Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Nitrogen merupakan salah satu unsur utama yang sangat diperlukan oleh
tanaman tebu. Dosisnya tergantung pada tingkat kesuburan tanah, bahan
organik, kandungan liat dan pasir, KTK serta jumlah biomas yang dihasilkan.
Kelebihan dan kekurangan pupuk nitrogen menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan tanaman, produksi dan kwalitasnya. Efisiensi penyerapan nitrogen
ditentukan juga oleh jumlah frekuensi, cara dan waktu aplikasi pemupukan.
Analisa daun, analisa tanah dan percobaan pemupukan dilapangan merupakan
dasar pembuatan rekomendasi pemupukan yang terintegrasi pada pengelolaan
yang baik
I. PENDAHULUAN
Indonesia kini masih menjadi negara pengimpor gula, keinginan agar
Indonesia tidak melaksanakan impor gula mulai tahun 2010, sebenarnya dapat
dicapai, dengan syarat seluruh stakeholder mempunyai komitmen bersama untuk
mengutamakan kepentingan nasional. Nahdodin (1999), menjelaskan bahwa pada
lahan sawah usaha tani tebu mengalami penurunan produktivitas yaitu sekitar 16
sampai 17 ton hablur pada tahun 1930-an menjadi 5 sampai 7 ton hablur pada
tahu 1990-an.
Pemupukan memberikan pengaruh penting pada pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Pada tanaman ratoon kondisi tanah telah mulai mengeras
karena tanah menjadi padat akibat lalu lalang kendaraan pengangkutan tebu dan
perakaran yang telah menyebar kesegala arah, sehingga daya cekam air dan daya
tembus oksigen dalam tanah berkurang. Itulah sebabnya pemberian pupuk kimia
diperlukan selain pupuk organik. Pupuk kimia mempunyai keunggulan dalam
jumlah kandungan hara yang tinggi, sedang pupuk organik dapat membantu
perbaikan sifat fisik tanah dan biologi untuk memelihara perkembangan mikroba
dalam tanah.
Masalah dosis yang tepat per satuan luas, bagaimana caranya memupuk,
berapa frekuensi aplikasi dan jenis apa yang paling efisien akan berbeda disetiap
tempat, karena adanya perbedaan jenis tanah, kandungan hara dalam tanah, iklim
1
Mei 2009
mikro, dan lain lain. Pemberian pupuk nitrogen sangat menentukan pertumbuhan
tanaman. Indikatornya terlihat jelas pada ukuran daun, tinggi batang, luas
permukaan daun dan jumlah tunas. Kekurangan unsur ini membuat pertumbuhan
tanaman merana, ukuran daun mengecil, kurus dan berwarna kekuningan.
Penyebab rendahnya produktivitas pada tanaman tebu memang cukup
banyak, salah satu yang cukup dominan adalah masalah pemupukan. Pemberian
pupuk buatan yang terus menerus ternyata membuat tanah menjadi keras dan
kecenderungan produktivitasnya semakin rendah. Penggunaan pupuk organik
secara terus menerus tanpa dibantu oleh pemberian pupuk buatan mempunyai
kecenderungan produktivitasnya menjadi rendah juga. Namun penggunaan
keduanya akan menghasilkan sinergi positip yang dapat meningkatkan
produktivitas tanaman.
Pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk urea, ZA masih diperlukan
dalam jumlah yang cukup banyak, akibat biomas yang dihasilkan tanaman tebu
banyak sekali, setiap tahunnya tidak kurang dari 100 ton biomas per ha yang
dihasilkan tanaman dan tidak kembali ke tanah lagi. Permasalahan timbul
seberapa banyak dosis pupuk organik dan pupuk kimia yang diperlukan tanaman
tebu untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman, kandungan hara dalam daun dan
produktivitas maksimum ? Masalah inilah yang akan dibahas lebih lanjut,
khususnya pupuk nitrogen. Selain itu seberapa jauh analisa daun hasilnya dapat
diterapkan pada pembuatan rekomendasi pemupukan atau yang dikenal dengan
”diagnosis and recommendation integrated system (DRIS)”, menggantikan cara
lama yakni dengan analisa tanah saja.
