You are on page 1of 92

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN SEJARAH KOTA MATARAM

TIM PENYUSUN DR.JAMALUDIN,MA L.PRIMA WIRAPUTRA DRS.H.JALALUDIN ARZAKI BQ.RATNA MULHIMMAH,MH L.SATRIA WANGSA.SH DRS ABDUL HAFIZ,MSI

KERJASAMA

BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MATARAM


DENGAN

CV.ALAM MANIK 2011

KATA PENGANTAR Sepatutnya penulis mengucapkan rasa syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah, dan nikmat-Nya, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga penelitian ini terselesaikan tepat waktu Penelitian ini mengangkat tema Sejarah Kota Mataram, sebuah penelitian yang sungguh tidak mudah, karena keterbatasan waktu yang tersedia, dan keharusan untuk menemukan data-data yang banyak, dan banyak di antaranya yang sulit untuk diakses. Namun demikian ini tidak boleh terhenti, ini adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Kami bersukur akhirnya penelitian ini terselesaikan dengan baik, semua ini karena keterlibatan banyak pihak, kerja sama antar peneliti, dan dukungan banyak pihak untuk memberikan data-datanya kepada kami. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Lalu Mujitahid, Kepala Bapeda Kota Mataram Lalu Anggawa, Sekretaris Bapeda Kota Mataram Lalu Martawang, Mantan Kabid Penelitian Bapeda Kota Mataram alm. Hj. Sarkiyah. Dan banyak lagi informan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, mereka telah memberikan informasi yang berharga dan data-data yang kami butuhkan. Kepada mereka semua kami ucapkan terima kasih. Kepada Allah jua kami penulis panjatkan rasa syukur dan doa serta, dan semoga Allah berkenan memberikan balasan yang sesuai dengan pengorbanannya dan untuk kita semua. Amin. Tem Penulis

ii

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji sukur kehadirat Tuhan yang Maha Berkehendak atas hambanya. Karena dengan kehendak-Nya penulisan Sejarah Kota Mataram dapat diselesaikan dengan sesuai harapan. Sejak awal saya agak sedikit pesimis dengan penelitian ini akan terselesaikan sesuai dengan yang kami inginkan. Karena beban yang kami berikan agak sedikit lebih berat, karena ini adalah penelitian sejarah. Akan tetapi semua di luar dugaan kami, bahwa penelitian ini melebihi dari yang kami harapkan. Kami sangat puas dengan apa yang dihasilkan, lebih-lebih setelah diseminarkan, semua menjadi lebih tampak apa yang selama ini masih samar-samar, sekali lagi kami sangat puas. Ini bisa menjadi tonggak awal dari perjalanan sejarah khususnya kota Mataram. Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para peneliti Dr. Jamaluddin, MA, Drs. H. Jalaluddin Arzaki, Lalu Satria Wangsa, SH. L.Prima Wiraputra, Baiq Ratna Mulhimmah, MH. Drs. Abdul Hafiz, MSi. Dan banyak pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu, sehingga penelitian ini selesai dengan baik. Kepada mereka semua kami ucapkan terima kasih. Kepala Bapeda Kota Mataram

Drs. H.Lalu Anggawa Nuraksi

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ A. B. C. D. E. F. Latar Belakang Masalah ......................................................................... Permasalahan ......................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Manfaat/Signifikansi Penelitian.............................................................. Metodologi Penelitian ............................................................................ Sistematika Penulisan............................................................................. i iii 1 1 2 3 3 4 5

BAB II : MATARAM SEBELUM 1978: SEJARAH SOSIAL, POLITIK DAN KEAGAMAAN ................................................................................... A. B. C. Asal-Usul penamaan Mataram................................................................ Penduduk Mataram: Sejarah Sosial Keagamaan ..................................... Sejarah Politik dan Pemerintahan ........................................................... 6 6 11 19 45 45 54 58 65 80

BAB III: TERBENTUKNYA KOTA MATARAM .......................................... A. B. C. D. Tokoh-Tokoh Pemikir terbentuknya Kota Mataram................................ Perubahan Struktur Pemerintahan........................................................... Kota Mataram dari 1993-sekarang.......................................................... Pertumbuhan dan perkembangan Kota Mataram.....................................

BAB IV: KESIMPULAN ....................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mataram sebagai ibukota Kodya Mataram sesungguhnya dapat dikatakan baru, tidak lebih dari 18 tahun dari sejak resmi dijadikan sebagai kodya Mataram pada tahun 1993.1 Dalam kenyataan sejarah Mataram adalah sebuah kota tua yang melebihi masa waktu dia dikenal sebagai ibukota Kodya Mataram. Bahkan ketika Nusa Tenggara Barat sebagai sebuah provinsi Mataram sebagai ibukotanya. Mataram sesungguhnya telah ada sebelum provinsi yang bernama Nusa Tenggara Barat terbentuk. Nama Mataram, dalam masyarakat NTB khususnya orang-orang Lombok menyebutnya beragam, ada yang menyebut Mataram, Metaram, Mentaram, bahkan ada juga yang menyebutnya Mataharam, mungkin untuk memberikan makna pejoratip terhadap Mataram. Ini menunjukkan Mataram memiliki makna dan nilai kesejarahan yang melebihi nama yang dimilikinya. Oleh karena itu ketika ada pertanyaan kapan atau berapa umur Kota Mataram, tentu tidak mudah memberikan jawaban yang pasti. Setiap jawaban yang diberikan tentu memiliki alasan tersendiri, namun tidak semua jawaban dapat memuaskan pertanyaan tersebut. Selain belum ada kesepakatan dari mana menghitung kapan Mataram itu ada, juga karena yang berkaitan dengan data-data historis belum terdokumentasikan secara baik. Selain itu, Mataram sebagai sebuah kota yang memiliki masyarakat hetrogen, dimana terdiri dari banyak suku, ras dan agama. Sehingga untuk menjalin keharmonisan kehidupan masyarakat kota yang plural maka diperlukan referensi yang dapat menjelaskan asal usul serta peran sosialnya dari setiap unsur suku bangsa penduduk Kota Mataram.
Bondan Wisnujati, et al, Dirgahayu IX Kota Mataram, (Mataram: Kantor Informasi dan Komunikasi, 2002), h. 11.
1

Atas dasar berbagai pertimbangan di atas tuntutan untuk menghadirkan tulisan tentang sejarah Kota Mataram dalam bentuk sejarah sosial menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Tentunya dengan kehadiran tulisan tersebut diharapkan beberapa hal, antara lain: pertama, akan menumbuhkan rasa cinta pada Kota Mataram karena di dalamnya mengungkap tentang sejarah pembangunan Kota Mataram yang menampilkan perubahan fisik kota dari masa ke masa. Kedua akan dapat menumbuhkan rasa bangga menjadi warga Kota Mataram, karena di dalamnya terdapat informasi mengenai prestasi yang telah diraih dari masa ke masa dan menjadi pendorong semangat dalam memberikan pengabdian terbaik bagi Kota Mataram. Ketiga untuk memacu semangat juang dalam mengisi pembangunan dan pembentukan karakter kepahlawanan, karena di dalamnya menginformasikan tentang tokoh-tokoh pembangunan Kota Mataram di segala bidang pembangunan khususnya mental, spiritual. Dan yang terakhir adalah untuk membentuk jati diri (Wahyat Jatmika) masyarakat Kota Mataram, yang mampu merevitalisasi kearifan lokal dan mendorong optimalisasi lokal genius dan khasanah budaya, sehingga visi Mataram: maju, religius dan berbudaya dapat terwujud. Berangkat dari latar belakang dan beberapa kajian di atas, maka penelitian ini, mengangkat judul: Sejarah Sosial Kota Mataram dan laik untuk dilakukan. B. Permasalahan Karena keterbatasan waktu dan juga katerbatasan dana, maka dipandang perlu untuk melakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini. Dengan menentukan judul Sejarah Sosial Kota Mataram sesungguhnya pembatasan kajian sejarah sudah dilakukan. Dalam kajian sejarah pembatasan masalah paling tidak terdiri dari pembatasan waktu, ruang, dan objek penelitian. Mataram merupakan pembatasan ruang, waktu sebelum 1978 sampai sekarang, Sejarah Sosial Kota menjadi objek penelitian.

B.1. Pembatasan Masalah

Pembatasan waktu atau periodesasi dalam penelitian ini, dimulai dari sebelum tahun 1978, karena sebelum tahun 1978, tahun di mana merupakan era yang menjadi kontinuitas sejarah dari proses terbentuknya kota Mataram, dan dari sini Mataram bisa ditemukan, dapat ditelusuri ke belakang. Karena ini adalah sejarah sosial, maka menemukan konteks historis dari kehidupan sosial atau berbagai aspek sosiologis masyarakat kota Mataram menjadi sebuah keharusan. B.2. Perumusan Masalah Berangkat dari permasalahan di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimanakah kota Mataram dalam catatan sejarah ? C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang diajukan di atas, karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap Kota Mataram dalam catatan-catatan sejarah.
D. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Hasil penelitian ini selain untuk dapat memberikan Khazanah intelektual juga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan sejarah lokal khususnya dan sejarah Nasional pada umumnya. 2. Dan bagi lembaga-lembaga peneliti swasta maupun pemerintah akan sangat berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya, atau penentuan kebijakankebijakan tertentu.

E.

Metodologi Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

penelitian sejarah. Dalam penelitian ini ada empat langkah atau tahapan yang akan dilakukan, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.2 Pengumpulan sumber adalah langkah pertama yang dilakukan, yang disebut dengan heuristik: merupakan suatu teknik mencari dan mengumpulkan sumbersumber sejarah, baik tulisan maupun lisan. Sumber-sumber yang dapat disebutkan di sini sebagai sumber primer adalah berupa naskah-naskah atau manuskrip, Arsip-arsip. Menurut Tjandrasasmita,3 penggunaan naskah sebagai sumber sejarah dapat dilakukan dua cara, yaitu, pertama peneliti sejarah dapat langsung mengakses naskah yang aslinya. Kedua, dapat mengakses naskah yang sudah dikaji oleh para filolog. Teknik pengumpulan sumber lisan dilakukan dengan wawancara atau interview. Mereka yang diinterview adalah mereka para pelaku sejarah, yaitu yang menjadi pelopor atau penggagas, Pelaku yang terlibat di dalam proses terbentuknya kota mataram, mereka yang terlibat dan menjabat selama atau sejak berdirinya kota mataram-sampai sekarang. Sedangkan sumber-sumber tulisan dikumpulkan dengan cara menyalin atau menggandakannya. Untuk menjaga keotentisitasan dan kredibilitasan data yang diperoleh maka kritik sumber akan tetap dilakukan terhadap setiap sumber sejarah yang terkumpul. Interpretasi atau penafsiran sejarah atau disebut juga analisis sejarah. Analisis berarti menguraikan dan menjelaskan. Penelitian tentang kota mataram ini merupakan penelitian sejarah, maka dalam menganalisa sejumlah fakta-fakta sejarah, peneliti menggunakan analisis sejarah sosial. Historiografi, merupakan fase terakhir dalam metode sejarah, yang meliputi cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 54-71. Lihat juga Uka Tjandrasasmita, Kajian Naskah Klasik dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006), h. 32. Juga, Wacana Vol. 9 No. 2 Oktober 2007. h. 55.
3 2

Tjandrasasmita, Kajian Naskah...., h. 38.

F.

Sistematika Penulisan Untuk lebih terfokusnya penelitian ini, maka diperlukan satu sistematika

tertentu, agar tidak terjadi kerancuan dalam penguraian. Karenanya peneliti membaginya menjadi empat bab. Pada bab pertama mengungkap akar persoalan yang melatar belakangi peneliti mengangkat tema ini, permasalahan yang ingin dijawab dan dijelaskan tertuang dalam rumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian yang mencakup orientasi dan arah dari penelitian ini. Berikutnya sebagai pedoman dan arahan yang akan menjadi parameter dan sekaligus acuan dalam penelitian ini diperlukan satu metodologi dan pendekatan yang digunakan. Bab kedua, menguraikan tentang gambaran masa lalu sebelum menjadi kota Mataram, Asal-Usul Penamaan Mataram, Sejarah Politik dan Keagamaan. Bab ketiga, menguraikan tokoh-tokoh pemikir terbentuknya kota Mataram, Perubahan Sistem pemerintahan, struktur Sosial. Perubahan Struktur Pemerintahan. Kota Mataram dari 1993-sekarang, Pertumbuhan dan perkembangan Kota Mataram (Pendidikan, Politik, Ekonomi, Budaya, Agama), Struktur Sosial Masyarakat Kota Mataram. Sedangkan bab empat, merupakan bab kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan pada bab satu. Asal-Usul Penduduk Mataram,

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................1 A. Latar Bela kang Masalah.........................................................................1 B. Permasalahan...........................................................................................2 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................3 D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ..............................................................3 E. Metodologi Penelitian .............................................................................4 F. Sistematika Penulisan .............................................................................5 Bab II : MATARAM SEBELUM 1978: SEJARAH SOSIAL, POLITIK DAN

KEAGAMAAN ...........................................................................................6 A. Asal-Usul penamaan Mataram................................................................6 B. Penduduk Mataram: Sejarah Sosial Keagamaan.....................................11 C. Sejarah Politik dan Pemerintahan ...........................................................19 BAB III: TERBENTUKNYA KOTA MATARAM A. Sejarah Awal terbentuknya Kota Administratif .....................................45 B. Kota Administratif Mataram ...................................................................46 C. Perubahan Struktur Pemerintahan...........................................................56 D. Kota Mataram dari 1993-sekarang..........................................................60 E. Pertumbuhan dan perkembangan Kota Mataram....................................66 BAB IV: KESIMPULAN .............................................................................81

BAB II MATARAM SEBELUM 1978 (SEJARAH SOSIAL, POLITIK DAN KEAGAMAAN)


A. Asal Usul Penamaan Mataram. Kata Mataram berasal dari bahasa Sansekerta dari kata mata yang berarti ibu dan kata aram berarti hiburan. Mataram berarti hiburan untuk ibu atau persembahan untuk ibu pertiwi. Kata Mataram juga bisa berasal dari kata matta yang berarti gembira atau gairah dan aram berarti hiburan. Jadi matta-aram atau mataram berarti pembangunan kerajaan atau kota ini adalah sebagai lambang pernyataan kegembiran sebagai hiburan dan sekaligus lambang kegairahan hidup untuk membangun tanah harapan yang menjanjikan masa depan yang lebih cerah.1 Banyak orang berdebat dalam menafsir etimologi (sejarah Kata) Kota Mataram. Ada yang menyebut berasal dari kata Mentaram, Mentarum, Matawis bahkan secara pejoratif ada yang mengatakan berasal dari kata Mata-haram. Secara ilmu bahasa kata Mataram yang pertamanya diterapkan bagi nama kerajaan Mataram Yogyakarta dahulu adalah dari bahasa sanskerta. Matta yang berarti ibu negeri dan ramya yang berarti ramai, bagus, atau indah. Dalam ilmu sekarang (Tembang) kata Mataram dapat berubah menjadi Matarum untuk mendapatkan irama (guru lagu) dung dan dapat menjadi matawis untuk mendapatkan irama ding. Kata Matta yang bermakna ibu, sampai hari ini masih dipakai dalam kosakata bahasa Urdu India. Mata juga berarti mata, paningal, netra.2 Letak Mataram pada masa lalu adalah daerah yang kini berada di sekitar kantor Gubernur NTB pada radius yang terbatas. Cikal-bakalnya adalah suatu tempat yang kini bernama Majeluk dan berkembang ke sekitarnya daerah dimana pada awalnya ditempati oleh penduduk yang merupakan percampuran orang Sasak dan

Fath Zakaria, Mozaik Budaya Orang Mataram. (Mataram: Yayasan Sumurmas, 1998), h.

76.

Lalu Gde Suparman, 11 Tahun Kota Mataram Membangun Kota Berbasis Dan Berwawasan Religius, (Mataram: Komunitas Pengkaji Dinamika Mataram, 2004).

Jawa.3 Merekalah yang diyakini pertamakalinya menamakan tempat tersebut dengan nama Mataram menurut asal daerah mereka yang dari Jawa atau sebagai bentuk ungkapan kegembiraan atas tempatnya yang baru tersebut. Pendapat ini diperkuat oleh beberapa sumber, antara lain: Bahwa sekitar abad ke 15 M sekelompok penduduk Sasak yang tinggal terpencar di sekitar Majeluk sekarang mengalami percampuran dengan imigran yang berasal dari Jawa. Mereka kemudian membangun sebuah pemukiman dan menamakan tempat tersebut dengan Mataram. Kedatangan imigran dari Jawa pada abad ke 15 berawal dari ketika di Jawa terjadi banyak ketegangan sosial akibat pertentangan politik di Majapahit sepeninggal Hayam Wuruk.4 Namun demikian data-data primer tentang imigran yang datang sebagai akibat dari konflik politik tersebut belum ditemukan. Dalam Babad Lombok ditemukan bahwa dalam ekspedisi mengislamkan wilayah Nusa Tenggara Sunan Prapen berangkat bersama para mubalig dan armadanya didukung oleh puluhan kapal dengan tidak kurang dari 10 ribu pasukan yang berasal dari daerah-daerah di Pulau Jawa yakni dari Mataram, Majalengka, Madura, Sumenep, Surabaya, Semarang, Gresik, Besuki Gembong, Candi, Betawi dan lainnya yang dipimpin oleh pemukanya masing-masing seperti Arya Majalengka, Ratu Madura dan Sumenep, Adipati Surabaya, Adipati Semarang, Patih Ki Jaya Lengkara, Raden Kusuma Betawi dan lainnya. Mantaram sendiri dipimpin oleh seorang yang disebut Patih Mentaram. Di Lombok setelah berhasil mengislamkan raja Lombok Prabu Rangkesari, dengan berbasis di kotaraja Lombok di teluk Lombok itu ekspedisi dipecah-pecah menjadi rombongan-rombongan yang dikirim ke seluruh penjuru pulau Lombok. Salah satu tokoh yaitu Patih Mataram sangat banyak berperan dalam misi ini. Salah satu peran penting patih Mataram adalah mendapat tugas memimpin mengislamkan semua orang di utara gunung dari Samulya (Sambelia),

3 4

Wawancara dengan R. Joko Prayitno, September 2011 Joko Prayitno, wawancara...

Bayan hingga Sokong. Bersamanya tidak hanya pasukan dari Jawa Mataram dan laskar kerajaan Lombok tetapi turut pula para muballig dan para cerdik pandai.5 Selesai misi di utara gunung Laskar Mataram nampaknya melanjutkan misi ke wilayah selatan gunung melewati jalur yang biasa dilewati yang masih ada hingga sekarang yaitu Pusuk atau mengitari ujung barat pulau lewat pinggir laut, sembari mengislamkan pedukuhan-pedukuhan yang dilewatinya. di Lembah Selatan kaki gunung mereka menemukan lokasi yang baik dan strategis topografinya suatu tempat subur yang diapit oleh dua buah sungai. Tempat ini kemudian dikenal dengan Sesela (Penamaan ini nampaknya erat hubungannya dengan daerah Sesela (GroboganSelatan Demak) daerah tempat berkuasanya Ki Ageng Sesela yang merupakan kakek Ki Gede Pamanahan pendiri dinasti Mataram-Yogya). Di sini ditempatkan beberapa orang laskar Lombok dan Jawa untuk membina wilayah sekitarnya dan menjadi cikalbakal penduduk setempat. Beberapa waktu setelah melakukan Islamisasi di Sesela perjalanan dilanjutkan lurus ke arah selatan sampai di daerah yang sekarang dikenal sebagai Rembiga. Di tempat ini juga mereka menempatkan beberapa orang anggota rombongan ekspedisi. Perjalanan dilanjutkan ke arah selatan dan mereka mendapati suatu tempat lagi untuk beristirahat dan membangun pemukiman baik dengan pertimbangan topografi atau pertimbangan taktis bina territorial sebagaimana lazimnya sebuah misi. Dengan demikian untuk itu beberapa dari anggota misi yang berasal dari Mataram Jawa dan Lombok di tempat untuk membina masyarakat di sekitarnya terlebih masih ada daerah yang belum Islam seperti Pejarakan. Inilah menjadi cikal bakal pedukuhan yang mana orang-orang dari Mataram ini menamakan tempat tersebut dengan nama Mataram sesuai dengan nama daerah asalnya untuk pertamakali. Setelah dari Mataram laskar Mataram ini melanjutkan misinya ke arah Selatan dan Tenggara, kemudian mereka masuk di Pujut. Di Pujut salah seorang dari
Lihat Babad Lombok (Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994)
5

pimpinan rombongan dikenal dengan sebutan Patih Babas Mataram. Tercatat dalam Piagam Pujut bahwa pada saat Ratna Putri Tanauran menjadi Ratu Pujut datanglah Patih Babas Mataram dengan balatentaranya dari tanah Jawa untuk mengislamkan raja-raja yang masih Budha di Pulau Lombok. Pujut yang semula menolak masuk Islam wilayahnya diblokir dan jalan ke semua mata air terutama mata air utama yang disebut Bun Kerok di kaki sebelah barat Gunung Pujut dijaga ketat oleh laskar Patih Babas Mataram selama berhari-hari. Karena masyarakat setempat kesulitan dalam menghadapi kondisi kekurangan air dan makanan, maka kemudian Pujut menyerah.6 Sementara itu rombongan lain dalam tim ekspedisi yang dikirim ke penjuru Pulau Lombok ini adalah yang bertugas mengislamkan Negara Sasak yang berkuasa atas sebagian besar wilayah Lombok bagian barat (mungkin juga sebagian Lombok Tengah bagian barat sekarang) sehingga wilayah ini disebut dengan Negeri Sasak. Kelompok ini terdiri dari laskar Kerajaan Lombok dan Jawa termasuk Laskar Mataram yang dipimpin oleh Ratu Madura dan Ratu Sumenep bersama para mubaligh. Kerajaan Sasak berhasil diislamkan kecuali Pejarakan masih tetap memeluk agama Budha.7 Untuk membina wilayah yang telah diislamkan ini maka beberapa dari Laskar Lombok dan mubaligh Jawa yang turut dalam misi ini ditempatkan di sekitar ibukota kerajaan Sasak ini sembari menggarap lahan yang subur dan relatif masih kosong ini dan mereka menamakan pemukimannya yakni Pajang dan Mataram. Bisa saja dua rombongan ekspedisi ini yang mana yang satu datang dari utara di bawah pimpinan Patih Mataram dan yang datang dari timur di bawah pimpinan Ratu Madura dan Sumenep kemudian bertemu di Mataram ini. Sumber lain menyebutkan bahwa pada awal abad ke 17 setelah terbukanya Ampenan menjadi Bandar laut datang sekelompok pedagang yang berasal dari Jawa

6 7

Lihat Tem, Monografi Daerah NTB (Jakarta: Dirjen Kebudayaan Depdikbud RI, 1977). Lihat Babad Lombok.

