You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang paling sempurna.

Agama islam mengatur segala hal yang berhubungan dengan perilaku manusia. Diibaratkan manusia adalah sebuah produk, produk yang diciptakan oleh Allah SWT. Sebagaimana produk-produk yang dibuat oleh manusia, atau yang sering kita jumpai di toko-toko, di bungkus produk-produk tersebut pasti ada petunjuk dan cara penggunaannya agar produk-produk dapat berfungsi dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Begitu juga produk yang berupa manusia. Manusia diciptakan oleh Allah disertai dengan petunjuk yang sangat terperinci tentang bagaimana harus menjalani hidup di dunia ini sehingga bisa hidup sebagaimana mestinya dan kembali kehadapan Allah dalam kondisi yang baik. Lalu apakah petunjuk itu? Bagi umat nabi Muhammad SAW, petunjuk itu tidak lain adalah Al-Quran dan sunnah-sunnah rosul. (Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukumhukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya. (QS. Annur: 1) Di dalam Al-Quran terdapat begitu banyak petunjuk untuk manusia, salah satu hal yang penting untuk dibahas dan dijelaskan kepada umat muslim adalah masalah Halal dan Haram khususnya dalam hal makanan. Pembahasan mengenai makanan halal dan haram di kalangan umat muslim adalah sesuatu yang sangat penting karena makanan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku manusia, baik sikap terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain ataupun terhadap tuhan, Allah SWT. Allah melarang kita memakan beberapa macam makanan dan Allah membolehkan kita memakan makanan yang lain. Sebagai umat muslim kita terikat dalam aturan tersebut. Kita wajib menjaklankan peraturan-peraturan tersebut sebagai sebuah syariat. Namun, jangan diartikan bahwa ikatan tersebut adalah untuk memberatkan manusia, justru peraturan atau petunjuk tersebut dibuat semata-mata adalah untuk kebaikan manusia. Allah adalah zat yang maha tahu. Allah tahu apa yang baik dan apa yang buruk untuk kita. Selain itu aturan-aturan tersebut dibuat adalah untuk mengetahui derajat ketaqwaan dan keimanan manusia. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.(QS. Al Insaan: 76) Jika manusia mampu menjauhi larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya, maka orang tersebut termasuk orang yang bertaqwa, dan mereka yang mengabaikan perintah-perintah Allah disebut kufur dan akan mendapatkan siksaan kelak di akhirat. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orangorang yang mendustakan dan berpaling. (QS. Thaahaa: 48)

B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Makanan Halal dan Haram? 2. Apa saja Makanan Halal itu? 3. Apa saja Makanan Haram itu? C. Tujuan Penulisan 1. Agar kita dapat memahami secara jelas hakikat Makanan Halal dan Haram 2. Agar kita dapat membedakan mana makanan yang halal dan mana yang haram 3. Agar kita dapat memanfaatkan makanan yang halal secara efisien dan mampu menghindari makanan yang haram 4. Agar kita dapat semakin beriman kepada Allah dan menjadi insan yang bertaqwa.

BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Makanan Halal dan Haram Makanan adalah segala sesuatu yang dimakan atau diminum manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Makanan yang terdiri dari tumbuhan, binatang termasuk ikan ada yang halal dan ada yang haram. Makanan yang halal dimakan adalah makanan yang halaalan, thayyiban ditambah mubaarakan dan tidak terdiri dari najis atau bercampur najis. Untuk mendapat makanan sebagaimana dimaksudkan, paling tidak ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, halal zatnya, Dilihat dari sisi kehalalan zatnya, makanan yang dikonsumsi manusia terbagi tiga jenis, yaitu nabati, hewani dan jenis olahan. Kedua, halal cara memprosesnya. Sebagaiman diketahui, binatang yang halal dimakan tidak dapat begitu saja diolah jadi makanan, melainkan harus melalui proses penyembelihan, pengulitan, pencucian, dan sebagainya. Proses-proses ini harus halal; (1) Penyembelihan, kecuali Ikan dan Belalang. Semua binatang yang halal dimakan harus disembelih. Untuk penyembelihan diperlukan sejumlah syarat, yaitu disembelih oleh orang Islam, baligh, berakal dan mengetahui syarat-syarat penyembelihan. Ketiga, halal cara memperolehnya. Makanan yang halal zatnya untuk dapat dikonsumsikan, haruslah diperoleh secara halal pula. Karena meskipun makanan itu sudah halal zatnya, tapi kalau cara memperoleh haram, maka mekonsumsikan makanan tersebut menjadi haram juga. Misalnya nasi yang secara ijmak ulama menyatakan halal untuk dimakan (halal zatnya), tapi kalau nasi itu hasil curian, artinya cara memperoleh nasi itu adalah haram maka hukum menkonsumsinya menjadi haram juga. Keempat, halal pada penyimpanannya. Tempat yang digunakan untuk menyimpan makanan harus benda yang suci. Kelima, halal pada penyajiannya. Orang yang menyajikan harus bersih dari najis dan disajikan pada tempat yang bersih. Sering kita dengar dalam ceramah, bahwa makanan yang halal sangat menentukan kepribadian kita, Malah doa kitapun sulit dikabulkan jika kita tidak dapt menjaga kehalalan makan dan minuman kita. Makanan adalah segala sesuatu yang dimakan dan diminum. Makanan halal adalah makanan yang boleh lagi baik untuk dikonsumsi. Yang dimaksud baik disini adalah makanan yang lezat, bersih, sehat lagi menyehatkan, layak dikonsumsi, bergizi, dan tidak menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi pada ukuran yang wajar. Sedangkan yang dimaksud dengan makanan haram adalah makanan yang sudah ada nash tidak boleh dikonsumsi dan makanan yang dapat dipastikan akan membawa efek negatif baik secara fisik maupun kejiwaan bagi yang mengkonsumsinya. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Q.S. Almaidah: 88) Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. Albaqarah: 57) 3

"Menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk." (QS. Al-A'raf : 157) Dari Abu Hurairah RA. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat Yang Maha Baik, tidak mau menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mu'min sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta'ala berfirman : Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang sholeh. Allah Ta'ala berfirman : Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kamu sekalian...". (HR. Muslim) Allah SWT, Yang Memiliki apa-apa yang ada di langit dan di bumi, telah menciptakan makanan-makanan bagi manusia dan telah memisahkan yang halal dan haram daripada makanan-makanan tersebut. Dia-lah yang telah menentukan apa yang baik dan yang buruk bagi manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw pernah bersabda, Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan di antara keduanya ada halhal yang musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barangsiapa hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya. (HR Muslim) Pada dasarnya tiap-tiap zat di permukaan bumi ini menurut hukum aslinya adalah halal, kecuali ada larangan dari syara atau karena mudharatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut, yang artinya adalah: Rasulullah SAW telah ditanya tentang hukum minyak sapi (samin), keju dan kulit binatang yang dipergunakan untuk perhiasan atau tempat duduk. Rasulullah SAW bersabda : Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya adalah halal dan apa yang diharamkan Allah di dalam Kitab-Nya adalah haram, dan apa yang didiamkan (tidak diterangkan), maka barang itu termasuk yang dimaafkan-Nya sebagai kemudahan bagi kamu". (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi). Segala sesuatu yang dimakan dan diminum asal hukumnya adalah halal, dengan tiga syarat: 1) Makanan itu suci. 2) Tidak mengandung bahaya. 3) Tidak menjijikkan. Kebalikannya, setiap makanaan yang najis, seperti darah dan bangkai, hukumnya haram. Begitu juga yang mengandung bahaya, seperti racun, juga yang menjijikkan, seperti kotoran, kencing dan kutu. Binatang diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: 1). Hewan darat 2). Hewan air 3). Hewan yang hidup di dua alam. Semua hewan air hukumnya halal dan semua hewan yang hidup di dua alam, hukumnya haram,sedangkan hewan darat ada yang halal dan ada pula yang haram.

B. Makanan Halal 4

Berdasarkan zatnya, yang termasuk kedalam golongan makanan halal adalah berbagai macam binatang air, berbagai macam hewan ternak, berbagai macam hewan buruan, belalang, hati dan limpa, dan berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan. Sedangkan makanan yang halal berdasarkan prosesnya adalah yang diburu dengan cara-cara yang telah ditentukan islam dan disembelih dengan menyebut nama Allah. Binatang air Binatang yang hidupnya di dalam air, semuanya halal baik yang ikan atau bukan, mati dengan ada sebabnya atau mati sendiri. Hewan-hewan buruan yang berasal dari laut dan semua makanan dari laut adalah halal untuk dimakan, yakni dari berbagai spesies ikan laut ataupun makhluk hidup air. Karena Laut itu sesungguhnya suci airnya dan halal bangkainya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al Quran. Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. Almaidah: 96) Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.(Q.S. Annahl: 14) Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masingmasingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (Q.S. Alfaathir: 12) Binatang Ternak Binatang termasuk binatang ternak adalah Sapi, Kerbau, Kambing, Unta, Kuda, kelinci, dan berbagai mamalia lain yang memakan tumbuh-tumbuhan. Begitu pula dengan unggas, seperti: Burung unta, ayam, bebek, angsa, merpati, burung beo, burung kecil-kecil, dan semua burung air. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu anam (binatang ternak: sapi, unta, kambing) (Q.S. Al Maidah: 1) Dari Jabir: Nabi besar saw. Telah memberi izin memakan daging kuda. Riwayat Bukhari dan Muslim. Kuda termasuk binatang ternak dan halal, berdasarkan hadits: Pada perang Khaibar, mereka menyembelih kuda, bighal dan khimar. Lalu Rasulullah melarang dari bighal dan khimar dan tidak melarang dari kuda. (Shahih. HR Abu Daud (3789) Binatang Buruan 5

