Vol.11, No.1, April 2012 2 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
_ Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
PELINDUNG Sesditjen Tanaman Pangan
PENANGGUNG JAWAB Kepala BBPOPT
PIMPINAN REDAKSI Kabid Pelayanan Teknik Informasi Dan Dokumentasi
WK.PIMPINAN REDAKSI Kasi Informasi dan Dokumentasi
REDAKTUR PELAKSANA Sarsito Wahono Gaib Subroto Firdaus Natanegara Baskoro Sugeng Wibowo Elwidar Is Antulat Taufiqurahman Edi Suwardiwijaya Urip Slamet Riyadi
STAF REDAKSI Dulhalim
DOKUMENTASI &GRAFIS uripsr@ymail.com SIRKULASI Eri Budiyanto ALAMAT REDAKSI J l. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 J atisari Karawang - J awa Barat (41374) Telp/Fax: (0264) 360581 E-mail: peramal_hama@hotmail.com http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id < Catatan S ebuah email mampir ke kotak surat elektronik bbpopt@gmail.com pada bulan Februari 2011. Pengirimnya ialah Prof. Yunita T. Winarto, guru besar Antropologi UI. Berangkat dari keprihatinan beliau terhadap maraknya serangan hama wereng batang coklat dua tahun terakhir ini. Yunita T. Winarto adalah seorang antropolog dari Fakultas Ilmu Sosial-Ilmu Politik Universitas Indonesia yang pada tahun 1990 1992 pernah melakukan penelitian tentang pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu di Subang (Ciasem), dan beberapa kali mengikuti kegiatan pelatihan bagi pemandu di Sentra PHPTPH (sekarang BBPOPT Jatisari). Beliau bersama Tim Peneliti dari Antropologi (FISIP) dan Biologi (FMIPA) Universitas Indonesia bekerja sama dengan antropolog dari The Australian National University, Prof. James J. Fox (salah seorang penggagas Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu di Indonesia) pada akhir tahun 1980-an tengah melakukan pemantauan hal serangan hama wereng batang coklat dan penyakit di berbagai wilayah di Pulau Jawa selama 2 tahun terakhir. Menurut beliau, cukup mem- prihatinkan kondisi ini setelah dua puluh dua tahun program PHT di laksanakan di Indonesia. Kepri- hatinan beliau akhirnya tertuang dalam film doku- menter berdurasi kurang lebih 30 menit yang memba- has bioekologi dan karakteristik wereng batang coklat berikut pengendalian hayati yang dilakukan petani. Sengaja catatan Redaksi mengangkat kompilasi Video Dokumenter serangan WBC dan pengendali- annya menjadi info khusus dalam edisi kali ini. (USR)*** 3 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 : Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan J l. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 J atisariKarawang, J awa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: peramal_hama@hotmail.com, bbpopt@gmail.com, Website http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id Kepada Redaksi Majalah Peramalan OPT Di Tempat (send via Inbox Facebook)
Salam, Apakah yang dimaksud dengan agens hayati Trichoderma sp, dan Gliocladiumsp. Mohon pen- jelasannya Trima kasih!
Moh. Faiq Pekalongan, J awa Tengah
Jawab: Agens Hayati (AH) Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. telah banyak dikembangkan saat ini. Cendawan Trichoderma sp, efektif pada tanah masam. Cendawan ini sangat menyukai bahan yang banyak mengandung selulosa, seperti sisa-sisa tanaman. Trichoderma sp aktif menyerang penyakit Rhi- zoctonia solani dan Phytiumsp. Sedangkan Gliocladiumsp. bersifat antagonis ter- hadap beberapa pathogen tular tanah seperti - Fusariumsp. dan Sclerotiumrolfsii dengan cara kerja parasitisme, kompetisi, dan antibiosis. Cara aplikasi: Cendawan Gliocladiumsp, dapat diaplikasikan me- lalui tanah dan melalui perlakuan benih. Cendawan Trichoderma sp diaplikasikan dengan kompos ke tanah. Demikian jawabannya semoga puas, untuk cara perbanyakannya anda bisa download brosur- brosur tersebut di website BBPOPT, silahkan klik http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id Salam kembali!!!
1 CATATAN REDAKSI 2 SURAT PEMBACA 3 INFO PERAMALAN 9 REPORTASE 11 TIPS 12 KLIPING BERITA 15 HOT NEWS 18 FOKUS (INFO KHUSUS) 22 TEKNOLOGI PERLINTAN 24 TOPIK UTAMA 28 MIMBAR PROTEKSI 31 PROFIL PETANI 33 INTERMEZZO 34 KOLOM NABATI 35 RESEP TRADISIONAL 36 KLINIK TANAMAN 38 SKETSA J udul Cover: TanamMK.2012 Foto : Urip SR Lokasi: Kec. Sumber Cirebon. 4 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2011 dan MT. 2011/2012 serta Prakiraan luas Serangan MT. 2012 di Indonesia. No. OPT KLTS MT. 2011 (ha) KLTS MT. 2011/12 (ha) Prakiraan MT. 2012 (ha) Minimum Rerata Maksimum 1 PBP 73.733 57.875 44.771 51.404 59.020 2 WBC 172.458 11.351 7.515 9.907 13.060 3 TIKUS 87.366 54.300 49.639 56.993 65.437 4 TUNGRO 7.177 4.994 2.962 3.644 4.483 5 BLAS 9.170 31.383 3.525 4.238 5.095 6 BLB 46.731 43.719 16.542 18.993 21.807 Jumlah 396.604 203.622 124.955 145.179 168.902
P rakiraan serangan kompleks OPT utama padi di Indonesia pada MK.2012 diperkirakan maksimum mencapai sebesar 168.902 hektar. Prakiraan luas serangan tertinggi untuk Tikus mencapai luas 65.437 hektar menyusul hama Penggerek Batang Padi mencapai 59.020 hektar dan Wereng Batang Coklat mencapai 13.060 hektar. Untuk penyakit, ramalan serangan tertinggi adalah BLB seluas 21.807 hektar menyusul Blas 5.095 hektar dan Tungro 4.483 hektar. Secara rinci ramalan serangan OPT utama padi dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Oleh : Ulfah Nuzulullia, Dwitya Rizqillah Gabriel, Suwarman Secara global angka prakiraan MK. 2012 ini menurun dibandingkan dari angka ramalan MH. 2011/2012. Kenyataan dilapang menunjukkan bahwa kondisi agroklimat sangat berpengaruh ter- hadap turun naiknya serangan OPT utama tanaman padi, terutama di Pulau Jawa, Bali dan Sumatra. 5 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Prakiraan serangan OPT utama pada tanaman padi MK. 2012 di masing-masing Propinsi secara lengkap disajikan pada tabel 2. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: Prakiraan Serangan Penggerek Batang Padi Prakiraan serangan penggerek batang padi tertinggi terdapat di 3 (tiga) propinsi yaitu Jawa Barat mencapai luas maksimum 14.536 ha, diikuti Jawa Tengah mencapai 10.127 ha, dan Sulawesi Selatan 4.526 ha. Prakiraan Serangan Wereng Batang Coklat Serangan wereng batang coklat tertinggi diprakirakan akan terjadi di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten. Di Jawa Timur serangan WBC di- perkirakan mencapai luas maksimum 5.524 Ha, Jawa Tengah seluas 3.166 ha, dan Banten 1.094 ha. Prakiraan Serangan Tikus Serangan tikus tertinggi diprakirakan akan terjadi di 3 (tiga) propinsi yaitu di Ja- wa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Di Jawa Barat diprakirakan akan mencapai luas maksimum 13.556 ha, di Jawa Tengah mencapai luas 11.239 ha, sedangkan di Sulawesi Selatan mencapai luas 7.043 hektar. Prakiraan Serangan BLB/Kresek Tiga propinsi yang diprakirakan se rangan penyakit BLBnya tinggi adalah pro- pinsi Jawa Timur dengan luas serangan maksimum 4.874 ha, Jawa Tengah 4.383 ha, dan Jawa Barat seluas 3.854 hektar. Prakiraan Serangan Blas Serangan penyakit blas yang tinggi akan terjadi di 3 (tiga) propinsi, yaitu pro- pinsi Jawa Timur dengan luas maksimum 1.098 ha, Jawa Tengah seluas 587 ha, dan Jawa Barat seluas 552 hektar. Prakiraan Serangan Tungro Prakiraan serangan penyakit tungro tertinggi akan terjadi di Propinsi Jawa Bar- at, Jawa Timur, dan Bali. Di Jawa Barat diprakirakan akan mencapai luas maksi- mum 715 ha, di Jawa Timur mencapai luas maksimum 641 ha, dan di Bali men- capai luas 605 hektar. 