You are on page 1of 48

TPTL-41 TEKNOLOGI PENGELASAN (2 sks)

Universitas Hang Tuah

Tujuan :

Mahasiswa mampu memahami proses pengelasan manual, semi otomatis dan otomatis yang digunakan dalam pembuatan konstruksi kapal, alat apung, mulai dari proses penyalaan busur las sampai proses metalurgi. Proses metalurgi, pengenalan teknologi las, macammacam teknologi pengelasan, material dalam proses pengelasan, peraturan dalam pengelasan, perencanaan dalam sambungan las, persyaratan klasifikasi dalam pengelasan, keselamatan pengelasan, simbol-simbol pengelasan.

Materi :

Yanu, Ship Building Engineering

Cara mengajar : Kuliah dan responsi.

Universitas Hang Tuah

Prasyarat

: Ilmu Bahan.

Referensi : 1. Soeweify,____, Diktat Kuliah Teknologi Las 1, FTK-ITS, Surabaya. 2. Sumarto, HW., 1979, Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.

3. _______, 1979, AWS Handbook, AWS Published.


4. _______, 1996, Peraturan Pengelasan Biro Klasifikasi, Biro Klasifikasi Indonesia, Jakarta.

Yanu, Ship Building Engineering

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

KLASIFIKASI PENGELASAN :
1. PENGELASAN CAIR

Universitas Hang Tuah

Pengelasan dimana sambungan yang akan dilas dipanaskan lebih dahulu sampai mencair, dan sumber panasnya dari busur listrik, semburan api gas yang terbakar atau sinar laser. 2. PENGELASAN TEKAN Pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan ditekan menjadi satu. 3. PEMATRIAN Penyambungan logam dengan cara mengikat dengan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Yanu, Ship Building Engineering 4

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

KEBAIKAN & KEBURUKAN KONSTRUKSI LAS :


1. Kebaikan - Cara paling murah menyambung logam. - Berat benda menjadi lebih ringan. - Untuk macam-macam logam komersil. - Bisa segala tempat dan posisi. - Persiapan desain mudah. - Kekuatan relatif sama. 2. Keburukan - Hasil pengelasan sangat tergantung dari welder, mesin, material, prosedur. - Perlu pemeriksaan baik secara Destructive Test maupun Non Destructive Test. - Timbulnya cacat las baik metalurgi maupun dimensi. - Adanya Stress Concentration Factor dan Stress Intensity Factor. - Adanya Heat Affected Zone (HAZ) dan Residual Stress. - Adanya Brittle Material.
Yanu, Ship Building Engineering 6

Universitas Hang Tuah

Universitas Hang Tuah

PERALATAN KEAMANAN LAS :

Yanu, Ship Building Engineering

Universitas Hang Tuah

PERALATAN PENGELASAN :

Yanu, Ship Building Engineering

Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

Pendahuluan
SMAW adalah proses pengelasan dengan menggunakan proses panas yang dihasilkan dari panas busur listrik yang terjadi di ujung elektrode dan logam induk. Selama proses pengelasan berlangsung penyampuran logam cair dilindungi oleh gas dan terak yang berasal dari selaput elektrode yang terbakar. Dibandingkan dengan cara pengelasan yang lain, pengelasan dengan cara ini paling banyak digunakan. Dalam penggunaan secara manual, pengelasan SMAW adalah yang paling populer dan menguntungkan karena pemakaiannya luas. Selain dengan cara manual, ada juga yang digunakan dengan cara semi otomatis dan otomatis. Penggunaan dengan cara otomatis biasanya disebut dengan Gravity Welding.
Yanu, Ship Building Engineering 9

Universitas Hang Tuah

Universitas Hang Tuah

Dalam proses pengelasan SMAW terdiri beberapa material yang menyatu membentuk sambungan las, antara lain : 1.Kawat las (filler metal) 2.Fluks (flux) dan gas pelindung 3.Logam induk (base metal) 4.Pengaruh lingkungan (environment) Dalam aplikasinya las SMAW dapat digunakan untuk pengelasan baja lunak (mild steel), baja kuat (HSLA), baja tahan panas, baja tahan karat, besi cor, paduan tembaga, paduan nikel, pelapisan keras dan lain-lain. Pada proses pengelasan manual SMAW (shielded metal arc welding) jumlah masukan panas (heat input) dapat diketahui dengan cara memasukkan besarnya nilai variabel-variabel pengelasannya, antara lain besarnya nilai arus listrik, tegangan pengelasan serta kecepatan pengelasan yang dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :
Yanu, Ship Building Engineering 10

Universitas Hang Tuah

Dimana : H E I V fi

= = = = =

E .I.f i H V

Jumlah masukan panas (joule/cm). Tegangan pengelasan (volt). Arus pengelasan (ampere). Kecepatan pengelasan (cm/min). Efisiensi

Jumlah masukan panas pada proses pengelasan akan memberikan pengaruh terhadap kekuatan tarik dari hasil pengelasan.

