You are on page 1of 7

SADDU DZARIAH

Definisi, Hukum dan Hujjah

P a p e r

Makalah Ini Dibuat Untuk Melengkapi Tugas


Mata Kuliah Ushul Fiqh Semester Genap
Dengan Dosen Pengajar Drs. Rumadi MA
Pada Program Studi Mua malah Perbankan
Syariah

Di Susun Oleh
Faishal Harris
Ifah Munifah
Saumi Rizqiyanto

Fakultas Syariah Dan Hukum


Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Chapter One
Foreword

Setiap perbuatan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang pasti


mempunyai tujuan yang jelas, tanpa kemudian mempersoalkan ini perbuatan
yang baik atau buruk, perbuatan itu mendatangkan manfaat atau mudharat.
Namun sebelum sampai kepada pelaksanaan perbuatan yang dituju, pasti
ada sederet atau serentetan perbuatan/peristiwa yang mendahului yang
tentunya harus dilalui atau dikerjakan.
Sebagai ilustrasi, bila seorang mahasiswa hendak membuat skripsi
/tesis/desertasi, maka ia harus tahu konsep suatu karya ilmiah, harus tahu
informasi, sebelumnya ia harus mencari referensi buku, mungkin surfing di
internet, melakukan penelitian dsb. Kegiatan pokok dalam hal ini adalah
membuat karya ilmiah sedangkan mencari referensi buku maupun surfing
internet, melakukan penelitian dsb disebut sebagai kegiatan perantara.
Dalam ilmu ushul fiqh, perbuatan perantara itu dikenal dengan sebutan
dzariah, washilah maupun muqoddimah. Pembahasan dzariah menjadi penting
tatkala berkenaan dengan hukum suatu perbuatan perantara. Jikalau
membuat karya ilmiah adalah wajib karena berkaitan dengan menuntut ilmu
maka bagaimana hukum melakukan penelitian, bagaimana hukum surfing
internet.
Mengenai perantara suatu perbuatan yang sudah memiliki hukum
memang tak jadi soal semisal wudhu ketika akan sholat. Tinggal
menggunakan kaidah:

Bagi perantara itu hukumnya adalah sebagaimana hukum yang berlaku pada
apa yang dituju

Sudah akan diketahui. Bahwasannya jikalau memakai kaidah ini maka


wudhu juga memiliki hukum wajib sebagaimana sholat (jenis perantara ini
sering disebut muqoddimah). Lalu bagaimana hukum suatu perantara yang
esensinya diperbolehkan tetapi bisa digunakan untuk perbuatan jelek. Ini
yang menjadi persoalan.
Dalam perkembangannya, dzariah terbagi menjadi dua yakni Saddu
Dzariah dan Fathu Dzariah. Dalam tahap lanjut para ulama kemudian
menyetujui bahwa istilah dzariah dipakai ketika merujuk kepada perantara
yang berkonotasi negatif, sedangkan istilah muqoddimah dipakai ketika
merujuk perantara yang berkonotasi positif.
Sesuai dengan silabus Drs. Rumadi MA, maka kami memfokuskan
pembahasan pada Saddu Dzariah, suatu konsep penetapan hukum yang
dikenal dalam disiplin ilmu ushul fiqh. Mengenai bagaimana definisi, dasar
hukum, variasi dan hujjahnya dapat disimak dalam pembahasan berikut.

1
Chapter Two
Vieweword

DEFINISI

Secara harfiah adzdzariah bermakna

Jalan yang membawa kepada sesuatu secara hissi atau ma’nawi, baik atau buruk

Sedangkan secara istilah seperti biasa para ulama berbeda pendapat.


Ibnul qoyyim mendefinisikan adzdzariah cenderung netral sebagaimana
makna harfiahnya yakni

Apa-apa yang menjadi jalan atau perantara kepada sesuatu

Setali tiga uang dengan makna harfiah dan istilah ibnul qoyyim, wahbah
zuhaili mendefinisikan sama netralnya. Yang berbeda pendapat dalam
referensi kami adalah badran yang mendefinisikannya secara tidak netral dan
barangkali merupakan yang tepat dalam konteks Saddu adzariah. Beliau
mendefinisikannya sebagai

Apa yang menyampaikan kepada sesuatu yang terlarang yang mengandung


kerusakan

Agar lebih match dengan bahasan yang dituju kata adzdzariah didahului
kata Saddu yang bermakna menutup. Jadi arti saddu dzariah yang mudah dan
simple adalah ‘menutup jalan yang menuju kepada kerusakan’
Seperti yang telah disinggung diatas perantara terbagi menjadi dua.
Menurut abdul karim zaidan, perantara yang pertama adalah perbuatan yang
keharamannya bukan saja karena perbuatan itu merupakan washilah bagi
sesuatu yang diharamkan tetapi esensi perbuatan itu juga diharamkan.
Perantara yang kedua adalah perbuatan yang secara esensial diperbolehkan
namun memiliki kemungkinan bahwa perbuatan itu digunakan sebagai
washilah kepada sesuatu yang diharamkan. Sebagai contoh menawarkan
barang atau shopping lewat internet pada dasarnya diperbolehkan tetapi
tatkala hal itu dapat membawa pada kemudharatan bagaimana hukumnya?
Disinilah konsep Saddu dzariah bermain. Karena menjual atau berbelanja di
dunia maya banyak mengandung unsur penipuan maka hal itu menjadi
terlarang.

