You are on page 1of 12

Insect Control

A. Pengertian

Insect (hexapoda) adalah merupakan salah satu klas dari kelompok Arthropoda
(binatang yang mempunyai ciri kaki beruas).

B. Jenis-jenis Insekta

Dari klas insect dibagi menjadi 12 ordo yaitu Odonata, Orthoptera, Isoptera,
Neuropthera, Hemithera, Anoplura, Hemiptera, Coroptera, Lepidoptera, Diphtera,
Siphonaptera, dan Hymenoptera. Klas Insect (Hexapoda) yang bertindak sebagai
vector antara lain :

1. Ordo Diphtera misalnya :

Musca Domestica (lalat rumah)

Nyamuk Anopheles sebagai vector malaria

Nyamuk Aedes aegypti sebagai vector DHF

Nyamuk Culex sebagai vector filariasis

2. Orda Siphonaptera, misalnya :

Pinjal tikus (Xenopsylla Cheopis) sebagai vector Plague (Pes)

3. Ordo Orthoptera, misalnya : Kecoak

4. Ordo Hemiptera, misalnya :

Kutu busuk (bug)

Kutu manusia, terdiri dari kutu kepala (pediculus capitis)

Kutu tubuh (pediculus humanus) dan kutu rambut kelamin (phthirus pubis).

C. Insecta sebagai vector

Serangga mungkin merupakan saingan yang paling berat bagi manusia, serangga
merusak tanaman dan bahan makanan yang disimpan, mengisap darah dan juga
mengganggu manusia. Di beberapa negara serangga telah merugikan para petani
dengan menghancurkan tanaman dan hasil pertanian mereka. Di samping itu
beberapa jenis serangga (insect) berpotensi sebagai vector penyakit pada manusia,
secara langsung maupun tidak langsung dengan organism yang dapat menimbulkan
penyakit yang berbahaya dan melemahkan.

Insect yang berperan dalam penularan penyakit antara lain :


1. Lalat

a. ciri-ciri

- lalat adalah salah satu insect Ordo dipteral (mempunyai sepasang sayap berbentuk
membrane). Yang erat dengan sebutan lalat adalah Sub ordo cyclorrappha.

- Species lalat yang sudah ditemukan berjumlah 60.000 – 100.000.

- Species lalat yang terpenting dari sudut kesehatan adalah :

- Musca domestica (lalat rumah)

- Stomoxys caletrans (lalat kandang).

b. Siklus hidup

- metamorfosa sempurna (stadium telur, larva, kepompong dan stadium dewasa).

- Perkembangan memerlukan waktu 7 – 22 hari tergantung suhu, makanan dan


kelembaban.

- Selama hidupnya seekor lalat bertelur 5 – 6 kali, 75 – 150 butir sekali bertelur.

- Telur diletakkan pada bahan organik yang lembab, sampah, kotoran binatang dan
sebagainya yang tidak kena sinar matahari secara langsung.

- Larva mencari tempat dengan temperatur yang sesuai (30 – 35 C) dengan berpindah-
o

pindah tempat.

c. tata hidup lalat/ habitat

- di tempat yang basah

- benda-benda organic

- tinja

- sampah basah

- kotoran binatang yang menumpuk secara Kumulatif

- tumbuh-tumbuhan busuk

d. Kebiasaan/ Perilaku lalat

- pada siang hari lalat akan berada di meja, makanan, sampah dan lantai.
- Pada malam hari lalat istirahat pada kawat, di dinding dan tempat lainnya.

- Pada siang hari lalat istirahat, makan, kawin, dan bertelur.

- Tempat kesenangan lalat : Pasar, kandang, sampah, tanah, lantai, WC, dll.

e. peranan lalat sebagai vector

lalat dapat berperan sebagai vector di antaranya :

- Cholera

- Dysentri Amoeba

- Dysentri Baciler

- Lersh Maniasis

- African Sleeping Sickness

- Myalis

f. Tindakan Pengendalian Lalat

sasaran pengendalian lalat dapat dibedakan menjadi :

> terhadap larva

– perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat yang berpotensial sebagai


peridukan.

– sampah yang ditampung pada tempat yang baik dan tertutup

– pengangkutan dan pembuangan sampah dilakukan setiap hari.

– tempat pengumpulan sampah diberi alas yang kedap air

– membuang kotoran (BAB/BAK) pada WC atau kakus.

– Menjauhkan kotoran ternak dari tempat tinggal manusia.

