You are on page 1of 61

HORMON

Hormon (dari bahasa Yunani, : horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular. Ciri- cirri Hormon Bahan kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin ( & organ-organ tertentu badan) Merangsang menghalang kegiatan sesuatu tisu / organ bagian badan Setengah hormon menguasai kelenjar otot lain. Setengah mengawal menyelaras kegiatan badan seperti tumbesaran & perkembangan. Hormon juga membantu sistem saraf menyelaras aktiviti badan Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.

Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

1.1 Kelenjardan Hormon KELENJAR DAN HORMON No. 1. 2. 3. 4. 5. KELENJAR Pituitari Tyroid Adrenal Pankreas Gonad a. Teste b. Ovari CONTOH HORMON Adh, lh, fsh Tiroksin Adrenalin Insulin a. Testostron b. Estrogen & progestron

1.2 Hormon Pada Manusia Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh dara menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Contoh efek hormon pada tubuh manusia:

Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria). Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas,

mood/suasana hati. Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis). Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi biang keladi berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah. Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut: Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan triodtironin). Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen, aldosteron, dan kortisol). Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH, TSH). Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis. Di antaranya adalah hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron yang dibuat dalam bentuk pil. Pil ini merupakan bentuk utama kontrasepsi yang digunakan wanita seluruh dunia untuk memudahkan mereka menentukan saat yang tepat: kapan harus mempunyai anak dan jarak usia tiap anak.

Hormon Wanita dan Priya Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria dibentuk di testis). Baik pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen. Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita, hormon seksual kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria. Begitu pula sebaliknya. Estrogen Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion (hormon seksual pria yang utama) yang dihasilkan ovarium. Selain androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan dehidroepiandrosteron, tapi dalam jumlah yang sedikit. Hormon progesteron. Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang dihasilkan oleh kelenjar dan berasal dari kolesterol darah. Testosteron dan Dehidroepiandrosteron. Hormon ini yang juga diproduksi oleh ovarium tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Hormon ini dibutuhkan oleh wanita karena berhubungan dengan daya tahan tubuh dan libido (gairah seksual).

Efek Hormon Terhadap Wanita Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam perjalanan hidupnya termasuk pada keindahan kulit. Berikut ini adalah peran ketiga hormon utama wanita: Hormon Estrogen: Mempertahankan fungsi otak.

Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood. Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah). Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang feminin. Produksi sel pigmen kulit. Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang serta mampu menahan air.

Hormon Progesteron Sebenarnya hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan kulit tetapi sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan pengembangan estrogen dan kompetitor androgen. Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu, Mengatur siklus haid. Mengembangkan jaringan payudara. Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan. Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

Hormon Androgen: Hormon ini berfungsi untuk Merangsang dorongan seksual. Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah. Hormon ini cukup berpengaruh pada penampilan kulit dan

pertumbuhan rambut, yaitu dengan menstimulasi akar rambut dan kelenjar sebum (kelenjar minyak) yang terletak di bagian atas akar rambut. Kelenjar sebum menghasilkan sekresi lemak atau minyak yang berfungsi melumasi rambut dan kulit. Tetapi bila berlebihan minyak ini akan

memicu tumbunya akne atau jerawat, sehingga mengganggu keindahan penampilan kulit. Gangguan kelenjar sebum juga bisa mengakibatkan alopesia androgenika (kebotakan), terutama pada pria. Sebaliknya pada wanita, ketidakseimbangan hormon Androgen (hormonal imbalance) bisa menyebabkan hirsutisme di mana rambut tumbuh berlebihan di daerah-daerah yang tidak semestinya. Aktivitas kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon androgen. Kerja kelenjar ini memuncak pada saat seseorang mencapai masa pubertas. Semakin tinggi tingkat kerjanya, semakin banyak pula sekresi yang dihasilkan kelenjar ini. Sekresi kelenjar sebum pada pria lebih tinggi secara signifikan ketimbang pada wanita. Tak heran kulit wajah pria tampak lebih berminyak dibanding wanita. Efek kerja kelenjar sebum mulai berkurang pada wanita sesaat menjelang menopause. Hiper-androgen pada wanita dengan ciri-ciri aktivitas hormon androgen melebihi normal ternyata merupakan masalah yang cukup umum terjadi walaupun belum diketahui penyebabnya dan mempengaruhi 10-20% wanita usia reproduktif.

BIOSINTESIS, SEKRESI DAN MEKANISME KERJA HORMON


Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting ; hormon peptida dari protein, hormon steroid dari kolesterol, dan hormon tiroid serta katekolamin dari asam amino. Hormon-hormon ini bekerjasama dengan sistem saraf pusat sebagai fungsi pengatur dalam berbagai kejadian dan metabolisme dalam tubuh. Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor di dalam atau pada sel-sel protein target, maka komunikasi intraseluler dimulai. dan Untuk itu perlu diketahui mengenai proses pengaturan sekresi hormon , pengikatan dengan transpor, pengikatan dengan reseptor kemampuan untuk didegradasi dan dibersihkan agar tidak memberikan dampak metabolisme yang berkepanjangan.

