You are on page 1of 13

Mei 2009

PEMUPUKAN NITROGEN PADA TANAMAN TEBU


UNTUK MENCAPAI HASIL MAKSIMUM
Memet Hakim1) & Sulya Djakasutami2)

1) Mahasiswa Program Doktor, Fakultas Pertanian Unpad


2) Profesor, Dosen Pasca Sarjana, Fakultas Pertanian, Unpad, Anggota Promotor

ABSTRAK

Nitrogen merupakan salah satu unsur utama yang sangat diperlukan oleh
tanaman tebu. Dosisnya tergantung pada tingkat kesuburan tanah, bahan
organik, kandungan liat dan pasir, KTK serta jumlah biomas yang dihasilkan.
Kelebihan dan kekurangan pupuk nitrogen menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan tanaman, produksi dan kwalitasnya. Efisiensi penyerapan nitrogen
ditentukan juga oleh jumlah frekuensi, cara dan waktu aplikasi pemupukan.
Analisa daun, analisa tanah dan percobaan pemupukan dilapangan merupakan
dasar pembuatan rekomendasi pemupukan yang terintegrasi pada pengelolaan
yang baik

I. PENDAHULUAN
Indonesia kini masih menjadi negara pengimpor gula, keinginan agar
Indonesia tidak melaksanakan impor gula mulai tahun 2010, sebenarnya dapat
dicapai, dengan syarat seluruh stakeholder mempunyai komitmen bersama untuk
mengutamakan kepentingan nasional. Nahdodin (1999), menjelaskan bahwa pada
lahan sawah usaha tani tebu mengalami penurunan produktivitas yaitu sekitar 16
sampai 17 ton hablur pada tahun 1930-an menjadi 5 sampai 7 ton hablur pada
tahu 1990-an.
Pemupukan memberikan pengaruh penting pada pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Pada tanaman ratoon kondisi tanah telah mulai mengeras
karena tanah menjadi padat akibat lalu lalang kendaraan pengangkutan tebu dan
perakaran yang telah menyebar kesegala arah, sehingga daya cekam air dan daya
tembus oksigen dalam tanah berkurang. Itulah sebabnya pemberian pupuk kimia
diperlukan selain pupuk organik. Pupuk kimia mempunyai keunggulan dalam
jumlah kandungan hara yang tinggi, sedang pupuk organik dapat membantu
perbaikan sifat fisik tanah dan biologi untuk memelihara perkembangan mikroba
dalam tanah.
Masalah dosis yang tepat per satuan luas, bagaimana caranya memupuk,
berapa frekuensi aplikasi dan jenis apa yang paling efisien akan berbeda disetiap
tempat, karena adanya perbedaan jenis tanah, kandungan hara dalam tanah, iklim

1
Mei 2009

mikro, dan lain lain. Pemberian pupuk nitrogen sangat menentukan pertumbuhan
tanaman. Indikatornya terlihat jelas pada ukuran daun, tinggi batang, luas
permukaan daun dan jumlah tunas. Kekurangan unsur ini membuat pertumbuhan
tanaman merana, ukuran daun mengecil, kurus dan berwarna kekuningan.
Penyebab rendahnya produktivitas pada tanaman tebu memang cukup
banyak, salah satu yang cukup dominan adalah masalah pemupukan. Pemberian
pupuk buatan yang terus menerus ternyata membuat tanah menjadi keras dan
kecenderungan produktivitasnya semakin rendah. Penggunaan pupuk organik
secara terus menerus tanpa dibantu oleh pemberian pupuk buatan mempunyai
kecenderungan produktivitasnya menjadi rendah juga. Namun penggunaan
keduanya akan menghasilkan sinergi positip yang dapat meningkatkan
produktivitas tanaman.
Pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk urea, ZA masih diperlukan
dalam jumlah yang cukup banyak, akibat biomas yang dihasilkan tanaman tebu
banyak sekali, setiap tahunnya tidak kurang dari 100 ton biomas per ha yang
dihasilkan tanaman dan tidak kembali ke tanah lagi. Permasalahan timbul
seberapa banyak dosis pupuk organik dan pupuk kimia yang diperlukan tanaman
tebu untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman, kandungan hara dalam daun dan
produktivitas maksimum ? Masalah inilah yang akan dibahas lebih lanjut,
khususnya pupuk nitrogen. Selain itu seberapa jauh analisa daun hasilnya dapat
diterapkan pada pembuatan rekomendasi pemupukan atau yang dikenal dengan
”diagnosis and recommendation integrated system (DRIS)”, menggantikan cara
lama yakni dengan analisa tanah saja.
Tulisan ini diharapkan ini dapat membahas bagaimana mendapatkan dosis
optimum untuk tanaman tebu pada satuan lahan yang dianggap homogen dan
bagaimana menggunakannya dalam proses “diagnosis and recommendation
integrated system” (DRIS) yakni dengan menggunakan ratio-ratio nutrien. DRIS
merupakan suatu metoda pembuatan rekomendasi pemupukan dalam suatu
system yang terintegrasi melalui diagnosis kandungan hara daun, hasil analisa
tanah, hasil percobaan lapangan dan pengamatan gejala defisiensi di lapangan.
Metoda ini belum biasa digunakan pada tanaman tebu di Indonesia.

