You are on page 1of 31

TUGAS HYPERKES PAPARAN BIOLOGI DAN GAS

Disusun Oleh :

KELOMPOK VII K2512059 K2512060 K2512061 K2512062 K2512064 K2512065 K2512066 K2512067 K2509043

RIA LAURENSIA RIASTY PURWANDARI RIDHO AKHYA FADILAH RIRIN ROHMA WIJAYANTI ROSANDI SURYA WIJAYA SABIQ FARHAN SARWO EDI SATRIYO KHABIB MIMI TRI SUCI HANDAYANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN DAN KEJURUAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I
1

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (K3 Masih Dianggap Remeh, Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan. Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian materil yang sangat besar, bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker. Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan.

Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi. II. Rumusan masalah 1. Bagaimana paparan biologi dan gas tentang kesehatan dan keselamatan kerja? 2. Apa saja penyakit biologis dan gas yang timbuk akibat kecelakaan kerja? III. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui metode konstruksi yang benar dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang paparan biologi dalam mencegah kecelakaan kerja. 3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit biologis dan gas pada kecelakaan atau akibat kerja. IV. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui bagaimana paparan tentang biologi dan gas dalam dunia kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Mengetahui informasi tentang gangguan-gangguan yang bersifat biologis dalam dunia hyperkes sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


I. Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK) Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja : A. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis. B. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik. C. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktorfaktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis. D. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma. II. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: A. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik. B. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
4

C. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur D. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja E. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress. III. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Anamnesis, pemeriksaan dan lab yg biasa digunakan belum cukup, harus ditambah pemeriksaan tempat kerja. Langkah-langkah diagnosis : 1. Anamnesis ttg riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan. Awal mula timbul gejala, gejala dini, perkembangan, hubungan gejala dan tanda sakit dg pekerjaan, hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dg gejala dan tanda penyakit. 2. Pemeriksaan klinis 3. Pemeriksaan laboratoris & Ro 4. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja Kriteria PAK : 1. Penyebab berhubungan dg pekerjaan. 2. Pend. Selalu kontak dg bahan penyebab dlm pekerjaan. 3. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ini. 4. Lesi mula-mula lokal di tempat kontak. 5. Lesi membaik pada waktu cuti, timbul pada waktu masuk kembali. Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

A. Tentukan Diagnosis klinisnya Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. B. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis. Lamanya melakukan masingmasing pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang digunakan Jumlah pajanannya Pemakaian alat perlindungan diri (masker) Pola waktu terjadinya gejala Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya) C. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya). D. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
6

E. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami. F. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja. G. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. IV. PELAPORAN

PAK harus dilaporkan (Kepmenaker 333/MEN/1989) dlm 2 X 24 jam, yg dirinci:

A. Identitas: nama, NIP, umur, jenis kelamin, jabatan, unit kerja, lama kerja, nama perusahaan, jenis perusahaan, alamat perusahaan. B. Anamnesis: riwayat pekerjaan, keluhan, riwayat penyakit C. Hasil pemeriksaan mental dan fisik termasuk hasil pemeriksaan tambahan lab, Ro, EKG dll. D. Hasil pemeriksaan lingk. Kerja dan cara kerja. Lingk kerja, cara kerja, lama waktu paparan, APD E. Pemeriksaan kesehatan TK. Pemr sebelum kerja, sebelum penempatan, berkala dan pemeriksaan kesh khusus F. Resume. Faktor-faktorpendukung diagnosis dari anamnesis pemr. Lingk. Kerja, cara kerja dan waktu paparan nyata G. Kesimpulan. Penderita menderita / tidak menderita PAK, serta Diagnosis. V. GANGGUAN KESEHATAN DAN GAYA KERJA

Beban kerja : fisik, mental, dan sosial. Beban tambahan akibat lingkungan kerja : -Gol. fisik -Gol. fisiologis -Gol. kimia Kapasitas kerja : - Ketrampilan - Keserasian/fittness - Gizi - Jenis kelamin - Usia - Ukuran tubuh -Gol. psikologis -Gol. biologis

VI.