2
DASAR HUKUM

Dzariah memiliki dasar hukum sebagai berikut


1. Firman Allah

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain


Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang


mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.

SYARAT SADDU DZARIAH

Menurut Imam AsSyatibi ada beberapa kriteria yang menjadikan suatu


perantara perbuatan itu dilarang diantaranya yakni
1. Perbuatan yang tadinya boleh dilakukan itu mengandung kerusakan
2. Kemudharatan lebih kuat daripada kemaslahatan
3. Perbuatan yang diperbolehkan syara mengandung lebih banyak unsur
kemudharatannya

RAGAM DZARIAH

Para ulama membagi Saddu Dzariah menjadi dua kategori, berdasarkan


dampak mudharat dan dari tingkat kemudharatan
1. variasi dzariah dari segi dampak mudharat menurut Ibn Qoyyim
A. Perbuatan perantara yang pada dasarnya membawa kerusakan
yang pasti. Contoh perbuatan zina yang dapat membawa pada
kerusakan tata nasab keturunan.
B. Perbuatan perantara bersifat mubah namun ditujukan untuk
perbuatan buruk yang merusak. Contoh mencaci agama lain
pada dasarnya mubah tetapi tatkala menjadi medium umat lain
mencaci Allah maka hukumnya menjadi terlarang
C. Perbuatan perantara bersifat mubah, tidak ditujukan untuk
suatu kerusakan namun bisa membuat kerusakan bahkan
menjadi lebih besar dibanding kemaslahatannya. Contoh,
seorang istri yang berhias diri ketika dalam masa iddah, pada
dasarnya mubah, tidak merusak namun bisa mengundang
seorang pria dewasa tertarik dan menimbulkan fitnah maka
hukumnya menjadi terlarang

3
D. Perbuatan perantara bersifat mubah, tidak ditujukan untuk
kerusakan namun memiliki sifat merusak walaupun tidak
sebesar kemaslahatannya. Contoh, melihat wajah perempuan
ketika dipinang
2. Dzariah dari segi tingkat kemudharatan menurut Asyatibi
A. Perbuatan perantara yang membawa kerusakan secara pasti.
Contoh, menggali lobang di tanah sendiri dekat pintu rumah
seseorang diwaktu gelap. Setiap orang yang keluar dari pintu
itu pasti akan terjatuh. Pada dasarnya sah-sah saja menggali
lobang ditanah sendiri tapi tatkala lodang itu terletak tepat di
depan pintu tetangga maka akan terjadi hal-hal mudharat yang
tidak diinginkan.
B. Perbuatan perantara yang membawa kepada kerusakan
menurut biasanya dalam artian kalau dzariah dilakukan maka
kemungkinan besar akan terjadi kerusakan. Contoh, menjual
anggur kepada produsen minuman keras. Pada dasarnya boleh-
boleh saja menjual anggur tapi tatkala dijual kepada produsen
minuman keras akan menjadi terlarang.
C. Perbuatan perantara yang terlarang menurut kebanyakannya.
Dalam artian jika tidak dihindari seringkali sesudah itu akan
mengakibatkan berlangungnya perbuatan terlarang. Seperti
jual-beli kredit, tidak selalu jual beli kredit membawa kepada
riba tapi seringkali dijadikan sarana untuk riba.
D. Perbuatan perantara yang jarang sekali membawa kepada
kerusakan. Contoh, menggali lobang di tanah sendiri yang
jarang dilalui seseorang, namun manakala suatu ketika seorang
lewat maka akan terjatuh kedalam lobang.

HUJJAH SADDU DZARIAH

Seperti biasa, para ulama berbeda pendapat mengenai kehujjahan


penggunaan Saddu dzariah dalam menentukan suatu hukum perbuatan.
Berdasarkan dalil seperti yang tersebut diatas, ulama malikiyah dan
hanabilah menerima kehujjahan saddu dzariah.
Berseberangan dengan rekannya, ulama-ulama hanafiyah, syafi’iyah, dan
syi’ah dapat menerima Saddu dzariah dalam masalah-masalah tertentu saja.
Imam Syafii menerima Saddu Dzariah apabila dalam keadaan uzur.
Sedangkan ulama hanafiyah dan syafiiyah menerima Saddu Dzariah apabila
kemudharatan akan benar-benar muncul atau akan terjadi.

4
Chapter Three
Afterword
Demikianlah bahwasannya Saddu Dzariah merupakan salah satu metode
menetapkan suatu hukum perbuatan dengan menutup/melarang perbuatan
perantara yang dapat membawa kepada kerusakan. Namun tidak semua
perbuatan perantara membawa kepada kerusakan, ketika perantara menjadi
manfaat malah sangat dianjurkan oleh agama (biasa disebut fathu dzariah).
Bisa dibilang Saddu Dzariah merupakan tindakan preventif dalam
mencegah perbuatan yang haram. Dari pada perbuatan itu terjadi mendingan
mencegah perantaranya, dengan menutup atau melarang. Mencegah lebih
baik dari pada mengobati, sedia payung sebelum hujan itu prinsipnya.
Demikian semoga sajian ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
kita semua.

5
Reference
Abdullah, Taufik, Dkk. Ensiklopedia Tematis
Dunia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Houve 2002
Syafei, Rahmat, Prof. Dr. Ilmu Ushul Fiqh.:
Pustaka Setia 1999
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh II. Jakarta:
Logos 1999Bandung

You might also like