Professional Documents
Culture Documents
Sarana
Pengungkapan Tata-cara •Adat istiadat
•Musyawarah Muapakaik
Pergaulan
•Sistim kekeluargaan
Masyarakat •Matrilinial
•Pangulu
•Mamak, Tungganai,
Seni Musik/ Benda & •Pidato Adaik
Bahasa Bangunan •Komunikasi informal
Seni Tari/
(Rumah Bagonjong) •Komunikasi non-verbal
Seni Beladir
Direkam lewat
Kato Pusako
Sastera
Lisan
4
6/ 25/ 2009 H. Mas'oed Abidin
PDPH Masyarakat Minangkabau juga diungkapkan seni musik
(saluang, rabab), seni pertunjukan (randai), seni tari (tari piriang),
dan seni bela diri (silek dan galombang). Benda-benda budaya
(karih, pakaian pangulu, mawara dll), bangunan (rumah
bagonjong), serta artefak lain-lain mengungkapkan wakil fisik dari
konsep PDPH Adat Minangkabau. sehingga masing-masing
menjadi lambang dengan berbagai makna.
2 Di dalam ajaran Agama Islam, inilah yang dipahami dan diyakini bahwa Yang Bana
(al Haqq) itu berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Ini dapat
dimaknai sebagai landasan masyarakat bertauhid.
tukang tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat,
Alang alim rusak agamo, Alang sapaham kacau
nagari. Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin
lantai, Hiduik jan mangapalang, Kok tak kayo barani
pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah ruso
balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo
kambang tak jadi”.
4 Sunguhpun sampai saat ini kita tidak mempunyai bukti sejarah, bila hari dan
tanggal sesunguhnya peristiwa sejarah itu terjadi, namun semua masyarakat
menerima sebagai satui peristiwa yang mengubah PDPH Masyarakat Adat
Minangkabau. Sebagai hasil penelitian sejarah, Dobin menyebutkan bahwa, sejak
abad 17 di Minangkabau, surau telah mengajarkan kepada masyarakat… “agar
menerima lima pokok Islam dan hidup sebagai orang Islam yang baik” … dan
dinyatakan pula bahwa salah satu fungsi surau adalah mengajarkan silat Melayu …
dan seorang guru biasanya mempunyai sejumlah pemuda yang bisa dipersenjatai
dan disiapkan untuk menghadapi bentrokan … Dan, dengan tindakan (kesiapan) itu,
para perampok menjadi takut merampok dan menjual orang-orang tahanan mereka
… di antaranya di Ampek Angkek sejak pertengahan 1790 di bawah kepemimpinan
surau (Tuanku Nan Tuo) menjadikan negerinya mengalami kemajuan besar dalam
pengaturan urusan dagang, yang kemudian dilanjutkan murid beliau yang tersebar,
di antaranya Jalaluddin mendirikan surau di Koto Lawas (Koto Laweh) di lereng
Gunung Merapi sebagai nagari penghasil akasia dan kopi, untuk “membangun
masyarakat mulsim” yang sungguh-sungguh …Demikian di tulis oleh Christine
Dobin, dalam bukunya “Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi,
Minangkabau 1784-1847”, edisi Indonesia, Komunitas Bambu, Maret 2008, ISBN
979-3731-26-5, di halaman 198 – 225.
Generasi beradat dan beragama yang kuat di dalam
Masyarakat Adat Minangkabau itu telah menjadi ujung tombak
kebangkitan budaya dan politik bangsa Indonesia pada awal abad
ke 20, serta dalam upaya memerdekakan bangsa ini di
pertengahan abad 20. Sebagai kelompok etnis kecil yang hanya
kurang dari 3% dari jumlah bangsa ini, peran kunci yang
dilakukan oleh sejumlah tokoh besar dan elit pemimpin
berbudaya asal Minangkabau terwakili-lebih (over-represented) di
dalam kancah perjuangan dan kemerdekaan bangsa ini.
kekal abadi.5
Dilaksanakannya adagium Adat Basandi Syarak Syarak, dan
Syarak Bansandi Kitabullah (ABS-SBK) maka tali hubungan antara
Adat Sebagai Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan dibuhul-
eratkan dengan ajaran Islam yang menekankan kepada akhlak
mulia (karimah).
ALLAH S.W.T
ABS-SBK SEBAGAI
PANDANGAN DUNIA &
Memengaruhi
PANDANGAN HIDUP
Ibadah Mahdah
Di Masjid/Surau
Sarana
Pengungkapan Tata-cara •Musyawarah/mupakaik
•Adat istiadat
Pergaulan
•Sistim kekeluargaan
Masyarakat •Matrilinial
•Pangulu
•Mamak, Tungganai,
Benda &
Seni Musik/ •Pidato Adaik
Bahasa Bangunan •Komunikasi informal
Seni Tari/
(Rumah Bagonjong) •Komunikasi non-verbal
Seni Beladir
Direkam lewat
Kato Pusako
Sastera
Lisan
14
6/ 25/ 2009 H. Mas'oed Abidin
“Indak nan merah pado kundi, indak nan bulek pado sago,
Indak nan indah pado budi, indak nan indah pado baso”,
ِّ ُ ن ك
ل ِ ة فَلَوْلَ نََفَر
ْ م ً َّن لِيَنِْفُروا كَاف َ منُو ِ ْ مؤُ ْ ن ال
َ ما كَاَ َو
ن وَلِيُنْذُِروا َ ٌ م طَائَِف ِ ٍفِْرقَة
ِ ة لِيَتََف ّقهُوا فِي الدِّي ْ ُمنْه
َّ َ
َ حذَُرو
ن ْ َم ي ْ ُ م لعَل
ه ْ ِجعُوا إِلَيْه َ م إِذ َا َر َ ْقَو
ْ ُمه
“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya
kemedan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya (dengan cara-cara
mengamalkannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan
kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya –
kekampung halamannya --, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).
6 Tidak ada yang lebih indah daripada budi dan basabasi. Yang dicari bukan emas
dan bukan pula pangkat, akan tetapi budi pekerti yang paling dihargai. Hutang
emas dapat di bayar, hutang budi dibawa mati. Agar jauh silang sengketa, perhalus
basa dan basi (budi pekerti yang mulia). Jika ingin pandai rajin belajar, jika ingin
tinggi (mulia), naikkan budi pekerti.
dan tercerahkan.
VIII. SIMPULAN-SIMPULAN :
Masyarakat Unggul dan Tercerahkan Mampu Dicetak Menjadi
SDM yang disebut “Ulul Albaab” dengan Menanamkan Nilai-Nilai
Filosofi Adat Basandi Syarak