You are on page 1of 40

1

BULETIN PERAMALAN OPT


Vol.11, No.1, April 2012
2
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

_ Media Komunikasi Masyarakat
Perlindungan

PELINDUNG
Sesditjen Tanaman Pangan

PENANGGUNG JAWAB
Kepala BBPOPT

PIMPINAN REDAKSI
Kabid
Pelayanan Teknik Informasi
Dan Dokumentasi

WK.PIMPINAN REDAKSI
Kasi Informasi dan
Dokumentasi

REDAKTUR PELAKSANA
Sarsito Wahono Gaib Subroto
Firdaus Natanegara
Baskoro Sugeng Wibowo
Elwidar Is
Antulat Taufiqurahman
Edi Suwardiwijaya
Urip Slamet Riyadi

STAF REDAKSI
Dulhalim

DOKUMENTASI &GRAFIS
uripsr@ymail.com
SIRKULASI
Eri Budiyanto
ALAMAT REDAKSI
J l. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 J atisari
Karawang - J awa Barat (41374)
Telp/Fax: (0264) 360581
E-mail: peramal_hama@hotmail.com
http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id
<
Catatan
S
ebuah email mampir ke kotak surat elektronik
bbpopt@gmail.com pada bulan Februari
2011. Pengirimnya ialah Prof. Yunita T.
Winarto, guru besar Antropologi UI. Berangkat dari
keprihatinan beliau terhadap maraknya serangan hama
wereng batang coklat dua tahun terakhir ini. Yunita T.
Winarto adalah seorang antropolog dari Fakultas Ilmu
Sosial-Ilmu Politik Universitas Indonesia yang pada
tahun 1990 1992 pernah melakukan penelitian
tentang pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengendalian
Hama Terpadu di Subang (Ciasem), dan beberapa kali
mengikuti kegiatan pelatihan bagi pemandu di Sentra
PHPTPH (sekarang BBPOPT Jatisari). Beliau bersama
Tim Peneliti dari Antropologi (FISIP) dan Biologi
(FMIPA) Universitas Indonesia bekerja sama dengan
antropolog dari The Australian National University,
Prof. James J. Fox (salah seorang penggagas Program
Nasional Pengendalian Hama Terpadu di Indonesia)
pada akhir tahun 1980-an tengah melakukan
pemantauan hal serangan hama wereng batang coklat
dan penyakit di berbagai wilayah di Pulau Jawa
selama 2 tahun terakhir. Menurut beliau, cukup mem-
prihatinkan kondisi ini setelah dua puluh dua tahun
program PHT di laksanakan di Indonesia. Kepri-
hatinan beliau akhirnya tertuang dalam film doku-
menter berdurasi kurang lebih 30 menit yang memba-
has bioekologi dan karakteristik wereng batang coklat
berikut pengendalian hayati yang dilakukan petani.
Sengaja catatan Redaksi mengangkat kompilasi
Video Dokumenter serangan WBC dan pengendali-
annya menjadi info khusus dalam edisi kali ini.
(USR)***
3
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
:
Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke
alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima
kiriman naskah dengan panjang maksimum3 halaman kuarto dengan spasi 1,5,
termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa
mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya.
Alamat Redaksi: Buletin Peramalan
J l. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 J atisariKarawang, J awa Barat (41374)
Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: peramal_hama@hotmail.com,
bbpopt@gmail.com, Website http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id
Kepada Redaksi Majalah Peramalan OPT
Di Tempat (send via Inbox Facebook)

Salam,
Apakah yang dimaksud dengan agens hayati
Trichoderma sp, dan Gliocladiumsp. Mohon pen-
jelasannya Trima kasih!

Moh. Faiq
Pekalongan, J awa Tengah

Jawab:
Agens Hayati (AH) Trichoderma sp. dan Gliocladium
sp. telah banyak dikembangkan saat ini. Cendawan
Trichoderma sp, efektif pada tanah masam.
Cendawan ini sangat menyukai bahan yang banyak
mengandung selulosa, seperti sisa-sisa tanaman.
Trichoderma sp aktif menyerang penyakit Rhi-
zoctonia solani dan Phytiumsp.
Sedangkan Gliocladiumsp. bersifat antagonis ter-
hadap beberapa pathogen tular tanah seperti -
Fusariumsp. dan Sclerotiumrolfsii dengan cara kerja
parasitisme, kompetisi, dan antibiosis.
Cara aplikasi:
Cendawan Gliocladiumsp, dapat diaplikasikan me-
lalui tanah dan melalui perlakuan benih. Cendawan
Trichoderma sp diaplikasikan dengan kompos ke
tanah.
Demikian jawabannya semoga puas, untuk
cara perbanyakannya anda bisa download brosur-
brosur tersebut di website BBPOPT, silahkan klik
http://bbpopt.tanamanpangan.deptan.go.id
Salam kembali!!!

1 CATATAN REDAKSI
2 SURAT PEMBACA
3 INFO PERAMALAN
9 REPORTASE
11 TIPS
12 KLIPING BERITA
15 HOT NEWS
18 FOKUS (INFO KHUSUS)
22 TEKNOLOGI PERLINTAN
24 TOPIK UTAMA
28 MIMBAR PROTEKSI
31 PROFIL PETANI
33 INTERMEZZO
34 KOLOM NABATI
35 RESEP TRADISIONAL
36 KLINIK TANAMAN
38 SKETSA
J udul Cover: TanamMK.2012
Foto : Urip SR
Lokasi: Kec. Sumber Cirebon.
4
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2011 dan MT. 2011/2012 serta Prakiraan luas
Serangan MT. 2012 di Indonesia.
No. OPT KLTS
MT. 2011
(ha)
KLTS
MT. 2011/12
(ha)
Prakiraan
MT. 2012
(ha)
Minimum Rerata Maksimum
1 PBP 73.733 57.875 44.771 51.404 59.020
2 WBC 172.458 11.351 7.515 9.907 13.060
3 TIKUS 87.366 54.300 49.639 56.993 65.437
4 TUNGRO 7.177 4.994 2.962 3.644 4.483
5 BLAS 9.170 31.383 3.525 4.238 5.095
6 BLB 46.731 43.719 16.542 18.993 21.807
Jumlah 396.604 203.622 124.955 145.179 168.902

P
rakiraan serangan kompleks OPT utama padi di Indonesia pada
MK.2012 diperkirakan maksimum mencapai sebesar 168.902
hektar. Prakiraan luas serangan tertinggi untuk Tikus mencapai
luas 65.437 hektar menyusul hama Penggerek Batang Padi mencapai
59.020 hektar dan Wereng Batang Coklat mencapai 13.060 hektar.
Untuk penyakit, ramalan serangan tertinggi adalah BLB seluas 21.807
hektar menyusul Blas 5.095 hektar dan Tungro 4.483 hektar. Secara
rinci ramalan serangan OPT utama padi dapat dilihat pada
tabel 1 berikut:
Oleh : Ulfah Nuzulullia, Dwitya Rizqillah Gabriel, Suwarman
Secara global angka prakiraan MK.
2012 ini menurun dibandingkan dari angka
ramalan MH. 2011/2012.
Kenyataan dilapang menunjukkan bahwa
kondisi agroklimat sangat berpengaruh ter-
hadap turun naiknya serangan OPT utama
tanaman padi, terutama di Pulau Jawa, Bali
dan Sumatra.
5
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Prakiraan serangan OPT utama pada
tanaman padi MK. 2012 di masing-masing
Propinsi secara lengkap disajikan pada tabel
2. Secara singkat dapat diuraikan sebagai
berikut:
Prakiraan Serangan Penggerek Batang
Padi
Prakiraan serangan penggerek batang
padi tertinggi terdapat di 3 (tiga) propinsi
yaitu Jawa Barat mencapai luas maksimum
14.536 ha, diikuti Jawa Tengah mencapai
10.127 ha, dan Sulawesi Selatan 4.526 ha.
Prakiraan Serangan Wereng Batang Coklat
Serangan wereng batang coklat
tertinggi diprakirakan akan terjadi di
Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Banten. Di Jawa Timur serangan WBC di-
perkirakan mencapai luas maksimum 5.524
Ha, Jawa Tengah seluas 3.166 ha, dan
Banten 1.094 ha.
Prakiraan Serangan Tikus
Serangan tikus tertinggi
diprakirakan akan terjadi di
3 (tiga) propinsi yaitu di Ja-
wa Barat, Jawa Tengah, dan
Sulawesi Selatan. Di Jawa
Barat diprakirakan akan
mencapai luas maksimum 13.556 ha, di Jawa
Tengah mencapai luas 11.239 ha, sedangkan
di Sulawesi Selatan mencapai luas 7.043
hektar.
Prakiraan Serangan BLB/Kresek
Tiga propinsi yang diprakirakan se
rangan penyakit BLBnya tinggi adalah pro-
pinsi Jawa Timur dengan luas serangan
maksimum 4.874 ha, Jawa Tengah
4.383 ha, dan Jawa Barat seluas 3.854
hektar.
Prakiraan Serangan Blas
Serangan penyakit blas yang tinggi
akan terjadi di 3 (tiga) propinsi, yaitu pro-
pinsi Jawa Timur dengan luas maksimum
1.098 ha, Jawa Tengah seluas 587 ha, dan
Jawa Barat seluas 552 hektar.
Prakiraan Serangan Tungro
Prakiraan serangan penyakit tungro
tertinggi akan terjadi di Propinsi Jawa Bar-
at, Jawa Timur, dan Bali. Di Jawa Barat
diprakirakan akan mencapai luas maksi-
mum 715 ha, di Jawa Timur mencapai
luas maksimum 641 ha, dan di Bali men-
capai luas 605 hektar.
6
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
No. Propinsi PBP
(ha)
WBC
(ha
TIKUS
(ha)
TUNGRO
(ha)
BLB
(ha)
BLAS
(ha)
1 Pem ACEH 3.217 14 6.576 2 263 227
2 Sumatra Utara 396 54 722 69 840 204
3 Sumatra Barat 39 36 596 243 45 77
4 Riau 280 9 276 5 215 84
5 Jambi 184 19 144 2 51 25
6 Sumatra Selatan 1.346 165 1.644 44 506 142
7 Bengkulu 320 12 566 112 153 75
8 Lampung 2.798 179 2.897 43 848 513
9 Kep. Babel 2 7 3 2 7 2
10 Kep. Riau 2 2 3 2 7 2
11 DKI Jakarta 69 7 3 2 89 2
12 Jawa Barat 14.536 761 13.556 715 3.854 552
13 Jawa Tengah 10.127 3.166 11.239 582 4.383 587
14 DI Jogjakarta 1.404 726 1.061 155 675 106
15 Jawa Timur 3.916 5.524 6.378 641 4.874 1.098
16 Banten 3.003 1.094 2.142 308 749 47
17 Bali 325 485 819 605 471 196
18 NTB 943 60 187 234 897 304
19 NTT 3.172 155 597 352 1.112 82
20 KALBAR 683 29 829 12 7 64
21 KALTENG 479 2 671 2 54 28
22 KALSEL 65 62 279 40 7 22
23 KALTIM 305 4 527 3 24 73
24 SULUT 658 4 274 68 164 34
25 SULTENG 1.654 344 823 45 295 12
26 SULSEL 4.526 88 7.043 95 581 234
27 SULTRA 1.883 13 3.496 21 88 207
28 GORONTALO 544 2 434 2 231 2
29 SULBAR 1.062 6 1.132 14 208 7
30 MALUKU 517 5 129 2 42 20
31 Maluku Utara 157 2 67 14 3 7
32 Papua Barat 310 22 200 7 2 7
33 PAPUA 100 4 123 42 61 55
Jumlah 59.020 13.060 65.437 4.483 5.095 21.807
Tabel 2. Prakiraan Maksimum OPT Utama Padi MK.2012
menurut Propinsi di Indonesia
7
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI
PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT
PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
8
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS
PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO
PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
9
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS
PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLB
PADA MK.2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA
10
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
&
S
aat ini jagung memiliki nilai strategis dan ekonomis yang sangat tinggi baik bagi
Indonesia maupun dunia. Sampai saat ini, jagung masih menjadi makanan pokok di
sejumlah daerah di Indonesia. Demikian pula, jagung merupakan bahan baku utama
untuk pakan ternak yang menyumbangkan lebih dari 50% kebutuhan untuk ternak..
Dari sisi nilai ekonomis, jagung juga merupakan komoditas yang nilai ekonomisnya
terus meningkat, sehingga sangat efektif untuk meningkatkan pendapatan petani,
masyarakat dan menggerakkan ekonomi lokal. Dewasa ini permintaan jagung dunia terus
meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan jagung untuk pangan, pakan, dan bahan
baku energi. Kondisi ini telah mendorong harga jagung terus meningkat dan tentunya akan
menguntungkan bagi petani. Akhir-akhir ini harga jagung dunia bahkan menunjukkan
peningkatan yang signifikan, sehingga dengan mengembangkan agribisnis jagung, pendapa-
tan masyarakat akan lebih meningkat, daya beli masyarakat akan lebih meningkat, dan pa-
da akhirnya dapat menggerakkan ekonomi daerah.
Saat ini, Indonesia harus mengandal-
kan produksi jagung dalam negeri karena
Negara-negara penghasil dan pengekspor
jagung seperti Amerika dan Cina sudah
mengurangi ekspor jagungnya, hal ini
disebabkan produksi jagung mereka di-
manfaatkan di dalam negeri sendiri. Oleh
karena itu pengembangan jagung dalam skala
regional penting dilakukan, apalagi melihat
potensi lahan di wilayah Jawa Barat sangat
luas dan menjanjikan. Melihat fakta ini, ka-
mi dari Pemerintah Pusat akan ikut serta
mendorong dan mendukung kegiatan
pengembangan agribisnis jagung di
Kabupaten Ciamis. Dalam program kerja
Kementerian Pertanian 2010 2014, telah
ditetapkan bahwa beras dan jagung ditarget-
kan swasembada -
berkelanjutan dan memanfaatkan peluang
ekspor, sedangkan kedelai mencapai
swasembada pada tahun 2014. Untuk
mencapai target tersebut, maka produksi
padi dalam 5 (lima) tahun kedepan, di-
targetkan meningkat 5 (lima) persen, ja-
gung 10,02 % dan kedelai 20,5 % per-
tahun.
Sasaran produksi 3 (tiga) komoditas
utama tanaman pangan tahun 2011 adalah
sebagai berikut : padi 70,6 juta ton GKG,
jagung 22 juta ton pipilan kering dan
kedelai 1,5 juta ton biji kering. Sedangkan
sasaran produksi di tahun 2012, padi
sebesar 72 juta ton GKG, jagung 24 juta
ton pipilan kering, dan kedelai 1,9 juta ton
biji kering.