10

yang mengidentifikasi diri dengan Mataram.8 Disini mereka bercampur dengan penduduk setempat sehingga ada yang memilih untuk menetap. Untuk itu mereka mencari tempat yang bagus untuk pemukiman. Tidak jauh dari pelabuhan Ampenan ke arah timur, mereka menemukan lokasi yang cocok menurut tradisi Jawa yaitu suatu dataran yang diapit oleh dua buah sungai yang dalam. Tempat tinggal yang baru tersebut mereka namakan Mataram.9 Namun demikian bukti kuat dari informasi ini belum ditemukan. Dua ratus tahun setelah Islam masuk di Lombok, maka datanglah berduyunduyun orang-orang dari Bali terutama dari Karangasem dan sekitarnya. Mereka membangun pemukiman di daratan negeri Sasak, sebutan wilayah Lombok bagian barat pada masa kuno. Salah satu pemukiman yang ditempati oleh pemukimpemukim dari Karangasem ini adalah wilayah Mataram tadi dengan membangun pemukiman lebih ke barat sedikit dari Majeluk yakni sekitar Kantor Gubernur sekarang dan menyebut pemukimannya dengan nama Metaram. Beberapa waktu pada pertengahan abad 19 Metaram pernah menjadi pusat Kepangeranan Metaram.10 Mataram pertama kali diperkenalkan secara formal oleh Belanda. Pada tahun 1895 M Belanda yang menempatkan Lombok sebagai daerah Gubernement atau berada dalam pemerintahan langsung Pemerintah Kolonial Belanda dari sebelumnya berstatus Zelfbestuurder (berpemerintahan sendiri) Mataram dijadikan secara resmi pertamakali oleh Belanda untuk menyebut ibukota pemerintahannya. Tanggal 31 Agustus 1895 Mataram menjadi ibukota Onder Afdeling Lombok Barat kemudian

Identifikasi diri ini bisa berhubungan dengan daerah asalnya memang dari wilayah Mataram atau wilayah kekuasaan Mataram mengingat bahwa sejak tahun 1639 dengan berhasil dikuasainya Blambangan oleh Mataram berarti hampir seluruh Jawa Tengah dan Jawa timur dikuasai oleh kerajaan Mataram dibawah Sultan Agung, atau identifikasi diri ini berhubungan dengan spirit keagungan kala itu yaitu kebesaran Kerajaan Mataram meski dia tidak persis berasal dari daerah itu, sebagaimana sebagian kalangan mengidentifikasi diri dengan kebesaran Majapahit atau kemaharajaan Islam Bagdad atau kekaisaran Turki Usmani dan sebagainya. 9 Wawancara dengan M. Irwan Prasetya, 25 September 2011. 10 Lihat AA Ketut Agung, Kupu-Kupu Kuning Yang Terbang Di Selat Lombok (Denpasar: Upada Sastra, 1992)

11

belakangan pertanggal 11 Maret 1898 menjadi ibukota Afdeling Lombok setelah dipindah dari Ampenan.11 Pada bulan Februari 1942 Mataram menjadi pusat pemerintahan Negara Republik Lombok dan pusat pemerintahan Lombok Barat.12 Bulan Mei tahun itu juga Jepang mengambil alih pemerintahan dan menetapkan Mataram sebagai ibukota Ken Lombok dan Bun Ken Lombok Barat. Sejak 18 Agustus 1945 Mataram menjadi ibukota pemerintah Lombok. Pada Tanggal 15 Oktober 1945 Mataram menjadi ibukota Daerah Lombok dan Ibukota Pemerintahan Setempat Lombok Barat. Sejak tanggal 14 Agustus 1958 Mataram menjadi ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Barat dan sekaligus ibukota Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Barat. Pada tahun 1965 dengan perubahan nama Daerah Swatantra Tk I menjadi Propinsi dan Daerah Swatantra TK II menjadi kabupaten maka Mataram menjadi ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupten Lombok Barat,13 dan pada tahun 1978 Mataram sekaligus menjadi ibukota Kota Administratif Mataram.14 B. Penduduk Mataram: Sejarah Sosial Keagamaan. Penduduk pribumi di wilayah Mataram ini awalnya dahulu adalah orangorang Sasak. Orang Sasak atau dalam bahasa asli Dengan Sasak (orang Bali menyebutnya I Sasak sedang orang Jawa menyebutnya Wong Sasak) adalah sebutan penduduk asli Pulau Lombok yang selanjutnya dikenal dengan suku Sasak. Secara etimologi kata Sasak berasal dari bahasa Sasak yakni Sa yang berarti yang dan Sak yang berarti satu, pertama, utama, sulung. Dengan demikian Sasak berarti yang satu, yang pertama, yang utama atau yang sulung.

Lihat Sejarah Daerah NTB, Depdikbud, 2002 Lihat Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Nusa Tenggara Barat (1945-1949)(Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1980) 13 Lihat Sejarah Daerah NTB, Depdikbud, 2002 14 Lihat Kota Mataram Ibadah Yang Maju dan Religius, Kantor Infokom Kota Mataram, 2004
12

11

12

Dari makna kata ini ada beberapa pengertian antara lain: Orang-orang Sasak adalah asal muasalnya dari satu pasang manusia dahulunya yang merupakan penduduk pertama dan menjadi leluhur orang Sasak di Pulau Lombok15 dan menjadi leluhur sebagian penduduk atau klan di pulau-pulau sekitarnya atau bahkan negeri yang lebih jauh seperti Sumbawa, Bali, Sulawesi Selatan,16 bahkan Kalimantan.17 Dalam sebuah naskah kuno mengisahkan tentang keberadaan seorang Pangeran Kerajaan Lombok bernama Pangeran Hame Mas Bele Batang dikisahkan megingsir ring jawe turun tibe Hamengkubuwana, yang artinya berpindah ke Jawa dan nantinya menjadi leluhur penguasa-penguasa Jawa.18 Pengertian lain dari terminologi kata Sa Sak dalam arti yang utama adalah orang-orang Sasak melihat dirinya sebagai insan yang utama dan lebih sulung atau lebih tua dari yang lain karena lebih dahulu mengenal peradaban yang mana salah satu peradaban ini pernah berkembang di beberapa tempat di Asia Tenggara. Penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun lalu banyak tempat di pulau ini telah dihuni penduduk dengan berbagai ragam kebudayaan. Makna yang ketiga dari kata Sa Sak atau yang satu adalah secara religiusitas sejak awal orang Sasak telah meyakini adanya Tuhan yang satu. Bahwa jauh sebelum datangnya agama-agama besar orang Sasak telah mempunyai agama asli yang monotheis yang mengakui adanya hanya satu Tuhan. Nenek adalah terminologi orang Sasak untuk menyebut Tuhan yang tunggal itu. Basis keyakinan monotheis ini yang menyebabkan orang Sasak umumnya besar kemungkinan- tidak pernah memeluk agama Polytheis atau agama dengan keyakinan Tuhan yang tidak tunggal. Dengan basis keyakinan itu pula agama Islam dapat diterima dengan mudah, cepat dan meluas nantinya untuk kemudian dipegang teguh, sebagai simbol Sasak. R. Goris menguraikan arti kata Sasak dari segi etimologis bahwa Sasak berasal dari bahasa Sanskerta dari kata Sahsaka. Sah berarti pergi, saka berarti asal.
15 16

Lihat Babad Lombok Lihat H. L Jelenga, Keris Di Lombok (Mataram: Yayasan Pusaka Selaparang, 2000) 17 Lihat Babad Selaparang, (Jakarta: Depdikbud, 1979) 18 Lihat Babad Suwung

13

Jadi orang Sasak adalah orang yang pergi dari negeri asalnya dengan memakai rakit sebagai kendaraan kemudian berdiam di pulau Lombok. Pendapat Goris ini sejalan dengan informasi yang terdapat dalam Babad Lombok tentang asal-usul penduduk Lombok yang paling awal. Babad Lombok merunut leluhur nenek moyang orang Sasak yang paling awal berasal dari sepasang umatnya Nabi Nuh persisnya salah seorang putri Nabi Nuh dengan pasangannya seorang insinyur pembuat bahtera, yang dalam pengembaraannya mencari bumi baru atas perintah ayahnya setelah terkatungkatung dilautan dan melewati banyak negeri selama bertahun-tahun, sampailah di Pulau Lombok tepatnya di lokasi yang bernama Ujung Bayan. Disana mereka memulai kehidupan barunya dengan cara hidup yang sangat sederhana seraya belajar dari alam. Setelah ribuan tahun (bapuluh hatus warsa artinya berpuluh ratus tahun) pemukiman semakin padat dan makanan makin terbatas karena jumlah penduduk kian berkembang maka mereka membangun sebuah tempat baru yang bernama Desa Laeq. Laeq kemudian tumbuh menjadi desa yang makmur. Dari desa Laeq ini kemudian pada suatu waktu sebagian penduduknya secara serempak menyebar ke berbagai tempat di pulau Lombok diantaranya ke negeri Sasak atau pulau Lombok bagian barat. Perpindahan penduduk dari desa Laeq ini dikarenakan adanya serangan suatu wabah endemik. Babad Lombok menganggap wabah itu berasal dari rombongan pelaut pelarian dari Negeri Yaman atau Talpaman ketika awal proses Islamisasi di negeri Arab. Setelah banyak yang mati dan kewalahan sebagian penduduk desa Laeq mengungsi ke berbagai tempat seperti Sasak, Pejanggik, Langko, Pengantap, Bayan, Tebango, dan sebagian membangun desa baru yang berkembang menjadi kerajaan Pamatan yang nantinya menjadi cikal bakal kerajaan Lombok.19 Memperhatikan peristiwa tersebut, yakni sewaktu mulai tumbuhnya agama Islam di negeri Arab artinya perpindahan penduduk dari desa Laeq ini ke penjuru Lombok termasuk ke Lombok bagian barat terjadi pada abad ke-7 M.

19

Lihat Babad Lombok

14

Orang-orang dari desa Laeq yang menyingkir ke negeri Sasak ini nampaknya menjadi cikal-bakal penduduk awal pulau Lombok bagian barat termasuk di wilayah Mataram sekarang. Setelah sekian lamanya penduduk ini kemudian membentuk pedukuhan-pedukuhan yang nantinya berkembang menjadi desa-desa. Beberapa desa nantinya terkonsolidasi menjadi kedatuan-kedatuan atau kerajaan kecil. Hingga datangnya Islam pada awal abad ke 16 di wilayah Mataram terdapat dua entitas Sasak yakni Kedatuan Pejarakan dan sebuah kota pemerintahan pusat kerajaan Sasak di wilayah Cakranegara sekarang, yang ketika itu mereka masih beragama Budha. Dalam naskah-naskah kuno yang disebut sebagai Negareng Sasak atau negeri Sasak dahulunya adalah Pulau Lombok bagian barat menurut nama sebuah kerajaan besar yaitu kerajaan Sasak yang berpusat di wilayah Mataram sekarang yang pernah menguasai wilayah Pulau Lombok bagian barat. Kerajaan Sasak ini bahkan mungkin pernah mempunyai pengaruh di seluruh Pulau Lombok sehingga penduduk pulau ini dikenal dengan orang Sasak atau suku Sasak; sedang sebutan negeri Lombok dahulunya adalah untuk menyebut Pulau Lombok di ujung bagian timur menurut nama kerajaan besar yang pernah eksis di sana yang ibukotanya di Teluk Lombok sekarang. Kemasyhuran dua kerajaan ini membuatnya termasuk yang menjadi target Majapahit untuk ditundukkan. Kitab Negara Kertagama atau Decawarnana mencatat: Muwah tang Gurun Sanusa ri Lombok Mirah lawantikang Sasak Adi nikalun kehayian kabeh muwah tanah I bantayan Pramuka Bantayan len Luwuk teken Udamakatrayadhi nikayang sanusa pupul. Gelombang selanjutnya yang nantinya menjadi penduduk wilayah Mataram adalah berasal dari anggota rombongan ekspedisi pengislaman Negeri Sasak. Ekspedisi ini adalah kelanjutan dari tahapan pengislaman pulau Lombok yang dipimpin oleh Sunan Prapen sekitar tahun 1545 M yang berbasis di ibukota Kerajaan Lombok di teluk Lombok Lombok Timur. Dari sana ekspedisi-ekspedisi disebar ke seluruh penjuru Pulau Lombok. Yang bertugas mengislamkan Negara Sasak adalah dari laskar Kerajaan Lombok dibantu laskar Jawa termasuk Laskar Mataram yang

15

dipimpin oleh Ratu Madura dan Ratu Sumenep bersama para muballigh. Kerajaan Sasak berhasil diislamkan kecuali Pejarakan masih tetap Budha kala itu. Untuk membina wilayah yang telah diislamkan ini maka beberapa dari Laskar Lombok dan mubaligh Jawa yang turut dalam misi ini memilih atau atas perintah kerajaan untuk tinggal di wilayah Mataram sembari menggarap lahan yang subur dan relatif masih kosong ini. Langkah ini nampaknya menjadi bagian dari strategi Kerajaan Lombok (yang nantinya menjadi kerajaan Selaparang) dalam rangka klaim sebagai wilayah pengaruhnya atas wilayah-wilayah yang telah diislamkan sekaligus meneruskan misi untuk mengislamkan Pejarakan yang masih memeluk agama Budha. Pemukimpemukim ini menempati beberapa tempat yang nantinya berkembang menjadi pedukuhan-pedukuhan seperti Ampenan, Perigi, Kampung Jawa/Mataram, Pajang dan pemukiman lain sepanjang kali ancar. Mereka ini menjadi embrio pemukimanpemukiman Selaparang di wilayah ini. Secara berangsur-angsur mereka didorong oleh pihak kerajaan juga mengajak keluarga dari desa asal untuk membangun perkampungan di wilayah yang mereka tempati yang nantinya menjadi cikal-bakal desa-desa Sasak di wilayah Mataram seperti Parigi, Dasan Agung, Pagutan, Karang Genteng, Rembige, Gubug Mamben dan lain-lain tempat yang penduduknya berbahasa Sasak dialek NgenoNgeni menggunakan dialek Selaparang. Untuk memantapkan posisi ini nantinya Selaparang sebagai penerus kerajaan Lombok juga menempatkan kerabat-kerabatnya memimpin komunitas-komunitas yang mulai tumbuh dan berkembang tersebut. Selaparang juga membangun desa pelabuhan diujung barat yakni Ampenan. Termasuk dalam gelombang migrasi era ini adalah penduduk yang nantinya menjadi Desa Sekarbela dan sekarang menjadi sebuah nama salah satu kecamatan di Kota Mataram. Kedatangan pertama pemukim Sekarbela diperkirakan mulai pada sekitar 1025 H atau Tahun 1603 M. Jumlah pemukim awal ini terdiri atas 41 orang berasal dari Selaparang, Masbagik, Sakra, Jerowaru, orang-orang Jawa dan beberapa daerah di Lombok bagian selatan. Kedatangan mereka dipimpin oleh seorang mubaligh yang

16

dikenal dengan Wali Padang Reyak nama anumerta sesuai dengan nama tempat makamnya yang hingga kini dikeramatkan. Daerah yang ditempati pertama oleh pemukim ini adalah di daerah sekitar mesjid Bengaq (Masjid al-Raisiyah sekarang) yang kini masuk dalam lingkungan Pande Mas. Beberapa diantara yang ditokohkan dan menjadi pimpinan mereka diyakini turunan dari senopati atau pepatih kerajaan Selaparang. Generasi kedua dari pemukim pertama ini ada yang kemudian berpindah ke Pagutan Presak dan berkembang keturunannya di sana.20 Mengenai makna yang tersirat dari nama Sekarbela ini ada beberapa pendapat. Satu pendapat mengatakan Sekarbela berasal dari kata bahasa Arab yakni Assyukru dan billah yang kalau digabung menjadi assyukru billah yang artinya bersyukur kepada Allah. Terminologi yang berasal dari bahasa Arab ini kemungkinan berkaitan dengan aspek religious dan sosial masyarakat setempat seperti: sebagai ungkapan rasa syukur karena di daerah baru ini mereka mendapat kemudahan hidup sebab alamnya yang subur dan serta mendapat kecukupan rezeki. Selain itu sebagai ungkapan rasa syukur sebab memperolah kemudahan dalam mengembangkan ajaran Islam.21 Pendapat lain mengatakan bahwa Sekarbela berasal dari akar kata Sekar yang berarti bunga atau kusuma bangsa yang berbudi dan Bela yang berarti pembela atau pelindung sehingga Sekarbela diartikan dengan kusuma pembela bangsa atau Pahlawan.22 Pengertian ini ada kaitan dengan keperwiraan mengingat sebagian di antara mereka adalah turunan senopati Selaparang yang turut berperang melawan Gelgel di laut Selat Lombok pada tahun 1616 M. dan 1624 M. Dalam era perang melawan Gelgel ini dan sesudahnya sebagai sebuah strategi pertahanan untuk mengamankan sisi barat wilayahnya Selaparang dan Pejanggik kali ini lebih banyak menempatkan prajurit dari pada petani yang biasanya dipimpin oleh orang dari keluarga kerajaan. Selain yang bertempat di Sekarbela, prajurit-prajurit Selaparang juga mendirikan pedukuhan Sukamulia yang kemudian
20 21

Lihat Iskandar, Mengenal Sekarbela Lebih Dekat (Yogyakarta: Mahkota Kata, 2011) Iskandar, Mengenal... 22 Wawancara dengan Abdul Hanan M Noor, Agustus, 2011.