Penyakit Akibat Kerja/ Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Permenakertrans no PER.01/MEN/1981). Penyakit yg timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Kepres no 22 th 1993). Klasifikasi PAK berdasar penyebab : 1. PAK disebabkan faktor fisik 2. PAK disebabkan faktor kimia 3. PAK disebabkan faktor biologi 4. PAK disebabkan faktor fisiologis 5. PAK disebabkan faktor psikologis

Menurut Permenakertrans no PER 01/MEN/1981 ada 30 jenis penyakit. Menurut Kepres no 22 th 1993 ada 31 jenis penyakit , yang 30 jenis = PER 01/MEN/1981 ditambah 1 lagi. 31 PAK tersebut adalah: 1. Pneumokoniosis yg disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yg silikosisnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian. 2. Penyakit paru & saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yg disebabkan oleh debu logam keras. 3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yg disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis). 4. Asma akibat kerja yg disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yg dikenal yg berada dlm proses pekerjaan.
9

5. Alveolitis alergika yg disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik. 6. Penyakit yg disebabkan oleh beriliumatau persenyawaannya yg beracun. 7. Penyakit yg disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya ug beracun. 8. Penyakit yg disebabkan fosfor atau persenyawaannya yg beracun. 9. Penyakit yg disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yg beracun. 10. Penyakit yg disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yg beracun. 11. Penyakit yg disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yg beracun. 12. Penyakit yg disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yg beracun. 13. Penyakit yag disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yg beracun. 14. Penyakit yg disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yg beracun. 15. Penyakit yg disebabkan oleh karbon disulfida. 16. Penyakit yg disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alitis atau aromatis yg beracun. 17. Penyakit yg disebabkan oleh benzin atau homolognya yg beracun. 18. Penyakit yg disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzen dan homolognya yg beracun. 19. Penyakit yg disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 20. Penyakit yg disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton. 21. Penyakit yg disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yg beracun, amoniak seng, braso dan nikel. 22. Kelainan pendengaran yg disebabkan oleh kebisingan.
10

23. Penyakit yg disebabkan oleh getaran mekanis (kelainan2 otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi). 24. Penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yg bertekanan lebih. 25. Penyakit yg disebabkan oleh radiasi elektromagnetis dan radiasi yg mengion. 26. Penyakit kulit (dermatosis) yg disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologis. 27. Penyakit kulit epitelioma primer yg disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tsb. 28. Kanker paru atau mesotelioma yg disebabkan oleh asbes. 29. Penyakit infeksi yg disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yg didapat dlm suatu pekerjaan yg memiliki resiko kontaminasi khusus. 30. Penyakit yg disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi. 31. Penyakit yg disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan obat. VII. Faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan. Potensi bahaya yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi akibat bahanbahan biologis, seperti debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, virus, bakteri, dan sebagainya. A. Bakteri Bakteri adalah Organisme bersel tunggal berdiameter 1-2 mikron. Beberapa bakteri menyebabkan penyakit seperti tetanus, yang lain berguna sebagai sumber antibiotika seperti : antraks, pada tenaga kerja yang berhubungan

11

dengan wol, tetanus pada tenaga kerja pertanian. Bakteri tuberculosis menyerang paru, anthrax menyerang kulit dan paru. Brucellosis menyebabkan sakit kepala, arthralgia dan endokardit. leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, mual, gangguan hati, burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya. Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu: 1. bulat (kokus) 2. lengkung 3. batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. B. Virus Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus: influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya (HIV), menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh, ditularkan melalui: Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau yag terkontaminasi, Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu melahirkan. Pekerja berisiko (HIV), Pekerja RS, pekerja yang sering ganti-ganti pasangan. C. Parasit 1. Malaria ; gigitan nyamuk anopheles, 2. Ansxylostomiosis, anemia khronis, 3. gatal-gatal dikulit. Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