11
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Diharapkan dengan strategi ini,
sasaran utama pembangunan pertanian dapat
tercapai, yaitu : 1) Pencapaian swasembada
dan swasembada pangan berkelanjutan, 2)
Peningkatan diversifikasi pangan berke-
lanjutan, 3) Peningkatan Diversifikasi Pan-
gan, 4) Peningkatan nilai tambah, daya
saing dan ekspor, dan 5) Peningkatan kese-
jahteraan petani.
Dalam sambutannya Dirjen TP yang
diwakili oleh Kepala Balai Besar Peramalan
OPT mengemukakan bahwa khusus
pengembangan komoditas jagung,
Pemerintah menerapkan pendekatan
pengembangan agribisnis dan pola
kemitraan. Dalam konsep agribisnis ini,
seluruh pemangku kepentingan akan
dilibatkan secara terkoordinasi dan terpadu
dari hulu hingga hilir sehingga nilai tambah
produksi dapat dinikmati secara maksimal
oleh petani, seperti yang sudah dil-
aksanakan Pemerintah Kabupaten Ciamis
dengan pengusaha poultry soup yang ber-
basis jagung. Atas dasar pola kemitraan ini,
maka pemangku kepentingan ini diharapkan
akan menghasilkan satu system rantai
pasokan (supply chain management) yang
efektif. Saya mengusulkan, Pemerintah Ka-
bupaten secara aktif menggerakkan dan
mengundang para pemangku kepentingan
untuk secara bersama-sama membangun
pola kemitraan agribisnis jagung.
Demikian pula saya mengaharapkan
dukungan seluruh lapisan masyarakat
terhadap program kemitraan ini agar dapat
berjalan dengan optimal dan berkelanjutan.
Dukungan Kementerian Pertanian untuk
pengembangan agribisnis jagung di Provinsi
Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Ciamis
juga akan dilakukan melalui jalur
keprograman. Untuk meningkatkan
kapasitas dan adopsi teknologi budidaya
jagung, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan akan melaksanakan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
Hamparan jagung dilereng bukit Cariang Girang,
Baregbeg, Kabupaten Ciamis (Foto: Urip SR)
Bantuan stimulant untuk pembinaan kepada kelompok tani
yang diterima secara simbolik olek ketua kelompok disaksi-
kan Bupati Ciamis (Foto: Urip SR)
Panen jagung secara simbolik dilakukan oleh Dirjen TP
bersama Bupati Ciamis mengawali pembukaan acara
panen raya jagung di Kab. Ciamis (Foto: Urip SR)
12
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Melalui SL-PTT, secara bertahap
seluruh petani di Kabupaten Ciamis akan
dibekali pengetahuan dan ketrampilan
mengenai cara budidaya tanaman jagung
yang sehat, sehingga mencapai potensi
produktivitasnya. Tahun 2011 program
SL-PTT Padi Non Hibrida seluas 12.000
hektar, padi hibrida seluas 70 hektar, padi
lahan kering seluas 3.125 hektar dan jagung
hibrida seluas 750 hektar, selain itu,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga
akan mendukung perluasan areal tanam
melalui program bantuan benih dari kegiatan
optimasi perluasan tanam jagung dan Ca-
dangan Benih Nasional (CBN) serta akan
memfasilitasi pengembangan pasca panen
jagung agar kabupaten Ciamis dapat
menghasilkan jagung yang memenuhi
standar kualitas serta fasilitasi yang
dibutuhkan pasar serta mengurangi ke-
hilangan hasil.
Disamping itu, melalui Direktorat Jenderal
Tanaman Prasarana dan Sarana Pertanian,
Pemerintah akan membantu pengembangan
prasarana irigasi, bantuan pupuk,
perkreditan/pembiayaan. Demikian pula
Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian akan kita dorong
mendukung dari sisi pemasaran hasil.
Untuk membangun sinergi antara
Kementerian Pertanian dan Pemerintah
Kabupaten Ciamis, kiranya dapat pula
mengalokasikan pembiayaan dari APBD
Propinsi dan Kabupaten untuk mendampingi
program/kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Kementerian Pertanian yang
dialokasikan pada daerah ini.
Dukungan Kementerian Pertanian yang
dialokasikan pada daerah ini.
Dukungan Kementerian Pertanian terhadap
pengembangan agribisnis jagung di
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu
bentuk apresiasi Pemerintah Pusat atas
kinerja positif Pemerintah Kabupaten
Ciamis untuk ikut serta mendukung
pencapaian sasaran produksi nasional di
sektor pertanian dan ketahanan pangan.

Konsep kemitraan pengembangan agribisnis
jagung di Ciamis ini diharapkan akan dijadi-
kan sebagai sebuah model pengembangan
agribisnis jagung secara terpadu. Model ini
nantinya akan direplikasikan ke daerah lain
dan Kabupaten Ciamis akan dijadikan
sebagai daerah percontohan.
Sejumlah teladan yang diharapkan dapat di-
petik dari Kabupaten Ciamis antara lain :
Keterpaduan dan keterlibatan seluruh
pemangku kepentingan dalam meng-
gerakkan program dan berperan sesuai
kemampuan dan porsinya. Kemampuan
pemerintah kabupaten untuk menggerak-
kan petani dan sektor swasta dari hulu
hingga hilir akan menjadi contoh dalam
pengembangan agribisnis komoditas lain
dan di kawasan lain.
Pemilihan pengembangan komoditas
unggulan strategis sebagai model untuk
percepatan strategis sebagai model untuk
percepatan strategi pengentasan kemiski-
nan, peningkatan kesejahteraan dan
menggerakkan ekonomi local khususnya
di daerah tertinggal.
Pada waktu yang akan datang, pimpinan
daerah lainnya akan kita dorong untuk
berkunjung guna mempelajari dan me-
metik pengalaman dari Kabupaten
Ciamis.
(BP)***
Penanaman pohon persahabatan dilakukan oleh yang
mewakili Dirjen TP dan Bupati Ciamis disaksikan oleh
Muspida setempat, penanaman berupa pohon Manggis
(Mangostana garcinia) di lereng bukit diharapkan sebagai
penangkal erosi (Foto: Urip SR)
13
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