17

berkembang menjadi pemukiman Sasak di Pagutan.23 Selain itu prajurit-prajurit dari Selaparang dan Pejanggik juga memperkuat desa Dasan Agung dan berketurunan di sana.24 Selain desa-desa tersebut, hingga permulaan abad ke XVIII distrik Sasak yang terkemuka di wilayah Mataram ini adalah Ampenan, Pejarakan dan Cariding.25 Sejak permulaan abad ke XVIII secara bergelombang ratusan keluarga bermigrasi dari Bali terutama Karangasem berdatangan menuju Lombok. Babad Selaparang mencatat kedatangan pertamakali orang-orang Bali ini dan mendarat di Ampenan pada Isaka sepaha kawan dasa tiga atau 1643 Saka26 atau 1721M, sedang naskah Bali mencatat 1720. Dari tahun 1721 M itu gelombang migrasi ini membangun desa-desa di Lombok Barat yang terdiri dari kumpulan beberapa keluarga. Desa-desa baru tersebut antara lain: Pagesangan, Pagutan, Singasari Mataram, Kediri dan Sengkongo. Semua desa-desa ini tetap berinduk ke Karangasem namun sebagai koordinator mereka di wilayah baru ini adalah Singasari. Puri Mataram dibangun tahun 1740 M-1744 M. disebut Puri Kanginan Metaram. Untuk memperkuat rasa persatuan mereka maka pada tahun 1744 M. di Singasari (Cakranegara sekarang) dibangun Pura Meru sebagai tempat pemujaan dan pemersatu seluruh keluarga Karangasem dan masyarakat Hindu di Pulau Lombok.27 Setelah itu dengan semakin berkembangnya desa-desa di wilayah Mataram ini menjadi kota-kota yang mandiri baik secara sosial, ekonomi maupun politik menarik minat penduduk-penduduk dari Lombok Tengah dan Lombok Timur untuk datang ke wilayah Mataram. Selain petani banyak dari mereka itu adalah orang-orang yang memilki keahlian professional seperti ahli perundagian, kerajinan dan sebagainya yang nantinya membangun perkampungan seperti Karang Kelok, Kamasan, Karang Mas-mas, Karang Tatah, Karang Sukun, Karang Bedil, Getap,
23 24

Lihat Fath Zakaria. Wawancara dengan Sahnan, September 2011. 25 Lihat Babad Lombok 26 Babad Selaparang, Pupuh 35 27 Lihat AA. Ktut Agung

18

Karang Kemong, Karang Tapen, Seganteng. Berangsur-angsur selain dari bekas wilayah Selaparang datang juga penduduk dari wilayah Pejanggik dan Lombok bagian tengah pada umumnya. Beberapa keluarga dari Ungga, Darek dan Ranggagate nantinya membuat perkampungan Petemon. Penduduk Kedemungan Tempit Truwai Lombok tengah mengisi tempat yang bernama sama yaitu Tempit di Ampenan. Begitu juga, dari Marong membangun dusun Marong Karang Baru, Krekok di Dusun Krekok Rembiga. Penduduk dari Kelayu Lombok timur nantinya bermukim di Punia Karang Kelayu, dari Saba di Punia Saba, asal Kateng Praya Barat bermukim di Punia Karang Kateng sedang dari Pademara Lombok Timur, Mangkung Lombok Tengah dan Gerung banyak mengisi lokasi yang kini dikenal sebagai Punia Jamak.28 Termasuk dari Taliwang Sumbawa membangun Desa Taliwang. Ampenan semula adalah desa nelayan kecil. Sesuai dengan namanya Ampenan berasal dari kata ampen yang berarti benang pancing ditambah akhiran an. Jadi Ampenan adalah tempat pemancingan atau tempat mencari ikan yang cukup baik. Pemukiman orang Sasak pertama disini adalah Otak Desa atau pusat desa dan kebon Roweq. Ketika peperangan melawan Gelgel awal abad 17 Pejanggik menempatkan prajurit yang sebagian besar berasal dari Kedemungan Tempit dan membangun pedukuhan Tempit. Dengan semakin berkembangnya Pelabuhan Ampenan nampaknya mengundang juga kelompok-kelompok pemukim dari berbagai tempat di pulau Lombok. Mereka membangun kampung Karang Panas, juga dari desa Sukaraja (sekarang termasuk kecamatan Jerowaru) yang nantinya membangun kampung yang menjadi cikal desa Sukaraja Ampenan. Penduduk dari desa Sintung Pringgarata membangun kampung Sintung, dan sebagainya. Selain itu perkembangan Ampenan menarik orang-orang dan para pedagangpedagang dari Nusantara dan mancanegara untuk datang. Seperti orang Jawa, Banjar, Melayu, Bugis, Arab bahkan orang-orang Eropa. Sebagian dari mereka kemudian menetap dan membangun pemukiman dan memberikan nama sesuai dengan asal-usul
28

Wawancara dengan L. Sri Muhlisin W, Agustus 2011

19

mereka seperti kampung Arab, kampung Bugis, kampung Banjar, kampung Melayu dan lainnya. C. Sejarah Politik dan Pemerintahan. Nampaknya setelah pindah dari desa Laeq sampai di dataran Pulau Lombok bagian barat ini mereka membangun pemukiman yang terpencar-pencar. Pemukimanpemukiman ini selama hampir dua abad seiring dengan bertambahnya penduduk berkembang menjadi pedukuhan-pedukuhan dan selanjutnya berkembang menjadi desa-desa. Beberapa desa terkonsolidasi menjadi kedatuan-kedatuan atau kerajaan kecil. Kerajaan kecil (Kedatuan) yang kuat nantinya mempersatukan kedatuankedatuan lainnya menjadi sebuah kerajaan. Di wilayah kota Mataram sekarang ini dahulunya pernah eksis dua entitas politik yakni Kedatuan Pejarakan dan Kerajaan Sasak. Pusat Kedatuan Pejarakan berada di kampung Pejarakan sekarang yang kini termasuk dalam wilayah Kelurahan Pejarakan Karya kecamatan Ampenan. Kerajaan Sasak sendiri menurut Sugianto Sastrodiwirya berpusat di sekitar Cakranegara sekarang.29 Sedang P. De Roo De La Faille memperkirakan pusat Kerajaan Sasak ini berada di barat daya Pulau Lombok30. Nampaknya Kerajaan Sasak yang berpusat di sekitar wilayah Cakranegara sekarang ini pada abad ke IX telah mendapatkan supremasi dari kerajaan-kerajaan lainnya terutama di Lombok bagian barat sehingga nantinya wilayah barat ini dikenal dengan Negareng Sasak atau Negeri Sasak. Bahkan kemungkinan besar Kerajaan Sasak ini pernah berkuasa atas seluruh Pulau Lombok (sebelum munculnya kerajaan Lombok di ujung timur pada abad ke 13 M. yang berkuasa atas pulau Lombok bagian timur) sehingga penduduk pribumi Pulau Lombok dikenal dengan suku Sasak dan Pulau Lombok dikenal pula sebagai Nusa Sasak. Kerajaan Sasak diperkirakan eksis

29 30

Lihat Sugiano Sasridiwiryo, Lihat Sejarah Daerah NTB.

20

sejak abad ke IX31 hingga Abad ke XVIII.32 Eksistensi kerajaan Sasak dapat kita temukan dalam berbagai sumber baik sumber Bali, Jawa maupun di Lombok sendiri. Pada abad ke XI Kerajaan Sasak pernah berperan penting dalam hubungannya dengan Bali. Di Bali eksistensi Kerajaan Sasak ini diabadikan dalam dalam sebuah kentongan perunggu yang kini tersimpan di Pujungan Tabanan Bali dengan tulisan yang berbunyi Sasak dana prihan, srih jayanira, artinya: Atas bantuan Negara Sasak sehingga tercapai kemenangan. Piagam tersebut berasal dari Abad XI, pada masa itu di Bali terjadi kemelut di mana Kerajaan Warmadewa yang dipimpin oleh Dharmodayana dan Istrinya Sri Gunapriya Dharmapatni sedang menghadapi tantangan dari orang-orang Bali Aga. Besar kemungkinan yang dimaksud oleh piagam tersebut adalah bantuan militer dari kerajaan Sasak kepada kerajaan Warmadewa untuk menghadapi orang-orang Bali Aga sehingga tercapai kemenangan. Selain bantuan militer dari Sasak, maka untuk membangun kembali keseimbangan dan keharmonisan akibat hubungan yang sempat retak tersebut diperlukan sentuhan religius dan kebijaksanaan seorang Resi maka pada tahun 1009 M raja Warmadewa mendatangkan Mpu Kuturan dari Daha di tanah Jawa untuk menjembatani perbedaan-perbedaan yang menjadi pemicu pertentangan tersebut. Kerajaan Warmadewa telah menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Sasak sejak awal, bahkan kuat dugaan raja-raja kerajaan Warmadewa memiliki satu silsilah dengan kerajaan Sasak. Dalam prasasti Blanjong di Sanur berangka tahun 913 M. yang menyebutkan nama seorang raja yaitu Kaesari Warmadewa yang lokasinya di sekitar Sanur. Kaesari dianggap sebagai generasi pertama dari dinasti Warmadewa sampai keruntuhannya dinasti ini akibat invasi Majapahit 1343 M. Menurut Pandhit Sasri raja ini kemungkinan seorang raja asing yang membawa ekspedisi militer dan menaklukkan penduduk setempat (Pandit Sashri). Menurut Sugianto Sastridiwiryo kemungkinan raja itu adalah salah seorang anggota keluarga Warmadewa yang

31 32

Monografi Daerah NTB, h. 13. Lihat Babad Lombok

21

berkuasa di Kamboja.33 Namun menurut penulis menghubungkan Kaesari dengan Kamboja adalah terlalu jauh dan dipaksakan, sedang dalam silsilah Raja-Raja Selaparang tertera nama Pangeran Kaesari yaitu saudara dari Prabu Turunan atau dikenal dengan Demung Mumbul atau Batara Mumbul menurut tempatnya bertahta di Karang Mumbul di Lombok.34 Jadi yang kuat dugaan raja Kaesari Warmadewa tersebut adalah Pangeran Kaesari saudara Batara Lombok, nama yang sama nantinya dipakai kembali oleh Raja Lombok yang pertama masuk Islam atau raja pertama Selaparang yaitu Prabu Kaesari atau Prabu Rangkesari.35 Jadi ketika terjadi peristiwa Bali Age awal abad ke XI di atas yang mana pada saat tersebut dinasti Warmadewa ini baru berumur 90 tahun maka hubungan kekerabatannya dengan Sasak tentu masih sangat kuat (baru pada tingkat generasi keempat) sehingga Sasak memiliki tanggungjawab moril untuk membantu Warmadewa. Piagam kentongan Perunggu menjadi pengiling-iling peristiwa monumental tersebut. Kini kentongan tersebuat dianggap mempunyai kesaktian dan lambang kejayaan. Hal ini nampaknya sejalan dengan pendapat seorang budayawan ahli sastra Kawi (Jawa Kuno) yang juga dan seorang tokoh pedalangan Sasak yaitu Ki Sadarudin mengartikan juga kata-kata di kentongan tersebut dengan: benda ini adalah pemberian dari Negara Sasak pada masa kejayaannya.36 Pada abad ke XIV ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajahmada bercita-cita besar untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara. Cita-cita besar itu dikenal dengan Sumpah Palapa yang termaktub dalam Kitab Negara Kertagama atau Decawarnana. Di antara kerajaan-kerajaan yang dicita-citakan untuk ditaklukkan adalah Kerajaan Lombok dan Kerajaan Sasak. Kemashuran dan kebesaran dua kerajaan ini diakui oleh Majapahit sehingga dalam Kitab Negara Kertagama Kerajaan Sasak dijuluki Sasak Adi artinya Sasak yang
Lihat Sugianto Lihat L. Lukman. 35 Penggunaan kembali nama orang dari generasi terdahulu oleh orang dari generasi sesudahnya dalam satu garis kekerabatan adalah hal yang lazim dalam masyarakat Sasak sejak dahulu hingga kini. 36 Wawancara dengan Ki Sadarudin, Agustus 2011.
34 33

22

besar, sedang Kerajaan Lombok dijuluki Lombok Mirah untuk menunjukkan keindahan dan kekayaan alamnnya. Untuk merealisasikan cita-citanya sekitar tahun 1344 M Majapahit menyerang Kerajaan Lombok yang menyebabkan kotaraja Lombok mengalami kerusakan hebat dan keluarga raja sempat mengungsi ke dalam hutan tetapi tidak terdapat bukti Majapahit menyerang Kerajaan Sasak kecuali mengirim Pendeta Gurendah untuk menyebarkan agama Weratsari di sana. Tentu Majapahit mempunyai pertimbangan taktis tertentu misalnya kondisi kerajaan Sasak saat itu yang sedang maju, dan memiliki pengaruh yang besar, sehingga akan lebih baik kerajaan Sasak dibuat sebagai mitra dalam membangun kekuatan dan menguasai perdagangan di wilayah timur pulau Jawa. Setelah hampir dua abad kemudian yakni awal abad ke XVI Kerajaan Sasak mengalami ketegangan dan konflik selama hampir sepuluh tahun dengan Gelgel Bali sekitar tahun 1520 M hingga 1530 M. Kerajaan Gelgel adalah pengganti kerajaan Warmadewa berkuasa atas seluruh Bali setelah Majapahit mengalahkan Ratna Bumi Banten Raja Bali dari dinasti Warmadewa terakhir pada invasi tahun 1340 M. Majapahit kemudian menempatkan Sri Kresna Kepakisan yang berasal dari desa Pakis di Majapahit sebagai penguasa Bali pada tahun 1352 M dengan status Adipati Majapahit. Saat konflik Sasak-Gelgel ini terjadi di Kerajaan Sasak sedang memerintah Sri Aji Krahengan sedang di Gelgel memerintah Dalem Weturenggong generasi ketiga dinasti Kepakisan. Konflik ini bermula ketika raja Dalem Waturenggong mencoba menyerang Kerajaan Sasak dalam sebuah ekspedisi militer pada tahun 1520M. Serangan ini gagal total.37 Serangan ini adalah bagian dari langkah defensive ekspansif yang coba ditempuh oleh Gelgel. Dalam semangat sebagai pewaris tradisi Majapahit setelah Majapahit runtuh dan sebagian besar wilayahnya satu persatu diislamkan oleh Demak dilanjutkan oleh Pajang dan selanjutnya Mataram, Gelgel kemudian tumbuh menjadi kerajaan yang merdeka dan merasa sebagai pemegang tanggungjawab atas amanat
37

Lihat, Sugianto....

23

itu. Dalam semangat itu Gelgel mulai cemas dengan semakin tinginya intensitas islamisasi yang sudah hampir mencapai ujung timur pulau Jawa dan gerakan yang sama diperkirakan akan muncul pula dari sebelah timur di pulau Lombok dengan mulai munculnya Islam disana meski secara keseluruhan saat itu Lombok masih memeluk agama Hindu. Belajar dari peristiwa di Jawa sejak jatuhnya Majapahit oleh Kerajaan Islam Demak dan seterusnya itu maka untuk menjamin eksistensi dirinya Gelgel menjalankan strategi buffer state atau negara penyangga yakni pola dengan jalan mencoba menguasai Negara-negara di sekitarnya yang dianggap satu tradisi. Untuk mengamankan sayap barat maka Gelgel menguasai Blambangan sedang untuk mengamankan sisi timurnya pada tahun 1520 M Gelgel berusaha menguasai pulau Lombok dengan menyerang Kerajaan Sasak. Dalam penyerangan tersebut Blambangan berhasil dikuasai tapi gagal di Lombok. Dengan ekspedisi militer ke kerajaan Sasak tahun 1520 M itu hubungan Gelgel dengan Sasak menjadi memburuk. Dalam tahun-tahun berikutnya kerajaan Sasak membalas dengan menyerang posisi-posisi Gelgel di sepanjang pantai timur Bali. Tekanan-tekanan Sasak semakin intensif dan memuncak pada tahun 1530. Karena hampir terus menerus mengalami kekalahan Gelgel menjadi resah terlebih ada rasa gentar karena Gelgel menganggap Sri Aji Krahengan Raja Sasak itu adalah sosok yang sangat sakti, dapat berubah-rubah bentuk dan mampu terbang. Untuk itu Gelgel mencoba mengatur kembali siasatnya. Kondisi ini lalu disampaikan oleh Weturenggong kepada Danghyang Nirartha sang pendeta tertinggi kerajaan (Baghawanta) Gelgel atau dikenal dengan nama Mpu Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rawuh yang waktu itu telah berusia cukup lanjut yakni sekitar 80 tahun. Setelah dilakukan pembicaraan yang cukup panjang dan mendalam di istana Gelgel, Nirartha mengusulkan ditempuhnya jalan perdamaian dan untuk itu dengan mempertimbangkan sangat gentingnya permasalahan ini dan kapasitas raja Sasak yang bernama Sri Aji Krahengan itu maka ia sendiri bersedia sebagai utusan untuk menjalankan misi ini. Setibanya perahu Dang Hyang Nirartha mencapai dan mendarat di Ampenan ia bergerak beberapa kilometer ke arah Timur dan Nirartha tiba di pusat kerajaan

24

dimana Sri Krahengan bertahta yaitu sekitar Cakranegara sekarang. Sebagaimana lazimnya penyambutan terhadap seorang brahmana tinggi dan utusan raja, Krahengan menjemput dan memperlakukan sang Brahmana dengan semestinya. Dalam pembicaraan, Nirartha menekankan pentingnya persahabatan antara kedua raja ini, sambil memberikan contoh-contoh peristiwa betapa kini keadaan di Jawa telah mengalami kehancuran di pusat-pusatnya karena para raja itu saling memusuhi, perang terus berlanjut. Krahengan raja Sasak ini dapat memahami permasalahan ini meski ada satu syarat yang ia tolak keras.38 Sejak itu Sasak dan Gelgel berdamai, bahkan setelah Sasak tidak lama setelah itu memeluk Islam. Perdamaian ini nampaknya bertahan untuk jangka waktu yang sangat lama hingga hampir satu abad. Baru kemudian tahun 1616 dan 1624 Gelgel dan Selaparang yang saat itu berkuasa atas sebagian besar Pulau Lombok terlibat dalam perang besar. Momentum penting pertemuan diplomatik membangun persahabatan yang membuahkan perdamamain antara Gelgel yang diwakili oleh Danghyang Nirartha dan Sasak diwakili langsung oleh Sri Aji Krahengan atau perjanjian persahabatan Bali-Sasak ini terjadi pada bulan Kartika 1452 Saka/ Oktober 1530 M39 dan karena peristiwa ini memiliki nilai sejarah yang penting maka patut diabadikan dengan sebutan Perjanjian Aji Krahengan. Momentum raja Krahengan kedatangan misi diplomatik dari Gelgel yang dipimpin oleh Danghyang Niratha pada bulan oktober 1530 M dalam tulisan di atas memberikan gambaran, diantaranya: 1. Hal ini menunjukkan Kerajaan Sasak di bawah pemerintahan Sri Aji Krahengan adalah berpusat di Cakranegara sekarang ini. Pada saat Sri Aji Krahengan menjadi raja Sasak pada saat yang sama di kerajaan Lombok yang berpusat di Lombok timur dipimpin oleh Prabu Rangkesari.

38 39

Lihat, Sugianto... Sugianto...

25

2. Peristiwa yang di muat dalam naskah kuno Dwijendra Tatwa dan Babad Dalem (keduanya naskah Bali) ini menepis klaim sepihak dari berbagai tulisan baik di Bali yang kemudian dijadikan acuan oleh penulis-penulis asing, nasional termasuk penulis lokal, bahwa sejak tahun 1520 M. Bali telah berkuasa atas Lombok dan Sumbawa. Saat itu kerajaan Sasak masih tegak sebagai kerajaan merdeka dan disegani terbukti dengan terdesaknya Gelgel dalam banyak pertempuran dan Gelgel menurunkan sang Baghawantha (pendeta tertinggi kerajaan) Dang Hyang Nirartha yang bukanlah orang sembarangan yang mendekati Krahengan untuk menawarkan perdamaian. Dalam Babad Lombok terdapat keterangan bahwa pada tahun 1545 M Pangeran Prapen beserta rombongan ekspedisinya telah mendarat di timur laut Pulau Lombok di Salut dan Sambelia kemudian terus ke Kerajaan Lombok di teluk Lombok. Di Kerajaan Lombok ia berhasil mengislamkan Prabu Rangkesari dengan langkah-langkah persuasif dan Rangkesari mendapatkan tanggungjawab untuk mengislamkan raja-raja yang lain. Awalnya keputusan Raja Rangkesari memeluk Islam ini ditentang oleh raja-raja bawahannya namun dengan sedikit tekanan akhirnya mereka menerima Islam. Berbasis di sini misi-misi pengislaman diteruskan ke kerajaan-kerajaan lain di pulau Lombok dan pulau Sumbawa bahkan ke Gelgel Bali. Karenanya selain diikuti para mubaligh ekspedisi ini didukung oleh laskar Lombok dan Jawa yang terbukti nantinya berguna di banyak tempat yang menolak masuk Islam dengan cara persuasif. Untuk mengislamkan Negara Sasak dan wilayah pengaruhnya bersama para mubaligh didukung oleh Laskar Lombok dan Jawa di bawah komando Ratu Madura dan Ratu Sumenep yang mendapat tugas. Dengan mudah Negara Sasak dapat dislamkan kecuali Pejarakan yang masih tetap memeluk agama Budha kala ini. Raja-raja beserta pengikutnya dari seluruh pulau Lombok yang telah memeluk Islam seperti Paroa, Langko, Pejanggik, Bayan, Sokong termasuk Raja Sasak dan lainnya selanjutnya berkumpul di ibukota Lombok untuk mendapat

26

pendalaman ajaran Islam dari Pangeran Prapen selama 4 bulan lamanya.40 Setelah itu Pangeran Prapen melanjutkan misi ke Pulau Sumbawa. Nampaknya selama berada di Kotaraja Lombok raja-raja tersebut telah berhasil membangun komitmen bersama untuk membentuk sebuah entitas politik supra kerajaan dalam bentuk kuasa federasi yang longgar sebagai payung untuk menjamin kepentingan bersama dalam spirit agama Islam, agama baru mereka. Untuk itu mereka bersepakat menunjuk Kerajaan Lombok dengan Rajanya Prabu Rangkesari sebagai pemimpin di antara mereka dengan status primus inter pares (yang terkemuka dalam kesedarajatan). Sebuah fenomena monumental baru saja terjadi dan Lombok mulai menapaki zaman baru. Untuk pertamakalinya dalam perjalanan sejarahnya Pulau Lombok mengalami unifikasi agama dan politik. Agama Hindu yang sebelumnya dominan dipeluk oleh penduduk Lombok, sebagian Budha telah berganti menjadi agama Islam kecuali Tebango, Pejarakan, Ganjar dan Pengantap (dua dari desa ini yaitu Tebango dan Ganjar hingga kini masih memeluk agama Budha). Untuk meneguhkan era kesatuan agama dan politik ini Raja Rangkesari setelah bermusyawarah dengan para punggawanya beserta raja-raja lainnya seperti: Sasak, Sokong, Bayan, Parwa, Langko, Pejanggik dan lainnya akhirnya memutuskan untuk membuat ibukota baru. Dipilhlah suatu tempat yang lebih strategis arah barat daya teluk Lombok suatu tempat yang subur banyak air dan sumber makanan dan berada di ketinggian sehingga dari sini dengan cepat dapat melihat musuh, sebuah tempat yaitu Watuparang. Kemudian kota ini diberi nama Selaparang yang dalam perkembangannya menjadi kerajaan besar.41 Setelah keikusertaannya dalam musyawarah besar pembentukan kerajaan Selaparang ini kita belum menemukan lagi khabar mengenai kerajaan Sasak ini termasuk bagaimana berakhirnya, yang pasti Sasak selanjutnya menjadi penyebutan etnis yang mendiami pulau Lombok. Nampaknya setelah itu Kerajaan Sasak perlahan-lahan mengalami kemunduran besar mungkin akibat pertikaian internal
40 41

Babad Lombok, pupuh 819 Lihat Babad Lombok.

