You are on page 1of 11

KARAKTERISTIK AKHLAK ISLAM

Sebelum menjelaskan tentang pengertian akhlak , alangkah baiknya Penulis mengulas sekilas istilah yang sering disamakan dengan akhlak yaitu budi pekerti, etika dan moral. Budi pekerti merupakan istilah netral yang mempunyai arti tuntutan sekaligus ukuran baik dan buruk perbuatan, baik menurut apa? belum bisa dijawab inilah yang disebut netral tadi.(Tafsir, 2012: 120). Etika yaitu ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran. (Yaqub, 1983: 13). Sedangkan moral berasal dari kata bahasa latin mores kata jama dari mos yang berarti adat kebiasaan. Secara terminologi moral yaitu perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. ( Saebani,2010: 30). Dari ulasan singkat tentang budi pekerti, etika, moral jelas bahwa budi pekerti adalah kata netral yang menunjukan baik dan buruk, bila baik buruk itu berdasarkan akal maka budi pekerti etika dan bila baik buruk didasarkan dengan kesepakatan masyarakat maka budi pekerti moral. Lalu bagaimana dengan akhlak?, inilah yang akan dibahas oleh Penulis.

berasal dari bahasa arab jama dari kata Kata

yang berarti budi

pekerti, perangi, tingkah laku atau tabiat, tata karma, sopan santun, adab dan tindakan. ( Saebani, 2010: 13). Sedangkan pengertian secara termonologi, akhlak yaitu budi pekerti yang ditentukan oleh agama. ( Tafsir, 2012: 121). Imam ghozali ( Dzatnika, 1996: 27) berpendapat akhlak yaitu suatu sifat yang tetap pada jiwa yang padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran. Sedangkakan Ahmad Amin ( Dzatnika, 1996: 27) mendefinisikan akhlak yaitu membiasakan kehendak. Dari pengertian Ahmad Amin dan Ghozali sesuatu menjadi akhlak apabila perbuatan-perbuatan baik atau buruk dilakukan dengan diulang-ulang sehingga pada waktu mengerjakan perbuatan tersebut menjadi kebiasaan dan tidak menimbulkan pemikiran lagi.

Uraian dia atas menjelaskan bahwa akhlak merupakan budi pekerti yang berdasarkan agama Islam yakni al-Quran dan hadits berbeda dengan etika dan moral bahkan dengan akhlak yang ada dalam agama samawi lainnya yaitu Yahudi dan Nasroni. Menurut Ali Abdul Halim Mahmud ( 2004: 19) akhlak islam berbeda dengan akhlak agama samawi lainnya yaitu Yahudi dan Nasrani. Dalam yahudi akhlak lebih memperhatikan terhadap kehidupan dunia. Sebagian besar konsentrasi mereka (yahudi) dicurahkan kepada kehidupan dunia fana ini, sedangkan kehidupan yang kekal mereka hanya sedikit perhatian dan larangan-larang mereka hanya berlaku kepada kerabat, sebagaimana tercantum dalam perjanjian lama, kitab keluaran:19/5 yang berbunyi: Hormatilah ayah dan ibumu agar kehidupan yang diberikan Tuhanmu di bumi ini berlangsung lama, jangan sampai membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan menjadi saksi palsu atas tuntutan yang yang ditujukan kepada kerabatmu, jangan pula kau menginginkan rumah, istri, hamba laki-laki, sapi, keledai, dan sedikitpun dari milik kerabatmu. Menurut Mahmud ( 2004: 20) akhlak dalam agama Nasroni yang berasal dari Tuhan tetapi Agama Masehi ini lebih memperhatikan kehidupan akhirat, sehingga kehidupan dunia terabaikan sebagaimana tercantum dalam injil Matius: 4/3: beruntunglah orang-orang yang penyayang kerena mereka menyayangi. Beruntunglah orang-orang yang hatinya suci kerena mereka menyaksikan Allah...kalian bahwasannya ada yang berkata Mata dibalas dengan mata, gigi dibalas dengan gigi akan tetapi Aku berkata janganlah kalian balas kejahatan akan tetapi jika seseorang menampar pipi kananmu maka berikanlah pipi kirimu. Kalau begitu apa karakteristik akhlak islam? Maka Penulis akan mengulas tentang karakteristik akhlak islam. Akhlak Islam mempunyai karakter adalah al-quran dan hadits sebagai sumbernya, kedudukan akal, motivasi iman, mata rantai akhlak, tujuan luhur akhlak. ( Yaqub, 1983: 50). a. Al-Quran dan Hadits sebagai sumber akhlak islam Al-Quran dan hadits sebgai sumber hokum bagi umat islam baik dalam aqidah, ibadah dan juga dalam akhlak. Sehingga Al-Quran dan hadits sebagai pedoman bagi umat islam, Allh berfirman dalam surat al-Maidah ayat 15-16:

Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Sedangkan hadits sebagai pedoman kedua untuk umat islam sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Hasr ayat 7 :
Maka

terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. Dan Allah berfirman dalam surat al-ahzab ayat 21 : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Jika telah jelas bahwa Al-Quran dan Sunah Rosul adalah pedoman hidup yang menjadi dasar bagi setiap muslim, maka teranglah keduannya merupakan sumber akhlak dalam Islam. b. Kedudukan Akal dan Naluri Hamzah Yaqub (1983: 51) berpendapat bahwa etika yang menjadikan akal dan naluri sebagai dasar penentuan baik dan buruk, maka ajaran akhlak Islam berpendirian sebagai berikut:

1). Akal dan naluri sebagai anugrah dari Allah 2). Akal pikiran manusia terbatas sehingga tidak bisa memecahkan semua masalah sebagaiman Allah berfirman: dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Q.S. 17 al-Isra: 85). 3). Naluri manusia harus mendapatkan pengarahan dari petunjuk Allah yang dijelaskan dalam al-quran. Jika tidak naluri akan salah dalam penyalurannya. c. Motivasi Iman

Dalam islam setiap perbuatan motivasi dalam perbuatan adalah aqidah, iman yang terpatri dalam hati. Iman itulah yang membuat seorang muslim ikhlas, mau bekerja (beramal). Keras bahkan rela berkorban. Iman itulah yang menjadi pendorong dalamk perbuatan. Nabi bersabda sekali-kali tidaklah seorang mumin akan merasa kenyang (puas) mengerjakan kebaikan, menjelang puncaknya memasuki surga ( H.R. Tirmidzi). d. Mata Rantai Akhlak Dengan motivasi iman, maka terdoronglah seorang mumin mengerjakan kebaikan sebanyak-banyaknya menurut kemampuannya. Dalam memanivestasikan iman tersebut terdapat mata rantai yang berkaitan dalam realisasinya, yakni niat (keikhlasan) dalam hati, dan pembuktian dengan amal yang dilaksanakan oleh anggota tubuh ( Yaqub, 1983: 53). Nabi bersabda: Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. ( Mutafaq alaihi). Dengan perkataan lain bahwa hanyalah perbuatan yang disertai niat, yang dapat dietrima dan dipertanggungjawabkan. Amal tanpa niat tidak mendapatkan penilaian dalam pandangan Islam ( Yaqub, 1983: 53).

e.

Tujuan Luhur Akhlak Dalam dua iftitah solat kita selalu mengucapkan sesungguhnya solat ku, dan hidupku, hidup, mati semua semata-mata dipersembahkan hanya kepada Allah. Tujuan yang akan dicapai oleh seorang mumin beraakhlak adalah untuk mencapai ridha Allah. Sebagaimana Allah berfirman:
Hai

jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi

diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S. 89: 27-30). DAFTAR PUSTAKA Mahmud A. Ali 2004 akhlak mulia, jakarta Gema insani Saebani A. Beni 2010 Ilmu akhlak, Bandung Pustaka setia Tafsir Ahamad 2010 Filsafat pendidikan islami, Bandung Rosda Ya'qubHamzah 1983 Etika Islam, Bandung Diponegoro

Karakteristik Akhlak Islam

Oleh

Dudi

Mubarok,

M.Ag.