Berburu hewan liar yang halal dimakan dan tidak mampu untuk dipelihara hukumnya boleh agi yang membutuhkannya, dan makruh jika tujunnya hanya untuk main-main atau iseng. Apabila perburuan secara terus menerus sehingga dapat merusak atau mengganggu ekosistem, maka hukumnya haram. Agar hewan buruan halal untuk dikonsumsi, ada empat syarat: 1) Pemburunya salah seorang yang boleh menyembelih. 2) Alat berburu adalah sesuatu yang boleh digunakan untuk menyembelih, harus tajam seperti tombak dan panah. Apabila menggunakan hewan pemburu seperti elang atau anjing, hendaknya yang sudah terlati. 3) Tujuan berburu yakni melepaskan alat berburu untuk menangkap buruan. Apabila alat berburu itu mengenai buruan tanpa ada niat berburu dai pemiliknya, maka hasil buruannya tidak halal dimakan. 4) membaca bismillah saat melepaskan alat berburu. Hewan yang telah dibunuh oleh hewan buas termasuk jenis bangkai, kecuali hewan tersebut telah dilatih dan pada saat melepaskannya untuk menangkap buruan kita menyebutkan nama Allah swt, maka hukumnya adalah halal untuk hewan hasil tangkapannya. Hal ini berdasarkan firman Allah swt dalam Al Quran. Mereka menanyakan kepadamu: Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah: Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya. (QS Al Maidah: 4) Belalang, hati dan Limpa Ada dua jenis bangkai dan darah yang dihalalkan untuk dimakan, yaitu yang termasuk dua bangkai adalah ikan dan belalang, dan yang termasuk dua darah adalah hati dan limpa. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits Rasulullah. Dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar, Rasulullah saw bersabda: Dihalalkan untuk dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah yaitu hati dan limpa. (HR Ibnu Majah dan Ahmad) Hewan yang disembelih dengan menyebut nama Allah Setiap hewan yang boleh dimakan yang dapat dipelihara dan hidup di alam bebas wajib disembelih agar halal. Ada empat syarat menyembelih hewan: 1) yang menyembelih adalah orang yang berakal. 2) dalam menyembelih menggunakan sesuatu yang tajam selain gigi dan kuku karena keduanya tidak sah digunakan sebagai alat untuk menyembelih. 3) memotong tenggorokan, kerongkongan, dan salah satu urat leher atu keduanya. 4) membaca bismillah saat menggerakkan tangan untuk menyembelih boleh melafatkannya selain menggunakan bahasa arab. Ketika membaca bismillah, disunatkan membaca takbir. Hewan-hewan halal yang halal dimakan jika penyebab kematian hewan tersebut adalah karena disembelih, sehingga jika penyebab kematian hewan tersebut bukan dikarenakan disembelih, maka hewan tersebut termasuk dalam golongan bangkai dan hukumnya tidak halal untuk dimakan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al Quran, Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang 6

disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya. dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala (QS Al Maidah : 3) Maka makanlah binatang-binatang yang halal yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatnya. Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal Allah telah menjelaskan kepada kamu apa-apa yang diharamkan-Nya atas kamu (QS Al Anam : 118119). Makanan selain Binatang Pada dasarnya semua jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan hukumnya adalah halal kecuali yang dapat menimbulkan kerusakan bagi manusia baik raga maupun jiwa. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan, (Q.S. Almuminun: 19) Setiap tumbuhan dan buah-buahan yang disirami dan diberi pupuk dengan sesuatu yang najis boleh dimakan kecuali jika ada rasa atau bau najisnya maka hukumnya haram. Minuman Minuman yang halal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 bagian : 1. Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia, baik membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun aqidah. 2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan seperti arak yang berubah menjadi cuka. 3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena najis. 4. Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Air, madu, dan susu adalah contoh minuman yang halal dikonsumsi, sebagaimana yang tertulis di dalam Al-Quran yang artinya adalah Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. (QS. An nahl: 10) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-baqarah: 164) Susu adalah zat yang halal dikonsumsi jika susu tersebut diambil dari hewan yang halal dikonsumsi seperti kambing, sapi, unta, dan lain-lain. Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. 7

Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (QS. An nahl: 66) Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan. (QS. Almuminun: 21) Madu adalah minuma halal yang dapat berfungsi sebagai obat yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Rosululloh adalah orang yang suka mengkonsumsi madu. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An nahl: 69) C. Makanan Haram Diantara sekian banyak makanan yang Allah turunkan ke bumi, hanya ada beberapa makanan yang diharamkan karena beberapa sebab, diantaranya adalah sebab zatnya, seperti karena najis, mengandung bahaya, menjijikkan, dan sebab cara memprosesnya, seperti hewan yang mati tercekik, yang disembelih tanpa menyebut nama Allah, dan yang diterkam oleh binatang buas. Darah Rahasia diharamkannya darah adalah karena darah itu kotor, sehingga sangat berbahaya bagi fisik maupun jiwa orang yang memakannya. Tidak mungkin jiwa manusia yang bersih menyukainya. Orang-orang jahiliah dahulu kalau lapar, diambilnya sesuatu yang tajam dari tulang ataupun lainnya, lantas ditusukkannya kepada unta atau binatang dan darahnya yang mengalir itu dikumpulkan kemudian diminum. Begitulah seperti yang dikatakan oleh al-A'syaa dalam syairnya: Janganlah kamu mendekati bangkai Jangan pula kamu mengambil tulang yang tajam Kemudian kamu tusukkan dia untuk mengeluarkan darah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut: Atau darah yang mengalir (QS. Al-AnAm: 145) Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Said bin Jubair. Diceritakan bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang diantara mereka merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat dari tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat makanan/minuman. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan darah pada umat ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/23-24). Sekalipun darah adalah haram, tetapi ada pengecualian yaitu hati dan limpa. Demikian pula sisa-sisa darah yang menempel pada daging atau leher setelah disembelih semuanya itu hukumnya halal. Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: Pendapat yang benar, bahwa darah yang 8

diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang menempel pada daging, maka tidak ada satupun dari kalangan ulama yang mengharamkannya. (Dinukil dari AlMulakhas Al-Fiqhi 2/461 oleh Syaikh Dr. Shahih Al-Fauzan). Bangkai Hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu hukumnya jelas haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi raga dan jiwa manusia sangat nyata, meskipun bangkai hewan yang zatnya halal. Pada bangkai terdapat darah yang mengendap sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Bangkai ada beberapa macam: 1. Al-Munkhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik baik secara sengaja atau tidak 2. Al-Mauqudhah, yaitu hewan yang mati karena dipukul dengan alat/benda keras hingga mati olehnya atau disetrum dengan alat listrik 3. Al-Mutaraddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat tinggi atau jatuh ke dalam sumur sehingga mati 4. An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya (lihat Tafsir AlQuran Al-Adzim 3/22 oleh Imam Ibnu Katsir) Sekalipun bangkai haram hukumnya, tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai ikan dan belalang berdasarkan hadits: Dari Ibnu Umar berkata: Dihalalkan untuk dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah yaitu hati dan limpa. (Shahih. Lihat Takhrijnya dalam Al-Furqan hal 27 edisi 4/Th.11) Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.: (Shahih. Lihat Takhrijnya dalam Al-Furqan 26 edisi 3/Th 11) Syaikh Muhammad Nasiruddin AlAlbani berkata dalam Silsilah As-Shahihah (no.480): Dalam hadits ini terdapat faedah penting yaitu halalnya setiap bangkai hewan laut sekalipun terapung di atas air (laut)? Beliau menjawab: Sesungguhnya yang terapung itu termasuk bangkainya sedangkan Rasulullah bersabda: Laut itu suci airnya dan halal bangkainya (HR. Daraqutni: 538). Diharamkannya bangkai itu mengandung hikmah yang sangat besar sekali: a) Naluri manusia yang sehat pasti tidak akan makan bangkai dan dia pun akan menganggapnya kotor. Para cerdik pandai di kalangan mereka pasti akan beranggapan, bahwa makan bangkai itu adalah suatu perbuatan yang rendah yang dapat menurunkan harga diri manusia. Oleh karena itu seluruh agama Samawi memandangnya bangkai itu suatu makanan yang haram. Mereka tidak boleh makan kecuali yang disembelih, sekalipun berbeda cara menyembelihnya. b) Supaya setiap muslim suka membiasakan bertujuan dan berkehendak dalam seluruh hal, sehingga tidak ada seorang muslim pun yang memperoleh sesuatu atau memetik buah melainkan setelah dia mengkonkritkan niat, tujuan dan usaha untuk mencapai apa yang dimaksud. Begitulah, maka arti menyembelih --yang dapat mengeluarkan binatang dari kedudukannya 9

sebagai bangkai-- tidak lain adalah bertujuan untuk merenggut jiwa binatang karena hendak memakannya. Jadi seolah-olah Allah tidak rela kepada seseorang untuk makan sesuatu yang dicapai tanpa tujuan dan berfikir sebelumnya, sebagaimana halnya makan bangkai ini. Berbeda dengan binatang yang disembelih dan yang diburu, bahwa keduanya itu tidak akan dapat dicapai melainkan dengan tujuan, usaha dan perbuatan. c) Binatang yang mati dengan sendirinya, pada umumnya mati karena sesuatu sebab; mungkin karena penyakit yang mengancam, atau karena sesuatu sebab mendatang, atau karena makan tumbuh-tumbuhan yang beracun dan sebagainya. Kesemuanya ini tidak dapat dijamin untuk tidak membahayakan, Contohnya seperti binatang yang mati karena sangat lemah dan kerena keadaannya yang tidak normal. d) Allah mengharamkan bangkai kepada kita umat manusia, berarti dengan begitu Ia telah memberi kesempatan kepada hewan atau burung untuk memakannya sebagai tanda kasih-sayang Allah kepada binatang atau burungburung tersebut. Karena binatang-binatang itu adalah makhluk seperti kita juga, sebagaimana ditegaskan oleh al-Quran. e) Supaya manusia selalu memperhatikan binatang-binatang yang dimilikinya, tidak membiarkan begitu saja binatangnya itu diserang oleh sakit dan kelemahan sehingga mati dan hancur. Tetapi dia harus segera memberikan pengobatan atau mengistirahatkan Babi Babi peliharaan maupun liar, jantan maupun betina. Dan mencakup seluruh anggota tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang keharamannya, telah ditandaskan dalam al-Quran, hadits dan ijma ulama. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Albaqarah: 173) Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Almaidah: 3) Naluri manusia yang baik sudah barang tentu tidak akan menyukainya, karena makananmakanan babi itu yang kotor-kotor dan najis. Ilmu kedokteran sekarang ini mengakui, bahwa makan daging babi itu sangat berbahaya untuk seluruh daerah, lebih-lebih di daerah panas. Ini diperoleh berdasarkan penyelidikan ilmiah, bahwa makan daging babi itu salah satu sebab timbulnya cacing pita yang sangat berbahaya. Dan barangkali pengetahuan modern berikutnya akan lebih banyak dapat menyingkap rahasia haramnya babi ini daripada hari kini. Maka tepatlah 10