II. KAJIAN PUSTAKA


2.1. Perencanaan Produksi
Tanaman tebu mayoritas bukan lagi merupakan tanaman semusim karena
dipelihara ratoonnya, sehingga menjadi lebih dari 4 tahun umurnya, bahkan ada
yang sampai 25 tahun. Dengan demikian perlakuan dan pemikiran terhadap
tanaman ini harus bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Pemikiran dan
perlakuan jangka pendek seperti pada pola tanaman semusim perlu diperbaiki.

2
Mei 2009

Tahun Tahun Tahun

ke 1 Ke 2 Ke 3

Membuat
target
Sulam batang/ha batang/ha
batang/ha
m/batang m/batang
m/batang
Gambar 1 : Skema membuat target produksi

Dari gambar diatas, terlihat jelas kapan pembuatan rencana produksi


harus dilakukan. Umur tanaman ratoon, tidak perlu dibatasi sampai umur tahun
ketiga atau keempat misalnya, karena sepanjang tanaman tersebut menghasilkan
produktivitas maksimal, belum ada gejala serangan penyakit yang
membahayakan tanaman, selama itu tanaman ratoon dapat dipertahankan. Untuk
memperoleh produksi maksimal, tentu harus dibahas pula bagaimana caranya
mempertahankan kondisi tanaman sebaik baiknya, seperti populasi tanaman,
pemupukan, pengairan, serangan organisma pengganggu tanaman, dan lain
lainnya.
Analisa Daun sangat bermanfaat dalam ”melihat” kondisi tanaman pada masa
pertumbuhan. Analisa daun ini efektif dan efisien khususnya dalam menetapkan
jumlah pupuk yang nilainya sangat besar. Pengamatan tanaman dilakukan lebih
detil dan lebih terarah. Produktivitas dapat diatur sesuai dengan keinginan kita
(pada batas-batas tertentu tentunya sesuai dengan hukum ”the law of diminishing
return” yakni suatu hukum yang memperlihatkan kecenderungan turunnya
produktivitas setelah titik efisiensi teknis tercapai. Untuk itu diperlukan
perubahan paradigma dalam mengelola tanaman tebu.
Tanaman tebu adalah tanaman tahunan, bukan tanaman semusim masih
banyak dipertentangkan atau kontroversi dikalangan masyarakat pergulaan, walau
realitanya memang tebu telah menjadi tanaman tahunan hanya saja panennya
setahun sekali.

2.2.Kandungan Hara dalam Daun


Kandungan hara nitrogen pada daun yang dinyatakan medium adalah 1.70
%, jika nilai analisa memperlihatkan angka yang lebih tinggi dari 1.70 %
(tapi dibawah 2.00 % kandungan haranya dikatagorikan “medium plus” atau
“baik minus” , apabila nilainya diantara 1.40 % sampai 1.70 % kandungan

3
Mei 2009

haranya dinyatakan “medium minus” atau “kurang plus”. Apabila nilainya


dibawah 1.40 % , kandungan haranya dinyatakan “kurang minus”, sedang
jika kandungan haranya diatas 2.0 %, dinyatakan “baik plus”.
Standar kandungan hara rupanya tidak selalu sama disetiap daerah, seperti
contohnya pada tabel dibawah ini, sebagai berikut :

Tabel 1 : Standar Kandungan Hara pada Daun Tebu di India


Kandungan Unsur Hara
Kriteria N P K Mg
(%) (ppm) (mg/100 g) (me/100g)

+
Baik 2.00 0.12 2.30 0.12
-

+
Medium 1.70 0.10 2.20 0.10
-
+
Kurang 1.40 0.08 2.10 0.80
-
Sumber : Diolah dari Sundara (1998).