Peptida Hormon peptida merupakan protein dengan beragam ukuran. Protein

yang disintesis disisipkan ke dalam vesikel untuk sekresi, dilipat, dan dapat diproses melalui proteolisis atau modifikasi lain. Pelipatan ditentukan oleh rangkaian primer protein maupun oleh protein tambahan. Untuk sekresi , protein disisipkan ke dalam retikulum endoplasmik, yang akhirnya mencapai vesikel sekretorik. Setelah transpor protein kedalam retikulum endoplasmik, protein kompartemen khusus , dimodifikasi sebelum bergerak melalui suatu seri

dilepaskan . Vesikel bergerak ke dan berfusi dengan aparatus Golgi. Vesikel ini ditutupi oleh suatu lapisan protein yang memungkinkan untuk berikatan dengan membran aparatus Golgi . Vesikel ini kemudian berfusi yang memerlukan hidrolisis ATP dan protein lain, termasuk protein pengikat GTP (dan hidrolisis GTF). Akhirnya, vesikel ke luar dari jaringan trans-Golgi dan diangkut ke permukaan sel, berfusi dengan membran untuk menyampaikan isinya ke luar sel. Gerakan dari vesikel-vesikel ke permukaan terjadi sepanjang jalur dilepaskan dari sel sebagai respons mikrotubulus (1,2) Hormon-hormon

terhadap rangsangan Sebagian besar sel-sel endokrin (hipofisis, paratiroid, pankreas) menggunakan lintasan sekretorik yang diatur; dengan demikian, mereka menyimpan hormon peptida dalam granula sekretorik, dan melepaskannya sebagai respons terhadap rangsangan. Dengan menyimpan produk ini, sel sekretorik mampu untuk melepaskannya dalam periode yang pendek dengan kecepatan melebihi kemampuan sintesis sel. Hal ini merupakan kasus pada pulau Langerhans pankreas, kelenjar para-tiroid, dan kelenjar hipofisis. Namun, hati, yang melepaskan angiotensin, dan plasenta, yang melepaskan CG dan laktogen plasenta (korionik somatomamatropin), hanya menggunakan lintasan tetap. Vesikel dari dua lintasan ini berbeda; dari lintasan yang diatur terkemas dengan protein sekretorik hingga konsentrasi sangat tinggi, memberikan densitas sangat tinggi dalam mikrografi elektron. Granula ini ber-akumulasi dalam sel tanpa adanya suatu rangsangan sekretorik

hingga menyebabkan pelepasan dari kandungannya melalui fusi dengan membrana sel. Pada beberapa kasus, hormon juga disekresikan bersama protein lain. Neurofisin, dilepaskan dari prekursor menjadi vasopresin dan oksitosin, mengikat hormon-hormon ini dan menyertai mereka dari tempat sintesis dalam hipotalamus ke tempat sintesis mereka pada hipofisis anterior. Beberapa peptida mengalami sedikit modifikasi lanjutan, seperti halnya dengan GH dan PRL. Pada kasus lain, pembelahan dari "prohormon" di dalam sel menghasilkan hormon akhir. Contohnya proinsulin diubah menjadi insulin dengan pengangkatan rangkaian peptida C, meninggalkan rantai A dan B yang melekat melalui ikatan disulfida. ACTH, suatu protein asam amino-39, dan beberapa peptida lainnya (Fragmen terminal-N, betalipoprotein) dilepaskan secara proteolitik dari protein yang lebih besar propriomelanokortin (POMC) dalam hipofisis anterior . Berbagai hormon juga dapat diproses pada tempat yang berbeda. Sebagian besar protein diproses dalam granula sekretorik padat dari lintasan sekresi yang diatur. Pembelahan dari proinsulin menjadi insulin, prorenin menjadi renin, dan POMC menjadi peptidanya merupakan contoh-contohnya. Dalam susunan saraf pusat, beberapa peptida (contohnya, TRH) diproses dalam perikarya neuronal, sementara yang lain diproses dalam akson dan terminal (prekursor GnRH). Jika kandungan granula sekretorik dilepaskan sebagai respons terhadap suatu stimulus, maka membrana granula berfusi dengan membran sel, kandungan dari granula kemudian dilepaskan melalui eksositosis. Ca2+ penting untuk proses-proses ini. Obat-obatan yang merangsang pelepasan hormon polipeptida dan katekolamin merangsang influks Ca 2+ ke dalam sitoplasma melalui saluran Ca2+ spesifik. Hal ini memicu fusi dari vesikel sekretorik dengan membran dan pelepasan dari hormon yang disimpan. Dengan demikian, aktivator dari saluran Ca2+ dan fosfolipase C akan meningkatkan sekresi. Dalam sel B pankreas, kadar glukosa yang tinggi meningkatkan kadar ATP intraselular yang pada gilirannya menghambat efluks K+melalui saluran membran , menimbulkan depolarisasi membran dan pembukaan dari saluran Ca 2+. Peningkatan Ca2+ kemudian

