You are on page 1of 30

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU, BAYI DAN ANAK BALITA

Jakarta, 2009

Prinsip Dasar Dan Teknik Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi atau menyangkal data yang diperoleh dan mengidentifikasi masalah.

Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat beberapa teknik dasar, antara lain:
1. Inspeksi Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien. Cara efektif melakukan inspeksi adalah sebagai berikut: a. Atur posisi sehingga bagian tubuh dapat diamati secara detail. b. Berikan pencahayaan yang cukup. c. Lakukan inspeksi pada area untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi dan abnormalitas. d. Bandingkan area sisi tubuh dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba, yaitu tangan, untuk menentukan ketahan, kekenyalan, kekerasan, tekstur dan mobilitas. Sedangkan untuk temperatur atau suhu hendaknya menggunakan bagian belakang tangan dan jari.

3. Perkusi
Perkusi merupakan cara pemeriksaan dengan melakukan pengetukan pada bagian tubuh dengan ujung-ujung jari untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan adanya cairan dalam tubuh. Ada dua cara dalam perkusi yaitu: - Cara langsung Dengan mengetuk secara langsung menggunakan satu atau dua jari. - Cara tidak langsung Dengan menempatkan jari tengah tangan diatas permukaan tubuh dan jari tangan lain dan telapak tidak pada permukaan kulit, setelah mengetuk jari tangan ditarik ke belakang.

Hasil perkusi dibagi menjadi tiga macam, yaitu: - Sonor, suara yang terdengar pada perkusi paru
normal. - Pekak suara yang terdengar pada perkusi perkusi otot dan timpani suara yang terdengar pada abdomen bagian lambung. - Suara yang terjadi diantara kedua suara tersebut, seperti redup suara antara sonor, pekak dan hipersonor antara sonor dan timpani.

4. Auskultasi
Merupakan cara pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui alat stetoskop. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah frekuensi atau siklus gelombang bunyi, kekerasan atau amplitudo bunyi, kualitas bunyi dan lamanya bunyi.

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL


Pemeriksaan Umum Pemeriksaan umum pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, dan bila ada kelainan bentuk badan.

Pemeriksaan Kebidanan
1. Inspeksi
Untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak pada selaput mata. Selanjutnya adalah pemeriksaan leher, pemeriksaan dada, pemeriksaan perut, pemeriksaan vulva dan pemeriksaan ekstremitas (varises)

2. Palpasi
Untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan ini menggunakan metode Leopold, yaitu:

A. Leopold I
Untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang terdapat dalam fundus. Dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang ada dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras , bundar dan melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang bundar dan kurang melenting. Apabila ingin menentukan usia kehamilan rumusnya adalah: Tinggi Fundus (cm) : usia kehamilan 3,5 cm

B. Leopold II
Untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian kecil pada anak. Caranya letakan kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan dimanakah bagian terkecil bayi.

C. Leopold III
Untuk menentukan bagian apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Caranya tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan dengan secara lembut dan masuk kedalam abdomen pasien di atas simpisis pubis dan peganglah bagian presentasi bayi, lalu bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut.

D. Leopold IV
Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul, caranya: letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan kedalam dan gerakan jari-jari kearah rongga panggul, dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk. Pemeriksaan ini tidak dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan Leopold lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar sekitar VI bulan ke atas.

3. Auskultasi
Umumnya dilakukan dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonik dapat didengar pada bulan ke-3. Bila jantung anak dapat terdengar di kiri kanan di bawah tali pusat bila presentasi kepala, bila terdengar setinggi tali pusat maka presentasi didaerah bokong, bila terdengar pada pihak berlawanan dengan bagian kecil maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan sehat bunyi jantung antara 120-140 kali permenit, cara menghitung bunyi jantung dengan mendengarkan 3x5 detik, kemudian jumlah bunyi jantung dikalikan 4, bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali permenit anak dalam keadaan asfiksia (asphyxia). Selain bunyi jantung anak dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup, kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus sifatnya tidak teratur.

Menghitung Taksiran Persalinan


Menentukan taksiran kelahiran anak dapat digunakan hukum Naegele yakni, dengan cara menentukan hari pertama haid terakhir ditambah 7 kemudian hasilnya dikurangi 3 bulan.

PEMERIKSAAN BAYI DAN ANAK BALITA


Pemeriksaan Fisik Bayi
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatannya. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan hanya pada bagian yang diperiksa. 2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan prosedur ketat dahulu seperti paru, jantung dan abdomen. 3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir. 4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.