12

D. Hewan 1. sengatan Seraangga 2. ular 3. gigitan Binatang berbisa 4. Carnivora 5. Binatang buas E. Tumbuhan Debu kayu: Allergi & asma Debu kapas: allergi saluran nafas. F. Organisme viable dan racun biogenic. Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, grain fever,Legionnaires disease. G. Bahaya infeksi Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci. Masuknya M.O kedalam tubuh tidak selalu mengakibatkan infeksi, dipengaruhi oleh banyak faktor, aanata lain : (i)Virulensi, (ii) Route of infection, (iii) Daya tahan tubuh. H. Alergi Biogenik Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada
13

industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb. VIII. Faktor-faktor penyebab penyakit kerja akibat biologi: A. Kontak dengan individu yang terinfeksi, sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh manusia seperti hepatitis, AIDS, TBC, flu burung, flu babi, demam berdarah, anthrax. B. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang yang terinfeksi atau via vektor. C. Akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang menimbulkan penyakit seperti pekerja kantor yang memakai AC sentral. pembersih cerobong asap pabrik, pabrik penghasil debu-debu : 1. Inhalation fever, akibat paparan udara yang berat : metal fume fever, polymer fume fever, organic dust fever, legionenelosis 2. Allergi akibat polusi udara : asma kerja, pneumonitis hipersensitivitas. Bakteri dan virus merupakan makhluk yang sangat mudah berkembang biak danpenyakit yang disebabkannya sangat mudah menular. IX. Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya : Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.

14

Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) : Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia. Daerah peternakan : Terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari hewan. Penyakitpenyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Infeksi Salmonella. Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme pathogen Di Perkantoran : Terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Cara penularan kedalam tubuh manusia Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu : 1. Melalui saluran pernapasan Inhalasi spora/debu tercemar : Kokidiomikosis,Histoplasmosis, New Castle, Ornitosisk, Q fever, Tbc
15

2. Melalui mulut (makanan dan minuman) Hepatitis, Diare, Poliomyelitis 3. Melalui kulit a. Kulit utuh : antrax, Bruselosis, Leptospirosi,Skistosomiasis, Tularemia, Cacing tambang, b. Kulit rusak : erisipeloid, rabies, sepsis, tetanus,hepatitis, (iii) Kulit maserasi : infeksi jamur, c. Gigitan serangga : leismaniasis, malaria, riketsiosis, d. Gigigtan sengkenit : Tripanosomiasis X. Mengontorol bahaya dari faktor biologi Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan pencegahan antara lain dengan : 1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang mengandung organism patogen 2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi 3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja 4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali setiap bulan 5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang patogen pada system pendingin. Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. XI. Gas Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.

16

Gas Bertekanan Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar. Tabel .2. penggunaan gas bertekanan dan bahayanya GAS Nama gas Asetilen Penggunaan Gas bakar Bahaya Mudah terbakar, aspiksian Ammonia Etilen Oksida Bahan baku pupuk Sterilisasi Beracun Beracun dan mudah terbakar Hidrogen Hidrogenasi, gas karier Nitrogen Gas pencuci, membuat udara inert Klor Vinil Klorida Klorinasi Produksi plastic Beracun, korosif Beracun dan mudah terbakar Mudah terbakar dan meledak Aspiksian

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


17

Penyakit Akibat Kerja dengan Penyebab Faktor Biologi I. Dermatitis pada Industri Pupuk Organik Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama. Penyebab Dermatitis Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. A. Gejala Dermatitis Pada umumnya penderita dermatitismengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat setempat, generalisata, bahkan universalis. Pada stadium akut, biasanya kulit yang terkena eksim nampak kemerahan, mengalami penebalan dan timbul bercak-bercak, adakalanya berair (basah). Pada stadium subakut, bercak merah dan penebalan kulit nampak mereda, kemudian bercak yang basah akan mengering dan menjadi keropeng (krusta). Pada stadium kronis, eksim nampak kering, bersisik dan mengalami hiperpigmentasi (menghitam). Tak jarang eksim mengalami perubahan bentuk menjadi bintik-bintik menonjol, bahkan kadang mengalami erosi.