Pengantar Akhlak mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam agama Islam. Setiap aspek ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak. Ibadah yang disyariatkan Islam bukanlah suatu jenis ritual yang kering dan hanya mengaitkan manusia kepada satu wujud transendental serta membebaninya dengan serangkaian ritus agama yang hampa makna. Tetapi, hal itu merupakan suatu bentuk exercise (latihan) untuk mengkondisikan manusia agar hidup dalam suasana penuh keluhuran budi (akhlak) dalam kondisi apapun. Misi utama Rasulullah di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak, tepat sekali jawaban Aisyah r.a. atas pertanyaan mengenai akhlak Rasulullah, yaitu: Akhlak Nabi Muhammad saw. adalah Alquran. Jawaban yang ringkas dan sarat makna ini menunjukkan Alquran telah menyatu dalam diri Nabi dan menjadi paradigma dalam totalitas perilaku kesehariannya, sehingga Allah memposisikan Nabi tidak hanya sebagai pembawa risalah langit, tetapi sekaligus sebagai uswatun hasanah Realitas sosial sebelum bitsah Nabi telah melahirkan nilai-nilai moral yang sudah berakar dan tertancap kuat di tengah-tengah masyarakat Arab. Kehadiran misi Nabi tidak serta merta mengeliminirnya, bahkan dalam batas-batas tertentu, Nabi mengakomodasi dan menjadikannya sebagai bagian integral ajaran Islam. Substansi misi suci Nabi terkait erat dengan semangat rabbaniyah dan insaniyah yaitu pola hubungan antara dimensi vertikal (hablum min Allah) dan dimensi horizontal (hablum min An-Naas). Jika pola hubungan ini cukup kuat dan sejati, maka akan memancar pelbagai bentuk relasi pergaulan manusia yang berbudi luhur. Dari semangat rabbaniyyah dan insaniyyah ini. Nabi membangun masyarakat madani yang bercirikan kuat dan berorientasi kepada nilai-nilai luhur (akhlaq al-karimah). Oleh karena itu, suatu tatanan masyarakat yang sehat dan berkualitas akan terwujud bila akhlak menjadi mainstream dan terefleksikan dalam perilaku keseharian. Karakteristik Akhlak Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan common platform(titik persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi: 1) Akhlak Rabbaniyah Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan reference

source (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal. 2) Akhlak Insaniyah Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk Allah. 3) Akhlak Jamiiyah Akhlak jamiiyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal. 4) Akhlak Wasithiyah Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya. Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 5) Akhlak Waqiiyah Akhlak waqiiyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8) Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173) Dengan memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka bumi.

KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AKHLAK

I.

PENDAHULUAN Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berapa perbuatan baik yang disebut akhlak yang mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir batinnya sedangkan apabila akhlaknya rusak maka rusaklah lahir dan batinnya.1[1] Akhlak Islami memiliki sejumlah karakteristik atau ciri khusus serta luas ruang lingkupnya meliputi akhlak kepada Allah, Rasul, Lingkungan dan lain-lain. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai karakteristik dan ruang lingkup akhlak.

II.

RUMUSAN MASALAH A. Apa Sajakah karakteristik akhlak islami? B. Apa Sajakah ruang lingkup akhlak?

III.

PEMBAHASAN A. Karakteristik Akhlak Islami Pada hakikatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Akhlak mempunyai beberapa karakteristik atau ciri khas yaitu :

1.

Bersifat umum dan terperinci. Di dalam al-Quran ada materi akhlak yang dijelaskan secara umum dan ada pula yang mendetail. Misalnya dalam Q. S. al-Nahl (16) : 90, diserukan perintah untuk berakhlak secara umum; berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji, munkar dan permusuhan. Sedangkan dalam surat al-Hujurat (49) : 12, secara terperinci dinyatalan larangan untuk saling mencela dan memanggil dengan gelar yang buruk.
1[1] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta : Amzah, 2007), hlm.1

2.

Manusiawi Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam Islam. Ajaran ini diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki bukan kebahagiaan semu.

3.

Universal Maksudnya bahwa ruang lingkup akhlak itu luas sekali, yakni mencakup semua tindakan manusia baik tentang dirinya maupun orang lain atau yang bersifat pribadi, kemasyarakatan ataupun negara. Keuniversalan itu menunjukkan luasnya cakupannya yaitu meliputi segenap aspek kehidupan secara pribadi maupun kemasyarakatan, dan menyangkut semua interaksi manusia dengan semua aspek kehidupan.2[2] 4. Keseimbangan Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki 2 kekuatan dalam dirinya yaitu kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani secara seimbang, serta memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat secara berimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.

5.

Realistik Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding makhlukmakhluk lain tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahankelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh sebab itu Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat.3[3]

6.

Akhlak sebagai buah dari iman.