Tulisan ini diharapkan ini dapat membahas bagaimana mendapatkan dosis
optimum untuk tanaman tebu pada satuan lahan yang dianggap homogen dan
bagaimana menggunakannya dalam proses “diagnosis and recommendation
integrated system” (DRIS) yakni dengan menggunakan ratio-ratio nutrien. DRIS
merupakan suatu metoda pembuatan rekomendasi pemupukan dalam suatu
system yang terintegrasi melalui diagnosis kandungan hara daun, hasil analisa
tanah, hasil percobaan lapangan dan pengamatan gejala defisiensi di lapangan.
Metoda ini belum biasa digunakan pada tanaman tebu di Indonesia.
2
Mei 2009
ke 1 Ke 2 Ke 3
Membuat
target
Sulam batang/ha batang/ha
batang/ha
m/batang m/batang
m/batang
Gambar 1 : Skema membuat target produksi
3
Mei 2009
+
Baik 2.00 0.12 2.30 0.12
-
+
Medium 1.70 0.10 2.20 0.10
-
+
Kurang 1.40 0.08 2.10 0.80
-
Sumber : Diolah dari Sundara (1998).
Pembacaan nilai analisa dapat juga dikatakan jika nilainya diatas antara
1.85 % sampai 2.15 % dikatakan baik, diatas 2.15 % dinyatakan baik sekali.
Dikatakan medium atau cukup jika kandungan haranya berada diantara 1.55 %
sampai 1.85 % dan dikatakan kurang jika kandungan haranya berada diantara
1.25 % sampai 1.55 %. Dibawah itu dikatakan sangat kurang (kekurangan hara).
Data analisa daun yang bergerak diantara norma diatas mempengaruhi
pertimbangan pemberian pupuk nitrogen, sebagai tindakan korektif pada tanaman
ratoon berikutnya.
Tabel 2 : Unsur hara Kritis dan Optimum pada daun Tebu di Australia
4
Mei 2009
5
Mei 2009
Tabel 6 : Perbandingan unsur hara makro yang diambil tebu dari dalam tanah
URAIAN UNSUR HARA YANG DIAMBIL TEBU( DALAM KG)
1 ton tebu 70 ton tebu 100 ton tebu 150 ton tebu
N (Nitrogen) 1.0 70 100 150
ZA 4.76 333 476 714
Urea 2.10 146 210 315
P2O5 (Fosfat) 0.6 42 60 90
RP 2.31 161 231 346
SP 36 1.68 117 168 252
K2O (Kalium) 2.25 157 225 337
KCl(MoP) 3.82 262 382 573
Sumber : Diolah dari Sundaran (1998)
Hasil analisa daun terutama pada tiga unsur hara makro (unsur N,P,K)
harus dicross check dengan “gejala defisiensi“ pada pemeriksaan visual di
lapangan sebagai hasil akhir atau respon tanaman terhadap perlakuan yang
6
Mei 2009
terlihat oleh mata, sehingga jika terdapat kesalahan dalam proses analisa daun
akan terlihat.
7
Mei 2009
8
Mei 2009
Gejala Defisiensi N
Gambar 2 : Gejala defisiensi nitrogen
Gejala yang terlihat perlu segera dikoreksi dengan penambahan dosis pupuk
korektif. Seberapa banyak gejala ini diketemukan dilapangan dibandingkan
dengan hasil analisa daun, menentukan dosis korektif, karena ada saja
kemungkinan hasil analisa daun di laboratorium tidak sama dengan pengamatan
visual.
Gejalanya terlihat dari warna daun yang pucat kekuningan, ruas batang
lebih pendek, lilit batang makin kecil, pertumbuhan akar terganggu sampai
menjadi nekrotik apabila defisiensi berkelanjutan. Namun kelebihan nitrogen
dapat menyebabkan keracunan, memperpanjang pertumbuhan vegetatif,
memperlambat kemasakan, mengurangi kadar gula, mudah roboh dan lebih peka
terhadap hama dan penyakit.