6 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 No. Propinsi PBP (ha) WBC (ha TIKUS (ha) TUNGRO (ha) BLB (ha) BLAS (ha) 1 Pem ACEH 3.217 14 6.576 2 263 227 2 Sumatra Utara 396 54 722 69 840 204 3 Sumatra Barat 39 36 596 243 45 77 4 Riau 280 9 276 5 215 84 5 Jambi 184 19 144 2 51 25 6 Sumatra Selatan 1.346 165 1.644 44 506 142 7 Bengkulu 320 12 566 112 153 75 8 Lampung 2.798 179 2.897 43 848 513 9 Kep. Babel 2 7 3 2 7 2 10 Kep. Riau 2 2 3 2 7 2 11 DKI Jakarta 69 7 3 2 89 2 12 Jawa Barat 14.536 761 13.556 715 3.854 552 13 Jawa Tengah 10.127 3.166 11.239 582 4.383 587 14 DI Jogjakarta 1.404 726 1.061 155 675 106 15 Jawa Timur 3.916 5.524 6.378 641 4.874 1.098 16 Banten 3.003 1.094 2.142 308 749 47 17 Bali 325 485 819 605 471 196 18 NTB 943 60 187 234 897 304 19 NTT 3.172 155 597 352 1.112 82 20 KALBAR 683 29 829 12 7 64 21 KALTENG 479 2 671 2 54 28 22 KALSEL 65 62 279 40 7 22 23 KALTIM 305 4 527 3 24 73 24 SULUT 658 4 274 68 164 34 25 SULTENG 1.654 344 823 45 295 12 26 SULSEL 4.526 88 7.043 95 581 234 27 SULTRA 1.883 13 3.496 21 88 207 28 GORONTALO 544 2 434 2 231 2 29 SULBAR 1.062 6 1.132 14 208 7 30 MALUKU 517 5 129 2 42 20 31 Maluku Utara 157 2 67 14 3 7 32 Papua Barat 310 22 200 7 2 7 33 PAPUA 100 4 123 42 61 55 Jumlah 59.020 13.060 65.437 4.483 5.095 21.807 Tabel 2. Prakiraan Maksimum OPT Utama Padi MK.2012 menurut Propinsi di Indonesia 7 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA 8 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA 9 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLB PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA 10 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 & S aat ini jagung memiliki nilai strategis dan ekonomis yang sangat tinggi baik bagi Indonesia maupun dunia. Sampai saat ini, jagung masih menjadi makanan pokok di sejumlah daerah di Indonesia. Demikian pula, jagung merupakan bahan baku utama untuk pakan ternak yang menyumbangkan lebih dari 50% kebutuhan untuk ternak.. Dari sisi nilai ekonomis, jagung juga merupakan komoditas yang nilai ekonomisnya terus meningkat, sehingga sangat efektif untuk meningkatkan pendapatan petani, masyarakat dan menggerakkan ekonomi lokal. Dewasa ini permintaan jagung dunia terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan jagung untuk pangan, pakan, dan bahan baku energi. Kondisi ini telah mendorong harga jagung terus meningkat dan tentunya akan menguntungkan bagi petani. Akhir-akhir ini harga jagung dunia bahkan menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga dengan mengembangkan agribisnis jagung, pendapa- tan masyarakat akan lebih meningkat, daya beli masyarakat akan lebih meningkat, dan pa- da akhirnya dapat menggerakkan ekonomi daerah. Saat ini, Indonesia harus mengandal- kan produksi jagung dalam negeri karena Negara-negara penghasil dan pengekspor jagung seperti Amerika dan Cina sudah mengurangi ekspor jagungnya, hal ini disebabkan produksi jagung mereka di- manfaatkan di dalam negeri sendiri. Oleh karena itu pengembangan jagung dalam skala regional penting dilakukan, apalagi melihat potensi lahan di wilayah Jawa Barat sangat luas dan menjanjikan. Melihat fakta ini, ka- mi dari Pemerintah Pusat akan ikut serta mendorong dan mendukung kegiatan pengembangan agribisnis jagung di Kabupaten Ciamis. Dalam program kerja Kementerian Pertanian 2010 2014, telah ditetapkan bahwa beras dan jagung ditarget- kan swasembada - berkelanjutan dan memanfaatkan peluang ekspor, sedangkan kedelai mencapai swasembada pada tahun 2014. Untuk mencapai target tersebut, maka produksi padi dalam 5 (lima) tahun kedepan, di- targetkan meningkat 5 (lima) persen, ja- gung 10,02 % dan kedelai 20,5 % per- tahun. Sasaran produksi 3 (tiga) komoditas utama tanaman pangan tahun 2011 adalah sebagai berikut : padi 70,6 juta ton GKG, jagung 22 juta ton pipilan kering dan kedelai 1,5 juta ton biji kering. Sedangkan sasaran produksi di tahun 2012, padi sebesar 72 juta ton GKG, jagung 24 juta ton pipilan kering, dan kedelai 1,9 juta ton biji kering.
11 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Diharapkan dengan strategi ini, sasaran utama pembangunan pertanian dapat tercapai, yaitu : 1) Pencapaian swasembada dan swasembada pangan berkelanjutan, 2) Peningkatan diversifikasi pangan berke- lanjutan, 3) Peningkatan Diversifikasi Pan- gan, 4) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan 5) Peningkatan kese- jahteraan petani. Dalam sambutannya Dirjen TP yang diwakili oleh Kepala Balai Besar Peramalan OPT mengemukakan bahwa khusus pengembangan komoditas jagung, Pemerintah menerapkan pendekatan pengembangan agribisnis dan pola kemitraan. Dalam konsep agribisnis ini, seluruh pemangku kepentingan akan dilibatkan secara terkoordinasi dan terpadu dari hulu hingga hilir sehingga nilai tambah produksi dapat dinikmati secara maksimal oleh petani, seperti yang sudah dil- aksanakan Pemerintah Kabupaten Ciamis dengan pengusaha poultry soup yang ber- basis jagung. Atas dasar pola kemitraan ini, maka pemangku kepentingan ini diharapkan akan menghasilkan satu system rantai pasokan (supply chain management) yang efektif. Saya mengusulkan, Pemerintah Ka- bupaten secara aktif menggerakkan dan mengundang para pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama membangun pola kemitraan agribisnis jagung. Demikian pula saya mengaharapkan dukungan seluruh lapisan masyarakat terhadap program kemitraan ini agar dapat berjalan dengan optimal dan berkelanjutan. Dukungan Kementerian Pertanian untuk pengembangan agribisnis jagung di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Ciamis juga akan dilakukan melalui jalur keprograman. Untuk meningkatkan kapasitas dan adopsi teknologi budidaya jagung, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan akan melaksanakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Hamparan jagung dilereng bukit Cariang Girang, Baregbeg, Kabupaten Ciamis (Foto: Urip SR) Bantuan stimulant untuk pembinaan kepada kelompok tani yang diterima secara simbolik olek ketua kelompok disaksi- kan Bupati Ciamis (Foto: Urip SR) Panen jagung secara simbolik dilakukan oleh Dirjen TP bersama Bupati Ciamis mengawali pembukaan acara panen raya jagung di Kab. Ciamis (Foto: Urip SR) 12 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Melalui SL-PTT, secara bertahap seluruh petani di Kabupaten Ciamis akan dibekali pengetahuan dan ketrampilan mengenai cara budidaya tanaman jagung yang sehat, sehingga mencapai potensi produktivitasnya. Tahun 2011 program SL-PTT Padi Non Hibrida seluas 12.000 hektar, padi hibrida seluas 70 hektar, padi lahan kering seluas 3.125 hektar dan jagung hibrida seluas 750 hektar, selain itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga akan mendukung perluasan areal tanam melalui program bantuan benih dari kegiatan optimasi perluasan tanam jagung dan Ca- dangan Benih Nasional (CBN) serta akan memfasilitasi pengembangan pasca panen jagung agar kabupaten Ciamis dapat menghasilkan jagung yang memenuhi standar kualitas serta fasilitasi yang dibutuhkan pasar serta mengurangi ke- hilangan hasil. Disamping itu, melalui Direktorat Jenderal Tanaman Prasarana dan Sarana Pertanian, Pemerintah akan membantu pengembangan prasarana irigasi, bantuan pupuk, perkreditan/pembiayaan. Demikian pula Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian akan kita dorong mendukung dari sisi pemasaran hasil. Untuk membangun sinergi antara Kementerian Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Ciamis, kiranya dapat pula mengalokasikan pembiayaan dari APBD Propinsi dan Kabupaten untuk mendampingi program/kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kementerian Pertanian yang dialokasikan pada daerah ini. Dukungan Kementerian Pertanian yang dialokasikan pada daerah ini. Dukungan Kementerian Pertanian terhadap pengembangan agribisnis jagung di Kabupaten Ciamis merupakan salah satu bentuk apresiasi Pemerintah Pusat atas kinerja positif Pemerintah Kabupaten Ciamis untuk ikut serta mendukung pencapaian sasaran produksi nasional di sektor pertanian dan ketahanan pangan.
