You are on page 1of 40

Tugas Individu Hari/ tanggal: Kamis, 23 April 2009

Analisis Meteorologi Dosen : Dr. Ir. Sobri Effendy, M.Si

Analisis Front

Disusun Oleh :

Sandro Wellyanto Lubis


G24063245

MAYOR METEOROLOGI TERAPAN


DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

Front merupakan daerah bertemunya dua massa udara yang sifat fisik serta
kekuatannya berbeda. Simbol-simbol pada peta sinoptik seperti cuaca, tekanan
udara, kecepatan angin, suhu udara, suhu titik embun, dan jenis awan merupakan
simbol-simbol yang menjadi indikator terjadinya front di suatu daerah. Front
dapat dibedakan atas lima jenis yaitu front panas (warm front), front dingin (cold
front), front campuran (occluded front), front stasioner (stationary front) dan
siklon frontal. Front ini diklasifikasikan berdasarkan pada temperatur udara dan
dominasi udara yang terjadi. Setiap jenis front memiliki masing-masing keunikan
dan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik front dingin berbeda dengan
front panas. Apabila terjadi front dingin, daerah tersebut akan mengalami hujan
deras dan badai yang biasanya disertai dengan petir dan kilat, sedangkan pada
front panas yang terjadi adalah gerimis yang berkepanjangan. Begitu pula dengan
front campuran, stasioner dan siklon frontal, yang memiliki dampak atau
pengaruh yang berbeda terhadap fenomena cuaca.
Analisis front merupakan suatu metode identifikasi front pada suatu wilayah
tertentu dengan menggunakan informasi parameter unsur cuaca atau bantuan
perangkat lunak. Analisis front dapat dilakukan secara manual dengan bantuan
peta isoplet dan juga dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan citra satelit
(IR atau Visible). Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Pentingnya
memepelajari front adalah membantu kita untuk memahami mekanisme
pergerakan massa udara, mengetahui jenis front yang terjadi pada suatu wilayah,
dan mempelajari fenomena cuaca yang mungkin terjadi dalam suatu region atau
kawasan tertentu.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis front merupakan suatu metode identifikasi front pada suatu wilayah
dimana wilayah tersebut merupakan tempat pertemuan massa udara yang berbeda
karakteristik dan kekuatan. Analisis front dapat dilakukan secara manual dengan
bantuan peta isoplet dan juga dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan
citra satelit dan perangkat lunak meteorologi.
Front merupakan suatu wilayah atau tempat pertemuan antara dua massa
udara yang memiliki perbedaan fisik dan kekuatannya. Biasanya, front terjadi di
daerah lintang tinggi sekitar 66.5o lintang utara atau selatan. Pada awal
pembentukannya, perkembangan hingga penguatan front dikenal dengan istilah
frontogenesis. Sedangkan pada fase akhir pelenyapan atau penghancuran front
dikenal dengan istilah frontolisis.
Secara umum front dapat dibedakan atas lima jenis yaitu front panas (warm
front), front dingin (cold front), front campuran (occluded front), front stasioner
(stationary front) dan siklon frontal. Klasifikasi front ini didasarkan pada
temperatur udara dan dominasi udara yang terjadi.
Analisis front sangat bermanfaat terutama untuk mempelajari fenomena
cuaca yang mungkin terjadi dalam suatu wilayah. Dengan mengetahui jenis front
yang terjadi maka kita dapat melakukan tindakan mitigasi untuk mencegah
terjadinya keruskan akibat fenomena cuaca yang terjadi. Analisis front akan
menjadi akurat jika kita mampu menganalisis proses terbentuknya front dari
berbagai parameter unsur cuaca yang terjadi waktu lampau dan saat pengamatam.
Pemahaman yang mendalam mengenai analisis front juga akan membantu kita
untuk melakukan forecasting kondisi cuaca.

1.2 Tujuan

1. Mampu menganalisis peta isoplet dan peta sinoptik untuk menentukan


garis-garis front.

2
2. Mampu mengidentifikasi jenis front berdaarakan parameter unsur-unsur
cuaca.
3. Membedakan dan mengetahui jenis-jenis dan karakterisitk front.
4. Mampu menjelaskan pengaruh front terhadap kondisi cuaca dan iklim
suatu wilayah.
5. Diharapkan setelah membaca tulisan ini, mahasiswa atau pembaca dapat
menjadi seorang yang paham dalam analisis cuaca khususnya peristiwa
frontogenisis dan frontolisis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Umum Front

Front adalah suatu wilayah pada posisi astronomis tertentu (biasanya sekitar
lintang tinggi 66.5o LU/LS), dikenal sebagai wilayah transisi, suatu lokasi
pertemuan dua massa udara yang memiliki karakter yang berbeda baik secara fisik
maupun magnitude. Secara sederhana front dapat diartikan sebagai daerah
perbatasan rempat bertemunya dua massa udara. Adanya front mengakibatkan
cuaca sangat mudah berubah dan menyebabkan bayak terjadinya awan dan hujan.
Awal pembentukan dari front ini sering disebut dengan Frontogenesis dan fase
akhir pelenyapannya dikenal sebagai Frontolisis.
Analisis front dapat dilakukan secara manual dan otomatis dengan bantuan
perangkat lunak dan komputer. Analisis front secara manual biasanya dengan
menggunakan peta sinoptik. Dengan memperhatikan unsur-unsur cuaca yang ada
pada peta seperti tekanan, suhu udara, jenis awan, titik embun dan unsur lainnya
kita dapat menentukan daerah terjadinya front. Analisis front secara otomatis
biasanya dengan bantuan perangkat lunak dan data citraan satelit. Kemajuan
teknologi mampu menentukan titik atau posisi terjadinya front secara akurat
dalam tiga dimensi rauang dan waktu, tentu saja analisis front secara otomatis
akan lebih memudahkan dalam proses analisi.