– menggunakan Larvasida : ditujukan pada sampah organik atau kotoran manusia dan
binatang

– menggunakan alat spraycan atau mist blow.

> terhadap lalat dewasa

– Penyemprotan Residual Insektisida


Dilakukan pada permukaan tempat hinggap, tempat makan dan tempat istirahat.

– Menggunakan alat spraycan atau mist blower

– insectisida yang digunakan adalah Organophospat.

Untuk pemakaian dalam ruangan. Menggunakan kertas atau tali yang telah diberi
lapisan insectisida dibantungkan pada langit – langit atau dinding yang banyak
terdapat lalat.

– Umpan beracun (poison bait)

Bahan yang digunakan sebagai umpan dapat berupa tepung jagung, air yang dicampur
gula dan lain-lain..

– menggunakan insectisida Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan lain-lain yang di


campur dengan umpan. Diletakkan pada tempat-tempat yang banyak lalat.

– Tindakan Mekanis

– Tindakan Perlindungan

– mencegah hinggapnya lalat pada makanan dan minuman.

2. Nyamuk

a. Ciri-ciri

Nyamuk termasuk Ordo Diphtera dan family Culidae yang terdiri lebih dari 2000
species dengan 3 Sub Family yang besar yaitu Anophilinae, Culicitinae, dan
Toxorhynchitinae.

b. Siklus Hidup

Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga dewasa sama dengan serangga lain,
mengalami stadium yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat 4
stadium, yaitu : telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Stadium dewasa
sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, Sedangkan ketiga stadium lainnya hidup
dan berkembang di dalam air.

c. Tata Hidup Nyamuk

> Tempat berkembang biak (Breedng places)

– Pada stadium telur, jentik, dan kepompong berada dalam air.

– untuk tiap jenis nyamuk mempunyai breeding places yang berbeda-beda, misalnya :

— pada air tawar, jernih ada nutrient, slow running, 10 meter per hari (Anopheles
Acunitus).
— pada air payau di tepi pantai, tambak udang (Anopheles Sundaicus).

— pada tong, drum, container yang berisi air bersih (Aedes Aegypti)

— pada tempat yang tidak sewajarnya, misalnya air kubangan, dan di kebun (Aedes
albopictus)

— segala macam air terutama yang mengandung zat organik seperti air kotor (Culex).

– Secara umum breeding places untuk nyamuk bersifat :

— alamiah seperti kolam, rawa, kubangan, genangan, lubang batang pohon.

— buatan manusia, seperti sawah, saluran air, bak mandi, tempayan, dll.

> tempat untuk mendapatkan umpan atau darah (feeding places).

– Berdasarkan kesenangan mencari darah dikenal 2 golongan nyamuk yaitu :

— nyamuk yang senang mencari darah manusia.

— nyamuk yang senang mencari darah binatang

– nyamuk kebanyakan kesenangan itu tidak bersifat mutlak

– setelah nyamuk betina menggigit orang atau binatang hingga perutnya penuh darah,
nyamuk akan pergi ke resting places yaitu tempat beristirahat yang aman dari musuh,
lembab, terlindung dari sinat matahari.

d. Kebiasaan Hidup.

Kebiasaan atas perilaku nyamuk dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :

> perilaku beristirahat (Resting Habit)

– Tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat umumnya adalah


tempat yang gelap, lembab, kurang angin, dan jauh dari gangguan musuh.

– Berdasarkan kesukaan untuk hinggap dapat dibedakan menjadi 2 :

— Endofilik yaitu nyamuk yang cenderung beristirahat di dalam rumah atau


bangunan (indoor resting).

— Eksofilik yaitu nyamuk yang cenderung beristirahat di luar rumah (outdoor


resting).

> Perilaku menggigit (feeding/ biting habit)

– dibedakan menjadi :
— Anthropophilik yaitu nyamuk yang cenderung menggigit manusia.

— Zoofilik yaitu nyamuk yang cenderung menggigit binatang.

— Antropozoophilik, yaitu nyamuk yang dapat menggigit orang dan binatang.

– Menurut tempat kesukaan pada saat menggigit orang, perilaku nyamuk dibedakan
menjadi :

— endofagik yaitu menggigit di dalam rumah atau bangunan

— eksofagik yaitu menggigit di luar rumah.

e. Peranan Nyamuk sebagai Vector

nyamuk dapat menularkan penyakit tertentu pada manusia di samping sebagai


pengganggu serta sebagai ektoparasit (penghisap darah) manusia dan berbagai
binatang menyusui. Penyakit yang ditularkan nyamuk antara lain :

> Penyakit Virus

– encephalitis yaitu penyakit yang merusak pusat Syaraf ditularkan oleh nyamuk
culex.