Konsep kemitraan pengembangan agribisnis jagung di Ciamis ini diharapkan akan dijadi- kan sebagai sebuah model pengembangan agribisnis jagung secara terpadu. Model ini nantinya akan direplikasikan ke daerah lain dan Kabupaten Ciamis akan dijadikan sebagai daerah percontohan. Sejumlah teladan yang diharapkan dapat di- petik dari Kabupaten Ciamis antara lain : Keterpaduan dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam meng- gerakkan program dan berperan sesuai kemampuan dan porsinya. Kemampuan pemerintah kabupaten untuk menggerak- kan petani dan sektor swasta dari hulu hingga hilir akan menjadi contoh dalam pengembangan agribisnis komoditas lain dan di kawasan lain. Pemilihan pengembangan komoditas unggulan strategis sebagai model untuk percepatan strategis sebagai model untuk percepatan strategi pengentasan kemiski- nan, peningkatan kesejahteraan dan menggerakkan ekonomi local khususnya di daerah tertinggal. Pada waktu yang akan datang, pimpinan daerah lainnya akan kita dorong untuk berkunjung guna mempelajari dan me- metik pengalaman dari Kabupaten Ciamis. (BP)*** Penanaman pohon persahabatan dilakukan oleh yang mewakili Dirjen TP dan Bupati Ciamis disaksikan oleh Muspida setempat, penanaman berupa pohon Manggis (Mangostana garcinia) di lereng bukit diharapkan sebagai penangkal erosi (Foto: Urip SR) 13 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
A ktor sejati produksi pangan adalah petani, peternak, pembudidaya ikan dan nelayan. Mereka juga tulang punggung swasembada pangan tanah air. Pening- katan produksi pangan mustahil tercapai tanpa kontribusi para aktor itu. Indikasi pencapaian ketahanan pangan adalah akses secara fisik dan finansial semua lapisan masyarakat terhadap sumber pangan. Akses itu bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, tapi juga untuk kesehatan dan produktifitas. Konsisten dengan ketersediaan akses itu, pem- bangunan pertanian harus berorientasi pemenuhan kebutuhan pasar domestik. Kemandirian pemenuhan kebutuhan pangan domestik menjadi modal dasar me- nangkal dampak krisis global. Masalahnya, tuntutan masyarakat senantiasa berubah. Dulu orang memelihara ayam selama ber- bulan-bulan untuk dipotong saat hari raya, sekarang ayam potong Cuma perlu beberapa pekan sejak telur menetas sampai siap potong. Peran teknologi bakal nyata kalau digunakan dalam produksi barang atau jasa untuk perbaikan kehidupan. Salah satu faktor untuk memperbaiki kehidupan adalah penyediaan pangan dalam jumlah dan gizi cukup, aman, sesuai selera pasar, serta terjangkau secara fisik dan ekonomi oleh semua lapisan. Agar mudah diterapkan, pengembangan teknologi harus mengenali calon penguna potensial. Dalam konteks pangan, calon pengguna primer teknologi adalah aktor produksi pangan. Dibawahnya pengguna teknologi tingkat sekunder adalah pengolah bahan segar menjadi produk olahan. Namun, kebutuhan dan persoalan nyata yang dihadapi calon pengguna harus dipahami supaya solusi teknologi yang ditawarkan tidak sia-sia. Perlu pemahaman komprehensif agar teknologi yang ditawarkan sesuai kapasitas pemahaman calon pengguna sehingga teknologi bisa langsung diadopsi. Salah satu hambatan pencapaian ketahanan pangan adalah minimnya kontribusi teknologi. Hal itu terutama disebabkan teknologi yang berkembang tidak menjawab kebutuhan dan persoalan nyata pengguna atau tidak sesuai kapasitas adopsi inovasi oleh pengguna. Akibatnya banyak teknologi pertanian yang diperkenal- kan sia-sia lantaran pengguna tidak mengadopsi inovasi itu. 14 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Hambatan paling umum seringkali bukan kendala teknis, tapi lebih karena faktor biaya. Kebanyakan teknologi modern mensyaratkan biaya tinggi dalam operasionalnya. Tantangan terbesar yang menghadang pengembangan teknologi saat ini adalah menciptakan teknologi yang efisien, menguntungkan, tapi tetap rendah biaya. Sebenarnya hanya perlu melakukan pendekatan berbasis pengguna untuk menentukan teknologi yang tepat. Pasalnya, kebanyakan permasalahan yang muncul sebenarnya sederhana. Persoalan yang muncul itu-itu saja : kekurangan air pada musim kemarau, serangan hama, atau penyimpanan produk pascapanen. Permasalahan ditingkat pengguna sebenarnya sederhana, tidak perlu teknologi tinggi berbiaya tinggi. Sayang, terdapat jurang lebar antara preferensi pengembang teknologi dan penggunanya dilapangan. Banyak pengem- bangan teknologi merasa punya prestise lebih kalau menggeluti teknologi mutakhir meski diimpor dari negara yang punya kon- disi agroklimat berbeda. Akhirnya saat digunakan, teknologi berbiaya tinggi itu cu- ma teronggok jadi tontonan. Lebih parah lagi sebagian periset dan akade- misi lebih sibuk meriset sesuai keinginan sendiri, bukan berangkat dari persoalan riil di lapangan. Akibatnya banyak riset han- ya berujung pada laporan yang fungsinya sekedar pertanggungjawaban keuangan. Jika budaya periset dan akademisi seperti itu, mana mungkin teknologi berkontribusi positif pada pencapaian ketahanan pan- gan? Untuk itu, teknologi pertanian yang dikembangkan mesti sesuai pengguna. Teknologi itu mesti dinamis sehingga selalu bisa menjawab tantangan yang berkembang. Kalau saat ini menggunakan teknologi sederhana, maka harus ada kemungkinan menggandengkannya dengan teknologi ma- ju. Banyak pengembangan teknologi merasa punya prestise lebih kalau menggeluti teknologi mutakhir meski diimpor dari negara yang punya kondisi agroklimat berbeda. Akhirnya saat digunakan, teknologi berbiaya tinggi itu cu- ma teronggok jadi tontonan. (Foto: Urip SR) 15 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 FPT sektor peternakan merosot dari 3,08% menjadi 2,41% itu kontras di Vietnam, yang pada periode sama FPT negatif menyatakan nominal peningkatan hasil tidak setara nom- inal teknologi baru yang digunakan. Saat ini kegiatan periset dan akade- misi lebih banyak bersifat curiousity driven research (CDR) alias riset berdasarkan keingintahuan peneliti. Padahal yang diper- lukan adalah goal oriented research (GOR) atau riset yang bermuara penemuan untuk memenuhi kebutuhan. Seha- rusnyanya riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan tidak terpisah dengan riset un- tuk menjawab persoalan riil di masyarakat. Dengan demikian pengetahuan dari riset bisa menjadi modal dasar menciptakan teknologi tepat guna untuk menjawab per- soalan di lapangan. Itu artinya riset akademik, meski tidak langsung menjawab persoalan, harus- menjadi pijakan bagi riset selanjutnya yang lebih mengarah pada solusi akhir. Untuk itu perlu kepedulian dan sensitivitas periset dan akademisi terlepas dari bidang masing- masing terhadap persoalan nyata di sektor pertanian dan peternakan. Dunia akademik tidak bisa berpangku tangan berdiam diri, terisolir dari dunia nyata, dan menjadi menara gading. Riset yang berorientasi menjawab persoalan riil pun mempunyai bobot akademi tinggi, asal konsisten dan sesuai metodologi riset baku. (Benyamin Lakitan Trubus Juli 2010)*** Contoh mudah, teknologi bajak sawah. Dulu ditarik sapi, nantinya bisa ditarik traktor tangan. Selanjutnya bisa menggunakan apa lagi, tergantung perkem- bangan kebutuhan dan teknologi. Kenapa harus berangkat dari pengguna? Teknologi maju dibidang pangan belum tentu lebih baik bagi pengguna primer. Selain biaya operasional tinggi, dapat pula menyebabkan ketergantungan. Ambil contoh padi hibrida yang potensi hasilnya melebihi 10 ton per hektar. Namun, benihnya hanya bisa dibuat produsen benih. Akibatnya kegiatan tanam petani tergantung pada penyedia benih, Dampak lebih jauh, muncul produsen benih palsu yang cuma mencari keuntungan sesaat. Ujung-ujungnya petani hanya menjadi korban. Merosot Pada 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pertanian mempublikasikan data kontribusi teknologi terhadap produktifitas pertanian nasional. Pada padi, kontribusi teknologi berhasil meningkatkan hasil panen hingga 0,75 ton gabah kering giling per hektar. Pada sektor peternakan tercatat peningkatan hasil domba komposit 17 kg per ekor per tahun dan peningkatan produksi telur itik 219 butir per ekor per tahun. Namun, angka itu tidak menggambarkan apakah peningkatan disebabkan oleh kontribusi teknologi atau faktor lain. Untuk memperoleh data akurat peran teknologi terhadap hasil dilakukan dengan menghitung faktor produktifitas total (FPT). Prinsipnya, FPT mengukur total produksi yang dihasilkan komponen nonmateri seperti teknologi, ide dan pemikiran, atau konsultasi. Nilai FPT di- peroleh setelah mengeluarkan kontribusi komponen materi seperti investasi modal atau tenaga kerja. Study Avila dan Evenson pada 2004 terhadap Negara-Negara Asia mendapati FPT tanaman pangan Indonesia merosot dari 3,95 % pada periode 1961 - 1980 menjadi 0,78% pada periode 1980 - 2000 menjadi 0,78% pada periode sama, Teknologi pertanian yang dikembangkan seharusnya sesuai kebutuhan pengguna (Foto: Repro) 16 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
B eberapa pekan di media cetak maupun digital hewan ini (baca: Tomcat) menjadi buah bibir masyarakat di Jawa Timur maupun di Jawa Tengah akibat racun yang ditimbulkannya. Apabila merasa terancam sebagai bentuk pertahanan diri maka tomcat ini akan mengeluarkan cairan hemolimfe yang berisi zat paederin (C25H45O9N) suatu zat iritan yang kuat yang dapat menimbulkan reaksi gatal dan rasa terbakar, eritema. Mengingat akibat yang ditimbulkannya cukup mengkwatirkan maka kita harus mengenal lebih dekat si Tomcat ini, agar kita bisa menghadapi wabah ini dengan bijaksana. Dinamakan Tomcat karena serangga ini bentuk badannya mirip pesawat tempur buatan USA Tomcat (F14). Disebut juga Rove Beetle atau Kumbang penjelajah/pengelana karena aktif berjalan-jalan di habitatnya (sawah). Serangga ini apabila merasa terusik akan menaikkan bagian abdomen sehingga nampak seperti kalajengking. Secara ilmiah serangga ini di klasifikasi sebagai Ordo Coleoptera, family staphylinidae, genus Paederus, species fuscipes. Sebagai alinea pembuka pada tulisan ini ka- mi akan mengingatkan kembali akan pent- ingnya pendidikan lingkungan hidup (PLH). Menurut Horn dalam Saveland (1976): PLH adalah suatu proses pengenalan nilai dan konsep dalam usaha mengembangkan sikap dan ketrampilan untuk memahami dan menghargai hubungan timbal balik an- tara manusia dengan kebudayaan dan lingkungan biofisiknya. Oleh karena PLH ini adalah suatu proses, maka yang terutama menjadi fokusnya ada- lah belajar bagaimana memecahkan dan mencegah masalah-masalah lingkungan hidup secara efektif. Dengan kata lain PLH adalah suatu proses pengenalan nilai dan konsep dalam usaha mengembangkan sikap dan ketrampilan untuk memahami dan menghargai ekosistem, dimana manusia itu tinggal, misal di kota, desa, hutan, gunung dan se- bagainya. Berangkat dari definisi tersebut diat- as maka mewabahnya tomcat ini harus disikapi dengan pendekatan ekosistem. Merebaknya si Tomcat ke pemukiman penduduk disinyalir karena rusaknya habitat yang disebabkan alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman (real estate) sehingga persediaan pakan serangga di sawah berku- 17 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Beralihnya fungsi lahan dan pemakaian pestisida yang kurang bijaksana menyebabkan Tomcat berekspansi ke pem- ukiman. Pestisida antara lain digunakan petani untuk mengendalikan hama tanaman. Penggunaan pestisida oleh petani semakin berlebihan karena pemilihan jenis dan cara aplikasi yang kurang efektif dan efisien se- hingga manfaat yang diperoleh petani se- makin menurun (Untung, 1996). Serangan hama antara lain disebabkan terganggunya keseimbangan populasi organisme pada jenjang populasi tertentu. Penyebabnya adalah faktor lingkungan dan juga faktor di dalam populasi sendiri, yang mengendalikan perkembangan populasi terse- but (Sosromarsono & Untung, 2006). Salah satu faktor lingkungan yang mengendalikan populasi hama adalah musuh alami baik beru- pa predator, parasitoid, maupun patogen. Musuh alami dikenal sebagai faktor pengatur dan pengendali populasi serangga hama yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan populasi (Untung,1996). Ciri-ciri predator yang unggul adalah mampu memangsa dan tanggap terhadap peningkatan populasi mangsa (Taulu, 2001). Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staph- ylinidae) merupakan salah satu predator yang sering ditemukan pada tanaman padi maupun tanaman palawija lainnya.