B. Jenis-Jenis Dermatitis 1. Dermatititis kontak iritan akut.

18

Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis. 2. Dermatitis kontak iritan kronis. Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berharihari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.

19

Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun. C. Pengendalian yang Dapat Dilakukan 1. Eliminasi. Eliminasi faktor biologi penyebab dermatitis di tempat kerja dapat dilakukan dengan cara: - Membersihkan tempat kerja secara rutin setelah pekerja usai bekerja; - Mensterilkan bahan-bahan pengolahan pupuk secara optimal; Memastikan bahwa alat yang akan digunakan dan alat yang telah digunakan adalah bersih; - Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejenisnya pada tempat kerja setelah pekerja usai bekerja. Substitusi Substitusi bisa dilakukan dengan: a. Mengganti bahan baku pupuk; b. Mengganti peralatan pengolahan pupuk; c. Mengganti atau memindahkan tempat pengolahan pupuk; d. Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki sensitivitas kulit yang tinggi dengan pekerja yang memiliki sensitivitas lebih rendah terhadap agen biologi, lalu menempatkan pekerja yang memiliki sensitivitas tinggi tersebut ke sektor atau bagian lain dari aktivitas industri. 2. Engineering Control Pada pengendalian faktor biologi. Mungkin tidak terlalu melibatkan engineering control. Namun engineering control dalam industri pengolahan pupuk organik ini dapat dilakukan dengan cara: a. Mendesain peralatan yang memperpanjang jarak antara pekerja dengan objek kerja (bahan baku pupuk) b. Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja dengan disinfektan c. Menyediakan mesin penggilingan atau pengaduk atau pencampur otomatis yang aman untuk mengurangi masa keterpaparan atau kontak

20

langsung pekerja dengan bahan baku pupuk organik yang umumnya kaya akan mikrobiologi yang sangat mungkin menyebabkan dermatitis. 3. Administrative Control a. Membuat dan memasang media-media pengingat dan peringatan mengenai cara kerja yang baik dan benar, misalnya poster, stiker, atau selebaran b. Meng-upgrade pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis kerja melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau diskusi bersama c. Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk meminimalisir lamanya waktu maksimal kontak pekerja dengan agen biologi penyebab dermatitis. 4. Alat Pelindung Diri a. Menyediakan masker bagi para pekerja b. Menyediakan sarung tangan untuk para pekerja c. Menyediakan sepatu boot untuk para pekerja; - Menyediakan seragam kerja yang berlengan panjang dan celana panjang, hal in untuk mengurangi kemungkinan kontaknya agen biologi (mikroorganisme) dengan kulit pekerja d. Menyediakan semacam lotion disinfektan kulit sebelum pekerja memulai pekerjaannnya, ini untuk meningkatkan imunitas kulit pekerja e. Meyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun anti-mikroba dan kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk memudahkan pekerja yang ingin segera membersihkan diri usai bekerja. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya membersihkan diri setelah bekerja.

21

II. Demartosis Akibat Kerja (Occupational Dermatoses) DIFF : 1. segala kelainan kulit yg timbul padawaktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan (sumamur) 2. keadaan patologik kulit sbg akibat adanya kontak dg bahan yg berhubungan dengan tempat kerja. Insiden: 50 - 60 % dari penyakit akibat kerja., bahkan lebih banyak lagi dari adanya LAPORAN, disebabkan : a. Ketidak tahuan penderita b. Kurang perhatian pengusaha c. Adanya perbedaan diffinisi Penyebab : 1) Faktor fisik: Panas, dingin, Lembab, angin, tekanan, gesekan, sinar dll 2) Bahan tumbuh-tumbuhan 3) Biologis: Hewan, bakteri, jamur, parasit, virus 4) Bahan kimia: or/an organik III. Sensitisasi atau iritasi Dermatoses macam dermatoses : A. DERMATITIS B. TUMOR C. ALLERGI D. DERMATITIS KONTAK E. IRITAN F. ALLERGIS d. Perbedaan mengumpulkan data e. Kurang dermatoses dikenalnya tipe cara

22

Perangsang primer dermatitis kontak iritan: 1. Rangsangan kulit 2. Melarutkan lemak, keratin 3. Menarik air kulit 4. Oksidasi / reduksi