Masukan panas akan mempengaruhi struktur dari logam las maupun pada daerah HAZ, difusi antara logam lasan dengan logam induk serta akan berpengaruh terhadap tegangan sisa yang terjadi akibat proses pengelasan dimana tegangan tersebut berpengaruh terhadap kekuatan sambungan las.
Yanu, Ship Building Engineering 11

Peralatan Las SMAW

Universitas Hang Tuah

Peralatan pokok : Mesin las Kabel elektrode Tang elektrode Elektrode Kabel masa Peralatan bantu & keamanan : Kedok las Kacamata las Baju las Sarung tangan las Apok las Sepatu las Palu tetek Sikat kawat baja Gambar 2. Skema Pengelasan SMAW Tang las
Yanu, Ship Building Engineering Gambar 1. Mesin Las SMAW AC/DC

12

Tipe Mesin Las SMAW

Universitas Hang Tuah

Electric power : Static, rotating Controlling power : Variable, coupling tapswitch Welding current : AC (Alternating Current), DC (Direct Current) Static volt ampere : Constant Current (CC), Constant Voltage (CV) Maximum rating : 100 A, 160 A, 200 A, etc Duty cycle : 60 %, 80 %, 40 %, etc

Catatan : Duty cycle adalah perbandingan waktu pemakaian dan waktu istirahat dalam penggunaan mesin las selama 10 menit.
Yanu, Ship Building Engineering 13

Keunggulan dan Kelemahan SMAW

Universitas Hang Tuah

Keunggulan : Peralatan sederhana. Tidak perlu investasi yang mahal. Lebih ekonomis dalam pemeliharaan. Mudah dalam pengoperasiannya. Pengelasan untuk semua posisi. Dapat digunakan untuk ketebalan pelat dari tipis hingga tebal. Elektrode las terbungkus langsung dengan fluks. Dapat dibawa kemana-mana sesuai kebutuhan. Kelemahan : Kecepatan las relatif lambat. Efektivitas hasil las relatif rendah. Sering start/stop cenderung menimbulkan cacat las. Spesifikasi elektrode las mengikuti pelat, jenis listrik dan posisi pengelasan. Pemeliharaan elektrode las memerlukan pemanas. Kualitas hasil las-lasan kurang baik.
Yanu, Ship Building Engineering 14

Prinsip Kerja Las SMAW


a. Electrode Base Metal b. Short Circuit Necking c. Weld Metal

d.

Universitas Hang Tuah

- Untuk menyalakan busur las listrik dilakukan dengan menyinggungkan elektrode dengan base metal (pelat) short circuit. - Elektrode ditarik sedikit hingga terjadi leher las (necking) kepadatan arus listrik. - Jika jarak elektrode dan base metal terlalu jauh maka tidak terjadi leher las, tetapi malah putus sebelum terbentuk busur las. - Dan apabila terlalu dekat atau terlambat mengangkat elektrodenya maka akan terjadi hubungan pendek (lengket) sehingga akhirnya mati. - Jarak antara elektrode dengan base metal sekitar 3 mm dan selanjutnya dijaga agar jarak tersebut tetap. - Setelah leher las ini putus terdapat gas yang sudah terionisasi maka lompatan elektron dapat terjadi dan membentuk busur listrik.
Yanu, Ship Building Engineering 15

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelasan SMAW :


Proses panas busur listrik pada ujung elektrode dan logam induk yang dihasilkan dari hubungan singkat (short circuit) antara elektrode dengan logam induk. Pengumpanan disesuaikan dengan diameter elektrode ( 3 mm) agar busur listrik tetap terjaga. Pemakaian arus lisrik yang besar akan menyebabkan butiran logam las menjadi halus. Sedangkan pemakaian arus listrik yang rendah akan menghasilkan butiran logam las menjadi besar. Juru las (welder) mengatur kecepatan dan arah pengelasan dan posisi elektrode. Melakukan ayunan yang tepat pada elektrode sesuai dengan posisi pengelasan. Pemilihan elektrode yang sesuai dengan material yang akan dilas.
Yanu, Ship Building Engineering 16

Universitas Hang Tuah

Pengaruh arus listrik terhadap pencairan logam (metal transfer) :

Universitas Hang Tuah

Perpindahan Logam Las Pencairan Logam Las

Yanu, Ship Building Engineering

17

Polaritas Pengelasan

Universitas Hang Tuah

- Polaritas dalam pengelasan berpengaruh terhadap kedalaman penetrasi yang dihasilkan dan kualitas pencairan logam las ke dalam logam induknya. - Pemilihan arus listrik searah DC maupun bolak-bailk AC sangat menentukan kestabilan busur listrik. - Setting arus listrik yang akan digunakan dalam pengelasan harus disesuaikan dengan ketebalan pelat yang akan disambung dan diameter elektrode yang akan digunakan. - Tinggi rendahnya arus listrik yang digunakan juga harus diperhatikan karena akan mengakibatkan besar butiran logam cair elektrode yang akan dipindahkan ke logam induk.