Pembacaan nilai analisa dapat juga dikatakan jika nilainya diatas antara
1.85 % sampai 2.15 % dikatakan baik, diatas 2.15 % dinyatakan baik sekali.
Dikatakan medium atau cukup jika kandungan haranya berada diantara 1.55 %
sampai 1.85 % dan dikatakan kurang jika kandungan haranya berada diantara
1.25 % sampai 1.55 %. Dibawah itu dikatakan sangat kurang (kekurangan hara).
Data analisa daun yang bergerak diantara norma diatas mempengaruhi
pertimbangan pemberian pupuk nitrogen, sebagai tindakan korektif pada tanaman
ratoon berikutnya.

Tabel 2 : Unsur hara Kritis dan Optimum pada daun Tebu di Australia

Unsur Hara Nilai Kritis Kadar Optimum

Nitrogen (% N) 1.80 2.00-2.60


Fosforus ( ppm P) 0.19 0.22-0.30
Kalium ( mg/100g K) 0.90 1.00-1.60
Sumber : Anderson dan Bowen (1990)

4
Mei 2009

Di Australia kandungan hara dalam daun yang dijadikan acuan sebagai


titik kritis adalah 1.80 %, sedang yang dianggap cukup atau medium adalah 2.00
% dan yang baik adalah 2.60 %. Bandingkan dengan di India titik kritis 1.40 %
yang dianggap cukup atau medium 1.70 % dan yang dianggap baik adalah 2.00
%. Penentuan nilai acuan tadi sangat tergantung pada hasil analisa daun dan
percobaan di lapangan.Kandungan hara daun di Brazil, ternyata sama dengan di
Australia yakni titik kritis kandungan nitrogen berada pada nilai 1.80 %
Dari tabel 5 ini tanah yang dianggap mengandung nitrogen cukup adalah
lahan yang mempunyai kandungan nitrogen antara 1.00 sampai 2.00, diatas itu
kandungan nitrogennya dianggap baik sekali, sedang jika dibawahnya dianggap
sedang dan kurang. Sampai saat ini masih banyak yang berpendapat kandungan
hara dalam tanah relatif mantap, padahal tidak demikian dengan nitrogen yang
sifatnya mobil. Oleh karena itu pendekatan analisa tanah untuk nitrogen tidak
cukup akurat, harus dilengkapi dengan analisa daun. Hasil analisa daun
merupakan proyeksi hara yang dapat diserap oleh tanaman. Kekeliruan dalam
analisa segera dapat dibandingkan dengan pengamatan secara visual (Gambar 2).
Didalam teknik melaksanakan DRIS (Diagnosis and Reccomendation
Integrated System), diperlukan catatan khusus tentang sejarah pemupukan yang
“up to date”. Data tersebut diperlukan sebagai pertimbangan dalam menentukan
rekomendasi pemupukan. Catatan ini dinamakan kartu tanaman.

2.3.Pemberian Pupuk Organik


Bokhtiar et al. (2002), dalam penelitiannya di Bangladesh,
memperlihatkan pengaruh yang nyata dari pemberian pupuk organik dan
pupuk kimia pada produktivitas tanaman seperti pertumbuhan tunas, batang
dan kualitas jus sebesar 22 sampai 74 %. Penambahan campuran pupuk
kandang dan blotong saja meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 12.5
ton/ha, sedang penambahan blotong sendiri, hanya dapat meningkatkan
produktivitas tanaman sebesar 16 sampai 20 % saja.
Arifin dan Prahardini (2005), menyimpulkan dalam penelitiannya
tentang adanya peningkatan produksi hablur dan efisiensi biaya pemupukan
an-organik pada tanaman tebu Plant Cane dicapai dengan menggunakan
pupuk Mixed G (pupuk organik) 1400 kg/ha + Urea 150 kg/ha + ZA 200
kg/ha. Pada pertanaman tebu Ratoon Cane menggunakan pupuk Mixed-G
1400 kg/ha + Urea 150 kg/ha + ZA 200 kg/ha diperoleh pengurangan biaya
pemupukan, namun terjadi penurunan produksi hablur sehingga pendapatan
usahatani tebu lebih rendah dibanding pemupukan an-organik standard pabrik
gula (ZA 800 kg/ha + SP-36 100 kg/ha + KCl 100 kg/ha).

