You are on page 1of 17

S TA I N BATUSANG KAR

KONSELING PENDEKATAN ISLAM Tentang Konsep Dasar Konseling Islam Oleh: FITRIA OSNELA FITRIYANI NELLA HARIANI YOLA SISKA

DOSEN: Darimis, M. Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR 2013

KONSEP DASAR KONSELING ISLAM

A. Pendahuluan Konseling Islam sesungguhnya telah ada sejak zaman Rasulullah, banyak sumber yang menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW telah mempraktikkan prinsip-prinsip konseling Islam secara sempurna, sehingga hanya dalam kurun waktu 23 tahun Rasulullah dapat merubah suku bangsa yang mulanya jahiliyah menjadi umat yang bertauhid, berakhlak mulia dan berbudaya tinggi. Namun secara istilah konseling Islam agaknya baru muncul beberapa dekade belakangan ini sehingga konseling Islam masih menjadi pembahasan baru dalam bidang konseling. Ada perbedaan mendasar antara konseling Islam dengan konseling secara umum. Namun, bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam agaknya konseling Islam dapat menjadi satu alternatif pendidikan yang dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat, mengingat konseling Islam sesungguhnya sudah ada sejak zaman Rasulullah dan kompleksnya kehidupan masyarakat dari berbagai bidang. Konseling Islam menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Makalah ini akan membahas mengenai konsep dasar bimbingan dan konseling Islami diantaranya; pengertian, landasan, tujuan, dan ruang lingkup garapan konseling Islami serta beda konseling Islami dengan konseling secara umum.

B. Konsep Dasar Konseling Islam

1. Pengertian Konseling Islam Berdasarkan literature bahasa Arab kata konseling disebut Al-Irsyad atau Al-Istisyarah, dan kata bimbingan disebut Attaujih. Dengan demikian, Guidance and Counselling dialih bahasakan menjadi At-taujih wa al-irsyad atau at-taujih wa al-istisyarah. Secara etimologi kata Irsyad berarti alhuda, ad-dalah yang dalam bahasa Indonesia berarti; petunjuk, sedangkan kata Al istisyarah berarti; talaba min al-mansyurah / an-nasihah, dalam bahasa Indonesia berarti; meminta nasehat / konsultasi.1 Sementara Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.2 Sebagai makhluk berproblem, di depan manusia telah terbentang berbagai petunjuk solution (pemecahan, penyelesaian) terhadap problem kehidupan yang dihadapinya. Namun, karena tidak semua problem dapat diselesaikan oleh manusia secara mandiri, maka ia memerlukan bantuan seorang ahli yang berkompeten sesuai denga jenis problemnya. Kesempurnaan ajaran Islam menyimpan khazanah-khazanah berharga yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan problem kehidupan manusia. Secara operasional khazanah-khazanah tersebut tertuang dalam konsep konseling Islami dan secara praktis tercermin dalam proses face to face relationship (pertemuan tatap muka) atau personal contact (kontak pribadi) antara seorang konselor professional dan berkompeten dalam bidangnya dengan seorang klien / konseli yang sedang menghadapi atau berjuang menyelesaikan kehidupannya untuk mewujudkan amanah ajaran Islam.
Wilda Yulis, Sikap Calon Konselor terhadap Konseling Islam, (Skripsi pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Batusangkar, 2013. Tidak dipublikasikan), h. 25 2 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:UII Press, 2001), h. 4
1

Konseling Islam akan menjalin hubungan personal antara dua pihak manusia, satu pihak ingin memecahkan / menyelesaikan problem kehidupannya untuk mewujudkan amanah ajaran Islam. Konseling Islam akan menjalin hubungan personal antara dua pihak manusia, satu pihak ingin memecahkan / menyelesaikan masalah dan satu pihak lagi membantu memecahkan atau menyelesaikan masalah. Hasil seminar bimbingan dan konseling Islami yang diselenggarakan oleh UII di Yogyakarta pada tahun 1985 didapat sebuah rumusan bahwa Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 3 Sejalan dengan hal itu, Hellen mengungkapkan bahwa Konseling Islam adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulang penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari perannya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan alam semesta.4 Berpijak pada beberapa pendapat di atas dapat kita pahami bahwa konseling Islam adalah upaya bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada klien agar klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan Al-Qur;an dan hadist sebagai pedoman untuk bertindak. Senada dengan hal tersebut, Tohari Musnamar mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
3 4

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h.85 Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2012), h.22

seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.5 Berdasarkan pendapat di atas dapat kita pahami bahwa konseling Islam merupakan sebuah proses konseling yang menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman agar individu tersebut dapat menyelesaikan masalahnya dan menyadari keberadaannya sebagai makhluk Allah SWT.

