You are on page 1of 26

Ekologi Pembangunan

EKOLOGI PEMBANGUNAN (Rangkuman salah satu bab dari Buku Pak Otto Soemarwotto)

Permasalahan lingkungan hidup mendapat perhatian yang besar di semua negara di dunia, ini terbukti dengan di adakannya konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm yang di buka pada tanggal 5 Juni 1972. Tanggal pembukaan konferensi tersebut diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memperhatikan pentingnya lingkungan hidup. Perhatian pada lingkungan ini mulai muncul di media massa sejak tahun 1960-an. Permasalahan lingkungan hidup telah ada pada saat manusia ada di bumi bahkan

permasalahan itu ada sejak bumi ini tercipta. Jika perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat malapetaka dan kepunahan massal hewan serta tumbuhan kita gunakan sebagai petunjuk permasalahan lingkungan, dapat kita ketahui bumi ini telah banyak mengalami permasalahan lingkungan yang besar. Faktor yang sangat penting dalam permasalahan

lingkungan ialah besarnya populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat maka kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman serta timbah domestik yang dikeluarkan pun semakin bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi ini telah mengakibatkan permasalahan yang besar dalam lingkungan hidup. Di negara yang sedang berkembang yang tingkat ekonomi dan teknologinya masih rendah, kerusakan hutan dan tata air yang disertai kepunahan flora dan fauna dan erosi tanah serata sanitasi yang buruk yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit terus meningkat merupakan permasalahan lingkungan yang besar didaerah itu. Masalah - masalah tersebut hanya bisa di atasi dengan pembangunan, karena dengan pembangunan akan menaikan perekonomian rakyat sehingga penduduk akan lebih mampu mengatasi masalah tersebiut dengan kekuatannya sendiri. Dengan demikian masalah lingkungan dinegara yang sedang berkembang hanya dapat diatasi dengan pembangunan. Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara

pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Ilmu yang mempelajari interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup disebut ekologi pembangunan. Manusia baik sebagai objek maupun subjek pembangunan merupakan bagian

ekosistem, pandangan tersebutlah yang dipakai dalam ekologi pembangunan. Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi membawa resiko juga yang dapat dan telah

menyebabkan masalah lingkungan yang mengurangi bahkan menghilangkan manfaat dari pembangunan. Pada saat ini yang menjadi permasalahan ialah bagaimana membangun tanpa merusak lingkungan, yaitu pembangunan yang akan menaikkan kualitas lingkungan, jadi pembangunan yang dilakukan haruslah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Analisis Manfaat dan Resiko Lingkungan merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan memiliki beberapa faktor yang diperlukan yaitu: 1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial: Proses ekologi merupakan penopang kehidupan kita dibumi ini karena sumber energi, materi dan unsur unsur yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup kita berasal dari proses ekologi yang terjadi di lingkungan. Proses ekologi yang terjadi di lingkungan ini misalnya efek rumah kaca, fotosintesis, pengikatan nitrogen oleh organisme, pengendalian populasi, penyerbukan dan pembuahan, serta hidrologi air. Semua proses ekologi ini ada yang merugikan manusia seperti efek rumah kaca dan beberapa menguntungkan manusia. Semua proses ekologi ini harus kita perhatikan karena kerusakan fungsi pada proses ekologi tersebut dapat merusak hasil pembangunan yang telah dicapai dan membahayakan pembangunan yang berkelanjutan. 2. Tersedianya sumber daya yang cukup: Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan manfaat yang kita dapatkan dari sumber daya yang tersedia di lingkungan. Peningkatan manfaat dapat dicapai dengan cara menaikkan efisiensi penggunaan sumber daya tanpa menambah kuantitas sumber daya yang kita pakai. Meningkatkan efisiensi sangat penting untuk menjaga agar sumber daya yang kita butuhkan tidak menjadi langka dan juga untuk menghindari adanya eksploitasi yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan serta untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Apabila eksploitasi terjadi maka akan mempercepat penyusutan sumber daya, dan apabila sumber daya digunakan dalam jumlah yang besar maka akan memperbesar juga masalah pencemaran. Adanya penyusutan sumber daya dan

pencemaran lingkungan akan membuat keanekaragaman sumber daya menurun sehingga akan membuat sumber daya menjadi langka serta sumber daya alternatif pun sulit untuk didapatkan, karena sumber daya alternatif hanya mungkin apabila ada keanekaragaman sumber daya. Sumber daya yang dibutuhkan oleh manusia tidak semuanya bisa tergantikan oleh teknologi yang berkembang. Tetapi teknologi dapat digunakan untuk mengefisienkan sumber daya yang ada apabila didukung oleh manusia-manusia yang bermutu.

Manusia merupakan sumber daya yang paling utama karena hanya manusia yang berperan menentukan berhasil tidaknya suatu pembangunan. Dengan manusia yang berkualitas tinggi dan perduli terhadap lingkungan meskipun hidup dalam keterbatasan sumber daya tetapi meraka akan dapat hidup dengan baik dan lingkungan pun dapat perkembang ke arah yang optimal. 3. lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai: Lingkungan sosial-budaya dan

ekonomi berperan penting bagi kesinambungan pembangunan berkelanjutan. Karena, pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup dalam kondisi sosial-budaya serta ekonomi tertentu. Ekonomi merupakan nilai yang sangat penting bagi pembangunan karena apabila ekonomi disuatu negara tidak mendukung maka pembangunan tersebut tidak akan berkelanjutan. Faktor lain yang mendukung pembangunan adalah sosial budaya. Faktor ini juga menentukan apakah suatu pembangunan akan berjalan atau tidak karena apabila pembangunan tidak sesuai dengan kondisi sosial-budaya di suatu bangsa maka pembanguan tersebut pasti akan berhenti atau dihentikan oleh masyarakat, karena nilai sosialbudaya merupakan cerminan suatu bangsa.

Faktor faktor tersebut diatas tidak saja

merasakan dampak dari pembangunan juga

mempunyai peran dalam pembangunan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan manusia sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar pembangunan berkelanjutan dapat tercapai dan terjaga maka manusia yang memiliki peran paling besar harus mampu melakukam penghematan sumber daya dengan hidup sederhana. Penghematan sumber daya ini bukan berarti kita tidak mau memanfaatkan sumber daya tetapi lebih pada penggunaan sumber daya untuk mendukung efisiensi dan efektivitas keperluan produktif yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia serta lingkungannya. Agar sumber daya dapat dimanfaatkan seefisien dan seefektivitas mungkin maka manusia bisa memanfaatkan teknologi tertentu. Teknologi yang merupakan alat untuk mempertahankan hidup manusia dapat digunakan sebijaksana mungkin sehingga sumber daya akan tetap terjaga. Perkembangan ilmu dan teknologi dapat dimanfaatkan manusia untuk menguasai informasi. Penguasaan informasi dapat digunakan manusia untuk menjaga sumber daya yang dimiliki dan memanfaatkan sumber daya seefisien mungkin agar ekosistem tidak terganggu sehingga pembangunan berkelanjutan akan terus berjalan.

Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya secara materi saja, yaitu tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup melainkan juga harus adanya pemerataan hasil dan biaya pembanguanan antar kelompok juga antar generasi. Pemerataan pembangunan sangat penting agar tidak ada kesenjangan sosial antar kelompok juga generasi, sehingga pembangunan berkelanjutan ini akan mereka jaga dan teruskan ke arah yang lebih optimal baik itu bagi manusia dan juga bagi lingkungan. 1. Ekologi Manusia dan Pembangunan

Secara harafiah, ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Menurut Haeckel (1868) dalam Suarna (2003) memberi batasan tentang ekologi sebagai hubungan yang menyeluruh antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dengan abiotiknya. Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem. Dalam suatu ekosistem (satu unit sistem ekologi), selalu ada keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat terus berlangsung. Ekosistem akan mengalami pertumbuhan apabila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar. Sebaliknya, ekosistem akan mengalami kemunduran apabila energi yang masuk lebih kecil dari energi yang keluar. Menurut hukum termodinamika II menyatakan bahwa energi yang ada itu tidak seluruhnya dapat dipakai untuk melakukan kerja, atau dengan kata lain tidak mungkin mencapai efisiensi 100%. Dengan makna yang sama, entropi secara universal akan selalu bertambah. Kita dapat menurunkan entropi di suatu tempat tetapi berbarengan dengan itu akan terjadi kenaikan entropi di suatu tempat secara lokal. Misalnya pembuangan limbah dari rumah tangga ke sungai dapat menurunkan entropi sehingga keteraturan di rumah tangga menjadi naik, tetapi meningkatkan entropi atau menurunkan keteraturan di sungai. 2. Etika Lingkungan

Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan

manusia’ Albert Schweitzer. Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral. ANTROPOSENTRISME Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism). TEOSENTRISME Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan). 3. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.

Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat dikontrol dari segi sains dan teknologi. Penggunaan perangkat hasil teknologi diarahkan untuk tidak merusak lingkungan alam, serta bersifat teknologi bersih, dan mengutamakan sistem daur ulang. Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan menekan beaya eksternal akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap usaha pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme pengaturan keseimbangan sistem masukan dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian atau komitmen sumberdaya manusia, sistem yang berlaku, infrastruktur fisik, sumberdaya lain yang dibutuhkan. Dengan prinsip keterlanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan perlu disusun dalam arah strategis untuk menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Upaya peningkatan kesejahteraan manusia harus seiring dengan kelestarian fungsi sumberdaya alam, agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan potensi keanekaragaman hayati tidak akan menurun kualitasnya. 4. Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

Tata ruang adalah wujud struktural pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak, sedangkan yang dimaksud ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan. Kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya membutuhkan ruang untuk berbagi lokasi pemanfaatan ruang. Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan unsur alam yang terdiri dari berbagai proses ekologi merupakan satu kesatuan yang mantap. Sehingga perencanaan dan pengelolaannya harus memperhatikan lingkungan hidup yang sesuai dengan dasar dari pembangunan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup harus di dasarkan pada prinsip Pembangunan Berkelanjutan (PB) yang berwawasan lingkungan. Komitmen untuk mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan harus dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan holistik. Dengan demikian, setiap usaha untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, perlu didasari dengan semangat kebersamaan, kemitraan, keberlanjutan dan akuntabilitas pada semua fihak yang terkait dengan Pembangunan Berkelanjutan. Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keberlanjutannya merupakan tugas bersama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dan bertumpu pada kemitraan pemerintah dan masyarakat. Upaya untuk memperluas jangkauan kepedulian dan kesadaran lingkungan hidup perlu terus ditumbuhkan, agar dapat mengikat komitmen semua fihak yang terkait guna terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan panduan integrative untuk dapat secara nyata memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam seluruh perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Arif Novianto

Dilematika Pembangunan dan Imperialisme Ekologi


Jum'at, 03 Mei 2013 09:50 wib

Browser anda tidak mendukung iFrame

Di dalam konteks Negara-negara dunia ketiga, pembangunan sebagai salah satu paradigma dan teori perubahan sosial pada dewasa ini telah mengalami kegagalan dan tengah berada pada masa krisis (Fakih, 2001: 97). Kegagalan dan krisis tersebut terjadi akibat dari tidak pernah tercapainya fungsi dan tujuan dari Pembangunan tersebut, yaitu untuk dapat menciptakan kesejahtraan, pemerataan dan keadilan. Sedangkan yang sering terjadi dari Pembangunan tersebut malahan peningkatan kemiskinan, semakin melebarnya ketimpangan, ketidakmerataan dan kerusakan lingkungan. Di Indonesia, kata Pembangunan seolah lebih dieratkan dengan rezim Orde Baru. Kata Pembangunan di dalam konteks Orba, sangat erat kaitannya dengan discourse development yang dikembangkan oleh Negara Kapitalis barat. Sehingga pembangunan pada era Soeharto tersebut merupakan bagian dari Ideologi Pertumbuhan, yang di mana poin Pertumbuhan ekonomi digenjot setinggi mungkin, tetapi dengan harga kerusakan sumber daya alam dan kesenjangan sosial yang terus dibiarkan, hingga akhirnya justru berbalik menghancurkan hasil-hasil pertumbuhan itu sendiri (Rachbini, 2004). Dan model pembangunan tersebutlah, pada era pasca-reformasi ini masih tetap digunakan oleh para Pemerintah Daerah dan Nasional. Problematika Pembangunan Daerah Di dalam konteks Otonomi Daerah sekarang ini, hampir setiap Daerah berupaya untuk memacu pertumbuhan PAD (Pendapatan Asli Daerah) mereka masing-masing. Hal tersebut tak lain akibat dari kesalahan penafsiran tetang Otonomi Daerah ini sendiri, yang dimana keberhasilan dari pelaksanaan Otonomi Daerah hanya dimaknai ketika Daerah-Daerah tersebut memiliki PAD yang tinggi dibanding daerah-daerah lainnya. Akhirnya muncul tendensi para Pemerintah Daerah melakukan pemaksaan-pemaksaan pembangunan tertentu atas nama untuk peningkatan PAD dan mitos kesejahtraan yang dihadirkannya. Adanya pemaksaan di dalam pembangunan daerah tersebut, selain dipengaruhi oleh kesalah penafsiran tentang otonomi daerah juga dikarenakan adanya faktor persekongkolan gelap yang dapat memberikan keuntungan terhadap para Kepala Daerah beserta kroninya. Yaitu melalui deal-deal politik tertentu dengan para pengusaha dan investor untuk mendapat jalan kemudahan akses terhadap IUP. Dan timbal-baliknya pasti menguntungakan para Kepala Daerah dan pengusaha/investor sedangkan rakyatlah yang menanggung besarnya kerugian yang harus mereka terima. Apalagi didorong dengan mahalnya biaya di dalam mengarungi setiap ajang kontestasi politik di Indonesia sekarang ini, yang semakin memiliki tendensi kuat munculnya perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha tersebut. Akibatnya seperti data dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), bahwa 35 persen daratan Indonesia diizinkan untuk dibongkar guna industri pertambangan oleh 1.194 perusahaan pemegang kuasa pertambangan, 341 kontrak karya pertambangan, dan 257 Kontrak Pertambangan Batu bara (PKP2B). Data tersebut memperlihatkan bagaimana frame kebijakan dari Pemerintah pusat maupun daerah yang masih berkutat dengan idiologi pertumbuhan, tanpa sedikit pun melihat akan dampak yang ditimbulkan oleh pemaksaan pembangunan itu sendiri. Buah dari pembangunan pertambangan tersebut yang terjadi malahan menciptakan bencana dengan rakyat menjadi korbannya, sedangkan hanya segelintir orang yang menikmati manfaatnya. Itu memperlihatkan praktek pembangunan yang Mudarat.