membuka

saluran

K+,

menimbulkan repolarisasi

membran

dan

dengan

demikian mengakhiri rangsangan sekresi. cAMP juga dapat merangsang sekresi hormon melalui suatu fosforilase yang dirangsang-kinase serta aktivasi dari saluran Ca2+ . Hormon Tiroid Hormon tiroid hanya disintesis dalam kelenjar tiroid, walaupun

sekitar 70% dari hormon steroid aktif yang utama, T3, dihasilkan dalam jaringan perifer melalui deiodinasi dari tiroksin; T 4. Sel-sel kelenjar tiroid mengkonsentrasikan iodium untuk sintesis hormon tiroid melalui transpor aktif. Sel kelenjar tiroid tersusun dalam folikel-folikel yang mengelilingi bahan koloidal, dan menghasilkan suatu glikoprotein yang besar, tiroglobulin. Iodium dioksidasi dengan cepat dan disatukan dengan cincin aromatik tirosin pada tiroglobulin (organifikasi). Residu tirosin kemudian dirangkai bersama untuk menghasilkan tironin. Organifikasi dan perangkaian dikatalisir oleh peroksidase tiroid pada permukaan apeks sel dalam mikrovili yang meluas ke dalam ruang koloid. Tiroglobulin dilepaskan -bersama dengan tironin yang melekat padanya- ke dalam folikel, dan bertindak sebagai suatu cadangan bagi hormon. Hormon tiroid dibentuk oleh ambilan balik dari tiroglobulin melalui endositosis dan pencernaan proteolitik oleh hidrolase lisosoma dan peroksidase tiroid, menghasilkan berbagai tironin. Dalam keadaan normal, kelenjar melepaskan T4dan T3 dalam rasio sekitar 10:1, kemungkinan melalui suatu mekanisme transpor aktif (1,2,3)

Gambar 1 . Rute melalui sel untuk protein yang disekresikan. Yang diperlihatkan adalah gambaran skematis, berbagai kompartemen dan konstituen selular, dan panah menunjukkan berbagai lintasan.

Steroid Hormon steroid dihasilkan adrenal, ovarium, testis, plasenta, dan

pada tingkat tertentu di jaringan perifer . Steroid berasal dari kolesterol yang dihasilkan melalui sintesis de novo atau melalui ambilan dari LDL melalui reseptor LDL. Terdapat sejumlah cadangan kolesterol dalam ester kolesterol sel-sel steroi-dogenik. Jika kelenjar penghasil steroid dirangsang, kolesterol ini dibebaskan melalui stimulasi dan esterase kolesterol, dan sejumlah kolesterol tambahan dihasilkan melalui stimulasi sintesis kolesterol oleh kelenjar. Namun, dengan berjalannya waktu, ambilan kolesterol yang ditingkatkan merupakan mekanisme yang utama untuk meningkatkan steroidogenesis. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai konsentrasi reseptor LDL yang tinggi yang akan lebih meningkat oleh rangsangan steroidogenik seperti hormon tropik. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh habisnya kolesterol intraselular Penurunan ini juga meningkatkan sintesis kolesterol, yang selanjutnya mempermudah steroidogenesis. Produksi steroid selelah rangsangan seperti ini dapat sepuluh kali lebih banyak dari produksi basal (1,2,4) Langkah yang membatasi kecepatan dalam produksi hormon steroid adalah pembelahan dari kolesterol untuk membentuk pregnenolon melalui pembelah sisi kolesterolP450 sitokrom (P450scc) kerja dari suatu enzim yang terletak pada

membrana mitokondrial bagian dalam. Enzim ini menggunakan suatu flavoprotein suatu protein sulfur besi; NADPH; dan oksigen. Kolesterol dihidroksilasi pada C22 dan kemudian pada CZp dan produk ini dibelah untuk menghasilkan pregnenolon ditambah isokapraldehid. Aktivitas langkah ini diatur oleh rangsang tropik utama (ACTH, FSH, LH, CG) pada seluruh jaringan steroidogenik. Kemudian pregnenolon bergerak ke luar dari mitokondria ke retikulum endoplasmik, yang akan mengalami serangkaian modifikasi. Gerakan prekursor seperti ini antara mitokondria dan retikulum endoplasmik dapat dipermudah oleh protein karier sterol atau gerakan pada permukaan membrana.