A
ktor sejati produksi pangan adalah petani, peternak, pembudidaya ikan dan
nelayan. Mereka juga tulang punggung swasembada pangan tanah air. Pening-
katan produksi pangan mustahil tercapai tanpa kontribusi para aktor itu. Indikasi
pencapaian ketahanan pangan adalah akses secara fisik dan finansial semua lapisan
masyarakat terhadap sumber pangan. Akses itu bukan sekedar untuk kelangsungan hidup,
tapi juga untuk kesehatan dan produktifitas. Konsisten dengan ketersediaan akses itu, pem-
bangunan pertanian harus berorientasi pemenuhan kebutuhan pasar domestik.
Kemandirian pemenuhan kebutuhan
pangan domestik menjadi modal dasar me-
nangkal dampak krisis global. Masalahnya,
tuntutan masyarakat senantiasa berubah.
Dulu orang memelihara ayam selama ber-
bulan-bulan untuk dipotong saat hari raya,
sekarang ayam potong Cuma perlu beberapa
pekan sejak telur menetas sampai siap
potong. Peran teknologi bakal nyata kalau
digunakan dalam produksi barang atau jasa
untuk perbaikan kehidupan.
Salah satu faktor untuk memperbaiki
kehidupan adalah penyediaan pangan dalam
jumlah dan gizi cukup, aman, sesuai selera
pasar, serta terjangkau secara fisik dan
ekonomi oleh semua lapisan. Agar mudah
diterapkan, pengembangan teknologi harus
mengenali calon penguna potensial. Dalam
konteks pangan, calon pengguna primer
teknologi adalah aktor produksi pangan.
Dibawahnya pengguna teknologi tingkat
sekunder adalah pengolah bahan segar
menjadi produk olahan. Namun, kebutuhan
dan persoalan nyata yang dihadapi calon
pengguna harus dipahami supaya solusi
teknologi yang ditawarkan tidak sia-sia.
Perlu pemahaman komprehensif agar
teknologi yang ditawarkan sesuai kapasitas
pemahaman calon pengguna sehingga
teknologi bisa langsung diadopsi.
Salah satu hambatan pencapaian
ketahanan pangan adalah minimnya
kontribusi teknologi. Hal itu terutama
disebabkan teknologi yang berkembang
tidak menjawab kebutuhan dan persoalan
nyata pengguna atau tidak sesuai kapasitas
adopsi inovasi oleh pengguna. Akibatnya
banyak teknologi pertanian yang diperkenal-
kan sia-sia lantaran pengguna tidak
mengadopsi inovasi itu.
14
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Hambatan paling umum seringkali bukan
kendala teknis, tapi lebih karena faktor
biaya. Kebanyakan teknologi modern
mensyaratkan biaya tinggi dalam
operasionalnya. Tantangan terbesar yang
menghadang pengembangan teknologi saat
ini adalah menciptakan teknologi yang
efisien, menguntungkan, tapi tetap rendah
biaya.
Sebenarnya hanya perlu melakukan
pendekatan berbasis pengguna untuk
menentukan teknologi yang tepat. Pasalnya,
kebanyakan permasalahan yang muncul
sebenarnya sederhana. Persoalan yang
muncul itu-itu saja : kekurangan air pada
musim kemarau, serangan hama, atau
penyimpanan produk pascapanen.
Permasalahan ditingkat pengguna
sebenarnya sederhana, tidak perlu teknologi
tinggi berbiaya tinggi.
Sayang, terdapat jurang lebar antara
preferensi pengembang teknologi dan
penggunanya dilapangan. Banyak pengem-
bangan teknologi merasa punya prestise
lebih kalau menggeluti teknologi mutakhir
meski diimpor dari negara yang punya kon-
disi agroklimat berbeda. Akhirnya saat
digunakan, teknologi berbiaya tinggi itu cu-
ma teronggok jadi tontonan.
Lebih parah lagi sebagian periset dan akade-
misi lebih sibuk meriset sesuai keinginan
sendiri, bukan berangkat dari persoalan riil
di lapangan. Akibatnya banyak riset han-
ya berujung pada laporan yang fungsinya
sekedar pertanggungjawaban keuangan.
Jika budaya periset dan akademisi seperti
itu, mana mungkin teknologi berkontribusi
positif pada pencapaian ketahanan pan-
gan?
Untuk itu, teknologi pertanian yang
dikembangkan mesti sesuai pengguna.
Teknologi itu mesti dinamis sehingga selalu
bisa menjawab tantangan yang berkembang.
Kalau saat ini menggunakan teknologi
sederhana, maka harus ada kemungkinan
menggandengkannya dengan teknologi ma-
ju.
Banyak pengembangan teknologi merasa punya prestise
lebih kalau menggeluti teknologi mutakhir meski diimpor
dari negara yang punya kondisi agroklimat berbeda.
Akhirnya saat digunakan, teknologi berbiaya tinggi itu cu-
ma teronggok jadi tontonan. (Foto: Urip SR)
15
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
FPT sektor peternakan merosot dari 3,08%
menjadi 2,41% itu kontras di Vietnam, yang
pada periode sama FPT negatif menyatakan
nominal peningkatan hasil tidak setara nom-
inal teknologi baru yang digunakan.
Saat ini kegiatan periset dan akade-
misi lebih banyak bersifat curiousity driven
research (CDR) alias riset berdasarkan
keingintahuan peneliti. Padahal yang diper-
lukan adalah goal oriented research (GOR)
atau riset yang bermuara penemuan untuk
memenuhi kebutuhan. Seha-
rusnyanya riset untuk pengembangan ilmu
pengetahuan tidak terpisah dengan riset un-
tuk menjawab persoalan riil di masyarakat.
Dengan demikian pengetahuan dari riset
bisa menjadi modal dasar menciptakan
teknologi tepat guna untuk menjawab per-
soalan di lapangan.
Itu artinya riset akademik, meski
tidak langsung menjawab persoalan, harus-
menjadi pijakan bagi riset selanjutnya yang
lebih mengarah pada solusi akhir. Untuk itu
perlu kepedulian dan sensitivitas periset dan
akademisi terlepas dari bidang masing-
masing terhadap persoalan nyata di sektor
pertanian dan peternakan. Dunia akademik
tidak bisa berpangku tangan berdiam diri,
terisolir dari dunia nyata, dan menjadi
menara gading. Riset yang berorientasi
menjawab persoalan riil pun mempunyai
bobot akademi tinggi, asal konsisten dan
sesuai metodologi riset baku.
(Benyamin Lakitan Trubus Juli 2010)***
Contoh mudah, teknologi bajak
sawah. Dulu ditarik sapi, nantinya bisa
ditarik traktor tangan. Selanjutnya bisa
menggunakan apa lagi, tergantung perkem-
bangan kebutuhan dan teknologi. Kenapa
harus berangkat dari pengguna? Teknologi
maju dibidang pangan belum tentu lebih
baik bagi pengguna primer. Selain biaya
operasional tinggi, dapat pula menyebabkan
ketergantungan. Ambil contoh padi hibrida
yang potensi hasilnya melebihi 10 ton per
hektar. Namun, benihnya hanya bisa dibuat
produsen benih. Akibatnya kegiatan tanam
petani tergantung pada penyedia benih,
Dampak lebih jauh, muncul produsen benih
palsu yang cuma mencari keuntungan sesaat.
Ujung-ujungnya petani hanya menjadi
korban.
Merosot
Pada 2008, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian Pertanian
mempublikasikan data kontribusi teknologi
terhadap produktifitas pertanian nasional.
Pada padi, kontribusi teknologi berhasil
meningkatkan hasil panen hingga 0,75 ton
gabah kering giling per hektar. Pada sektor
peternakan tercatat peningkatan hasil domba
komposit 17 kg per ekor per tahun dan
peningkatan produksi telur itik 219 butir
per ekor per tahun. Namun, angka itu tidak
menggambarkan apakah peningkatan
disebabkan oleh kontribusi teknologi atau
faktor lain.
Untuk memperoleh data akurat
peran teknologi terhadap hasil dilakukan
dengan menghitung faktor produktifitas total
(FPT). Prinsipnya, FPT mengukur total
produksi yang dihasilkan komponen
nonmateri seperti teknologi, ide dan
pemikiran, atau konsultasi. Nilai FPT di-
peroleh setelah mengeluarkan kontribusi
komponen materi seperti investasi modal
atau tenaga kerja.
Study Avila dan Evenson pada 2004
terhadap Negara-Negara Asia mendapati
FPT tanaman pangan Indonesia merosot dari
3,95 % pada periode 1961 - 1980 menjadi
0,78% pada periode 1980 - 2000 menjadi
0,78% pada periode sama,
Teknologi pertanian yang dikembangkan seharusnya
sesuai kebutuhan pengguna (Foto: Repro)
16
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

B
eberapa pekan di media cetak maupun digital hewan ini (baca: Tomcat) menjadi
buah bibir masyarakat di Jawa Timur maupun di Jawa Tengah akibat racun yang
ditimbulkannya. Apabila merasa terancam sebagai bentuk pertahanan diri maka
tomcat ini akan mengeluarkan cairan hemolimfe yang berisi zat paederin (C25H45O9N)
suatu zat iritan yang kuat yang dapat menimbulkan reaksi gatal dan rasa terbakar, eritema.
Mengingat akibat yang ditimbulkannya cukup mengkwatirkan maka kita harus mengenal
lebih dekat si Tomcat ini, agar kita bisa menghadapi wabah ini dengan bijaksana.
Dinamakan Tomcat karena serangga ini bentuk badannya mirip pesawat tempur buatan
USA Tomcat (F14). Disebut juga Rove Beetle atau Kumbang penjelajah/pengelana karena
aktif berjalan-jalan di habitatnya (sawah). Serangga ini apabila merasa terusik akan
menaikkan bagian abdomen sehingga nampak seperti kalajengking.
Secara ilmiah serangga ini di klasifikasi sebagai Ordo Coleoptera, family staphylinidae,
genus Paederus, species fuscipes.
Sebagai alinea pembuka pada tulisan ini ka-
mi akan mengingatkan kembali akan pent-
ingnya pendidikan lingkungan hidup (PLH).
Menurut Horn dalam Saveland (1976): PLH
adalah suatu proses pengenalan nilai
dan konsep dalam usaha mengembangkan
sikap dan ketrampilan untuk memahami
dan menghargai hubungan timbal balik an-
tara manusia dengan kebudayaan dan
lingkungan biofisiknya.
Oleh karena PLH ini adalah suatu proses,
maka yang terutama menjadi fokusnya ada-
lah belajar bagaimana memecahkan dan
mencegah masalah-masalah lingkungan
hidup secara efektif.
Dengan kata lain PLH adalah suatu proses
pengenalan nilai dan konsep dalam usaha
mengembangkan sikap dan ketrampilan
untuk memahami dan menghargai
ekosistem, dimana manusia itu tinggal,
misal di kota, desa, hutan, gunung dan se-
bagainya.
Berangkat dari definisi tersebut diat-
as maka mewabahnya tomcat ini harus
disikapi dengan pendekatan ekosistem.
Merebaknya si Tomcat ke pemukiman
penduduk disinyalir karena rusaknya habitat
yang disebabkan alih fungsi lahan sawah
menjadi pemukiman (real estate) sehingga
persediaan pakan serangga di sawah berku-
17
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Beralihnya fungsi lahan dan
pemakaian pestisida yang kurang bijaksana
menyebabkan Tomcat berekspansi ke pem-
ukiman. Pestisida antara lain digunakan
petani untuk mengendalikan hama tanaman.
Penggunaan pestisida oleh petani semakin
berlebihan karena pemilihan jenis dan cara
aplikasi yang kurang efektif dan efisien se-
hingga manfaat yang diperoleh petani se-
makin menurun (Untung, 1996).
Serangan hama antara lain disebabkan
terganggunya keseimbangan populasi
organisme pada jenjang populasi tertentu.
Penyebabnya adalah faktor lingkungan dan
juga faktor di dalam populasi sendiri, yang
mengendalikan perkembangan populasi terse-
but (Sosromarsono & Untung, 2006). Salah
satu faktor lingkungan yang mengendalikan
populasi hama adalah musuh alami baik beru-
pa predator, parasitoid, maupun patogen.
Musuh alami dikenal sebagai faktor pengatur
dan pengendali populasi serangga hama yang
efektif karena sifat pengaturannya yang
tergantung kepadatan populasi (Untung,1996).
Ciri-ciri predator yang unggul adalah
mampu memangsa dan tanggap terhadap
peningkatan populasi mangsa (Taulu, 2001).
Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staph-
ylinidae) merupakan salah satu predator yang
sering ditemukan pada tanaman padi maupun
tanaman palawija lainnya.

Karakteristik Biologi
Paederus fuscipes Curt.