Keadaan tersebutlah yang pelak membuat terjadinya berbagai mobilisasi Gerakan Sosial dengan tujuan melakukan penolakan terhadap pembangunan yang berusaha dihadirkan oleh pemerintah. Seperti pada kasus penolakan rakyat terhadap pembangunan pertambangan pasir besi di Kulonprogo atau gerakan penolakan rakyat Pati terhadap rencana eksplorasi pertambangan pabrik semen di kawasan Pegunungan kedeng utara-pati. Praktek Imperialisme Ekologi Munculnya Praktek Imperialisme Ekologi sekarang sedang menghantui Negara-negara Dunia ketiga yang memiliki Sumber Daya Alam cukup besar, seperti Indonesia. Menurut Foster (the Ecological Revolution, 2009), praktik imperialisme ini ditandai dengan berlangsungnya perampasan sumber daya alam oleh kekuatan dominan (dari negeri-negeri kapitalis maju) terhadap negeri-negeri yang terkebelakang dan mengubah secara drastis keseluruhan ekosistem di mana negara dan bangsa-bangsa itu bergantung. Praktek Imperialisme ekologi ini dijalankan oleh Perusahaan-perusahaan transnasional maupun nasional. Agar dapat leluasa melakukan praktek eksploitasi terhadap Sumber Daya Alam, mereka melakukan seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu perselingkuhan gelap dengan Pemerintahan Negara. Untuk kemudian turut mendikte aturan-aturan yang berlaku di Negara atau Daerah tersebut melalui bantuan kekuatan-kekuatan Kapitalis Global. Yang dilanjutkan melalui deal-deal politik tertentu dengan elit-elit politik untuk diberi jalan kemudahan dan keamanan di dalam menjalankan misi Imperialisme Ekologinya. Akibat yang ditimbulkan salah satunya adalah munculnya pemiskinan secara bertahap terhadap para petani atau masyarakat lokal di area pertambangan. Yaitu sebuah gejala dimana terjadi suatu perampasan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar terhadap tanahtanah milik para petani melalui relasi jual-beli di bawah bayang-bayang tekanan dan represi dengan nilai yang dibawah rata-rata. Ketiadaan lahan pertanian, telah membuat para petani tersebut harus beralih menjadi buruh tani atau pekerja kasar di industri pertambangan dengan upah rendah. Keadaan tersebutlah yang membuat perlahan kehidupan para petani yang kehilangan lahan pertaniannya akan semakin terpuruk. Itu terjadi akibat besarnya dampak lingkungan dan sosial yang mengalir ke dampak ekonomi yang harus dihadapi oleh para petani yang telah diciptakan oleh perusahaan pertambangan tersebut. Kemudian Perusahaan tersebut seolah akat tangan terhadap dampak yang telah diciptakannya, sedangkan pemerintah harus membuta melihat keadaan tersebut akibat tersandra oleh persekongkolan gelap. Dan disatu sisi program CSR yang dihadirkan oleh perusahaan hanya seperti obat pelipur lara yang masih menyakitkan. Atau seperti sebuah makanan ringan yang diberikan kepada para warga sekitar agar mereka dapat terus dihisap darahnya. Melihat kenyataan yang demikian, memperlihatkan bagaimana pemerintah dan perusahaanperusahaan yang telah menciptakan kerusakan lingkungan dan penyengsaraan masyarakat sekitar masih berfikir secara pragmatis. Yang di mana pandangannya hanya terbatas bahwa alam berada di bawah kendali manusia, sehingga manusia dianggap bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan terhadap alam. Pemaksaan pembangunan yang terjadi akibat dari perselingkuhan antara penguasa dengan pengusaha ini harus segera diakhiri. Tanpa hal tersebut, maka kehancuran demi kehancuran siap menghadang dari apa yang dinamakan sebagai proses pembangunan.

Perbaikan terhadap sistem politik yang sedang belangsung di alam demokrasi Indonesia sekarang ini menjadi hal yang wajib dilakukan untuk dapat memutus jeratan Imperialisme ekologi tersebut. Karena munculnya tindakan melenceng yang dilakukan oleh para penguasa di pemerintahan terjadi akibat adanya keleluasaan yang telah diberikan oleh sistem atau struktur yang berlaku. Selain itu penguatan kekuatan basis rakyat sangat perlu untuk didorong. Karena Gerakan civil society yang kuat akan menjadi oposisi yang cemerlang untuk mengontrol dan menekan pemerintah. Tanpa hal tersebut maka yang terjadi adalah proses destruksi dengan mengatas namakan pembangunan. Atau semakin memperbanyak potret-potret gambaran keadaan Neraka kecil di Dunia, yang salah satunya dapat kita lihat di Mimika Papua dengan panorama alam yang menyengangkan yang telah diciptakan oleh PT Freeport McMoRan Copper and Gold dan juga berbagai rengekan kesengsaraan yang menyertainya. Arif Novianto Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada (UGM) - Yogyakarta Kontak: arifnovianto92@gmail.com / Twitter: @arifnovianto92 - See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/05/03/58/801530/dilematika-pembangunandan-imperialisme-ekologi#sthash.35FloQQU.dpuf

Hubungan Ekologi dan Pembangunan dalam lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organism dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya. Ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem. Struktur di sini menunjukkan suatu keadaan atau susunan dari system ekosistem. Keadaan itu termasuk kepadatan/kerapatan,biomas,penyebaran potensi unsur-unsur (materi),energy, factor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan sisitem tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam system ekologi atau ekosistem. Jadi pokok utama ekologi dalam pembangunan bagaimana antara mahluk hidup mempunyai hubungan interaksi dengan pembangunan. B.Ruang Lingkup Ekologi berkaitan dengan dengan berbagai ilmu pengetahuan yanag relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia seperti hubungannya dala pembangunan. C.Tujuan 1.Dapat memahami pengertian ekologi 2.Dapat memahami hubungan pembangunan dengan lingkungan hidup. 3.Dapat mengetahui interaksi mahluk hidup dalam pembangunan.