Yanu, Ship Building Engineering

18

Berdasarkan polaritasnya proses las dibagi tiga, yaitu : Pengelasan DCSP (direct current straight polarity), Pengelasan DCRP (direct current reverse polarity) Pengelasan AC (alternating current). Las DCSP dan DCRP dengan arus searah Las AC dengan arus bolak-balik. Dari jenis polaritas pengelasan tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga dapat dipilih yang paling menguntungkan sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Hang Tuah

Ion

Elektron

Ion

Elektron

Ion

Elektron

DCSP

AC

DCRP

Polaritas Pengelasan
Yanu, Ship Building Engineering 19

Direct Current Straight Polarity (DCSP)

Universitas Hang Tuah

Mesin Las

Ion Gas

Elektron

Pengelasan DCSP menggunakan sumber arus listrik searah (DC), kutub negatif dihubungkan dengan elektrode dan pada logam induk dihubungkan dengan kutub positif. Terjadi aliran elektron dari elektrode ke logam induk dan sebaliknya aliran ion-ion positif dari logam induk ke elektrode. Arus listrik searah bisa didapatkan dengan mengubah arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus listrik searah (DC) Rectifier. Menghasilkan penembusan yang dalam, busur las lebih stabil dan cocok untuk pengelasan pelat-pelat tebal.
Yanu, Ship Building Engineering 20

Direct Current Reverse Polarity (DCRP)

Universitas Hang Tuah

Mesin Las

Ion Gas

Elektron

Pengelasan DCRP hubungan listriknya kebalikan dari DCSP, kutub positif dihubungkan elektrode dan kutub negatif ke logam induk. Dengan kondisi ini ion-ion positif dari elektrode menuju ke logam induk dan elektron negatif dari logam induk menuju ke elektrode. Pada logam induk akan terjadi aksi pembersihan (cleaning action) dan mengupas lapisan oksida untuk logam yang mempunyai temperatur cair tinggi. Menghasilkan penembusan yang dangkal pada logam induk (shallow penetration). Sumber arus listrik sama DCSP, busur las lebih stabil, lebih cocok dipakai untuk pelat tipis.
Yanu, Ship Building Engineering 21

Alternating Current (AC)

Universitas Hang Tuah

Mesin Las

Ion Gas

Elektron

Pengelasan dengan arus bolak-balik (AC) merupakan kombinasi antara polaritas pada las DCSP dan DCRP ion-ion positif dan negatif yang dihasilkan berbalik arah secara periodik 50 kali/det. Pada kenyataannya arus AC sering tidak sama besar arusnya, karena adanya lapisan oksida korosi pada permukaan logam induk dapat menyebabkan ketidaksinambungan besar arus listrik ke logam induk. Pengelasan AC busur las kurang stabil dibandingkan dengan DCSP dan DCRP penembusan sedang sehingga cocok untuk bermacam-macam ketebalan pelat.
Yanu, Ship Building Engineering 22

Elektrode Las (electrode)


Elektrode adalah logam pengisi yang dilelehkan untuk mengisi celahcelah (groove) material yang akan dilas. Jenis elektrode tergantung dari material yang dilas, bentuk pengelasan, posisi pengelasan dan lain-lain. Pemilihan elektrode harus mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Jenis logam dan tebal pelat yang akan dilas. 2. Jenis sambungan las dan posisi pengelasan. 3. Spesifikasi teknis yang diharapkan. 4. Jenis arus listrik yang tersedia (AC atau DC). 5. Kecepatan pengelasan yang diharapkan. Elektrode las SMAW terbuat dari campuran logam yang luarnya dilapisi dengan serbuk yang disebut dengan fluks. Fluks pada elektrode terdapat bermacam-macam jenis, diantaranya: kapur (lime), rutile, cellulose dan bijih besi dengan bahan pengikat seperti kalium silikat ataupun natrium silikat. Sedangkan bahan dari fluks adalah: selulosa, lempung silikat, talek, titanium oksida, ilmenit, feroksida, kalsium karbonat, ferro mangan, mangan dioksida, pasir silisium, kalium silikat, natrium silikat.
Yanu, Ship Building Engineering 23

