You are on page 1of 45

Kamis, 21 Juli 2011

MAKALAH INVERSIO UTERI


BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia. Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Klasifikasi Klinis Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder: 1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera). Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama. 2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau

perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep).Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. Perdarahan pascapersalinan salah satunya dapat disebabkan oleh: Inversio uteri adalah bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam cavum uteri. Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya bagian luar keadaan ini di sebut inversio uteri komplet. Jika hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri, di sebut inversio uteri inkomplet. Jika uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps. Pada inversio uteri menahun, yang di temukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya involusi kemudian di lakukan pembedahan pervaginam. Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat. Cara-cara inversio uteri : Abdominal : haultain dan Huntington Vaginal : kustner ( forniks posterior ) dan spinelli (forniks anterior). I.2 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui deteksi inversio uteri. 2. Untuk mengetahui patofisiologi inversio uteri. 3. Untuk mengetahui etiologi inversio uteri. 4. Untuk mengetahui penatalaksanaan inversio uteri 1.3 MANFAAT PENULISAN makalah ini bisa menjadi salah satu referensi untuk pengembangan asuhan kebidanan khususnya mengenai inversio uteri . BAB II PEMBAHASAN II.1 DETEKSI INVERSIO UTERI Tanda dan gejala inversio uteri yang selalu ada -Uterus terlihat -Uterus bisa terlihat sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di vagina -Plasenta mungkin masih melekat (tampak tali pusat) -Perdarahan Tanda paling sering inversio uteri adalah perdarahan, tetapi cepatnya ibu mengalami kolaps dengan jumlah kehilangan darahnya - Syok berat

- Nyeri Nyeri abdomen bawah berat, disebabkan oleh penarikan pada ovarium dan peritoneum serta bias disertai rasa ingin defekasi - Lumen vagina terisi massa Tanda dan gejala yang kadang kadang ada : - Syok neurogenik - Pucat dan limbung Gejala klinis prolapsus uteri : Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat mendadak seperti nyeri, Muntah, kolps ( jarang), keluhan- keluhannya : - Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema (vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah - Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring. - Timbulnya gejala-gejala dari : Sitokel : Pipis sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga fungsi sfincter terganggu. Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena faeces berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan bekerja. Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada portio karena geseran celana dalam. Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh pada daerah panggul. Servisitis dapat menyebabkan infertility. Menoragia karena bendungan Diagnosis perdarahan pasca persalinan Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan - Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri - Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak. - Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari: - Sisa plasenta atau selaput ketuban - Robekan rahim - Plasenta suksenturiata - Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah - Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test), dll Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan

menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam. Pembagian inversio uteri : 1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim. 2. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina. 3. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. II.2 PATOFISIOLOGI INVERSIO UTERI Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil danuterus akan terisi darah. Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentumligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina.Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic

Reposisi Inversio Uteri. ( a ) Inversio uteri total ( b ) Reposisi uterus melalui servik. ( c ) Restitusi uterus Klasifikasi prolapsus uteri -Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina -Tingkat II: uterus sebagian besar keluar dari vagina -Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina ( prosidensia uteri) Komplikasi inversio uteri: 1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri 2. Dekubitis 3. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa 4. Gangguan miksi dan stress inkontenensia 5. Infeksi saluran kencing 6. Infertilitas 7. Gangguan partus 8. Hemoroid 9. inkarserasi usus II.3. ETIOLOGI INVERSIO UTERI Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat, seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok. Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik. Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik). Penyebab Inversio Uteri yaitu : 1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk). 2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim. Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri : 1. Tunus otot rahim yang lemah 2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan

tangan, tarikan pada tali pusat) 3. Canalis servikalis yang longgar. . Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri II.4. PENATALAKSANAAN INVERSIO UTERI Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas, jangan dilakukan dan apabila melakukan prasat Crede harus diperhatikan syarat-syaratnya. Apabila terdapat inversio uteri dengan gejala-gejala syok, maka harus diatasi lebih dulu dengan infuse i.v cairan elektrolit dan transfusi darah, segera sesudah itu dilakukan reposisi. Apabila reposisi pervaginam gagal, sebaiknya dilakukan pembedahan menurut Haultein (dikerjakan laparotomi, dinding belakang lingkaran konstriksi dibuka, sehingga memungkinkan penyelenggaraan reposisi uterus sedikit demi sedikit, kemudian luka di bawah uterus dijahit dan luka laparotomi ditutup). Pada inversio uteri menahun, yang ditemukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya ditunggu berakhirnya involusi kemudian dilakukan pembedahan pervaginam (pembedahan menurut Spinelli). 90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan lifethreatening. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin. Reposisi uterus dilakukan dengan plasenta masih melekat. Kehilangan darah biasanya berhubungan dengan lama waktu uterus mengalami inversi, tetapi akan berkurang jika plasenta diangkat setelah posisi uterus dikembalikan. Pengembalian posisi secara manual dilakukan dengan menempatkan satu tangan di vagina dengan ujung- ujung jari menggerakkan dinding uterus keatas sewaktu fundus diresposisi. Tindakan ini harus dilakukan dengan cara hati- hati agar tidak menusuk atau tidak membuat rupture dinding uterus yang lunak. Pada saat yang sama seluruh uterus di angkat tinggi keluar pelvis, diatas level umbilicus dan tahan selama beberapa menit. Tindakan ini menempatkan tegangan pada ligament uterus yang mempertahankan uterus mengalami inverse kembali. Prosedur ini biasanya cukup menyakitkan dan pemberian anastesia dalam atau relaksasi uterus intravena (misalnya : magnesium sulfat, agens anastesia, terhalogenasi, tarbutalin) di anjurkan. Semua obat ini memilik efek samping hipotensi dan sebaiknya dilakukan dengan hati- hati pada kasus kehilangan darah. - Kaji ulang indikasi - Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang ulang infuse - Berikan petidin dan diazepam I.V. dalam semprit berbada secara perlahanlahan,atau anestesia umum jika diperlukan. Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah(dengan NaCl hangat) menjelang operasi