Gambar 1. Ilustrasi terbentuknya front stasioner.


(sumber:http://www.jeffsweather.com)

4
2.2. Karakteristik Front (General Describtion)

Front mempunyai ciri-ciri yang khusus, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang berlawanan

2. Perbedaan suhu yang tajam

3. Cuaca yang buruk seperti hujan badai selama 2 jam pada front dingin, serta
hujan gerimis selama 2 hari pada front panas. Pada awal pembentukan front
terjadi kabut.

4. Pada lokasi sekitar front beda suhu udara T dan Td sangat kecil, bahkan
hampir sama.

5. Garis isobar mengalami patahan, dan pada patahan tersebut terjadi siklon.

Gambar 2. Ilustrasi Ciri-ciri front (www.books.google.co.id)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi suatu front di permukaan


pada peta cuaca (Ahrens, 2007) :
1. Tajamnya perubahan suhu pada jarak yang relatif dekat,
2. Perubahan pada kelembaban udara (ditunjukkan oleh perubahan suhu
titik embun),
3. Perubahan pada arah angin,
4. Tekanan udara dan perubahan tekanannya,
5. Awan dan pola presipitasi.

5
Dalam suatu Front atau konvergensi massa udara, udara mengalami
deformasi kompresi. Adapun tahap – tahap deformasinya biasa dibagi ke dalam
empat tingkat, yaitu :

1. Tingkat normal

Udara Kutub dari utara dan udara tropis dari selatan saling bertemu.

2. Tingkat Deformasi

3. Suatu putaran udara terjadi, arahnya berlawanan jarum jam di belahan


bumi utara dan searah jarum jam di belahan bumi selatan.

4. Tingkat deformasi frontal


Bidang front (diskontinuitas) terdeformasi kuat sehingga massa udara
terbelah dan udara panas terjepit diantara udara dingin. Udara dingin
menghujam di bawah udara panas, kemudian udara panas naik ke udara
atas yang lebih tinggi dalam bidang miring dimana disepanjang bidang
Front panas akan terbentuk awan – awan Cirrus, Altostratus dan
Altocumulus. Disepanjang bidang Front dingin udara panas
bersinggungan dengan udara dingin menyebabkan tidak stabil sehingga
udara panas naik dengan cepat dan menumbuhkan awan – awan konvektif
Cumulus, Cumulus Congestus dan Cumulonimbus. Front dingin inilah
yang menyebabkan hujan lebat, badai guruh dan hujan es.

5. Tingkat Occlusion
Front dingin akan bergerak lebih cepat di bandingkan dengan Front panas.
Front dingin akan mengejar Front panas dan menutup jalannya dengan
cara menyatukan kedua Front yang akhirnya akan kabur dan kemudian
mati (Occlusion).

6
2.3. Klasifikasi Front

Secara umum dan berdasarkan sifat, suhu perkembangan udara atau


dominansinya, front dapat dibagi menjadi empat , yaitu front panas, front dingin,
front stationer, dan front campuran. Namun pada beberapa kasus khusus front
dibagi menjadi lima yaitu dengan adanya tambahan siklon frontal. Masing-masing
front ini mempunyai ciri yang berbeda-beda sesuai dengan jenis awannya masing-
masing serta jenis massa udaranya.

Gambar 3. Jenis-jenis front dan simbolnya


(http:// www.physicalgeography.net)

. Masing-masing front ini mempunyai ciri yang berbeda-beda sesuai dengan


jenis awannya masing-masing serta jenis massa udaranya. Karakteristik front
dingin berbeda dengan front panas. Apabila terjadi front dingin, daerah tersebut
akan mengalami hujan deras dan badai yang biasanya disertai dengan petir dan
kilat, sedangkan pada front panas yang terjadi adalah gerimis yang
berkepanjangan. Dengan menggunakan simbol-simbol yang ada pada peta
sinoptik, pengamat dapat menganilisis bilamana terjadi front di daerah tersebut.
Berdasarkan jenis awan yang ada, dapat terlihat front yang terbentuk, karena
setiap jenis awan yang tebentuk dapat dijadikan parameter dalam penentuan jenis
front sehingga dapat dianalisis dan informasinya bisa digunakan untuk
kepentingan masyarakat. Analisis tersebut dapat mencakup lama badai atau

7
gerimis berlangsung serta karakteristik dari fenomena tersebut sehingga antisipasi
dapat dilakukan.
Untuk melakukan analisis front maka kita harus mengkaji dan memahami
lebih dalam mengenai karaketer atau ciri-ciri dari front, hal ini akan sangat
membantu kita dalam indentifikasi front dan penentuan wilayah yang akan
terkena dampaknya.

a. Front Panas (Warm front)

Front panas terjadi apabila massa udara panas menggilas massa udara
dingin. Proses terjadinya front ini seperti udara yang naik di pegunungan sehingga
akan terbentuk kabut dan seringkali menimbulkan hujan gerimis berkepanjangan.
Awan-awan yang terbentuk pada saat front panas ini adalah awan Cirrus,
Cirocumulus, Cirrostratus, Altocumulus, dan Altostratus. Pada saat front panas
berlangsung, terjadi hujan gerimis dalam waktu yang lama sekitar 2-3 hari. Pada
peta cuaca, posisi permukaan front dingin ditandai dengan garis dengan simbol
segitiga yang berwarna biru, yang ditempatkan pada tepi terdepan massa udara
dingin. (David Roth, 2006).

