You are on page 1of 4

METODE SURVEY Setelah memutuskan tentang kedalaman yang akan diobservasi serta pemilihan frekuensi berikutnya maka proses

sesudahnya adalah mulai mendeteksi kondisi bawah permukaan, dimana dalam operasi ini mula-mula operator memindahkan kedua antena sesuai model awal yang dikehendaki. Setelah memutuskan tentang kedalaman yang akan diobservasi serta pemilihan frekuensi berikutnya maka proses sesudahnya adalah mulai mendeteksi kondisi bawah permukaan, dimana dalam operasi ini mulamula operator memindahkan kedua antena sesuai model awal yang dikehendaki. Sinyal atau gelombang yang dipancarkan akan segera dipantulkan kembali setelah menempuh two-way traval time tertentu, hasilnya akan terekam pada alat grafik recorder yaitu radargram yang berbentuk penampang yang menerus, konfigurasi inilah yang merupakan cerminan perbedaan litologi dari reflektor di bawah permukaan. Dalam survey GPR dikategorikan secara umum menjadi 2 yakni pengukuran refleksi dan pengukuran transillumination. Namun terdapat beberapa model untuk memperoleh data antara lain, yakni reflection profiling (antena monostatik maupun bistatik), wide angel reflection and refraction (WARR), common-midpoint (CMP) sounding yang merupakan pengembangan dari WARR, dan transilluminasi . 1. Radar reflection profiling Cara ini dilakukan dengan membawa antena bergerak secara simultan diatas permukaan tanah dan jarak antara transmitter dan antena selalu sama. Dimana nantinya hasil tampilan pada radargram akan merupakan kumpulan dari tiap-tiap pengamatan.

2. Wide angel reflection and refraction (WARR) dan common-midpoint (CMP) Cara WARR sounding ini dilakukan dengan meletakkan sumber pemancar atau transmitter pada suatu posisi yang tetap, sedangkan receiver dipindah-pindah sepanjang lintasan survey. Cara ini umumnya digunakam untuk reflector yang relative datar atau memiliki kemiringan rendah.

Gambar Wide angel reflection and refraction. Sedangkan cara CMP transmitter dan receiver diletakkan diatas tanah secara terpisah. Pemisahan antar antenna bervariasi namun tetap menjaga posisi tengah antenna konstan. Dengan berbagai pemisahan serta mengasumsikan bahwa struktur permukaannya berlapis, maka didapatkan berbagai jalur sinyal dengan titik refleksi yang sama dan data dapat digunakan untuk estimasi kecepatan distribusi sinyal radan berbanding dengan kedalaman bawah permukaan.

Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan. 3. Transillumination Pada proses Zero-offset profiling transmitter serta receiver bergerak dalam lubang bor parallel dengan jarak yang konstan. Cara ini sangat mudah dan cepat untuk mendeteksi letak anomaly. Cara ini umumnya digunakan pada kasus non-destructive testing (NDT) dengan menggunakan frekuensi antena yang tinggi, sekitar 900 Mhz.

Gambar kiri adalah Zero-offset profiling sedangkan kanan adalah konfigurasi transillumination multioffset.

PROSESING DATA Data-data yang diperoleh pada penyelidikan harus diproses terlebih dahulu sebelum diinterpretasikan. Karena target dan material yang ada di bawah permukaan bumi umumnya memiliki karakter yang tidak sama (heterogen) maka sinyal yang dipancarkan dan yang kembali akan mengalami berbagai perubahan sepanjang lintasannya menempuh perjalan, sinyal dapat berkurang (atenuasi) karena berbagai sebab. Pemrosesan data dapat dibagi kedalam dua fase

