You are on page 1of 8

Kronologi Fitnah kepada Ustz.

Irene
Handono
Bismillaahi aktubu,

Dahulu saya memiliki teman perempuan yang saya ketahui


betul sebagai seorang Kristiani. Kami memang teman
semasa SMA. Namanya Meiske.

Maka sesudah kami lulus, Ia pun bekerja di Jakarta dengan


suatu pekerjaan yang tidak saya ketahui. Saya pun
menelepon Hand Phonenya, lalu terjadilah percakapan
tentang “Antara Kristen dengan Islam, Yang Mana Yang Masih
Asli sebagai Agama Allaah.” Singkatnya, kami pun berdialog
lewat sambungan telepon.

Suatu ketika, Ia pun menyuruhku untuk mematikan


teleponku sesaat. Dan ternyata saya mengetahui bahwa Ia
telah memasang rekaman dalam pembicaraan kami melalui
telepon tsb.

Alhasil, Ia pun telah menangisi pembicaraan tsb dan saya


pun mengakhiri dialog lewat telpon tsb.

Ini terjadi lebih dari 4 tahun yang lalu (sekarang 2009).

Beberapa waktu sesudah percakapan tsb, saya pun pindah


rumah ke Kompleks perumahan lain.

Nah, saat inilah hal ini akan dibahas secara tuntas.


Ternyata dikemudian hari, dikemudian hari diketahuilah
bahwa di sekitar sana ada seorang mata-mata Amerika yang
sebenarnya juga adalah seorang “ahli Politik dari Jakarta,”
yang bernama Nurdin Rusli. Akhirnya diketahuilah bahwa Ia
sesungguhnya adalah seorang Kristiani. Namun ini diketahui
oleh saya di kemudian hari. Kaum Politikus USA mengira
bahwa saya termasuk dari golongan yang menurut
pemerintahan mereka sebagai kaum Teroris.

Singkat kata, dia memang mengundang saya untuk datang


ke rumahnya.

Disanalah Ia telah menyiapkan kameranya. Akhirnya, saya


pun mengetahui bahwa itu adalah kamera CIA Amerika.

Maka berlangsunglah pembicaraan demi pembicaraan


mengenai “Islam,” terutama mengenai “Salafiyyah.”

Maka, dari sinilah nantinya tersingkap bahwa Ia bukanlah


seorang “Muslim,” dan Ia mengaku bahwa Ia termasuk yang
bimbang soal agamanya (Kristen) saat itu, Ia mengaku telah
mendengar rekaman percakapan antara saya dengan
Meiske lewat sambungan telepon tsb. Jadi, bertemunya saya
dengan dia ini terjadi setelah berjalan waktu lebih dari 2
tahun sejak saya sendiri menelepon Meiske tsb.

Dia mengaku meminta diutus ke Kompleks perumahan saya


yang baru tsb, untuk menjadi mata-mata. Maka, sampai
sekarang Ia pun masih tinggal disana, di dalam satu
kompleks dengan saya.

Kembali ke asal-usul bagaimana semua ini terjadi. Saat itu,


saya mengusulkan kepadanya agar mengundang “Ustz.Irena
Handono Hafizhahullah,” untuk berdakwah ke Masjidnya.
Dan Ia pertamanya tidak menyukai ketika saya berbicara
mengenai “Kesalahan agama Kristen,” dan itu memang
berlanjut di hari-hari berikutnya, ketika akhirnya pun terbukti
sebagaimana yang dikatakannya di awal: bahwa Ia seorang
Kristiani yang berpura-pura sebagai Muslim. Dahulu, saya
pikir perkataan dia ini hanya main-main.
Sesudah dakwah Islamiyyah saya di dalam rumahnya pun
kian berlanjut dari hari ke hari, maka terjadilah yang
memang Allaahu Jalla Syana’uh kehendaki dan ridhai, yakni
Ia pun menjadi “Muallaf.”