Universitas Hang Tuah

Peranan fluks sangat menentukan kualitas sambungan las, hal ini dikarenakan fungsi dari fluks adalah sebagai berikut:

Universitas Hang Tuah

1. Sumber gas yang melindungi logam cair dari kontaminasi udara. 2. Mengurangi timbulnya cacat las yang berupa pori-pori pada deposit metal. 3. Sumber terak sebagai pelindung terhadap gas-gas di udara (terak yang berasal dari oksidasi metal dan senyawa silikat). 4. Sebagai unsur/elemen pengionisasi sehingga busur yang terjadi lebih stabil, terutama bila menggunakan mesin las AC. 5. Sumber elemen campuran yang dapat memperbaiki sifat deposit serta menambah kekuatan. 6. Memperbaiki produktivitas logam las.

Yanu, Ship Building Engineering

24

Lapisan elektrode mempunyai sifat sendiri-sendiri tergantung dari materialnya, sebagai contoh :
- Cellulose, membentuk gas sebagai reduktor terhadap banyaknya gas yang terjadi pada proses pengelasan. - Metal carbonat, mengatur terjadinya slag dan menghindarkan dari pengaruh udara. - Titanium dioxide, memperbaiki pengionisasian dan penstabil busur, mengurangi pengaruh slag yang terlalu cepat dingin. - Ferro manganesse dan ferro silicon, menghindari pengoksidasian dari hasil pengelasan yang masih memijar dan mensuplai unsur manganesse dan silikon untuk deposit metal. - Clays dan gums (tanah liat dan lem), memperbaiki sifat elastis yang membentuk selubung plastis pada material. - Kalsium fluorida, membentuk gas pelindung, mengatur pembentukan slag (terak), memperbaiki sifat cairan logam. - Mineral silicate, memperbaiki terak dan memberi kekuatan. - Nikel molybdenium dan chromium, memperbaiki sifat deposit metal. - Iron dan manganesse oxide, mengatur sifat cairan logam dan bentuk terak. - Iron powder, menambah produktivitas.
Yanu, Ship Building Engineering 25

Universitas Hang Tuah

Spesifikasi Elektrode Terbungkus (AWS A5.1-64T)


Item Fluks Posisi* Listrik Kekuatan Tarik (kg/mm2) Kekuatan Luluh (kg/mm2) PerpanJangan (%)

Kekuatan tarik terendah setelah dilaskan 60.000 psi atau 42,2 kg/mm2

Universitas Hang Tuah

E6010 E6011 E6012 E6013 E6020 E6027

Natrium selulosa tinggi Kalsium selulosa tinggi Natrium titania tinggi Kalium titania tinggi Oksida besi tinggi Serbuk besi, oksida besi

F,V,OH,H F,V,OH,H F,V,OH,H F,V,OH,H F H-S F H-S

DC (+) AC/DC (+) AC/DC (-) AC/DC () AC/DC () AC/DC (-) AC/DC () AC/DC (-)

43,6 43,6 47,1 47,1 43,6 43,6

35,2 35,2 38,7 38,7 35,2 35,2

22 22 17 17 25 25

Kekuatan tarik terendah setelah dilaskan 70.000 psi atau 49,3 kg/mm2
E7014 Serbuk besi, tinania F,V,OH,H AC/DC () 17

E7015
E7016 E7018 E7024 E7028

Natrium hidrogen rendah


Kalium hidrogen rendah Serbuk besi, hidrogen rendah Serbuk besi, titania Serbuk besi,hirogen rendah

F,V,OH,H
F,V,OH,H F,V,OH,H F,H-S F,H-S

DC (+)
AC/DC (+) AC/DC (+) AC/DC () AC/DC (+) 50,6 42,2

22
22 22 17 22

* F=datar, V=vertikal, OH=atas kepala, H=horisontal, H-S=horisontal las sudut * (+)=polaritas balik, (-)=polaritas lurus, ()=polaritas ganda

Yanu, Ship Building Engineering

26

Identifikasi Elektrode

Universitas Hang Tuah

Dalam standar AWS (American Welding Society) huruf E dan huruf D pada JIS (Japanese Industrial Standard) berarti elektrode berlapis. Dan 2 (dua) angka yang pertama baik pada AWS maupun JIS menyatakan kekuatan tarik minimum dari weld metal tersebut. Pada AWS menggunakan satuan Psi, sedangkan pada JIS menggunakan satuan kgf/mm2. Sedangkan 2 (dua) angka yang paling belakang menunjukkan posisi pengelasan dan jenis fluks yang digunakan.