Karakteristik Biologi Paederus fuscipes Curt.
Siklus hidup P. fuscipes berkisar antara 18 - 38 hari, lama hidup imago 19 - 46 hari, stadia telur adalah 4 7 hari, larva instar-1 selama 4 -5 hari, instar-2 selama 6-9 hari, pra pupa selama 2-3 hari, dan pupa 3-5 hari. Jumlah telur yang dihasilkan imago betina P. fuscipes, berkisar antara 18-28 butir. Menurut Claussen (1972), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina berkisar antara 20-30 butir. Rata-rata peletakan telur tiap betina adalah 23,7 butir telur dan rata-rata te- lur yang menetas adalah 19,8 butir telur, dengan persentase penetasan telur 84%.
Imago P.fuscipes sering berada di atas permukaan tanah atau pada bagian-bagian tersulit pada tanaman dengan berjalan melalui dahan atau batang daun kemudian mencari mangsa pada daun atau tajuk- tajuk tanaman. Berhubungan dengan kegiatannya dalam mencari mangsa dan mobilitas yang sangat tinggi, serta ditunjang dengan bentuk tubuh yang cenderung pipih, P. fuscipes dapat bergerak dengan lincah pada tempat- tempat yang sempit, atau menyebar pada permukaan tanah yang luas dan mencari makanan pada tempat lain apabila pada tanaman utama tidak ditemukan mangsa. Pada tanaman kedelai P.fuscipes biasa memangsa nimfa kutu kebul (Bemicia tabaci) kecepatan memangsa terhadap nimfa kutu kebul berkisar 0,83-8,17 nimfa per jam pada siang hari, dan 0,75- 8,00 nimfa per jam pada malam hari (Jurnal Agrikultura, 2009 hal.204). Sedangkan kemampuan memangsa imago P. fuscipes terhadap wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) adalah sekitar 3,58 nimfa per hari, selain itu diketahui sangat potensial sebagai musuh alami terhadap hama putih palsu, nimfa wereng daun hijau, dan wereng punggung putih (BBPOPT,1992). Kemampuan memangsa P.fuscipes terhadap hama perusak daun/polong kedelai diketahui sangat efektif (Winasa W, D.Hindayana dan S. Santoso, 1999).
18 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Pelepasan predator P.fuscipes pada per- tanaman kedelai baik fase vegetatif maupun generatif dapat menekan secara nyata perkembangan hama perusak daun/polong kedelai (Helicoverpa armigera) baik telur maupun larva.
Bagaimana kumbang ini bisa berperan sebagai musuh bagi manusia?
Kumbang Tomcat/Paederus fuscipes datang ke pemukiman penduduk bukan untuk me- nyerang manusia, tetapi karena tertarik caha- ya lampu. Kumbang Tomcat tidak menggigit atau menyengat apabila tergencet tubuhnya mengeluarkan cairan hemolimfe, berisi zat paederin yang bisa menimbulkan iritasi kuat disertai reaksi gatal dan rasa terbakar. Ku- lit yang terkena (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit, dengan sekitar berwarna merah yang menyerupai luka bakar karena tersiram air panas.
Upaya Pencegahan
Jika menemukan serangga kumbang ini (Tomcat/Paederus), jangan di pencet, agar racun tidak mengenai kulit. Segera cuci dalam air mengalir dengan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini. Datang kelayanan kesehatan terdekat, kemudian akan diobati dengan tatalaksana sebagaimana pengobatan dermatitis contact irritant, seperti pem- berian krim kortikosteroid. Kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin bila timbul lesi seperti luka bakar. Bila lesi sudah timbul pecah, dapat diberi krim antibiotik dengan kombinasi steroid ringan. Jangan di garuk atau ditaburi bedak agar tidak terjadi infeksi sekunder. Beri antihistamin dan analgesic oral untuk simptomatis. Jika menemukan serangga ini jangan di- pencet agar racun tidak mengenai kulit.
Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka. Bila kumbang hinggap di kulit, singkirkan secara hati-hati dengan cara meniup atau menggunakan kertas. Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit. Segera cuci dengan air mengalir dan pakai sabun pada kulit yang bersentu- han dengan kumbang. Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk. Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada disekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus.
Pemahaman yang benar dan tanggap tentang bahaya Tomcat disikapi dengan pendekatan ekosistem mengingat peran serangga ini sebagai predator cukup mem- bantu petani, namun mengaitkannya dengan kondisi di lapangan perlu memper- hatikan berbagai faktor. Apakah masih mau membrantas serangga predator ini secara membabi buta? (Dari Berbagai Sumber)*** 19 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
M usim hujan yang panjang di sebagian besar wilayah Indonesia akibat fenomena La Nina tahun 2010 - 2011 memicu ledakan populasi hama wereng batang coklat (WBC) di ratusan ribu hektar sawah petani. Akan tetapi, apakah cuaca menjadi satu-satunya faktor yang memicu ledakan populasi WBC? Dalam situasi terjadinya variasi dan perubahan iklim, ekosistem sawah di Pulau Jawa berada dalam kondisi rentan oleh berbagai faktor, antara lain oleh penggunaan pestisida secara tidak bijaksana yang mengaki- batkan punahnya musuh alami. Di sisi lain, petani sebagai aktor utama dalam kegiatan per- tanian acapkali menjadi sasaran pemasaran paket teknologi pertanian tanpa bekal penge- tahuan yang memadai untuk memahami kondisi ekosistem lahannya. Dua video dokumenter yang menyajikan penjelasan tentang biologi dan ekologi WBC dan penyebab terjadinya ledakan pop- ulasi WBC. Video dokumenter ini juga memperlihatkan upaya beberapa kelompok petani untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan dalam me- mahami berbagai persoalan seperti peru- bahan iklim dan menumbuhkembangkan budidaya tanaman yang tangguh. Volume 1 dengan judul Wereng di Sawah Petani menyajikan fenomena le- dakan hama WBC tahun 2010-2011, biologi dan ekologi hama itu, serta berbagai faktor penyebab ledakan. Volume 2 dengan judul Sawah Tangguh di Tangan Petani me- maparkan berbagai upaya petani untuk memperkaya pengetahuannya dalam mengembangkan praktek budidaya padi yang lebih tangguh dan sekaligus tanggap terhadap variasi dan perubahan iklim, yakni melalui kegiatan pengamatan curah hujan dan agroekosistem sawah, praktek pertanian organik, dan pembuatan agens hayati dalam mengendalikan populasi WBC. Video dokumenter serangan WBC ini di produksi oleh Pusat Kajian Antrologi Universitas Indonesia, Academi Professor- ship Indonesia Bidang Ilmu Sosial & Humaniora, The Research School of Asia and the Pacifik the Australian National University dan didukung oleh PT. Medco MEMBEDAH VIDEO DOKUMENTER SERANGAN WERENG BATANG COKLAT 20 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Video ini sangat bagus untuk media penyuluhan di tingkat petani. Pada saat sekolah lapangan, video ini diputar sebelum acara sekolah lapangan dimulai. Setelah melihat tayangan video ini baru diadakan diskusi antar petani, bagaimana pandangan petani tentang apa yang terjadi di sawah mereka dengan membandingkan tayangan tersebut. Hal ini sangat menarik untuk menggugah petani agar tidak ketergantungan terhadap pestisida kimia. Hama wereng batang coklat tersebut mampu menyerang tanaman padi sawah pada semua fase pertumbuhan. Namun apabila kondisi ekologi OPT ter- sebut menguntungkan seperti menanam mono varietas yang rentan, penggunaan pupuk N yang berlebihan, penanaman yang tidak serentak dalam hamparan, penggunaan pestisida yang sembarangan, maka daerah pencar OPT tersebut dapat meluas yang mungkin berkembang menjadi wabah, status suatu spesies OPT juga dapat berubah dari yang tadinya kurang penting menjadi hama utama. Bila kita menengok sejarah pada tahun-tahun permulaan program intensifi- kasi data kuantitatif kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan OPT sulit di- peroleh. Kehilangan hasil sangat bervariasi, tergantung dari spesies OPT yang menyerang, intensitas kerusakan, reaksi va- rietas dan fase pertumbuhan tanaman. Misalnya IR-22 yang sangat rentan terhadap kebanyakan OPT-nya, bila memperoleh tekanan OPT ringan saja tanpa perlindungan pestisida, hanya menghasilkan 66% dari potensinya (IRRI,1979). Percobaan di beberapa kabupaten selama beberapa musim tanam padi kompleks OPT-nya menurunkan produksi antara 19,4 - 24,1 % (Sunardi,1977). Khusus spesies OPT yang bersifat endemik seperti WBC, virus tungro dan penggerek batang padi putih, kerugian hasil padi di daerah-daerah serangan lebih dari itu, Misalnya studi kehilangan hasil padi disebabkan WBC dan virus kerdil hampa di kabupaten Serang dan Pandeglang pada tahun 1975 berkisar antara 42,7 - 48,79 % (Sunardi,1977). Luas serangan hama WBC pada tahun 1971 - 1972 baru sekitar 4000 hektar, namun da- lam musim-musim tanam berikutnya areal serangan sudah melebihi 450.000 hektar dan kehilangan hasil diperkirakan 364.500 ton beras seharga $ 100 juta dolar Amerika. Bi- la konsumsi 120 kg kapita/tahun, ke- hilangan sebesar itu seharusnya dapat mem- ber makan sekitar 3 juta orang setahun penuh (Oka,1979). 21 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Dua video dokumenter yang menyajikan penjelasan tentang biologi dan ekologi WBC dan penyebab terjadinya le- dakan populasi WBC ini diharapkan mampu menggugah para pelaku agribisnis pertanian khussusnya budidaya padi. Video dokumenter ini juga memperlihatkan upaya beberapa kelompok petani untuk mem- perkaya pengetahuan dan meningkatkan ket- rampilan dalam memahami berbagai per- soalan seperti perubahan iklim dan menum- buhkembangkan budidaya tanaman yang tangguh serta menggalakkan pemakaian pestisida nabati yang ramah ling- kungan. Para pengambil kebijakan diharap- kan juga tanggap dengan keadaan ekosistem yang selalu berubah dan tidak bersahabat dengan petani, artinya pengambilan keputusan serta kebijakan harus bertumpu pada kebutuhan petani secara menyeluruh. Dengan demikian petani merasa diper- hatikan nasibnya. (USR)*** Kendala produksi - masalah hama tanaman