pemrosesan yaitu : 1. Selama fase akuisisi Sinyal yang diterima terlebih dahulu mengalami filtrasi untuk memilah-milah data yang diperoleh menggunakan filter yang diset sedemikian rupa dengan broadband seluas mungkin agar data-data yang potensial dapat terjaring secara keseluruhan sehingga tidak memerlukan penyelidikan ulang yang cenderung merugikan. 2. Setelah fase akuisisi Untuk mendapatkan data yang lebih detail dan terfokus maka filtrasi turut dilakukan pada pemrosesan data pasca fase akuisisi, pada tahap ini hanya data digital yang dapat diproses, keberhasilan pemrosesan data seringkali tergantung beberapa factor seperti biaya dan waktu yang tersedia, kualitas data, dan kemampuan peralatan pemrosesan (hardware dan softwarenya). Berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk memproses data survei GPR: a. Konversi data ke penggunaan format digital. Pada kebanyakan unit GPR, data secara otomatis direkam dalam format digital atau data unit GPR yang diperoleh dimasukan ke komputer dan diproses dengan perangkat lunak . b. Penghilangan atau minimalisasi gelombang direct dan gelombang udara dari data. Seringkali, ada amplitudo refleksi yang besar pada batas antara permukaan udara dan tanah seketika di bawah antena GPR. Kontras yang tinggi antara daya konduktivitas udara dan tanah dapat menciptakan gelombang direct dan gelombang udara yang dapat mengaburkan refleksi dari objek penting di bawah permukaan.Gelombang direct dan gelombang udara ini dapat dihilangkan dengan komputasi waktu tempuh dan panjang gelombang, kemudian dengan mengurangkan gelombang teoritis sepanjang lebar panjang gelombang dari gelombang aslinya pada setiap trace GPR. c. Penyesuaian amplitudo pada data. Dalam banyak kasus baterei unit GPR dapat melemah saat survei masih berlangsung. Ini menghasilkan trace GPR dengan amplitudo refleksi yang semakin lemah. d. Penyesuaian penguatan pada data Penyesuaian penguatan pada data Selama sinyal transmisi dari unit GPR menembus tanah, terjadi atenuasi terhadap trace GPR. Atenuasi itu dapat dikoreksi dengan melakukan penyesuaian penguatan pada setiap trace e. Penyesuaian statis. Penyesuaian ini menghilangkan efek yang disebabkan oleh perubahan elevasi dan peningkatan antena GPR. f. Filtering data. Tujuan dari filtering adalah menghilangkan noise background yang tidak diinginkan. Untuk menghilangkan noise yang tidak diinginkan ini, data trace time-domain dikonversi dalam bentuk domain frekuensi dengan menggunakan transformasi Fourier. Frekuensi yang diinginkan disaring, dan trace dikonversi kembali menjadi domain time dengan menggunakan invers transformasi Fourier. g. Velocity analisis. Velocity analisis melibatkan penentuan kecepatan gelombang pada material bawah permukaan, kemudian mengubah travel time ke kedalaman. h. Migrasi.

Migrasi adalah suatu prosedur untuk mengubah permukaan yang telah terekam dalamdata GPR ke data dengan lokasi heterogenetis bawah permukaan pada posisi yang benar TEKNIK INTERPRETASI Interpretasi adalah tahap akhir dalam pengolahan data geofisika. Dimana dalam tahap ini dilakukan penerjemahan data-data sinyal yang kemudian diplot ke dalam suatu bentuk konfigurasi sehingga dapat dibaca dan diberi kesimpulan. Beberapa hal yang lazim diperhatikan dalam penginterpretasian adalah : 1. Interpretasi grafik Kecepatan gelombang dapat diketahui dengan berasumsi pada suatu konstanta dielektrik relative yang mendekati atau sesuai dengan nilai material yang diselidiki, dengan cara demikian two-way travel time (TWT) dapat diterjemahkan menjadi kedalaman, dan jika ditambahkan dengan pengidentifikasian sinyal pantulan dari target (refleksi), maka peta TWT dapat dihasilkan guna menunjukkan kedalaman, ketebalan, perlapisan, dll. Dari sini dapat diketahui nilai sebenarnya dari kecepatan gelombang. 2. Analisa kuantitatif Dengan menggunakan beberapa analisa, kedalaman interpretasi sinyal juga kedalaman target atau reflektor dapat dideterminasi tergantung kepada cukup tidaknya nilai yang diketahui dari analisa kecepatan juga variasi konstanta dielektrik relatif material yang dilewati, juga kepada analisa amplitude dan koefisian refleksi. 3. Kegagalan interpretasi Dua hal yang paling sering ditemui dan dianggap sebagai kelemahan dalam interpretasi radar adalah tidak mampu mengindentifikasi permukaan tanah dan misi identifikasi strata hitamputih pada radargram. Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan yang dialami oleh sinyal selama menempuh perjalanan melewati medium.

You might also like