Yanu, Ship Building Engineering

27

Contoh pembacaan kode elektrode :

E. 7016.C2

Universitas Hang Tuah

E.I

Elektrode terbungkus (AWS), standar JIS. D.

70 Digit pertama dan kedua atau ketiga 100 menunjukkan kekuatan tarik minimum AWS dalam Psi = 70.000 Psi JIS dalam kgf/mm2 = 49 kgf/mm2 1
Digit ketiga atau keempat menunjukkan posisi pengelasan

Angka 1 menyatakan untuk semua posisi (all position) Angka 2 untuk pengelasan fillet horizontal dengan posisi datar Angka 3 untuk pengelasan vertikal dengan gerakan menurun 6
Digit terakhir menunjukkan pemakaian jenis selaput (fluks)

Angka 0,1 menggunakan fluks cellulosa Angka 2,3,4 menggunakan fluks rutile Angka 5,6,8 menggunakan fluks low hidrogen

C2

Tanda bukan mild steel


Yanu, Ship Building Engineering 28

Karakteristik Elektrode pada Pengelasan Baja Kapal :

Elektrode E.6010
- Menghasilkan sifat mekanik yang baik dan ketangguhan yang tinggi. - Dapat digunakan untuk semua posisi (all position). - Baik digunakan untuk pengelasan DCRP, busur las yang terjadi cukup kuat, dan menghasilkan penembusan yang dalam (deep penetration). - Rigi-rigi las kasar, baik untuk root pass maupun multi pass. - Hasil x-ray cukup baik. - Bentuk manik las cenderung cembung. - Fluks terbuat dari high cellulosa sodium (30 % cellulosa sodium, titanium oksida, magnesium, aluminium silikat, dll). - Gerakan pengelasan secara perlahan, menggunakan ayunan balik, rawan terjadi cacat las undercut. - Cocok digunakan pada pengelasan mild steel, galvanized, dan low alloy steel. - Sangat baik dipakai pada pengelasan tack welding karena penembusannya yang dalam dan mempunyai sifat ductility tinggi.
Yanu, Ship Building Engineering 29

Universitas Hang Tuah

Elektrode E.6011

Universitas Hang Tuah

- Disebut juga kawat las AC, meskipun baik juga dipakai pada mesin las AC maupun DCRP. - Fluks yang digunakan hampir sama dengan elektrode E.6010, hanya saja dibuat lebih tebal sedikit dan termasuk dalam high potasium cellulosa. - Cocok untuk semua posisi dengan daya busur las cukup kuat, menghasilkan penembusan yang dalam sama dengan elektrode E.6010. - Aplikasinya untuk pengelasan baja karbon, galvanis, dan paduan rendah.

Yanu, Ship Building Engineering

30

Elektrode E.6012
- Pekerjaan las yang umum dan untuk semua posisi, bisa dipakai pada mesin las AC maupun DCRP. - Paling baik untuk posisi 1G dan 2G, jarang dipakai pada posisi 3G dan 4G. - Pada pengelasan single pass dan posisi 2F gerakan elektrode harus cepat karena arus listrik cukup tinggi. - Hasil pengelasan baik meskipun kampuh las curam dan bentuk tidak beraturan. - Pengendaliannya mudah, rigi-rigi las cukup baik dan cembung. - Salutan rutile, high titania sodium sehingga terak mudah dilepas, natrium silikat untuk memperbaiki busur las DCSP. - Daya busur listrik sedang, penembusan sedang. - Banyak dipakai untuk baja paduan rendah dan baja karbon tinggi. - Jika sambungan las kurang baik dengan elektrode E.6010, E6011 maka dapat diperbaiki dengan E.6012. - Memperkecil terjadinya retak pada daerah HAZ.
Yanu, Ship Building Engineering 31

Universitas Hang Tuah

Elektrode E.6013
Hampir sama dengan elektrode E.6012. Spatter dan undercut yang terjadi sangat sedikit. Rigi-rigi las baik, datar, dan mulus. Busur las mudah dikendalikan. Mechanical properties lebih baik dari pada elektrode E.6012. Baik untuk posisi 3G dan 4G. Bisa dipakai pada mesin las AC maupun DCSP. Selaput dari rutile dan high titania sodium. Sedikit terjadi slag inclusion, dan porosity. Hasil x-ray cukup baik. Sifat busur menghasilkan penembusan dangkal, sehingga sangat baik untuk pengelasan pelat tipis. - Dalam aplikasinya digabung dengan elektrode E.6012 untuk root pass, dan E.6013 untuk capping. - Dengan arus tinggi untuk pengelasan posisi 3G dan 4G. -