BAB II PEMBAHASAN
1. Ekologi Manusia dan Pembangunan Secara harafiah, ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Menurut Haeckel (1868) dalam Suarna (2003) memberi batasan tentang ekologi sebagai hubungan yang menyeluruh antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dengan abiotiknya. Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem. Di dalam ekologi pembangunan manusia mempunyai peranan yang sangat penting, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Dalam suatu ekosistem (satu unit sistem ekologi), selalu ada keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat terus berlangsung. Ekosistem akan mengalami pertumbuhan apabila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar. Sebaliknya, ekosistem akan mengalami kemunduran apabila energi yang masuk lebih kecil dari energi yang keluar. Menurut hukum termodinamika II menyatakan bahwa energi yang ada itu tidak seluruhnya dapat dipakai untuk melakukan kerja, atau dengan kata lain tidak mungkin

mencapai efisiensi 100%. Dengan makna yang sama, entropi secara universal akan selalu bertambah. Kita dapat menurunkan entropi di suatu tempat tetapi berbarengan dengan itu akan terjadi kenaikan entropi di suatu tempat secara lokal. Misalnya pembuangan limbah dari rumah tangga ke sungai dapat menurunkan entropi sehingga keteraturan di rumah tangga menjadi naik, tetapi meningkatkan entropi atau menurunkan keteraturan di sungai. 2. Etika Lingkungan Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan manusia’ Albert Schweitzer. Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral. ANTROPOSENTRISME Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism). TEOSENTRISME Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan). 3. Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan,

harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta. Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat dikontrol dari segi sains dan teknologi. Penggunaan perangkat hasil teknologi diarahkan untuk tidak merusak lingkungan alam, serta bersifat teknologi bersih, dan mengutamakan sistem daur ulang. Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan menekan beaya eksternal akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap usaha pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme pengaturan keseimbangan sistem masukan dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian atau komitmen sumberdaya manusia, sistem yang berlaku, infrastruktur fisik, sumberdaya lain yang dibutuhkan. Dengan prinsip keterlanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan perlu disusun dalam arah strategis untuk menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Upaya peningkatan kesejahteraan manusia harus seiring dengan kelestarian fungsi sumberdaya alam, agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan potensi keanekaragaman hayati tidak akan menurun kualitasnya. 4. Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Tata ruang adalah wujud struktural pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak, sedangkan yang dimaksud ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan. Kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya membutuhkan ruang untuk berbagi lokasi pemanfaatan ruang. Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan unsur alam yang terdiri dari berbagai proses ekologi merupakan satu kesatuan yang mantap. Sehingga perencanaan dan pengelolaannya harus memperhatikan lingkungan hidup yang sesuai dengan dasar dari pembangunan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup harus di dasarkan pada prinsip Pembangunan Berkelanjutan (PB) yang berwawasan lingkungan. Komitmen untuk mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan harus dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan holistik. Dengan demikian, setiap usaha untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, perlu didasari dengan semangat kebersamaan, kemitraan, keberlanjutan dan akuntabilitas pada semua fihak yang terkait dengan Pembangunan Berkelanjutan. Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keberlanjutannya merupakan tugas bersama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dan bertumpu pada kemitraan pemerintah dan masyarakat. Upaya untuk memperluas jangkauan kepedulian dan kesadaran lingkungan hidup perlu terus ditumbuhkan, agar dapat mengikat komitmen semua fihak yang terkait guna terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan panduan integrative untuk dapat secara nyata memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam seluruh perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia. A.Pembangunan dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan hidup Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bagian yang satu dengan yang lainnya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan, karena tidak akan terjadi sebuah pembangunan dalam kehidupan manusia jika tidak ada lingkungan yang mendukung kearah terwujudnya pembangunan tersebut. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Pembangunan bertujuan untuk menaikan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan permintaan atas sumber daya alam, sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam.

Di dalam undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup, bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Disini kita dapat melihat selama manusia ada pembangunanpun akan terus berlangsung, apalagi ditunjang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan memacu pembangunan yang cepat karena kebutuhan manusiapun akan semakin meningkat. Jadi sangatlah jelas bahwa pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup B.Pembangunan berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Terpeliharanya keberlanjutan lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan peran serta anggota masyarakat, yang dapat di disalurkan melalui perseorangan, oraganisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup mendukung yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan. Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan ialah: 1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial 2. Tersedianya sumber daya alam yang cukup 3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga dengan adanya pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-negara dan antara kelompok masyarakat kaya dan masyarakat miskin dimasing-masing negara harus dikurangi. Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi kesejateraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu generasi masa kini dan generasi masa depan.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP . Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang kitapergunakan disini adalah merupakan terjemahan dari suistainabledevelopment yang sangat populer dipergunakan di negara-negara Barat. IstilahPembangunan Berkelanjutan secara resmi dipergunakan dalam Tap MPR No.IV /MPR/1999 tentang GBHN, sedangkan istilah Pembangunan berkelanjutanyang berwawasan Lingkungan Hidup digunakan dalam UU No. 23 Tahun 1997tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu juga dikenal ada

lingkungandan pembangunan, 1988:12) sedang sebelumnya lebih popular digunakansebagai istilah Pembangunan yang berwawasan Lingkungan sebagai terjemahdari EcodevelopmentMenurut Sonny Keraf, sejak tahun 1980-an agenda politik lingkunganhidup mulai dipusatkan pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Mulaipertama istilah ini muncul dalam World Conservation Strategy dari theInternational Union for the conservation of nature (1980), lalu dipakai oleh LesterR. Brown dalam bukunya Building a Suistainable Society (1981). Istilah tersebutkemudian menjadi sangat popular melalui laporan Bruntland, Our Commo Future(1987). Tahun 1992 merupakan puncak dari proses politik, yang akhirnyapada konferensi tingkat tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jainero, Brazil, paradigma Pembangunan Berkelanjutan di terima sebagai sebuah agenda politik pembangunan untuk semua negara di dunia (Keraf, 2001:1,2002:166). Selain itu ada pula beberapa pakar yang memberikan rumusan untuk lebih penjelaskan makna dari pembangunan yang berkelanjutan itu antara lain: 1. Emil Salim : Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan atau suistainabledevelopment adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkanmanfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia, denganmenyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan (yayasan SPES,1992:3) 2. Ignas Kleden : Pembangunan berkelanjutan di sini untuk sementara di definisikan sebagai jenis pembangunan yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun sumber daya manusia secara optimal, dan di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling bertentangan terhadap sumber daya tersebut (yayasan SPES, 1992:XV).