– yellow fever yaitu ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.

Dengue yaitu ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopietus.

> penyakit protozoa

Malaria yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang ditularkan oleh nyamuk
anopheles.

> Penyakit Nematoda

Fillariasis yaitu penyakit yang ditularkan dari manusia ke manusia oleh nyamuk culex
dan anopheles.

Beberapa species nyamuk yang penting dalam hubungannya dengan penyakit yang
ada di Indonesia :

> Aedes

– Aedes aegypti sebagai vector penyebab DHF dan Yellow fever yang juga
kemungkinan ditularkan oleh Aedes albopietus. Aedes aegypti lebih domestic dari
pada Aedes albopietus. Aedes aegypti mempunyai tempat sarang antara lain : tong/
drum yang berisi air bersih di sekitar rumah, di dalam rumah, Sedangkan Aedes
albopietus umumnya ditemukan di kebun-kebun.

– Ciri-ciri Aedes aegypti


Telur diletakkan satu persatu pada permukaan air atau pada dinding di atas permukaan
air. Setelah 2 hari menetas, telurnya tahan terhadap kekeringan sampai beberapa bulan
dan segera menetas setelah tersiram air. Stadium larvanya 4 – 6 hari. Nyamuk dewasa
mulai aktif pada siang hari sekitar pukul 9 – 10 pagi atau sore hari sampai menjelang
petang. Umur nyamuk betina lebih panjang dari nyamuk jantan yaitu sekitar 70 – 116
hari untuk nyamuk betina, 40 – 61 hari untuk nyamuk jantan. Jarak terbang nyamuk
aedes + 100 meter.

> Anopheles

– merupakan vector daripada penyakit penyakit malaria. Species dari jenis nyamuk ini
sangat banyak dan jenis yang terpenting yang dikemukakan di sini adalah :

— Anophelexa acomtus bersarang di daerah persawahan.

— anopheles sundaicus bersarang di daerah pantai.

— anopheles muculatus bersarang di daerah pegunungan.

— Anopheles leucophyrus bersarang di daerah hutan Kalimantan.

– hampir semua jenis anopheles mempunyai sayap yang berwarna bintik-bintik.


Meletakkan telur satu per satu, tersebar di permukaan air yang di topang oleh
pengapung yang ada di sisi-sisinya. Larva dapat ditemukan di berbagai jenis air, tetapi
yang terutama pada air yang bersih. Nyamuk dewasa aktif pada malam hari.

> Culex

Berkembang biak di segala macam kondisi air, terutama yang banyak mengandung zat
organic seperti air kotor yang merupakan tempat yang mereka senangi. Telur
diletakkan secara bergeromol di atas permukaan air. Telur menetas antara 2 – 3 hari
dan nyamuk dewasa aktif pada malam hari.

f. pengendalian nyamuk

dasar pengetahuan dan data mengenai habitat/ tempat perindukan, aspek perilaku
nyamuk dapat dijadikan bahan untuk pemulihan metode pengendalian nyamuk yang
efektif dan efisien.

> beberapa alternative pengendalian nyamuk sebagai berikut :

– pengelolaan lingkungan (Environmental Managemen).

—- pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan sanitasi lingkungan yang ditujukan


untuk stadium pra desawa (telur, larva, dan kepompong) melalui :

1. penimbunan tempat perindukan nyamuk, dapat dilakukan apabila tempat


perindukan nyamuk tidak terlalu luas.

2. pengaliran air : telur dan larva/ pupa nyamuk akan hanyut oleh derasnya air.
3. pembersihan timbunan air : untuk pengendalian jenis-jenis nyamuk tertentu yang
biasanya memerlukan tanaman air untuk perkembangan telur dan larvanya.

4. dengan menutup, menguras tempat penampungan air dan mengubur/


menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan maka akan
dapat mencegah dan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
vector DBD.

—- pemberantasan nyamuk dan sanitasi lingkungan yang ditujukan untuk stadium


dewasa melalui :

1. membersihkan semak belukar/ rerumputan di sekitar rumah dan sekitar tempat


perindukan nyamuk, sehingga tempat istirahat nyamuk menjadi berkurang dan tidak
nyaman lagi.

2. pencahayaan yang cukup di dalam bangunan rumah perkantoran.