Siklus hidup P. fuscipes berkisar antara 18 -
38 hari, lama hidup imago 19 - 46 hari, stadia
telur adalah 4 7 hari, larva instar-1 selama 4
-5 hari, instar-2 selama 6-9 hari, pra pupa
selama 2-3 hari, dan pupa 3-5 hari.
Jumlah telur yang dihasilkan imago betina
P. fuscipes, berkisar antara 18-28 butir.
Menurut Claussen (1972), jumlah telur yang
dihasilkan oleh seekor betina berkisar antara
20-30 butir. Rata-rata peletakan telur tiap
betina adalah 23,7 butir telur dan rata-rata te-
lur yang menetas adalah 19,8 butir telur,
dengan persentase penetasan telur 84%.

Imago P.fuscipes sering berada di atas
permukaan tanah atau pada bagian-bagian
tersulit pada tanaman dengan berjalan
melalui dahan atau batang daun kemudian
mencari mangsa pada daun atau tajuk-
tajuk tanaman. Berhubungan dengan
kegiatannya dalam mencari mangsa dan
mobilitas yang sangat tinggi, serta
ditunjang dengan bentuk tubuh yang
cenderung pipih, P. fuscipes dapat
bergerak dengan lincah pada tempat-
tempat yang sempit, atau menyebar pada
permukaan tanah yang luas dan mencari
makanan pada tempat lain apabila pada
tanaman utama tidak ditemukan mangsa.
Pada tanaman kedelai P.fuscipes biasa
memangsa nimfa kutu kebul (Bemicia
tabaci) kecepatan memangsa terhadap
nimfa kutu kebul berkisar 0,83-8,17
nimfa per jam pada siang hari, dan 0,75-
8,00 nimfa per jam pada malam hari
(Jurnal Agrikultura, 2009 hal.204).
Sedangkan kemampuan memangsa imago
P. fuscipes terhadap wereng batang coklat
(Nilaparvata lugens) adalah sekitar 3,58
nimfa per hari, selain itu diketahui sangat
potensial sebagai musuh alami terhadap
hama putih palsu, nimfa wereng daun
hijau, dan wereng punggung putih
(BBPOPT,1992).
Kemampuan memangsa P.fuscipes
terhadap hama perusak daun/polong
kedelai diketahui sangat efektif (Winasa
W, D.Hindayana dan S. Santoso, 1999).

18
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Pelepasan predator P.fuscipes pada per-
tanaman kedelai baik fase vegetatif maupun
generatif dapat menekan secara nyata
perkembangan hama perusak daun/polong
kedelai (Helicoverpa armigera) baik telur
maupun larva.

Bagaimana kumbang ini bisa berperan
sebagai musuh bagi manusia?

Kumbang Tomcat/Paederus fuscipes datang
ke pemukiman penduduk bukan untuk me-
nyerang manusia, tetapi karena tertarik caha-
ya lampu. Kumbang Tomcat tidak menggigit
atau menyengat apabila tergencet tubuhnya
mengeluarkan cairan hemolimfe, berisi zat
paederin yang bisa menimbulkan iritasi kuat
disertai reaksi gatal dan rasa terbakar. Ku-
lit yang terkena (biasanya daerah kulit yang
terbuka) dalam waktu singkat akan terasa
panas. Setelah 24-48 jam akan muncul
gelembung pada kulit, dengan sekitar
berwarna merah yang menyerupai luka bakar
karena tersiram air panas.

Upaya Pencegahan

Jika menemukan serangga kumbang ini
(Tomcat/Paederus), jangan di pencet,
agar racun tidak mengenai kulit. Segera
cuci dalam air mengalir dengan sabun
pada kulit yang bersentuhan dengan
serangga ini.
Datang kelayanan kesehatan terdekat,
kemudian akan diobati dengan
tatalaksana sebagaimana pengobatan
dermatitis contact irritant, seperti pem-
berian krim kortikosteroid.
Kompres kulit dengan cairan antiseptik
dingin bila timbul lesi seperti luka bakar.
Bila lesi sudah timbul pecah, dapat diberi
krim antibiotik dengan kombinasi steroid
ringan.
Jangan di garuk atau ditaburi bedak agar
tidak terjadi infeksi sekunder.
Beri antihistamin dan analgesic oral
untuk simptomatis.
Jika menemukan serangga ini jangan di-
pencet agar racun tidak mengenai kulit.

Hindari terkena kumbang ini pada kulit
terbuka.
Bila kumbang hinggap di kulit,
singkirkan secara hati-hati dengan cara
meniup atau menggunakan kertas.
Jangan menggosok kulit dan atau mata
bila kumbang ini terkena kulit.
Segera cuci dengan air mengalir dan
pakai sabun pada kulit yang bersentu-
han dengan kumbang.
Usahakan pintu tertutup dan bila ada
jendela diberi kasa nyamuk untuk
mencegah kumbang ini masuk.
Bersihkan lingkungan rumah, terutama
tanaman yang tidak terawat yang ada
disekitar rumah yang bisa menjadi
tempat kumbang Paederus.

Pemahaman yang benar dan tanggap
tentang bahaya Tomcat disikapi dengan
pendekatan ekosistem mengingat peran
serangga ini sebagai predator cukup mem-
bantu petani, namun mengaitkannya
dengan kondisi di lapangan perlu memper-
hatikan berbagai faktor. Apakah masih
mau membrantas serangga predator ini
secara membabi buta?
(Dari Berbagai Sumber)***
19
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

M
usim hujan yang panjang di sebagian besar wilayah Indonesia akibat fenomena
La Nina tahun 2010 - 2011 memicu ledakan populasi hama wereng batang coklat
(WBC) di ratusan ribu hektar sawah petani. Akan tetapi, apakah cuaca menjadi
satu-satunya faktor yang memicu ledakan populasi WBC? Dalam situasi terjadinya variasi
dan perubahan iklim, ekosistem sawah di Pulau Jawa berada dalam kondisi rentan oleh
berbagai faktor, antara lain oleh penggunaan pestisida secara tidak bijaksana yang mengaki-
batkan punahnya musuh alami. Di sisi lain, petani sebagai aktor utama dalam kegiatan per-
tanian acapkali menjadi sasaran pemasaran paket teknologi pertanian tanpa bekal penge-
tahuan yang memadai untuk memahami kondisi ekosistem lahannya.
Dua video dokumenter yang menyajikan
penjelasan tentang biologi dan ekologi
WBC dan penyebab terjadinya ledakan pop-
ulasi WBC. Video dokumenter ini juga
memperlihatkan upaya beberapa kelompok
petani untuk memperkaya pengetahuan dan
meningkatkan ketrampilan dalam me-
mahami berbagai persoalan seperti peru-
bahan iklim dan menumbuhkembangkan
budidaya tanaman yang tangguh.
Volume 1 dengan judul Wereng di
Sawah Petani menyajikan fenomena le-
dakan hama WBC tahun 2010-2011, biologi
dan ekologi hama itu, serta berbagai faktor
penyebab ledakan. Volume 2 dengan judul
Sawah Tangguh di Tangan Petani me-
maparkan berbagai upaya petani untuk
memperkaya pengetahuannya dalam
mengembangkan praktek budidaya padi
yang lebih tangguh dan sekaligus tanggap
terhadap variasi dan perubahan iklim,
yakni melalui kegiatan pengamatan curah
hujan dan agroekosistem sawah, praktek
pertanian organik, dan pembuatan agens
hayati dalam mengendalikan populasi
WBC.
Video dokumenter serangan WBC
ini di produksi oleh Pusat Kajian Antrologi
Universitas Indonesia, Academi Professor-
ship Indonesia Bidang Ilmu Sosial &
Humaniora, The Research School of Asia
and the Pacifik the Australian National
University dan didukung oleh PT. Medco
MEMBEDAH VIDEO DOKUMENTER
SERANGAN WERENG BATANG COKLAT
20
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Video ini sangat bagus untuk media
penyuluhan di tingkat petani. Pada saat
sekolah lapangan, video ini diputar sebelum
acara sekolah lapangan dimulai. Setelah
melihat tayangan video ini baru diadakan
diskusi antar petani, bagaimana pandangan
petani tentang apa yang terjadi di sawah
mereka dengan membandingkan tayangan
tersebut. Hal ini sangat menarik untuk
menggugah petani agar tidak ketergantungan
terhadap pestisida kimia.
Hama wereng batang coklat tersebut mampu
menyerang tanaman padi sawah pada semua
fase pertumbuhan.
Namun apabila kondisi ekologi OPT ter-
sebut menguntungkan seperti menanam
mono varietas yang rentan, penggunaan
pupuk N yang berlebihan, penanaman yang
tidak serentak dalam hamparan, penggunaan
pestisida yang sembarangan, maka daerah
pencar OPT tersebut dapat meluas yang
mungkin berkembang menjadi wabah, status
suatu spesies OPT juga dapat berubah dari
yang tadinya kurang penting menjadi hama
utama.
Bila kita menengok sejarah pada
tahun-tahun permulaan program intensifi-
kasi data kuantitatif kehilangan hasil yang
disebabkan oleh serangan OPT sulit di-
peroleh. Kehilangan hasil sangat
bervariasi, tergantung dari spesies OPT yang
menyerang, intensitas kerusakan, reaksi va-
rietas dan fase pertumbuhan tanaman.
Misalnya IR-22 yang sangat rentan terhadap
kebanyakan OPT-nya, bila memperoleh
tekanan OPT ringan saja tanpa perlindungan
pestisida, hanya menghasilkan 66% dari
potensinya (IRRI,1979). Percobaan di
beberapa kabupaten selama beberapa musim
tanam padi kompleks OPT-nya menurunkan
produksi antara 19,4 - 24,1 %
(Sunardi,1977).
Khusus spesies OPT yang bersifat endemik
seperti WBC, virus tungro dan penggerek
batang padi putih, kerugian hasil padi di
daerah-daerah serangan lebih dari itu,
Misalnya studi kehilangan hasil padi
disebabkan WBC dan virus kerdil hampa di
kabupaten Serang dan Pandeglang pada
tahun 1975 berkisar antara 42,7 - 48,79 %
(Sunardi,1977).
Luas serangan hama WBC pada tahun 1971
- 1972 baru sekitar 4000 hektar, namun da-
lam musim-musim tanam berikutnya areal
serangan sudah melebihi 450.000 hektar dan
kehilangan hasil diperkirakan 364.500 ton
beras seharga $ 100 juta dolar Amerika. Bi-
la konsumsi 120 kg kapita/tahun, ke-
hilangan sebesar itu seharusnya dapat mem-
ber makan sekitar 3 juta orang setahun
penuh (Oka,1979).
21
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Dua video dokumenter yang
menyajikan penjelasan tentang biologi dan
ekologi WBC dan penyebab terjadinya le-
dakan populasi WBC ini diharapkan mampu
menggugah para pelaku agribisnis pertanian
khussusnya budidaya padi. Video
dokumenter ini juga memperlihatkan upaya
beberapa kelompok petani untuk mem-
perkaya pengetahuan dan meningkatkan ket-
rampilan dalam memahami berbagai per-
soalan seperti perubahan iklim dan menum-
buhkembangkan budidaya tanaman yang
tangguh serta menggalakkan
pemakaian pestisida nabati yang ramah ling-
kungan. Para pengambil kebijakan diharap-
kan juga tanggap dengan keadaan ekosistem
yang selalu berubah dan tidak bersahabat
dengan petani, artinya pengambilan
keputusan serta kebijakan harus bertumpu
pada kebutuhan petani secara menyeluruh.
Dengan demikian petani merasa diper-
hatikan nasibnya. (USR)***
Kendala produksi - masalah hama
tanaman

