beragama Islam. Wujud aqidah Islam adalah wahyu yang konkritnya adalah al-Quran al-Kariim dan as-Sunnah ash-shahihah al-maqbuulah, (sunnah yang shahih dan dapat diterima sebagai dasar beragama) dan mengikat kita yang mengaku beragama Islam. Orang Islam itu , kepercayaannya, ucapannya, dan perbuatannya terikat oleh aqidah yang wujudnya adalah (al-Quran dan as-Sunnah ash-shahihah al-maqbulah), tidak bebas semaumaunya. Di satu sisi, Iman adalah aktifitas batin dari diri (kita), maka posisi aqidah merupakan sesuatu yang bersifat pasif dan berada di luar diri (kita). aqidah merupakan sesuatu yang diyakini/dipercayai oleh hati. Dalam keadaan demikian ini, baik secara suka rela atau terpaksa iman dengan sarana hati mengikatkan diri kepada aqidah (al-Quran dan as-Sunnah ash-shahihah a;l-maqbulah). Di sisi lain, detail-detail aqidah (al-Quran dan as-Sunnah ash-shahihah a;l-maqbulah).ada kandungan yang berpola memerintah dan disertai ancaman bagi yang tidak mau mengindahkan perintah itu, atau mengandung larangan dan disertai ancaman bagi yang melaksanakan yang dilaranga itu.

Dalam posisi yang demikian ini, aqidah mengikat kuat kepada orang yang beriman secara kuat. Hubungan timbal balik antara iman dan aqidah secara praktis, sebagaimana digambarkan di atas, adalah iman identik dengan aqidah. aqidah sebagai sesuatu yang dipercayai telah bersemayam kuat dalam hati karena faktor pembiasaan (akhlaqbudaya). Hubungan antara iman dan aqidah, secara kejiwaan, adalah seirama dengan fluktuasi iman. Iman bisa menebal dan menipis bahkan bisa timbul dan tenggelam dalam diri kita. Jika iman tipis, ikatan aqidah mengendor. Tetapi harap disadari bahwa dalam aqidah ada kandungan yang bersifat mengancam dan dalam posisi yang demikian fungsi ancaman aman kuat. Ketika iman menebal, ikatan aqidah juga menguat. Dalam posisi ini kandungan ancaman menipis, sebaliknya fungsi janji-janji dari aqidah menguat. Ketika iman hilang, ikatan aqidah juga hilang, tetapi harus disadari bahwa fungsi ancaman dari aqidah amat kuat tak terukur pada orang semacam ini

You might also like