5
Mei 2009

Adanya kandungan bahan organik tanah sering dikaitkan sebagai


indikator kesuburan tanah. Tanah subur apabila kandungan C-organik tanah
diatas diatas 3 %. Bahan organik dalam tanah mempunyai peranan langsung
dengan tanaman, karena kemampuannya untuk menjadi media yang cocok
bagi perkembangan mikroba, terutama yang “dapat melarutkan hara”,
sehingga unsur hara yang tadinya tidak tersedia buat tanaman, menjadi
tersedia buat tanaman. Keunggulan lainnya adalah memperbaiki sifat fisik
dan kimia tanah.

2.4.Perbandingan Unsur Makro


Unsur hara makro yang diambil oleh tanaman tebu dapat dihitung per ton
tebu, sehingga pada lahan yang produktivitasnya berbeda kebutuhan unsur makro
ini akan berbeda pula (Tabel 6).
Untuk melakukan pendekatan perhitungan kebutuhan pupuk untuk tebu,
kita perlu mengetahui berapa zat hara yang diperlukan setiap ton tebu yang
diambil ke pabrik. Jika produktivitas yang direncanakan sudah diketahui, maka
perkiraan kebutuhan hara dapat diketahui, namun tentu saja tidak cukup dengan
cara tersebut, masih ada pertimbangan lainnya. Setelah itu ternyata masih
diperlukan perhitungan lebih lanjut apabila produktivitas masih ingin
ditingkatkan pada level yang lebih baik. Perhitungan pertambahan produktivitas
dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 6 : Perbandingan unsur hara makro yang diambil tebu dari dalam tanah
URAIAN UNSUR HARA YANG DIAMBIL TEBU( DALAM KG)
1 ton tebu 70 ton tebu 100 ton tebu 150 ton tebu
N (Nitrogen) 1.0 70 100 150
 ZA 4.76 333 476 714
 Urea 2.10 146 210 315
P2O5 (Fosfat) 0.6 42 60 90
 RP 2.31 161 231 346
 SP 36 1.68 117 168 252
K2O (Kalium) 2.25 157 225 337
 KCl(MoP) 3.82 262 382 573
Sumber : Diolah dari Sundaran (1998)

Hasil analisa daun terutama pada tiga unsur hara makro (unsur N,P,K)
harus dicross check dengan “gejala defisiensi“ pada pemeriksaan visual di
lapangan sebagai hasil akhir atau respon tanaman terhadap perlakuan yang

6
Mei 2009

terlihat oleh mata, sehingga jika terdapat kesalahan dalam proses analisa daun
akan terlihat.

Tabel 7 : Kebutuhan hara pada peningkatan produktivitas tebu lebih lanjut


Perkiraan kasar Unsur Hara yang diperlukan untuk
URAIAN meningkatkan setiap ton tebu (dalam kg)
1 ton 40 ton 70 ton 100 ton
N (Nitrogen) 2.25 90 157 225
 ZA 10.7 43 749 1.070
 Urea 4.9 20 343 490
P2O5 (Fosfat) 0.6 24 42 60
 RP 3.3 13 23 33
 SP 36 1.7 7 12 17
K2O (Kalium) 1.25 50 87 125
 KCl (MoP) 2.0 80 140 200
Sumber : Diolah dari Sundaran (1998)
International Plant Nutrient Institute (2008), dalam penelitiannya di
Guangdong, China memperlihatkan pengaruh berbagai dosis nitrogen pada tanah
yang miskin dan sedang terhadap produksi Pupuk nitrogen walaupun diberikan
sendiri memberikan peningkatan hasil yang nyata dibandingkan dengan kontrol.
Lahan dengan penambahan P dan K saja tanpa nitrogen ternyata hanya
menambah 9.2 %, dibandingkan dengan penambahan nitrogen saja yang mampu
meningkatkan produksi sebesar 37.6 %, namun apabila penambahan nitrogen
diikuti dengan penambahan fosfat dan kalium , maka penambahannya menjadi
67.7 %

Table 8. Pengaruh perlakuan nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tebu.