Kita setback ke belakang,
pengalaman Indonesia menunjukkan, bahwa
sejak dilancarkannya program intensifikasi
secara besar-besaran, masalah hama dan
kehilangan hasil yang disebabkan kompleks
hama makin meningkat. Berbagai spesies
hama yang sebelum program intensifikasi
kurang penting, berubah status menjadi ha-
ma yang sangat penting dalam areal intensi-
fikasi padi, seperti hama wereng batang
coklat (WBC), Nilaparvata lugens, wereng
punggung putih (WPP) Sogatella furcifera,
dan wereng daun hijau (WDH), Nephotettix
virescens.
Dari sekitar 40 spesies hama
(Pathak, 1977) dan 70 spesies penyakit yang
menyerang tanaman padi (Ou,1985), sekitar
20 spesies dapat digolongkan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) pada padi
yang mempunyai arti ekonomi penting anta-
ra lain: tikus, Rattus-rattus (diketahui 3 spe-
sies), wereng (WBC, WPP,WDH, peng-
gerek batang padi (putih,Scirpophaga inno-
tata, kuning, S.incertulas, merah jambu,
Sesamia inferens, bergaris, Chilo
supressalis), ganjur, Orseolia oryzae, hama
putih palsu, Cnaphalocrosis medinalis, hama
putih, Nymphula depunctalis, kepinding
tanah, Scotiniphara lurida, walang sangit,
Leptocorisa oratorius, kepik hijau, Nezara
viridula, ulat grayak (ada beberapa spe-
sies: Pseudoletia unipuncta, Spodoptera
mauritia, Spodoptera frgiperda, Spodoptera
litura), lalat bibit, Atherigona exigua, be-
berapa penyakit padi yang penting ialah
penyakit hawar daun bakteri, Xan-
thomonas campestris, penyakit blast,
Pyricularia oryzae, penyakit hawar pelepah,
Rhizoctonia solani, penyakit-penyakit virus
yaitu kerdil rumput, kerdil hampa dan
tungro.
Spesies tertentu OPT tersebut
mempunyai daerah pencar tertentu, misal-
nya wereng batang coklat, Nilaparvata
lugens sering terdapat menyerang tanaman
padi sawah, sedangkan padi ladang (gogo)
kadang-kadang mendapat serangan.
Spot hopperburn tidak akan terjadi seandainya petani rajin
mengamati lahan sawahnya, dan petugas POPT tanggap
melaporkan hasil pengamatannya. Gambar ini dimbil di
Kec. Lelea, Indramayu April 2012. (Foto: Urip SR)
22
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
P
HT merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman
di Indonesia yang secara resmi tercantum pada Inpres No.3/1986, UU No.12/1992
tentang system budidaya tanaman, dan PP No.6/1995 tentang perlindungan tanaman.
Kebijakan PHT mulai berkembang sebagai koreksi terhadap usaha pengendalian hama
secara konvensional yang mengutamakan penggunaan pestisida secara tidak tepat dan ber-
lebihan. Cara ini selain meningkatkan biaya produksi juga mengakibatkan dampak
samping yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Penggunaan
pestisida berspektrum luas mengakibatkan timbulnya resistensi hama, resurjensi, dan
ledakan hama sekunder, serta tercemarnya lingkungan hidup.
Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengendalian, serta untuk mem-
batasi pencemaran lingkungan maka ke-
bijakan pengendalian secara konvensional
diubah menjadi kebijakan pengendalian ha-
ma berdasarkan pada prinsip PHT.
PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara
berpikir tentang pengendalian OPT yang
didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem
yang berwawasan lingkungan dan berke-
lanjutan.
Sasaran PHT adalah produktivitas
pertanian mantap, penghasilan dan kese-
jahteraan petani meningkat, populasi OPT
dan kerusakan tanaman tetap berada pada
aras yang secara ekonomis tidak merugikan,
dan pengurangan resiko pencemaran ling-
kungan akibat penggunaan pestisida.
Sedangkan strategi PHT adalah
memadukan semua teknik atau metode
pengendalian OPT yang kompatibel. Teknik
atau metode pengendalian yang dapat di-
manfaatkan antara lain sebagai berikut:
+ Pemanfaatan pengendalian alami dengan
mengurangi tindakan-tindakan yang
dapat merugikan atau mematikan
perkembangan musuh alami.
+ Pengelolaan ekosistem melalui usaha
bercocok tanam, bertujuan untuk
membuat lingkungan tanaman menjadi
kurang sesuai bagi perkembangan OPT
serta mendorong berfungsinya agens
hayati. Beberapa teknik bercocok tanam
antara lain: 1) penanaman varietas tahan,
2) penanaman benih sehat dan bermutu,
3) pergiliran tanaman dan pergiliran va-
rietas, 4) sanitasi, 5) pengaturan waktu
tanam, 6) penanaman tanaman
perangkap, 7) pengaturan jarak tanam, 8)
tumpang sari, 9) pengelolaan tanah dan
air, 10) pemupukan berimbang sesuai
dengan kebutuhan tanaman.(BP)***
STRATEGI PENERAPAN
PHT
23
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

P
emerintah mencanangkan program peningkatan produksi beras melalui program
P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Dalam pencapaian target tersebut,
banyak kendala yang dihadapi dan salah satunya adalah adanya penyakit tanaman.
Penyakit tanaman padi yang dominan di Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi
Lampung yaitu diantaranya penyakit Blas (Pyricularia grisea (Cooke) Sacc.), penyakit
Bercak Bergaris (Cercospora oryzae I. Miyake) dan penyakit Busuk Pelepah (Sarocladium
oryzae Sawada).
Pengendalian yang biasa dilakukan petani adalah dengan menggunakan fungisida
sintetik. Namun dampak negatif dari pemakaian yang tidak bijaksana dapat menyebabkan
kematian organisme bukan sasaran dan dampak lainnya terhadap lingkungan.
Corynebacterium merupakan salah satu agens antagonis hasil temuan Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) dan telah terbukti efektivitasnya terhadap
berbagai penyakit tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura, seperti
penyakit layu bakteri pada pisang, layu bakteri pada kacang tanah, hawar daun pada kentang
dan hawar daun pada jagung. Selain itu hasil kajian lapang oleh BBPOPT pada tingkat
petakan yang dilakukan pada tahun 2010 di Kab. Cianjur menunjukkan bahwa agens
antagonis mampu menekan perkembangan penyakit tanaman padi, terutama penyakit busuk
Berdasarkan hasil kajian yang
dilaksanakan di Desa Mulyajaya, Kecamatan
Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang
Bawang Barat, Provinsi Lampung pada bulan
April 2011 sampai dengan bulan Agustus
2011, bahwa secara visual pengaruh
corynebacterium terhadap penyakit utama
tanaman padi di daerah tersebut
menunjukkan hasil yang baik dalam
penekanan dan penghambatan perkembangan
penyakit (Gambar 1).
Perkembangan penyakit bercak
bergaris dan leafblast muncul pada umur 2
MST. Gejala penyakit bercak bergaris berupa
bercak pada daun dengan bentuk garis,
pendek dan berwarna coklat, sedangkan
penyakit leafblast dengan gejala pada daun
terbentuk bercak-bercak jorong dengan ujung
meruncing (Gambar 2).
Gambar 1. A Hamparan tanpa aplikasi agens antagonis
corynebacyenebacterium.
B. Hamparan dengan aplikasi agens coryne-
bacterium
A B
A B
Gambar 2. A. Gejala penyakit leafblast
B. Gejala penyakit bercak bergaris
PENGARUH CORYNEBACTERIUM
TERHADAP PENYAKIT UTAMA PADI
24
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Kemuncul an gej al a penyaki t
neckblast terlihat pada leher malai yang
ditunjukkan dengan warna coklat keabuan
pada pangkal leher malai, daerah dekat
leher malai berwarna coklat, juga semua
cabang dan ranting menunjukan gejala
pengeringan, sedangkan gejala akibat
penyakit busuk pelepah berupa pelepah
yang membungkus malai muda membusuk
dengan bercak berbentuk bulat atau kadang
-kadang tidak beraturan (Gambar 3).
Gambar 3. A. Gejala penyakit neckblast
B. Gejala penyakit busuk pelepah
Kemunculan penyakit neckblast
pada perlakuan aplikasi agen antagonis
corynebacterium terjadi pada umur 8 MST,
sedangkan pada kontrol mulai muncul pada
umur 6 MST. Hal tersebut menunjukkan
bahwa corynebacterium mampu
menghambat kemunculan penyakit
neckblast. Kemunculan penyakit-penyakit
tersebut menunjukkan bahwa agens
antagonis mampu menekan perkembangan
penyakit neckblast sebesar 94,52% dan
penyakit busuk pelepah sebesar 55,97%.
Tingkat intensitas penyakit juga
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ke-
hilangan hasil. Hal ini terbukti dengan per-
sentase kehilangan hasil dengan perlakuan
corynebacterium lebih rendah dibanding-
kan dengan perlakuan kontrol yaitu sebesar
30,54%. Hal ini mengindikasikan bahwa
aplikasi agens antagonis corynebacterium
yang dilakukan secara optimal dapat
mengurangi kehilangan hasil hingga
27,25%. (Umi Kulsum)***