apa yang ditegaskan Allah: "Dan Allah mengharamkan atas mereka yang kotor-kotor." (al-A'raf: 156) Sementara ahli penyelidik berpendapat, bahwa membiasakan makan daging babi dapat melemahkan perasaan cemburu terhadap hal-hal yang terlarang. Binatang Buas yang Memangsa dengan Taring Binatang yang memangsa binatang lain dengan taring hukumnya haram. Hal ini berdasarkan hadits : Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram dimakan (HR. Muslim no. 1933) Yang dimaksud binatang buas disini adalah binatang yang memiliki taring atau kuku tajam untuk melawan manusia seperti serigala, singa, anjing, macan tutul, harimau, beruang, kera dan sejenisnya. Semua itu haram dimakan. (Lihat Syarh Sunnah (11/234) oleh Imam Al-Baghawi). Hadits ini secara jelas menunjukkan haramnya memakan binatang buas yang bertaring bukan hanya makruh saja. Pendapat yang menyatakan makruh saja adalah pendapat yang salah. (lihat At-Tamhid (1/111) oleh Ibnu Abdil Barr, Ilamul Muwaqqiin (4-356) oleh Ibnu Qayyim dan As-Shahihah no. 476 oleh Al-Albani. Imam Ibnu Abdil Barr juga mengatakan dalam At-Tamhid (1/127): Saya tidak mengetahui persilangan pendapat di kalangan ulama kaum muslimin bahwa kera tidak boleh dimakan dan tidak boleh dijual karena tidak ada manfaatnya. Dan kami tidak mengetahui seorang ulamapun yang membolehkan untuk memakannya. Demikianpula anjing, gajah dan seluruh binatang buas yang bertaring. Semuanya sama saja bagiku (keharamannya). Dan hujjah adalah sabda Nabi saw bukan pendapat orang.. Para ulama berselisih pendapat tentang musang. Apakah termasuk binatang buas yang haram ataukah tidak ? Pendapat yang rajih bahwa musang adalah halal sebagaimana pendapat Imam Ahmad dan Syafii berdasarkan hadits: Dari Ibnu Abi Ammar berkata: Aku pernah bertanya kepada Jabir tentang musang, apakah ia termasuk hewan buruan ? Jawabnya: Ya. Lalu aku bertanya: apakah boleh dimakan ? Beliau menjawab: Ya. Aku bertanya lagi: Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah ? Jawabnya: Ya. (Shahih. HR. Abu Daud (3801), Tirmidzi (851), Nasai (5/191) dan dishahihkan Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al- Baihaqi, Ibnu Qoyyim serta Ibnu Hajar dalam At-Talkhis Habir (1/1507). Lantas apakah hadits Jabir ini bertentangan dengan hadits larangan di atas? Imam Ibnu Qoyyim menjelaskan dalam Ilamul Muwaqqiin (2/120) bahwa tidak ada kontradiksi antara dua hadits di atas. Sebab musang tidaklah termasuk kategori binatang buas, baik ditinjau dari segi bahasa maupun segi urf (kebiasaan) manusia.