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

32

Elektrode E.6020

Universitas Hang Tuah

- Untuk las yang berkualitas baik pada posisi 2F dengan kecepatan tinggi. - Pada pengelasan posisi 1G bisa untuk mesin las AC, DCSP dan DCRP. - Pancaran busur las kuat, terak menutup rapat pada permukaan las dan mudah dibersihkan. - Rigi-rigi las rata cenderung berbentuk cekung. - Hasil radiografi cukup baik. - Fluks mengandung oksida besi, oksida mangan, silikat, alluminium, magnesium dan natrium yang berfungsi untuk mengeringkan terak. - Banyak digunakan untuk las sudut, horisontal dan datar. - Tidak cocok untuk pelat tipis karena deformasinya besar akibat panas yang dihasilkan cukup tinggi.

Yanu, Ship Building Engineering

33

Elektrode E.6027

- Sifat-sifatnya hampir sama dengan elektrode E.6020. - Fluks mengandung 50% serbuk besi. - Dirancang untuk las sudut dan las tumpul dengan kampuh las, pada posisi 2F diperoleh hasil yang lebih memuaskan. - Dapat digunakan untuk mesin las AC maupun DC. - Sangat baik untuk pengelasan berlapis dengan kampuh las yang curam. - Bentuk rigi las datar sedikit cekung, halus dengan permukaan merata. - Hasil radiografi cukup bagus. - Fluks mengandung serbuk besi dan oksida besi yang menghasilkan terak cukup tebal, berlubang-lubang di bagian dalam dan mudah dibersihkan. - Pancaran busur las lemah dan menghasilkan penembusan sedang. - Sangat cocok untuk pengelasan baja lunak (mild steel) dengan posisi 1F dan tidak cocok untuk posisi 3F dan 4F.

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

34

Elektrode E.7014
- Dua angka pertama menunjukkan kekuatan tarik minimum 70.000 Psi. - Dapat digunakan untuk mesin las AC, DCSP dan DCRP. - Fluks terbuat dari rutile, hampir sama elektrode E.6013, hanya lebih tebal dan kandungan serbuk besi lebih tinggi (30% jumlah berat selaput). - Sifat-sifat mekanik lebih baik. - Terak las mudah dibersihkan, kadang-kadang mengelupas sendiri. - Digunakan untuk pengelasan baja paduan rendah. - Hasil kampuh las kotor dan mudah berkarat.

Universitas Hang Tuah

Elektrode E.7015
- Termasuk jenis kawat las low hydrogen. - Untuk pengelasan DCRP, penembusan rendah. - Dapat dipakai untuk pengelasan pada baja high sulphur steel, high carbon steel, alloy steel, forced hardenable. - Untuk baja-baja yang sulit harus dilakukan pre-heating dan post-heating. - Pembakaran sedang tapi menghasilkan busur las yang dalam. - Rigi-rigi las datar sedikit cekung. - Elektrode las dengan diameter besar baik untuk posisi las 1G dan 2G. - Busur las harus diusahakan pendek.
Yanu, Ship Building Engineering 35

Elektrode E.7016

Universitas Hang Tuah

Termasuk jenis kawat las low hydrogen. Dapat dipakai untuk las AC maupun DCRP. Logam inti dan sifat-sifatnya sama baik dengan elektrode E.7015. Fluks mengandung low hydrogen kalium. Kuat busur sedang, pembakaran sedang.

Elektrode E.7018

- Termasuk jenis kawat las low hydrogen. - Dapat dipakai untuk las AC maupun DCRP untuk semua posisi. - Fluks terdiri dari kalsium fluorida, kalsium karbonat, magnesium, alluminium silikat, ferro alloy, natrium dan kalium silikat. - Selaput termasuk jenis lime ferritic sehingga disebut juga fluks jenis kapur (lime type), serbuk besi 24 40 %. - Jarak busur las pendek, pembakaran tenang dan menghasilkan penembusan yang dangkal cocok untuk capping. - Sedikit sekali terjadi cacat las jenis undercut, tidak perlu pre-heating dan post-heating.
Yanu, Ship Building Engineering 36

Universitas Hang Tuah

Elektrode E.7018 - Termasuk jenis kawat las low hydrogen. - Dapat dipakai untuk las AC maupun DCRP untuk semua posisi. - Fluks terdiri dari kalsium fluorida, kalsium karbonat, magnesium, alluminium silikat, ferro alloy, natrium dan kalium silikat. - Selaput termasuk jenis lime ferritic sehingga disebut juga fluks jenis kapur (lime type), serbuk besi 24 40 %. - Jarak busur las pendek, pembakaran tenang dan menghasilkan penembusan yang dangkal cocok untuk capping. - Sedikit sekali terjadi cacat las jenis undercut, tidak perlu preheating dan post-heating.