Perlakuan Jumlah Tinggi Diameter Berat Hasil Pertambahan


batang (cm) batang batang (t/ha) (%)
(batang/ha) (cm) (kg)
Kontrol 61,400 196 2.6 1.19 72.11 _
N450 72,700 230 2.9 1.35 99.21 37.6
P135K450 61,400 216 2.6 1.30 78.75 9.2
N450P135K450 77,300 234 3.0 1.50 115.95 60.7
N600P135K450 79,500 244 3.0 1.52 120.90 67.7
Sumber : International Plant Nutrient Institute (2008)
Terlihat dalam tabel diatas penambahan nitrogen meningkatkan jumlah dan berat
batang serta hasil sebesar antara 37.6 % sampai 67.7 %.

7
Mei 2009

2.5.Pemberian Pupuk Nitrogen


Peran unsur nitrogen, sebagai unsur utama adalah (a) meningkatkan
produksi dan kualitasnya, (b) untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan tunas,
daun, batang), (c) Pertumbuhan vegetatif berarti mempengaruhi produktivitas.
Tanah yang gembur memungkinkan udara masuk ke dalam ruangan-
ruangan yang terbentuk, demikian juga air akan tertahan dalam ruangan tersebut.
Ujung akar akan mudah tumbuh pada kondisi demikian. Bulu akar adalah organ
terdepan tanaman yang menyerap unsur hara dan air di dalam tanah. Jumlah bulu
akar ini sangat dipengaruhi antara lain oleh (a) jumlah akar yang tumbuh,(b)
diameter akar, (c) diameter batang,(d) Panjang akar. Jadi semakin banyak jumlah
bulu akar, akan semakin tinggi kemampuan akar dalam menyerap tanaman.
Pada tanah yang subur pelapukan bahan organik akan terus terjadi secara
berkelanjutan, sehingga kebutuhan nitrogen mudah dipenuhi. Berbeda pada tanah
berpasir atau tanah miskin bahan organik, tanpa penambahan pupuk organik
akan sulit menahan dan melepaskan N tanah. Itulah sebabnya pada tanah yang
demikian perlu penambahan frekuensi pemupukan nitrogen dan perlu pemberian
pupuk organik.
Apabila mikroba tumbuh dengan baik di sekitar tudung akar, maka unsur
hara yang tersedia dapat diserap oleh tanaman melalui akar dengan baik.
Nitrogen yang diserap akan semakin banyak jumlahnya. Apalagi jika ditunjang
oleh perakaran yang baik dan jumlah akar aktif maka kemampuan penyerapan
unsur hara semakin tinggi. Dengan demikian tanaman dapat tumbuh lebih baik
dan menghasilkan produksi yang lebih baik.
Gejala Defisiensi unsur hara ini antara lain (a) daun berwarna kuning
pucat, (b) ruas lebih pendek, (c) pertumbuhan daun semakin lambat, (d) batang
lebih pendek dan kurus, (e) akar lebih panjang, tapi lebih kecil, (f) jika defisiensi
berkelanjutan, ujung daun dan daun yang terbawah menjadi nekrosis.
Kelebihan unsur nitrogen dapat berakibat negatif juga yakni (a) efek
racun untuk tanaman, (b) pertumbuhan vegetatif memanjang, (c) memperlambat
kemasakan, (d) mengurangi kadar gula, (e) mengurangi kualitas jus (nira), (f)
Menambah nitrogen yang larut pada jus dalam stasiun klarifikasi, (g) mudah
roboh, (h) lebih mudah terserang hama dan penyakit.
Dengan bantuan mikroba yang banyak terdapat pada pupuk organik,
semua pupuk nitrogen, apakah berbentuk ammonium, amida ataupun dalam
bahan organik diubah (konversi) menjadi bentuk nitrat. Proses perubahannya
banyak tergantung pada iklim dan kondisi tanahnya. Konversi berjalan cepat
apabila kadar air, aerasi, temperatur dan pH nya sesuai.
Mabry McCray et al. (2005), menyatakan bahwa gejala visual dari
defisiensi hara dan adanya toksisitas sering dijumpai dilapangan, yang

8
Mei 2009

mengalami masalah penyerapan unsur hara. Berbagai gejala defisiensi N dapat


dilihat pada gambar 2.