27

yang serius yang mengakibatkan kehancurannya. Nantinya di kawasan bekas ibukotanya ditemui sebuah kota bernama Cariding. Mengisi kemunduran Kerajaan Sasak ini Selaparang menempatkan rakyatnya di hampir semua bagian bekas wilayah ini. Mulai dari bagian selatan terus ke utara seperti Gerung, Kediri, Pagutan, Sekarbela, Dasan Agung, Rembiga sampai di Sesela (Gunungsari sekarang). Di Gerung bahkan Selaparang menempatkan kerabatnya dengan status Demung yang dikenal dengan Demung Dodokan. Ampenan yang awalnya sebuah pedukuhan nelayan kecil yang di sana telah ada embrio pemukiman Selaparang, di awal abad ke 17 dibangun oleh Selaparang menjadi pangkalan untuk keperluan militer di wilayah barat. Hal ini dilakukan Selaparang untuk merespon kondisi karena pada tahun 1616 M Gelgel menyerang Selaparang. Setelah persiapan selama 6 tahun dan merasa cukup siap dari pangkalan ini Selaparang menyerang balik Gelgel pada tahun 1624 M. Di selat Lombok dua armada militer yaitu Gelgel dan Selaparang bertempur dengan dahsyat membela negara dan kehormatannya masing-masing. Peperangan ini berakhir dengan perdamaian. Seusai perang sebagian laskar Selaparang memilih tinggal di wilayah ini sekaligus menjaga wilayahnya. Setelah itu Ampenan mulai berkembang menjadi pelabuhan dagang. Menjelang kedatangan Karangasem di wilayah Mataram masih berdiri Kerajaan Pejarakan dan Cariding42 dan desa-desa yang berinduk ke Selaparang. Pada tahun 1721 M orang-orang Karangasem mendarat di Ampenan, mereka lalu menyerang kota, selanjutnya menyerang Pejarakan dan dilanjutkan dengan serangan ke Cariding. Perebutan ketiga distrik ini diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Nantinya Ampenan tetap berkembang menjadi pelabuhan yang ramai, Pejarakan rusak berat hingga hanya tinggal menjadi kampung kecil yang tak berarti. Sedangkan Cariding nampaknya hancur sama sekali dan diduduki oleh Karangasem, sehingga hilang dari peta sejarah dan di sana Karangasem mendirikan kotabaru yang
42

Babad Lombok

28

diberi nama Karangasem-Sasak Singasari. Kata Sasak dalam nama kota baru ini tentu dimaksudkan untuk mengenang bahwa disekitar tempat tersebut dahulunya merupakan ibukota kerajaan Sasak atau bahwa kota tersebut berada di negeri Sasak. Belakangan kota Karangasem-Sasak Singasari atau biasa disingkat dengan Singasari pada tengah abad ke 19 berganti nama menjadi Cakranegara hingga saat ini. Puri Singasari selesai dibangun pada tahun 1728 M yang secara resmi disebut Puri Karangasem-Sasak Singasari dan Puri Metaram dibangun tahun 1740M selesai tahun 1744M dan disebut Puri Kanginan Metaram. Untuk mempertebal rasa persatuan mereka maka di tahun 1744 di Singasari dibangun Pura Meru sebagai tempat pemujaan dan pemersatu seluruh keluarga Karangasem dan masyarakat Hindu umumnya di pulau Lombok.43 Kedatangan orang-orang dari Karangasem ini memanfaatkan momentum perpecahan di antara kerajaan-kerajaan di Lombok terutama antara Selaparang dengan Pejanggik yang notabene dua entitas yang masih satu keturunan dan keduanya sedang memegang hegemoni di hampir seluruh pulau Lombok. Perpecahan ini timbul karena beberapa tahun sebelumnya Pejanggik memberikan perlindungan politik kepada seorang senapati yang paling dicari oleh Selaparang yang telah dijatuhi hukuman karena suatu kesalahan. Sejak itu Pemban Meraja Mas Kerthabumi atau Prabu Kerthabumi maharaja Selaparang memutus hubungan diplomatik dan kekerabatan dengan Pejanggik yang saat itu dipimpin oleh Pemban Mas Meraja Kusuma atau Prabu Dewa Kusuma. Beberapa tahun kemudian di internal kedua Kerajaan besar ini mengalami masalah yang serius. Di Selaparang sepeninggal Prabu Anom menantu dan pengganti Prabu Kerthabumi berlangsung konflik laten akibat pengangkatan Prabu Kontala adik raja Seran sebagai Pemangku Raja karena putra Prabu Anom masih kecil-kecil. Prabu Kontala selain kurang cakap statusnya sebagai keluarga raja Selaparang terdahulu dari garis perempuan juga menimbulkan

43

Lihat AA Ktut Agung

29

delegitimasi bagi kedudukannya.44 Di Pejanggik perpecahan ini muncul menjadi perang terbuka dipicu pemberontakan Sang Senopati terhadap Raja Pejanggik Pemban Mas Meraja Kusuma dan Sang Senopati meminta dukungan Bali. Peluang ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh Bali yang memang telah lama menginginkan menguasai Lombok. Dalam kemelut politik yang cukup panjang selama duapuluh tahun yakni dimulai dari tahun 1721 M akhirnya berpuncak dengan runtuhnya Pejanggik sekitar tahun 1736 M dan kemudian Selaparang pada sekitar tahun 1740 M. Keruntuhan dua kerajaan Sasak terbesar yang telah berusia ratusan tahun ini menimbulkan revolusi sosial dan politik yang kedua di pulau Lombok. Tatanan yang telah terbangun selama 200 tahun atau dua abad pada era Selaparang kini hancur. Dinasti-dinasti penguasa lama ada yang bertahan tapi lebih banyak yang tersapu atau tercerai-berai oleh gelombang revolusi ini. Lombok kini memasuki era baru, era yang berlangsung setidaknya untuk satu abad ke depan ketika Lombok masuk dalam hegemoni Belanda. Era ini ditandai tumbuhnya kekuatan-kekuatan baru dan munculnya dinastidinasti politik baru. Beberapa kerajaan kecil yang dahulunya berada di bawah Selaparang dan Pejanggik mendapat kesempatan untuk eksis kembali setelah mereka mampu melakukan konsolidasi-konsolidasi dan membangun konsesi-konsesi dengan kekuatan-kekuatan lain. Hampir sama dengan era pra Selaparang di mana era ini pulau Lombok tidak ada kekuatan yang dominan di mana Lombok terbagi menjadi entitas-entitas politik yang terpecah-pecah, independen dan otonom. Tidak adanya kekuatan yang dominan menyebabkan tidak adanya unifikasi politik di pulau Lombok, masing-masing entitas adalah institusi yang independen sehingga dalam perjalanannya terjadi dinamika yang sedikit rumit. Dinamika-dinamika yang berlangsung terus menerus hampir satu abad
Sebagian pengamat secara keliru menganggap Prabu Kontala ini adalah wakil yang ditempatkan oleh Goa. Tidak pernah ada tanda-tanda atau informasi dari naskah di Lombok, Sumbawa dan Goa yang menyebut adanya pengaruh politik Goa atas Selaparang. Sesungguhnya Prabu Kontala adalah pilihan logis Selaparang karena neneknya dari Selaparang dan setelah figure dari garis keluarga yang lebih dekat tidak bisa dipilih baik karena usia yang masih dibawah umur seperti Raden Riyadi putra Prabu Anom atau karena sudah terputusnya hubungan kekerabatan seperti dengan Pejanggik.
44

30

(1740-1840) terutama 3 dekade awal dan 3 dekade akhir membuahkan konsolidasi konsolidasi politik menjadi kerajaan-kerajaan kecil Sasak (Kedatuan), distrik-distrik Bali yang otonom, distrik-distrik Sasak yang otonom dan desa-desa Sasak yang otonom. Entitas-entitas ini terus tumbuh dan saling bersaing. Peperangan-peperangan sebab kemartabatan atau perebutan wilayah kerap terjadi. Baik antar Kerajaankerajaan Sasak, Sasak dengan Bali juga antar distrik-distrik Bali tersebut. Era ini berlangsung hampir seratus tahun atau satu abad. Hingga akhir era ini beberapa Kerajaan Sasak yang menonjol yaitu: Kuripan, Sokong, Bayan, Praya, Batukliang, Kopang, Rarang, Masbagek, Sakra, Kalijaga, Pringgabaya dan lainnya. Kerajaankerajaan Sasak ini nantinya seringkali ikut campur bahkan terlibat jauh dalam perselisihan-perselisihan dan konsolidasi-konsolidasi politik yang terjadi di wilayah Mataram. Di wilayah Mataram dengan kemajuan yang diperolehnya dengan mana setelah mereka dapat membawahi beberapa desa, desa-desa Karangasem seperti Mataram, Singasari, Pagutan dan Pagesangan kemudian berkembang menjadi distrikdistrik yang otonom. Desa-desa Sasak di wilayah Mataram yang sebelumnya bagian dari Selaparang seperti Sekarbela dan Dasan Agung dengan runtuhnya Selaparang nampaknya kini menjadi desa-desa yang otonom. Pada masa itu distrik-distrik Karangasem ini meski berstatus otonom masih berinduk ke Karangasem Bali. Sejak awal abad ke XIX ketika Karangasem sedang disibukkan dengan peperanganpeperangan dengan kerajaan lain di Bali. Hal ini dimanfaatkan oleh Singasari untuk melakukan konsolidasi antar distrik-distrik Karangasem di wilayah Lombok. Pada tahun 1803 M. Singasari mengambil-alih distrik Sengkongo dan mencaplok distrik Kediri tahun 1804 M. Setelah Karangasem jatuh ke tangan Buleleng tahun 1824 M., dan Rajanya I Gusti Bagus Karang melarikan diri ke Rembige, Singasari semakin berani dan dengan agresif mencaplok Pagesangan tahun 1830 M. Dengan itu Singasari kini meningkat statusnya dari distrik menjadi kerajaan kecil. Memanfaatkan momentum konflik politik di internal keluarga Karangasem, masyarakat Sasak membangun konsolidasi untuk merebut kembali wilayah-wilayah

31

yang sudah dikuasai oleh Bali. Pada tahun 1824 M Sakra yang saat itu di bawah pimpinan Raden Suryajaya yang diperkuat oleh seorang putri bangsawan terkemuka keturunan Raja Pejanggik yaitu Deneq Bini Ringgit dan suaminya Karaeng Manajai beserta putranya Dewa Mas Panji Komala mencoba merebut desa-desa yang dikuasai Karangasem, tapi gagal. Bahkan Sakra banyak kehilangan sebagian desa-desa wilayahnya.45 Desa-desa tersebut kemudian dibagi antara distrik-distrik Bali tersebut yang belakangan sering menjadi pemicu konflik antara mereka. Tahun 1838 M sengketa ini pecah menjadi perang terbuka. Singasari kini terjepit dan ia mendapat perlawanan yang berat karena Mataram bersekutu dengan Pagutan, Pagesangan dan Kerajaan-kerajaan Sasak. Peperangan ini akhirnya dimenangkan pihak koalisi Mataram-Sasak meski dengan harga yang mahal yakni gugurnya Bendesa Mataram. Dengan kemenangan ini, Mataram, Pagutan, Praya, Kopang, Rarang, Sakra dan Kuripan muncul menjadi wilayah yang merdeka, dan mulai diperhitungkan di Pulau Lombok, popularitas semakin meningkat dengan wilayah-wilayah yang semakin luas. Wilayah yang paling luas didapat oleh dua bersaudara putra Raja Kuripan yakni Deneq Laki Batu dan Deneq Laki Galiran dengan mendapatkan sebagian besar bekas wilayah Singasari.46 Dua tahun kemudian, yaitu tahun 1840 M. Mataram menyerang Pagutan. Pada peperangan tersebut pemimpin Pagutan terbunuh, sejak itu Mataram menjadi sebuah kerajaan yang membawahi semua entitas Bali yang ada di Lombok Barat dan terlepas dari Karangasem. Dalam persaingan memperebutkan pengaruh dan wilayah, maka negaranegara kolonial berlomba-lomba memperkuat klaim mereka atas suatu wilayah tertentu. Demikian juga Belanda dalam rangka menguatkan klaim mereka secara internasional bahwa seluruh Nusantara merupakan wilayah kekuasaanya, yaitu dengan rechtitel atau kedudukan hukum yang sah. Dengan ini Belanda mengikat

45 46

Lihat Babad Sakra Lihat AA Ktut Agung

32

perjanjian atau pengakuan dari penguasa setempat, sehingga tidak dapat diambil alih atau digugat oleh kekuatan asing lain. Perjanjian atau pengakuan ini terdiri dari dua bentuk yaitu Politiek Contrak (Perjanjian Panjang) dan Korte Verklaring (Pernyataan Pandek) karena terdiri dari beberapa pasal saja. Perjanjian Panjang biasanya diperuntukkan bagi kerajaankerajaan yang dianggap penting baik secara politik maupun ekonomi, sedang Korte Verklaring sebaliknya diperuntukkan bagi kerajaan-kerajaan yang dianggap kurang penting dari segi politik maupun ekonomi. Status ini dapat berubah sesuai dengan perkembangan keadaan, bahkan dalam keadaan tertentu kerajaan tersebut dihapus sama sekali untuk kemudian dijadikan wilayah Gubernment atau yang diperintah oleh pamong praja Belanda. Perjanjian-Panjang biasanya dimulai dengan Akte van Verband yaitu pernyataan pengakuan dari penguasa setempat bahwa wilayahnya adalah bagian dari Hindia Belanda dengan demikian ia tunduk atasnya. Berdasarkan itu Belanda akan membuat Akte van Bevestiging (akta penetapan), yaitu pengakuan terhadap penguasa tersebut sebagai penguasa atas suatu wilayah tertentu, dan akan dipertahankan sepanjang ia taat kepada Akte van Verband yang dibuatnya atau sepanjang ia masih dianggap masih berguna bagi Belanda. Untuk Pernyataan Pendek biasanya dibuat lebih ringkas dengan tetap memuat dua substansi yaitu pengakuan dan penetapan dalam satu naskah. Dengan cara itu Belanda menancapkan kuku-kuku kekuasannya di Nusantara. Dengan usaha yang sedikit Belanda mendapat banyak keuntungan seperti keuntungan politis dan ekonomis. Di sisi lain meski banyak dari penguasa itu yang melakukannya dengan terpaksa banyak pula yang membutuhkan Belanda untuk alat legitimasi menghadapi pesaing-pesaing internal atau tetangganya. Mereka tidak menyadari bahwa bila ada pertentangan terhadap adanya Akta tersebut maka yang akan menjadi sasaran adalah pihak penguasa tersebut bukan pihak Belanda. Dalam kondisi ini Belanda akan membiarkan konflik tersebut berlanjut hingga masingmasing menjadi lemah bahkan hancur untuk kemudian pada saatnya Belanda akan tampil seolah sebagai Pahlawan yang menyelamatkan keadaan. Dengan itu Belanda

33

dapat dengan leluasa mengambilalih kekuasaan untuk kemudian wilayah tersebut ditempatkan langsung di bawah pemerintahannya. Inilah satu sisi dari Devide et Impera atau strategi adu, pecah dan kuasai itu. Strategi tersebut yang diterapkan Belanda di Lombok. Perkembangan perkembangan di Lombok ini sejak perang Singasari menghadapi Mataram dan Sasak diikuti dengan cermat oleh Belanda. Untuk ini Belanda mengirim bebarapa kali tim pemantau, yang pertama pada Mei 1838 yaitu Mayor Wetter, beberapa bulan kemudian mengirim Kapten A. C. Edeling dan pada Desember 1839 mengirim utusan resmi Huskus Koopman. Penyelidikan di Lombok ini kaitan pula Belanda mulai mewaspadai kegiatan-kegiatan orang Eropa lain yang makin agresif seperti Mads Lange dari Denmark dan G.P. King dari Inggris yang dengan bebas berhubungan dengan penguasa-penguasa setempat. Sebagai daerah yang beberapa tahun sebelumnya diklaim termasuk sebagai wilayah kekuasaanya dan dimasukkan secara sepihak dalam Karesiden Bali Lombok, Belanda merasa terganggu dengan aktifitas mereka karena dapat mementahkan klaim Belanda atas wilayah tersebut dan dapat merugikan kepentingan ekonomi dan perdaganag Belanda. Namun ia belum memiliki kekuasaan yang nyata di Lombok karenanya dia memerlukan rechtitel atas Lombok sebagai alas yang sah bagi kekuasaannya. Maka dia menanti dengan sabar akhir dari perang saudara tersebut tanpa perlu turun tangan meski Singasari sebelumnya pernah meminta bantuannya. 47 Seusai perang di Lombok, maka Belanda mendekati kerajaan-kerajaan di Lombok, kerajaan-kerajaan Sasak juga Mataram yang baru saja memenangkan perang atas pesaing-pesaing Balinya. Kerajaan-kerajaan Sasak nampaknya melakukan penolakan karena menyadari itu berarti tunduk kepada pemerintahan asing yang tidak difahami sementara saat itu mereka tengah berdaulat di atas negerinya sendiri. Tapi tidak demikian dengan Mataram, Mataram yang merasa sebagai entitas asing di bumi Lombok harus terus mewaspadai kekuatan lain di bumi Lombok ini.
47

Lihat AA Ketut Agung

34

Kerajaan-kerajaan Sasak itu yang sewaktu-waku dapat membinasakannya. Terbukti bagaimana mereka dengan mudah hanya dalam beberapa hari dapat menghancurkan Singasari yang awalnya perkasa itu. Selain itu Mataram ingin diakui eksistensinya sebagai kerajaan yang independen terlepas dari Bali. Untuk ini tawaran pengikatan oleh Belanda adalah solusi yang menarik. Maka melalui Korte Verklaring atau pernyataan pendek pada tanggal 7 Juli 1843 M. yang ditandatangani oleh Raja Mataram serta beberapa orang Punggawa di Puri Kanginan Mataram dan Huskus Koopman sebagai wakil resmi Pemerintah Hindia Belanda. Dalam Korte Verklaring tersebut, Mataram memberikan pengakuan resmi bahwa seluruh Pulau Lombok adalah milik Belanda, bahwa Belanda berkuasa atas seluruh pulau Lombok dan Lombok adalah bahagian dari Hindia Belanda. Dengan demikian dalam akta yang sama Belanda mengakui penguasa Mataram sebagai penguasa sebagian wilayah Pulau Lombok tersebut (mungkin maksudnya Lombok Barat). Konsesi-konsesi ini tentu tidak gratis, karena Mataram diikat dan dibebani dengan berbagai syarat ketentuan yang tentu saja menguntungkan Belanda. Bahkan terdapat ketentuan bahwa Belanda dapat mengambil alih langsung pemerintahan di negeri tersebut apabila Mataram tidak setia dan tidak dapat menjalankan syarat dan ketentuan yang telah dibuat.48 Karena tindakan gegabah Mataram ini sejak itu secara de jure pulau Lombok berada dalam genggaman Belanda dan Mataram ditempatkan sebagai bawahan atau kepanjangan tangan Belanda di Lombok. Mataram telah memasukan diri pada sebuah jebakan politik yang serius. Di satu sisi akta tersebut menjadi kekuatan politik Mataram terutama terhadap pesaing-pesaingnya Kerajaan-kerajaan Sasak itu, tetapi sekaligus juga menjadi pintu menuju kehancurannya. Tidak disadarinya ia sedang diadu domba dengan sesama pribuminya dan akta tersebut menjadi alat adu domba yang efektif hingga pada saatnya Belanda dengan mudah menguasai mereka semua.

48

Lihat Alvons Vander Kraan, Naskah Kore Verklaring Mataram dan Belanda tahun 1843.