2. Landasan Konseling Islam Landasan (pondasi atau dasar pijak) utama bimbingan dan konseling Islami adalah Al-quran dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. Al-quran dan sunnah Rasul merupakan landasan utama yang dilihat dari sudut asal usulnya, merupakan landasan naqliyah, maka landasan lain yang dipergunakan oleh bimbingan dan konseling Islami yang sifatnya aqliyah adalah filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat Islami dan ilmu atau landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran islam. Hasan Langgulung (dalam Bukhari Umar) mengatakan bahwa sumber pendidikan Islam itu ada enam macam, yaitu Al-Quran, As-Sunnah, kata-kata sahabat, kemaslahatan umat, tradisi, maupun kebiasaan masyarakat, dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam.6 Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa Al-Quran dan sunnah merupakan sumber tertinggi dan utama dibanding sumber-sumber lainnya. Begitu juga dengan konseling Islam yang merupakan bagian dari pendidikan menggunakan Al-Qur;an dan hadist sebagai landasan pertama dan
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami , (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h.5 6 Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011), h.1
5

utama dalam prosesnya. Al-Quran dan sunnah dijadikan sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Alah SWT. Allah yang menciptakan manusia, ia pula yang akan menjaga dan membina manusia tersebut, disamping itu tak ada satupun persoalan manusia yang tidak tercantum dalam Al-Quran, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Anam: 38.

Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui bahwa Al-Quran merupakan pedoman utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Al-Quran merupakan ayat-ayat suci Allah SWT yang di dalamnya mengandung makna yang luar biasa untuk dijadikan pedoman bagi manusia karena Al-Quran membahas segala aspek dari sisi kehidupan manusia. Landasan filosofis Islam yang penting artinya bagi bimbingan dan konseling Islami antara lain: 1) falsafah tentang dunia manusia (citra manusia); 2) falsafah tentang dunia dan kehidupan; 3) falsafah tentang pernikahan dan keluarga; 4) falsafah tentang pendidikan; 5) falsafah tentang masyarakat dan kehidupan kemasyarakatan; 6) falsafah tentang upaya mencari nafkah atau falsafah kerja.

Dalam gerak dan langkahnya, bimbingan dan konseling Islami berlandaskan pula pada berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu. Ilmuilmu yang membantu dan dijadikan landasan gerak operasional bimbingan dan konseling Islami itu antara lain: 1) ilmu jiwa (psikologi); 2) ilmu hukum Islam; 3) ilmu-ilmu kemasyarakatan (sosiologi, antropologi sosial, dan sebagainya).7

3. Tujuan Konseling Islam Secara sederhana konseling Islam bertujuan untuk menyeru berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Sedangkan tujuan umum / jangka panjang konseling Islam adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia dunia dan akhirat.8 Demi mencapai tujuan umum tersebut, perlu dibangun kemandirian individu sebagai pribadi muslim. Ciri pribadi muslim yang diharapkan terbentuk melalui konseling Islam adalah: a. Individu yang mampu mengenal dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah, makhluk individu yang unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya, makhluk yang selalu berkembang dan makhluk sosial (yang harus mengenal lingkungan sosialnya / keluarga, sekolah, masyarakatnya). b. Individu menerima keberadaan diri dan lingkungannya secara positif dan dinamis (sebagai hamba Allah, sebagai makhluk individu, dan sebagai makhluk sosial) yang dituntut dengan sejumlah tugas dan tanggungjawab dalam hidup. c. Individu mampu mengambil keputusan yang sesuai tuntunan nilai Ilahi dalam eksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang diberi fitrah dengan potensi hati atau kalbu, akal, fisik psikis dan hawa nafsu, sebagai makhluk yang unik, sebagai makhluk sosial yang terikat dengan lingkungan sosial / orang lain diluar dirinya. d. Individu mampu mengarahkan dirinya sesuai keputusan yang diambilnya.
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami , (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h. 5-6 8 Erhamwilda, Konseling Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 119
7

e. Individu mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai insan yang tunduk pada aturan Ilahi, menjd dirinya sendiri yang bersikap dan bertindak sesuai fitrahnya, sebagai individu yang mampu menempatkan dirinya dalam lingkungan sosialnya sesuai nilai-nilai Islam.9