Rice, et al (2006), menyatakan pada tanah yang subur, dimana
kandungan bahan organiknya tinggi (muck soil), jarang ditemukan defisiensi
nitrogen. Nitrogen tersedia secara terus menerus bersamaan dengan proses
pelapukan yang berjalan secara berkelanjutan dan dapat diserap tanaman.
Defisiensi baru akan timbul jika proses pelapukan N organik tidak berjalan
seperti pada daerah yang tergenang banjir atau juga seperti pada tanah berpasir
(sandy soil) yang miskin bahan organik. Frekuensi aplikasi pemupukan nitrogen
seringkali diperlukan selama penanaman. Kegagalan aplikasi nitrogen tepat
9
Mei 2009
waktu akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, masak sebelum waktunya dan
mengurangi jumlah biomas.
Analisa tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat diandalkan
karena N tersedia dapat berubah dengan cepat akibat berubahnya iklim
(temperatur, hujan) dan faktor manajemen tanaman. Kehilangan nitrogen dapat
dikurangi dengan memperbanyak frekuensi aplikasi pemupukan.
Secara garis besar pupuk nitrogen dapat dipisahkan kedalam 3 bentuk yakni:
10
Mei 2009
2.6.Waktu Pemupukan
Faktor lain seperti ketersediaan air, amat membantu pertimbangan saat
tanam, dan waktu serta jumlah pemupukan. Tanpa air tentu translokasi nitrogen
dan unsur lainnya tidak dapat berjalan, jadi ketersediaan air ini sangat penting.
Aplikasi irigasi dapat mengandalkan perhitungan water defisit, hasilnya akan
lebih efisien dibanding tanpa pedoman. Diperkirakan setiap 100 mm air hujan
(1.000.000 liter air/ha) menghasilkan 5-15 ton tebu/ha (Bristow, 2002). Metoda
pengairan sangat bervariasi antar lokasi sesuai dengan kondisi wilayah masing-
masing.
Mengingat umur tanaman diatas 4 tahun, maka perhitungan produksi
minimal harus tiga tahun kedepan, sehingga kalkulasi usaha tani dapat diketahui
lebih awal. Tiga bulan pertama setelah pemupukan dasar, pertumbuhan tunas
(tillering) yang diharapkan, kemudian setelah pemupukan berikutnya akan
mempengaruhi tinggi dan lilit batang. Tahun kedua dan tahun ketiga perlu
penyulaman untuk mengembalikan populasi tanaman. Berat batang, tinggi dan
jumlah batang tebu sebagai faktor pokok produksi sudah dapat diprediksi sesuai
dengan input yang direncanakan.
Hari dan mm Hujan
September
September
Desember
Desember
Desember
November
November
November
0
Februari
Februari
Februari
Agustus
Agustus
Agustus
Oktober
Oktober
Oktober
Januari
Januari
Januari
Mart
Mart
Mart
Juni
Juni
Juni
April
April
April
Juli
Juli
Juli
Mei
Mei
Mei
12
Mei 2009
III. SIMPULAN
Nitrogen merupakan salah satu dari unsur utama (major element) yang
sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan vegetatif (tunas, batang
dan daun) dan meningkatkan hasil dan kualitasnya.
Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat seperti pertumbuhan batang, daun mengecil. Gejalanya terlihat dari
warna daun yang pucat kekuningan, ruas batang lebih pendek, lilit batang makin
kecil, pertumbuhan akar terganggu sampai menjadi nekrotik apabila defisiensi
berkelanjutan. Namun kelebihan nitrogen dapat menyebabkan keracunan,
memperpanjang pertumbuhan vegetatif, memperlambat kemasakan, mengurangi
kadar gula, mudah roboh dan lebih peka terhadap hama dan penyakit.
Untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen, perlu diperhatikan
dosis, frekuensi, cara dan waktu aplikasi. Pencampuran dengan zeolite dapat
meningkatkan “kapasitas tukar kation” (KTK) tanah. Demikian juga pemberian
pupuk organik secara bersamaan dapat menghasilkan sinergi positip. Analisa
daun, analisa tanah dan percobaan di lapangan merupakan dasar perhitungan
“diagnosis and recommendation integrated system” agar pertumbuhan dan
produktivitas optimium dapat dicapai.
13