Gambar 4 : Proses terjadinya front panas seperti udara yang naik di pegunungan
(sumber: www.free-online-private-pilot-ground-school.com)

8
Front panas umumnya bergerak sangat lambat sekitar 10-25 mile/ jam. Front
panas mengandung massa udara yang hangat dan memiliki kelembaban yang
tinggi. Ketika massa udara terangkat maka udara akan mengalami pendinginan
dan kondensasi pun terjadi. Ciri dari terbentuknya front panas adalah adanya
awan cirriform dan stratiform, juga adanya kabut. Pada bulan musim panas, awan
jenis cumulonimbus akan memiliki peluang untuk tumbuh. Tipe hujan yang
mencirikan front ini adalah hujan yang ringan hingga menengah, bentuk hujan
tersebut diantaranya adalah sleet, snow, atau drizzle. Terakhir, ketika front panas
terbentuk maka tekanan barometer akan turun sampai front selesai tejadi
(frontolisis). Pada saat terjadi front ini visibilitas sangatlah buruk.
Front panas digambarkan dengan garis merah dan simbol setengah
lingkaran. Besarnya slope adalah 1:200 (Lutgens & Tarbuck, 1982).

Weather Before Passing While After Passing


Element Passing
Winds South/Southeast Variable South/Southwest
Temperature Cool to cold, slow warming Steady rise Warmer then steady

Pressure Usually falling Leveling off Slight rise, followed by


fall
Clouds Ci, Cs, As, Ns, St, and fog, Stratus type Clearing with scattered
occasionally Cb in summer Sc, Cb in summer

Precipitation Light-to-moderate rain, Drizzle or Usually none,


snow, sleet, or drizzle, none sometimes light rain or
showers in summer showers
Visibility Poor Poor but Fair in haze
improving
Dew Point Steady rise Steady Rise then steady

Tabel 1. Tipe kondisi cuaca dengan Front panas di bagian belahan bumi utara
(Sumber : Meteorology Today, 2007)

9
Pada front panas, wilayah yang akan menerima hujan sangat ditentukan oleh
seberapa jauh kemiringan yang terbentuk dan total uap air yang ada didalamnya.
(Paul, 1996). Secara simbolik, front panas diwakilkan oleh garis merah padat
dengan titik-titik berbentuk setengah lingkaran yang mengarah ke daerah massa
udara dinging atau searaha dengan pergerakan front panas yang menggilas massa
udara dingin.

Gambar 5. Simbol front panas (Sumber : ww2010.atmos.uiuc.edu, 2009)

Perubahan temperatur secara ekstrim dapat digunakan sebagai indikator


untuk menjustifikasi bahwa daerah tersebut merupakan daerah front. Sebagai
contoh, jika pada peta suhu permukaan berikut, stasiun yang berada disebelah
utara dilaporkan memiliki temperatur 53 o F sementara pada jarak yang tidak
terlalu jauh dibelakang font suhu udara meningkat 71o F . Perbedaan suhu pada
jarak yang dekat seperti ini merupakan indikator yang baik bahwa terdapat front
yang berada diantaranya.
Jika udara hangat menggantikan posisi udara dingin, maka front dapat
dianalisis sebagai front hangat. Ciri-ciri umum ini sangat berasosiasi dengan ciri
front panas seperti yang telah disebutkan pada tabel diatas.
Dalam melakukan identifikasi lanjut, ada beberapa parameter yang kita bisa
digunakan untuk menentukan front pada suatu wilayah. Diantaranya dengan
melihat suhu udara, suhu titik embun dan arah angin pada peta sinoptik. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu wilayah diakatakan sebagai front
jika terdapat perbedaan suhu yang ekstrim pada jarak yang sangat dekat, suhu titik
embun mendekati suhu udara (RH 100% atau lembab), dan adanya angin yang
bergerak pada arah yang berlawanan.

10
Berikut adalah contoh indentifikasi front panas dengan menggunakan informasi unusr-unsur cuaca yang terdapat pada peta sinoptik:

(1) (2)

(3) Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu

11
Pada gambar peta sinoptik di atas, kita bisa menggunakan peta isoplet yang
terdiri dari peta isotherm (1), isogon (2), dan isodrotherm (3) untuk menganalisis
pada suatu wilayah. Pada peta isoterm terdapat perubahan suhu yang cukup
ekstrim antara dua wilayah seperti yang telah dilingkari 53 oF dan 71 oF. Pada peta
arah angin terlihat jelas bahwa arah angin pada front berlawanan arah, dan pada
peta isodrotherm suhu antara Td dan T lingkungan memiliki nilai yang hampir
sama (jenuh). Selain dengan menggunakan peta-peta tersebut analisis front dapat
juga dilakukan dengan menggunakan peta isobarik, pada isboarik yang bentuknya
patahan merupakan daerah terjadinya front.