Secara singkat tujuan bimbingan dan konseling Islami dapat dirumuskan sebagai berikut:10 1) Tujuan umum Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 2) Tujuan khusus a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah; b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya; c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Menurut Erhamwilda tujuan jangka pendek proses konseling Islam adalah membantu klien mengatasi masalahnya dengan cara mengubah sikap dan perilaku klien yang melanggar tuntunan Islam menjadi sikap dan perilaku hidup yang sesuai dengan tuntunan Islam. 11 Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa konseling Islam mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Namun dibalik hal itu, ada tujuan yang lebih pasti dari konseling Islam tersebut, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Munandir dalam Saiful Akhyar Lubis mengemukakan bahwa tujuan konseling Islam ialah membantu seseorang untuk mengambil keputusan dan
Erhamwilda, Konseling, h. 120 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36-37 11 Erhamwilda, Konseling, h. 120
10 9

membantunya menyusun rencana guna melaksanakan keputusan itu. Dengan keputusan itu ia bertindak atau berbuat sesuatu yang konstruktif sesuai dengan perilaku yang didasarkan atas ajaran Islam.12 Layanan Konseling Islam ditujukan untuk membantu manusia sedapatdapatnya agar terhindar dari masalah. Andaipun ia menghadapi masalah, diharapkan ia dapat menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, sebagai ketetapan dan anugrah dari Allah. Dapat diketahui bahwa konseling Islam bertujuan menanamkan kebesaran hati dalam diri klien agar ia benar-benar menyadari bahwa ia telah memiliki kemampuan memecahkan dan menyelesaikan masalah. Selain itu, klien juga harus berupaya menumbuh kembangkannya melalui latihan serta amal ibadah disetiap saat agar ia tidak menghadapi masalah atau minimal ia tidak akan menghadapi masalah yang sama dalam rentang kehidupannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui Bimbingan dan Konseling Islam adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi kaffah, dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam kehidupan sehari-hari yang tampil dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya.13 Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa tujuan konseling Islam adalah agar klien dapat mengaktualisasikan apa yang diimaninya lewat perbuatan sehari-hari, dengan kata lain individu dapat meningkatkan iman, Islam dan ikhsan individu yang dibimbing hingga menjadi pribadi yang utuh hingga pada akhirnya dapat hidup bahagia didunia dan akhirat.

4. Ruang Lingkup Garapan Konseling Islam


12 13

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h. 111 Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 207

Menurut Ainur Rahim Faqih, ruang lingkup garapan konseling Islam antara lain: a. Pernikahan dan Keluarga Anak dilahirkan dan dibesarkan (umumnya) di lingkungan keluarga, entah itu keluarga intinya (ayah dan ibunya sendiri), keluarga lain, atau keluarga besar (sanak saudara). Keluarga lazimnya diikat oleh tali pernikahan. Pernikahan dan ikatan keluarga di satu sisi merupakan manfaat, disisi lain dapat mengandung mudharat atau menimbulkan kekecewaan-kekecewaan. Dalam pada itu, pernikahan dan kekeluargaan sudah tentu tidak terlepas dari lingkunganya (sosial maupun fisik) yang mau tidak mau mempengaruhi kehidupan keluarga dan keadaan pernikahan. Karena itulah maka bimbingan dan konseling Islami kerap kali amat diperlukan untuk menangani bidang ini.

b. Pendidikan Semenjak lahir anak sudah belajar, belajar mengenal

lingkungannya. Dan manakala telah cukup usia, dalam sistem kehidupan dewasa ini, anak belajar dalam lembaga formal (di sekolah). Dalam belajar (pendidikan) pun kerap kali timbul berbagai masalah yang memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islami untuk menanganinya.

c. Sosial Kemasyarakatan

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan kehidupannya sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan kemasyarakatan (pergaulan) ini pun kerap kali menimbulkan masalah bagi individu yang memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islami.

d. Pekerjaan (jabatan) Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan sesuai dengan hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi (pengelola alam), manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan membawa manfaat besar, mengembangkan karir dalam pekerjaan, dan sebagainya, kerap kali menimbulkan permasalahan pula, bimbingan dan konseling Islami pun diperlukan untuk menanganinya.

e. Keagamaan Manusia merupakan makhluk religious. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. bahkan dalam kehidupan keagamaan pun kerap kali muncul pula berbagai masalah yang menimpa dan menyulitkan individu. Dan ini memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islam.14

5. Beda Konseling Islam dengan BK Secara Umum Bimbingan konseling islam dan bimbingan konseling secara umum mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, perbedaan ini dapat dilihat dari
14

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogyakarta: UII Press, 2001), h.