Burung Pemburu yang Berkuku Tajam 11

Burung pemburu yang berkuku tajam hukumnya haram untuk dikonsumsi, hal ini berdasarkan hadits : Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan burung berkuku tajam (HR Muslim no. 1934) Imam Al-Baghawi berkata dalam Syarh Sunnah (11/234): Demikian juga setiap burung yang berkuku tajam seperti burung garuda, elang dan sejenisnya. Imam Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim 13/72-73: Dalam hadits ini terdapat dalil bagi madzab Syafii, Abu Hanifah, Ahmad, Daud dan mayoritas ulama tentang haramnya memakan binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Yang dimaksud dengan burung yang berkuku tajam yaitu burung yang kukunya dapat melukai, dan mengandalkan kukunya sebagai senjata untuk menangkap mangsanya, seperti burung elang, rajawali, ruak-ruak, burung hantu, burung bangkai dan burung yang sejenis dengan elang. Keledai Jinak Keledai jinak hukumnya haram, hal ini berdasarkan hadits: Dari Jabir berkata: Rasulullah melarang pada perang khaibar dari (makan) daging khimar dan memperbolehkan daging kuda. (HR Bukhori no. 4219 dan Muslim no. 1941) Dalam riwayat lain disebutkan begini : Pada perang Khaibar, mereka menyembelih kuda, bighal dan khimar. Lalu Rasulullah melarang dari bighal dan khimar dan tidak melarang dari kuda. (Shahih. HR Abu Daud (3789), Nasai (7/201), Ahmad (3/356), Ibnu Hibban (5272), Baihaqi (9/327), Daraqutni (4/288-289) dan Al-Baghawi dalam Syarhu Sunnah no. 2811). Dalam hadits di atas terdapat dua masalah : Pertama : Haramnya keledai jinak. Ini merupakan pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat, tabiin dan ulama setelah mereka berdasarkan hadits-hadits shahih dan jelas seperti di atas. Adapaun keledai liar, maka hukumnya halal dengan kesepakatan ulama. (Lihat Sailul Jarrar (4/99) oleh Imam Syaukani). Kedua : Halalnya daging kuda. Ini merupakan pendapat Zaid bin Ali, Syafii, Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan mayoritass ulama salaf berdasarkan hadits-hadits shahih dan jelas di atas. Ibnu Abi Syaiban meriwayatkan dengan sanadnya yang sesuai syarat Bukhari Muslim dari Atha bahwa beliau berkata kepada Ibnu Juraij: Salafmu biasa memakannya (daging kuda). Ibnu Juraij berkata: Apakah sahabat Rasulullah ? Jawabnya : Ya. (Lihat Subulus Salam (4/146-147) oleh Imam As-Shanani).

Al-Jallalah 12

Al-Jalalah yaitu hewan yang makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti kotoran manuasia/hewan dan sejenisnya, baik itu hewan berkaki dua maupun berkaki empat. Hal ini berdasarkan hadits : Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah melarang dari jalalah unta untuk dinaiki. (HR. Abu Daud no. 2558 dengan sanad shahih) Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah melarang dari memakan jallalah dan susunya. (HR. Abu Daud : 3785, Tirmidzi: 1823 dan Ibnu Majah: 3189) Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah melarang dari keledai jinak dan jalalah, menaiki dan memakan dagingnya (HR Ahmad (2/219) dan dihasankan Al-Hafidz dalam Fathul Bari 9/648). Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (11/254) juga berkata: Kemudian menghukumi suatu hewan yang memakan kotoran sebagai jalalah perlu diteliti. Apabila hewan tersebut memakan kotoran hanya bersifat kadang-kadang, maka ini tidak termasuk kategori jalalah dan tidak haram dimakan seperti ayam dan sejenisnya Hukum jalalah haram dimakan sebagaimana pendapat mayoritas Syafiiyyah dan Hanabilah. Pendapat ini juga ditegaskan oleh Ibnu Daqiq Al-Ied dari para fuqaha serta dishahihkan oleh Abu Ishaq Al-Marwazi, Al-Qoffal, Al-Juwaini, Al-Baghawi dan Al-Ghozali. (Lihat Fathul Bari (9/648) oleh Ibnu Hajar). Sebab diharamkannya jalalah adalah perubahan bau dan rasa daging dan susunya. Apabila pengaruh kotoran pada daging hewan yang membuat keharamannya itu hilang, maka tidak lagi haram hukumnya, bahkan hukumnya hahal secara yakin dan tidak ada batas waktu tertentu. Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan (9/648): Ukuran waktu boelhnya memakan hewan jalalah yaitu apabila bau kotoran pada hewan tersebut hilang dengan diganti oleh sesuatu yang suci menurut pendapat yang benar.. Pendapat ini dikuatkan oleh imam Syaukani dalam Nailul Authar (7/464) dan Al-Albani dan At-Taliqat Ar-Radhiyyah (3/32). Hewan yang Diperintahkan untuk membunuhnya Ada beberapa hewan yang kita dianjurkan untuk membunuhnya karena hewan-hewan ini banyak menimbulkan kerugian bagi manusia, diantaranya adalah ular, burung gagak, tikus, anjing galak, dan burung lang dan sejenisnya. Semua hewan yang kita dianjurkan untuk membunuhnya adalah haram untuk dimakan. Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda: Lima hewan jahat yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun maupun di tanah haram yaitu ular, gagak, tikus, anjing galak, dan burung lang. (HR. Muslim no. 1198 dan Bukhari no. 1829) Imam ibnu Hazm mengatakan dalam Al-Muhalla: Setiap binatang yang diperintahkan oleh Rasulullah supaya dibunuh maka tidak ada sembelihan baginya, karena Rasulullah melarang dari menyia-nyiakan harta dan tidak halal membunuh binatang yang dimakan (Lihat pula AlMughni (13/323) oleh Ibnu Qudamah dan Al-Majmu Syarh Muhadzab (9/23) oleh Nawawi). Ada juga hadits yang menjelaskan tentang perintah membunuh tokek dan cicak. Hal itu 13