Gambar 6. Ilustrasi front panas


(Source: http://www.atmos.uiuc.edu/earths_atmosphere/airmasses_fronts.html)

Ketika massa udara panas terangkat sampai pada daerah tekanan rendah,
massa udara tersebut mengembang dan mengalami pendinginan. Saat
pendinginan, uap air mengalami kondensasi dan menghasilkan awan. Awan
pertama yang terbentuk sepanjang slope permukaan massa udara dingin adalah
nimbostratus, diikuti oleh altostratus, cirrostratus, dan cirrus.

12
b. Front Dingin (Cold Front)

Front dingin adalah massa udara dingin menggilas massa udara panas,
dimana massa udara panas akan naik di atas massa udara yang lebih dingin. Front
ini menunjukkan suatu wilayah dimana udara yang dingin, kering dan stabil
mendorong udara yang hangat, lembab, dan tak stabil (Ahrens 2007).

Gambar 7 : Proses terjadinya front dingin seperti skop membongkar tanah


(sumber: www.free-online-private-pilot-ground-school.com)

Dengan gerakan yang lambat, Awan dan presipitasi biasanya menutupi area
di belakang front. Dan ketika udara hangat yang naik tersebut menjadi stabil,
awan-awan seperti nimbostratus terbentuk. Sering kali di ujung front dingin
terbentuk kabut, hujan deras, atau bahkan kilat (Thunderstorm) (Lutgens 1982).
Udara dingin mempunyai densitas lebih besar dibandingkan udara panas
(bandingkan dengan kerak samudera yang densitasnya lebih berat dibandingkan
kerak benua, maka kerak samudera akan menyusup di bawah kerak benua; persis
seperti massa udara dingin menyusup di bawah massa udara panas). Hal yang
menarik, “front dingin” ini digambarkan persis simbolnya seperti simbol
subduction, yaitu kurva bergerigi.

13
Front dingin biasanya mempunyai kemiringan antara 1:80 dan 1:150 yang
artinya zona transisisi tersebut terletak pada ketinggian 1 km di atas tanah, pada
jarak antara 80 sampai 150 dari front permukaan. Kemiringan ini cukup tajam
sehingga udara bergerak lebih cepat dan mengakibatkan terjadinya hujan badai
sangat besar dan sering kali meluas ke belakang ke udara yang dingin pada jarak
tertentu. Apabila udara hangat itu relatif tidak stabil dan mengalami pengangkatan
yang cukup besar, di zona frontal (transisi) terbentuk suatu deretan awan
cumulonimbus sehingga berpotensi terjadinya badai yang dikenal sebagai garis
badai atau squall line.

Gambar 8. Simbol front dingin (Sumber : ww2010.atmos.uiuc.edu, 2009)

Front dingin dapat bergerak dua kali lebih cepat dan perubahan cuaca yang
drastis daripada front panas, udara dingin lebih padat daripada udara hangat dan
secara cepat menggantikan keberadaan udara hangat pada lapisan perbatas. Pada
peta cuaca, posisi permukaan front dingin ditandai dengan garis dengan simbol
segitiga yang berwarna biru, yang ditempatkan pada tepi terdepan massa udara
dingin.
Front dingin terletak pada tepi terdepan dimana suhu udaranya terendah,
dimana dalam analisis isotherm akan ditunjukkan sebagai tepi terdepan dari
gradien isotherm. Awan-awan yang terbentuk pada saat front dingin adalah awan
Cumulonimbus (Cb) dan Cumulus (Cu). Selama front ini berlangsung terjadi
hujan badai sangat besar, Guntur, dan kilat selama 2-3 jam.
Setelah terjadinya front dingin, maka menara yang dibentuk oleh awan
cumulus dan cumulonimbus akan perlahan-lahan hilang dan menjadi awan kumlus
kecil). Satu fakta penting yang diingat adalah tekanan rendah selalu terjadi ketika

14
front melewati stasiun. Jika kita bergerak menuju front, tekanan akan menurun,
dan jika kita menjauh, tekanan meningkat. Front dingin selalu bergerak menuju
selatan, tenggara, atau timur.
Front ini digambarkan dengan garis biru dan segitiga di sepanjang garis
tersebut. (Lutgens & Tarbuck, 1982).

Weather Before Passing While Passing After Passing


Element
Winds South/Southeast Gusty, shifting West/Northwest
Temperature Warm Sudden drop Steadily dropping
Pressure Falling steadily Minimum, then sharp rise Rising Stedily
Clouds Ci, Cs, Tcu, Cb Tcu, Cb Cu, Sc when ground is
warm
Precipitation Short period of Heavy showers of rain or Decreasing intensity of
showers snow, sometimes with showers, then clearing
hail, thunder, and
lightning
Visibility Fair to poor in Poor, followed by Good, except in
haze improving showers
Dew Point High; remains Sharp drop Lowering
steady

Tabel 2. Tipe kondisi cuaca dengan front dingin di bagian belahan bumi utara
(Sumber : Meteorology Today, 2007)

Front dingin dan front panas memiliki perbedaan karakter yang cukup
mendasar diantaranya adalah:
INDIKATOR FRONT DINGIN FRONT PANAS
Pada zona transisi Mempunyai slope 1:80 hingga Slope antara 1:120 hingga
1:150 1:300