Kita setback ke belakang, pengalaman Indonesia menunjukkan, bahwa sejak dilancarkannya program intensifikasi secara besar-besaran, masalah hama dan kehilangan hasil yang disebabkan kompleks hama makin meningkat. Berbagai spesies hama yang sebelum program intensifikasi kurang penting, berubah status menjadi ha- ma yang sangat penting dalam areal intensi- fikasi padi, seperti hama wereng batang coklat (WBC), Nilaparvata lugens, wereng punggung putih (WPP) Sogatella furcifera, dan wereng daun hijau (WDH), Nephotettix virescens. Dari sekitar 40 spesies hama (Pathak, 1977) dan 70 spesies penyakit yang menyerang tanaman padi (Ou,1985), sekitar 20 spesies dapat digolongkan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada padi yang mempunyai arti ekonomi penting anta- ra lain: tikus, Rattus-rattus (diketahui 3 spe- sies), wereng (WBC, WPP,WDH, peng- gerek batang padi (putih,Scirpophaga inno- tata, kuning, S.incertulas, merah jambu, Sesamia inferens, bergaris, Chilo supressalis), ganjur, Orseolia oryzae, hama putih palsu, Cnaphalocrosis medinalis, hama putih, Nymphula depunctalis, kepinding tanah, Scotiniphara lurida, walang sangit, Leptocorisa oratorius, kepik hijau, Nezara viridula, ulat grayak (ada beberapa spe- sies: Pseudoletia unipuncta, Spodoptera mauritia, Spodoptera frgiperda, Spodoptera litura), lalat bibit, Atherigona exigua, be- berapa penyakit padi yang penting ialah penyakit hawar daun bakteri, Xan- thomonas campestris, penyakit blast, Pyricularia oryzae, penyakit hawar pelepah, Rhizoctonia solani, penyakit-penyakit virus yaitu kerdil rumput, kerdil hampa dan tungro. Spesies tertentu OPT tersebut mempunyai daerah pencar tertentu, misal- nya wereng batang coklat, Nilaparvata lugens sering terdapat menyerang tanaman padi sawah, sedangkan padi ladang (gogo) kadang-kadang mendapat serangan. Spot hopperburn tidak akan terjadi seandainya petani rajin mengamati lahan sawahnya, dan petugas POPT tanggap melaporkan hasil pengamatannya. Gambar ini dimbil di Kec. Lelea, Indramayu April 2012. (Foto: Urip SR) 22 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 P HT merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman di Indonesia yang secara resmi tercantum pada Inpres No.3/1986, UU No.12/1992 tentang system budidaya tanaman, dan PP No.6/1995 tentang perlindungan tanaman. Kebijakan PHT mulai berkembang sebagai koreksi terhadap usaha pengendalian hama secara konvensional yang mengutamakan penggunaan pestisida secara tidak tepat dan ber- lebihan. Cara ini selain meningkatkan biaya produksi juga mengakibatkan dampak samping yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Penggunaan pestisida berspektrum luas mengakibatkan timbulnya resistensi hama, resurjensi, dan ledakan hama sekunder, serta tercemarnya lingkungan hidup. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian, serta untuk mem- batasi pencemaran lingkungan maka ke- bijakan pengendalian secara konvensional diubah menjadi kebijakan pengendalian ha- ma berdasarkan pada prinsip PHT. PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan berke- lanjutan. Sasaran PHT adalah produktivitas pertanian mantap, penghasilan dan kese- jahteraan petani meningkat, populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan pengurangan resiko pencemaran ling- kungan akibat penggunaan pestisida. Sedangkan strategi PHT adalah memadukan semua teknik atau metode pengendalian OPT yang kompatibel. Teknik atau metode pengendalian yang dapat di- manfaatkan antara lain sebagai berikut: + Pemanfaatan pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami. + Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi perkembangan OPT serta mendorong berfungsinya agens hayati. Beberapa teknik bercocok tanam antara lain: 1) penanaman varietas tahan, 2) penanaman benih sehat dan bermutu, 3) pergiliran tanaman dan pergiliran va- rietas, 4) sanitasi, 5) pengaturan waktu tanam, 6) penanaman tanaman perangkap, 7) pengaturan jarak tanam, 8) tumpang sari, 9) pengelolaan tanah dan air, 10) pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.(BP)*** STRATEGI PENERAPAN PHT 23 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
P emerintah mencanangkan program peningkatan produksi beras melalui program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Dalam pencapaian target tersebut, banyak kendala yang dihadapi dan salah satunya adalah adanya penyakit tanaman. Penyakit tanaman padi yang dominan di Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung yaitu diantaranya penyakit Blas (Pyricularia grisea (Cooke) Sacc.), penyakit Bercak Bergaris (Cercospora oryzae I. Miyake) dan penyakit Busuk Pelepah (Sarocladium oryzae Sawada). Pengendalian yang biasa dilakukan petani adalah dengan menggunakan fungisida sintetik. Namun dampak negatif dari pemakaian yang tidak bijaksana dapat menyebabkan kematian organisme bukan sasaran dan dampak lainnya terhadap lingkungan. Corynebacterium merupakan salah satu agens antagonis hasil temuan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) dan telah terbukti efektivitasnya terhadap berbagai penyakit tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura, seperti penyakit layu bakteri pada pisang, layu bakteri pada kacang tanah, hawar daun pada kentang dan hawar daun pada jagung. Selain itu hasil kajian lapang oleh BBPOPT pada tingkat petakan yang dilakukan pada tahun 2010 di Kab. Cianjur menunjukkan bahwa agens antagonis mampu menekan perkembangan penyakit tanaman padi, terutama penyakit busuk Berdasarkan hasil kajian yang dilaksanakan di Desa Mulyajaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011, bahwa secara visual pengaruh corynebacterium terhadap penyakit utama tanaman padi di daerah tersebut menunjukkan hasil yang baik dalam penekanan dan penghambatan perkembangan penyakit (Gambar 1). Perkembangan penyakit bercak bergaris dan leafblast muncul pada umur 2 MST. Gejala penyakit bercak bergaris berupa bercak pada daun dengan bentuk garis, pendek dan berwarna coklat, sedangkan penyakit leafblast dengan gejala pada daun terbentuk bercak-bercak jorong dengan ujung meruncing (Gambar 2). Gambar 1. A Hamparan tanpa aplikasi agens antagonis corynebacyenebacterium. B. Hamparan dengan aplikasi agens coryne- bacterium A B A B Gambar 2. A. Gejala penyakit leafblast B. Gejala penyakit bercak bergaris PENGARUH CORYNEBACTERIUM TERHADAP PENYAKIT UTAMA PADI 24 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Kemuncul an gej al a penyaki t neckblast terlihat pada leher malai yang ditunjukkan dengan warna coklat keabuan pada pangkal leher malai, daerah dekat leher malai berwarna coklat, juga semua cabang dan ranting menunjukan gejala pengeringan, sedangkan gejala akibat penyakit busuk pelepah berupa pelepah yang membungkus malai muda membusuk dengan bercak berbentuk bulat atau kadang -kadang tidak beraturan (Gambar 3). Gambar 3. A. Gejala penyakit neckblast B. Gejala penyakit busuk pelepah Kemunculan penyakit neckblast pada perlakuan aplikasi agen antagonis corynebacterium terjadi pada umur 8 MST, sedangkan pada kontrol mulai muncul pada umur 6 MST. Hal tersebut menunjukkan bahwa corynebacterium mampu menghambat kemunculan penyakit neckblast. Kemunculan penyakit-penyakit tersebut menunjukkan bahwa agens antagonis mampu menekan perkembangan penyakit neckblast sebesar 94,52% dan penyakit busuk pelepah sebesar 55,97%. Tingkat intensitas penyakit juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ke- hilangan hasil. Hal ini terbukti dengan per- sentase kehilangan hasil dengan perlakuan corynebacterium lebih rendah dibanding- kan dengan perlakuan kontrol yaitu sebesar 30,54%. Hal ini mengindikasikan bahwa aplikasi agens antagonis corynebacterium yang dilakukan secara optimal dapat mengurangi kehilangan hasil hingga 27,25%. (Umi Kulsum)***
Epidemiologi Penyakit Blas (Pyricularia grisea) Pada daun timbul bercak oval atau elips, kedua ujung-ujungnya meruncing mirip belah ketupat. Gejala dapat pula muncul pada buku, malai dan gabah. Stadia kritis tanaman terjadi mulai umur 1 bulan (padi gogo), anakan maksimum, bunting dan awal berbunga. Pembentukan konidia selama 14 hari, puncaknya pada 3-8 hari setelah bercak muncul. Pembentukan spora pada kelembaban 89-90%. Spora dapat bertahan pada sisa jerami dan gabah kurang lebih 1 tahun dan miselia 3 tahun pada suhu kamar. Epidemiologi Penyakit Bercak coklat bergaris (Cercospora oryzae) Gejala pada daun timbul bercak sempit dan berwarna coklat kemerah- merahan yang sejajar dengan tulang daun. Bercak tersebut makin ketepi daun warna makin pucat. Pada varietas rentan, warna daun makin pucat. Pada varietas tahan, bercak lebih besar dengan pusat bercak yang lebih kecil dan berwarna terang. Epidemiologi Penyakit Busuk Pelepah (Sarocladium oryzae) Gejala awal terlihat dari bercak bulat atau oval pada pelepah yang berukuran 0.5 cm s/d 1.5 cm, warna abu-abu di bagian tengah dan coklat abu dipinggirnya. Bercak dapat melebar menutupi seluruh permukaan pelepah daun, mengakibatkan malai tidak muncul atau muncul sebagian. Infeksi busuk pelepah dapat terjadi dalam satu rumpun, yang mengakibatkan tanaman kerdil dan sebagian besar bulir hampa. Berdasarkan nilai AUDPC, perlakuan dengan aplikasi agens antagonis corynebacterium menunjukkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi corynebacterium. Hal ini menunjukkan bahwa agens antagonis mampu menekan penyakit leafblast hingga 56,24% dan penyakit bercak bergaris dapat ditekan dengan penekanan sebesar 63,02%. 25 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 { D alam sebuah diskusi di Saung Meeting ditengah sawah, ada pertanyaan dari salah seorang anggota kelompok tani yang menanyakan perbedaan makna kalimat Pembrantasan dan Pengendalian, pertanyaan spontan ini harus dijawab secara gamblang agar keingintahuan mereka segera terpuaskan. Dalam hati kecilku perbincangan ini sangat menarik untuk dijadikan bahan Topik Utama, maka dengan metode kepe- manduan tanpa sulit jawaban itu keluar dari peserta diskusi, tentu saja dengan teknik-teknik kepemanduan mereka kita arahkan, hasilnya sungguh luar biasa menjadi diskusi yang menarik dan hidup. Pengendalian dulu diartikan dengan pembrantasan, maunya setiap ada hama apapun ingin terus dibrantas, dimusnahkan, tanpa tahu apakah binatang tersebut sebetulnya memang benar-benar hama atau sebenarnya binatang yang bermanfaat (yang dikenal dengan musuh alami hama- kawan petani. Semakin adanya kesadaran perlunya kelestarian lingkungan (termasuk di dalamnya kelestarian binatang, mes- kipun termasuk). Istilah pembrantasan kemudian berubah menjadi pengendalian, yang mengandung arti bahwa kita hanya menekan populasi (jumlah) binatang tersebut yang berada di lahan ke posisi tidak merugikan sehingga ada istilah ambang pengendalian. Tidak membrantas sampai tuntas, karena kita yakin diluar kodratnya sebagai hama, pasti ada manfaat lain yang baik. Untuk memposisikan populasi binatang terse- but tidak mesti menggunakan pestisida. Pengendalian bisa dilaksanakan sejak awal dan tidak harus keluar dana khusus, karena pelaksanaannya bisa ikut dengan kegiatan usaha tani lain. Pengendalian hama, dalam hal ini mempunyai arti yang luas, yaitu suatu usaha dengan berbagai cara agar keadaan hama di lahan tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi.