Dalam

zona

fasikulata

adrenokortikal

dan

zona

retikularis enzim

pregnenolon secara berturutan diubah menjadi 17-OH-pregnenolone (oleh sitokrom P450c17), 17P-OH-progesteron (oleh kompleks 3hidroksisteroid dehidrogenase-4,5-isomerase, yang mengubah ikatan ganda 5,0 menjadi -4,5-), dan 11-deoksikortisol (oleh sitokrom P 450 c21). Produksi 17-OH-pregnerolon dari pregnenolon disebut sebagai lintasan 5 karena ikatan ganda-5,6 dilestarikan. Kemudian 11 deoksikertisal mengalir kembali ke dalam mitokondria di mana kertisol, produk akhir yang aktif, dibentuk melaiui 11--hidroksilasi melalui kerja sitokrom P-150c11. Enzim ini tidak ditemukan dalam gonad, yang tidak menghasilkan kortisol atau aldosteron

Glomerulosa adrenal

menghasilkan progesteron dari pregnenolon

meIalui kerja dari 3-hidroksisteroid dehidrogenase 4,5 isomerase . Hal ini disebut lintasan 4. Granulosa tidak memiliki sitokrom P 4 50c17 dan secara unik mengandung suatu P450c deaksikortikosteron menghasilkan (DOC) 11AS dan yang (oksidase metil kartikosteron C11 I). Progesteron dihidroksilasi pada C21oleh P450c21 untk menghasilkan 11oleh P450c11AS diubah pada untuk melalui kortikosteron, menjadi aldosteron

penambahan dari suatu gugusan aldehid pada posisi 18 melaui aktivitas dari P45011AS (1,2,3)

Gambar 2. Lintasan sintesis kelas-kelas utama hormon steroid. Kolesterol diturunkan dari asetat dengan sintesis dari partikel lipoprotein.

Untuk produksi androgen dan estrogen , rantai samping pada posisi 17 dari 17OH-pregnenolon atau 17-OH-progesteron diangkat oleh aktivitas C17,20-liase (terkandung dalam sitokrom P45Oc17) untuk masingmasing menghasilkan dehidroepiandrosteron (DHEA) dan androstenedion. Produksi DHEA merupakan lintasan utama dalam adrenal maupun gonad dan melebihi produksi dari androstenedion. Langkah selanjutnya, yang menimbulkan produksi dari estrogen estradiol utama dan androgen testosteron, terjadi di dalam gonad tetapi hanya dalam jumlah yang kecil di adrenal (2,3)

Lintasan utama untuk produksi testosteron dalam testis adalah sel-sel Leydig melalui menjadi lintasan 5dari dan DHEA pregnenolon menjadi menjadi DHEA dan dan kemudian androstenediol, sebelum steroid ini diubah menjadi derivat 4,androstenedion testosteron, androstenedioi testosteron melalui kerja 17-hidroksisteroid dehidrogenase. Banyak kerja androgen diperantarai oleh dehidro-testosteron; steroid ini sebagian besar dihasilkan dalam jaringan target melalui aktivitas dari 5-reduktase, dan sangat sedikit sekali yang dibuat di testis. Dalam ovarium , sel-sel granulosa tidak mempunyai sitokrom P450c11, P450c17, dan P 450c 21 dan karena itu sebagian besar menghasilkan progesteron. Progesteron ini kemudian diambil oleh sel-sel teka yang berdekatan, yang mengubahnya menjadi androstenedion, yang kemudian kembali ke sel granulosa, di mana ia diubah menjadi estron oleh kerja dari aromatase. Enzim ini juga mengubah testosteron menjadi estradiol; konsentrasi dari aromatase dalam sel granulosa sedemikian rupa sehingga hampir semua testosteron diubah menjadi estradiol dan dilepaskan sedikit testosteron. Estron dan estradiol dapat juga dihasilkan dari DHEA dan androstenedion dalam jaringan perifer seperti jaringan adiposa karena adanya aroma tase. adanya aromatase.

Jika sudah disintesis, steroid yang baru disintesis dilepaskan dengan cepat. Tidak seperti pada kelas hormon lain, terdapat sedikit cadangan steroid oleh kelenjar, dan pelepasan steroid yang meningkat selalu mencerminkan peningkatan sintesis. ini Katekolamin Katekolamin disintesis dari jaringan saraf medula adrenal. Kelenjar meru-pakan sumber utama dari epinefrin dalam sirkulasi. Katekolamin yang mensekresi hormon polipeptida. Tirosin diubah menjadi disintesis dari tirosin dan kemudian disimpan dalam granula yang analog dengan granula dihidroksifenilalanin (DOPA) oleh hidroksilase tirosin, dan DOPA diubah menjadi dopamin dalam sitoplasma dalam membran granula, yang oleh dekarboksilase asam amino-L menjadi norepinefrin (oleh aromatik. Dopamin kemudian diambiI oleh suatu pengangkut katekolamin ke diubah hidroksilase dopamin), produk akhir yang dilepaskan oleh sebagian besar sel penghasil katekolamin tubuh. Namun, dalam medula adrenal dan hanya beberapa lokasi lain, ditemukan feniletanolamin-O-metiltransferase (PNMT); pada kasus-kasus ini, norepinefrin meninggalkan vesikel untuk kembali ke sitoplasma, di mana PNMT mengubah norepinefrin menjadi epinefrin, yang diambil oleh granula untuk sekresi. Katekolamin disimpan dalam granula ini dengan kromogranin A dan ATP dan dilepaskan dengan unsur-unsur ini.