Proses kejadian Seperti skop membongkar tanah, Seperti udara naik pegunungan
front udara panas terdesak, cepat akan terbentuk kabut yang
sehingga membentuk cuaca seringkali membuat hujan
buruk dan squall line gerimis berkepanjangan

15
Awan-Awan yang Cu (cumulus) dan Cb Cirus, Cirocumulus,
terbentuk (Cumulonimbus) cirostratus, altocumulus dan
altostratus serta nimbostatus
dan cumulus
Indikator selama Hujan badai sangat besar guntur Hujan gerimis hingga sedang
front hingga dan kilat selama 2-3 jam yang berlangsung lama 2-3
berakhirnya hari.
Tabel 3. Perbedaan front dingin dan front hangat

Gambar 9. Ilustrasi front dingin dan dominasi awan yang terbentukSumber:


http://www.apollo.lsc.vsc.edu

Sama halnya dengan front panas, analisis front dingin dapat dilakukan
dengan menggunakan peta isoplet. Peta isoplet yang dapat dugunaka antara lain
adalah peta isobar, peta isothermal, isodrotherm dan peta isogon. Analisis untuk
identifikasi front dingin sama dengan front panas, perbedaanya hanya pada jenis
dominasi awan dan kondisi cuaca pada daerah yang secara umum kita sebut front.
Berikut adalah contoh hasil identifikasi front dingin dengan menggunakan peta
sinoptik dimana gamabar no 1 menunjukan peta isotherm (1), isogon (2), dan
isodrotherm (3) untuk menganalisis pada suatu wilayah.

16
Berikut adalah contoh indentifikasi front dingin dengan menggunakan informasi unusr-unsur cuaca yang terdapat pada peta sinoptik:

(1) (2)

(3) Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu

17
c. Front Campuran (Occluded Front)

Front campuran terjadi apabila dua massa udara dingin bertemu dengan
massa udara panas sehingga massa udara dingin akan mengambil alih lokasi
massa udara panas. Pada saat front campuran berlangsung, yang mendominasi
adalah front dingin, sehingga karakteristiknya mirip dengan front dingin.
Front campuran pada umumnya terjadi dimana front dingin bergerak lebih
cepat dari front panas. Kadang-kadang dalam sebuah sistem badai front dingin
akan "mengejar" front panas. Front campuran yang diwakili oleh pada peta cuaca
yang solid ungu dengan alternating triangles dan setengah lingkaran, yang di arah
dari gerakan.

Gambar 10 : Proses terjadinya front campuran


(sumber: www.free-online-private-pilot-ground-school.com)

Terdapat dua jenis front campuran di atmosfer dan temperatur udara sangat
menentukan front campuran jenis mana yang lebih dominan. Front oklusi dingin
terjadi ketika front dingin bergerak cepat dan mengambil alih lokasi front panas
dimana udara pada front panas lebih bergerak lambat atau ketika front dingin
menyelusup ke bawah front panas. Ketika hal ini terjadi maka udara dingin akan

18
mengganti massa udara hangat di atmosfer. Secara khusus front campuran jenis
ini dapat menciptakan sebuah percampuran dari udara yang ditemukan pada kedua
front sehingga kondisi udara relatif stabil.

Gambar 11. The Cold front occlusion

Front oklusi panas terjadi ketika udara di depan front panas lebih dingin dari
udara front dingin atau dengan kata lain terjadi apabila front dingin naik ke atas
front panas. Ketika kasus ini terjadi maka front dingin akan naik dan terus naik ke
atas front panas. Ketika udara ini terangkat oleh front panas maka kondisi
atmosfer yang terbentuk adalah tidak stabil, cuaca akan lebih berat dibandingkan
dengan front oklusi dingin, diikuti oleh terjadinya badai besar, hujan dan kabut.

Gambar 12. The Warm front occlusion

19
Front ini digambarkan dengan garis setengah lingkaran dan segitiga di yang
berwarna ungu di sepanjang garis tersebut. (Lutgens & Tarbuck, 1982).

Weather Before Passing While Passing After Passing


Element
Winds East, Southeast, Variable West or North West
or South
Temperature
Cold type Cold or cool Dropping Colder
Cold Rising Milder
Warm type
Pressure Usually falling Low point Usually rising
Clouds Ci, Cs, As, Ns Ns sometimes Tcu, Cb Ns, As, or scttered Cu
Precipitation Light, moderate, Light, moderate, heavy Light to moderate,
heavy continous precipitation or precipitation followed
precipitation showers by general clearing
Visibility Poor in Poor in precipitation Improving
precipitation
Dew Point Steady Usually slight drop, Slight drop, although
especially if cold- may rise a bit if warm-
occluded occluded.