3. Sofyan Effendi : a. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber dayanya, arah invesinya, orientasipengembangan teknologinya dan perubahan kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Wibawa,1991:14). b. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memnuhi kepentingan mereka) (Wibawa,1991:26). ini, yaitu : Asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut - Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus di topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berlanjut, - Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya manusia.

- Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan, semakin posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada turunnya tingkat kematian dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan, supaya memberi pengaruh positif terhadap kualitas hidup. - Kelima, pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas transgenerasi, dimana pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan Dari pembahasan makalah dapat disimulkan bahwa : 1. Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara organism dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya. Ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem. 2. Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bagian yang satu dengan yang lainnya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan, karena tidak akan terjadi sebuah pembangunan dalam kehidupan manusia jika tidak ada lingkungan yang mendukung kearah terwujudnya pembangunan tersebut. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. 3. Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi kesejateraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu generasi masa kini dan generasi masa depan.

PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Disusun oleh : 1. Rifky Anindika 101011184 2. Alana Arumsari 101011193 3. Alfina Hapsari 101011190 IKM B 2010 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, telah terjadi peningkatan suhu di berbagai belahan dunia. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Pemanasan global di Indonesia semakin diperparah dengan kebijakan pemerintah yang kurang berbasis pada ekologi. Pemerintah lebih fokus pada investasi dalam bidang industri yang mengorbankan banyak sumber daya alam di Indonesia. Kebijakan di bidang kehutanan juga telah berimbas besar pada kondisi lingkungan di Indonesia. Pemerintah lebih tertarik untuk memanfaatkan sistem hidrologi dan menjadikannya objek wisata daripada menanam pohon. Dengan permasalahan-permasalahan alam yang terjadi seharusnya pemerintah sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas kami merusmuskan masalah, sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan ekologi? 2. Apa peran manusia dalam pembangunan berbasis ekologi? 3. Bagaimana pengaplikasian pembangunan berbasis ekologi?

1.3 Tujuan Dari makalah ini kami memiliki tujuan, antara lain: 1. Menelaah lebih dalam mengenai ekologi 2. Memahami peran manusia dala pembangunan berbasis ekologi 3. Memahami pembangunan berbasis ekologi BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Ekologi Sejak dalam kandungan induk, suatu organisme sudah mulai berhubungan dengan alam lingkungan. Proses hidup yang mengantarnya pada kehidupan lebih lanjut, dimulai dari perkembangannya dalam rahim induk. Selanjutnya, ketika organisme tersebut lahir tidak berhenti berhubungan dengan lingkungannya. Organisme tersebut mulai berkembang dan berinteraksi lebih lanjut dengan lingkungan. Perkembangan makhluk hidup sangat membutuhkan lingkungannya, dimulai dari hirupan oksigen dalam lingkungan menuju alat pernafasannya, asupan makanan alam menuju alat pencernaannya. Namun bukan hanya hubungan fisiologis saja yang terjalin, ada hubungan menyeluruh yang terjadi, seperti hubungan psikologis. Hubungan tersebut mengharuskan makhluk hidup mengadakan pembangunan dan perkembangan lingkungan untuk tetap bertahan hidup. Sebelum membahas mengenai ekologi, harus ditelaah terlebih dahulu mengenai konsep ekologi. 2.1.1 Pengertian Ekologi Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk ditelaah lebih dalam. Hal tersebut karena telah terjadi proses, hubungan, perkembangan dan jalinan unik di dalamnya. Suatu makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang saling berkaitan dengan lingkungannya. Jalinan dan jaringan itu dikembangkan dalam bidang penelaahan yang dikonsepkan sebagai ekologi. Kata ekologi berasal dari dua suku kata dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah (house) dan logos yang artinya penelaahan atau ilmu. Oleh karena itu, Laurence Pringle mendefinisikan ekologi sebagai berikut : Ecology is the study of the houses, or environments of living organisms all of their surroundings, including other animals and plants, climate, and soil . (Pringle, 1971). Ada juga tokoh yang memberikan definisi ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan mereka (Dasman, Milton, Freeman, 1973). Jadi, fokus ekologi adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Erlich dan kawan-kawan memberi batasan pada hubungan tersebut dalam mengartikan ekologi sebagai subdisiplin dari biologi yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan mereka pada populasi, komunitas dan level ekosistem (Erlich dkk, 1973). 2.1.2 Unsur-unsur Ekologi Ekologi sebagai suatu penelaahan mempunyai dua unsur yaitu makhluk hidup dan lingkungan. Makhluk hidup sebagai unsur pertama merupakan suatu subyek yang mengelola interaksinya dengan alam. Di lingkungan, makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang saling berkaitan.

Unsur kedua setelah makhluk hidup yang tidak terlepas dari konsep ekologi adalah lingkungan. Menurut Prof. Dr. Otto Soemarwoto , Lingkungan adalah segala sesuatu di sekeliling organisme yang berpengaruh pada kehidupannya (Otto Soemarwoto, 1985). Dalam Undang-Undang RI, Nomor 4 tentang Ketentun-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 1982 dijelaskan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dari konsep lingkungan tersebut maka lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Lingkungan alam b. Lingkungan sosial c. Lingkungan budaya 2.1.3 Asas Ekologi Berlangsungnya suatu sistem ekologi yang membentuk jalinan kehidupan antara makhluk hidup sesamanya dan dengan alam lingkungannya, mengikuti asas-asas tertentu. Asas-asas ekologi, antara lain: a. Asas keanekaragaman Makhluk hidup di alam ini memiliki jenis yang beraneka ragam. Tiap makhluk hidup mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan dalam lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan hidup secara alamiah mengalami keseimbangan yang stabil dan dinamis. b. Asas Kerja Sama Terciptanya keseimbangan alamiah dalam suatu ekosistem adalah hasil dari adaptasi makhluk hidup dengan lingkungan, yang menyediakan sumber daya, antara lain karena ada asas kerja sama di antara mereka. Berlangsungnya asas kerja sama juga berkat adanya keanekaragaman unsur-unsur ekologi dalam ekosistem yang bersangkutan. Bentuk kerja sama yang saling menguntungkan itu biasa disebut simbiosis mutualisme. c. Asas Persaingan Bentuk hubungan di antara unsur-unsur ekologi selain dalam bentuk kerja sama juga dalam bentuk persaingan. Asas persaingan ini berfungsi mengontrol pertumbuhan suatu unsur yang terlalu pesat yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. 2.2 Peran Manusia dalam Pembangunan Berbasis Ekologi Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Manusia, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan, merupakan bagian dari ekosistem. Pembangunan bertujuan menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan sebagai pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyak. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan esensial bagi hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk memilih. Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar untuk benyak anggota masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan baik. Misalnya pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal masih belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan masih belumnya terpenuhi kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup masyarakat masih belum baik. Karena itu pembangunan masih