Sumber : Potash Corp, 2008

Sumber : Memet Hakim,


2009
Sumber :
Anderson &
Bowen, 1990

Gejala Defisiensi N
Gambar 2 : Gejala defisiensi nitrogen

Gejala yang terlihat perlu segera dikoreksi dengan penambahan dosis pupuk
korektif. Seberapa banyak gejala ini diketemukan dilapangan dibandingkan
dengan hasil analisa daun, menentukan dosis korektif, karena ada saja
kemungkinan hasil analisa daun di laboratorium tidak sama dengan pengamatan
visual.
Gejalanya terlihat dari warna daun yang pucat kekuningan, ruas batang
lebih pendek, lilit batang makin kecil, pertumbuhan akar terganggu sampai
menjadi nekrotik apabila defisiensi berkelanjutan. Namun kelebihan nitrogen
dapat menyebabkan keracunan, memperpanjang pertumbuhan vegetatif,
memperlambat kemasakan, mengurangi kadar gula, mudah roboh dan lebih peka
terhadap hama dan penyakit.
Rice, et al (2006), menyatakan pada tanah yang subur, dimana
kandungan bahan organiknya tinggi (muck soil), jarang ditemukan defisiensi
nitrogen. Nitrogen tersedia secara terus menerus bersamaan dengan proses
pelapukan yang berjalan secara berkelanjutan dan dapat diserap tanaman.
Defisiensi baru akan timbul jika proses pelapukan N organik tidak berjalan
seperti pada daerah yang tergenang banjir atau juga seperti pada tanah berpasir
(sandy soil) yang miskin bahan organik. Frekuensi aplikasi pemupukan nitrogen
seringkali diperlukan selama penanaman. Kegagalan aplikasi nitrogen tepat

9
Mei 2009

waktu akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, masak sebelum waktunya dan
mengurangi jumlah biomas.
Analisa tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat diandalkan
karena N tersedia dapat berubah dengan cepat akibat berubahnya iklim
(temperatur, hujan) dan faktor manajemen tanaman. Kehilangan nitrogen dapat
dikurangi dengan memperbanyak frekuensi aplikasi pemupukan.
Secara garis besar pupuk nitrogen dapat dipisahkan kedalam 3 bentuk yakni:

1. Pupuk Nitrat (Nitrate), misalnya Sodium Nitrate; Calcium Nitrate; Potasium


Nitrate.
2. Pupuk Amomonium, misalnya A. Sulphate (S.A./Z.A.); A. Chloride; A.
Anhydride.
3. Pupuk Amida (Amide), misalnya Urea; Calcium Cyamnamide.
diantara pupuk-pupuk diatas ada juga yang mempunyai/mengandung lebih dari
satu bentuk nitrogen antara lain Ammonium Nitrat; Kalsium Ammonium Nitrat;
Ammonium Sulphate Nitrat.
Tanaman mengabsorpsi nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3‾), walaupun
ternyata ammonium (NH4+) dapat juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi
relatif absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh pH (keasaman) tanah atau
mungkin sistem pengambilan haranya yang berbeda.
Pupuk Nitrat bersifat sangat mobil, cepat di-absorbsi dalam bentuk ion
nitrat (NO3-), mudah tercuci. Nitrat lebih cocok dibawah kondisi agak basa (pH 7-
9). Nitrogen dalam bentuk nitrat lansung tersedia bagi tanaman, tetapi juga
mudah tercuci. Kemungkinan tercucinya sangat tergantung pada iklim dan jenis
tanah. Nitrogen dalam bentuk nitrat bergerak keatas bersama air kapiler selama
musim kemarau atau musim kering (De Geus, 1967 dalam Memet Hakim, 2007).
Pupuk Ammonium tidak mudah tercuci karena ion ion nya diikat oleh
partikel partikel liat (clay), pengikatan ini kuat walaupun dalam keadaan basah
atau hujan. Di-absorbsi oleh tanah dalam bentuk ion Ammonium (NH4+), serupa
dengan ion K (K2O). Selanjutnya terjadi nitrifikasi, sehingga (NO3-) terbentuk.
Mobilitasnya tidak secepat ion–ion nitrat. Pada tanah-tanah yang banyak
mengandung bakteri, ammonium cepat diubah menjadi bentuk nitrat. Pupuk
ammonium sulphat memberikan juga sulphur. Pemakaian yang terus menerus
dapat mengasamkan tanah.
Pupuk Amida, sukar tercuci, sebagian dari pupuk ini tidak langsung
tersedia untuk tanaman tetapi harus melalui beberapa perubahan kimia dahulu.
Hasil akhirnya antara lain dalam bentuk Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-).
Jenis pupuk ini berkadar N tinggi, misalnya Urea = 46%. Sifatnya yang cepat
larut dalam air dan dapat dipakai sebagai pupuk daun, namun kadar bioretnya
dapat mempengaruhi kualitas hasil pertanian pada tanaman tertentu.