Tabel 4. Tipe kondisi cuaca dengan front campuran di bagian belahan bumi utara
(North America) (Sumber : Meteorology Today, 2007)

Gambar 13. Simbol untuk front campuran

20
d. Front Stasioner (Stationary Front)

Ada kalanya suatu front tidak cukup kuat untuk mendorong front lainnya,
sehingga udara menjadi tidak bergerak. Kondisi ini dinamakan front stasioner atau
front quasi stationer (Ahrens, 2007). Front quasi stationer dapat terjadi apabila ada
dua massa udara yang bertemu, baik dingin maupun panas, tetapi masing-masing
dari massa udara tersebut tidak cukup kuat untuk mendesak satu dengan yang
lainnya sehingga tidak jelas mana yang mendominasi.
Suatu daerah dapat dikatakan mengalami front quasi stationer apabila tidak
terjadi perubahan selama rentang beberapa lama. Hal ini bersifat subjektif, karena
tergantung dari pengamat yang melakukan penelitian di lapangan. Pergerakan dari
front quasi stationer ini hanya berkisar pada 5 knot.
Kondisi cuaca di sepanjang front stasioner ini umumnya cerah atau sedikit
berawan, dengan udara yang jauh lebih dingin disalah satu sisi. Hal ini disebabkan
karena kedua massa udara relatif kering dan tanpa presipitasi. Tetapi front tersebut
tak berlangsung lama. Jika udara yang lebih hangat mulai bergerak dan
mendorong udara dingin, front tak lagi dalam kondisi stasioner. Kondisinya akan
berubah menjadi front panas. Begitu pula ketika udara yang lebih dingin
mendapat daya dorong yang lebih kuat, maka kondisi akan berubah menjadi front
dingin dan udara hangat tersebut akan tergeser (Lutgens, 1982).

Gambar 13. Proses Pembentukan Quasi Stationer Front


(sumber: www. earth.usc.edu)

21
Dalam beberapa keadaan suatu segmen front kutub yang panjang hampir
menjadi stasioner. Di sepanjang bagian front ini terjadi osiliasi kecil sebagai
gelombang-gelombang yang sanagt lemah yang bergerak sepanjang front. Di
beberapa tempat front ini bergerak ke arah utara sebagai front hangat dan bergerak
kembali ke arah selatan sebagai suatu front dingin beberapa jam kemudian. Front
ini disebut front quasi stasioner. Jadi tidak begitu jelas mana yang dominan.
Kadang-kadang front ini mengikuti karakteristik suatu front hangat dalam hal
adanya gerakan ke arah atas, meskipun posisi frontal permukaan memperlihatkan
gerakan yang kecil. Front stasioner pada peta cuaca ditandai dengan alternating
setengah lingkaran merah dan biru yang berlawanan arah, tidak menunjukkan
pergerakan signifikan.
Ketika front stasioner berada pada skala kecil, degenerating ke zona yang
sempit di mana arah angin berubah cukup signifikan lebih dari jarak dekat,
mereka dikenal sebagai shearlines. Shearline digambarkan sebagai garis merah
titik dan strip.

Gambar 14. Shearline untuk menggambarkan front stasioner


(sumber: www. earth.usc.edu)

e. Siklon Frontal

Siklon frontal adalah daerah front dimana terjadi pertemuan dua massa udara
yang berbeda kekuatan dan karakter. Siklon frontal merupakan bentuk front yang
terjadi dalam keadaan khusus. Depresi frontal dalam tahapan paling berkembang
dapat berupa badai besar yang lebarnya mencapai 1600 km (1000 mil) dan dapat
bergerak sejauh ribuan kilometer (mil), membawa cuaca penuh badai yang sangat
mudah berubah arah ke berbagai tempat sebelum akhirnya menghilang. Front
bergerak digambarkan di peta cuaca sebagai garis lengkung.
Siklon frontal sering juga disebut sebagai siklon ekstratropis karena siklon
frontal ini terjadi di lintang-lintang menengah dan tinggi. Siklon tersebut berbeda

22
dari siklon tropis dalam beberapa hal, tetapi yang paling menonjol adalah bahwa
siklon ekstratropis mengandung sistem frontal sedangkan siklon tropis tidak
sehingga siklon tropis dikenal sebagai siklon frontal. Sikoln ekstratropis terbentuk
di sepanjang front kutub yang merupakan suatu zona frontal yang memisahkan
massa udara kutub yang dingin dari massa udara tropis yang hangat.
Salah satu contohnya adalah Claudette Hurricane di tahun 2003, di mana
asal gelombang angin dari 45 mph (72 km / h) sebelum berkembang menjadi
sirkulasi. Badai tropis yang digambarkan dengan garis yang solid jeruk di US
Nasional Cuaca Layanan Unified Permukaan Analisis.
Dalam suatu Front atau konvergensi massa udara, udara mengalami
deformasi kompresi. Adapun tahap – tahap deformasinya biasa dibagi ke dalam
empat tingkat, yaitu :
1. Tingkat normal
Udara Kutub dari utara dan udara tropis dari selatan saling bertemu.
2. Tingkat Deformasi
3. Suatu putaran udara terjadi, arahnya berlawanan jarum jam di belahan
bumi utara dan searah jarum jam di belahan bumi selatan.
4. Tingkat deformasi frontal
Bidang front (diskontinuitas) terdeformasi kuat sehingga massa udara
terbelah dan udara panas terjepit diantara udara dingin. Udara dingin
menghujam di bawah udara panas, kemudian udara panas naik ke udara
atas yang lebih tinggi dalam bidang miring dimana disepanjang bidang
Front panas akan terbentuk awan – awan Cirrus, Altostratus dan
Altocumulus. Disepanjang bidang Front dingin udara panas bersinggungan
dengan udara dingin menyebabkan tidak stabil sehingga udara panas naik
dengan cepat dan menumbuhkan awan – awan konvektif Cumulus,
Cumulus Congestus dan Cumulonimbus. Front dingin inilah yang
menyebabkan hujan lebat, badai guruh dan hujan es.