Penilaian Apgar Score


Penilaian ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. Cara: 1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. 2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut: a. Adaptasi baik : skor 7-10 b. Asfiksia ringan sedang : skor 4-6 c. Asfiksia berat : skor 0-3

Tabel 3.1 Penilaian Apgar Score

Tanda
Usaha Bernapas Tonus otot Refleks Warna kulit

0
< 100
Lambat Tidak ada Lumpuh Tidak bereaksi Seluruh tubuh biru atau pucat

1
100

2
Menangis kuat

Frekuensi jantung Tidak ada

Ekstremitas fleksi Gerakan aktif sedikit Gerakan sedikit Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Reaksi melawan Seluruh tubuh kemerahan

Pemeriksaan Cairan Amnion


Bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan omnion seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.

Pemeriksaan Plasenta
Bertujuan untuk menentukan keadaan/ kondisi plasenta. Pemeriksaan ini meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.

Pemeriksaan Tali Pusat


Bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat, seperti ada tidaknya vena dan alter, tali simpul pada tali pusat, dll

Pengukuran Antropometri
Cara: 1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada 2. Lakukan penilaian hasil pengukuran: a. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 gram maka bayi disebut macrosomia. b. Panjang badan normal adalah 45-50 cm. c. Lingkar kepala normal 33-35 cm. d. Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrochepalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.

Pemeriksaan Kepala
Cara: 1. Lakukan inspeksi daerah kepala 2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut. Yaitu: a. Maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau tidak. b. Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari. c. Ada tidaknya cephal haematum yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum.

Ciri konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura. Cephal Haematum akan hilang sempurna dalam 2-6 bulan. d. Ada tidaknya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, sering di raba terjadi fluktuasi dan edema. e. Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

Pemeriksaan Mata
Cara: 1. Lakukan inspeksi daerah mata. 2. Penilaian ada tidaknya kelainan seperti: a. Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna) dengan cara menggoyang kepala secara perlahan sehingga mata bayi akan terbuka. b. Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensifitas terhadap cahaya berkurang. c. Sindrom Down, ditemukan epichantus melebar d. Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran terjadi kekeruhan pada kornea e. Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

Pemeriksaan Telinga
Cara: Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka pendengarannya baik, bila tidak terjadi reflek kemungkinan terjadi gangguan pendengaran.

Pemeriksaan Hidung
Cara: Amati pola pernapasan, bila bayi bernapas melalui mulut kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung menunjukan gangguan paru. Amati Mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah mungkin ada penyakit sifilis kongenital

Pemeriksaan Mulut
1. Lakukan Inspeksi adanya kista pada mukosa mulut 2. Amati warna, kemampuan refleks menghisap 3. Amati bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi, biasa disebut Monila Albicans 4. Amati gigi dan gusi, untuk menilai pigmen

Pemeriksaan Leher
Amati pergerakan leher bila terjadi keterbatasan dalam pergerakan mungkin terjadi kelainan pada tulang leher seperti kelainan tiroid, hemangioma

Pemeriksaan Dada, Paru dan Jantung


1. Lakukan inspeksi bentuk dada: a. Bila tidak simetris mungkin bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. b. Pernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi 40-60 kali perdetik, perhitunganya harus 1 menit penuh karena ada periodic breathing (nafas berhenti 20 detik dan terjadi berkala. 2. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus kordias dengan menentukan posisi jantung.

3. Lakukan auskultasi paru dan jantung dengan meneNtukan stetoskop untuk menilai frekuensi dan suara napas/jantung.

Pemeriksaan Abdomen
1. Lakukan inspeksi abdomen. Bila membuncit dapat disebabkan hepotosplenomegali atau cairan didalam rongga perut atau kembung 2. Lakukan auskultasi adanya bising usus. 3. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3cm dibawah arkus kosta kanan. 4. Lakukan palpasi ginjal dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot dinding perut relaksasi.

Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ektremitas


1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang belakang untuk ada tidaknya kelainan seperti skoliosis, meningokel, spina bifida dll. 2. Amati pergerakan ektremitas untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan dan kelemahan jari.

Pemeriksaan Genitalia
1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita seperti keadaan labiominora, labio mayora, lubang uretra dan lubang vagina. 2. Lakukan inspeksi pada genetalia laki-laki seperti keadaan penis ada tidaknya hipospadia (defek dibagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis dan epipadia (defek pada dorsum penis)

Pemeriksaan Anus dan Rektum


1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai kelainan atresia ani atau posisi anus 2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar 24 jam) bila dalam 24 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.

Pemeriksaan Kulit
1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas yang akan menutupi bayi yang cukup bulan. 2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung bayi).

You might also like