Perangsang primer: bahan yg menimbulkan dermatoses oleh kerjanya yang langsung pada kulit normal di tempat terjadinya kontak dalam jumlah dan kekuatan yg cukup dan waktu yg cukup Iritan. Absolut / Immidiate : sekali (basa kuat, asam kuat, logam berat) Relatif / Kumulatif : Berkali-kali (air, sabun, detergent) Sensitenzer pemeka alergi Pemeka kulit : bahan yg tidak usah menimbulkan perubahan kulit pada waktu kontak, tetapi menyebabkan perubahan-perubahan khas di kulit setelah 5 7 hari sejak kontak i baik di tempat tsb atau di tempat lain Faktor predisprosisi : a. Ras b. Jenis Kelamin c. Keringat d. Kebersihan Umur e. Musim f. Diet g. Alergi

Pengobatan dan Pencegahan : 1) Pencegahan > penting dr pengobatan 2) Pengobatan membantu simtomatis 3) Pengobatan utama pindahkan penderita 4) Pencegahan: kebersihan

pribadi dan lingkungan

23

Pneumokoniosis adalah penyakit yg disebabkan oleh penimbunan debu dlm paru (untuk debu pada umumnya). Untuk debu-debu spesifik nama spesifik pula: a) silicosis oleh debu si02 bebas b) asbestosis oleh debu asbes c) berryliosis oleh debu be d) siderosis oleh debu fe2o3 e) stanosis oleh debu timah putih (sno2) f) byssinosis oleh debu kapas Besar debu (mikron) penimbunan: 1) Saluran pernafasan atas (5 10) 2) Saluran pernafasan tengah (3 5) 3) Alveoli (1 3) 4) Sulit / di alveoli (0,1 - 1) 5) Gerakan brown (< 0,1) Mekanisme penimbunan: a. inertia -- jalan nafas belok b. sedimentasi c. gerakan brown Nasib debu tergantung tempat : a. di bronchi / bronchioli: dihalau oleh silia keluar, batuk b. di alveoli: yg larut air / kecil masuk ke sal limphe atau dipagositose. c. tertimbun diagnose pneumokoni osis

24

d. gejala batuk kering,sesak nafas, kelelahan imum, bb turun, berdahak e. seperti pada penyakit akibat kerja pada umumnya, terpenting riwayat pekerjaan dan mengetahui kondisi lingkungan kerjanya. f. diagnosa pasti --- biopsi Terapi : causal sulit/tak bisa, simtomatis dan pindah pekerjaan. Pencegahan : di sumber, transmisi, pekerjanya (APD). IV. SILICOLIS Penyebab silika bebas masuk paru, garam silikat tak menyebabkan silicosis. Pada pekerjaan: perush. Penghasil batu bangunan, granit, keramik,

pertambangan timah putih / besi / batu bara, proses gerinda, sandblasting. Inkubasi: 2 4 th Tingkatan : I. Ringan (silicosis sederhana) Noduli < 2mm kadang sampai penuh di seluruh lapangan paru. Noduli tsb saling terpisah, noduli kadang tertutup bayangan gelap (emphysema). Contohnya: sesak nafas (dyspnoea) waktu kerja, batuk kering, KU pekerja masih baik, gejala paru minim ( yg tua emphysema), ggn kerja minim. II. Sedang Noduli saling menyatu. Contohnya : sesak + batuk > jelas dari I, gejala klinis paru mulai nampak, dada kurang berkembang, perkusi pekak hampir seluruh paru, ggn kerja tinggi.