23
Gambar 15. Siklon Frontal (Tjasyono 2004).

24
2.4 Analisis Perhitungan Kemiringan Front (Slope of front)

Front adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh seorang ahli


meteorologi Norwegia pada tahun 1918. Permukaan front, merupakan slope atau
kemiringan zona transisi antara dua massa udara yang berbeda kerapatan dan
suhu. Kesetimbangan slope dari permukaan yang diskontinu diturunkan oleh M.
R. Margules sebagai :

f 11   2 2  f Tm1   2 
tan   
g  1   2  g T2  T1 

Gambar 16. Slope yang terbentuk pada peristiwa front dingin (ilustrasi)
(Sumber: http://www.apollo.lsc.vsc.edu)

Dimana 1 dan  2 adalah kerapatan udara, 1 dan  2 komponen angin


geostropis yang sejajar dengan front, T adalah suhu, f adalah parameter coriolis
dan g adalah percepatan gravitasi. (McIntosh, 1972).

25
2.5 Analisis Front dengan Citra Satelit

Analisis front dengan menggunakan citra satelit dapat dilakukan dengan


menggunakan menggunakan citraan inframerah dan citraan cahaya tampak.
Perbedaan kedua citra ini adalah dari panjang gelombang yang ditangkap oleh
masing-masing band satelit.

a. Infrared Imagery

Gambar front diambil dengan IR panel dan ditampilkan dalam kode-kode


warna. Puncak awan dingin diberi warna merah atau pink, warna kuning muda
dan abu-abu menggambarkan puncak awan hangat atau lebih panas. Awan dingin
yang berhenti umumnya merupakan batasan (boundary) dari massa-massa udara
disekitar front dan sangat berpotensi untuk menghasilkan hujan. Dengan
menggunakan skala warna kita dapat menentukan temperatur tiap awan. Berikut
adalah contoh analisis front dengan menggunakan satelit Meteosat 8 Infrared 00
UTC:

Gambar 17. Analisis front dengan menggunakan citra satelit infrared.


(sumber: www. http://www.eumetsat.de/)

26
Pencitraan dengan menggunakan sensor IR (inframerah) mampu
menganalisis suhu permukaan suatu objek apakah itu awan, samudera dan
permukaan tanah. Citra IR muncul dalam variasi warna yang berbeda sangat
bergantung dari penyusunan algoritma citra.

b. Visible Imagery

Citra satelit cahaya tampak (visible) menampilkan citraan suatu objek


dengan spektrum cahaya tampak. Tampilan yang dihasilkan mirip atau hampir
sama dengan apa yang dilihat dengan mata telanjang. Manfaat dari pengunaan
citra satelit dengan cahaya tampak ini memiliki kemapuan untuk membedakan
kabut rendah dan awan stratus dimana jika kita menggunakan citraan IR objek ini
tidak dapat terdeteksi atau dibedakan. Citraan dengan cahaya tampak juga bisa
mengidentifikasi fitur daerah seperti danau dan vegetasi. Fitur ini sangat berguna
untuk mengidentifikasi awan cirrus tinggi, asap tipis, debu, dan abu vulkanik.
Namun kelemahannya adalah citraan cahaya tampak ini hanya tersedia selama
matahari bersinar.
.

Gambar 18. Analisis front dengan menggunakan citra satelit cahaya tampak
(sumber: www. http://www.eumetsat.de/)

27
Citraan satelit diatas diambil dengan menggunakan satelit Meteosat 8 Visual
12 UTC. Analisis front dapat dilakukan dengan menentukan jenis awan yang
mendominasi pada suatu wilayah (perhatikan gambar). Setiap awan memiliki
karakter pencitraan yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Warna pink
pada citra merupakan awan es yang dingin dan warna kuning atau hijau pada
awan merupakan awan yang mengandung kandungan air dekat permukaan.

2.6 Studi Kasus Analisis Front

Carolina Coastal Front


Case Studies, Sensible Weather
Timothy A. Holley, Wyat Appel, Allen Riordan
North Carolina State University
Raleigh, NC 27607

A. Objectives

 Case Studies
 Onshore Coastal Fronts
17-18 Feb 2000
29-30 Mar 2001

 Document Structure and Movement of Coastal Fronts

 Compare Eta Forecast with Observations

 Timing of inland movement

 Cold inland temperatures

B. Methods

 Hand analysis of observed pressure and temperature fields were made


for: surface
upper-levels
cross sections
 Time series analysis of temperature
 Comparison with Eta fields

28
1. Identifikasi Wilayah Frontogenesis

2. Surface Analysis 06Z 18 Feb 00 msl pressure (mb)/Temp (F)

29
3. Surface Analysis 12Z 18 Feb 00

4. 288 K Theta Surface Eta Initialization for 12Z 18 Feb Pressure (mb)/ Winds
(kts)

30
5. Location of the 50oF dew point line at 4-hour increments starting at 15 Z
on 18 Feb.