Segera lakukan tindakan resusitasi Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat Salah satu tehnik reposisi adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar 1 Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal. Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi. Penanganan inversio uteri : 1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam. 2. Bila telah terjadi maka terapinya : - Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaiki keadaan umum. - Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa. - Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal (operasi Haultein) atau per vaginam (operasi menurut Spinelli). - Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitu dengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Pencegahan Inversi Sebelum Tindakan : - Koreksi Manual o Pasang sarung tangan DTT o Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali melalui serviks.Gunakan tangan lain untuk membantu menahan uterus dari dinding abdomen.Jika plasenta masih belum terlepas,lakukan plasenta manual setelah tindakan koreksi.masukkan bagian fundus uteri terlebih dahulu. o Jika koreksi manual tidak berhasil,lakukan koreksi hidrostatik. - Koreksi Hidrostatik o Pasien dalam posisi trendelenburg dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari perineum. o Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi,berupa selang 2 m berujung penyemprot berlubang lebar.Selang disambung dengan tabung berisi air hangat 25 l(atau NaCl atau infus lain) dan dipasang setinggi 2 m. o Identifikasi forniks posterior. o Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia sekitar ujung selang dengan tangan. o Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.

- Koreksi Manual Dengan Anestesia Umum o Jika koreksi hidrostatik gagal,upayakan reposisi dalam anastesia umum. Halotan merupakan pilihan untuk relaksasi uterus. Koreksi Kombinasi Abdominal Vaginal Kaji ulang indikasi o Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif o Lkukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum,dan singkirkan usus dengan kasa.tampak uterus berupa lekukan. o Dengan jari tangan lakukan dilatasi cincin konstriksi serviks. o Pasang tenakulum melelui cincin serviks pada fundus. o Lakukan tarikan atau traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan koreksi manual melalui vagina. o Jika tindakan traksi gagal,lakukan insisi cincin kontriksi serviks di bagian belakang untuk menghindari resiko cedera kandung kemih,ulang tindakan dilatasi,pemasangan tenakulum dan fraksi fundus. o Jika koreksi berhasil,tutup dinding abdomen setelah melakukan penjahitan hemostasis dan dipastikan tidak ada perdarahan. o Jika ada infeksi ,pasang drain karet. Perawatan Pasca Tindakan o Jika inversi sudah diperbaiki,berikan infuse oksitisin 20 unit dalam 500 ml I.V. (NaCl 0.9 % atau ringer laktat) 10 tetes/menit. - Jika dicurigai terjadi perdarahan,berikan infus sampai dengan 60 tetes/ menit. - Jika kontraksi uterus kurang baik,berikan ergometrin 0,2 mg . o Berikan antibiotic propilaksis dosis tunggal: - Ampisilin 2g I.V dan metronidazol 500 mg I.V - Atau sevasolin 1g I.V dan metrodinasol 500 mg I.V o Lakukan perawatan paska bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal vaginal. o Jika ada tanda infeksi berikan sntibiotik kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam. o Berikan analgetik jika perlu. Pencegahan Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran : - Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup - Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan), episiotomi agar dijahit dengan baik, Episiolomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE

atau VE Pengobatan A. Pengobatan tanpa operasi - Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara pada prolapsus uteri ringan, ingin punya anak lagi, menolak untuk dioperasi, Keadaan umum pasien tak mengizinkan untuk dioperasi - Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin plastic Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi : keadaan umu yang jelek B. Pengobatan dengan operasi - Operasi Manchester/Manchester-Fothergill - Histeraktomi vaginal - Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort) - Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya cara yang terbaik adalah dengan : - Pemasangan pesarium - Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium) BAB III PENUTUP III.1 KESIMPULAN Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pembagian inversio uteri : 1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim. 2. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina. 3. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

Penyebab Inversio Uteri yaitu : 1.Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk). 2.Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim. Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri : 1. Tunus otot rahim yang lemah 2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan pada tali pusat) 3. Canalis servikalis yang longgar. Penanganan pada inversion uteri : Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin. Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah(dengan NaCl hangat) menjelang operasi Segera lakukan tindakan resusitasi Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat Salah satu tehnik reposisi adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula . Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal. Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang. III.2 SARAN Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi kepada kita semua khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.

http://ayhaalways.blogspot.com/2011/07/makalah-inversio-uteri.html

Rabu, 23 Maret 2011


inversio uteri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah besar namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam statistik resmi. Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 10 per 100.000 kelahiran penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup . Penyebab kematian maternal cukup kompleks, salah satunya adalah terjadinya perdarahan post partum . Perdarahan post partum adalah sebab penting kematian ibu, dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan post partum, plasenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri) disebabkan oleh perdarahan post partum. Yang termasuk etiologi perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan lahir, inversio uteri, ruptur uteri dan gangguan sistem pembekuan darah . Inversio uteri merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetrik yang jarang terjadi (1 per 2000 12.000 kelahiran), namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian yang tinggi (15 70%), biasanya yang terjadi adalah syok yang berat. Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina.inversio uteri biasanya terjadi jika seorang pembantu tenaga medis yang kurang berpengalaman terlalu banyak menekan puncak rahim atau terlalu keras menarik tali pusar dari ari-ari yang belum terlepas.keadaan ini bisa menyebabakan terjadinya syok, infeksi dan kematian. B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan inversion uteri? 2. Bagaimana insiden terjadinya inversion uteri? 3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi inversion uteri? 4. Bagaimana etiologi terjadinya inversion uteri? 5. Bagaimana Gejala klinis dari inversion uteri? 6. Sebutkan dan jelaskan Presentasi inversion uteri? 7. Bagaimana Diagnose inversion uteri ditegakkan? 8. Bagaimana cara Penanganan inversion uteri? 9. Jelaskan Manajemen penanganan inversion uteri? 10. Komplikasi apa saja yang mungkin menyertai inversion uteri? 11. Gambaran Prognosis dari penanganan inversion uteri?

C. Tujuan 1. Menjelaskan apa yang dimaksud inversion uteri. 2. Menggambarkan insiden terjadinya inversion uteri. 3. Menjelaskan klasifikasi inversion uteri. 4. Menjelaskan etiologi terjadinya inversion uteri. 5. Menjelaskan bagaiman gejala klinis dari inversion uteri. 6. Menjelaskan presentasi inversion uteri. 7. Menjelaskan diagnosa inversion uteri. 8. Menjelaskan cara penanganan inversion uteri. 9. Menjelaskan manajemen penanganan inversion uteri. 10. Mengetahui komplikasi apa saja yang mungkin memyertai inversion uteri. 11. Menggambarkan bagaimana prognosis dari penanganan inversion uteri.