III. Berat
25

Terjadi konsulidasi (padat) ----- kelihatan bayangan memutih. Contohnya : sesak sampai cacat total pada paru, hipertropi jantung kanan. TEORI MEKANISME TERJADINYA SILICOSIS Teori alasan: 1) Mekanis permukaan runcing debu merangsang terjadinya penyakit 2) Elektromagnetis gelombang elektromagnetis fibrosis paru 3) Silikat sio2 + air jar paru silikat menyebabkan kelainan paru 4) Immunologis antigen debu + zat anti tubuh reaksi diparu penyulit: Adanya tbc, tbc nya dulu baru silicosis disebut silicotuberculosis silicosisnya dulu baru tbc disebut tuberculosilicosis diagnosa : a. photo + kondisi pekerjaan b. diagnosa pasti biopsy d. apd masker e. pemeriksaan sebelum kerja. kesehatan

pencegahan: - substitusi c. penurunan kadar debu di udara

GAS
Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan. Gas bertekanan Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar.

26

Berikut ini adalah tabel penggunaan gas bertekanan dan bahaya dari gas tersebut.

penggunaan bertekanan

gas Penggunaan dan

Bahaya

bahayanya GAS Asetilen Gas bakar Mudah aspiksian Ammonia Etilen Oksida Bahan baku pupuk Sterilisasi Beracun Beracun dan mudah terbakar Hidrogen Hidrogenasi, karier Nitrogen Gas gas Mudah terbakar dan meledak pencuci, Aspiksian terbakar,

membuat udara inert Klor Vinil Klorida Klorinasi Produksi plastic Beracun, korosif Beracun dan mudah terbakar

27

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. Di tempat kerja, ada banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjangkitnya Penyakit Akibat Kerja pada diri pekerja. Faktorfaktor tersebut ialah faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikososial. Faktor biologis dapat meliputi hewan, tanaman, serangga, maupun mikroorganisme serta bisa juga serbuk kayu. Untuk mengurangi atau meminimalisir kemungkinan faktor-faktor tersebut mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja, maka perlu dilakukannya beberapa rangkaian tindakan pengendalian, di antaranya ialah sebagai berikut: 1. Eliminasi 2. Substitusi 3. Engineering Control 4. Administrative Control 5. Pengadaan Alat Pelindung Diri disertai panduan penggunaan dan pemeliharaannya. Dengan diterapkannya tindakan pengendalian tersebut dengan baik, diharapkanbahwa derajat kesehatan para pekerja pun akan baik dan terpelihara. Sehingga dengan ituproduktivitas kerja pun semakin meningkat yang nantinya berdampak pula pada peningkatan income perusahaan/industri. B. SARAN

28

1. Dalam mengurangi atau menimimalisir adanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kerja akibat faktor biologi sebaiknya penggunaanalat-alat pelindung diri dalam melaksanakan kerja dipertegas.

2. Sebaiknya pemerintah juga lebih mempertegas tentang peraturan-peraturan yang mengatur tentang usaha-usaha yang dijalankan olehmasyarakat Indonesia dan mensensus usaha dan jumlah pekerja tersebut. 3. Untuk masyarakat yang melakukan usaha/kerja sebaiknya dalam pengerjaannya diperhatikan proses dan dan pelaksanaannya sehingga menjadikan aman bagi pekerja dan hasil pekerjaan juga baik.

29

DAFTAR GAMBAR

Gambar organ yang diserang oleh penyakit silikosis

Gambar untuk penyakit dhermatitis

30

Gambar fisik manusia yang terkena penyakit silicosis

Gambar organ paru-paru manusia yang terserang silicosis

DAFTAR PUSTAKA
Michael Sulaiman Halawa. 2013. Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/rencana-pelaksanaanpembelajaran-rrp.html. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013. ________. 2010. Gejala Dermatitis. http://jurnalk3.com/http://siswa.univpancasila.ac.id/andinny/2010/11/10/gejaladermatitis/http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html 14. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013. Sariana Csg. 2013. Makalah Faktor Biologi Penyakit Kerja. http://www.slideshare.net/adjiebara/penyakit-akibat-kerja.html. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013. Billy.N. 2008. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja. http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/dasar-hukum-keselamatan-kesehatankerja/html. Diakses pada hari Kamis, 14 Maret 2013. Tjandra Yoga Aditama,Tri Hastuti. 2002. Kesehatan Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Accident Prevention Manual for Industrial Operations. Lingkungan Kerja Faktor Kimia Dan Biologi Higiene Industri . halaman 33 .

31

You might also like