3. penggunaan kasa nyamuk pada lubang ventilasi bangunan

4. dapat digunakan kelambu untuk tidur

> pengendalian secara biologi (biologi control)

– dengan menggunakan hewan pemangsa larva (predator) setempat atau yang


didatangkan dari tempat lain, antara lain ikan pemangsa larva.

– dengan menggunakan parasit larva nyamuk misalnya cacing nemathoda, protozoa,


jamur dan bakteri dapat digunakan untuk mengendalikan populasi nyamuk.

> pengendalian secara kimiawi (chemical control)

– dikenal dengan menggunakan racun serangga (insektisida), cara ini sebaiknya


digunakan sebagai alternative terakhir, apabila semua cara tidak atau belum
menunjukkan hasil yang memuaskan.

– pengendalian nyamuk secara kimiawi sebaiknya dilakukan oleh Petugas yang


terlatih dan disiplin menurut cara dan tekhnik yang telah ditentukan agar dapat
memberikan hasil yang baik. Hingga saat ini insektisida yang dapat digunakan untuk
pengendalian nyamuk di Indonesia adalah : Golongan Organophosphat (OP),
Carbamat (C), Sintetik Pitetroid (SP).

– Sedangkan insektisida dari Golongan Chlorinated Hydrocarbon seperti BHC,


Dieldrium dan DDT sudah tidak digunakan lagi karena sifatnya sangat peresisten dan
dapat menimbulkan polusi di alam khususnya pada air dan air dan tanah.

– disamping metode pengendalian nyamuk secara kimiawi yang telah dijelaskan di


atas, ada juga metode perlindungan individu (personal protection) dengan
menggunakan kelambu celup (Impregnated Bed Net) dengan bahan aktif insektisida
dari Golongan Sintetik Pirectrioid (SP) seperti Permethin, lamda cyhalothtrin dan
detamethrin, serta penggunaan bahan aktif pengusir nyamuk antara lain yang cukup
popular adalah Deet (NN-Dietyl 1-3 Toheamide) di samping itu dapat juga digunakan
obat nyamuk bakar.

> Pengendalian Nyamuk secara terpadu (Integral Mosquito Control).

– dengan memadukan beberapa alternative metode pengendalian nyamuk yang


disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan pemukiman setempat, sehingga
lebih berhasil. Metode pengelolaan lingkungan dapat digabung dengan metode
pengendalian nyamuk secara kimia atau metode pengendalian ditujukan untuk
nyamuk dewasa dapat dipadukan dengan metode pengendalian jentik/ larva nyamuk.

– Dengan menggunakan pengendalian nyamuk secara terpadu diharapkan suatu


peningkatan hasil pengendalian yang lebih nyata.

3. Pinjal

a. Ciri-Ciri

- merupakan serangga kecil tanpa sayap dan badannya pipih lateral

- abdomen terdiri dari 10 segmen dan 3 segmen yang terakhir membentuk Kelamin.

- metamorphosis sempurna.

- mempunyai 7 pasang spiracle (lubang infuse) atau stigma pada thorax.

- Antenanya pendek dan terdiri dari 3 segmen.

b. Siklus hidup

> Telur

Telur biasanya terdapat pada sarang-sarang binatang rumah, pada debu atau kotoran di
sela-sela lantai, kadang-kadang di bawah permadani, kerpat atau menempel pada bulu
binatang. Bentuk telurnya oval warnanya keabu-abuan, besarnya 0,7 x 0,4 mm. sekali
bertelur pinjal mengeluarkan 4-8 butir tiap kali sesudah makan. Selama hidupnya
seekor pinjal betina dapat bertelur sampai 200 butir.

> Larva

- larvanya tidak bermata dan tidak berkaki, bentuknya seperti ulat kecil berwarna
kuning atau atau coklat muda panjang 3 – 4 , bersegmen 10-12.

- makanan larva adalah kotoran adalah kotoran-kotoran yang terdapat di lantai, di


sarang-sarang rumah, ada juga yang membutuhkan darah dan ada juga yang makan
kotoran dari induknya.

- takut pada cahaya dan banyak bergerak.

- larva mempunyai umur antara 7 – 14 hari.


> kepompong

Sesudah cukup lama menjadi larva, maka akan membentuk cocon yang diliputi oleh
benang seperti sutra. Untuk jadi kepompong stadium ini lamanya 7 – 100 hari,
tergantung dari keadaan lingkungannya.

> Dewasa

- dari telur sampai menjadi pinjal dewasa diperlukan waktu 2 minggu sampai 1 tahun
atau lebih.

- pinjal jantan maupun betina membutuhkan darah untuk kelangsungan hidupnya dan
menghisap paling sedikit dalam satu hari.