Epidemiologi Penyakit Blas (Pyricularia
grisea)
Pada daun timbul bercak oval atau
elips, kedua ujung-ujungnya meruncing
mirip belah ketupat. Gejala dapat pula
muncul pada buku, malai dan gabah.
Stadia kritis tanaman terjadi mulai umur 1
bulan (padi gogo), anakan maksimum,
bunting dan awal berbunga.
Pembentukan konidia selama 14 hari,
puncaknya pada 3-8 hari setelah bercak
muncul. Pembentukan spora pada
kelembaban 89-90%. Spora dapat bertahan
pada sisa jerami dan gabah kurang lebih 1
tahun dan miselia 3 tahun pada suhu kamar.
Epidemiologi Penyakit Bercak coklat
bergaris (Cercospora oryzae)
Gejala pada daun timbul bercak
sempit dan berwarna coklat kemerah-
merahan yang sejajar dengan tulang daun.
Bercak tersebut makin ketepi daun warna
makin pucat. Pada varietas rentan, warna
daun makin pucat. Pada varietas tahan,
bercak lebih besar dengan pusat bercak yang
lebih kecil dan berwarna terang.
Epidemiologi Penyakit Busuk Pelepah
(Sarocladium oryzae)
Gejala awal terlihat dari bercak bulat
atau oval pada pelepah yang berukuran 0.5
cm s/d 1.5 cm, warna abu-abu di bagian
tengah dan coklat abu dipinggirnya. Bercak
dapat melebar menutupi seluruh permukaan
pelepah daun, mengakibatkan malai tidak
muncul atau muncul sebagian. Infeksi busuk
pelepah dapat terjadi dalam satu rumpun,
yang mengakibatkan tanaman kerdil dan
sebagian besar bulir hampa.
Berdasarkan nilai AUDPC, perlakuan
dengan aplikasi agens antagonis
corynebacterium menunjukkan nilai lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa
aplikasi corynebacterium. Hal ini
menunjukkan bahwa agens antagonis mampu
menekan penyakit leafblast hingga 56,24%
dan penyakit bercak bergaris dapat ditekan
dengan penekanan sebesar 63,02%.
25
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
{
D
alam sebuah diskusi di Saung Meeting ditengah sawah, ada pertanyaan dari salah
seorang anggota kelompok tani yang menanyakan perbedaan makna kalimat
Pembrantasan dan Pengendalian, pertanyaan spontan ini harus dijawab secara
gamblang agar keingintahuan mereka segera terpuaskan. Dalam hati kecilku perbincangan
ini sangat menarik untuk dijadikan bahan Topik Utama, maka dengan metode kepe-
manduan tanpa sulit jawaban itu keluar dari peserta diskusi, tentu saja dengan teknik-teknik
kepemanduan mereka kita arahkan, hasilnya sungguh luar biasa menjadi diskusi yang
menarik dan hidup.
Pengendalian dulu diartikan dengan
pembrantasan, maunya setiap ada hama
apapun ingin terus dibrantas, dimusnahkan,
tanpa tahu apakah binatang tersebut
sebetulnya memang benar-benar hama atau
sebenarnya binatang yang bermanfaat
(yang dikenal dengan musuh alami hama-
kawan petani. Semakin adanya kesadaran
perlunya kelestarian lingkungan (termasuk
di dalamnya kelestarian binatang, mes-
kipun termasuk).
Istilah pembrantasan kemudian berubah
menjadi pengendalian, yang mengandung
arti bahwa kita hanya menekan populasi
(jumlah) binatang tersebut yang berada di
lahan ke posisi tidak merugikan sehingga
ada istilah ambang pengendalian.
Tidak membrantas sampai tuntas, karena kita
yakin diluar kodratnya sebagai hama, pasti
ada manfaat lain yang baik.
Untuk memposisikan populasi binatang terse-
but tidak mesti menggunakan pestisida.
Pengendalian bisa dilaksanakan sejak awal
dan tidak harus keluar dana khusus, karena
pelaksanaannya bisa ikut dengan kegiatan
usaha tani lain.
Pengendalian hama, dalam hal ini
mempunyai arti yang luas, yaitu suatu usaha
dengan berbagai cara agar keadaan hama di
lahan tidak menimbulkan kerugian secara
ekonomi.

26
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Membuat sendiri alat dan bahan belajar,
yang meliputi koleksi serangga, Kebun
Serangga , percobaan lapangan, poster,
dan catatan pengamatan lapangan.
Menciptakan dan menggunakan perangkat
analisis berupa bagan analisis agro-
ekosistem mingguan yang dibuat dengan
krayon diatas kertas plano dan contoh
hidup untuk melakukan analisis SWOT,
untuk mengembangkan rencana tindakan
selanjutnya.
Memecahkan permasalahan dan mengam-
bil keputusan : petani PHT belajar untuk
mengelola program mereka sendiri dan
mengadakan serta menjalankan kegiatan
belajar dan percobaan yang makin
kompleks.
Membangun organisasi petani yang lebih
kuat dengan cara mempelajari ketrampilan
dalam bidang kepemimpinan, komunikasi,
dan manajemen yang akan berguna di ma-
sa-masa berikutnya setelah sekolah lapan-
gan selesai.

Perjalanan peliputan kegiatan sekolah
lapangan di Kabupaten, Subang, Sumedang
dan Kabupaten Cilacap semua mengadopsi
cara-cara sekolah lapangan PHT karena
metode ini terbukti berhasil sehingga telah
diadopsi oleh berbagai kegiatan penyuluhan
pertanian, dan diekspor ke berbagai Negara
di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Sekolah lapangan PHT
menghidupkan kembali sistem penyuluhan
dan jaringan kelompok petani yang ada
melalui pengorganisasian dan pelaksanaan
SLPHT. Dengan rancangan sekolah tanpa
dinding, sekolah lapangan petani ini
melakukan pertemuan mingguan sebanyak
12 kali selama satu musim tanam penuh,
mulai dari tanam hingga panen. Setiap
sekolah lapangan memiliki 1000 meter
persegi Petak Belajar, yang terdiri dari 2
petak perbandingan, yaitu petak perlakuan
petani dan petak PHT. Setiap minggu,
petani mempraktekan analisa agro-
ekosistem yang mencakup kesehatan tana-
man, pengelolaan air, kondisi cuaca, gul-
ma, pengamatan penyakit, serta penga-
matan dan pengumpulan serangga hama
dan serangga berguna. Petani menyim-
pulkan hasil pengamatannya sesuai
dengan pengalaman mereka, mereka
menggunakan analisa agro-ekosistem un-
tuk membuat keputusan pengelolaan lahan
dan mengembangkan cara pandang ten-
tang proses ekologis yang seimbang.
Petugas sebagai fasilitator mem-
berikan kesempatan kepada petani untuk
menjadi ahli yang aktif, dan membantu
mereka untuk mengungkapkan dan
menganalisa pengalaman mereka sendiri.
Selama proses tersebut, para petani
diharapkan mampu, antara lain :
27
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Pengendalian bisa dilaksanakan
sambil mengolah tanah, yaitu mem-
bersihkan sisa tanaman, singgang, turiang,
semak untuk mengurangi sumber penyakit
atau tempat hidup hama (tikus), kemudian
pada saat panen memotong batang padi
serendah mungkin, karena batang padi
bagian bawah merupakan tempat bertahan
hidup larva/pupa penggerek batang padi
(PBP).
Menyemai pun bisa sekaligus
mengendalikan hama, yaitu dengan cara
menyemai saat penerbangan serangga
pertama sudah terjadi (biasanya hujan
sebanyak 50 mm dalam 10 hari bisa
mengaktifkan beberapa serangga). Me-
nyemai secara berkelompok dan bila perlu
dipagar plastik dan bubu, bisa memu-
dahkan pengendalian tikus, dengan sistem
semai kelompok biaya yang dikeluarkan
juga relatif lebih murah, tidak kalah pent-
ing khusus daerah endemis OPT tertentu,
misalnya Wereng Batang Coklat (WBC),
varietaspun perlu dicarikan yang tahan,
karena dengan varietas tahan, WBC terse-
but akan terhambat dalam perkem-
bangannya.
Mulai di persemaian, kalau
ditemukan telur PBP harus diambil
(gampang dilihat dan diambil) masukkan
kantong plastik, atau kalau ada yang terke-
na tungro lakukan pencabutan rumpun
(eradikasi selektif). Kalau pada tahap
awal ini sudah dikendalikan maka OPT
tidak berkembang sampai pada saat nanti
ada tanaman muda.
Di persemaian menyemprot tidak di-
perbolehkan , khususnya di daerah endemis
OPT padi, tetapi jangan memakai pestisida
kimia, pakai saja dulu agens hayati yang
sekarang sudah bisa kita buat sendiri dijamin
murah dan aman. Gunakan Metarizium,
Beauveria bassiana di daerah rawan WBC,
tungro (untuk mengendalikan vektornya
Wereng Daun Hijau). Pada akhirnya bisa ju-
ga digunakan pestisida kimia secara selektif
(tidak menyeluruh) sehingga penggunaan
akan sedikit, dampak negatif akan berkurang.

1
Tanam serentak dalam hamparan yang
sama (artinya waktu tanam pertama
dan terakhir, tidak boleh melebihi
waktu selama 2 minggu) karena dengan
sistem ini nantinya mampu menekan kesem-
patan hidup hama.