A. Definisi inversio uteri Inversio uterus terjadi apabila Bagian atas uterus memasuji kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri (Prawihardjo Sarwono, Prof. Dr, Ilmu Kebidanan ; Jakarta) Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri (Rustam Muchtar. Prof. Dr. MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, edisi 2 ; 1998) Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok adapun menyebutkan bahwa inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya kedalam kavum uteri. B. Insiden inversio uteri Inversio Uteri merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi yaitu berkisar antara 1:2000s/d 20.000 kehamilan namun dengan cepat dapat menyebabkan mortalitas maternal. Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. C. Klasifikasi inversio uteri Menurut perkembangannya inversio uteri dapat dibagi dalam beberapa tingkat : 1) Inversio uteri ringan Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

2) Inversio uteri sedang Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina. 3) Inversio uteri berat Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian besar sudah terletak diluar vagina. Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : 1) Inversio inkomplit Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri. 2) Inversio komplit Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.

Gambar 1 Reposisi Inversio Uteri. ( a ) Inversio uteri berat/ komplit ( b ) Reposisi uterus melalui servik. ( c ) Restitusi uterus D. Etiologi Penyebab inversio uteri dapat secara spontan atau karena tindakan. Faktor yang memudahkan terjadinya adalah uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya, adanya atonia uteri dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah. sedangkan yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah, kanalis servikalis yang longgar), dan tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya mengejan dan batuk). Inversio uteri karena tindakan dapat disebabkan karena perasat Crede yang berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta pada dinding rahim atau Karna tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang belum lepas dari dinding rahim. inversio uteri juga dapat terjadi waktu batuk, bersin atau mengejan. Berbagai faktor etiologi telah dikaitkan dengan inversi uterus, walaupun mungkin tidak ada penyebab yang jelas. Diidentifikasi faktor etiologi meliputi: Tali pusat yang pendek Traksi yang berlebihan pada tali pusat Tekanan pada fundus yang berlebihan Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta) Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk mempercepat pelepasan plasenta, terutama jika plasenta melekat pada fundus. Endometritis kronis Kelahiran setelah sebelumnya operasi caesar Cepat atau tenaga His yang panjang Sebelumnya rahim inversi Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama persalinan) Unicornuate rahim

Kelainan bawaan atau kelemahan rahim. Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic (gambar 2) Gambar 2. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri Hal ini biasanya tidak dianggap sebagai akibat dari penata laksanaan kala III persalinan yang salah meskipun faktor-faktor yang tercantum di ataspun memegang peranan penting dalam menimbulkannya, Namun sering kali dianggap berasal dari manajemen yang buruk pada kala III persalinan, jika manajemen aktif kala III persalinan dilakukan dengan baik maka dapat mengurangi resiko kejadian. E. Gejala klinis Gejala inversion uteri dijumpai pada kala III atau postpartum. gejalanya pada permulaan tidak selalu jelas, akan tetapi apabila kelainan itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri keras disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulo pelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok. Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik. Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik). F. Presentasi inversi uterus mungkin hadir: Akut - dalam waktu 24 jam setelah melahirkan Subacutely - lebih dari 24 jam dan sampai 30 hari postpartum Kronis - lebih dari 30 hari setelah melahirkan G. Diagnosa Penegakan diagnosis sangat penting dan mungkin menyelamatkan nyawa ibu. Diagnosis tidak sukar dibuat jika mengetahui kemungkinan terjadinya inversio uteri. Pada penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat. Diagnose juga bisa ditegakkan apabila pemeriksa menemukan beberapa tanda inversi uterus yang

mencakup: - Uterus menonjol dari vagina. - Fundus tidak tampaknya berada dalam posisi yang tepat ketika dokter palpasi (meraba) perut ibu. - Adanya perdarahan yang tidak normal dan perdarahannya banyak bergumpal. - Tekanan darah ibu menurun (hipotensi). - Ibu menunjukkan tanda-tanda syok (kehilangan darah) dan kesakitan - Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat. - Bila baru terjadi maka, maka perognosis cukup baik akan tetapi bila kejadian cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi. - Pemeriksaan penunjang (seperti USG atau MRI) dapat digunakan dalam beberapa kasus untuk memperkuat diagnosis. H. Penanganan 90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan lifethreatening. Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan elektrolit dan tranfusi darah. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin. Segera lakukan tindakan resusitasi. Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat . Lakukan tindakan resusitasi dengan cara: Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus perlahanlahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversion. Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar 1 diatas. Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai uterus kembali keposisi normal. Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi ( gambar 3 ) Gambar 3