35

Dengan Korte Verklaring ditangannya Mataram terus melakukan langkahlangkah politik untuk menghancurkan sesamanya baik dengan muslihat-muslihat, mengadu domba antar kerajaan Sasak, pembunuhan-pembunuhan politik dengan tipudaya yang terencana bahkan ada yang berkembang menjadi perang terbuka. Dari tahun ke tahun peristiwa-peristiwa politik ini terus menerus berlangsung, korbankorban berjatuhan, ingatan suram menorehkan luka mendalam membentuk gumpalan bola api yang menunggu saatnya untuk meletus. Dan ketika saat itu tiba Mataram tak kuasa membendungnya, kejatuhannya hanya persoalan waktu. Pada tanggal 7 Agustus 1891, penyerangan pertama dilakukan dilakukan oleh orang-orang Sasak, yang dimotori oleh Praya. Meski awalnya kurang mendapat dukungan dari beberapa pemimpin Sasak lainnya akhirnya inisiatif ini menginspirasi mereka semua terutama setelah mereka membangun komitmen dalam sebuah Musyawarah akbar tokoh-tokoh Sasak. Turut terlibat di dalamnya adalah seorang pemuka Tariqat Naqsabandy Tuan Guru Ali Batu hingga kemudian berkembang menjadi perang sipil meluas, mereka menyebutnya Perang Sabil. Pada 22 September 1891 kekuasaan Mataram telah diruntuhkan hampir seluruhnya.49 Beberapa tahun kemudian Mataram melakukan serangan balasan ke Lombok bagian timur, akan tetapi tidak banyak membuahkan hasil. Pada waktu yang bersamaan yaitu pada Juni 1893 Sekarbela mulai membangun kedudukan pertahanan50 dan menyatakan perang terhadap Mataram, hal ini semakin memperlemah Mataram. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara masyarakat Sasak dengan kerajaan Mataram di Lombok, perkembangannya selalu diikuti oleh Belanda. Selama empat tahun pergolakan ini mengakibatkan semua pihak di Lombok dalam keadaan tidak menentu, ekonomi dan perdagangan tidak stabil. Sebagai orang yang berkepentingan di Lombok, Belanda menunggu kesempatan yang tepat untuk masuk ke daerah yang sedang berkonflik ini. Beberapa tahun sebelumnya Belanda memang
49 50

Lihat Alvons Vander Kraan. Ibid

36

sudah ingin kekuasaan yang lebih nyata di Lombok dengan rencana menempatkan wakilnya di sini karena sejak awal tahun 1880-an mereka mengetahui Lombok adalah daerah yang kaya, dan sangat strategis dalam jalur perdagangan dunia. Dalam laporannya pada 30 Desember 1886, F.A. Lefrinck, memperkuat dugaan bahwa Lombok kaya dan terdapat mineral emas. Untuk itu ia mengusulkan agar Lombok dijadikan daerah pemerintahan langsung Belanda dengan menempatkan pejabat colonial disana.51 Kebijakan baru ini belum dijalankan sampai dimulainya pergolakan di Lombok 1891 karenanya ia menunggu ujung pergolakan ini. Ketika tahun 1894 situasi sudah demikian parah dan tak berdaya akibat perang, Belanda baru datang mencoba mengendalikan situasi, membela Mataram. Surat-surat permakluman dari pemimpin-pemimpin Sasak sebab musabab timbulnya perang tidak menggoyahkannya. Tekanan politik Belanda kepada pemuka Sasak dengan mengirim pasukan dalam jumlah besar ternyata tidak menggentarkan mereka. Malah kemudian pemimpin-pemimpin Sasak memberikan tekanan politik yang kuat kepada Belanda untuk segera memutuskan hubungannya dengan Mataram karena perilakuperilakunya yang tidak terpuji. Hal ini adalah tanggungjawab politik Belanda karena dialah yang mengesahkan Mataram dengan Korte Verklaring tahun 1843 itu. Belanda terpojok dan mulai menyadari kondisi sebenarnya dan ke mana bandul itu mesti bergerak. Mataram semakin melemah dan Sasak semakin kuat, Belanda kini memilih berada di tengah. Menyadari bahwa untuk memperoleh kerjasama dari Pemimpin-pemimpin Sasak Timur adalah perlu membuat konsesikonsesi politik52 maka skema jalan tengah diluncurkan.53 Namun hal yang paling mengecewakan bahwa ia harus melepaskan wilayah-wilayah di Lombok Barat untuk mereka berdiri sendiri membuat Mataram merasa dicampakkan, hingga gelap mata dan melakukan kecerobohan. Kedudukan pasukan Belanda yang berkemah di
51 52

Ibid Lihat Vander Kraan 53 Lihat naskah Perjanjian 1894, Alvon Vander Kraan.

37

lapangan depan Puri Cakranegara yang sebenarnya dimaksudkanuntuk melindungi Puri tempat tinggal raja itu dari serangan pasukan Sasak, pada tengah malam diserang yang menyebabkan banyak anggota pasukan dan beberapa perwira terbunuh. Peluang Belanda untuk pijakan politiknya yang lebih kokoh di Lombok kini terbuka lebar. Peluang untuk menempatkan Lombok sebagai wilayah Gubernment (Pemerintahan langsung Belanda) tidak lagi melalui tangan Mataram (Zelfbesrudeerswapraja) kini mendapatkan momentum, alasannya serangan Mataram atas pasukan Belanda itu. Maka berdasarkan ketentuan pasal 7 Korte Verklaring Mataram 1843 Belanda menganggap cukup syarat untuk mengakhiri perjanjian dengan Mataram. Serangan militer Belanda pada akhir 1894 melumpuhkan Mataram dan berakhir untuk selamanya. Pasca berakhir kekuasaan Mataram ini, sebagai gantinya Pemerintah Hindia Belanda di daerah ditegakkan. Ketentuan ini ditetapkan dengan Staatsblaad (Lembaran Negara) No 181 tahun 1895 tertanggal 31 Agustus 1895. Dalam struktur pemerintahan yang baru ini pulau Lombok diberikan status sebagai wilayah Afdeling yang diatur dengan Staatsblad, No 185 Tahun 1895 dengan sebutan Afdeling van Lombok. Afdeling dikepalai oleh seorang asisten residen ibukotanya di Ampenan. Afdeling Lombok termasuk bagian dari Residentie van bali en Lombok (Karesidenaan Bali dan Lombok) dengan ibukotanya di Singaraja Bali. Dengan Staatsblad N0 185 tahun 1895 itu pula ditetapkan bahwa Afdeling Lombok dibagi menjadi dua wilayah Onder Afdeling yaitu Onder Afdeling van Oost Lombok (Lombok Timur) dengan ibukota di Sisiq (Labuhan Haji) dan Onder Afdeling van West Lombok (Lombok Barat) dengan ibukota Mataram. Onder Afdeling dikepalai oleh seorang Controleur. Tanggal 16 Mei 1895 Residen Dannenbargh membuat keputusan memisahkan pembagian Onder Afdeling Lombok Barat menjadi 4 Distrik yaitu dengan Staatblad No. 185/1895 yakni: Onder Afdeling van west Lombok terdiri dari: 1. Kedistrikan Ampenan dan sekitarnya

38

2. Kedistrikan Gerung 3. Kedistrikan Tanjung 4. Kedistrikan Bayan. Tanggal 30 Juni 1897 Tim Survey yang ditunjuk Residen Liefrink merumuskan pembentukan 36 desa di Lombok Barat dan menunjuk kepada Desa (Pemusungan Kliang). Tanggal 2 Juli 1897 Liefrink melangsungkan pertemuan dimana pemerintahan atas penduduk Bali Lombok dibentuk. Untuk memenuhi sebanyak mungkin hasrat para punggawa maka ia membentuk dan mengangkat 12 punggawa, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Cakranegara Utara Cakranegara Timur Laut Cakranegara Timur Cakranegara Tenggara Cakra Selatan Cakranegara Barat Daya Cakranegara Barat Cakranegara Barat Laut Pagutan Pagesangan Mataram Pemenang

Dengan Stb No 105 /1898 tertanggal 11 Maret 1898, ibukota Afdeling Lombok dipindah dari Ampenan ke Mataram menjadi satu dengan ibukota Onder Afdeling Lombok Barat dan ibukota Afdeling Lombok Timur dipindah dari Sisiq ke Selong. Selain itu Liefrink mengangkat satu dari Punggawa paling terkemuka sebagai kepala penduduk Bali Lombok dengan gelar pepatih. Karena Belanda yang selalu ingin menghemat keuangan berangsur-ansur mengurangi jumlah Punggawa

39

dalam tahun tahun berikutnya. Hingga tahun 1942 hanya ada satu kepala Distrik Bali yaitu Punggawa Cakranegara.54 Dengan jatuhnya Bali (sebagai pusat Karesidenan Bali Lombok) ke tangan Jepang pada tanggal 19 Februari 1942 Jepang tidak langsung mendarat di Lombok. Konsentrasi perhatiannya dicurahkan sepenuhnya terhadap usaha penaklukan pulau Jawa. Tiga bulan berikutnya baru Jepang masuk di Lombok. Selama itu di pulau Lombok seolah-olah terdapat vakum kekuasaan. Pejabatpejabat pemerintah Belanda sibuk mengurus keselamatan diri dan keluarganya, mereka tidak menghiraukan urusan pemerintahan lagi. Maka mengambil momentum itu di Lombok terjadi sebuah peristiwa politik yang penting yang selama terlewatkan dari perhatian sejarah yakni Lombok berkesempatan memerdekakan diri. Untuk mengisi kekosongan pemerintahan itu pejabat-pejabat pribumi mengambil alih pemerintahan. Atas kesepakatan tokoh-tokoh Sasak maka diadakan sebuah pertemuan (konfrensi) yang dihadiri oleh semua kepala distrik di pulau Lombok di bawah koordinasi Mamiq Mustiarep bertempat di Selebung Mantang. Pertemuan diikuti pula oleh pemuka-pemuka Sasak lainnya. Pertemuan (Konfrensi) tersebut menetapkan: Pendirian sebuah Republik yaitu Negara Lombok yang dipimpin oleh seorang Presiden. Untuk Presiden Lombok yang pertama dijabat oleh Mamiq Wiranom, sedangkan Kepala Sekretariat (Sekretaris Negara) dijabat oleh Lalu Srinata dan I Gusti Bagus Ngurah. Selain itu diputuskan bahwa tiap Onder Afdeling diperintah oleh seorang Kepala Pemerintahan dan ditetapkan Lombok Timur dijabat oleh Mamiq Mustiarep, Lombok Tengah dijabat oleh Lalu Wirentanus dan Lombok Barat dijabat oleh Lalu Darwisah.55

Lihat Alvons Vander Kraan. Lihat, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Nusa Tenggara Barat 1945-1949, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI Tahun, 1970/1980)
55

54

40

Ketika pendaratan Jepang di Lombok pemimpin pemerintahan sudah berada ditangan pejabat-pejabat pribumi yang otonom. Namun nampaknya eksistensi Negara Lombok ini tidak berlangsung lama. Pada tanggal 8 Mei 1942 Angkatan Laut Jepang mendarat di Ampenan dan Angkatan Daratnya mendarat di Labuhan Haji pada tanggal 12 Mei 1942. Kedatangannya disambut dan dielu-elukan oleh beberapa Pejabat Pemerintah dan rakyat banyak. Antusiasme sebagian rakyat Lombok menyambut kedatangan Jepang ini dipengaruhi oleh propaganda Jepang sebagai pelindung Asia yang dengan perang Asia Timur Raya bertujuan membebaskan rakyat Asia dari penindasan bangsa Barat. Sekalian dengan itu orang-orang Belanda ditangkap dan dikumpulkan di Mataram. Lombok dan Sumbawa ditempatkan di bawah kekuasaan Kaigun, Armada Selatan Kedua. Jepang dengan segera mengambilalih Pemerintahan. Sesuai dengan UU No 1 Pasal 1 tanggal 7 Maret 1942 yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Keenambelas yang antara lain berbunyi: Balatentara Nippon melangsungkan Pemerintahan Militer untuk sementara waktu di daerah yang ditempatinya agar supaya mendatangkan keamanan yang senantiasa yang sentausa dengan segera. Tentara pendudukan Jepang segera melakukan langkah-langkah penertiban. Semua orang Belanda ditahan dan dibawa keluar Lombok. Struktur organisasi pemerintahan mulai disusun yang pada hakekatnya tidak banyak perubahan kecuali nama-namanya saja. Pejabat-pejabat pribumi yang setia kepada Jepang diijinkan tetap bekerja.56 Maka Struktur organisasi pemerintahannya segera disusun. Bentuknya hampir sama dengan struktur organisasi pemerintahan di Zaman Belanda hanya berganti nama. Pemerintahan Lombok disebut Lombok Ken yang dijabat oleh seorang Ken Kanrikang yang berkedudukan di Mataram. Lombok Ken dibagi menjadi 3 Bun Ken yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Tiaptiap Bun Ken termasuk Bun Ken Lombok Barat terbagi menjadi Gun (Distrik) dan Son (Desa). Untuk menjalankan pemerintahannya di Pulau Lombok sebagai Ken
Lihat Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah NTB (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991)
56

41

Kanrikang Lombok dan 3 Bun Ken se Pulau Lombok ditempatkan orang-orang dari luar yaitu dari pulau Bali. Sementara untuk Gun dan Son masih dijabat orang pribumi Lombok yang lama. Sejak pecahnya Perang Dunia II komunikasi dengan pulau Jawa hampir terputus sama sekali tertama bagi masyarakat umum. Berita kekalahan Jepang dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak seorangpun yang dapat mengetahui tepat pada waktunya. Beberapa peristiwa penting seperti penyerahan urusan pemerintahan kepada pejabat-pejabat Bumiputra oleh Jepang sama sekali tidak memberi kesan bahwa situasi politik yang terpenting sudah terjadi. Di Pulau Lombok Jepang menyerahkan urusan pemerintahan kepada anggota-anggota Syukai Gi In (Badan Persiapan Kemerdekaan Tingkat Daerah) yang berpengaruh di masyarakat pada tanggal 18 Agustus 1945. Jabatan Ken Kanrikan Lombok diserahkan kepada Raden Nuna Nuraksa, Bun Kenkanrikan Lombok Timur kepada Mamiq Fadelah, Lombok Tengah kepada Lalu Srinata dan Lombok Barat kepada I Gusti Bagus Ngurah.57 Berita mengenai Proklamsi 17 Agustus 1945 pertamakali diketahui di NTB pada awal September 1945 dari pemuda-pemuda pelajar Bima, M. Nur Husain dkk yang datang dari Singaraja Kedatangan mereka ke Lombok dan pulau Sumbawa diutus oleh Ida Bagus Manuaba Ketua KNI Sunda Kecil di Singaraja membawa surat kepada Pemimpin Pemerintahan setempat dan kepada semua anggota Syukai Gi In asal NTB. Berita ini segera tersebar luas di kalangan pemimpin dan pemuda dan segera mendesak pemerintah agar segera mengambil langkah kongkrit. Menindaklanjuti hal tersebut berangkatlah Raden Nuna Nuraksa menghadap Gubernur Sunda Kecil di Singaraja. Gubernur Sunda Kecil menetapkan struktur dan organisasi pemerintah yang baru di Pulau Lombok dan mengangkat pejabatpejabatnya, yang sebenarnya tidak berbeda dari sebelumnya kecuali perubahan nama dari Bunkenkanrikang menjadi Kepala Daerah.
57

Lihat Sejarah RevolusiKemerdekaan

42

Pada akhir September 1945 Pemerintah Lombok menyelenggarakan rapat di Mardibekso Mataram yang dihadiri oleh wakil-wakil seluruh masyarakat. Rapat menetapkan dan bertekad menyelamatkan RI dan mendesak pemerintah agar segera membentuk Badan-Badan Perjuangan. Pada tanggal 15 oktober 1945 penyerahan kekuasaan pemerintahan secara resmi dari tangan Jepang kepada bangsa Indonesia dilaksanakan di Mardibekso Mataram. Bendera kebangsaan dikibarkan pada hari itu dan Lombok menyatakan diri masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia.58 Pada hari itu Merah Putih dikibarkan dengan resmi dan Lombok masuk wilayah Republik Indonesia. Semua pimpinan pemerintahan dipegang oleh putra daerah, masingmasing: Kepala daerah Lombok Raden Nuna Nuraksa, Kepala Pemerintahan Lombok Timur mamiq Fadelah, Kepala Pemerintah Lombok Tengah Lalu Srinata, Kepala Pemerintah Lombok Barat I Gusti Bagus Ngurah. 59 Pada tanggal 16 Juli 1946 van Mook menyelenggarakan konfrensi Malino yang dilanjutkan dengan konfrensi Denpasar yang berlangsung tanggal 7-18 Desember 1946. Konferensi Denpasar ini menghasilkan NIT yang terbentuk tanggal 24 Desember 1946. Sejak itu Lombok termasuk Sumbawa masuk menjadi bagian NIT. Kedua pulau ini dinyatakan sebagai daerah otonom dan tiap-tiap pulau ini diadakan Eiland Raad yang anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Pemerintahan di daerah setempat. Pulau Lombok dibagi menjadi tiga resort afdeeling. NIT terdiri dari 13 Daerah Bagian termasuk Daerah Lombok. Status Lombok yang di zaman Belanda adalah Onder Rechtsteeks Bestuur (Di bawah pemerintahan langsung) maka di masa NIT dengan UU No. 44/1947 Daerah Lombok mendapat status Neo Zelfbestuur, yang disamakan kedudukannya dengan 13 Daerah bagian di dalam NIT. Di setiap daerah didirikan sebuah Dewan yang anggotanya ditunjuk oleh Kepala daerah atas persetujuan Asisten Residen dan Controleur. Kepala Daerah Lombok waktu itu dijabat R. Nune Nurakse, Kepala Pemerintah Setempat (KPS)
58 59

Ibid. Lihat Sejarah Daerah NTB.

43

Lombok Timur Lalu Mahnep, KPS Lombok Tengah Lalu Wirentanus dan KPS Lobar Lalu Darwisah. Karena dalam sidang Parlemen NIT R. N Nurakse berbicara sangat berapi-api yang dianggap oleh NICA terlalu condong ke arah Republik maka setelah kembali ke Lombok tidak lama kemudian dicopot sebagai Kepala Daerah Lombok diganti dengan Mamiq Mustiarep.60 Pada tahun 1950 DPRD Lombok berhasil mengeluarkan pernyataan politik keluar dari NIT dan bergabung dengan RI Yogyakarta pada tahun 1950.61 Selama ini tidak banyak perubahan strukur wilayah di mana Mataram tetap menjadi ibukota Daerah Lombok dan Pemerintah Setempat Lombok Barat. Secara administratif Mataram adalah sebuah Desa yang termasuk di Kedistrikan Ampenan yang beribukota di Dasan Agung. Pada 4 Agustus 1958 diundangkan UU No. 64 dan UU No. 69 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT serta Daerah Tingkat II, termasuk Daerah Tingkat II Lombok Barat. Pada masa H. L Anggrat menjadi Bupati Lombok Barat (1960-1965) Kepunggawaan Cakranegara dirubah statusnya menjadi Kedistrikan Cakranegara. Seiring dengan perubahan wilayah Kabupaten Lombok Barat maka Kedistrikan Ampenan sendiri dengan SK. Gubernur Daerah Tingkat I NTB No. 288. Pem. 20/1/12 dipecah menjadi Ampenan Barat di Dasan Agung dan Ampenan Timur di Narmada. Pada tahun 1967 dengan SK Gubernur KDH TK I NTB No. 156/Pem. 7/2/266 tanggal 30 Mei 1969 dibentuklah Kecamatan Mataram dengan mengambil beberapa Desa dari Kecamatan Ampenan dan Cakranegara.62 Dengan semakin berkembangnya wilayah Mataram dari segala sisi maka dibentuklah dengan PP No. 21 Tahun 1978 Kota Administratif Mataram dengan wilayah terdiri dari 3 Kecamatan yaitu : Ampenan, Mataram dan Cakranegara yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri ketika itu H. Amir Mahmud. Dan sebagai

60 61

Lihat Lalu Lukman Lihat Sejarah Daerah NTB 62 Lihat, KoTa Mataram, Ibadah yang maju dan Religius.

44

Walikota Pertama Kotif Mataram diangkat H. Mujitahid yang dilantik oleh H. R Wasita Kusumah yang menjabat Gubernur KDH Tk I NTB ketika itu. 63

63

Ibid

45

BAB III TERBENTUKNYA KOTA MATARAM

A.