berarti bahwa tokek dan cicak haram hukumnya. Dari Ummu Syarik berkata bahwa Nabi memerintahkan supaya membunuh tokek/cecak (HR. Bukhari no. 3359 dan Muslim 2237). Imam Ibnu Abdil Barr berkata dalam At-Tamhid: Tokek/cecak telah disepakati keharaman memakannya Hewan yang Dilarang oleh Agama untuk Membunuhnya Ada beberapa hewan yang kita dilarang untuk membunuhnya karena hewan ini banyak memberi manfaat kepada manusia, diantaranya adalah semut, lebah, burung hud-hud, burung surad. Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah melarang membunuh 4 macam binatang: semut, tawon, burung hud-hud dan burung surad. (HR Ahmad (1/332,347), Abu Daud (5267), Ibnu Majah (3224), Ibnu Hibban (7/463) dan dishahihkan Baihaqi dan Ibnu Hajar dalam At-Talkhis 4/916). Imam Syafii dan para sahabatnya mengatakan: Setiap hewan yang dilarang dibunuh berarti tidak boleh dimakan, karena seandainya boleh dimakan, tentu tidak akan dilarang membunuhnya. (Lihat Al-Majmu (9/23) oleh Nawawi). Haramnya hewan-hewan di atas merupakan pendapat mayoritas ahli ilmu sekalipun ada perselisihan di dalamnya kecuali semut, nampaknya disepakati keharamannya. Semut merupakan binatang yang spesial. Di dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang semut, diantaranya adalah: Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semutsemut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" (QS. An naml: 18) kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An nahl: 69) Hewan yang Menjijikkan Diantara hewan yang haram yaitu hewan yang dianggap menjijikkan, seperti tikus, serangga, cacing, ulat, lalat, tokek dan lain-lain. Namun, yang menjadi permasalahan adalah setiap orang punya persepsi tentang menjijikkan sendiri-sendiri. Cara menentukan hukumnya adalah dengan melihat kebanyakan orang, jika kebanyakan orang menganggap suatu hewan itu menjijikkan, maka hukumnya haram. Hewan yang Hidup di Dua Alam (Amphibi) 14

Binatang yang dapat hidup di darat dan di air seperti kodok, buaya, kura-kura, kepiting , ular hukumnya haram. Namun, ada sebagian kecil ulama yang menghalalkannya. Dari Abdur Rahman bin Utsman Al-Qurasyi bahwasanya seorang tabib pernah bertanya kepada Rasulullah tentang kodok/katak dijadikan obat, lalu Rasulullah melarang membunuhnya. (HR Ahmad (3/453), Abu Daud (5269), Nasai (4355), Al-Hakim (4/410-411), Baihaqi (9/258,318) dan dishahihkan Ibnu Hajar dan Al-Albani). Haramnya katak secara mutlak merupakan pendapat Imam Ahmad dan beberapa ulama lainnya serta pendapat yang shahih dari madzab Syafei. Al-Abdari menukil dari Abu Bakar AsShidiq, Umar, Utsman dan Ibnu Abbas bahwa seluruh bangkai laut hukumnya halal kecuali katak. Khamar Khamar adalah bahan yang mengandung alkohol yang memabukkan, termasuk bir, arak, tuak, vodka, gin, vermouth, dan lain-lain. Menurut sebuah penelitian, tidak ada bahaya yang lebih parah yang diderita manusia, selain bahaya yang diakibatkan oleh minuman beralkohol. Kalau diadakan penyelidikan secara teliti di rumah-rumah sakit, bahwa kebanyakan orang yang gila dan mendapat gangguan saraf adalah disebabkan oleh minuman keras. Kebanyakan orang yang bunuh diri ataupun yang membunuh kawannya adalah disebabkan minuman keras. Termasuk juga kebanyakan orang yang mengadukan dirinya karena diliputi oleh suasana kegelisahan, orang yang membawa dirinya kepada lembah kebangkrutan dan menghabiskan hak miliknya, adalah disebabkan oleh minuman keras. "Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya arak, judi, berhala, dan undian adalah kotor dari perbuatan syaitan. Oleh karena itu jauhilah dia supaya kamu bahagia. Syaitan hanya bermaksud untuk mendatangkan permusuhan dan kebencian di antara kamu disebabkan khamar dan judi, serta menghalangi kamu ingat kepada Allah dan sembahyang. Apakah kamu tidak mau berhenti?" (al-Maidah: 90-91) Khamar adalah berasal dari perbuatan syaitan, sedang syaitan hanya gemar berbuat yang tidak baik dan mungkar. Justru itulah al-Quran menyerukan kepada umat Islam untuk menjauhi kedua perbuatan itu sebagai jalan untuk menuju kepada kebahagiaan.