6. 30-h Eta Forecast Valid 18Z 18 Feb msl Pressure (mb)/ 2m Temps (F)

31
7. Bandingkan

(Observed)

(30-h Forecast)

32
Conclusions

18-19 February Case


Front progressed Northwest / Anchored in Southwest
Cold-water camouflage
Diurnal Cooling Influenced Location
Eta forecast pressure field OK
Eta 2-m temp disaster in cold air

Coastal Front of 29-30


March 2001

1. 0300 UTC March 29 2001

33
2. 0600 UTC March 29 2001

3. 0900 UTC March 29 2001

34
4. 1200 UTC March 29 2001

5. 1500 UTC March 29 2001

35
6. 03.00 UTC March 30 2001

7. 1200 UTC March 30 2001

36
Kesimpulan

Front adalah suatu wilayah atau tempat pertemuan antara dua massa udara
yang memiliki perbedaan fisik dan kekuatannya. Biasanya, front terjadi di daerah
lintang tinggi sekitar 66.5 o lintang utara atau selatan.
Front dapat dibedakan atas lima jenis yaitu front panas (warm front), front
dingin (cold front), front campuran (occluded front), front stasioner (stationary
front) dan siklon frontal. Klasifikasi front ini didasarkan pada temperatur udara
dan dominasi udara yang terjadi.
Front panas terjadi apabila massa udara panas menggilas massa udara
dingin. Pada saat front panas berlangsung, terjadi hujan gerimis dalam waktu yang
lama sekitar 2-3 hari. Awan-awan yang terbentuk pada saat front panas ini adalah
awan Cirrus, Cirocumulus, Cirrostratus, Altocumulus, dan Altostratus.
Front dingin terjadi apabila massa udara dingin menggilas massa udara
panas, dimana massa udara panas akan naik di atas massa udara yang lebih dingin.
Front dingin biasanya mempunyai kemiringan antara 1:80 dan 1:150 yang artinya
zona transisisi tersebut terletak pada ketinggian 1 km di atas tanah, pada jarak
antara 80 sampai 150 dari front permukaan. Awan-awan yang terbentuk pada saat
front dingin adalah awan Cumulonimbus (Cb) dan Cumulus (Cu). Selama front ini
berlangsung terjadi hujan badai sangat besar, Guntur, dan kilat selama 2-3 jam.
Front campuran terjadi apabila dua massa udara dingin bertemu dengan
massa udara panas sehingga massa udara dingin akan mengambil alih lokasi
massa udara panas.
Front quasi stationer terjadi apabila ada dua massa udara yang bertemu, baik
dingin maupun panas, tetapi masing-masing dari massa udara tersebut tidak cukup
kuat untuk mendesak satu dengan yang lainnya sehingga tidak jelas mana yang
mendominasi.
Siklon frontal adalah daerah front dimana terjadi pertemuan dua massa udara
yang berbeda kekuatan dan karakter. Siklon frontal sering juga disebut sebagai
siklon ekstratropis karena siklon frontal ini terjadi di lintang-lintang menengah
dan tinggi.

37
Analisis front merupakan suatu metode identifikasi front pada suatu wilayah
tertentu. Analisis front dapat dilakukan secara manual dengan bantuan peta isoplet
dan juga dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan citra satelit dan
perangkat lunak meteorologi.
Analisis front secara sederhana atau manual dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan unsur-unsur cuaca. Diantaranya dengan
melihat suhu udara, suhu titik embun dan arah angin pada peta sinoptik.
Analisis front juga dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan citra
satelit dengan menggunakan band inframerah atau cahaya tampak. Identifikasi
front dengan menggunakan citra satelit sangat berkorelasi dengan temperature dan
jenis awan pada suatu wilayah karena front merupaka pertemuan dua massa udara
yang memiliki pebedaan karakteristik.
Manfaat mempelajari front adalah memahami mekanisme pergerakan massa
udara, mengetahui jenis front yang terjadi pada suatu wilayah, mempelajari
fenomena cuaca yang mungkin terjadi dalam suatu wilayah dan suatu bentuk
tindakan mitigasi untuk mencegah terjadinya keruskan akibat fenomena cuaca
yang terjadi.

38
Daftar Pustaka

[Anonim]. 2009. Air Masses and Weather Patterns. http://www.earth.usc.edu.


[Bogor, 7 April 2009].
[Anonim]. 2008. Cold Front. http://en.wikipedia.org/wiki/Cold_front. [4 April
2009] 21:45.
[Anonim]. 2008. Warm Front. http://en.wikipedia.org/wiki/Warm_front. [4 April
2009] 21:13.

[Anonim]. 2009. Front. http://www.apollo.lsc.vsc.edu [03 April 2009].

[Anonim]. 2009. Front .http://ww2010.atmos.uiuc.edu. [21 April 2009].

Ahrens C. Donald. 2007. Meteorology Today: An Introduction to Weather,


Climate, and the Environment. Belmont: Thomson Higher Education.

Lutgens Frederick K. 1982. The Atmosphere: An Introduction to Meteorology.


New Jersey: Prentice Hall.

McIntosh, D, H. 1972. Meteorology Glossary. Her Majestys Stationery Office:


London.

Ritter, Michael. 2007. Weather Systems. http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/


geog101/textbook/weather_systems/outline.html

Tjasyono Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB Press.

Toyib, Sobri Effendy. 2009. Modul Kuliah ke-6 Analisis Meteorologi. Bogor:
Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB.

39

You might also like