10
Mei 2009

Dengan bantuan mikroba, semua pupuk nitrogen, apakah berbentuk


ammonium, amida ataupun dalam bahan organik diubah (konversi) menjadi
bentuk nitrat. Proses perubahannya banyak tergantung pada iklim dan kondisi
tanahnya. Konversi berjalan cepat apabila kadar air, aerasi, temperatur dan pH
nya sesuai.
Penelitian Lenny (2008), memperlihatkan bahwa penambahan zeolit akan
meningkatkan kandungan unsur K, Na, Ca dan Mg yang tersedia karena kation-
kation dalam zeolit didorong keluar oleh H+ dan kation tersebut dilepaskan ke
dalam larutan tanah yang dapat menyebabkan adanya suplai basa-basa dan
meningkatkan “kapasitas tukar kation” (KTK) tanah.
Pencampuran zeolite dengan urea, dapat meningkatkan KTK, sehingga
dapat menambah efisiensi penyerapan pupuk nitrogen. Sifat zeolit antara lain
sebagai penyerap, penukar kation dan pembenah tanah sangat baik untuk
memperlambat pelepasan nitrogen pada urea misalnya.

2.6.Waktu Pemupukan
Faktor lain seperti ketersediaan air, amat membantu pertimbangan saat
tanam, dan waktu serta jumlah pemupukan. Tanpa air tentu translokasi nitrogen
dan unsur lainnya tidak dapat berjalan, jadi ketersediaan air ini sangat penting.
Aplikasi irigasi dapat mengandalkan perhitungan water defisit, hasilnya akan
lebih efisien dibanding tanpa pedoman. Diperkirakan setiap 100 mm air hujan
(1.000.000 liter air/ha) menghasilkan 5-15 ton tebu/ha (Bristow, 2002). Metoda
pengairan sangat bervariasi antar lokasi sesuai dengan kondisi wilayah masing-
masing.
Mengingat umur tanaman diatas 4 tahun, maka perhitungan produksi
minimal harus tiga tahun kedepan, sehingga kalkulasi usaha tani dapat diketahui
lebih awal. Tiga bulan pertama setelah pemupukan dasar, pertumbuhan tunas
(tillering) yang diharapkan, kemudian setelah pemupukan berikutnya akan
mempengaruhi tinggi dan lilit batang. Tahun kedua dan tahun ketiga perlu
penyulaman untuk mengembalikan populasi tanaman. Berat batang, tinggi dan
jumlah batang tebu sebagai faktor pokok produksi sudah dapat diprediksi sesuai
dengan input yang direncanakan.
Hari dan mm Hujan

Pada daerah denganWmusim


aktu kemarau
Pemupukan
diatas 3 Ideal
bulan, aplikasi pemupukan
harus disesuaikan dengan kondisi perakaran tebu, misalnya pada akhir musim
250
kemarau,
200
akar dipermukaan tanah (0 – 30 cm) biasanya kering dan mati sehingga
harus 150menunggu perkembangan akar terlebih dahulu. Itulah sebabnya pada
kondisi100demikian diperlukan irigasi.
50
September