Sesungguhnya, saya baru menganggap serius semua


perkataannya 3 tahun yang lalu itu, yakni mengenai
perpindahan dia dari agamanya yang lama ke agama yang
baru ini, ya hanya pada saat sekarang ini.

Singkat cerita, Ia masih terlalu menyukai “Sekulerisme.”


Begitu juga dengan Diki Candra, seorang sekretaris
Forum Arimatea di Jakarta.

Kemudian, merekapun memanfaatkan “kedengkian mereka”


sendiri kepada saya, sehingga merekapun memfitnah
“mantan Biarawati tsb,” yang sesungguhnya sudah
menjalani hidupnya sebagai Muslim selama lebih dari 20
tahun, dan saat ini ibu Ustadzah Irene Handono
Hafizhahullah telah menjadi Da’i Islam.

Begini kronologinya, saya pernah menjadi seseorang yang


diundang oleh Diki Candra sang Sekretaris Forum
Arimatea untuk berdialog dengan seseorang pendeta
Protestan dari Amerika yang bernama, “Kurt.”

Proses dari “Kedengkian,” ini adalah bahwa saya telah


berbicara dengan pendeta USA bernama Kurt tsb dengan
bahasa Inggris, tanpa diterjemahkan, dan saya pun telah
berbicara kepadanya secara lebih bebas dan terbuka,
tentang perpolitikan luar negeri USA-negara Islam. Muslim
bernama Diki Candra tsb tidak mengetahui bahasa Inggris,
akan tetapi saya menginginkan untuk berbicara langsung
kepada Pendeta tsb tanpa penerjemah.
Kemudian, sekarang para pembaca, kita berpindah ke masa
depan dimana terjadi pembicaraan antara saya dengan
bapak bernama Nurdin Rusli tsb di dalam ruang tamunya.

Di tengah-tengah peliputan gambar dan perekaman audio


dialog saya dengan Nurdin Rusli (Muallaf) sang mantan
Kristiani tsb, maka saya pun menyinggung tentang
Pendeta USA yang bernama Kurt tsb.

Akhir kata, saya pun menyinggung mengenai cara yang


terbaik dalam mengajarkan Islam kepada kaum Kristen
bahwa bukanlah itu diajarkan dengan “Kristologi,” akan
tetapi dengan penemuan-penemuan empiris dan Kalam
Allaah yakni Al Qur’aan yang diwahyukan kepada Rasulullah
Muhammad Shalallaahu ‘alaihi Shalawaatu wa Sallam.

Maka, dimulailah “kedengkian,” tsb karena sesudah saya


pulang dari rumah Muallaf tsb, Ia pun mulai mengatakan hal-
hal yang sesungguhnya Ia rasakan terhadap Jihad fii
Sabiilillah dan Sekulerisme.

Mulanya Ia enggan untuk berbicara tentang pendapatnya


yang sebenarnya tentang “Sekulerisme dan Jihad fii
Sabiilillah,” di depan saya.

Maka, ketika saya pulang dari rumahnya, Ia pun merekam


pembicaraannya yang menyelisihi Syara’ dari Islam.

Darimana saya mengetahuinya? Dari mulut yang


mendengarkan dia sendiri berbicara tentang apa yang
dilakukannya.

Sesungguhnya, Ia mengakui bahwa Ia dahulunya ialah


seorang Demokrat, namun sekarang Ia masuk ke Golkar. Dan
Ia mengakui bahwa yang menarik baginya untuk menjadi
Muslim (Muallaf) adalah kenyataan bahwa ibu Irena Handono
Hafizhahullah adalah seorang mantan biarawati yang
menjadi Ustadzah Da’i Islam. Sementara dia mengaku
bahwa Ia dulunya berada di dalam organisasi Paramadina.

Sebelum dilanjutkan, marilah beralih ke belakang sebentar:

Fitnah kepada ibu Ustadzah Irene Handono Hafizhahullah


bermula dari, “Pembicaraan antara saya dan Nurdin Rusli,”
yakni saya mengira bahwa Ia belum menikah atau sedang
menjanda, maka ketika bapak tsb sedang dalam keadaan
belum memutuskan untuk mengundangnya untuk
berceramah, saya pun mengutarakan mengenai keadaan
mantan Biarawati tsb, bahwa Ia adalah wanita Muslimah
yang baik-baik, maka bila memang sedang tiada bersuami,
maka saya akan menikahinya.