26 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Membuat sendiri alat dan bahan belajar, yang meliputi koleksi serangga, Kebun Serangga , percobaan lapangan, poster, dan catatan pengamatan lapangan. Menciptakan dan menggunakan perangkat analisis berupa bagan analisis agro- ekosistem mingguan yang dibuat dengan krayon diatas kertas plano dan contoh hidup untuk melakukan analisis SWOT, untuk mengembangkan rencana tindakan selanjutnya. Memecahkan permasalahan dan mengam- bil keputusan : petani PHT belajar untuk mengelola program mereka sendiri dan mengadakan serta menjalankan kegiatan belajar dan percobaan yang makin kompleks. Membangun organisasi petani yang lebih kuat dengan cara mempelajari ketrampilan dalam bidang kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen yang akan berguna di ma- sa-masa berikutnya setelah sekolah lapan- gan selesai.
Perjalanan peliputan kegiatan sekolah lapangan di Kabupaten, Subang, Sumedang dan Kabupaten Cilacap semua mengadopsi cara-cara sekolah lapangan PHT karena metode ini terbukti berhasil sehingga telah diadopsi oleh berbagai kegiatan penyuluhan pertanian, dan diekspor ke berbagai Negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Sekolah lapangan PHT menghidupkan kembali sistem penyuluhan dan jaringan kelompok petani yang ada melalui pengorganisasian dan pelaksanaan SLPHT. Dengan rancangan sekolah tanpa dinding, sekolah lapangan petani ini melakukan pertemuan mingguan sebanyak 12 kali selama satu musim tanam penuh, mulai dari tanam hingga panen. Setiap sekolah lapangan memiliki 1000 meter persegi Petak Belajar, yang terdiri dari 2 petak perbandingan, yaitu petak perlakuan petani dan petak PHT. Setiap minggu, petani mempraktekan analisa agro- ekosistem yang mencakup kesehatan tana- man, pengelolaan air, kondisi cuaca, gul- ma, pengamatan penyakit, serta penga- matan dan pengumpulan serangga hama dan serangga berguna. Petani menyim- pulkan hasil pengamatannya sesuai dengan pengalaman mereka, mereka menggunakan analisa agro-ekosistem un- tuk membuat keputusan pengelolaan lahan dan mengembangkan cara pandang ten- tang proses ekologis yang seimbang. Petugas sebagai fasilitator mem- berikan kesempatan kepada petani untuk menjadi ahli yang aktif, dan membantu mereka untuk mengungkapkan dan menganalisa pengalaman mereka sendiri. Selama proses tersebut, para petani diharapkan mampu, antara lain : 27 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Pengendalian bisa dilaksanakan sambil mengolah tanah, yaitu mem- bersihkan sisa tanaman, singgang, turiang, semak untuk mengurangi sumber penyakit atau tempat hidup hama (tikus), kemudian pada saat panen memotong batang padi serendah mungkin, karena batang padi bagian bawah merupakan tempat bertahan hidup larva/pupa penggerek batang padi (PBP). Menyemai pun bisa sekaligus mengendalikan hama, yaitu dengan cara menyemai saat penerbangan serangga pertama sudah terjadi (biasanya hujan sebanyak 50 mm dalam 10 hari bisa mengaktifkan beberapa serangga). Me- nyemai secara berkelompok dan bila perlu dipagar plastik dan bubu, bisa memu- dahkan pengendalian tikus, dengan sistem semai kelompok biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah, tidak kalah pent- ing khusus daerah endemis OPT tertentu, misalnya Wereng Batang Coklat (WBC), varietaspun perlu dicarikan yang tahan, karena dengan varietas tahan, WBC terse- but akan terhambat dalam perkem- bangannya. Mulai di persemaian, kalau ditemukan telur PBP harus diambil (gampang dilihat dan diambil) masukkan kantong plastik, atau kalau ada yang terke- na tungro lakukan pencabutan rumpun (eradikasi selektif). Kalau pada tahap awal ini sudah dikendalikan maka OPT tidak berkembang sampai pada saat nanti ada tanaman muda. Di persemaian menyemprot tidak di- perbolehkan , khususnya di daerah endemis OPT padi, tetapi jangan memakai pestisida kimia, pakai saja dulu agens hayati yang sekarang sudah bisa kita buat sendiri dijamin murah dan aman. Gunakan Metarizium, Beauveria bassiana di daerah rawan WBC, tungro (untuk mengendalikan vektornya Wereng Daun Hijau). Pada akhirnya bisa ju- ga digunakan pestisida kimia secara selektif (tidak menyeluruh) sehingga penggunaan akan sedikit, dampak negatif akan berkurang.
1 Tanam serentak dalam hamparan yang sama (artinya waktu tanam pertama dan terakhir, tidak boleh melebihi waktu selama 2 minggu) karena dengan sistem ini nantinya mampu menekan kesem- patan hidup hama.
2 Jarak tanam juga bisa membantu mengurangi perkembangan hama, sistem tandur jajar legowo akan me- nyebabkan sinar matahari banyak diterima tanaman sampai bagian bawah batang, sehingga kelembaban udara (sekitar tanaman) rendah dan akan kurang mendukung bagi perkembangan hama. Keadaan ini juga memudahkan petani untuk memudahkan perawatan. Berbagai bentuk rekayasa tadi meru- pakan bagian strategi dalam PHT yaitu melakukan pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam bertujuan untuk mem- buat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi perkembangan OPT, serta men- dorong berfungsinya musuh alami, strategi lain menggunakan teknik atau metode pen- gendalian seperti pemanfaatan pengendalian alami, pengendalian fisik mekanik, kemudi- an pestisida secara bijaksana dengan melaksanakan prinsip tepat jenis, mutu, wak- tu, cara, sasaran, dosis dan konsentrasi. 28 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Langkah awal agar petani dapat melakukan pengendalian yang tepat sasaran serta hemat biaya, sekaligus mem- posisikan bahwa pengendalian itu tidak ditempatkan paling belakang, diperlukan langkah strategis yang kita kenal dengan istilah pre-emtif yaitu suatu usaha pengendalian yang bisa dilakukan oleh petani berdasarkan informasi keadaan OPT pada musim-musim sebelumnya informasi tersebut tentunya diperoleh dari hasil pengamatan rutin dilanjutkan dengan Peramalan (saat ini masih dilaksanakan oleh POPT, nantinya diharapkan petani bisa melaksanakan sendiri) langkah pengendalian tersebut misalnya dengan cara memundurkan/memajukan waktu tanam, penggunaan varietas toleran/tahan, tanam serempak, rotasi tanaman/varietas, sanitasi, tumpang sari dan inokulasi musuh alami. Kemudian apabila dari usaha awal tadi ternyata masih terjadi perkembangan serangan OPT, maka dilakukan pengen- dalian, istilahnya responsif atau kuratif, pengendalian yang dilakukan apabila ada serangan respon tersebut harus berdasar- kan hasil pengamatan, baik terhadap tingkat serangan (intensitas dan populasi) serta keadaan ekosistem, seperti musuh alami. Cara pengendaliannyapun juga berbagai macam, bias fisik mekanik, pemanfaatan pestisida nabati, agens hayati atau terakhir terpaksa menggunakan pestisida kimia. (BP)*** Pengamatan rutin saat ini dilakukan oleh POPT, nantinya diharapkan petani bisa melaksanakan sendiri di lahannya masing-masing. (Foto: Dok Indok) Petani diajak mengamati bareng agar dapat melakukan pengendalian yang tepat sasaran dan hemat biaya. (Foto Urip SR) Langkah pengendalian bisa dilakukan dengan cara memundur- kan atau memajukan waktu tanam. (Foto Urip SR) 29 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 S erangan Organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu resiko da- lam budidaya tanaman pangan. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya keru- gian ekonomis karena OPT, antara lain kompleksnya jenis OPT dan teknologi pen- gendalian OPT belum memadai. Selain itu, pengetahuan petani tentang dasar pengendalian OPT masih terbatas. Disadari bahwa terbatasnya pengetahuan petugas dan petani maka diperlukan upaya dalam peningkatan pengetahuan, salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui Pertemuan Koordinasi Teknis Perlindungan Tanaman Pangan yang dilaksanakan di Instalasi PPOPT Indramayu (27/03). Dalam pembekalan tersebut hadir unsur Pembina perlindungan tana- man pangan antara lain Direktorat Perlindungan Tanaman (DITLIN TP), Balai Besar Pera- malan OPT (BBPOPT) Jatisari, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Balai Proteksi Tana- man Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat, dan Instalasi PPOPT Wilayah III serta seluruh ujung tombak perlindungan tanaman (POPT) se wilayah III (Indramayu, Cirebon, Kuningan dan Majalengka). 4 Agenda rutin pertemuan koordinasi teknis diselenggarakan setiap tiga bulan sekali diseluruh wilayah kerja BPTPH Jawa Barat secara bergantian. Acara membahas program kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam rangka pengamanan produksi beras nasional melalui P2BN. Dalam sambutannya Kepala BBPOPT Sarsito Wahono Gaib Subroto menegaskan bahwa pertemuan seperti diharapkan mampu mem- pererat tali silahturahmi. 