I. Manajemen penanganan Prinsip-prinsip penting adalah: - Pengobatan harus mengikuti perkembangan logis. - Hipotensi dan hipovolemia memerlukan cairan agresif dan penggantian darah. - Langkah mungkin termasuk: Dapatkan bantuan. Ini harus mencakup anestesi yang paling berpengalaman bantuan yang tersedia. Secure akses intravena lebih lanjut dengan lubang yang besar cairan cannulae dan dimulai. Resusitasi biasanya dimulai dengan kristaloid seperti normal saline atau larutan Hartmann meskipun beberapa orang lebih suka koloid dari awal. Masukkan kateter kemih. - Segera reposisi uterus sangat penting untuk inversi nifas akut. Ukuran bisa meliputi: Dapatkan bantuan dan mempersiapkan teater untuk laparotomi mungkin. tocolytics Administer untuk memungkinkan relaksasi rahim. Sebagai contoh: Nitrogliserin (0,25-0,5 mg) secara intravena selama 2 menit Atau terbutaline 0,1-0,25 mg intravena perlahan-lahan atau Magnesium sulfat 4-6 g intravena selama 20 menit - Percobaan prompt penggantian rahim. Hal ini paling baik dilakukan secara manual dan secepat keterlambatan dapat membuat pengganti semakin sulit. Ganti rahim (dengan plasenta jika masih menempel) dengan perlahan dan terus mendorong ke atas. - Jika ini gagal maka anestesi umum biasanya diperlukan. rahim kemudian dapat digantikan dengan menempatkan tinju di fundus dan secara bertahap mendorongnya kembali ke dalam panggul melalui leher rahim melebar secara manual. - Menjaga bimanual kompresi uterus dan pijat sampai rahim baik dikontrak dan perdarahan telah berhenti. - Jika ini tidak berhasil pendekatan bedah diperlukan. Laparotomi untuk penggantian bedah yang lebih biasa (menemukan dan menerapkan traksi ke ligamen putaran), tetapi atau bahkan pendekatan laparoskopi vagina dapat digunakan. - Jika Anestesi umum atau rahim relaksan kemudian berhenti, diganti dengan uterotonika ( oksitosin atau ergometrine atau prostaglandin ). - Antibiotik Mulai diberikan melanjutkan uterotonika yang sbelumnya diberikan selama paling sedikit 24 jam. Monitor erat setelah penggantian untuk menghindari reinversion. - Pada inversio uteri menahun, ditemukan beberapa lama setelah persalinan sebaiknya ditunggu berakhirnya involusi untuk kemudian dilakukan operasi pervaginam menurut spinelli. J. Komplikasi Komplikasi meliputi endomyometritis , kerusakan usus atau pelengkap rahim. K. Prognosis

Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini di ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan membawa prognosa yang baik pula.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kegawatdaruratan pada kala III persalinan yang dapat menimbulkan perdarahan adalah terjadinya inversi uterus. Inverse uterus adalah keadaan di mana lapisan dalam uterys (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat komplit dan inkomplit. Factor factor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah(misalnya karena adanya plasenta akreta, inkreta, dan perkreta yang plsentanya ditarik keras dari bawah) atau adanya tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver crade) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin). Melakukan traksi umbilicus pada pertolongan aktif kala III dengan uterus yang masih atonia memungkinkan terjadinya inversio uteri. Inversion uteri ditandai dengan tanda- tanada: Syok karena kesakitan. Perdarahan banyak bergumpal. Pada vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat. Bila baru terjadi, maka prognosisnya cukup baik akan tetapi jika kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi. Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan terjadinya inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas sebaiknya tidak dilakukan apabila dicoba melakukan perasat Crede harus diindahkan sepenuhnya syarat-syaratnya. Pendorongan rahim juga tidak dibenarkan. Penangannya yaitu apabila terjadi inversio uteri dengan gejala-gejala syok, yang pertama dilakukan adalah memperbaiki keadaan umumnya, dengan memberikan oksigen, infus intravena cairan elektrolit dan transfusi darah. Segera sesudah itu dilakukan reposisi dengan anestesi umum. Caranya yaitu dengan memasukkan satu tangan seluruhnya ke dalam vagina sedangkan jari-jari tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks uteri, telapak tangan menekan korpus perlahanlahan tetapi terus menerus ke arah atas agak ke depan sampai korpus uteri

melewati serviks dan inversio ditiadakan, Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin atau uterotonika (oksitosin, methergin, atau prostaglandin) jika dianggap masih perlu. Kemudian dilakukan tamponade vagina. Apabila reposisi pervaginam gagal, selanjutnya dapat dilakukan tindakan pembedahan (Laparatomi). B. Saran

DAFTAR PUSTAKA Wiknjosastro, H., Inversio Uteri, Ilmu Kebidanan, hal 22-24 dan hal 660-662, Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Prawirohardjo, 1997. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=ms|id&u=http://yuchan135. blogspot.com/2010/06/inversio-uteri.html http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/perdarahan-postpartum_15.html http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/inversio-uteri.html http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/inversio-uteri/ http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/07/inversio-uteri.html http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.patient.co.uk/d octor/ UterineInversion.htm&ei=rhsTTcjABYTSrQeFxOjJCw&sa=X&oi=translate&ct= result&resnum=3&ved=0CDAQ7gEwAg&prev=/search%3Fq%3Dinversion%2B uteri%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:enUS:official%26channel%3Ds%26prmd%3Divns

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.betterhealth.vic .gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Uterine_inversion&ei=rhsTTcjABYTSrQeFx OjJCw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=6&ved=0CEcQ7gEwBQ&prev= /search%3Fq%3Dinversion%2Buteri%26hl%3Did%26client%3Dfirefoxa%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds%26prmd%3Divns http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.medscape.com/ viewarticle/405770_4&ei=rhsTTcjABYTSrQeFxOjJCw&sa=X&oi=translate&ct= result&resnum=5&ved=0CD4Q7gEwBA&prev=/search%3Fq%3Dinversion%2B uteri%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:enUS:official%26channel%3Ds%26prmd%3Divns http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.ncbi.n lm.nih.gov/pmc/articles/PMC2432450/pdf/provmedsurgj00017-0007.pdf http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en|id&u=http:/ /www.scribd.com/doc/31358980/InversioUteri&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjYexJ4dV6Wdp0HHAQLM2rIX2 0iXg http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=ms|id&u=http://yuchan135. blogspot.com/2010/06/inversio-uteri.html

http://bidanhusna.blogspot.com/2011/03/inversio-uteri.html

Jumat, 22 Maret 2013


Asuhan Kebidanan Inversio Uteri

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pasca persalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia. Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat

mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Klasifikasi Klinis Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder: 1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera). Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama. 2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep).Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. Perdarahan pascapersalinan salah satunya dapat disebabkan oleh: Inversio uteri adalah bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam cavum uteri. Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya bagian luar keadaan ini di sebut inversio uteri komplet. Jika hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri, di sebut inversio uteri inkomplet. Jika uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps. Pada inversio uteri menahun, yang di temukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya involusi kemudian di lakukan pembedahan pervaginam. Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat. Cara-cara inversio uteri : Abdominal : haultain dan Huntington Vaginal : kustner ( forniks posterior ) dan spinelli (forniks anterior).