harus diteruskan. Dalam usaha memperbaiki lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. 2.2.1 Manusia sebagai Subyek dalam Lingkungan Manusia dilahirkan ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmani dan rohani yang berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai akar dan pikiran yang membuatnya berbeda dengan makhluk lain, sehingga diberi kelebihan memiliki akal-pikiran. Kelengkapan akal-pikiran ini, manusia mampu menghadapi tantangan berat dan mampu menyelesaikan masalah dan mampu memanfaatkan lingkunagn dengan sebaik-baiknya. Sebagai makhluk biologi, manusia lahir menyendiri sebagai seorang individu. Selaku individu, manusia memiliki potensi-potensi psikologis yang dapat dikembangkan. Untuk perkembangan itu secara wajar dibutuhkan pertumbuhan jasmani yang baik, untuk perkembangan dan pertumbuhan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan budaya. Manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tetapi sebagai makhluk sosial bagi kehidupan masyarakatnya. Ditinjau dari kondisi lingkungan, manusia di satu pihak menjadi penjaga dan pelindung lingkungan. Dari keunikan sikap manusia bisa saja manusia menjadi perusak lingkungan, perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kondisi lingkungan tidak menjadi bumerang bagi dirinya dan bagi kondisi masyarakat lain. Diantara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi ekologis. Interaksi dapat berlaku positif dalam arti mengembangkan daya dukung lingkungan dengan dalam menjamin hidupnya, dapat pula berlangsung negatif dengan pengertian merusak lingkungan tersebut. Hal ini dapat kita hayati dan dapat kita saksikan secara langsung. Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, khususnya lingkungan fisis-biologis, mengadakan interaksi demham lingkungannya. Dari hasil interaksi tadi, diperoleh pengalaman yang mengembangkan nilai hubungan antar manusia, nilai hubungan antar manusia dengan lingkungannya, dan bahkan nilai hubungan dengan Tuhan. Nilai tadi menjaga kelestarian hubungan diantara sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Khaliknya. Dari pengalaman yang berkesinambungan dan bermakna bagi kehidupan, khususnya pengalaman tentang lingkungan, mengembangkan pengetahuan manusia tentang alam lingkungan. Pengetahuan tadi mengembangkan nilai yang menjaga kelestarian lingkungan yang menjamin kehidupannya. Nilai yang membentuk keyakinan pada manusia tentang kelestarian tersebut antara lain pada tabu dan pantangan. Bentuk tabu dan pantangan itu antara lain mengangkerkan hutan, pohon-pohon tertentu dan bagian lingkungan perairan tertentu. Tabu yang kita bahas tadi merupakan bentuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini juga menunjukkan keunikan manusia yang hidup didalam lingkungannya. Menjaga dan melestarikan hewan dan tumbuhan juga memiliki suatu nilai ekologi. Karena merupakan bentuk menjaga kelestarian alam dan menjaga rantai makanan yang ada di alam agar selalu seimbang. Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian masyarakat akan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan ini dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai bencana yang menimpa masyarakat sebagai akibat tindakannya sendiri. Hal ini terutama benar bila manusia dilihat dari segi makhluk yang berbudaya. Dalam konteks ini manusia akan merasakan kebutuhan akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, kepuasan yang berkembang secara indefinitif.

Lain halnya, apabila manusia dilihat sebagai makhluk biologis, perasaan lapar atau dahaga mudah dipenuhi dengan makan dan minum. Dengan sendirinya budaya akan terus berkembang, lalu pemanfaatan sumber daya alam dan laju peningkatan jumlah dan kualitas limbah juga bertambah. Apabila dampak intensitas kegiatan ini terhadap kualitas lingkungan tidak diperhatikan akan terjadi peningkatan taraf pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan turunnya kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan perlu didasarkan atas pengetahuan ekologi manusia. Adapun yang dimaksud dengan ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fiaik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintetis. Pengetahuan ekologi manusia ini merupakan dasar esensiil untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam pengelolaan lingkungan. Hubungan ekologi manusia dengan usaha kesehatan lingkungan dapat dianalogkan dengan hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan, dan sebagainya. Sebagai contoh, ekologi manusia dapat diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan sebagai berikut: a. Dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia terhadap faktor disgenik. b. Dalam ilmu kesehatan lingkungan meningkatkan daya guna faktor eugenik (menguntungkan) dan mengurangi pengaruh faktor disgenik (merugikan). c. Dalam ilmu kedokteran pengobatan membantu meningkatkan kekuatan manusia dalam melawan faktor disgenik. 2.2.2 Manusia sebagai pelaksana pembangunan Manusia memiliki banyak akal sehingga manusia bisa mengeluarkan ide sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan keseimbangan lingkungan. Dengan hal yang dimiliki manusia, manusia melakukan tugasnya untuk menggunakan alam dengan sebaik-baiknya dan menggunakan akal pikirannya, menjadikan alam ini lebih layak yaitu menggunakan alam dengan sesuai aturan sehingga manusia memiliki kehidupan yang bersahabat dengan alam. Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Manusia sebagai pelaksana pembangunan sama saja dengan tugas manusia sebagai khilafah. Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai ke taraf yang irreversibel. Gunung-gunung dapat dibelah sesuai dengan keperluannya, hutan dapat diubah menjadi kota dalam waktu singkat. Contoh lain, manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam, ia juga membuang lagi segala sesuatu yang tidak dipergunakan kembali ke alam. Tindakan ini akan berakibat buruk bagi manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau banyak sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self purification terlampaui) 2.3 Peran Ekologi dalam Pembangunan 2.3.1 Manfaat dan Risiko Lingkungan dalam Pembangunan Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita dapat melihatnya di sekitar kita. Sungai kita bendung. Dengan bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah tergenangnya kampung dan