September

September
Desember

Desember

Desember
November

November
November

0
Februari

Februari

Februari
Agustus

Agustus

Agustus
Oktober

Oktober
Oktober
Januari

Januari

Januari
Mart

Mart

Mart
Juni

Juni

Juni
April

April

April
Juli

Juli

Juli
Mei

Mei

Mei

2005 2006 2007 11


Bu l an /Tahu n

Sumber : Memet Hakim (2008)


: Waktu Keterangan : Waktu
Mei 2009

Gambar 3 : Skema Waktu Pemupukan


Waktu pemupukan ideal adalah pada saat kandungan air tanah dibawah
kapasitas lapang, kandungan air diatasnya menyebabkan hara tercuci dan hanyut,

Aplikasi pemupukan sebaiknya 3 sampai 4 kali yakni pada saat sebelum


tanam (pupuk dasar), setelah perakaran tumbuh (1-2 bulan), pada masa
pertumbuhan tunas (tillering, 3 bulan) dan masa pertumbuhan, namun minimal
dua kali setahun. Semakin sering frekuensi aplikasi hasilnya akan semakin baik,
terutama bagi jenis pupuk yang cepat larut dalam air seperti pupuk nitrogen..Pada
akhir musim kemarau panjang, akar banyak yang mati , itulah sebabnya waktu
pemupukan harus menunggu pada saat akar mulai tumbuh kembali sekitar 1
sampai 1.5 bulan setelah hujan pertama datang.
Semakin rendah kandungan bahan organik dalam tanah, semakin banyak
mengandung pasir dan liat, maka dosis nitrogen yang dibutuhkan akan semakin
besar. Dosis akan tergantung juga dari jumlah aplikasi, karena nitrogen yang
sifatnya sangat mobil mudah run off, tercuci (leaching) dan menguap (volatile).
Cara aplikasi menentukan efisiensi pemupukan nitrogen, misalnya ”disebar
(broadcast)” akan lebih boros dibanding dengan ”dibenam (placement)”. Waktu
aplikasi tidak dapat setiap saat dilakukan, karena curah hujan dan kelembaban
tidak setiap saat cocok.
Pada prinsipnya, semakin tinggi kandungan bahan organik, semakin
tinggi KTK akan semakin banyak nitrogen yang tersedia dan dapat diserap
tanaman. Itulah sebabnya analisa daun dibutuhkan untuk melihat sejauh mana
nitrogen dapat diserap oleh tanaman, karena analisa tersebut dapat segera
dibandingkan dengan hasil pengamatan secara visual. Analisa tanah saja tidak
dapat diandalkan, karena pergerakan nitrogen dalam tanah yang begitu cepat
sebagai akibat perubahan iklim (suhu, hujan) yang selalu bergerak.
Perpaduan analisa daun dan analisa tanah yang didukung oleh percobaan
lapangan, merupakan dasar pembuatan rekomendasi pemupukan. Cara ini disebut
dengan ”diagnosis and recommendation integrated system” (DRIS). Selanjutnya

12
Mei 2009

praktek ”best management practice (BMP)” yang memadukan semua unsur


agronomis praktis untuk mencapai produktivitas maksimum

III. SIMPULAN
Nitrogen merupakan salah satu dari unsur utama (major element) yang
sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan vegetatif (tunas, batang
dan daun) dan meningkatkan hasil dan kualitasnya.
Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat seperti pertumbuhan batang, daun mengecil. Gejalanya terlihat dari
warna daun yang pucat kekuningan, ruas batang lebih pendek, lilit batang makin
kecil, pertumbuhan akar terganggu sampai menjadi nekrotik apabila defisiensi
berkelanjutan. Namun kelebihan nitrogen dapat menyebabkan keracunan,
memperpanjang pertumbuhan vegetatif, memperlambat kemasakan, mengurangi
kadar gula, mudah roboh dan lebih peka terhadap hama dan penyakit.
Untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen, perlu diperhatikan
dosis, frekuensi, cara dan waktu aplikasi. Pencampuran dengan zeolite dapat
meningkatkan “kapasitas tukar kation” (KTK) tanah. Demikian juga pemberian
pupuk organik secara bersamaan dapat menghasilkan sinergi positip. Analisa
daun, analisa tanah dan percobaan di lapangan merupakan dasar perhitungan
“diagnosis and recommendation integrated system” agar pertumbuhan dan
produktivitas optimium dapat dicapai.

13

You might also like