2
Jarak tanam juga bisa membantu
mengurangi perkembangan hama,
sistem tandur jajar legowo akan me-
nyebabkan sinar matahari banyak diterima
tanaman sampai bagian bawah batang,
sehingga kelembaban udara (sekitar tanaman)
rendah dan akan kurang mendukung bagi
perkembangan hama. Keadaan ini juga
memudahkan petani untuk memudahkan
perawatan.
Berbagai bentuk rekayasa tadi meru-
pakan bagian strategi dalam PHT yaitu
melakukan pengelolaan ekosistem melalui
usaha bercocok tanam bertujuan untuk mem-
buat lingkungan tanaman menjadi kurang
sesuai bagi perkembangan OPT, serta men-
dorong berfungsinya musuh alami, strategi
lain menggunakan teknik atau metode pen-
gendalian seperti pemanfaatan pengendalian
alami, pengendalian fisik mekanik, kemudi-
an pestisida secara bijaksana dengan
melaksanakan prinsip tepat jenis, mutu, wak-
tu, cara, sasaran, dosis dan konsentrasi.
28
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Langkah awal agar petani dapat
melakukan pengendalian yang tepat
sasaran serta hemat biaya, sekaligus mem-
posisikan bahwa pengendalian itu tidak
ditempatkan paling belakang, diperlukan
langkah strategis yang kita kenal dengan
istilah pre-emtif yaitu suatu usaha
pengendalian yang bisa dilakukan oleh
petani berdasarkan informasi keadaan
OPT pada musim-musim sebelumnya
informasi tersebut tentunya diperoleh dari
hasil pengamatan rutin dilanjutkan dengan
Peramalan (saat ini masih dilaksanakan
oleh POPT, nantinya diharapkan petani
bisa melaksanakan sendiri) langkah
pengendalian tersebut misalnya dengan
cara memundurkan/memajukan waktu
tanam, penggunaan varietas toleran/tahan,
tanam serempak, rotasi tanaman/varietas,
sanitasi, tumpang sari dan inokulasi musuh
alami. Kemudian apabila dari usaha awal
tadi ternyata masih terjadi perkembangan
serangan OPT, maka dilakukan pengen-
dalian, istilahnya responsif atau kuratif,
pengendalian yang dilakukan apabila ada
serangan respon tersebut harus berdasar-
kan hasil pengamatan, baik terhadap
tingkat serangan (intensitas dan populasi)
serta keadaan ekosistem, seperti musuh
alami. Cara pengendaliannyapun juga
berbagai macam, bias fisik mekanik,
pemanfaatan pestisida nabati, agens hayati
atau terakhir terpaksa menggunakan
pestisida kimia.
(BP)***
Pengamatan rutin saat ini dilakukan oleh POPT, nantinya
diharapkan petani bisa melaksanakan sendiri di lahannya
masing-masing. (Foto: Dok Indok)
Petani diajak mengamati bareng agar dapat melakukan
pengendalian yang tepat sasaran dan hemat biaya.
(Foto Urip SR)
Langkah pengendalian bisa dilakukan dengan cara memundur-
kan atau memajukan waktu tanam. (Foto Urip SR)
29
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
S
erangan Organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu resiko da-
lam budidaya tanaman pangan. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya keru-
gian ekonomis karena OPT, antara lain kompleksnya jenis OPT dan teknologi pen-
gendalian OPT belum memadai. Selain itu, pengetahuan petani tentang dasar pengendalian
OPT masih terbatas.
Disadari bahwa terbatasnya pengetahuan petugas dan petani maka diperlukan upaya dalam
peningkatan pengetahuan, salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui Pertemuan
Koordinasi Teknis Perlindungan Tanaman Pangan yang dilaksanakan di Instalasi PPOPT
Indramayu (27/03). Dalam pembekalan tersebut hadir unsur Pembina perlindungan tana-
man pangan antara lain Direktorat Perlindungan Tanaman (DITLIN TP), Balai Besar Pera-
malan OPT (BBPOPT) Jatisari, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Balai Proteksi Tana-
man Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat, dan Instalasi PPOPT Wilayah III serta
seluruh ujung tombak perlindungan tanaman (POPT) se wilayah III (Indramayu, Cirebon,
Kuningan dan Majalengka).
4
Agenda rutin pertemuan koordinasi
teknis diselenggarakan setiap tiga bulan
sekali diseluruh wilayah kerja BPTPH Jawa
Barat secara bergantian. Acara membahas
program kerja Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dalam rangka pengamanan produksi
beras nasional melalui P2BN. Dalam
sambutannya Kepala BBPOPT Sarsito
Wahono Gaib Subroto menegaskan bahwa
pertemuan seperti diharapkan mampu mem-
pererat tali silahturahmi.
30
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Disamping itu sebagai wahana untuk
penyegaran kepada petugas lapang (POPT)
mengingat peran penting POPT sebagai
ujung tombak yang senantiasa melaporkan
hasil pengamatan dilapangan untuk me-
nyusun rencana operasional perlindungan
tanaman, tindakan korektif, penyempurnaan
kegiatan pengamatan (lebih intensif), dan
penyediaan sarana pengendalian. Oleh kare-
na itu, laporan tersebut perlu dibuat sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
segera dikirim ke instansi yang memer-
lukannya secara periodik. Sesuai dengan ke-
bijakan perlindungan tanaman pangan dan
pembagian wewenang dalam struktur
organisasi yang berlaku, Laporan
perlindungan tanaman disampaikan oleh
POPT-PHP kepada mantra Tani (Mantan)
dan instansi vertical diatasnya. POPT-PHP
bersama Penyuluh Pertanian menyuluhkan
dan menyebarluaskan informasi kepada
petani sebagai dasar pengambilan keputusan
Kelompok Tani, dan membina petani
melaksanakan pengendalian. Instansi verti-
cal diatasnya menggunakan laporan tersebut
sebagai bahan evaluasi keadaan serangan,
kemampuan petugas membimbing petani da-
lam pengendalian, merencanakan bimbingan
dan bantuan, serta menyususn laporan
perlindungan tanaman pangan di wilayah
kerjanya.
Diakhir sambutannya kepala
BBPOPT mengetes salah satu POPT-PHP
dari Kecamatan Juntinyuat tentang jumlah
SL-PTT/PHT yang ada didaerahnya.
Dengan lantang mereka menjawab
serentak, Ada 24 Pak. teriaknya keras.
Seperti biasa diakhir sambutannya kepala
BBPOPT menyelipkan petatah-petitih se-
bagai bekal untuk petugas lapang.
Mencari penyebab utama
Sebelum melakukan pengendalian,
tindakan yang pertama kali adalah mencari
penyebab utama timbulnya gangguan pada
tanaman, dengan cara memperhatikan
gejala yang tampak. Misalnya, tanaman
mengalami gejala layu, penyebabnya
mungkin karena bakteri, nematoda,
cendawan, serangga penggerek akar, atau
hanya kekurangan air saja. Jika sudah
diketahui dengan pasti gejala dan penyebab
timbulnya gangguan pada tanaman, maka
kita akan lebih mudah melaksanakan alter-
natif pengendalian, dan pengendalian yang
kita lakukan tidak sia-sia. Contohnya jika
tanaman layu disebabkan serangan
cendawan, maka kita menyemprotkan fun-
gisida yang sesuai. Tetapi jika gejala layu
disebabkan serangan bakteri, dan kita me-
nyemprotkan fungisida, maka tindakan kita
akan sia-sia.
Peserta rapat sangat antusias mendengarkan sambutan
dari Kepala BBPOPT seputar tupoksi POPT-PHP, peserta
meluber sampai ruang lobi instalasi PPOPT Indramayu.
(Foto: Urip SR)
Sebelummelakukan pengendalian, tindakan yang
pertama kali adalah mencari penyebab utama timbulnya
gangguan pada tanaman, seperti yang dilakukan oleh
para POPT ini. (Foto. Urip SR)
31
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Tindakan terbaik adalah pencegahan
Jika sudah diketahui gejala awal
suatu serangan pathogen/hama, tindakan
terbaik yaitu mencegah agar pathogen/
hama tidak menyebar ke bagian tanaman
lain, atau ke seluruh areal pertanaman.
Kita lebih baik memangkas satu pelepah
daun atau sebagian ranting tanaman yang
terserang, daripada seluruh tanaman itu ma-
ti. Kita juga lebih senang mencabut satu
atau dua tanaman sakit, daripada satu petak
atau satu hektar tanaman mati semua.
Bagaimana gejala awal dari suatu tanaman
yang terserang hama, cendawan, nematode,
virus, bakteri atau karena gangguan ling-
kungan akan diuraikan pada bab-bab beri-
kutnya.
Merawat tanaman secara benar
Tanaman yang dirawat secara baik
dan benar, jarang terserang hama/patogen.
Tanaman akan mengadakan penyembuhan
yang cepat terhadap serangan pathogen,
jika kesehatan dan vigor tanaman cukup
baik. Merawat tanaman yang baik meliputi
kegiatan-kegiatan pemupukan yang
seimbang, pengairan, penyiangan, dan
sebagainya.
Ada pepatah mengatakan: Pupuk yang
terbaik bagi tanaman adalah telapak kaki
anda. Maksudnya adalah : sering-
seringlah menengok, mengamati, dan men-
eliti tanaman yang baru ditanam.
Dengan begitu, kita akan cepat tahu
keadaan tanaman tersebut, apakah keku-
rangan pupuk, kelebihan air, tercemar her-
bisida (racun gulma), terkena polusi gas
pabrik dan sebagainya. Jika kita menanam
suatu tanaman, kemudian ditinggalkan be-
gitu saja beberapa minggu atau beberapa
bulan mungkin tanaman tersebut sudah
musnah diserang gajah, diserang babi hu-
tan, kutu loncat, atau wereng batang
coklat. Oleh sebab itu manjakanlah tana-
man anda, suatu saat anda pun akan di-
manjakan oleh tanaman.
(uripsr@ymail.com)***
32
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

B
agi warga Desa Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar Sumedang, nama Akap
Sulaiman sudah tak asing lagi. Lelaki yang masih tegap di usianya yang menginjak
70 tahun itu selalu menimba ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertanian
terutama pertanian organik. Dirumahnya yang asri bersebelahan dengan hamparan sawah
miliknya, terdapat kandang domba dan kelinci , juga empang (kolam ikan) untuk memenuhi
kebutuhan dapurnya. Kebun ditanami berbagai jenis tanaman obat, baik sebagai obat untuk
manusia maupun untuk keperluan pembuatan pestisida nabati. Ketekunan dan semangat
hidupnya menjadikan kelompok tani Bina Warga yang diketuainya menjadi tempat ber-
tanya bagi warga tani dilingkungannya. Diujung usianya semangat hidupnya patut menjadi
tauladan bagi yang muda.
Dirumahnya yang terletak dipinggir jalan
raya, saat ditemui penulis beliau menuturkan
bahwa kemajuan suatu kelompok tani ter-
gantung dari sang ketua, kriteria seorang ket-
ua menurutnya harus bisa menyempatkan
waktu, benar dalam mengambil keputusan
untuk kemajuan anggotanya, dan pinter, yang
terakhir ini adalah pinter memimpin ada jiwa
leadership sehingga dipercaya seluruh
anggotanya. Kalau kriteria tersebut dipenuhi
Insya Allah Kelompok Tani akan maju dan
berkesinambungan.
Tak heran dirumahnya sering dijadi-
kan posko atau tempat penyuluhan bagi para
petugas seperti POPT-PHP, dan PPL. Pelati-
han-pelatihan secara swadaya juga sering
dilakukan di sekretariat Keltan Bina Warga
ini.
33
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Konsep pertanian terpadu yang ia
rintis seperti lahan sawah, Kandang kamb-
ing, dan kolam ikan yang ia bangun di seki-
tar lahan sawahnya yang tak jauh dari ru-
mahnya merupakan sarana belajar untuk pa-
ra anggota Kelompok Tani yang sebagian
anggotanya didominasi oleh ibu-ibu.
Menurutnya kemajuan pertanian dan
kemakmuran petani bisa menjadi magnet
bagi masyarakat sekitarnya untuk terjun
menjadi petani.
Tanpa harus pergi ke kota yang tidak me-
nyediakan lapangan kerja bagi mereka.
Obrolan siang itu begitu penuh keakraban
dan mengalir lancar, setiap pertanyaan selalu
dijawab dengan guyon dan santai, maklum
saja beliau adalah pensiunan penilik sekolah
sehingga dalam bertutur kata sangat pas dan
santun.
Menurutnya melalui kelompok tani
yang maju bisa menjadi salah satu cara
untuk menghentikan maraknya kepindahan
penduduk dari desa ke kota. Dengan mem-
perbaiki prasarana pertanian dan memper-
baiki upah buruh tani yang sesuai, niscaya
arus urbanisasi dapat ditekan.
Hal ini telah terbukti di beberapa daerah
transmigran yang pertaniannya berhasil.
Masyarakat sekitar daerah transmigrasi,
mulai tertarik menerjuni dunia pertanian,
setelah melihat keberhasilan para transmi-
gran.
Adanya Keltan seperti Binawarga diharap-
kan mampu menjadi magnit bagi generasi
muda di kampung untuk lebih mencintai
dunia pertanian, sehingga mampu mengubah
wajah pertanian kita menjadi lebih menarik
untuk digeluti.
Sebagai penutup obrolan siang itu,
beliau berpesan khususnya kepada
pemerintah untuk memperhatikan nasib
petani dengan cara membangun infra-
struktur yang baik. Selain tentu saja pasar
yang menjamin komoditas pertanian bisa
terjual dengan harga yang stabil. Kalau itu
tercapai, maka ketahanan pangan yang kita
idamkan pasti dapat tercapai. Semoga..!
(USR)***
Sarana belajar Keltan Binawarga, meliputi budidaya ikan
air tawar, pembuatan pesnab, pengamatan agroekosistem
sawah. (Foto: Ade Roni K)
34
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012


GA MAU KALAH

T
iga orang tengah terdiam menikmati
kehangatan sauna, yaitu orang dari
Amerika, Jepang dan Indonesia.
Keheningan didalam ruangan sauna
dipecahkan oleh bunyi, Bip,...bip,....bip...
Orang Amerika membuka telapak tangan
kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis
ditelapak tangannya itu. Dua rekan se 'sauna'
nya dengan kagum melihat tulisan yang
muncul ditelapak tangan orang Amerika ter-
sebut.
"Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan
chips, saya dapat langsung menerima pesan
SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil
ditelapak tangan saya,..." ujar si Amerika
ketika melihat kedua rekannya bengong.
Sesaat kemudian terdengar dering
telepon, orang Jepang mengangkat tangan
kanannya, jempol didekatkan ke telinga
sedangkan jari kelingking kebibirnya, "Oh
maaf, saya terima telepon dulu, tangan saya
sudah berisi chips, saya dapat menerima dan
berbicara melalui 2 jari saya tanpa
menggunakan HP" kata si Jepang.
Melihat semua itu, orang Indonesia
mulai gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan
untuk mengalahkan orang orang ini? pikirn-
ya.
Karena stress, keinginannya untuk
buang air besar tidak tertahankan lagi.
Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang
sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh
bokongnya dengan kertas toilet, seuntai
kertas toilet masih berjuntai di belahan
bokongnya.
Dengan keheranan orang Jepang dan
orang Amerika menunjuk ke untaian kertas
'sisa' tsb dan berkata: "Kertas apa itu yang
tergantung dibokong anda...?"
"Oh maaf, saya baru terima Fax.." jawab
orang Indonesia tersebut.(lokerseni)***
DIALOG TARZAN DAN MONYET