Yanu, Ship Building Engineering

37

Universitas Hang Tuah

Elektrode E.7024 - Baik untuk mengelas sudut dengan posisi 1F dan 2F. - Untuk mesin las AC dan DC, bisa untuk pengelasan baja lunak, baja karbon sedang dan baja karbon tinggi. - Sangat baik dan istimewa untuk pengelasan sudut pada baja lunak. - Busur las tenang, terjadinya spatter relatif sedikit. - Penembusan dangkal, dapat dipakai pada kecepatan pengelasan tinggi. - Fluks mengandung 50 % serbuk besi yang membantu mempertinggi kadar endapan dan memungkinkan gerakan las lebih cepat. - Cocok dipakai untuk pengelasan pelat tipis yang kurang dari inchi dengan DCRP, dan untuk pelat tebal dengan DCSP. - Baik untuk pengelasan baja lunak dengan posisi las 1G dan 2G, kurang baik untuk posisi 3G dan 4G. Elektrode E.7028 - Kawat las (filler metal) termasuk jenis mild steel, fluks-nya bersifat low hydrogen mengandung 50 % serbuk besi. - Deposit logam las lebih banyak, sehingga baik untuk pengelasan dengan posisi 1F dan 2F pada baja lunak. - Untuk mesin las AC dan DCRP. - Pancaran busur las sedang, penembusan dangkal.
Yanu, Ship Building Engineering 38

Karakteristik Elektrode Las untuk Baja Tahan Karat.


Yang diklasifikasikan ke dalam elektrode baja tahan karat adalah yang mengandung chrom di atas 4 % dan nikel kurang dari 50 %.

Universitas Hang Tuah

Menurut spesifikasi AWS-ASTM diberi kode EXXX-XX - Tiga digit pertama di belakang E menunjukkan baja tahan karat, menurut spesifikasi SAE (Society of Automotive Engineer). - Dua digit terakhir menunjukkan posisi pengelasan, jenis fluks dan arus listrik yang digunakan. Contoh pembacaan kode elektrode baja tahan karat :

E. 308-15
E.I Elektrode terbungkus (AWS), standar JIS. D. 308 Baja tahan karat mengandung 0,018% C, 18-21% Cr dan 9-11% Ni. 15 Fluks dari jenis lime (kapur) dengan pengikat natrium silikat, mengandung hidrogen rendah, untuk semua posisi pengelasan, arus listrik yang dipakai hanya DCRP. Untuk menentukan jenis elektrode baja tahan karat, harus diketahui persentase chrom equivalent dan persentase nikel equivalent. Cr equivalent = % Cr + % Mn + (1,5 x % Si) + (0,5 x % Cr). Ni equivalent = % Ni + (30 x % C) + (0,5 x % Mn).
Yanu, Ship Building Engineering 39

Universitas Hang Tuah

Karakteristik Elektrode Las untuk Baja Paduan. Klasifikasi yang diberikan AWS-ASTM hampir sama dengan elektrode untuk baja karbon dengan tambahan komposisi kimia dibelakangnya. Contoh : E.7015-Al, E.9015-Al. Karakteristik Elektrode Las untuk Logam Aluminium. Klasifikasi yang diberikan AWS-ASTM mendasarkan pada sifat mekanis logam pengisi (filler metal) dan komposisi kimianya. Contoh : Al-2, Al-3. Karakteristik Elektrode Las untuk Logam Paduan Tembaga. Klasifikasi yang diberikan AWS-ASTM mendasarkan pada jenis logam paduan utama yang terkandung dalam logam pengisi (filler metal). Contoh : E.Cu, E.Cu Si, E.Cu Su, E.Cu Ni, E.Cu Al. Karakteristik Elektrode Las untuk Logam Paduan Nikel. Didasarkan pada komposisi kimia dari elemen-elemen utama. Banyak digunakan untuk pengelasan besi cor. Contoh : E.Ni Fe-Cl, E.Ni Cu-3, E.Ni-Cl.
Yanu, Ship Building Engineering 40

Universitas Hang Tuah

Karakteristik Elektrode Las untuk Mengeraskan Permukaan. Digunakan untuk mengeraskan permukaan, supaya tahan abrasi, tahan panas, tahan korosi, dll. Penggolongannya didasarkan pada komposisi kimia. Contoh : E.Fe Cr-Al, E.Fe Mn-3. - Untuk merk Philip biasanya dikenal dengan kode: philip 250, philip 400, philip 600, philip 700 dan philip 850. - Produk ESAB mengeluarkan elektrode hardfacing dengan kode: OK 83,28 atau OK 83,29 dan seterusnya.