1.1
1.2.1

Tujuan

Tujuan umum Diharapkan mahasiswa dapat memahami manajemen kebidanan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri. 1.2.2 Tujuan khusus Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan dapat : Memahami pengertian inversio uteri. Memahami etiologi inversio uteri. Memahami patofisiologi inversio uteri. Mengetahui gejala inversio uteri. Mengetahui gambaran klinis inversio uteri. Mengetahui komplikasi inversio uteri. Melakukan Pengkajian data ibu kala III persalinan dengan inversio uteri. Melakukan identifikasi masalah dan deteksi pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9.

Merencanakan tindakan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.

10. Melakukan tindakan segera pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri. 11. Evaluasi dari tindakan yang diberikan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Inversio Uteri


2.1.1 Pengertian Inversio uteri merupakan keadaan ketika fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan. Selain itu, pertolongan persalinan yang makin banyak dilakukan tenaga terlatih

menyebabkan kejadian inversio uteri makin berkurang. ( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB . Edisi 2 : 407 ) Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. ( Sinopsis Obstetri Edisi 2 : 304 ). Inversio uteri adalah uterus terputar terbalik,sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. ( Obstetri Patologi : 238 ). 2.1.2 Etiologi Inversio uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan pada fundus uteri yang di lakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik, tarikan pada tali pusat, kontraksiyang tidak normal, dapatmerupakan permulaan masuknya fundus uteri ke dalam kavum uteri, dan kontraksi uterus berturut-turut mendorong funus yang terbalik ke bawah. Korpus uteri terbalik dapat melewati serviks uteri yang terbuka sampai ke vagina. Jika penderita dapat mengatasi peristiwa ini dengan uterus tidak direposisi, penyakitnya menjadi menahun. Inversion uteri dapat pula terjadi di luar persalinan. Mioma uteri submukosum yang sedang dilahirkan secara perlahanlahan menarik tempat insersinya pada dinding uterus ke bawah kavum uteri, dan menyebabkan inversio uteri menahun (Prawirohardjo, 2009)

Faktor yang memungkinkan inversio uterus terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver Crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin) (Prawirohardjo,2008) Menurut buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan terjadinya inversio uteri yaitu : 1. Tonus otot rahim yang lemah 2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, dan tarikan pada tali pusat) 3. Kanalis servikalis yang longgar 2.1.3 Patofisiologi Penyebab inversio uteri : 1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk). 2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim. Patologi Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenik. Akibat traksi tali pusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri. Faktor yang berhubungan dengan inversio uteri : Riwayat inversio uteri pada persalinan sebelumnya Implantasi plasenta di bagian fundus uteri Atonia uteri Penatalaksanaan kala III aktif yang salah

Inversio uteri biasanya terjadi jika seorang pembantu tenaga medis yang kurang berpengalaman terlalu banyak menekan puncak rahim atau terlalu keras menarik tali pusar dari ari-ari yang belum terlepas. Syok, infeksi dan kematian Keadaan ini bisa menyebabakan terjadinya syok, infeksi dan kematian.

2.1.4 Gejala
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat, seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal ( 1 ). Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok. Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik. Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

2.1.5 Gambaran Klinis


Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Inversio uteri dapat mendadak seperti nyeri, Muntah, kolaps ( jarang), keluhan- keluhannya :

Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema


( vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah )

Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan
berbaring.

Timbulnya gejala-gejala dari :


Sitokel : Pipis sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga fungsi sfincter terganggu. Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena faeces berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan bekerja. Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada portio karena geseran celana dalam. Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh pada daerah panggul. Servisitis dapat menyebabkan infertility. Menoragia karena bendungan

2.1.6 Komplikasi
1. Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat menimbulkan keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum infundilopelvikum bersama dengan pembuluh darahnya. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri Dekubitis Hipertropi serviks uteri dan elongasioa Gangguan miksi dan stress inkontenensia Infeksi saluran kencing Infertilitas Gangguan partus Hemoroid

10. Inkarserasi usus

2.1.7 Klasifikasi Inversio Uteri a. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim. b. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina. c. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : a. Inversio inkomplit Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri. b. Inversio komplit Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.

1.1.7 1.

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Inversio Uteri Data subyektif

Identitas pasien a. b. c. d. e. f. Nama Alamat Agama Pendidikan Suku/bangsa Pekerjaan

Keluhan utama : 1. 2. Keluar perdarahan banyak dan bergumpal Nyeri yang sangat hebat sampai syok (Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)

Riwayat Obstetri : 1. 2. Riwayat persalian lalu, kala III dengan plasenta akreta Riwayat persalinan lalu, dengan maneuver crede (tekanan pada fundus uteri dari atas) 3. 4. Riwayat persalinan lalu, dengan atonia uteri Riwayat persalian saat ini, serviks yang masih terbuka lebar ( Sarwono P. 2008 )

2.

Data Objektif

Pemeriksaan umum : Kesadaran menurun atau tidak sadar Nadi cepat lemah (110 kali per menit) Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg) Nafas cepat (lebih dari 30 kali permenit

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan wajah : pucat berkeringat atau dingin Pemeriksaa kulit : lembab Pemeriksaan abdomen : Fundus uteri sama sekali tidak teraba di bawah pusat atau teraba tekukan pada fundus , Tonus otot rahim yang lemah. Pemeriksaan genetalia :

Produksi urin sedikit (kurang dari 30 kali/menit), Perdarahan bergumpal. VT : Kanalis servikalis yang longgar. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.

Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik). (Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG ,Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan)

3.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Diagnosa : Ibu P.. dengan Inversio Uteri

a.

Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

b. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina. c. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : a. Inversio inkomplit Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri. b. Inversio komplit Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.

4.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Diagnosa Potensial : Ibu GP UK dengan masalah potensial seperti Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat menimbulkan keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat saraf yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum infundilopelvikum bersama dengan pembuluh darahnya.

Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri Dekubitis Hipertropi serviks uteri dan elongasioa Infertilitas

5.

Kebutuhan Tindakan Segera Pasien membutuhkan tindakan segera untuk mengatasi masalah yang timbul adalah Infus RL dan Dekstrosa, apabila terjadi sesak pada ibu segera

pasang oksigen. Dan segera lakukan rujukan ke fasilitas pelayanan maternal neonatal yang lebih memadai. 6. Intervensi Intervensi bergantung pada kondisi ibu dan janin, bila perdarahan ringan , observasi diwajibkan selama fasilitas mempunyai kemampuan untuk memberi intervensi segera bila diperlukan.