Pertama kali yang dicanangkan Nabi Muhammad s.a.w. tentang masalah arak, yaitu beliau tidak memandangnya dari segi bahan yang dipakai untuk membuat arak itu, tetapi beliau memandang dari segi pengaruh yang ditimbulkan, yaitu memabukkan. Oleh karena itu bahan apapun yang nyatanyata memabukkan berarti dia itu arak, betapapun merek dan nama yang dipergunakan oleh manusia; dan bahan apapun yang dipakai. Oleh sebab itu Bir dan sebagainya dapat dihukumi haram. Rasulullah s.a.w. pernah ditanya tentang minuman yang terbuat dari madu, atau dari gandum dan sya'ir yang diperas sehingga menjadi keras. Nabi Muhammad sesuai dengan sifatnya berbicara pendek tetapi padat, dalam menjawab pertanyaan tersebut beliau sampaikan dengan kalimat yang pendek dan padat:

15

"Semua yang memabukkan berarti arak, dan setiap arak adalah haram." (Riwayat Muslim) Dan Umar pun mengumumkan pula dari atas mimbar Nabi, "Bahwa yang dinamakan arak ialah apa-apa yang dapat menutupi fikiran." (Riwayat Bukhari dan Muslim). Racun Racun hukumnya haram karena islam melarang umatnya untuk menganiaya diri sendiri maupun orang lain. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al Baqarah: 57) Racun di sini mengandung arti yang luas. obat-obatan terlarang termasuk narkoba dan berbagai macam jenisnya adalah haram hukumnya karena hanya akan menimbulkan rasa sakit dan kesengsaraan bagi penggunanya. Sembelihan Untuk Selain Allah Yakni setiap hewan yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah hukumnya haram, karena Allah mewajibkan agar setiap makhlukNya disembelih dengan nama-Nya yang mulia. Oleh karenanya, apabila seorang tidak mengindahkan hal itu bahkan menyebut nama selain Allah baik patung, taghut, berhala dan lain sebagainya , maka hukum sembelihan tersebut adalah haram dengan kesepakatan ulama. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Albaqarah: 173) Hewan yang Diterkam Binatang Buas Yakni hewan yang diterkam oleh harimau, serigala atau anjing lalu dimakan sebagiannya kemudian mati karenanya, maka hukumnya adalah haram sekalipun darahnya mengalir dan bagian lehernya yang kena. Semua itu hukumnya haram dengan kesepakatan ulama. Orangorang jahiliyah dulu biasa memakan hewan yang diterkam oleh binatang buas baik kambing, unta,sapi dsb, maka Allah mengharamkan hal itu bagi kaum mukminin. Adapun hewan yang diterkam binatang buas apabila dijumpai masih hidup (bernyawa) seperti kalau tangan dan kakinya masih bergerak atau masih bernafas kemudian disembelih secara syari, maka hewan tersebut adalah halal karena telah disembelih secara halal.

16

BAB III PENUTUP


A. Simpulan Makanan adalah segala sesuatu yang dimakan atau diminum manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Makanan ada yang halal dan ada yang haram. Segala sesuatu yang dimakan dan diminum asal hukumnya adalah halal, dengan tiga syarat: 1) Makanan itu suci. 2) Tidak mengandung bahaya. 3) Tidak menjijikkan. Kebalikannya, setiap makanaan yang najis, seperti darah dan bangkai, hukumnya haram. Begitu juga yang mengandung bahaya, seperti racun, juga yang menjijikkan, seperti kotoran, kencing dan kutu.Binatang diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: 1). Hewan darat 2). Hewan air 3). Hewan yang hidup di dua alam. Semua hewan air hukumnya halal dan semua hewan yang hidup di dua alam, hukumnya haram,sedangkan hewan darat ada yang halal dan ada pula yang haram. Semua makanan yang haram bisa menjadi halal jika benar-benar terpaksa tidak ada makanan lain dan jika tidak makan itu dia akan mati. Hikmah dari penetapan halal dan haram adalah agar kita dapat terselamatkan dari makananmakanan yang merugikan kita baik secara fisik maupun psikis sehingga kita senantiasa dalam keadaan baik. Jika makanan kita baik, insya Allah tubuh dan perilaku kita juga baik dan amal beribadah pun akan semakin baik. Bumi dan seisinya diciptakan oleh Allah agar bisa dimanfaatkan demi kemaslahatan umat manusia. Sudah diatur jelas hukum-hukum Allah melalui hadits dan Al-Quran. Dan diantara halal dan haram ada perkara yang subhad. B. Saran 1. Makanlah makanan yang halal lagi baik 2. Janganlah makan makanan yang haram 3. Diantara halal dan haram terdapat subhad. jauhilah makanan yang subhad agar engkau tidak terjerumus dalam hal-hal yang haram 4. Berhati-hatilah dalam memilih makanan, terutama makanan yang masih asing bagi kita Yang kita belum tahu betul asal-usulnya

DAFTAR PUSTAKA
17

Al Quran Rahman, M. Tohir. Hadis Arbain Annawawiyah. Surabaya: Al-Hidayah Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyah. Tafsir seper sepuluh dari Al Qur'an Al Karim http://www.serambinews.com/news/makanan-dan-minuman-halal http://anggara.org/2007/11/05/makananminuman-halal-dan-haram/

18

You might also like