30 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Disamping itu sebagai wahana untuk penyegaran kepada petugas lapang (POPT) mengingat peran penting POPT sebagai ujung tombak yang senantiasa melaporkan hasil pengamatan dilapangan untuk me- nyusun rencana operasional perlindungan tanaman, tindakan korektif, penyempurnaan kegiatan pengamatan (lebih intensif), dan penyediaan sarana pengendalian. Oleh kare- na itu, laporan tersebut perlu dibuat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan segera dikirim ke instansi yang memer- lukannya secara periodik. Sesuai dengan ke- bijakan perlindungan tanaman pangan dan pembagian wewenang dalam struktur organisasi yang berlaku, Laporan perlindungan tanaman disampaikan oleh POPT-PHP kepada mantra Tani (Mantan) dan instansi vertical diatasnya. POPT-PHP bersama Penyuluh Pertanian menyuluhkan dan menyebarluaskan informasi kepada petani sebagai dasar pengambilan keputusan Kelompok Tani, dan membina petani melaksanakan pengendalian. Instansi verti- cal diatasnya menggunakan laporan tersebut sebagai bahan evaluasi keadaan serangan, kemampuan petugas membimbing petani da- lam pengendalian, merencanakan bimbingan dan bantuan, serta menyususn laporan perlindungan tanaman pangan di wilayah kerjanya. Diakhir sambutannya kepala BBPOPT mengetes salah satu POPT-PHP dari Kecamatan Juntinyuat tentang jumlah SL-PTT/PHT yang ada didaerahnya. Dengan lantang mereka menjawab serentak, Ada 24 Pak. teriaknya keras. Seperti biasa diakhir sambutannya kepala BBPOPT menyelipkan petatah-petitih se- bagai bekal untuk petugas lapang. Mencari penyebab utama Sebelum melakukan pengendalian, tindakan yang pertama kali adalah mencari penyebab utama timbulnya gangguan pada tanaman, dengan cara memperhatikan gejala yang tampak. Misalnya, tanaman mengalami gejala layu, penyebabnya mungkin karena bakteri, nematoda, cendawan, serangga penggerek akar, atau hanya kekurangan air saja. Jika sudah diketahui dengan pasti gejala dan penyebab timbulnya gangguan pada tanaman, maka kita akan lebih mudah melaksanakan alter- natif pengendalian, dan pengendalian yang kita lakukan tidak sia-sia. Contohnya jika tanaman layu disebabkan serangan cendawan, maka kita menyemprotkan fun- gisida yang sesuai. Tetapi jika gejala layu disebabkan serangan bakteri, dan kita me- nyemprotkan fungisida, maka tindakan kita akan sia-sia. Peserta rapat sangat antusias mendengarkan sambutan dari Kepala BBPOPT seputar tupoksi POPT-PHP, peserta meluber sampai ruang lobi instalasi PPOPT Indramayu. (Foto: Urip SR) Sebelummelakukan pengendalian, tindakan yang pertama kali adalah mencari penyebab utama timbulnya gangguan pada tanaman, seperti yang dilakukan oleh para POPT ini. (Foto. Urip SR) 31 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Tindakan terbaik adalah pencegahan Jika sudah diketahui gejala awal suatu serangan pathogen/hama, tindakan terbaik yaitu mencegah agar pathogen/ hama tidak menyebar ke bagian tanaman lain, atau ke seluruh areal pertanaman. Kita lebih baik memangkas satu pelepah daun atau sebagian ranting tanaman yang terserang, daripada seluruh tanaman itu ma- ti. Kita juga lebih senang mencabut satu atau dua tanaman sakit, daripada satu petak atau satu hektar tanaman mati semua. Bagaimana gejala awal dari suatu tanaman yang terserang hama, cendawan, nematode, virus, bakteri atau karena gangguan ling- kungan akan diuraikan pada bab-bab beri- kutnya. Merawat tanaman secara benar Tanaman yang dirawat secara baik dan benar, jarang terserang hama/patogen. Tanaman akan mengadakan penyembuhan yang cepat terhadap serangan pathogen, jika kesehatan dan vigor tanaman cukup baik. Merawat tanaman yang baik meliputi kegiatan-kegiatan pemupukan yang seimbang, pengairan, penyiangan, dan sebagainya. Ada pepatah mengatakan: Pupuk yang terbaik bagi tanaman adalah telapak kaki anda. Maksudnya adalah : sering- seringlah menengok, mengamati, dan men- eliti tanaman yang baru ditanam. Dengan begitu, kita akan cepat tahu keadaan tanaman tersebut, apakah keku- rangan pupuk, kelebihan air, tercemar her- bisida (racun gulma), terkena polusi gas pabrik dan sebagainya. Jika kita menanam suatu tanaman, kemudian ditinggalkan be- gitu saja beberapa minggu atau beberapa bulan mungkin tanaman tersebut sudah musnah diserang gajah, diserang babi hu- tan, kutu loncat, atau wereng batang coklat. Oleh sebab itu manjakanlah tana- man anda, suatu saat anda pun akan di- manjakan oleh tanaman. (uripsr@ymail.com)*** 32 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
B agi warga Desa Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar Sumedang, nama Akap Sulaiman sudah tak asing lagi. Lelaki yang masih tegap di usianya yang menginjak 70 tahun itu selalu menimba ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertanian terutama pertanian organik. Dirumahnya yang asri bersebelahan dengan hamparan sawah miliknya, terdapat kandang domba dan kelinci , juga empang (kolam ikan) untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. Kebun ditanami berbagai jenis tanaman obat, baik sebagai obat untuk manusia maupun untuk keperluan pembuatan pestisida nabati. Ketekunan dan semangat hidupnya menjadikan kelompok tani Bina Warga yang diketuainya menjadi tempat ber- tanya bagi warga tani dilingkungannya. Diujung usianya semangat hidupnya patut menjadi tauladan bagi yang muda. Dirumahnya yang terletak dipinggir jalan raya, saat ditemui penulis beliau menuturkan bahwa kemajuan suatu kelompok tani ter- gantung dari sang ketua, kriteria seorang ket- ua menurutnya harus bisa menyempatkan waktu, benar dalam mengambil keputusan untuk kemajuan anggotanya, dan pinter, yang terakhir ini adalah pinter memimpin ada jiwa leadership sehingga dipercaya seluruh anggotanya. Kalau kriteria tersebut dipenuhi Insya Allah Kelompok Tani akan maju dan berkesinambungan. Tak heran dirumahnya sering dijadi- kan posko atau tempat penyuluhan bagi para petugas seperti POPT-PHP, dan PPL. Pelati- han-pelatihan secara swadaya juga sering dilakukan di sekretariat Keltan Bina Warga ini. 33 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Konsep pertanian terpadu yang ia rintis seperti lahan sawah, Kandang kamb- ing, dan kolam ikan yang ia bangun di seki- tar lahan sawahnya yang tak jauh dari ru- mahnya merupakan sarana belajar untuk pa- ra anggota Kelompok Tani yang sebagian anggotanya didominasi oleh ibu-ibu. Menurutnya kemajuan pertanian dan kemakmuran petani bisa menjadi magnet bagi masyarakat sekitarnya untuk terjun menjadi petani. Tanpa harus pergi ke kota yang tidak me- nyediakan lapangan kerja bagi mereka. Obrolan siang itu begitu penuh keakraban dan mengalir lancar, setiap pertanyaan selalu dijawab dengan guyon dan santai, maklum saja beliau adalah pensiunan penilik sekolah sehingga dalam bertutur kata sangat pas dan santun. Menurutnya melalui kelompok tani yang maju bisa menjadi salah satu cara untuk menghentikan maraknya kepindahan penduduk dari desa ke kota. Dengan mem- perbaiki prasarana pertanian dan memper- baiki upah buruh tani yang sesuai, niscaya arus urbanisasi dapat ditekan. Hal ini telah terbukti di beberapa daerah transmigran yang pertaniannya berhasil. Masyarakat sekitar daerah transmigrasi, mulai tertarik menerjuni dunia pertanian, setelah melihat keberhasilan para transmi- gran. Adanya Keltan seperti Binawarga diharap- kan mampu menjadi magnit bagi generasi muda di kampung untuk lebih mencintai dunia pertanian, sehingga mampu mengubah wajah pertanian kita menjadi lebih menarik untuk digeluti. Sebagai penutup obrolan siang itu, beliau berpesan khususnya kepada pemerintah untuk memperhatikan nasib petani dengan cara membangun infra- struktur yang baik. Selain tentu saja pasar yang menjamin komoditas pertanian bisa terjual dengan harga yang stabil. Kalau itu tercapai, maka ketahanan pangan yang kita idamkan pasti dapat tercapai. Semoga..! (USR)*** Sarana belajar Keltan Binawarga, meliputi budidaya ikan air tawar, pembuatan pesnab, pengamatan agroekosistem sawah. (Foto: Ade Roni K) 34 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
GA MAU KALAH
T iga orang tengah terdiam menikmati kehangatan sauna, yaitu orang dari Amerika, Jepang dan Indonesia. Keheningan didalam ruangan sauna dipecahkan oleh bunyi, Bip,...bip,....bip... Orang Amerika membuka telapak tangan kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis ditelapak tangannya itu. Dua rekan se 'sauna' nya dengan kagum melihat tulisan yang muncul ditelapak tangan orang Amerika ter- sebut. "Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan chips, saya dapat langsung menerima pesan SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil ditelapak tangan saya,..." ujar si Amerika ketika melihat kedua rekannya bengong. Sesaat kemudian terdengar dering telepon, orang Jepang mengangkat tangan kanannya, jempol didekatkan ke telinga sedangkan jari kelingking kebibirnya, "Oh maaf, saya terima telepon dulu, tangan saya sudah berisi chips, saya dapat menerima dan berbicara melalui 2 jari saya tanpa menggunakan HP" kata si Jepang. Melihat semua itu, orang Indonesia mulai gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan untuk mengalahkan orang orang ini? pikirn- ya. Karena stress, keinginannya untuk buang air besar tidak tertahankan lagi. Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh bokongnya dengan kertas toilet, seuntai kertas toilet masih berjuntai di belahan bokongnya. Dengan keheranan orang Jepang dan orang Amerika menunjuk ke untaian kertas 'sisa' tsb dan berkata: "Kertas apa itu yang tergantung dibokong anda...?" "Oh maaf, saya baru terima Fax.." jawab orang Indonesia tersebut.(lokerseni)*** DIALOG TARZAN DAN MONYET