Sejarah Awal: Terbentuknya Kota Administratif Mataram Setelah secara resmi Nusa Tenggara Barat lahir menjadi salah satu daerah

Swatantra Tingkat I dari pemekaran provinsi Sunda Kecil, selain Dati 1 Bali dan Nusa Tenggara Timur. Pada tanggal 17 Desember 1958 ditetapkanlah Mataram sebagai pusat pemerintahan dan sekaligus sebagai ibu kotanya. Saat itu Mataram juga menjadi ibu kota Dati II Lombok Barat. Kota Mataram sebagai sebuah ibu kota Nusa tenggara Barat dan Lombok Barat, terdiri dari 3 bagian kota yaitu Ampenan, Mataram, dan Cakranegara. Ampenan merupakan kota pelabuhan, Mataram menjadi pusat pemerintahan dan pendidikan, sedangkan Cakranegara sebagai pusat perdagangan dan perekonomian. Mataram sebagai ibu kota dari dua buah pemerintahan, perkembangan kota semakin bertambah maju. Kebutuhan sarana prasarana dan fasilitas umum menjadi semakin besar. Demikian juga kebutuhan jaringan transportasi dan tempat pemukiman menjadi lebih luas, karena itu pemerintah Dati NTB, yang saat itu Gubernurnya dijabat oleh Kolonel Raden Wasita Kusama, dan atas saran pertimbangan pembantu-pembantu gubernur, diusulkan ke pemerintah pusat cq. Departemen Dalam Negeri, agar kota Mataram dimekarkan menjadi kota Administratif yang untuk sementara masih berada dalam kendali Dati II Lombok Barat. Setelah usulan pemda tingkat II NTB disetujui oleh Departemen Dalam Negeri, maka dilakukan persiapan-persiapan administratif untuk sementara dalam persiapan menuju Kota Administratif, ditunjukkan pejabat Sementara (PjS) Wali kota Administratif Mataram, yaitu Drs Iswarto, yang pada saat itu sedang memangku jabatan sebagai Kepala Urusan Pegawai (UP) Sekretariat Daerah Nusa Tenggara. Sebagai pejabat sementara Drs Iswarto ditugaskan mengurus dan menyelesaikan

46

proses terwujudnya Kota Administratif Mataram. Dalam tugasnya sebagai PjS Wali Kota Adinistratif, dia dibantu oleh seorang sekretaris Wali Kota yang dijabat oleh Drs. Abu Bakar Achmad, setelah kurang lebih satu tahun melaksanakan tugas sebagai PjS Wali Kota, keluarlah surat keputusan resmi Kota Mataram pada tanggal 29 Agustus 1978. Keberhasilan terwujudnya Kota Mataram dalam waktu yang relatif singkat dan peran dari beberapa pejabat dan pembantu gubernur R. Wasita Kusumah yaitu antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sekretaris Daerah (sekda), Drs. Samiono Kepala Direktorat Pemerintahan, Drs. Diro Suprobo Kepala Inspektorat, Drs. Lalu Sri Gde Kepala Administratif Pemerintahan, I Gusti Ngurah, BA Gubernur Muda, Abidin Ishak Bapak-bapak pembantu gubernur, yaitu: Messakh, Malada, Yusuf Tayib Nafis, Wenas, Drs. Iswarto, Drs. L. Azhar, Drs. L. syukri. Pejabat-pejabat administratif sekretariat daerah yang lain, seperti: Drs. H. Nanang Muhammad, Drs, Abdul Kadir, Kt. Ginantra, Drs. I. Wayan Langkir.1 B. Kota Administratif (Kotif) Mataram 2 Melihat perkembangan dan kemajuan Kota Mataram baik pisik maupun sosial dan mengingat pula fungsinya sebagai Ibu Kota Lombok Barat sekaligus sebagai Kota Provinsi Tk.I Nusa Tenggara Barat maka untuk perencanaan pengembangan di masa yang akan datang perlu ditangani secara khusus maka ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administratif.

Wawancara dengan Drs. H. Nanang Muhammad, Kamis, 24 Nopember 2011. Diperkuat oleh Drs Abdul Kadir, wawancara Sabtu, 26 Nopember 2011. 2 Pemerintah Kota Administratif Mataram, Laporan Lima Tahun Kota Mataram 1978/1983, (Mataram-Lombok, P.T. MUARA NUSA, 1983)24-30.

47

Usaha-usaha yang ditempuh dalam meningkatkan Pemerintahan Kota Administratif Mataram adalah : 1. Dengan surat Bupati Kepala Daerah TK.II Lombok Barat tanggal, 8 maret 1977. No. Pem I/3/56 dan dilampiri Surat Pernyataaan Pendapat DPRD Kabupaten Daerah TK. II Lombok Barat, Tanggal 9 Oktober 1976, No. 3/ Pernya/DPRD/1976 yang mengusulkan pembentukan Kota Administratif Mataram kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Kepala Daerah Tk. I Nusa Tenggara Barat. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTB melanjutkan usul tersebut kepada Menteri dalam Negeri dengan surat tanggal, 10 Maret 1977. No. Pem. A/4. 2. Bupati membentuk Team Persiapan Kota Administratif Mataram dengan Surat Keputusan Tanggal, 1 Nopember 1975 No. 131/2/Pem.I/3/386 guna melengkapai data dan lain-lain dalam persiapan untuk bahan-bahan usul pembentukan Kota Administratif, dengan susunan personalia sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Anggota-Anggota Lalu Ratnadi S.H Dewa Gde Thustarena Drs. Maryadi Idris Drs. Abu Masyunin Drs. Soenanto F.M. Siahaan BM UE. : Drs. Lalu Mudjitahid :Drs. Eko Riyanto Katiman : I.G.B. Satriawangsa BA. : Badrun :

48

Team tersebut bertugas : Menghimpun data yang diperlukan dalam rangka persiapan

pembentukan Kota Administartif Mataram. Membanti dan memberikan pertimbangan kepada Bupati Kepala Daerah Tk. II Lombok Barat dalam rangka pembinaan, pengawasan, dan pengarahan pembangunan Kota Administratif Mataram. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor: 21/th. 1978, pembentukan Pemerintah Kota Administratif Mataram disyahkan dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada Tanggal, 29 Agustus 1978. a. Dalam Peraturan Pemerintah No. 21/th.1978, dicantumkan mengenai Tujuan Pembentukan, Kedudukan, fungsi, luas dan pembagian wilayah dari Kota Administratif Mataram. b. Sedang mengenai Pola Organisasi Pemerintahan Wilayah Kota Administratif Mataram diatur dalam peraturan Menturan Menteri dalam Negeri No.9/1978. c. Tentang pengaturan lebih lanjut dari peraturan Pemerintah No. 21/1978 yaitu tentang peresmian dan pelantikan Walikota, mengenai Personalia dan struktur organisasi , keuangan, dikeluarkan Instruksi Mendagri No. 20 tahun 1978. Kedudukan, Fungsi dan Tugas Pemerintahan Kota Administratif Mataram: a. b. c. Kota Administratif Mataram adalah bagian dari Kabupaten Lombok Barat. Pemerintah Administratif Kota Mataram bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah TK II Lombok Barat. Dalam hal statusnya sebagai Kota Administratif dibina langsung oleh Gubernur Kepala Daerah Tigkat I Nusa Tenggara Barat sesuai dengan

49

Peraturan Pemerintah No. 21/1978, bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Bupati Kepala Daerah TK II Lombok Barat. d. Pemerintah Kota Administratif Mataram mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dalam rangka meningkatkan dan mengarahkan pembangunan guna perkembangan dan pengembangan kehidupan masyarakat Kota yang bersangkutan serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitarnya. Hubungan kerja dengan instansi vertikal Kota bertindak atas nama: a. b. c. Kepala Wilayah, terhadap instansi vertikal yang berwilayah di Kota Administratip Mataram. Bupati Kepala Daerah Tk. II Lombok Barat, terhadap Instansi Vertikal tingkat kabupaten yang berkedudukan di Kota Admnistratif Mataram. Gubernur Kepala Daerah Tk. I Nusa tenggara Barat terhadap Instansi vertikal propinsi yang berkedudukan di Kota Admnistratif Mataram.

50

Struktur dan Nama-nama Staf Sekretariat /Suku Dinas Walikota Mataram:3 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 1978 TENTANG POLA ORGANISASI PEMERINTAH WILAYAH KOTA ADMINISTRATIP MATARAM
WALIKOTA

SEKRETARIS KOTA

SEKSI-SEKSI

SUBAG-SUBAG

SUKU DINAS

KECAMATAN

KECAMATAN

KECAMATAN

Keterangan: Seksi-Seksi : Pemerintahan, Pembangunan, Perekonomian. Sub. Bagian : Administrasi Umum, Hukum dan Kepegawaian, Keuangan. Suku Dinas-Suku Dinas: PU, Pertanian, Kesehatan, Pajak dan Pendapatan. Kecamatan : Mataram, Ampenan, Cakranegara.

Pemerintah Kota Administratif Mataram, Laporan Lima Tahun Kota Mataram 1978/1983,

h.15-21,164

51

Walikota Mataram Sekretaris Kota Kasi Pem./Keamanan Kasi Pembangunan Kasi Perekonomian

: Drs. H. Mudjitahid. : I Made Lile SH. : Anwar Basri. Bc.Hk. : L.Kamardin, BmuE. : Drs. I Gst Kt Tulus.

Kasubag Administrasi Umum : - 1978-1980 - 1980 sekarang : L. Akmal BA, : H. Nurpiah Safii.

Kasubag Hukum dan Kepegawaian : - 1978-1980) - 1980- sekarang : Mahsar Malaca, SH : L, Munahar Munayadi, BA.

Kasubag. Keuangan : - 1978-1979 - 1979- 1983 - 1983- sekarang : Lalu Kertayogi. : Lalu Wirata BA, : I Wyn Brata

Kepala Unit Kebersihan 1982 sekarang: L. Cawit. Kepala Unit Pemadam Kebakaran 1982 Sekarang : Dewe Gde Bratha Suta.

52

Kepala Dinas Kota Administratif Mataram 1) Kasudin Pajak & Pendapatan II (1982-Sekarang) : H.L. Akil Bahrudin. 2) Kasudin Pertanian (1980-sekarang): Anwar Asdam. 3) Kasudin Kesehatan (1980-sekarang): dr. Magaretha Cephas. 4) Kasudin Pekerjaan Umum (1980 Sekarang: I Made Sedana Yoga. Data Wilayah Kota Administratif Mataram Thn 1978 S/D 1983 a. Keadaan Geografi. Luas wilayah Kota Administratif Mataram adalah 6.136.887 hektar terletak pada 166 derajat 07 (Bujur Timur) dan 8 derajat 42 L.S (Lintang Selatan), terletak didalam wilayah Kabupaten Lombok Barat dengan posisi di ujung barat Pulau Lombok. Batas batas wilayah pemerintahan sebagai berikut: Sebelah Barat Sebelah Utara Sebelah Timur : Pantai Laut Selat Lombok. : Kali Midang : Batas wilayah administrasi Desa Selagalas dan Bertais

Sebelah Selatan : Batas wilayah administrasi Desa Dasan Cermen (Kokoq Kotor, Telabah Tengaq dan Telabah Taman). b. Keadaan Topografi Kemiringan dataran Kota Mataram 0-5%, daerah yang agak tinggi dan berombak adalah Kecamatan Cakranegara bagian Utara dengan kemiringan sekitar 10-15% dan ketinggian mencapai 56,67 DPA. Daerah terendah adalah sebelah barat karena merupakan daerah pantai yang melandai. Secara umum topografi Kota Mataram merupakan daerah dataran yang mempermudah untuk melakukan penataan wilayah, pembangunan fasilitas dan sistem drainasenya.

53

c. Keadaan Klimatologi. Menurut data BMG bahwa temperatur udara di Kota Mataram berkisar antara 25 Derajat Celcius s/d 27 Derajat Celcius, dengan kelembaban udara ratarata berkisar anatara 77 82 mm pertahun. Hal ini menadakan bahwa Kota Mataram beriklim tropis dengan rata-rata jatuhnya sinar matahari berkisar 6290%. Musim kemarau biasanya berlangsung antara bulan April samapai dengan Oktober dan musim hujan berlangsung Bulan Nopember sampai dengan Maret. Temperatur terpansa terjadi sekitar bulan Agustus September. Pada setiap tahun pada waktu-waktu ertentu terjadi dua kali perubahan arah angin yang disebut dengan angin musim. Pada bulan April samapai dengan Oktober bertiup angin yang kering dari arah tenggara, dimana angin tersebut menyebabkan musim kemarau. Sedangkan pada bulan Nopember sampai dengan bulan Maret bertiup angin yang mengandung uap air dari arah Barat Laut yang menimbulkan terjadinya musim hujan. d. Keadaan Hidrologi Hampir semua daratan Kota Mataram tertutup dengan bahan pasai tupa dan batu apung yang merupakan lapisan mengandung air yang baik sehingga muka air tanah di seluruh wilayah Kota Mataram tidak dalam. Sumber air yang berpotensi besar di Kota Mataram ada lima buah yaitu: Sungai Meninting, Sungai Midang, Sungai Jangkok, Sungai Ancar dan Sungai Pesongoran. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Kota Mataram maka dialirkan dari Mata Air sarasuta di Kawasan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat dengan sistem gravitasi dan mempunyai kapasitas 400liter/detik.

54

e. Wilayah Kecamatan dan Desa Kota Administratif Mataram meliputi 3 kecamatan dengan 23 buah desa yaitu: e.1. Wilayah Kecamatan Cakranagera terdiri dari 9 buah desa masing-masing: 1. Desa Cakranegara Barat 2. Desa Cakranegara Utara 3. Desa Cakranegara Timur 4. Desa Cakranegara Selatan 5. Desa Sayang-sayang 6. Desa Babakan 7. Desa Dasan Cermen 8. Desa Selagalas 9. Desa Bertais Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas 198,500 Ha 155,580 Ha 141,250 Ha 174,250 Ha 203,380 Ha 330,260 Ha 256,275 Ha 473,260 Ha 677,680 Ha

e.2. Wilayah Kecamatan Mataram terdiri dari 7 buah desa masing-masing. 1. Desa Mataram Barat 2. Desa Mataram Timur 3. Desa Rembiga 4. Desa Karang Baru 5. Desa Monjok 6. Desa Pagesangan 7. Desa Dasan Agung Luas Luas Luas Luas Luas Luas luas 150,806 Ha 167,065 Ha 170,866 Ha 229,871 Ha 179,309 Ha 346,410 Ha 186,541 Ha

55

e.3. Wilayah Kecamatan Ampenan terdiri dari 7 buah desa masing-masing: 1. Desa Ampenan Utara 2.Desa Ampenan Tengah 3. Desa Ampenan Selatan 4. Desa karang Pule 5. Desa Pejeruk 6. Desa Tanjung Karang 7. Desa Pagutan Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas 400,000 Ha 38,033 Ha 185,390 Ha 493,600 Ha 243,240 Ha 450,000 Ha 290,000 Ha

Desa-desa di wilayah Kota Administratif Mataram dengan berlakunya Undang-Undang No.5 tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Desa/Kelurahan ditingkatkan statusnya menjadi Pemerintahan Kelurahan yang diresmikan pada tanggal, 29 Juni 1981 di Mataram oleh Bapak Gubernur K.D.H Tk.I NTB atas nama Menteri dalam Negeri R.I. Sesuai dengan kebijaksanaan umum dari Departemen Dalam Negeri yang menentukan bahwa tiap-tiap Ibu Kota Daerah Tingkat I harus merupakan Kota Madya, maka Mataram sebagai Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Barat juga termasuk yang akan ditingkatkan statusnya. Panca Program Kotip Mataram 1. Pembinaan kebersihan dan keindahan kota. 2. Pembinaan keamanan dan ketertiban umum. 3. Penataan fisik kota dan perbaikan kampung. 4. Pembinaan/pendayagunaan aparatur pemerintah kota dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. 5. Peningkatan produktifias warga Kota.

56

C. Perubahan Struktur Pemerintahan. a. Perkembangan Kota Mataram. Sejarah perkembangan Kota Mataram berlangsung dalam 6 periode4.Periode Pertama, berlangsung sebelum terbentuknya Negara Indoensia Timur dimana Lombok merupakan bagian dari Residensi Bali-Lombok. Periode Kedua, berlangsung selama berdirinya Negara Indoensia Timur, daerah otonom terbagi dalam 3 wilayah administrasi pemerintahan setempat. Wilayah Pemerintahan Lombok Barat sama seperti waktu sebelum terbentuknya Negara Indonesia Timur. Periode Ketiga, berlangsung ketika terbentuknya Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Barat ( 17 Desember 1959) yang terdiri dari 6 Daerah Swatanra Tingkat II, diantaranya DASWATI II LOMBOK BARAT, terdiri dari 6 kedistrikan. (1. Kedistrikan Ampenan Barat di dasan Agung, 2. Kedistrikan Ampenan Timur di Narmada, 3. Kedistrikan Bayan di bayan Beleq, 4. Kedistrikan Tanjung di Tanjung, 5. Kedistrikan Gerung di Gerung, 6) Kedistrikan Gondang di Gondang) ditambah satu Wilayah Kepunggawaan yakni Kepunggawaan Cakranegara di Mayura. Periode Keempat, sejak berlakunya Undang-undang No. 18 tahun 1965, dimana Daerah Tingkat II Lombok Barat dikembangkan menjadi bebrapa kecamatan diantaraya Kecamatan Mataram, yang merupakan pemekaran Kecamatan Ampenan dan cakranegara. Perode Kelima, sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1978 tentang pembentukan Kota Administratif Mataram, yang meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram dan Kecamatan Cakranegara. Sejak Tanggal 29 Agustus 1978, ketiga kecamatan tersebut tergabung menjadi satu yaitu Kota Mataram. Periode keenam, peningkatan status Kota Administratif Mataram menjadi Kotamadya Dati II Mataram, berdasarkan Undang-Undang No. 4 Thn. 1993. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia ( Moch. Yogi S Memet) meresmikan

Kotamadya Dati II Mataram, 4 tahun Kotamadya Mataram Membangun ( Humas Pemda Kodya Dati II Mataram, 1997)2-4.

57

perubahan tersebut pada tanggal, 31 Agustus 1993, yang wilayahnya meliputi Kecamatan Mataram, Ampenan dan Kecamatan Cakranegara. b. Menjelang Pembentukan Kodya5 Sehubungan dengan kebijakan tersebut Direktorat Jendaral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri dengan suratnya tanggal 26 Oktober 1981 Nomor: 135/3747/POUD yang maksudnya pemberitahuan tentang akan dikirimknya Team Evaluasi ke berapa Kota Administratip antara lain Kotip Mataram. Selanjutnya pada tanggal 15 Maret 1982 samapi dengan tanggal 17 Maret 1982 Team dimaksud di atas datang ke Mataram yaitu 2 orang staf Dirjen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri. Dari team tersebut diperoleh penjelasan tentang maksud kunjungan kerja/tugas mereka adalah: a. Evaluasi secara umum tentang perkembangan kota-kota administratif diseluruh Indonesia. b. Penjajakan kemungkinan dan persiapan persiapan untuk pengusulan peningkatan status beberapa Ibu Kota Propinsi yang berstatus Kota Administratif menjadi Kota Madya, termasuk didalamnya Kota Mataram. Ditegaskan lebih lanjut bahwa sebagai syarat peningkatan status dari Kotip Mataram menjadi Kota Madya harus dipenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut: 1. Mengenai potensi dan perkembangan Pemerintah Kota Administrasi itu sendiri, mengenai hal ini sudah dipenuhi dengan pengisian quitionary. 2. Dukungan Administrasi berupa kesiapan dari pemerintah Daerah sendiri untuk menyiapkan peningkatan status tersebut dalam bentuk penyerahan kewenengan dan bagian dari sumber pendapatan Daerah Tingkat II secara
Pemerintah Kota Administratif Mataram, Laporan Lima Tahun Kota Mataram 1978/1983, (Mataram-Lombok, P.T. MUARA NUSA, 1983) 182-190
5

58

bertahap kepada Pemerintah Kota Administratif agar pada waktunya mampu untuk berdiri sendiri. Hal ini dinyatakan dalam bentuk surat usul dari Pemerintah Dati II Lombok Barat kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTB yang selanjutnya berdasarkan surat usul tersebut Gubernur Kdh. Tk. I NTB melanjutkan usul tersebut keepada Menteri Dalam Negeri. 3. Dukungan politis berupa keputusan dari DPRD TK.I dan Tk.II yang merupakan pernyataan kehendak rakyat yang bersangkutan untuk jelasnya lihat Lampiran No, 3/D dan No. 4/D. Untuk mempercepat penyelesaian persyaratan itu telah datang pula team yang ke 2 dari beberapa Direktorat di Lingkungan Depdagri a.l. dari Dit. Keuangan Daerah. Dengan peningkatan status tersebut diharapkan fungsi kota itu dapat secara seimbang melayani keperluan pengembangan nya, baik yang bersifat internal maupun external, sehingga lebih mampu berfungsi sebagai Ibi Kota Propinsi sekaligus sebagai pusat pertumbuhan. c. Lambang Daerah Kota Mataram Peraturan Daerah yang mengatur tentang lambang daerah kota madya daerah tk Ii mataram, adalah peraturan daerah nomor 2 tahun 1995 yang memuat hal berikut;6 Arti Lambang: a. Perisai: Melambagkan ketangguhan dalam menghadapai setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantanagan baik yang datang dari luar dan dari dalam. Perisai segi lima ini merupakan manipestasi dari Pancasila sebagai ideologi negara, dasar negara dan peandangan hidup bangsa Indonesia;
6

Kotamadya Dati II Mataram, 4 tahun Kotamadya Mataram Membangun ( Humas Pemda Kodya Dati II Mataram, 1997)4-6.