Intervensi di BPM : Apabila terjadi inversio uteri dengan gejala-gejala syok,

1)

Pertama dilakukan adalah memperbaiki keadaan umumnya, dengan memberikan oksigen,

2) 3) 4)

Baringkan miring ke kiri Jika mungkin naikkan kedua tungkai untuk meningkatkan curah darah ke jantung Pasang infuse dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Infuskan 1 liter dalam 15 sampai 20 menit, jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125cc/jam

5) 6)

Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetric Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Intervensi di Rumah sakit 1) Atasi syok dengan pemberian infuse RL 15-20 tetes/menit 2 liter selama 1 jam dan bila perlu tranfusi darah. 2) Berkolaborasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan reposisi manual dalam anestesi umum sesudah syok teratasi (secara jhonson). 3) Jika placenta belum lepas, baiknya placenta jangan dilepaskan dulu sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. 4) Setelah reposisi berhasil, berkolaborasi dengan dokter Obgyn untuk drip oksitosin dan dapat dilakukan kompresi bimanual. 5) Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.

7.

Implementasi Implementasi harus dilakukan segera sesuai invervensi yang telah tersistematis.

8.

Evaluasi Evaluasi yang dilakukan bidan selama dalam perjalanan rujukan dan setelah dilakukan invervensi-intervensi yang maksimal. Yakni dengan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, dan adanya komplikasi lebih lanjut seperti syok.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam Asuhan Kebidanan pada ibu kala III persalinan dengan inversio uteri, merupakan keadaan gawat patologis yang terjadi pada kala III persalinan dimana komplikasinya dapat membahayakan ibu dan beresiko tinggi terjadi kematian. Inversio Uteri merupakan suatu keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk. Ini merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Ada 3 macam bentuk inversion uteri berdasarkan derajat terbaliknya uterus. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.

Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. Asuhan Kebidanan yang diberikan pada ibu kala III persalinan dengan inversion uteri adalah rujukan. Dalam melakukan Asuhan Kebidanan ini ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : 1. 2. Faktor penunjang Sifat kooperatif antara pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan. Adanya kemauan dari pasien untuk melakukan setiap tindakan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. 3. Komunikasi yang baik antara pasien dengan petugas kesehatan

3.2 Saran Diharapkan petugas kesehatan (bidan): 1. Meningkatkan pengetahuan tentang gangguan-gangguan atau penyulit pada kehamilan baik deteksi dini maupun penatalaksanaan yang dapat dilakukan sesuai wewenangnya. 2. Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil secara komprehensif dengan memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, oedema pada wajah dan tangan, nyeri perut hebat. 3. 1) 2) Selalu mengingatkan kepada pasien dan keluarga agar : Ibu hamil rutin untuk memeriksakan kehamilannya. Melalukan setiap anjuran petugas kesehatan (bidan).

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H.1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Mansjoer Arif et.al.1999. Kapita Selekta, Edisi 3, Jilid I . Medik Aesculapius : Jakarta. Taber , B . 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta. Mochtar , R. Sinopsis Obstetri, Jilid I, Eds. 2 . EGC : Jakarta. Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta. Manuaba, Ida Bagus .2010 . Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan . EGC : Jakarta. Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2. EGC : Jakarta. Wiknjosastro, H. 2006 . Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

http://nwicth.blogspot.com/2013/03/asuhan-kebidanan-inversio-uteri.html

Wednesday, 1 May 2013


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGIS ( INVERTIO UTERI )

NY. J G6P5A0Ah5 UMUR 33 TAHUN UMUR KEHAMILAN 40 MINGGU DENGAN INVERTIO UTERI DI RB PERMATA IBU KEBUMEN

No. Register Masuk RB tanggal / jam Dirawat Diruang

: 13345 : 18 Januari 2013 : Bersalin

I.

PENGKAJIAN

Tanggal : 25 Januari 2013 Jam : 13.00 WIB Oleh : Bidan

A. IDENTITAS Ibu Nama Umur Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat No. Telp : Ny. J : 33 tahun : Islam : Jawa / Indonesia : SMU : IRT : Sirnoboyo :Suami Tn. I 38 tahun Islam Jawa / Indonesia SMK Swasta Sirnoboyo 087 804 130 747

B. 1.

DATA SUBYEKTIF Alasan Datang Ibu mengatakan sudah merasakan tanda tanda persalinan.

2.

Keluhan Utama ibu mengatakan merasakan mules mules yang teratur pada perut bagian bawah sejak pukul 08.00 WIB dan mengeluarkan lendir darah.

3.

Riwayat menstruasi Menarche Lama Sifat darah : 7 hari : cair : 12 tahun Teratur Keluhan Siklus : Ya : Tidak ada : 30 hari

4.

Riwayat perkawinan Statu pernikahan Lama : Sah Menikah ke :1

: 10 tahun

Usia menikah pertama kali : 22tahun

5. Ha mil ke 1 Tang gal 2003

Riwayat obstetrik : G6P5A0Ah5 Persalinan Umur Keha milan 39 mg Jenis persal inan Spont an Pernol ong Bidan Kompl ikasi Tidak ada Bidan Tidak ada Bidan Tidak ada Bidan Tidak ada Bidan Tidak ada L L P P J K L BB Lahi r 2800 gr 2800 gr 2900 gr 3000 gr 3300 gr Ya Ya Ya Ya Nifas Lakt asi Ya Kompl ikasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

2005

40 mg

Spont an

2007

40 mg

Spont an

2009

40 mg

Spont an

2011

40 mg

Spont an

6.

Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi.

7. a.