S
uatu hari dihutan rimba,
Monyet: "Tarzan..., kenapa sih
engkau saja yang pakai celana?
Kami semua tak pakai. Ada rahasia apa
sih?.
Tarzan: "Nggak ada rahasia-rahasian!"
Monyet: "Kita kan berkawan baik. Masak
sama kita saja ada rahasia?"
Tarzan: "Aku bilang nggak ada..., ya nggak
ada!"
Monyet sungguh enggak puas dengan jawa-
ban Tarzan. Jadi dia pun ajak kawan-kawan
dia ke pondok Tarzan dan mengintai untuk
mencari rahasia Tarzan.
Seperti biasa, sebelum mandi Tarzan mesti
buka celananya (itulah satunya celana dia).
Begitu lihat Tarzan yang bugil monyet-
monyet pun ketawa sampai sakit perut.
Monyet berkata, "Pantesan saja dia pakai
celana. Rupanya dia malu, sebab ekor dia
ada di depan, pendek dan buntet lagi!!!"
(www.lokerseni.web.id)***
Trio Macan sedang mandi, sambil berdendang lagu Iwak
Peyek Nasi Jagung. (Foto: ceritalucu.blogspot.com)
35
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

_
DENGAN BUAH PI CUNG/KLUWEK
P
icung atawa Kluwak Dikenal sebagai bahan makanan populer di Indonesia , ternyata
juga bisa sebagai bahan pestisida nabati. Orang Jawa menyebutnya kluwak atau
kluwek. Orang Manado menyebutnya pangi. Bahasa botaninya disebut Pangium
edule Reinw, dari famili Flacourtiaceae. Buah ini sering dipakai untuk bumbu masak, di
antaranya untuk rawon. Selain untuk bumbu masakan ternyata buah picung/kluwek dapat
juga dimanfaatkan untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorisa acuta) hama yang suka
menghisap biji padi pada fase masak susu menyebabkan biji padi menjadi hampa.
Bagaimana caranya?
Nah berikut cara mengendalikan wa-
lang sangit dengan buah picung caranya ada-
lah dengan mengambil dan meremas bagian
dalam kulit buah picung yang lunak sampai
hancur , kemudian direndam air selama
sehari semalam (24 jam). Hasil rendaman
kulit buah picung tersebut disaring dan
dilarutkan dalam 10 liter air untuk digunakan
menyemprot walang sangit. Untuk memper-
mudah penyemprotan dan menghemat, sebe-
lumnya walang sangit dipancing untuk
berkumpul dengan menggunakan bangkai
kepiting atau keong mas yang diletakkan di
pematang sekitar petakan sawah.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada
sore hari saat walang sangit sudah terkumpul
banyak.
Pestisida nabati ini mudah terurai
(Bio-degradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relative aman
bagi manusia dan ternak peliharaan karena
residu mudah hilang.
Buah picung mentah sangat beracun karena
mengandung asam sianida dalam konsentrasi
tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu
menyebabkan pusing (mabuk).Racun pada
biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk
mata panah. Biji ini aman diolah untuk ma-
kanan bila telah direbus dan direndam ter-
lebih dahulu. Selamat Mencoba! (BP)***
Buah picung mentah mengandung asamsianida dalam
konsentrasi tinggi (Foto: Urip SR)
Walang sangit hama padi yang menghisap bulir padi
kabur oleh semprotan ekstrak buah picung
(Foto: Internet)
36
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

T
umbuhan yang tumbuh subur di
hutan, ladang atau pekarangan ini
tergolong menyukai pada tempat
yang panas dan termasuk perdu yang me-
manjat, serta bisa memiliki ketinggian hing-
ga 2,5 meter.
Dengan batang sebesar jari keling-
king dan berbintil rapat, tumbuhan ini terke-
nal memiliki rasa pahit yang teramat sangat.
Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa
nenek moyang menggunakannya sebagai
salah satu bahan obat. Berikut beberapa
penyakit yang bisa disembuhkan dengan
tanaman ini.

RHEUMATIK

Bahannya :
- 1 jari batang Brotowali
- 3 gelas air
- Madu secukupnya
Cara membuatnya :
Cuci sampai bersih dan potong-potong
kemudian rebus hingga air tersisa sepa-
ruhnya. Setelah dingin, saring dan tam-
bahkan dengan Madu secukupnya. Minum
sehari 3 kali masing-masing 1/2 gelas.
Sumber:
(http://ww.ramuantradisional.com)***

DIABETES
Bahannya :
- 2 genggam daun Sambiloto segar
- 2 genggam daun Kumis Kucing segar
- 3/4 jari batang Brotowali
- 3 gelas air

Cara membuatnya :
Cuci semua bahan dan potong-potong ba-
tang Brotowali, rebus hingga air tersisa 2
gelas. Saring dan minum setelah makan,
sehari 2 kali masing-masing segelas.
Sumber:
(http://ww.ramuantradisional.com)***
Tanaman Brotowali (Tinospora crispa L.Miers) sangat
berkhasiat sebagai obat (Foto: Rachmadan.com)
37
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

Kepada Yth.
Pengasuh Klinik Tanaman
Di. Tempat

Beberapa minggu yang lalu saya
menanyakan mengenai Pupuk Hijau me-
lalui inbox di facebook BBPOPT, namun
belum ada balasan, saya memaklumi
kesibukan bapak-bapak pengelola, akhirnya
saya mengirim email via salah satu pegawai
yang saya kenal, alhamdulilah jawaban
cukup memuaskan dan saya berharap jawa-
ban tersebut di sharing di Majalah Perama-
lan OPT agar menambah pengetahuan bagi
yang lain. Terima kasih.

Hormat saya
Suwardi Mukhtar
Desa Karang Talok
Kec. Ampelgading - Pemalang

Jawab :
Bapak Suwardi di Pemalang terima kasih atas
atensinya terhadap semua bentuk publikasi
BBPOPT baik cetak maupun digitalnya. Salam
anda sudah kami sampaikan kepada pengasuh
facebook BBPOPT.
Pemanfaatan pupuk hijau dalam budidaya tana-
man telah dilakukan petani sejak lama, namun
keberadaannya mulai tersingkir sejak dimu-
lainya kegiatan intensifikasi pertanian yang
lebih banyak mengandalkan masukan energi
tinggi yang tidak terbarukan seperti pupuk
an-organic buatan pabrik.
Penggunaan pupuk an-organik menjadi
semakin meningkat seiring dengan ditemukann-
ya varietas unggul baru yang sangat respon-
sive terhadap pupuk tersebut. Penggunaan
pupuk an-organic ini memang secara mening-
katkan hasil pertanian. Namun disisi lain akibat
penggunaan pupuk ini dalam jangka panjang
telah menimbulkan permasalahan baru, yaitu
penurunan derajat kesuburan tanah dan pence-
maran lingkungan.
38
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Yang termasuk tanaman jenis pupuk
hijau adalah orok-orok (Crotalaria juncea , C.
lanceolata, C. ochraleuca dan C. retusa. Tana-
man ini mudah tumbuh diberbagai jenis tanah
dan iklim. Tinggi tanaman mencapai 3 meter,
berbatang tegak, pertumbuhannya cepat, batang
bercabang-cabang, berdaun tunggal berbentuk
lonjong meruncing dengan panjang 4-10 cm,
berbunga kuning panjang 2,5 cm, berbuah dalam
bentuk polong ukuran 3 cm dan banyak
mengandung N.
Tanaman orok-orok seluas 1 hektar
menghasilkan biomassa 15-25 ton yang mampu
menambah unsure Nitrogen (N) maksimal
mencapai 113 kg urea buatan pabrik.
Cara Pemanfaatan
Tanaman orok-orok bila akan di-
manfaatkan sebagai pupuk tanaman benihnya
ditanam baik di lahan tanaman utama atau di
lahan kosong lainnya sekitar 1atau 2 bulan
sebelum tanaman utama (padi, jagung, dll).
Cara pemanfaatannya sebagai pupuk, sebagai
berikut :
Langsung direbahkan dan dibenamkan da-
lam tanah, utamanya pada tanah sawah atau
pengolahan tanahnya menggunakan traktor.
Dicabut dan diletakkan pada alur-alur yang
sudah disiapkan, kemudian ditimbun dengan
tanah, utamanya tanah kering.
Dicabut, dipotong-potong kecil, ditebarkan
ke seluruh lahan lahan dan dinjak-injak.
Dicabut, dihamparkan disekeliling tanaman
pokok.

Nah, demikian jawaban dari kami, semoga
bermanfaat, mari kita galakkan go-organik.
Salam pedesaan. (Redaksi)***

Hal ini ditandai dengan tingkat produksi
yang melandai (leveling off) di berbagai tempat.
Sehingga harus dilakukan upaya untuk mengem-
balikan kesuburan tanah dengan cara
penggunaan pupuk organik. Pupuk organik
diketahui sebagai pembenah tanah yang lebih
baik dibanding pupuk an-organik.
Pupuk hijau sebagai salah satu jenis
pupuk organik dapat digunakan sebagai pem-
benah tanah. Penyebutan pupuk hijau karena
yang dimanfaatkan adalah hijauan, yaitu bagian-
bagian seperti daun, tangkai dan batang tanaman
tertentu yang masih muda.
Tanaman yang dikategorikan pupuk
hijau adalah tanaman yang berasosiasi dengan
bakteri penambat N di perakaran. Pada
umumnya tanaman Leguminoceae (polong-
polongan).
Adapun manfaat Pupuk Hijau sbb:
1
Sumber bahan organic, pupuk hijau ber-
peran dalam membangun dan memper-
tahankan kandungan bahan organik
da kesuburan tanah. Bahan organik akan
mendorong kehidupan mikroorganisme pengurai
maupun penambat Nitrogen, mencegah
pencucian unsur hara dan sebagai pemasok hara
Nitrogen (N), sulfur (S), dan posphat (P).
2
Sumber Nitrogen (N), melalui asosiasi
bakteri penambat N pada bintil-bintil
akar, akan meningkatkan hara N dalam
tanah, sehingga dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan N bagi tanaman budidaya.
3
Memperbaiki daur hara dan konservasi
tanah. Tanaman pupuk hijau yang be-
rakar dalam dapat membantu menaikkan
kembali hara yang telah tercuci kelapisan di
Pemakaian pupuk hijau orok-orok bisa langsung dipotong-
potong kecil, ditebarkan ke seluruh lahan dan dinjak-injak
atau dihamparkan sekeliling tanaman budidaya.
(Foto: Internet)
39
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012
Seputar K ehidupan
dan
GERAKAN MELAWAN HA-
MA WERENG COKLAT
40
BULETIN PERAMALAN OPT
Vol.11, No.1, April 2012

You might also like