Eikosanoid Asam arakidonat merupakan prekursor paling penting dan melimpah

dari berbagai eikosanoid pada manusia dan membatasi kecepatan sintesis eikosanoid . Asam arakidonat dibentuk dari asam linoleat (suatu asam amino esensial) pada sebagian besar kasus melalui desaturasi dan pemanjangan dengan asam homo--linoleat dan diikuti desaturasi selanjutnya. Sementara eikosanoid tidak disimpan dalam sel-sel, cadangan prekursor asam arakidonat ditemukan dalam membran lipid darimana ia dilepaskan sebagai respons terhadap berbagai rangsangan melalui kerja dari fosfolipase. Asam arakidonat dapat diubah menjadi prostaglandin endoperoksida H2, yang merupakan prekursor tromboksan. Untuk sintetase sintesis endoperok-sidase) terhadap prostaglandin, prostasiklin, dan prostaglandin, mengubah siklooksigenase asam (juga disebut menjadi arakidonat

endoperoksidase yang tak stabil, PGG2, yang dengan cepat direduksi menjadi PGH2. Siklooksigenase didistribusikan secara luas di seluruh tubuh (kecuali untuk eritrosit dan limfosit) dan diinhibisi oleh aspirin, indometasin, dan obat-obatan anti-inflamasi non-steroid lainnya. Tergantung pada jaringan, PGH2 dapat diubah menjadi prostaglandin lain (contohnya, PGD2, PGE2, PGF2 [via PGE2]) dalam reaksi yang melibatkan sintetase prostaglandin; prostasiklin (contohnya, PGI2) dalam reaksi yang melibatkan sintetase prostasiklin, yang prevalen pada sel endotelial dan otot polos, fibroblas, dan makrofag; dan tromboksan (contohnya, trombosan A2 [TXA2]), yang lebih banyak dalam platelet dan makrofag. Metabolisme asam arakidonat oleh 5-lipoksigenase menimbulkan produksi leukotrien, dan metabolisme oleh 12-lipoksigenase menghasilkan 12HPETE (hidroksi-peroksieikosatetraenoat) yang diubah menjadi HETE. Asam arakidonat dapat juga dioksigenasi oleh monoksigenase sitokrom P450 menjadi berbagai produk oksidasi omega dan epoksida dan turunan yang dapat memiliki aktivitas biologik.

Gambar 3. Lintasan utama sintesis kelas-kelas utama eikosanoid: prostaglandin,prostasiklin, tromboksan, dan leukotrien. (HETE, asam hidroksieikosatetraenoat; PGG2, prostaglandin G2; PGH2, prostaglandin H2)

TRANSPOR HORMON
Hormon beredar bebas dan terikat dengan protein plasma. Ada perbedaan besar antara berbagai hormon dalam luasnya keterkaitan mereka dengan protein plasma. Pada umumnya, pengikatan hormor, dengan plasma adalah melalui interaksi non-kovalen, walaupun kolesterol dianggap terikat melalui ikatan ester dengan fosfatidilkolin. Hormon Steroid Semua hormon steroid berikatan dengan protein plasma hingga tingkat tertentu ,pengikatan berafinitas tinggi dengan globulin spesifik dan secara relatif berafinitas rendah dan ikatan nonspesifik dengan protein seperti albumin. Protein pengikat utama adaIah transkortin), yang mengikat globulin pengikat-kortikosteroid (CBG; kortisol maupun progesteron, dan globulin

pengikat hormon seks (SHBG), yang mengikat testosteron dan estradiol (testosteron lebih ketat ketimbang estradiol). Protein ini ditemukan dalam konsentrasi yang cukup sehingga lebih dari 90% kortisol total dan sekitar 98% dari testosteron dan estradiol terikat. Tingkat kemampuan mengikat pada beberapa kasus hanya sedikit melebihi konsentrasi normal dari steroid, sehingga pada kadar yang lebih tinggi proporsi yang lebih besar dari hormon dapat bebas. Contohnya, dengan kortisol, kapasitas CBG untuk kortisoi adalah sekitar 25 g/dL (690 ng/dL). Aldosteron tidak berikatan dengan suatu protein spesifik, dengan akibat bahwa hanya sekitar 50% dari aldosteron plasma yang terikat. Hormon Tiroid Hormon tiroid beredar terikat dengan protein plasma sedemikian rupa sehingga 0,04% dari T4 dan 0,4% dari T 3 adalah bebas. Sekitar 68% dari T 4 dan 80% dari T3terikat oleh globulin pengikat-glikoprotein hormon tiroid (TBG). Sekitar 11% dari T4 dan 9% dari T3 terikat dengan transtiretrin (prealbumin