59

b. Bintang : Bersudut lima melambangkan Ketuhanan Yang Maha esa; c. Rantai: Tujuan Mata rantai yang bersambung melambangkan keanekaragaman masyarakat yang menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara; d. Kubah: Melambangkan kehidupan masyaralkat daerah yang senantiasa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; e. Rangkaian padi: melambangkan keadilan sosial, dan kapas 31 bulir padi melambangkan tanggal 31, 8 buah kapas melambangkan bulan agustus yang menunjukkan bulan Agustus yang menunjukkan hari lahirnya Kotamadya Mataram seutas tali pengikat tersimpul tiga melambangkan ikatan yang erat antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan; f. Burung Koak-Kaok: Termasul salah satu satwa langka khas daerah Nusa Tenggara Barat yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Burung ini melambanakan disiplin, hemat, kesetiakawanan dan dinamis; g. Pintu Gerbang: Melambangkan keterbukaan, etos berbentuk lumbung kerja yang tinggi, hemat dan menunjukkan sikap hidup gotong royong. Arti Warna Lambang Daerah a. Biru Muda: Berarti cita-cita yang tidak pernah kering dari seluruh warga Kotmadya Mataram dan berusaha dengan penuh semangat untuk mewudkannya; b. Biru Tua: Kesetiaan, yang berarti menjunjung tinggi Panca sila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta setia pada pemerintah Republik Indonesia; c. Merah Jingga: Melambangkan ketangguhan dalam menyongsong masa depan untuk kebenaran dan keadilan;

60

d. Abu-abu: Warna yan mempunyai sifat netral dn dinamis dalam era globalisaasi; e. Kuning: Kejayaan, keberanian berjuang atas dasar kesucian; f. Putih Kesucian, Kejujuran, keluhuran rakyatnya yang senantiasa bertakwa kepada Tuhan yang maha esa; g. Hijau: Kemakmuran, kesejukan adalah merupakan cita-cita dari seluruh masyarakat Kotamadya Mataram; h. Hitam: Melambangkan kabadian dan kemantapan untuk meraih harapan.

D.Kota Mataram dari 1993-Sekarang a. Walikota Mataram dari Priode ke Priode7 Kepala Daerah Kota Mataram: 1. Periode 1978 s/d 1989, Status Wilayah: Kota Administratip Mataram, berdasar ; Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1978, Walikota : Drs. H.L. Mujitahid, Sekertaris Kota: I Made Lile SH. Pelantikan oleh Gubernur KDH TK I Propinsi NTB : H.R. Wasita Kusuma. 2. Periode 1989 s/d 1999, Status Wilayah : Kota Madya Dati II Mataram, berdasar; Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1993, Walikota: H. Lalu Masud, Sekwilda Kodya Daerah TK. II Mataram: Drs. H. Abunakar Achmad. . Pelantikan oleh Menteri Dalam Negeri : Moh. Yogie S. Memet. 3. Periode 1999 s/d 2004, Status Wilayah: Kota Mataram, berdasar UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Wali Kota : H. Moh.Ruslan, SH. Sekda Kota Mataram : Drs. Djaswad, SH. Pelantikan Oleh Gubernur Propinsi NTB; Drs. Harun Al-Rasyid, Msi. 4. Periode 2005 s/d 2010, Status Wilayah : Kota Mataram. Wali Kota : H.Moh Ruslan, SH dan Wakil Wali Kota : H. Ahyar Abduh. Sekda Kota Mataram: Ir.
Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Mataram 9 tahun Dirgahayu IX Kota Mataram 2002, , hal 10-12.
7

61

H. L. Makmur Said, MM. Pelantikan oleh Gubernur Propinsi NTB; Drs. H. Lalu Srinata. 5. Periode 2010 s/d 2015, Status Wilayah: Kota Mataram, Wali Kota : H. Ahyar Abduh dan Wakil Walikota : H. Mohan Roliskana. Sekda Kota Mataram: Ir. H. L. Makmur Said, MM. Pelantikan oleh Gubernur Propinsi NTB; TGH. Zainul Majdi. b. Visi dan Misi Kota Mataram b.1. Visi Kota Mataram 1999-2009:8 VISI: Terwujudnya Masyarakat Kota Mataram IBADAH yang Maju dan Religius. IBADAH singkatan dari Indah, Bersih, Aman, Damai dan Harmonis. MAJU dalam arti luas yang menyentuh berbagai aspek kehidupan, baik sosial ekonomi, budaya, politik dan perilaku masyarakat. RELIGIUS dalam arti seleuruh gerak dan dinamika kehidupan masyarakat berdasarkan pada kehidupan yang agamis dan berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya (Hubungan Horizontal). MISI, yaitu penjabaran dari Visi yang meliputi: Melestarikan dan meningkatkan Kamtibmas. Menyelenggarakan kembali semangat KOTA IBADAH yang dijiwai oleh Agama dan Budaya. Memberdayakan Ekonomi Rakyat dan menigkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meningkatkan kualitas SDM serta menggali dan memanfaatkan potensi SDM berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan hidup.
8

Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Mataram 9 tahun Dirgahayu IX Kota Mataram

2002, Hal 2.

62

Memantapkan koordinasi dan kemitraan. Meningkatkan pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan fasilitasfasilitas publik. Meningkatkan upaya penanggulangan masalah-masalah sosial.

Visi Kota Mataram 2011-2015: 9 Walikota Mataram Periode 2010-2015 VISI: Mewujudkan Kota Mataram yang Maju, Religius dan Bebudaya Maju ditujukan untuk mewujudkan masyarakat kota yang menguasai illmuu pengetahuan dan tekhnologi, termasuk didalamnya seni dan sosial budaya sehingga kemajuan yang dicapai dengan landasan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal manyarakat Mentaram dan memiliki kebanggaan sebagai WARGA GUMI MENTARAM. Religius diartikan terciptanya masyarakat kota yang mejunjung tinggi nilai-ilai ketuhanan, mengedepankan muammalah serta toleransi yang tingi antar ummat beragama dala susanaharmonis dalam kerangka penciptaan masyarakat MADANI. Berbudaya diartikan sebagai terciptanya keseimbangan antara kemajuan dan relegiusitas yang saling berterima dalam kemajuan dan kemajemukan, menguatkan jati diri serta mantapnya budaya lokal yang ditandai dengan masyarakat yang bermoral, bermartabat dan berkesadaran hukum berdasarkan nilai-nili dan norma-nirma, adat istiadat serta peraturan yang berlaku dalam bingkai masyarakat Madani. MISI: 5 Misi dalam mewujudkan visi mewujudkan Kota Mataram yang MAJU,RELIGIUS dan BERBUDAYA.
9

Humas dan Protokol Setda Kota Mataram,

63

1. Mewujudkan masyarakat perkotaan yang AMAN ditunjukkan dengan kehidupan masyarakat yang kondusif, dinamis dan harmonis. 2. Meninggalkan kualitas Sumber Daya Manusia yang handal untuk mendorong daya saing daerah. 3. Memberdayakan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal yang berkelanjutan. 4. Meningkatkan lkualitas pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance) 5. Meningkatkan kualiatas dan kuantitassarana dan sarana perkotaan. Program Pembangunan : a. Peningkitan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kantibmas) b. Penataan dan pembinaan kependudukan. c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia. d. Pengembangan wilayah dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal. e. Peningkatan pertumbuhan esktor perdagangan dan jasa. f. Terwujudnya prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. g. Pembinaan dan penegakan kesadaran hukum masyarakat. h. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana perkotaaan i. Penataan supra struktur dan infra struktur pemerintahan. j. Penataan kawasan pemukiman & Pelestaraian lingkungan hidup.

Program Unggulan: a. Peningkatan kwalitas sumberdsaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah. b. Pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi ekonomi lokal.

64

c. Peningkatan daya dukung infrastrukur perkotaan dalam rangka pencapaian peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan ekonomi rakyat. c. Kondisi Geografi dan Administrasi Kota Mataram10 Berdasar Peraturan Daerah Kota Mataram; Nomor : 3 Tahun 2007, Tentang Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan di Kota Mataram maka kecamatan yang belumnya berjumlah 3 (tiga) kecamatan dimekarkan menjadi 6 (enam) dengan 50 ( limapuluh) kelurahan dan 298 lingkungan.11 Nama Kecamatan/Kelurahan di Kota Mataram setelah Pemekaran12 KECAMATAN 1 Ampenan 1 2 3 4 5 2 Sekarbela 1 2 3 3 Mataram 1 3 4 5 4 Selaparang 1 Bintaro Ampenan Utara Dayan Peken Amp.Tengah Banjar Kekalik Jaya Tj. Kr. Permai Tanjung Karang Pejanggik Punia Pagesangan Brt. Pagesangan Rembiga 6 Mataram Barat 6 8 9 Pagesangan timur Pagutan Pagutan Timur KELURAHAN 6 7 8 9 10 4 5 Ampenan Utara Taman Sari Pejeruk Kebun Sari Pejarakan Karya Karang Pule Jempong baru

10 11

Bahan 14 tahun hal 16-18 /16 (hal22) tahun Kota Mataram, 17 tahun Kota Mataram).

Bahan Sosialisasi Peraturan Daerah Kota Mataram, Nomor : 3 Tahun 2007, Tentang Pemekaran Kecamatan Dan Kelurahan Di Kota Mataram ( Bagian Pemerintahan Setda Kota Mataram, 2007) 12 Pemerintah Kota Mataram, 15 Tahun Kota Mataram 1993-2008 (Kantor Informasi Dan Komunikasi Kota Mataram) 20-22.

65

2 3 4 5 5 Cakranegara 1 2 3 4 5 6 Sandubaya 1 2 3 4

Karang Baru Monjok timur Monjok Monjok Barat Cakranegara Barat Cilinaya Sapta Marga Mayura Cakranegara Timur Selagalas Bertais Mandalika Babakan

7 8 9

Gomong Dasan Agung Dasan Agung Baru

6 7 8 9 10 5 6 7

Cakranegara Selatan Cakrangra Sltn Baru Cakranegara Utara Karang taliwang Sayang Sayang Turida Abian Tubuh Baru Dasan Cermen

Luas kecamatan kota mataram tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 kecamatan Ampenan Mataram Ibu Kota Kecamatan Ampenan Mataram Luas Wilayah(Km2) 9,46 10,76 9,67 10,32 10,32 10,76 Prosentase(%) 15,4 17,5 15,8 16,8 16,8 17,5

Cakranegara Cakranegara Sandubaya Sekarbela Selaparang Sandubaya Sekarbela Selaparang

66

JUMLAH

61,3

100

IbuKota Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Lingkungan Tahun 2007 Capital , Number of Villages and Sub Villagein 2007 Kecamatan /District Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya IbuKota Capital Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya Jumlah Jumlah of Villages 10 5 8 10 10 7 50 Jumlah of SubVillages 53 26 53 60 71 34 297 Kecamatan/District Kelurahan/Number Lingkungan/Number

E.Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Mataram 13 a. Tata Ruang Dalam lingkup regional, Kota Mataram merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan mempunyai hirarki pelayanan regional Provinsi NTB. Kebijakan umum tata ruang yang dimiliki oleh Kota Mataram, terkait dengan fungsi, peran dan kedudukannya adalah Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan: Kota Mataram sebagai pusat koleksi,distribusi barang dan jasa; Kota Mataram sebagai pusat pelayanan umum, seperti pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan;
13

Pemerintah Kota Mataram, 15 Tahun Kota Mataram 1993-2008 (Kantor Informasi Dan Komunikasi Kota Mataram)31-67.

67

Kota Mataram sebagai pintu gerbang bagian barat; Kota Mataram sebagai pusat pelayanan pariwisata. Melaksanakan penataan ruang untuk mewujudkan keserasian dan keterpaduan pembangunan (fisik, sosial, dan ekonomi) antar kawasan di kota mataram; Mendayagunakan potensi sumber daya manusia, alam dan buatan dalam pengaturan ruang yang berwawasan lingkungan; Mengendalikan pemanfaatan ruang di kota Mataram menuju tertib penggunaan tanah dan bangunan; Memadukan kebijakan Tata Ruang Nasional dan Daerah (Provinsi, Kabupaten/ Kota) dalam satu satuan pengembangan wilayah; Menumbuhkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang. Arah pengembangan tata ruang Kota Mataram berdasarkan RTRW Kota

Misi penataan ruang kota Mataram berdasarkan RT/RW Kota Mataram adalah:

Mataram Tahun 2006 adalah: Kawasan permukiman Kawasan perdagangan dan jasa Kawasan kesehatan Kawasan pendidikan tinggi Kawasan perkantoran dan pelayanan umum Kawasan terminal Kawasan industri dan peti kemas Kawasan ruang terbuka hijau Kawasan pariwisata Pola perwilayahan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan sesuai dengan potensi lahan dan kecenderungan perkembangan yang

68

serasi, selaras,seimbang, dan terintegrasi dalam sistem kota. Berdasarkan hal itu, Kota Mataram di bagi dalam 3 (tiga) wilayah pengembangan yaitu: 1. Wilayah Pengembangan satu (WP I) bagian barat Kota Mataram, meliputi Kecamatan Ampenan dan Sekarbela dengan fungsi utama kawasan adalah untuk kawasan pemukiman, perdagangan/komersial, bandara dan pertanian. 2. Wilayah pengembangan dua (WP II) bagian tengah Kota Mataram, meliputi Kecamatan Mataram dan Selaparang dengan fungsi utama kawasan adalah kawasan pemerintahan, pendidikan/pendidikan tinggi,perdagangan dan jasa serta kawasan lindung. 3. Wilayah pengembangan tiga (WP III) bagian timur Kota Mataram, meliputi kecamatan Cakranegara dan Sandubaya dengan fungsi utama kawasan adalah untuk kawasan pemukiman, pertanian, jasa, industri dan terminal regional. Penggunaan lahan di Kota Mataram sampai tahun 2006 di dominasi oleh kawasan perumahan (37,53%) dan pertanian (47,30%). Penggunaan lahan pertanian yang cukup besar ( 318.402 Ha) dari tahun 2005 ke tahun 2006 tidak di ikuti penggunaan lahan untuk kawasan perumahan, perkantoran, pendidikan serta untuk peretokoan yang terus mengalami peningkatan. Hal tersebut terkait dengan semakin pesatnya perkembangan dan pertumbuhan kota yang membutuhkan ruang. Perkembangan dan pertumbuhan fisik kota telah memberi dampak yang cukup luas berupa perubahan pemanfaatan fungsi lahan, pergerakan ekonomi, serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Yang paling menonjol adalah semakin berkurangnya ruang terbuka hijau dimana sekitar 20 25 Ha pertahun lahan persawahan berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, pelayanan publik dan lain lain. Pola pemanfaatan ruang, meliputi pola pemanfaatan kawasan lindung dan pola pemanfaatan budi daya. Dalam pemanfaatan ruang ini telah terjadi penyimpangan penyimpangan peruntukan seperti yang telah di gariskan dalam rencana tata ruang wilayah. Oleh karena itu, pengendalian pemanfaatan tata ruang

69

sesuai dengan peruntukannya mutlak di lakukan melalui sosialisasi, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mentaati peruntukan tata guna lahan serta menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Mataram, pada tahun 2007 berhasil menerbitkan sertifikat hak atas tanah sejumlah 6816. dari jumlah sertifikat tersebut ,sebagian besar berupa hak milik sebesar 3511 sertifikat atau sebesar 51,51%. Jumlah Ijin Lokasi dan Ijin Mendirikan Bangunan per Kecamatan di Kota Mataram Tahun 2007 2005 Kecamatan Ijin lokasi Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya JUMLAH 2006 2005 2004 109 115 194 112 44 - 30 - 35 349 332 368 185 74 84 109 157 194 73 25 264 349 352 368 Ijin mendirikan bngunan 202 27 73 117 84 176 157 Ijin lokasi 32 108 44 874 264 445 352 2006 Ijin mendirikan bngunan 83 28 187 Ijin lokasi 45 266 2007 Ijin mendirikan bngunan 421

b. Pendidikan

70

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui penigkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan kualitas SDM di bidang pendidikan selama tahun 2007 dapat di lihat pada pencapaian Angka Pencapaian Kasar (APK) yamg masing-masing terdiri dari: tingkat SD/MI sebesar 105,75 %, tingkat SMP/MTs sebesar 96,21 %, dan tingkat SMA/MA/SMK sebesar 52,39 %. Namun demikian perlu di perhatikan bahwa pada tahun 2007 terdapat beberapa siswa yang tidak lulus. Hal ini terjadi karena kriteria kelulusan ujian nasional selalu menigkat dari rata-rata lima (5) dengan tidak terdapat nilai mata pelajaran di bawah 4,25, menjadi rata-rata nilai mata pelajaran 5,25 dengan tidak terdapat nilai mata pelajaran di bawah 4,25. Penigkatan status kesehatam dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya, seperti pendidikan dan produktivitas tenaga kerja. Tercapainya kualitas kesehatan dan gizi yang baik tidak hanya penting untuk generasi sekarang tetapi juga bagi generasi berikutnya. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sangat di perlukan dalam upaya penigkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini akan terwujud apabila adanya dukungan pemerintah dan swasta sekaligus. Pada tahun 2007 untuk jumlah rumah sakit sebesar 15 buah. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang terdapat hampir di seluruh wilayah kecamatan. Pada2007 terdapat sebanyak 57 buahPuskesmas di Mataram. Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik, toko obat, dan perdagangan farmasi yang tersebar di seluruh kecamatan, merupakan sarana penyedia obat yang mudah di jangkau oleh masyarakat. Pada tahun 2007 di Mataram terdapat 69 apotik, 21 toko obat, dan 27 pedagangan farmasi menurut dinas kesehatan. Dalam bidang pendidikan, jumlah saran pendidikan di Kota Mataram baiksekolah negeri maupun swasta tercatat: untuk jenjang pendidikan SD/MI sebanyak 166 sekolah, SMP/MTs sebanyak 53, dan SMA/MA/SMK sebanyak 45 sekolah. Daya tampung SD/MI sekolah swasta mampu menampung 3.072 siswa (8,83 %), sedangkan sekolah negeri menampung 40.488 siswa (91,62 %). Untuk

71

SMP/MTs jumlah siswa yang di tampung pada sekolah swasta sebanyak 2.982 (14,77 %), sedangkan sekolah negeri sebanyak (85,23 %). Untuk SMA/MA/SMK, sekolah swasta menampung 5.499 (29,99 %) dan sekolah negeri sebanyak 12.840 (70,01 %). Gambaran tersebut menunjukkan bahwa peran sekolah sw asta cukup signifikan berpartisipasi dalam meningkatkan angka partisipasi sekolah. Jumlah sekolah jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 23 buah , sedangkan jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ada 23 buah juga, jumlah Sekolah Dasar di Kota Mataram sebanyak 148 buah. c. Sosial Kota Mataram ssebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara menghadapi persoalan yang cukup kompleks berkenaan dengan penduduk yang menyandang status kesejahteraan sosial. Hal ini ditandai dengan fenomena dimana gelandangan dan pengemis ada di berbagai tempat keramaian, adanya penyandang tuna susila, tuna wisma, bekas bekas narapidana, dan cukup besarnya jumlah penduduk/keluarga miskin. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil pendataan BPS tercatat sebesar 21.718 KK. penigkatan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi karena menurunnya daya beli masyarakat akibat situasi perekonomian makro yang tidak menguntungkan. Keluarga miskin yang mendapatKartu Kompensasi BBM (KKB) tahap pertama dalam rangka Bantuan Langsung Tunai (BLT) di relisasikan sebanyak 17.421 KK, dengan jumlah realisasi bantuan sebesar Rp. 5.223.600.000,- (lima milyar dua ratus dua puluh tiga juta enam ratus ribu rupiah). Sedangkan pada tahap kedua , terdapat penambahan keluarga miskin yang mendapatkan KKB sebanyak 4.311 Rumah Tangga Miskin (RTM), dengan demikian pada tahap II RTM ang mendapatkan BLT adalah sebanyak 21.723 RTM dengan jumlah jiwa 80.433 (jumlah penerima Tahap I + tambahan Tahap II), dengan realisasi bantuan bantuan sebesar Rp. 11.739.000.00,-(sebelas miliar tujuh ratus tiga puluh sembilan juta rupiah). Selanjutnya pencairan dana Tahap III dan Tahap IV