Ternyata, Ia telah bersuami. Maka terjadilah hal yang agak


memalukan bagi kami berdua, karena ternyata ibu Ustadzah
tsb memang telah bersuami, Ia juga mengajak suaminya ke
Masjid kami, sedang saya tidak berniat menikahi anak
perempuannya. Inilah awalnya.

Sekarang saya ajak para pembaca untuk berpindah ke masa


depan dimana pembicaraan antara saya dengan Muallaf tsb
berlanjut. Ia berkata “Kamu telah menyinggung perasaan
saya dengan mengatakan bahwa saya menyukai ibu
Ustadzah tsb, padahal itu hal yang telah lalu, saya malu.”

Akhir kata terjadilah hal tsb, yakni mereka mencari


seseorang yang mirip dengan ibu Ustadzah Irene Handono
dan Diki Candra sekaligus.

Kemudian, saya melihat rekaman mereka tsb di rumah saya,


yakni seseorang yang berbaju sebagaimana Biarawati yang
baru saja keluar dari Gereja. Sementara yang terjadi adalah
bahwa orang tsb adalah orang yang memiliki kemiripan
dengan ibu Ustadzah Irene Handono Hafizhahullah dan
begitu juga ternyata mereka, siapapun itu, telah memakai
orang yang mirip dengan Diki Candra di dalam peliputan
oleh Kamera tsb.

Disana memang saya menyaksikan orang yang mirip dengan


Sekretaris Forum Arimatea tsb berkata, “Sudah bu, masuk
saja ke Kristen.” Sedangkan 2 hari berikutnya, kamera tsb
meliput Diki Candra mendatangi 2 orang tsb dari belakang,
dan berkata, “Ayo, kita main bertiga.”

Sedangkan diperlihatkan disitu bahwa wanita yang mirip tsb,


memakai kalung salib.

Inilah sumber dari “Fitnah,” tsb, terjadi kerjasama antara


Nurdin Rusli dengan Diki Candra tsb, karena mereka sama-
sama menyukai “Sekulerisme.”

Jadi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada


Ustadzah Irene Handono Hafizhahullah, karena terjadinya
Fitnah ini sangat berkaitan erat dengan kritik-kritik saya,
selama ini terhadap Indonesia.

Bahwa Imam Safari itu hanyalah tokoh fiktif, dan


sebenarnya yang dia maksud adalah saya. Dia bilang,
“Kalau ada Islah, Ia tidak mau Islah yang sebagian-
sebagian,” sebenarnya ini semua disebabkan oleh
hubungan antara saya dengan antek USA dan Kristen
yang sangat berlawanan, fii sabiilil haq.

Dahulu, saya memang sering menjalin hubungan dengan


orang tsb, melalui SMS, sebab memang saya yang senang
memberinya info tentang Sunnah Rasul kita.

Namun dia agak iri hati dan dengki, karena saya adalah dari
kaum Salafiyyah, dan Dakwah yang saya lakukan tsb lebih
berhasil dibanding Dakwah kaum Hizbiyyun yang dia
banggakan, itu saja penyebabnya.
Semoga Allaahu Ta’ala memaafkan kebercandaan dan
keberlebih-lebihan saya dan mengampuni seluruh dosa
antara saya dan mereka.

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali


Muhammad, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim. Innaka
Hamiidun Majiid.

Subhaanakallahumma wa bihamdika, astaghfiruuka wa


‘atuubu ‘ilaika.

Assalaamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian,


kesejahteraan dan keterlepasan dari aib bagi yang mengikuti
petunjuk).

Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh


(Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keterlepasan dari
aib, dan rahmat dari Allaah dan barakah-Nya bagi kalian).

You might also like