You are on page 1of 17

Carsinoma Nasofaring

Definisi
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring

Epidemiologi
KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat

jarang dijumpai penderita di bawah usia 20 tahun dan usia terbanyak antara 45 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan perbandingan antara 2 3 : 1. Di Indonesia,KNFmenempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor ganas yang terdapat di seluruh tubuh dan menempati urutan ke -1 di bidang Telinga ,Hidung dan Tenggorok (THT).Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan KNF(Nasir,2009)

kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang

ras mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara genetik

ETIOLOGI
Sampai sekarang etiologi KNF belumlah jelas benar,

akan tetapi virus Epstein-Barr (EBV) dinyatakan sebagai etiologi utama penyebab KNF . EBV hampir dapat dipastikan sebagai penyebab KNF, namun kenyataannya tidak semua individu yang terinfeksi EBV akan berkembang menjadi KNF. Menurut hasil penelitian menyatakan faktor pendukung seperti lingkungan, genetik sangat menentukan timbulnya KNF.

Faktor resiko
1.Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan

pengawet, termasuk makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap. 2. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol. Selain itu, sering mengisap asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat nyamuk, atau asap candu. 3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian udaranya kurang baik. 4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderta kanker nasofaring.

Gejala dan Tanda


Dapat dibagi dalam 4 kelompok : Gejala nasofaring Gejala telinga Gejala mata dan saraf Metastase / gejala di leher

Gejala
Gejala nasofaring: Epistaksis ringan / sumbatan hidung Gejala telinga : Tinitus, rasa tidak nyaman di telinga otalgia Gejala mata dan saraf : Diplopia ( bila mengenai N.III, IV,VI penjalaran melalui foramen laserum) Neuralgia trigeminal (bila mengenai N.V Sindrome jackson (bila mengenai N. IX, X, XI,XII penjalaran melalui foramen jugulare) Sindrome unilateral Destruksi tulang tengkorak Gejala di leher : Benjolan

STADIUM
Terdapat beberapa cara untuk menentukan stadium kanker nasofaring.

Di Amerika dan Eropa lebih disukai penentuan stadium sesuai dengan kriteria yang ditetapkan AJCC/UICC (American Joint Committe on Cancer / International Union Against Cancer). Cara penentuan stadium kanker nasofaring yang terbaru adalah menurut AJCC/UICC edisi ke-6 tahun 2002, yaitu :

Tumor di nasofaring (T) Tx: Tumor primer tidak dapat ditentukan To: Tidak ditemukan adanya tumor primer Tis: Carcinoma in situ T1: Tumor terbatas di nasofaring T2: Tumor meluas ke jaringan lunak T2a : Tumor meluas sampai daerah orofaring dan/atau fossa nasalis tanpa perluasan ke depan parafaring T2b: Dengan perluasan ke parafaring T3: Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal T4: Tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita, atau ruang mastikator

Kelenjar limfe regional (N) Nx: Pembesaran KGB regional tidak dapat ditentukan No: Tidak ada pembesaran KGB regional N1: Metastasis ke KGB unilateral, ukuran 6 cm, terletak di atas fossa supraklavikula N2: Metastasis ke KGB bilateral, ukuran 6 cm, terletak di atas fossa supraklavikula N3: Metastasis ke KGB : N3a: Ukuran KGB > 6 cm, di atas fossa supraklavikula N3b: Terletak pada fossa supraklavikula Metastasis jauh (M) Mx: Adanya metastasis jauh tidak dapat ditentukan Mo: Tidak ada metastasis jauh M1: Ada metastasis jauh

Stadium Kanker Nasofaring 0: Tis No Mo I : T1 No Mo IIa: T2a No Mo IIb: T1-2a N1 Mo, T2b No-1 Mo III: T1-2b N2 Mo, T3 No-2 Mo IVa: T4 No-2 Mo IVb: Semua T N3 Mo IVc: Semua T No-3 M1

Diagnosis
Diagnosis klinis didasarkan pada hasil : Anamnesis Gejala klinis tumor Kelainan di nasofaring.
Perubahan mukosa nasofaring mudah dinilai dengan menggunakan endoskop. Tampak jelas perubahan berupa:

penonjolan mukosa, peradangan, ulseratif perdarahan ringan.

Pemeriksaan radiologis CT scan (computerized tomographic

scanning) atau magnitic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan yang lebih informatif terhadap kelainan nasofaring.
biopsi nasofaring dengan mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron merupakan standard baku emas untuk menegakkan diagnosis

Diagnosis histopatologi spesimen :

Biopsi dilakukan dengan 2 cara : Melalui hidung ( blind biopsy)

Cunam masuk rongga hidung konka media nasofaring kearah lateral biopsy Kateter nelaton

Melalui mulut

Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA

utk infeksi virus EB.


IgA anti VCA : sensitivitas 97,5, spesifitas 91,8 IgA anti EA : sensitivitas 100%, spesifitas 30,0%

Penatalaksanaan
Stadium 1

: radioterapi Stadium 2 dan 3 : kemoradiasi Stadium 4 dengan N<6cm : kemoradiasi Stadium 4 dengan N > 6 cm : kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

Terapi
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan

ditekankan dengan penggunaan pengaturan dengan komputer. Pengobatan tambahan dapat berupa:

megavoltage

dan

Diseksi leher Dilakukan pada benjolan di leher yang tidak hilang dengan penyinaran (residu), atau timbul kembali setelah penyinaran selesai tapi dengan syarat : tumor induknya sudah hilang yg dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologik, serta tdk ditemukan adanya metastasis jauh. Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon Kemoterapi (terbaik sebagai terapi adjuvan ) kombinasi

cis platinum sbg inti Seroterapi Vaksin Anti virus

Perawatan paliatif
Edukasi pasien dengan radioterapi : Gejala mulut kering akibat kerusakan kelenjar liur :
Makan makanan berkuah Banyak minum Makan bahan makanan dgn rasa asam utk merangsang

kelenjar air liur

Mukositis rongga mulut, kaku leher ( fibrosis jaringan

akibat penyinaran), sakit kepala, mual, muntah Tumor residu, kambuh atau metastase :
Obat simtomatis (peningkatan kualitas hidup)

Perawatan paliatif diindikasikan langsung terhadap pengurangan rasa nyeri, mengontrol gejala dan perpanjangan usia.

Follow up
KNF mempunyai resiko terjadinya rekurensi, dan

follow up jangka panjang diperlukan. Kekambuhan tersering terjadi kurang dari 5 tahun, 5-15% kekambuhan seringkali terjadi antara 5-10 tahun sehingga pasien KNF perlu di follow up setidaknya 10 tahun setelah terapi.

You might also like