44-45

landasan keilmuannya dimana landasan keilmuan BK secara umum mengacu kepada filsafat sedangkan landasan keilmuan BK islam mengacu kepada Al quran dan As Sunnah.15 Tohari Musnamar juga mengemukakan pendapat mengenai perbedaan BK umum dengan BK Islam yaitu: 1) Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak dihubungkan dengan tuhan maupun ajaran Agama. Maka layanan bimbingan dan konseling di anggap sebagai hal semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling dalam ajaran Islam dihitung sebagai sedekah. 2) Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah didasarkan atas fikiran manusia. Semua teori konseling yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lalu, sedangkan konsep bimbingan konseling Islam didasarkan atas Al-Quran dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia. 3) Konsep layanan bimbingan dan konseling barat tidak membahas kehidupan sesudah mati, sedangkan layanan bimbingan dan konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati. 4) Konsep layanan bimbingan konseling barat tidak membahas dan mengaitkan diri dari pahala dan dosa. Sedangkan menurut konseling Islami membahas dan dosa yang telah di kerjakan.16
Tersedia: http://guslukman.blogspot.com/2008/08/perbedaan-bk-umum-dan-bk-islami.html. diakses pada tanggal 08 September 2013 16 Tersedia: http://www.slideshare.net/naeila/hakikat-bki. diakses pada tanggal 08 September 2013
15

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa BK umum dan BK Islam berbeda, perbedaan ini terletak pada landasan keilmuan dan konsep yang di pakainya, BK umum memakai landasan keilmuan filsafat sedangkan BK Islam landasan keilmuannya yaitu Al-Quran dan Sunnah, konsep yang di aplikasikan BK umum mengenai konsep duniawi saja sedangkan konsep BK Islam membahas mengenai dunia dan akhirat.

C. Penutup 1. Kesimpulan Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan Konseling Islam merupakan sebuah proses konseling yang menjadikan AlQuran dan Sunnah sebagai pedoman agar individu tersebut dapat menyelesaikan masalahnya dan menyadari keberadaannya sebagai makhluk Allah SWT. Berdasarkan QS. Al-anam ayat 38, dapat diketahui bahwa Al-Quran merupakan pedoman utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan. AlQuran merupakan ayat-ayat suci Allah SWT yang di dalamnya mengandung makna yang luar biasa untuk dijadikan pedoman bagi manusia karena AlQuran membahas segala aspek dari sisi kehidupan manusia. Secara sederhana konseling Islam bertujuan untuk menyeru berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Sedangkan tujuan umum / jangka panjang konseling Islam adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia dunia dan akhirat. Demi mencapai tujuan umum tersebut, perlu dibangun kemandirian individu sebagai pribadi muslim.

Menurut Ainur Rahim Faqih, ruang lingkup garapan konseling Islam antara lain: 1) Pernikahan dan Keluarga, 2) Pendidikan, 3) Sosial Kemasyarakatan, 4) Pekerjaan (jabatan), 5) Keagamaan. BK umum dan BK Islam berbeda, perbedaan ini terletak pada landasan keilmuan dan konsep yang di pakainya, BK umum memakai landasan keilmuan filsafat sedangkan BK Islam landasan keilmuannya yaitu Al-Quran dan Sunnah, konsep yang di aplikasikan BK umum mengenai konsep duniawi saja sedangkan konsep BK Islam membahas mengenai dunia dan akhirat.

2. Saran Demikianlah penjelasan tentang konsep dasar konseling Islam, untuk lebih menambah wawasan pembaca tentang hal tersebut diharapkan kepada para pembaca untuk menambah dan mencari sumber lain mengenai hal tersebut dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogjakarta: UII Press, 2001. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011. Erhamwilda, Konseling Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2012. Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, Yogyakarta: Elsaq Press, 2007. Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: Elsaq Press, 2007. Tersedia: http://guslukman.blogspot.com/2008/08/perbedaan-bk-umum-danbk-islami.html. diakses pada tanggal, 08 September 2013 Tersedia: http://www.slideshare.net/naeila/hakikat-bki. diakses pada tanggal 08 September 2013 Wilda Yulis, Sikap Calon Konselor terhadap Konseling Islam, (Skripsi pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Batusangkar, 2013. Tidak dipublikasikan)

S TA I N BATUSANG KAR

KONSELING PENDEKATAN ISLAM Tentang Konsep Dasar Konseling Islam Oleh: FITRIA OSNELA FITRIYANI NELLA HARIANI

DOSEN: Darimis, M. Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR 2013

You might also like