pengikat-hormon tiroid; TBPA). Sisanya terikat dengan albumin. Hormon Polipeptida Sebagian besar hormon polipeptida beredar pada konsentrasi rendah tak terikat dengan protein lain, walaupun terdapat pengecualian. Pengecualian termasuk beberapa protein pengikat-1-IGF yang mengikat IGF-1. Vasopresin dan oksitosin berikatan dengan neurofisin. Hormon pertumbuhan berikatan dnegan suatu protein yang identik dengan bagian pengikat-hormon dari reseptor hormon pertumbuhan. Pengaturan Protein Pengikat Plasma Kadar protein pengikat plasma dapat bervariasi dengan keadaan penyakit dan terapi obat. Contohnya, kadar CBG, SHBG, dan TBG meningkat oleh estrogen. Kadar SHBG meningkat oleh hormon tiroid, dan kadar SHBG dan TBG menurun oleh androgen. Peranan Pengikatan Plasma Pada sebagian besar kasus, (1) hormon bebaslah yang aktif; (2) kadar bebas hormon merupakan penyebab dari umpan balik dan pengaruh pengaturan terkait yang mengendalikan pelepasan hormon (3) kadar bebas dari hormon berhu-bungan dengan kecepatan bersihannya; dan (4) keadaan klinik berkorelasi baik dengan kadar bebas hormon. Dengan hormon ini, faktorfaktor yang mempenga-ruhi kadar protein pengikat plasma dapat meningkatkan atau menekan kadar hormon total, atau perubahan ini dapat

menutupi kelebihan hormon patologik atau keadaan defisiensi. Tampak bahwa protein transpor dapat mempermudah suatu pengiriman yang merata dari hormon ke jaringan target. Dalam jaringan seperti hati, contohnya, suatu hormon yang bebas akan disekuestrasi secara lengkap pada saat darah mengalir melalui bagian proksimal dari jaringan, sementara jika hormon sebagian besar terikat, maka hormon bebas akan disekuestrasi pada bagian proksimal dan sementara bagian distal terdapat tambahan melalui disosiasi hormon terikat plasma . Pada hormon polipeptida, pengikatan plasma dapat meningkatkan waktu-

paruh hormon dalam sirkulasi; juga dapat mempermudah pengirimannya dalam jaringan target.

ke

MEKANISME KERJA HORMON


Reseptor Hormon Hormon perubahan bekerja melalui pengikatan dengan reseptor rupa spesifik sehingga

.Pengikatan dari hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu penyesuaian pada reseptor sedemikian menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "mesenger kedua" Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen (3,7) Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan (penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pascareseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan yang berbeda. Interaksi Hormon-Reseptor Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan permukaan sel kemudian tampaknya berikatan dengan reseptor. kasus Hormon steroid mempenetrasi membrana plasma sel secara bebas dan berikatan (contohnya, estrogen),

dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa

hormon juga perlu untuk mempenetrasi int i sel (kemungkinan melalui poripori dalam membrana inti) untuk berikatan dengan reseptor inti-setempat.

Kasus pada hormon tiroid tidak jelas. Bukti-bukti mendukung pendapat bahwa hormon-hormon ini memasuki sel melalui mekanisme transpor; masih belum jelas bagaimana mereka mempenetrasi membrana inti (3,6).

Gambaran 4 . Lintasan yang mungkin untuk transmis sinyal hormon. Masing-masing hormon dapat bekerja melalui satu atau lebih reseptor; masing-masing kompleks hormon-reseptor dapat bekerja melalui satu atau lebih mediator protein (baik protein G atau mekanisme pensinyalan lainnya), dan masingmasing protein perantara atau enzin yang diaktivasi oleh komplekskompleks hormon reseptor dapat mempengaruhi satu atau lebih fungsi efektor.

Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan reseptornya. Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat pengaruh hidrofobik pada hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan pilihan air. Kedua, gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor mempermudah interaksi. Pengaruh ini penting untuk mencocokkan hormon ke dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals, yang sangat tergantung pada jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan. Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks reseptor dengan subunit yang majemuk dan di mana pengikatan dari hormon dengan

subunit pertama mengubah afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal ini dapat meningkat (kerjasama positif) atau menurun (kerjasama negatif) afinitas dari hormon untuk reseptor itu. Kerjasama positif menghasilkan suatu plot Scatchard yang konveks dan kerjasama negatif menghasilkan suatu plot yang konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas independen dari tempat juga dapat menghasilkan plot Scatchard non-linier. Yang merupakan kejutan, ikatan kerjasama jarang diamati pada interaksi hormon-reseptor; interaksi reseptor-insulin pada beberapa keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.

Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial Zat-zat yang berinteraksi dengan tempat pengikatan-hormon dari reseptor

dapat memiliki aktivitas agonis, antagonis, atau agonis parsial (juga disebut antagonis parsial). Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu peristiwa pas-careseptor. Suatu antagonis mampu untuk berikatan dengan reseptor dan memblokir pengikatan dari agonis, tetapi tidak memicu respon pascareseptor. Dengan cara ini, ia tidak menimbulkan suatu respons tetapi memblokir respons terhadap agonis, asalkan ia ditemukan dalam konsentrasi yang cukup untuk memblokir pengikatan agonis. Pada umumnya, antagonis berikatan dengan tempat yang sama pada reseptor seperti agonis , namun pada beberapa keadaan, antagonis dapat berikatan dengan reseptor pada tempat yang berbeda dan memblokir pengikatan agonis melalui perubahan alosterik dalam reseptor. Suatu agonis parsial (antagonis parsial) merupakan suatu perantara; ia berikatan dengan reseptor tetapi hanya menimbulkan suatu perubahan parsial , sehingga walaupun reseptor diduduki secara penuh oleh agonis parsial, respon hormon akan tidak sepenuhnya. (2,5)

Pengikatan Hormon Non-Reseptor Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang mengikat hormon-

banyak protein lain juga mengikatnya. Dalam hal ini termasuk protein pengikat plasma dan molekul seperti alat transpor lainnya yang lazim ditemukan dalam jaringan perifer, enzim yang terlibat dalam metabolisme atau sintesis dari steroid, dan protein lain yang belum diidentifikasi hingga

sekarang. Protein ini dapat mengikat hormon seketat atau tebih ketat ketimbang reseptor; namun, mereka berbeda dari reseptor di mana mereka tidak mentransmisikan informasi dari pengikatan ke dalam peristiwa pascareseptor. Satu kelas molekul khusus mengikat hormon atau kompleks hormon pada permukaan sel dan berpartisipasi dalam internalisasinya. Yang paling diteliti secara luas adalah "reseptor" lipoprotein berdensitas-rendah (LDL) yang mengikat partikel LDL pembawa-kolesterol dan menginternalisasinya . Reseptor ini penting untuk pengambilan kolesterol, contohnya, dalam sel-sel dari adrenal untuk biosintesis steroid dan dalam hati untuk membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik reseptor ini menimbulkan hiperkolesterolemia. Partikel LDL yang diinternalisasi dapat memberikan kolesterol untuk sintesis steroid atau penyisipan ke dalam membran sel. Di samping itu, kolesterol yang dilepaskan dari partikel menghambat umpan balik sistesis kolesterol. Dengan demikian, reseptor IDL, secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL yang mengambil protein. Molekul reseptor dan non-reseptor pengikat hormon biasanya dibedakan melalui sifat-sifat pengikatannya serta kemampuan untuk memperantarai respon pascareseptor. Reseptor akan mampu untuk mentransfer responsivitas hormon dengan eksperimen transfer gen.

DAFTAR PUSTAKA Gill G: Biosynthesis, secretion, and metabolism of hormones . In:

Endocrinology and Metabolism, 2nd ed. McGraw-Hill, 1987; 11 32 Speroff L, Fritz MA. Hormone biosynthesis, metabolism and mechanism of

action. In Clinical Gynecologic endocrinology and infertility. Seven Ed. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia. 2005 ; 25 96. Evans RM: The steroid and thyroid hormone receptor superfamily. Science 1988;240:889. Miller WL: Molecular biology of steroid hormone synthesis. Endocr Rev 1988;9:295. Hadcock JR, Malbon CC: Agonist regulation of gene expression of adrenergic receptors and G proteins. J Neurochem 1993;60:1. Nishizuka Y: Intracellular signaling by hydrolysis of phospholipids and activation of protein kinase C. Science 1992;258:607. Smith D, Toft DO: Steroid receptors and their associated proteins. Mol Endocrinol 1993;7:4

sumber: http://members.tripod.com/layananebook/hormon.htm

2.1 Pengertian Sistem Urinaria


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan

keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.