sawah, tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan hewan. Contoh lainnya adalah batubara, batubara kita manfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga, dan SO2. Di dalam pembangunan selalu didapatkan manfaat pada satu pihak dan risiko pada lain pihak. Pasangan manfaat dan risiko tidak terpisahkan. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilema. Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan risikonya. Bagaimanapun baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara berimbang. Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau terlalu membesarbesarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan menimbulkan pertentangan. Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda oleh risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan untuk membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan-dan dengan demikian mutu hidup-dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL) merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2.3.2 Tantangan Pembangunan dalam Kaitannya dengan Lingkungan Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasinya dalam pembangunan negara, pemanfaatan sumber daya alam akan meningkat. Demikian pula dengan buangan berbahayanya, sehingga kualitas lingkungan hidup akan terus berubah secara dinamis. Beban lingkungan dalam menunjang pembangunan akan semakin berat. Pertumbuhan industri di berbagai bidang serta tekanan terhadap sumber daya alam menyebabkan timbulnya permintaan, inovasi, dan produksi sumber bahan sintesis, yang sering tergolong dalam bahan berbahaya, demikian pula buangannya. Industrialisasi akan membawa serta kebutuhan akan pemukiman tenaga kerja yang terkonsentrasi di daerah urban/periurban. Kota-kota akan bertambah, baik jumlah maupun besarnya. Dengan demikian permintaan akan pelayanan kesehatan lingkungan akan bertambah dan semakin komplex. Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan bagi manusia untuk dapat menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal sehingga daya dukung kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap lestari, dan kesehatan masyarakat tetap terjamin. Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat, yakni : setiap aktivitas harus (i) didasarkan atas kebutuhan manusia, (ii) ditujukan pada kehendak masyarakat, (iii) direncanakan oleh semua pihak yang berkepentingan, (iv) didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah, dan (v) dilaksanakan secara manusiawi. 2.3.3 Pembangunan yang Terlanjutkan Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang terlanjutka ialah i) terpeliharanya proses kologi yang esensial, ii) tersedianya sumberdaya yang cukup, dan iii) lingkungan siosial-budaya dan ekonomi yang sesuai. Ketiga faktor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan.

Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan tidak cukup untuk melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek pembangunan. Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap proyek, pengelolaan lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan dini pengelolaan lingkungan untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan. 2.3.4 Pengelolaan Proyek Pembangunan yang Memperhatikan Lingkungan Pengelolaan proyek pembangunan yang biasa kita lakukan ialah secara sektoral. Misalnya, proyek bendungan untuk PLTA dikelola oleh PLN dan proyek jalan raya oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Proyek yang besar mempunyai aspek yang banyak. Ambil sebagai contoh proyek bendungan. Umur bendungan tergantung oleh laju erosi di daerah hulu dan penyuburan air oleh limbah kota dan desa. Waduk yang terbentuk akan menggenangi desa, sawah, ladang, dan jalan. Mungkin pula hutan dan candi akan tergenang. Perkembangan dan sistem pasar rusak. Lapangan pekerjaan banyak yang hilang. Sementara itu banyak orang tidak mau ditransmigrasikan dan ingin tinggal di daerah itu. Karena itu tekanan penduduk terhadap lahan meningkat. Bahaya erosi dan kerusakan tata air bertambah. Kesulitan pokok ialah siapa yang bertanggung jawab dan harus melakukan penanggulangan masalah itu? Misalnya, siapa yang harus melakukan pengendalian erosi di daerah hulu? Siapa yang harus mengusahakan pemukiman kembali penduduk yang tidak mau bertransmigrasi? Jelas PLN tidak dapat melakukan semuanya sendiri, karena keterbatasan biaya dan keterbatasan tenaga ahli. Kecuali itu juga akan bertentangan dengan pembagian tanggung jawab dan tugas aparatur pemerinahan. Karena itu seharusnya masing-masing masalah itu menjadi tanggung jawab dinas yang membawahi bidang masalah tersebut. Misalnya pengembangan perikanan untuk pemukiman kembali dilakukan oleh Dinas Perikanan. Kesulitannya ialah masing-masing dinas mempunyai program sendiri-sendiri. Pengelolaan proyek menunjukkan perlunya pendekatan yang holistis terhadap pengelolaan proyek pembangunan. Proyek itu haruslah dianggap sebagai komponen dalam ekosistem lingkungan tempat proyek itu dilaksanakan. Komponen lingkungan lainnya yang terkait pada proyek itu harus dimasukkan dalam perencanaan proyek. Hal ini mengharuskan keikut-sertaan Bappeda dalam perencanaan proyek pusat, terutama proyek besar seperti bendungan. Sebagai imbalan terhadap jerih payah Bappeda dan Pemerintahan Daerah setempat, proyek harus berusaha untuk menyalurkan sebagian manfaat untuk pembangunan daerah yang ditempati proyek itu. Dengan demikian proyek tidak saja mempunyai arti penting secara nasional dan regional, melainkan juga secara lokal. Proyek menjadi kekuatan pendorong pembangunan daerah. Pemerataan manfaat pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Baik pihak proyek, maupun Pemerintah Daerah saling beruntung. Misalnya, dalam hal bendungan sebagian listrik disalurkan ke daerah tampung waduk dan daerah hulu sungai yang dibendung untuk pengembangan industri yang menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk penduduk. Tingkat kehidupan penduduk meningkat. Tekanan penduduk terhadap lahan turun. Erosi berkurang. Keselamatan waduk lebih terjamin. 2.3.5 Pendekatan Ekologi pada Pembangunan Masa Mendatang Akibat pertumbuhan, pertambahan, dan perkembangan manusia, masalah sosial yang terjadi di masyarakat tidak ada kunjung reda. Usaha manusia mengatasi masalah tadi juga tidak akan pernah berhenti. Tindakan manusia yang lebih positif dan terarah dalam mengatasi masalah serta meningkatkan kesejahteraannya adalah dalam bentuk pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia dikenal sebagai pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Mengingat masalah sosial yang tidak akan pernah lenyap, dan mengingat pula bahwa pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah berhenti, maka pendekatan ekologi baik bagi kepentingan preventif, refresif, dan rehabilitatif maupun untuk pembangunan, tetap akan berperan. Apalagi jika diingat bahwa populasi manusia akan terus berkembang, sedangkan sumber daya lingkungan cepat atau lambat akan sampai kepada batas kemampuan daya dukungnya. Dengan demikian, pendekatan ekologi baik sebagai ANDAL maupun sebagai AMRIL, akan tetap menempati kedudukan yang penting. Makin tinggi kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya lingkungan mampu menjamin kehidupan, makin penting pula kedudukan pendekatan ekologi dalam kehidupan ini. Hanya barangkali pada masa yang akan datang pendekatan ekologi ini akan lebih memanfaatka hasil kemajuan teknologi canggih, sehingga hasilnya menjadi lebih meyakinkan. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ekologi memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena ekologi itu sendiri adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk ditelaah lebih dalam. Di dalam pembangunan itu sendiri, manusia memegang peranan yang sangat penting untuk melakukan pembangunan berbasis ekologi, karena kodrat manusia sebagai subyek dalam lingkunan dan pelaksana dalam pembangunan. Banyak manfaat dan risiko yang akan dialami lingkungan dalam pembangunan, tantangan pun harus dihadapi untuk terus melakukan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga pendekatan ekologi harus dilakukan dalam setiap melakukan pembangunan, terutama yang berhubungan dengan lingkungan. Sehingga pembangunan terus berlanjut agar mutu dan kualitas hidup terjamin, serta lingkungan pun tidak akan rusak dengan pembangunan yang terus berjalan mengikuti arus waktu. 3.2 Saran Pemerintah seharusnya sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan. DAFTAR PUSTAKA

Soemarwoto, Otto, 1991, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : PT. Penerbit Djambatan. Soeriaatmadja,R.E, 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung : ITB. Slamet, Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada University Press. Sumaatmadja, Nursid DR., 1989, Studi Lingkungan Hidup, Bandung : PT. Alumni.

3. HUBUNGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERBASIS EKOLOGI DENGAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pembangunan berkelanjutan dibidang ekologi merupakan salah satu cara yang digunakan oleh Negara didunia untuk mempertahankan keberlangsungan sumberdaya alam bagi generasi berikutnya dimasa yang akan datang. Selain untuk keberlangsungan hidup generasi mendatang, pembangunan ekologi secara berkelanjutan juga dibutuhkan untuk keberlangsungan ekosistem yang ada dibumi. Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta. konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu tujuan yang operasional di seluruh dunia, baik di tingkat lokal, nasional, dan regional atau international.Untuk mencapai kelanjutan dalam bidang ekologi ini, perlu dilakukan keseimbangan antara ekonomi sosial budaya serta gaya hidup masyarakat, selain itu juga diperlukan pemahaman juga pola pikir yang lebih matang mengenai mengolah, mengkonsumsi serta mengambil keputusan yang akan mempengaruhi ekologi guna keberlangsungannya dimasa yang akan datang. Dan untuk melihat bagaimana pelaksanaan dan pengembangan pembangunan berkelanjutan di bidang ekologi ini penulis akan menghubungkannya dengan pembangunan ekonomi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pengeksploitasian alam atau ekologi tidak akan terlepas dari konsumsi manusia dan itu sangat erat sekali hubungannya dengan ekonomi, baik itu mencakup produksi , distribusi atau tingkat konsumsi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apakah itu pembangunan yang berbasis ekologi ? 2. Bagaimana hubungan pembangunan ekologi dengan masalah ekonomi ? 3. Dan bagaimana pelaksanaannya di Sumatra Barat khususnya daerah Pasaman? 4. Kendala apa yang dihadapi dalam pembangunan ekologi ini? C. Tujuan 1. Mengetahui apa itu pembangunan berkelanjutan berbasis ekologi 2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pembangunan berkelanjutan berbasis ekologi dengan masalah ekonomi 3. Untuk mengetahui pperkembangan pembangunan berkelanjutan di daerah Pasaman dan 4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tersebut.

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan pengertian definisi pembangunan berkelanjutan ini sangat beragam : a) pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. b) Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dilakukan guna pemenuhan kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kebutuhan untuk generasi yang akan datang. 2. Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Ekologi Untuk menciptakan sistim yang berkelanjutan berbasis lingkungan atau ekoligi maka kita harus mampu memelihara sumberdaya agar tetap dalam keadaan stabil, menghindari terjadinya eksploitasi alam agar tumbuhan dapat melakukan fungsi penyerapan secara sempurna. Selain itu konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lain yang tidak termasuk dalam sumber daya ekonomi. Keberlanjutam ekologis merupakan prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan manusia. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem buni, dan untuk menjamin keberlanjutan tersebut, digunakanlah beberapa cara yaitu : 1. Memelihara inteegritas tatanan lingkungan agar system penunjang kehidupan dibumi tetap terjamin, dan system produktifitas, adaptabilitas, dan pemulihan air, tanah, dangar udara agar keberlanjutan kehidupan tetap berjalan. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara Integritas tatanan lingkungan yaitu : a) Adanya dukungan b) danya daya asimilatif c) Terpenuhinya keberlanjutan sumberdaya Selanjutnya untuk melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan lingkungan kita harus melakukan : hindarkan konveksi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur, dan jangan membuang limbah yang melampaui asimilatif lingkungan. 2. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan keberlanjutan proses ekologis.terdapat 3 aspek keanekaragaman hayati : aspek genetika, aspek spesiaes, dan tatanan lingkungan. Dan untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut, perlu hal-hal berikut yaitu : a) Menjaga ekosistem alam dan area yang representative tentang kekhasan sumber daya hayati agar tidak dimodifikasikan. b) Memelihara seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan keberlanjutan keanekaragaman spesies. c) Konservatif terhadap konversi lahan pertanian. Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkunagn merupakan hal yang penting untuk

keberlanjutan ekosistem.dan hal ini dapat dilaksanakan dengan : pencegahan pencemaran lingkungan, rehabilitasi dan pemuluhan ekosistem serta sumberdaya alam yang rusak, selanjutnya yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan binaan manusia. 3. HUBUNGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERBASIS EKOLOGI DENGAN EKONOMI Bahwa aktivitas ekonomi pasti membutuhkan alam sebagai sumber dayanya yang paling penting. Namun, yang membuat risau, aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia saat ini sudah berlebihan sehingga membuat alam mengalami kerusakan. Panayatou (2000) membenarkan hal tersebut dalam tesisnya bahwa pertumbuhan ekonomi berdampak pada degradasi lingkungan. Alasan pertama, ialah kapasitas lingkungan yang terbatas untuk menampung limbah yang dihasilkan oleh aktivitas ekonomi. Dan, kedua adalah keterbatasan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaruhi. Dan "Dunia ini sanggup untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia, namun tidak untuk kerakusannya." (Mahatma Gandhi) Bermula dari revolusi industri Inggris pada awal abad 19, kaum serakah mulai mengalami peningkatan "kerakusan" dengan menganggap bahwa alam memang benar-benar disediakan untuk "kepentingan" mereka. Terjadilah invansi besar-besaran atas alam. Mereka melakukan invansi ke negara-negara Dunia Ketiga yang sedang berkembang, yang dikenal sebagai negara-negara kaya sumber daya alam. Indonesia pun tidak luput dari invansi negara-negara serakah tersebut. Dalam perjalannya, Indonesia malah semakin tidak bisa melepaskan diri dan menjadi "anak emas" para penguasa kapital itu. Terbukti pola pembangunan yang dijalankan negara kita selama ini hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tanpa melihat masalah ekologi yang mempengaruhi kesejahteraan rakyat.

You might also like