72

masing-masing sebesar Rp. 6.515.4000,0 (enam miliar lima ratus lima belas jtua empat ratus ribu rupiah), dengan demikian total Bantuan Langsung Tunai(BLT) yang telah di cairkan dari tahap I s/d IV adalah sebesar Rp. 24.769.800.000,0-(dua puluh empat miliar tujuh ratus enam puluh sembilan juta delapan ratus ribu rupiah). Gambaran tersebut menunjukkan bahwa masalah kesejahteraan sosial penduduk di Kota Mataram merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat, ssebab selama ini walaupun upaya penanganan terhadap mereka sudah dilakukan dan melibatkan banyak pihak namun masalah tersebut ssecara empiris belum memberikan hasil yang memadai. Fenomena era krisis yang menjadikan sebagian masyarakat rentan sebagai penyandang status bermasalah dalam kesejahteraan sosial merupakan salah satu kendala yang dihadapi sebab ketika ada yang mampu dientaskan maka ada pula yang masuk dalam kelompok penyandang kesejahteraan sosial karena berbagai sebab. Salah satu fenomena kemiskinan kota adalh adanya golongan yang kurang beruntung seprti gelandangan, pengemis, tuna susila, anak jalanan, anak terlantar, dan lain-lain yang di kategorikan sebagi penyandang masalah sosial PMKS. Walaupun di tengarai mereka berasal dari daerah lain tetapi pada kenyataannya berada di wilayah Kota Mataram dan menjadi pemandangan yang menimbulkan kesan kurang baik. Perkembangan fasilitas sosial yang tersedia di Kota Mataram semakin baik, hal ini dapat di lihat dari semakin beragamnya fasilitas sosial yang tersedia serta semakin terlibatnya masyarakat dalam penyediaan fasilitas sosial bagi penduduk yang membutuhkan. Bentuk-bentuk fasilitas sosial yang ada di Kota Mataram mencakup untuk kesehatan, pendidikan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (pengemis dan gelandangan) untuk penduduk lanjut usia, yatim piatu, mantan narapidana, dan tuna wisma. Rumah sakit di samping untuk tujuan komersial juga membawa misi untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dengan cara menyediakan ruangan khusus pengabdian. Disamping itu juga tersedia balai-balai pengobatan yang di selenggarakan Yayasan-yayasan Sosial dengan maksud untuk

73

memberi pelayanan kesehatan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Yayasan Sosial Sugiopranoto, Balai Pengobatan dan Panti Asuhan muhammadiyah, Panti Werda, Serta Yayasan-yayasan lainnya yang bernaung di bawah organisasi kemasyarakatan keagamaan adalah beberapa contoh aktivitas dan keterlibatan masyarakat dalam pelayanan untuk kebutuhan kesejahteraan sosial. Di samping itu juga terdapat pondok-pondok singgah yang di selenggarakan yayasan-yayasan sosial dengan maksud dan tujuannya adalah untuk membantu anak dan remaja penyandang tuna wisma (pengemis dan gelandangan) yang dalam kegiatannya bermaksud memberi fasilitas singgah atau menginap, serta pendidikan, pelatihan, dan perlindungan kepada mereka sebab di antara mereka tidak sedikit yang masuk dalam usia anak-anak/remaja. Banyak Panti Asuhan dan Anak Asuh Menurut Jenis Kelamin Dirinci per Kecamatan Tahun2007
Kecamatan Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya Kota Mataram

1. Pekerja Imigran 2. Anak Terlantar 3. Anak Korban Tiras/perlakuan salah 4. Anak Nakal 5. Anak Jalanan 6. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 7. Perempuan Korban
70 550 54 65 51 80 525 560 78 396 3055 860 11 575 320 820 19 425 825 2233 67 842 675 6155 97 170 1365 150 362 135 2.694 140 5.552 190 7551 182 6534 967 24056

74

Tiras/perlakuan salah 8.Lanjut Usia Terlantar 9. Penyandang Cacat 10. Penyandang Cacat Bekas Penyandang 11. Tuna Susila 12. Gelandangan 13. Bekas Narapidana 14. Korban Penyalah Gunaan Narkotika 15. Keluarga Fakir Miskin 16. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 17. Masyarakat Yang Tinggal Di Daerah Rawan Bencana 18. Korban Bencana Alam dan
914 286 24 5 5 1234 75 20 95 246 562 117 303 380 402 2010 11741 12062 87 70 85 75 13240 37043 89 84 490 45 37 50 35 18 30 14 20 15 26 60 52 57 55 16 25 56 19 42 47 36 250 48 17 20 328 99 163 190 175 200 185 190 199 1139 6952 5.358 4673 16983

75

19. Korban Bencana Sosial


3075 1705 56 3

64 4930

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Pada Kantor Sosial Tahun 2007 Kecamatan 1. Pekerja Imigran 2. Anak Terlantar 3. Anak Korban Tiras/perlakuan salah 4. Anak Nakal 5. Anak Jalanan 6. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 7. Perempuan Korban Tiras/perlakuan salah 8.Lanjut Usia Terlantar 9. Penyandang Cacat 10. Penyandang 190 60 175 52 200 57 185 55 190 56 1139 328 6952 5.358 4673 16983 70 51 80 396 550 54 65 525 560 3055 860 11 575 320 820 19 425 825 2233 67 6155 97 170 1365 150 362 135 2.694 140 5.552 190 7551 967 24056 Ampe- Sekar- Mata- Selapa- Cakranan bela ram rang Kota

negara Mataram

76

Cacat Bekas Penyandang d. Pertanian Pada tahun 2007, produktivitas padi sekitar 50,03 kuintal per hektar, berkurang 75 kuintal/ha dibanding produktivitas tahun sebelumnya. Sementara luas panen padi naik sebesar 4 persen. Jumlah produksi padi tahun2007 naik menjadi 18.716 ton atau naik sekitar 6 persen di banding jumlah produksi padi pada tahun sebelumnya. Produktivitas padi di kecamatan Ampenan adalah tertinggi antara produktivitas padi di kecamatan lain, yakni sekitar 53,28 kuintal per hektar. Luas panen tanaman jagung naik sebesar 480 persen, sedangkan tingkat produksinya naik sebesar 550 persen di banding tahun sebelumnya, produktivitasnya hanya naik sebesar 10 persen. Produksi beberapa jenis sayuran (petai, cabe, kacang panjang, ketimun, bayam, dan kangkung) selama tahun 2004 2007 mengalami fluktuasi. Secara rinci kenaikan produksi sayuran pada tahun 2007 dialami kacang panjang dan bayam, masing-masing, sebesar 164 persen. 683 persen. Sementara produksi kangkung mengalami penurunan. Produksi beberapa jenis buah-buahan seperti alpokat , mangga, rambutan, duku, jeruk, durian, jambu biji, jambu air, sawo, pepaya pisang, nenas nangka, dan sirsak yang tingkat produksinya di atas 5000 kuintal adalah mangga dan nangka.

77

Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan Dirinci per Kecamatan di Kota Mataram Tahun 2007 Kecamatan Irigasi Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya Kota Mataram 2006 2005 2004 e. Agama Kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar warga, seperti masjid, gereja, dan lainnya. Banyak tempat peribadatan di Mataram pada tahun 2007, mencapai 600 buah, yang terdiri dari sebnyak 77,83 % masjid, langgar, dan musholla, sebanyak 18,67 % pura dan sisanya berupa gereja, vihara dan kelenteng. 361,68 692,85 807 809 809 Jenis pengairan Irigasi setengah 534,27 331,17 202,41 954,62 300 320 320 Pasang surut 19,00 217,94 19,00 568 572 572 Lahan Sawah Sementara Tidak di Usahakan 12,20 1,675 1,702 1,702

78

Jumlah Sarana peribadatan Dirinci per Kecamatan tahun 2007 Kecamatan Masjid Langgar Musholla Gereja Pura Vihara Kelenteng Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya Jumlah 86 73 51 210 35 64 51 150 36 33 31 107 8 6 3 17 25 25 62 112 1 2 3 1 1

Penduduk Menurut Agama dan Kecamatan di Kota Mataram Tahun 2007 Kecamatan Ampenan Sekarbela Mataram Selaparang Cakranegara Sandubaya Kota Mataram Islam 66.064 38.598 55.825 5.346 42.434 32.365 288.746 Protestan 797 466 751 719 734 560 4.027 Katolik 869 507 614 588 489 373 344 Hindu 4.057 237 10.919 10.456 1.602 12.219 56.041 Bhuda 652 382 137 131 1.467 1.119 3.887 Jumlah 72.439 42.322 68.246 65.354 61.144 46.636 356.141

79

f.Struktur Sosial Masyarakat Kota Mataram Dalam masyarakat muslim umumnya masyarakat dibagi ke dalam dua golongan besar. Sebagaimana dikemukakan oleh Badri Yatim yang mengkaji tentang penduduk Hijaz,14 memiliki pendapat yang sama dengan Diya al-Umri,15 terdapat dua golongan masyarakat, yaitu al-khawa>s (golongan khusus), dan al-awa>m (golongan umum). Termasuk golongan al-khawa>s adalah para khalifah dan selanjutnya sultan-sultan, panglima, gubernur, qadi, pengawal khalifah, ilmuan, ulama, penulis, pedagang, pedagang besar, dan tokoh-tokoh masyarakat, seperti pemimpim tokoh Alawi dan pemimpin keturunan Bani Hasim, atau yang sederajat. Sedangkan yang termasuk dalam golongan al-awa>m adalah yang tidak termasuk dalam golongan al-khawa>s, yaitu terdiri dari para petani, pekerja atau buruh, pedagang kecil, tukang kayu, nelayan, penjahit, pembantu, kusir, kuli, dan sebagainya. Menurut Jamaluddin16 setidaknya ada tiga struktur yang cukup kuat dan sedang berjalan pada kebanyakan masyarakat di Lombok. Struktur tersebut didasarkan pada kekuatan pengaruhnya dalam masyarakat. Pertama, tuan guru. Tuan guru dalam masyarakat Sasak melebihi popularitas siapapun, bangsawan keturunan raja, atau bahkan pemerintah sekalipun.17 Umumnya mereka yang menjadi tuan guru adalah dari kalangan orang yang ekonomi menengah ke atas. Jadi kalau bukan dari kalangan orang-orang kaya, maka tuan guru tersebut memiliki garis keluarga yang memang sebagai tuan guru. Jadi secara ekonomi memiliki pengaruh kuat, atau secara geneologi juga demikian, yang jelas umumnya mereka tuan guru jarang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci: Makkah dan Madinah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 90. 15 Akram Diya al-Umri, Qiya>m al-Mujtama al-Isla>mi min Manzu>r al-Tari>khi (Qatar: Da>r al-Akhba>r al-Yaum, 1994), 79-81. 16 Jamaluddin, Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935 (Studi Kasus Terhadap Tuan Guru) (Jakarta: Lektur Balitbang Kemenag RI, 2011), 134-135. 17 Jamaluddin, Persepsi dan Sikap Masyarakat Sasak Terhadap Tuan Guru (Yogyakarta: CRCS-Sekolah Pascasarjana UGM-Depag RI, 2007)., 21.
14

80

Kedua, kelompok tuan haji. Tuan haji adalah kelompok kedua yang mendapat perlakuan spesial dalam masyarakat. Tuan haji adalah sebutan para haji, mereka yang memiliki kekuatan ekonomi yang juga cukup kuat. Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka para pejabat, pegawai, pedagang, pemilik lahan, pemilik modal.18 Bagi yang memiliki kemampuan secara ekonomis, dapat mempercepat keberangkatannya ke Tanah Suci. Setelah kembali dari Tanah Suci, mereka akan diangkat sebagai imam masjid, sebagai Kiai Desa (lih. penjelasan di atas). Ketiga, kelompok non haji, termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang menjadi petani penggarap, buruh atau yang menjalankan usaha orang lain (pesuruh). Umumnya mereka ini adalah kelompok yang secara ekonomis adalah orang-orang yang bergantung atau menggantungkan hidup mereka kepada kelompok kedua atau kepada kelompok pertama. Kelompok ketiga ini dapat naik statusnya apabila dia mampu menjadi tuan haji atau menunaikan ibadah haji.19

18 19

Jamaluddin, Persepsi, 21. Jamaluddin, Persepsi, 21.

81

BAB IV KESIMPULAN

Berangkat dari rumusan masalah dan uraian pada bab-bab sebelumnya maka ada beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan, sebagai berikut: Kata Mataram berasal dari bahasa Sansekerta dari kata mata yang berarti ibu dan kata aram berarti hiburan. Mataram berarti hiburan untuk ibu atau persembahan untuk ibu pertiwi. Kata Mataram juga bisa berasal dari kata matta yang berarti gembira atau gairah dan aram berarti hiburan. Jadi matta-aram atau mataram berarti pembangunan kerajaan atau kota ini adalah sebagai lambang pernyataan kegembiran sebagai hiburan dan sekaligus lambang kegairahan hidup untuk membangun tanah harapan yang menjanjikan masa depan yang lebih cerah. Dalam catatan sejarah, nama Mataram telah dikenal di Lombok lebih dari empat abad yang lalu, namun secara adminitratif, dan secara resmi oleh Belanda dijadikan ibukota adalah tanggal 31 Agustus 1895, Mataram menjadi ibukota Lombok Barat, dan pada tanggal 11 Maret 1898 menjadi ibukota Lombok (yang sebelumnya Ampenan). Pada bulan Februari 1942 Mataram menjadi pusat pemerintahan Negara Republik Lombok dan pusat pemerintahan Lombok Barat. Bulan Mei tahun itu juga Jepang mengambil alih pemerintahan dan menetapkan Mataram sebagai ibukota Ken Lombok dan Bun Ken Lombok Barat. Sejak 18 Agustus 1945 Mataram menjadi ibukota pemerintah Lombok. Pada Tanggal 15 Oktober 1945 Mataram menjadi ibukota Daerah Lombok dan Ibukota Pemerintahan Setempat Lombok Barat. Pada tanggal 14 Agustus 1958 Mataram menjadi ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Barat dan sekaligus ibukota Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Barat. Pada tahun 1965 dengan perubahan nama Daerah Swatantra Tk I menjadi Propinsi dan Daerah Swatantra TK II menjadi kabupaten maka Mataram menjadi ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupten Lombok Barat. Pada tahun 1978 Mataram dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor: 21/th. 1978, pembentukan Pemerintah Kota Administratif Mataram

82

disyahkan dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada Tanggal, 29 Agustus 1978. Peningkatan status Kota Administratif Mataram menjadi Kotamadya Dati II Mataram, berdasarkan Undang-Undang No. 4 Thn. 1993. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Moch. Yogi S Memet) meresmikan perubahan tersebut pada tanggal, 31 Agustus 1993, yang wilayahnya meliputi Kecamatan Mataram, Ampenan dan Kecamatan Cakranegara. Beberapa kejadian penting yang pernah terjadi di Mataram, di antaranya, pertemuan diplomatik antara Gelgel yang diwakili oleh Danghyang Nirartha dan Sasak diwakili langsung oleh Sri Aji Krahengan atau perjanjian persahabatan Bali-Sasak ini terjadi pada bulan Kartika 1452 Saka (Oktober 1530 M) dan peristiwa ini diabadikan dengan sebutan Perjanjian Aji Krahengan. Pada tanggal 18 Agustus 1945 di Pulau Lombok Jepang menyerahkan urusan pemerintahan kepada anggota-anggota Syukai Gi In (Badan Persiapan Kemerdekaan Tingkat Daerah) yang berpengaruh di masyarakat. Jabatan Ken Kanrikan Lombok diserahkan kepada Raden Nuna Nuraksa, Bun Kenkanrikan Lombok Timur kepada Mamiq Fadelah, Lombok Tengah kepada Lalu Srinata dan Lombok Barat kepada I Gusti Bagus Ngurah. Pada akhir September 1945 Pemerintah Lombok menyelenggarakan rapat di Mardibekso Mataram yang dihadiri oleh wakil-wakil seluruh masyarakat. Rapat menetapkan dan bertekad menyelamatkan RI dan mendesak pemerintah agar segera membentuk Badan-Badan Perjuangan. Pada tanggal 15 oktober 1945 penyerahan kekuasaan pemerintahan secara resmi dari tangan Jepang kepada bangsa Indonesia dilaksanakan di Mardibekso Mataram. Bendera kebangsaan dikibarkan pada hari itu dan Lombok menyatakan diri masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia. Pada hari itu Merah Putih dikibarkan dengan resmi dan Lombok masuk wilayah Republik Indonesia. Semua pimpinan pemerintahan dipegang oleh putra daerah, masing-masing: Kepala daerah Lombok Raden Nuna Nuraksa, Kepala Pemerintahan Lombok Timur mamiq Fadelah, Kepala Pemerintah Lombok Tengah Lalu Srinata, Kepala Pemerintah Lombok Barat I Gusti Bagus Ngurah.

83

Pada 4 Agustus 1958 diundangkan UU No. 64 dan UU No. 69 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT serta Daerah Tingkat II, termasuk Daerah Tingkat II Lombok Barat. Pada masa H. L Anggrat menjadi Bupati Lombok Barat (1960-1965) Kepunggawaan Cakranegara dirubah statusnya menjadi Kedistrikan Cakranegara. Seiring dengan perubahan wilayah Kabupaten Lombok Barat maka Kedistrikan Ampenan sendiri dengan SK. Gubernur Daerah Tingkat I NTB No. 288. Pem. 20/1/12 dipecah menjadi Ampenan Barat di Dasan Agung dan Ampenan Timur di Narmada. Pada tahun 1967 dengan SK Gubernur KDH TK I NTB No. 156/Pem. 7/2/266 tanggal 30 Mei 1969 dibentuklah Kecamatan Mataram dengan mengambil beberapa Desa dari Kecamatan Ampenan dan Cakranegara. Dengan semakin berkembangnya wilayah Mataram dari segala sisi maka dibentuklah dengan PP No. 21 Tahun 1978 Kota Administratif Mataram dengan wilayah terdiri dari 3 Kecamatan yaitu: Ampenan, Mataram dan Cakranegara yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri ketika itu H. Amir Mahmud. Dan sebagai Walikota Pertama Kotif Mataram diangkat H. Mujitahid yang dilantik oleh H. R Wasita Kusumah yang menjabat Gubernur KDH Tk I NTB ketika itu.

84

REKOMENDASI Kesimpulan besar dari penelitian ini adalah Bahwa Mataram pertama kali dijadikan oleh Belanda secara resmi menjadi Ibukota Lombok Barat adalah tanggal 31 Agustus 1895, dan pada tanggal 11 Maret 1898 menjadi ibukota Lombok. Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut maka kami merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Menjadikan tanggal 31 Agustus 1895 M, sebagai Hari Ulang Tahun Kota Mataram. 2. Mendesak agar segera diperdakan bahwa tanggal 31 Agustus 1895 M sebagai Hari Ulang Tahun Kota Mataram. 3. Segera mensosialisasikan tanggal 31 Agustus sebagai Hari Ulang Tahun Kota Mataram.

Mataram 29 Nopember 2011 ttd Tim Peneliti

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
L.Gde Suparman,11 Tahun Kota Mataram Membangun Kota berbasis dan berwawasan Religius.(Mataram ,Komunitas Pengkaji Dinamika Mataram,2004). Babad Lombok (Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1994.) Monografi Daerah NTB (Jakarta :Dirjen Kebudayaan Depdikbud RI,1977) AA Ktut Agung,Kupu-Kupu Kuning Yang Terbang Di Selat Lombok(Denpasar:Upada Sastra,1992). Sejarah Daerah NTB,DEPDIKBUD,2002 Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Nusa Tenggara Barat (19451949)( Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Ri ,1980) Kota Mataram Ibadah Yang Maju dan Religius,Kantor INFOKOM Kota Mataram,2004 H.L Jelenga,Keris Di Lombok(Mataram:Yayasan Pusaka Selaparang,2000) Babad Selaparang,DEPDIKBUD ,1979. Babad Suwung Iskandar,Spd,Mengenal Sekarbela Lebih Dekat (Yogyakarta:Mahkota Kata,2011). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah NTB (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1991) KoTa Mataram,Ibadah yang maju dan Religius,Edisi ke XI (Kantor Infokom Kota Mataram) DR.Soegianto Sastrodiwiryo,Perjalanan Danghyang Nirartha-Sebuah Dharmayatra (1478-1560) dari Daha sampai Tambora (Denpasar:PT.BP 1999) DR.Alvons van der Kraan,Lombok Penaklukan,Penjajahan dan keterbelakangan 1870-1940 (Mataram,Lengge,2009) Fath Zakaria,Mozaik Budaya orang Mataram (Mataram,Yayasan Sumurmas Al Hamidy,1998) H.Lalu Lukman,Sejarah,Masyarakat ,Budaya Lombok (Mataram,2003). Pemerintah Kotif Mataram,Laporan Lima Tahun Kota Mataram 1978/1983(Mataram-Lombok,PT.Muara Nusa,1983)

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.

Kotamadya Dati II Mataram,4 tahun Kotamadya Mataram Membangun (HumasPemda Kodya dati II Mataram,1997). Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Mataram,9 Tahun Dirgahayu IX Kota Mataram 2002 Bahan 14 Tahun Kota Mataram Bahan 17 Tahun Kota Mataram Bahan Sosialisasi Perda Kota Mataram No:3 Tahun 2007, Tentang Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan di Kota Mataram ( Bagian Setda Kota Mataram, 2007) Pemerintah Kota Mataram,15 Tahun Kota Mataram 1993-2008 (Kantor Infokom Kota Mataram) Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci :Makkah dan Madinah (Jakarta,Logos Wacana Ilmu,1999) Akram Diyaal Umri,Qiyam al-Mujtama al-Islami min Manzur al Tarikhi (Qatar:Dar al-Akhbar al-Yaum,19994) Jamaludin,Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935 (Studi kasus terhadap Tuan Guru) (Jakarta:Lektur Balitbang Kemenag RI,2011) Jamaludin,Persepsi dan Sikap Masyarakat Sasak Terhadap Tuan Guru (Yogyakarta: CRCS-Sekolah Pasca Sarjana UGM-Depag RI,2007)

You might also like