Riwayat kehamilan sekarang HPM : 18 April 2012 HPL : 25 Januari 2013

b. ANC pertama umur kehamilan c. Kunjungan ANC Trimester I Frekuensi Keluhan : 2x,

: 13 minggu

Tempat : RB Permata Ibu

Oleh : Bidan

: Tidak ada

Terapi : Etab, kalk, KIE Trimester II Frekuensi Keluhan : 3x, Tempat : RB Permata Ibu Oleh : Bidan

: Tidak ada

Terapi : Fe, amelat, KIE Trimester III Frekuensi Keluhan : 2x, Tempat : RB Permata Ibu Oleh : Bidan

: Pegal pada pinggang

Terapi : Fe, amelat, kalk, KIE d. Imunisasi TT Ibu mengatakan imunisasi TT terakhir yaitu TT IV pada pertengahan bulan Oktober 2002. e. Pergerakan janin selama 24 jam ( dalam sehari ) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin aktif lebih dari 10 kali tiap harinya.

8. a.

Riwayat kesehatan Penyakit yang pernah / sedang diderita (menular, menurun, menahun) Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular ( TBC,

hepatitis, HIV), menurun (DM, hipertensi, asma), menahun (ginjal, jantung)

b. Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga (menular, menurun, menahun)

Ibu mengatakan suami dan keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular ( TBC, hepatitis, HIV), menurun (DM, hipertensi, asma), menahun (ginjal, jantung) c. Riwayat keturunan kembar Ibu mengatakan baik dari pihak ibu maupun keluarga tidak memiliki riwayat keturunan kembar d. Riwayat operasi Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun e. Riwayat alergi obat Ibu mengatakan tidak punya alergi terhadap obat Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari Pola nutrisi Makan Frekuensi Jenis Keluhan Minum Frekuensi Jenis Keluhan b. Pola eliminasi BAB Frekuensi : 4x/minggu Konsistensi Keluhan : lembek : 7x / hari : air putih, susu : tidak ada Porsi Pantangan : 1 gelas : tidak ada : 3x / hari : nasi, sayur, lauk : tidak ada Porsi Pantangan : 1 piring : tidak ada

9. a.

Warna : khas feses BAK Frekuensi : 7x/minggu

: tidak ada

Konsistensi Keluhan

: cair

Warna : khas urin

: tidak ada

c.

Pola istirahat Tidur siang

Lama Tidur malam Lama

: 1 jam/hari

Keluhan

: tidak ada

: 8 jam/hari

Keluhan

: tidak ada

d. Personal hygiene Mandi Gosok gigi e. : 2x/hari : 2x/hari Ganti pakaian Mencuci rambut : 2x/hari : 3x/minggu

Pola seksualitas Frekuensi : 3x/minggu Keluhan : tidak ada

f.

Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga) Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil masih dapat melakukan kegiatan dirumah sehari-hari seperti memasak, menyapu, mencuci dan kegiatan rumah lainnya sendiri.

g. Pola pemenuhan kebutuhan terakhir Makan, tanggal 25 Januari 2013, jam 07.00 WIB, jenis nasi, tempe, ikan Minum, tanggal 25 Januari 2013, jam 16.00 WIB, jenis air putih, teh BAK, tanggal 25 Januari 2013, jam 16.00 WIB BAB, tanggal 25 Januari 2013, jam 05.00 WIB Istirahat/tidur, tanggal 24 Januari 2013, lama 6 jam

10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol ) Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak memiliki kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, minum minuman beralkohol.

11. Psikososiospiritual (persiapan menghadapi proses persalinan) Ibu mengatakan suami dan keluarga memberikan dukungan dan semangat menghadapi proses persalinan

Ibu mengatakan sudah berdoa memohon kekuatan dan kelancaran selama proses persalinannya

Ibu mengatakan sudah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat persalinan seperti pendamping ibu, donor darah, transportasi, dana, doa, serta perlengkapan ibu dan bayi

12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan dan laktasi) Ibu mengatakan mengerti tentang kehamilannya adalah anugrah dari Tuhan dan proses untuk menjadi seorang ibu Ibu mengatakan sudah tahu tentang tanda-tanda persalinan seperti kencengkenceng teratur disertai keluarnya lendir darah Ibu mengatakan akan memberikan ASI kepada bayinya

C. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum Kesadaran Status emosional Tanda vital sign Tekanan darah Pernapasan Berat badan Lila : Baik : Composmentis : Stabil : : 110/70 mmHg : 22x/menit : 55 kg : 23 cm Nadi Suhu : 86x/menit : 37,8C

Tinggi badan : 159 cm

2. Kepala

Pemeriksaan fisik :simetris, bentuk mesocephal, kulit kepala bersih, tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

Rambut

:simetris, bersih, tidak rontok, tidak berketombe, tidak mudah patah, penyebaran merata

Muka

:simetris, bentuk oval, bersih, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada bekas luka, tidak oedem, tidak nyeri tekan

Mata

:simetris, bersih, tidak strabismus, penglihatan baik, tidak ada tanda infeksi, sclera putih, konjungtiva merah muda

Hidung

:simetris, terdapat 2 lubang hidung, bersih, tidak ada polip, penciuman baik, tidak ada tanda infeksi

Mulut

:simetris, bibir lembab, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, tidak ada gigi berlubang, gusi tidak berdarah, tidak ada labioskisis, labiopalatoskisis dan palatoskisis

Telinga

:simetris, terdapat lubang dan daun telinga, bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada tanda infeksi

Leher

:simetris, tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid, parotis, vena jugularis dan limfe

Dada

:simetris, tidak ada retraksi dinding dada saat bernapas, tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

Payudara

:simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi areola, payudara teraba tegang, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada masa, tidak nyeri tekan, kolostrum sudah keluar

Abdomen

:simetris, tidak ada bekas luka, ada linea nigra, tidak ada striae, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada masa, tidak nyeri tekan, pembesaran sesuai dengan umur kehamilan

Palpasi Leopold Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong Leopold II : bagian sisi kanan perut ibu teraba kecil-kecil yang tidak beraturan yaitu

ektremitas, sedangkan sisi kiri perut ibu teba panjang, keras, datar seperti papan yaitu punggung Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk panggul, tidak bisa digoyangkan (divergen) Palpasi supra pubic Osborn test : penurunan bagian terendah janin (kepala) 4/5 : negative : 31 cm, TBJ : 31-11x155=3100gram