2[2] Iman Abdul Mukmin Saaduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Peradaban Muslim, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya), hlm. 99 3[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : LPPI, 2007), hlm. 12-14

7. Akhlak menjaga konsistensi antara cara dan tujuan. Islam tidak mengizinkan mancapai tujuan, walaupun baik dengan cara-cara kotor yang bertentangan dengan syariat. Karena hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip al-Akhlaq al-Karimah.4[4] B. Ruang Lingkup Ruang lingkup ilmu akhlak meliputi : 1. Akhlak terhadap Allah a. Mengabdi hanya kepada Allah Bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah, tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam bentuk apa pun, serta dalam keadaan situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Artinya: Dan Aku (Allah) tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.(QS. Adz-Dzariyat: 56). b. Tunduk dan patuh kepada Allah Artinya: Taatlah kepada (perintah) Allah dan (perintah) Rasul-Nya supaya kalian mendapat rahmat.(QS. Ali Imran: 132( c. Tawakkal Artinya: Yang apabila terjadi terhadap mereka satu kesusahan, mereka berkata; sesungguhnya kami ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali. (QS. Al-Baqarah: 15) d. Bersyukur kepada Allah Artinya: Dan (ingatlah), tatkala Tuhan kamu memberitahu; jika kamu berterima kasih, niscaya Aku tambah nikmat bagi kamu, apabila kamu tidak bersyukur, maka adzab-Ku itu sangat pedih.(QS. Ibrahim: 6-7) e. Penuh harap kepada Allah Artinya: Sesungguhnya ummat yang beriman dan berhijrah serta bekerja keras (berhijrah) di jalan Allah, mereka itu (ummat yang) berharap rahmad Allah; dan Allah itu Pengampun, Penyayang.(Al-Baqarah: 218) f. Ikhlas menerima keputusan Allah Artinya: Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada mereka, sambil mereka berkata: cukuplah Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan member kepada kamu karunia-Nya, sesungguhnya kami mencintai Allah.(QS. At-Taubah: 59)5[5] g. Tadlarru dan khusyu

4[4] http://abidponorogo.wordpress.com/2010/01/08/akhlak/7

5[5] Abdullah Salim, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: Seri Remaja, 1986), hlm. 23-27

Artinya: Beruntunglah orang-orang yang beriman. Mereka yang khhusyu dalam shalatnya. (QS. Al-Mukminun: 1-2) Bermohonlah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan dengan rahasia (suara hati). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas.(QS. Az-Zumar: 53) h. Husnud-dhan Artinya: Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan baik sangka kepada Allah.(H.R. Muslim) i. Taubat dan istighfar Artinya: Hai orang-orang beriman! Hendaklah kalian benar-benar taubat kepada Allah, agar segala dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.(QS. At-Tahrim: 8)6[6] 2. Akhlak terhadap Makhluk a. Akhlak kepada Manusia

1) Rasulullah meliputi mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidup dan kehidupan, menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya. 2) Akhlak terhadap orang tua meliputi mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya, merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat baik kepada keduanya sebaik-baiknya dan mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia. 3) Akhlak terhadap diri sendiri meliputi : Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah, Memelihara kerapihan diri, Berlaku tenang, Menambah ilmu pengetahuan, Membina disiplin pribadi7[7], Pemaaf dan memohon maaf, Sikap sederhana dan jujur dan Menghindari perbuatan tercela.8[8] 4) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain : saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim.
6[6] Hamzah Yakub, Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), hlm. 142-145 7[7] Hamzah Yakub, Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah, hlm. 138-140 8[8] Abdullah Salim, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: Seri Remaja, 1986), hlm. 69-70

5)

Akhlak terhadap tetangga, antara lain : saling mengunjungi, saling bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah, saling beri member, saling hormat menghormati, saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

6) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuik dirin sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuiatan jahat dan munkar dan bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama. b. Akhlak kepada bukan manusia atau lingkungan hidup antara lain : sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesame makhluk.9[9] IV. KESIMPULAN A. Karakteristik atau ciri khas akhlak yaitu : umum dan terperinci, manusiawi, universal, keseimbangan, realistik, akhlak sebagai buah dari iman dan akhlak menjaga konsistensi antara cara dan tujuan B. Ruang lingkup ilmu akhlak meliputi : Akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap makhluk yang meliputi manusia dan bukan manusia. Yang termasuk manusia yaitu: Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), Akhlak terhadap orang tua, diri sendiri, keluarga, Akhlak terhadap tetangga dan akhlak terhadap masyarakat. Sedangkan Akhlak yang bukan manusia atau lingkungan hidup.

V.

PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam pembuatan

makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin....

9[9] Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawalin Press, 2008), hlm.357-359

You might also like