Nilai-nilai untuk Menentukan Angka Elektrode Las Untuk kualitas pengelasan yang baik harus dipilih terlebih dahulu elektrode yang tepat sesuai dengan kebutuhan sebelum melakukan proses pengelasan. Agar pemilihan elektrode bisa tepat, maka harus diperhatikan tabel berikut.

Yanu, Ship Building Engineering

41

Tabel 1. Nilai untuk Masing-masing Penggunaan Elektrode.


NO. 1. VARIABLE FACTORS Groove butt welds, flat Groove butt welds all position Fillet welds, flat or horisontal Fillet welds, all position Current Thin material Heavy plate of highly restrained joint High sulphur or eff-analysis steel Deposition rate Depth of penetration Appearance, undercutting Soundness Ductility Low temperature impact strength Low spatter less Poor fit up Welder appeal Slag removal ELECTRODE CLASS E.6010 4 10 2 10 + DCRP 5 8 + 5 10 6 6 6 8 1 6 7 10 E.6011 5 9 3 9 AC DCRP 7 8 + 5 9 6 6 7 8 2 7 6 8 E.6012 3 5 8 6 AC DCSP 8 6 5 7 6 8 3 4 4 6 10 8 6 E.6013 8 8 7 7 AC DC 9 8 5 7 5 9 5 5 5 7 8 9 8 E.7016 7 7 5 8 AC DCRP 2 10 10 5 7 7 10 10 10 6 4 6 4 E.7018 9 6 7 6 AC DC 2 9 9 8 7 10 8 10 10 8 4 8 7 E.7020 10 + 10 + AC DC + 8 + 9 8 9 9 10 8 9 + 9 8 E.6024 9 + 10 + AC DC 7 7 5 10 4 10 8 5 9 10 8 10 8 E.6027 10 + 7 + AC DC + 8 + 10 8 10 8 10 9 10 + 10 8

Universitas Hang Tuah

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Yanu, Ship Building Engineering

42

Universitas Hang Tuah

Contoh penggunaan untuk pengelasan : Menentukan jenis elektrode las yang dipakai untuk suatu pekerjaan pengelasan bila diketahui permintaan sebagai berikut : 1. Butt welding dilas dengan semua posisi dan menggunakan arus listrik AC. 2. Pelat-pelat tebal dengan kecepatan pengendapan yang tinggi. 3. Pemeriksaan dengan x-ray untuk soundness. 4. High ductility dikehendaki. 5. Tahan beban-beban impact pada temperatur rendah. Dari data-data tersebut selanjutnya dapat ditentukan elektrode yang tepat dengan melihat nilai pada masing-masing elektrode pada tabel 1. Dari tabel tersebut yang perlu diperhatikan adalah poin nomor 2, 5, 7, 9, 12, 13 dan 14. Pada tabel dapat dilihat bahwa elektrode E.7020, E.6024 dan E.6027 tidak dapat digunakan untuk semua posisi, dan elektrode E.6010 tidak dapat dipakai untuk arus listrik AC. Sehingga dari sembilan pilihan elektrode yang ada, tinggal lima elektrode yang mungkin bisa digunakan, yaitu: E.6011, E.6012, E.6013, E.7016 dan E.7018. Dari kelima elektrode ini kemudian dijumlahkan nilai-nilainya sesuai dengan poin-poin yang telah ditentukan, yaitu nomor 2, 5, 7, 9, 12, 13 dan 14. Dan hasil penjumlahannya adalah sebagai berikut:
Yanu, Ship Building Engineering 43

Universitas Hang Tuah

E.6011 E.6012 E.6013 E.7016 E.7018

= = = = =

43 29 30 52 51

angka angka angka angka angka

Pilihan akan jatuh pada elektrode yang mempunyai nilai angka tertinggi, yaitu elektrode E.7016 (52 angka) dan E.7018 (51 angka). Jika pekerjaan pengelasan dititikberatkan pada kecepatan pengelasan yang artinya memerlukan waktu cepat, maka harus dipilih elektrode E.7016 yang mempunyai nilai 10 untuk kecepatan.

Yanu, Ship Building Engineering

44

Posisi Pengelasan

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

45

Ayunan Pada Proses Pengelasan

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

46

Ayunan Pada Proses Pengelasan

Universitas Hang Tuah

Yanu, Ship Building Engineering

47

Universitas Hang Tuah

Sekian dan Terima Kasih

Yanu, Ship Building Engineering

48

You might also like