TFU menurut Mc. Donald His Auskultasi DJJ

:3x dalam 10 detik, durasi 30 detik, kekuatan sedang :142x/menit, teratur

kstremitas atas

:simetris, gerak aktif, jari-jari lengkap, tidak oedem, kuku tidak pucat :simetris, gerak aktif, jari-jari lengkap, tidak oedem, kuku tidak pucat, reflek patella kaki kiri dan kanan +, tidak ada varises :vulva bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, vagina lembab, terlihat pengeluaran lender darah, tidak ada pembengkakkan kelenjar bartolini :simetris, berlubang, tidak haemoroid, bersih :Tanggal 18 januari 2013, Jam 06.30 WIB : adanya kenceng-kenceng yang teratur : untuk mengetahui apakah sudah masuk persalinan atau belum : dinding vagina licin, vagina uretra tenang, portio lunak, pembukaan 2 cm, selaput ketuban utuh, UUK jam 12, penurunan 4/5, air ketuban negative, sarung tangan lendir darah +

kstremitas bawah

enetalia luar

nus

emeriksaan panggul

emeriksaan dalam Indikasi Tujuan Hasil

3.

Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan

Tanggal :

Jam :

WIB

4.

Data penunjang Tidak ada

Tanggal :

Jam:

WIB

II. INTERPRETASI DATA a. Diagnosa kebidanan Seorang ibu Ny. J umur 33 tahun G6P5A0Ah5 umur kehamilan 40 minggu janin tunggal, hidup intra uteri, presentasi kepala inpartu kala I fase laten dengan grandemultipara. Data Dasar : Data subyektif : - Ibu mengatakan berumur 33 tahun

- Ibu mengatakan ini kehamilan yang keenam, melahirkan anak hidup lima orang, berat lahir anak terakhir 3300gram - Ibu mengatakan merasakan kenceng teratur sejak pukul 08.00 WIB dan mengeluarkan lendir darah Data obyektif : Tekanan darah : 110/70 mmHg Suhu Nadi : 86x/menit : 37,8C

Pernapasan : 22x/menit Berat badan : 55 kg Lila : 23 cm :

Tinggi badan : 159 cm

Hasil palpasi leopold

Leopold I : bokong, Leopold II : puki, Leopold III : kepala, Leopold IV : sudah masuk panggul (divergen) TFU : 31 cm DJJ : 142x/menit, teratur His :3x dalam 10 detik, durasi 30 detik, kekuatan sedang Hasil VT : dinding vagina licin, vagina uretra tenang, portio lunak, pembukaan 2 cm, selaput ketuban utuh, UUK jam 12, penurunan 4/5, air ketuban negative, sarung tangan lendir darah + b. Masalah Tidak ada Data Dasar : Tidak ada TBJ : 31-11x155=3100gram

III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL Invertio uteri

IV. TINDAKAN SEGERA a. Mandiri Siapkan infus RL atau NaCL Siapkan donor darah Siapkan obat-obatan

b. Kolaborasi c. Lakukan kolaborasi dengan dokter obstetrik Merujuk Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai

V. PERENCANAAN

Tanggal : 25 Januari 2013 Jam : 13.10 WIB

1. Jelaskan hasil pemeriksaan 2. Siapkan infus, obat obatan serta donor darah 3. Lakukan observasi 4. Berikan asuhan sayang ibu 5. KIE pada keluarga 6. Lakukan kolaborasi dengan dokter obsgin 7. Rujuk ke fasilitas yang memadai

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 25 Januari 2013 Jam : 13.15 WIB

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin baik-baik saja dan dalam proses persalinan 2. Menyiapkan infuse, obat-obatan untuk mengantisipasi bila terjadi perdarahan post partum. Memberitahu keluarga untuk mempersiapkan donor darah yang cocok dengan ibu dan alat transportasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan 3. Melakukan observasi pada fase laten yaitu observasi his, DJJ, nadi setiap 1 jam, mengukur tekanan darah, suhu dan periksa dalam setiap 4 jam yang akan datang atau bila ada indikasi. Observasi bertujuan untuk memantau majunya persalinan, memantau kondisi ibu serta kesejahteraan janin 4. Memberikan asuhan sayang ibu seperti cara relaksasi dari nyeri his yang timbul dengan menarik nafas panjang dan dalam dari hidung keluarkan melalui mulut secara perlahan, posisi yang nyaman pada ibu seperti miring kiri, jongkok, atau berjalan-jalan disekitar kamar untuk mempercepat turunnya kepala janin, anjurkan ibu untuk BAK agar kandung kencing tidak penuh karena dapat mengganggu

penurunan kepala, anjurkan ibu untuk BAB bila ingin, memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti makan dan minum sebagai tenaga pada proses persalinan nanti, anjurkan ibu istirahat yang cukup bila memungkinkan 5. Memberikan konseling kepada keluarga jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan berhubung keadaan ibu termasuk faktor resiko karena hamil lebih dari 4 kali. Membertitahu keluarga untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan seperti donor darah, pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, dana serta transportasi 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter obstetri untuk mencegah kegawatdaruratan yang lebih parah 7. Merujuk ke fasilitas yang memadai bila keadaan gawat darurat agar ibu segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat waktu VII.EVALUASI 1. Tanggal : 25 Januari 2013 Jam : 13.20 WIB

Ibu dan keluarga sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu berada dalam proses persalinan

2.

Infuse dan obat-obatan sudah dipersiapkan guna mengantisipasi terjadinya perdarahan

3.

Tindakan observasi sudah dilakukan untuk memantau keadaan ibu, dan kesejahteraan janin selama proses persalinan

4.

Ibu terlihat nyaman, tenang, dan dapat menerapkan asuhan sayang ibu yang diberikan oleh bidan

5. Keluarga bersedia mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses persalinan seperti penyedia donor darah, pengambil keputusan, dana serta transportasi jika ada keadaan gawat darurat 6. Kolaborasi dengan dokter obstetri untuk antisipasi terjadinya keadaan gawat darurat 7. Rujukan dilakukan bila ada keadaan gawat darurat agar pasien cepat mendapat pertolongan yang lebih baik

http://riskamegayanti06.blogspot.com/2013/05/asuhan-kebidanan-pada-ibubersalin.html

You might also like