S uatu hari dihutan rimba, Monyet: "Tarzan..., kenapa sih engkau saja yang pakai celana? Kami semua tak pakai. Ada rahasia apa sih?. Tarzan: "Nggak ada rahasia-rahasian!" Monyet: "Kita kan berkawan baik. Masak sama kita saja ada rahasia?" Tarzan: "Aku bilang nggak ada..., ya nggak ada!" Monyet sungguh enggak puas dengan jawa- ban Tarzan. Jadi dia pun ajak kawan-kawan dia ke pondok Tarzan dan mengintai untuk mencari rahasia Tarzan. Seperti biasa, sebelum mandi Tarzan mesti buka celananya (itulah satunya celana dia). Begitu lihat Tarzan yang bugil monyet- monyet pun ketawa sampai sakit perut. Monyet berkata, "Pantesan saja dia pakai celana. Rupanya dia malu, sebab ekor dia ada di depan, pendek dan buntet lagi!!!" (www.lokerseni.web.id)*** Trio Macan sedang mandi, sambil berdendang lagu Iwak Peyek Nasi Jagung. (Foto: ceritalucu.blogspot.com) 35 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
_ DENGAN BUAH PI CUNG/KLUWEK P icung atawa Kluwak Dikenal sebagai bahan makanan populer di Indonesia , ternyata juga bisa sebagai bahan pestisida nabati. Orang Jawa menyebutnya kluwak atau kluwek. Orang Manado menyebutnya pangi. Bahasa botaninya disebut Pangium edule Reinw, dari famili Flacourtiaceae. Buah ini sering dipakai untuk bumbu masak, di antaranya untuk rawon. Selain untuk bumbu masakan ternyata buah picung/kluwek dapat juga dimanfaatkan untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorisa acuta) hama yang suka menghisap biji padi pada fase masak susu menyebabkan biji padi menjadi hampa. Bagaimana caranya? Nah berikut cara mengendalikan wa- lang sangit dengan buah picung caranya ada- lah dengan mengambil dan meremas bagian dalam kulit buah picung yang lunak sampai hancur , kemudian direndam air selama sehari semalam (24 jam). Hasil rendaman kulit buah picung tersebut disaring dan dilarutkan dalam 10 liter air untuk digunakan menyemprot walang sangit. Untuk memper- mudah penyemprotan dan menghemat, sebe- lumnya walang sangit dipancing untuk berkumpul dengan menggunakan bangkai kepiting atau keong mas yang diletakkan di pematang sekitar petakan sawah. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari saat walang sangit sudah terkumpul banyak. Pestisida nabati ini mudah terurai (Bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. Buah picung mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk).Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk ma- kanan bila telah direbus dan direndam ter- lebih dahulu. Selamat Mencoba! (BP)*** Buah picung mentah mengandung asamsianida dalam konsentrasi tinggi (Foto: Urip SR) Walang sangit hama padi yang menghisap bulir padi kabur oleh semprotan ekstrak buah picung (Foto: Internet) 36 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
T umbuhan yang tumbuh subur di hutan, ladang atau pekarangan ini tergolong menyukai pada tempat yang panas dan termasuk perdu yang me- manjat, serta bisa memiliki ketinggian hing- ga 2,5 meter. Dengan batang sebesar jari keling- king dan berbintil rapat, tumbuhan ini terke- nal memiliki rasa pahit yang teramat sangat. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa nenek moyang menggunakannya sebagai salah satu bahan obat. Berikut beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan tanaman ini.
RHEUMATIK
Bahannya : - 1 jari batang Brotowali - 3 gelas air - Madu secukupnya Cara membuatnya : Cuci sampai bersih dan potong-potong kemudian rebus hingga air tersisa sepa- ruhnya. Setelah dingin, saring dan tam- bahkan dengan Madu secukupnya. Minum sehari 3 kali masing-masing 1/2 gelas. Sumber: (http://ww.ramuantradisional.com)***
DIABETES Bahannya : - 2 genggam daun Sambiloto segar - 2 genggam daun Kumis Kucing segar - 3/4 jari batang Brotowali - 3 gelas air
Cara membuatnya : Cuci semua bahan dan potong-potong ba- tang Brotowali, rebus hingga air tersisa 2 gelas. Saring dan minum setelah makan, sehari 2 kali masing-masing segelas. Sumber: (http://ww.ramuantradisional.com)*** Tanaman Brotowali (Tinospora crispa L.Miers) sangat berkhasiat sebagai obat (Foto: Rachmadan.com) 37 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012
Kepada Yth. Pengasuh Klinik Tanaman Di. Tempat
Beberapa minggu yang lalu saya menanyakan mengenai Pupuk Hijau me- lalui inbox di facebook BBPOPT, namun belum ada balasan, saya memaklumi kesibukan bapak-bapak pengelola, akhirnya saya mengirim email via salah satu pegawai yang saya kenal, alhamdulilah jawaban cukup memuaskan dan saya berharap jawa- ban tersebut di sharing di Majalah Perama- lan OPT agar menambah pengetahuan bagi yang lain. Terima kasih.
Hormat saya Suwardi Mukhtar Desa Karang Talok Kec. Ampelgading - Pemalang
Jawab : Bapak Suwardi di Pemalang terima kasih atas atensinya terhadap semua bentuk publikasi BBPOPT baik cetak maupun digitalnya. Salam anda sudah kami sampaikan kepada pengasuh facebook BBPOPT. Pemanfaatan pupuk hijau dalam budidaya tana- man telah dilakukan petani sejak lama, namun keberadaannya mulai tersingkir sejak dimu- lainya kegiatan intensifikasi pertanian yang lebih banyak mengandalkan masukan energi tinggi yang tidak terbarukan seperti pupuk an-organic buatan pabrik. Penggunaan pupuk an-organik menjadi semakin meningkat seiring dengan ditemukann- ya varietas unggul baru yang sangat respon- sive terhadap pupuk tersebut. Penggunaan pupuk an-organic ini memang secara mening- katkan hasil pertanian. Namun disisi lain akibat penggunaan pupuk ini dalam jangka panjang telah menimbulkan permasalahan baru, yaitu penurunan derajat kesuburan tanah dan pence- maran lingkungan. 38 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Yang termasuk tanaman jenis pupuk hijau adalah orok-orok (Crotalaria juncea , C. lanceolata, C. ochraleuca dan C. retusa. Tana- man ini mudah tumbuh diberbagai jenis tanah dan iklim. Tinggi tanaman mencapai 3 meter, berbatang tegak, pertumbuhannya cepat, batang bercabang-cabang, berdaun tunggal berbentuk lonjong meruncing dengan panjang 4-10 cm, berbunga kuning panjang 2,5 cm, berbuah dalam bentuk polong ukuran 3 cm dan banyak mengandung N. Tanaman orok-orok seluas 1 hektar menghasilkan biomassa 15-25 ton yang mampu menambah unsure Nitrogen (N) maksimal mencapai 113 kg urea buatan pabrik. Cara Pemanfaatan Tanaman orok-orok bila akan di- manfaatkan sebagai pupuk tanaman benihnya ditanam baik di lahan tanaman utama atau di lahan kosong lainnya sekitar 1atau 2 bulan sebelum tanaman utama (padi, jagung, dll). Cara pemanfaatannya sebagai pupuk, sebagai berikut : Langsung direbahkan dan dibenamkan da- lam tanah, utamanya pada tanah sawah atau pengolahan tanahnya menggunakan traktor. Dicabut dan diletakkan pada alur-alur yang sudah disiapkan, kemudian ditimbun dengan tanah, utamanya tanah kering. Dicabut, dipotong-potong kecil, ditebarkan ke seluruh lahan lahan dan dinjak-injak. Dicabut, dihamparkan disekeliling tanaman pokok.
Nah, demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat, mari kita galakkan go-organik. Salam pedesaan. (Redaksi)***
Hal ini ditandai dengan tingkat produksi yang melandai (leveling off) di berbagai tempat. Sehingga harus dilakukan upaya untuk mengem- balikan kesuburan tanah dengan cara penggunaan pupuk organik. Pupuk organik diketahui sebagai pembenah tanah yang lebih baik dibanding pupuk an-organik. Pupuk hijau sebagai salah satu jenis pupuk organik dapat digunakan sebagai pem- benah tanah. Penyebutan pupuk hijau karena yang dimanfaatkan adalah hijauan, yaitu bagian- bagian seperti daun, tangkai dan batang tanaman tertentu yang masih muda. Tanaman yang dikategorikan pupuk hijau adalah tanaman yang berasosiasi dengan bakteri penambat N di perakaran. Pada umumnya tanaman Leguminoceae (polong- polongan). Adapun manfaat Pupuk Hijau sbb: 1 Sumber bahan organic, pupuk hijau ber- peran dalam membangun dan memper- tahankan kandungan bahan organik da kesuburan tanah. Bahan organik akan mendorong kehidupan mikroorganisme pengurai maupun penambat Nitrogen, mencegah pencucian unsur hara dan sebagai pemasok hara Nitrogen (N), sulfur (S), dan posphat (P). 2 Sumber Nitrogen (N), melalui asosiasi bakteri penambat N pada bintil-bintil akar, akan meningkatkan hara N dalam tanah, sehingga dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan N bagi tanaman budidaya. 3 Memperbaiki daur hara dan konservasi tanah. Tanaman pupuk hijau yang be- rakar dalam dapat membantu menaikkan kembali hara yang telah tercuci kelapisan di Pemakaian pupuk hijau orok-orok bisa langsung dipotong- potong kecil, ditebarkan ke seluruh lahan dan dinjak-injak atau dihamparkan sekeliling tanaman budidaya. (Foto: Internet) 39 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012 Seputar K ehidupan dan GERAKAN MELAWAN HA- MA WERENG COKLAT 40 BULETIN PERAMALAN OPT Vol.11, No.1, April 2012