- umur pinjal dewasa dapat mencapai 1 tahun atau lebih tergantung dari makanannya.

c. Habitat

habitat pinjal adalah binatang seperti kucing dan tikus.

d. Penyakit.

- secara langsung pinjal dapat menyebabkan penyakit pada manusia karena gigitannya
dapat menimbulkan alergi dan dermatitis.

- sebagai penular dari penyakit, pinjal dapat bertindak sebagai vector penular. Pinjal
sebagai vector utama dari penyakit pes yang disebabkan oleh kuman Pasteurella
pestis.

- pinjak pada umumnya menjadi infektif dengan unkorganisif penyebab penyakit oleh
kuman terjadinya wabah pes pada tikus-tikus dan pinjal tetap infektif pada waktu
yang panjang.

- pinjal betina menggali kulit kaki terutama yang terdapat di bawah kuku dan
kemudian menghisap darah penderita, sehingga terasa gatal-gatal yang hebat disertai
dengan peradangan dan kemudian sering diikuti oleh infeksi sekunder.

- endem typhus yang disebabkan oleh Riketsia mooseri yang merupakan infeksi juga
pada tikus dan vector penularannya adalah pinjal. Penularan pada manusia terjadi
melalui luka gigitan atau luka lecet yang terkontaminasi oleh tinja pinjal yang infektif.

e. Pemberantasan Pinjal

- terhadap lingkungan hidup digunakan larutan minyak tanah, Diazinon, Lindane 1%,
bubuk (1 nertdust), Malathion 10%, triklofin 1%.

- terhadap hewan rumah digunakan bedak (Malathion 4%, atau reterion 10%).

4. Kecoak
a. Ciri-ciri

- berbadan piph, mempunyai warna hitam atau coklat mengkilat

- mempunyai sepasang antena yang panjang

- bentuk mulut untuk menggigit dan mengunyah

- sayap muka keras (Tegmina) dan sayap belakang (membranous)

- binatang malam, biasanya berkelompok

- alat kelaminnya sudah sempurna

- sayap betina lebih pendek dari jantan.

b. Siklus hidup

- metamorphosis tidak sempurna (telur-larva)

Telur ini terdapat dalam kapsul (otheca), bentuknya seperti kacang merah. Kapsul ini
menempel pada kecoak betina. Jumlah telur umumnya berkisar antara 15 sampai 40
butir tersusun membentuk dua baris Otheca ini selalu dibawa kemana-mana oleh
kecoak betina yang kelihatan pada abdomennya.

- pada stadium nymph bentuknya kecoak sudah menyerupai yang dewasa hanya
berbeda besarnya, warnanya masih putih, sayap kecil tanpa Kelamin/ kecil.

- pada kecoak dewasa alat kelaminnya sudah sempurna begitu juga sayapnya.

c. habitat

pada tempat yang gelap, panas dan lembab terutama pada daerah atau rumah yang
keadaan sanitasinya kurang baik.

d. peranan kecoak dalam penularan penyakit

suatu kemungkinan yang besar sekali bahwa kecoak bisa menularkan penyakit secara
mekanik karena binatang tersebut pernah ditemukan telur cacing, protozoa, bakteri,
virus, dan jamur pathogen. Penyakit yang ditularkan misalnya penyakit kulit,
gangguan sakit pencernaan, dan lain-lain.

e. penanggulangan

kecoak adalah binatang malam hari (pada siang hari binatang ini bersembunyi) dan
malam hari dia keluar mencari makanan. Dalam penanggulangan kecoak bisa
dilaksanakan secara fisik/ mekanik, kimia, dan biologis. Hanya saja dalam kehidupan
sehari-hari cara penanggulangan yang biasa dilakukan adalah dengan zat kimia atau
secara fisik/mekanik.
Bisa juga dengan menggunakan perangkap “Mangkuk”. Apabila kita makan sesuatu
dengan mangkuk, mie misalnya, bekas lemak dalam mangkuk itu jangan dibersihkan
dulu, tapi diberi air biasa separoh mangkuk.. kemudian taruh saja di tempat yang
disukai kecoak.. kecoak akan masuk ke dalam mangkuk untuk makan, dia akan
tercebur dalam kolam nikmat itu, tetapi karena mangkuk itu cukup curam untuk
dipanjat kecoak, dia akan mati di dalamnya itu karena kepalanya agak menghadap ke
bawah sehingga kepalanya terendam air dan tidak bisa bernafas.

You might also like