2.2 Susunan Sistem Perkemihan

Keterangan gambar : 1.Kemih sistem Manusia 2. Ginjal 3. pelvis ginjal 4. Ureter 5. kandung kemih 6. Uretra 7. Kelenjar adrenal 8. Renal artery and vein 9. Inferior vena cava 10. Abdominal aorta 11. Renal arteri dan vena 12. Hati 13. usus besar 14. Pelvis

1. Ginjal

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus

yang tebal. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat, yang beriktan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.

a. Bagian Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. 2. Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal: Ginjal berfungsi sebagai berikut : 1.Mengatur volume air ( cairan ) dalam tubuh .Kelebihan air dalam tubuh akan dieksresikan oleh ginjal sebagai urine ( kemih ) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air ( kelebihan keringat ) menyebabkan urine yang di eksresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal. 2.Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma ( keseimbangan elektrolit ). Bila terjadi pemasukan / pengeluaran yang abnormal ion ion akibat pemasukan garam yang berlebihan / penyakit perdarahan ( diare , muntah ) ginjal akan meningkatkan eksresi ion ion yangpenting ( mis. Na , K , Cl , Ca dan fosfat )

3.Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam , pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolisme protein . Apabila banyak makan sayur sayuran , urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4 , 8 8,2 . Ginjal menyekreksi urine sesuai dengan perubahan pH darah. 4.Eksresi sisa hasil metabolisme ( ureum , asam urat , kreatinin ) zat zat toksik , obat obatan , hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida ). 5. Fungsi hormonal dan metabolisme . Ginjal menyekresi hormone renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (system renin angiotensin aldesteron ) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis ).

Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior. Aorta abdominalis ginjal Arteria renalis Arteri arkuata Arteria interlobaris glomerulus simpai bowmen vena renalis vena kava inferior Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison. Persarafan ginjal : Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). SUPLAI DARAH - Arteri Renalis Percabangan Aorta Abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal dan masuk ke Hilus melalui cabang Anterior dan Posterior. - Cabang Anterior dan Posterior Arteri Renalis membentuk Arteri-arteri

Interiobaris yang mengalir diantara Piramida Ginjal. - Arteri Arkuarta Berasal dari Arteri Interlobaris pada area pertemuan antara Korteks dan Medula. - Arteri Interlobaris Merupakan percabangan arteri arkuarta di sudut kanan dan melewati Korteks. - Arteriol Aferen Berasal dari Arteri Interlobaris yang membentuk Glomerulus. - Kapiler Peritubular Yang mengelilingi Tubulus Proksimal dan Distal untuk memberi Nutrien pada Tubulus. - Kapiler Peritubuler mengalir kedalam Vena Korteks yang kemudian membentuk Vena Interlobaris.

NEFRON

Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 11,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Dapat dibedakan dua jenis nefron:

1. Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula. 2. Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.

Bagian-bagian nefron: a. Glomerolus

Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya. b. Kapsula Bowman Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus. c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu: 1.Tubulus proksimal Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.

2.Lengkung Henle Lengkung henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal. Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin. 3.Tubulus distal Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu. d. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)

Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.

Ada 3 hormon utama yang diproduksi oleh ginjal, yaitu : 1. Renin yaitu hormon yang terkait dengan tekanan darah. 2. Erythropoetin yaitu hormon yang membantu pembuatan sel darah merah. Penderita gagal ginjal biasanya kekurangan sel darah merah (anemia) yang menyebabkan keletihan serta dapat merusak hati, sehingga penderita biasanya membutuhkan injeksi erythropoetin. 3. Calcitriol yaitu hormon yang membantu tubuh menyerap kalsium pada makanan. Tanpa bantuan hormon tersebut, tubuh akan

mengambil kalsium dari tulang yang mana untuk jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan penyakit tulang.

2. Ureter
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal & bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25 30 cm. Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus inferior T11- L2 melalui neuron simpatis. Terdiri dari dua bagian : pars abdominalis pars pelvina Tiga tempat penyempitan pada ureter : uretero- pelvic junction tempat penyilangan ureter dengan vassa iliaca sama dengan flexura marginalis muara ureter ke dalam vesica urinaria Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas

dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik. Ureter pada laki laki dan perempuan

Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh leksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinarai pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urineria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dan vesika urinaria. Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial ddan ke dapan bagian lateral serviks uteri bagian atas , vagina

untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri iterina sepanjang 2,5 cm dan sellanjutnya arteri ini menyilang ureter dan mmenuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter mempuunyai 2 cm dari sisi. Pembuluh darah ureter: a. Arteri renalis b. Arteri spermatika interna c. Arteri hipogastrika d. Arteri vesikalis inferior Persarafan Ureter Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, fleksus spermatikus, dan pleksus pelvis sepertiga dari nervus vagus rantai eferens dan nervus vagus rantai eferens dari nervus torakali ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1,dan nervuus vagus mempunyai rantai eferens untuk ureter .

3. Vesica Urinaria
Disebut juga bladder/ kandung kemih. Vesica urinaria merupakan kantung berongga yang dapat diregangkan dasn volumenya dapat disesuaikan dengan mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya. Secara berkala urin dikososngkan dari kandung kemih ke luar tubuh melalui ureter. Organ ini mempunyai fungsi sebagai reservoir urine (200 - 400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat. Letaknya di belakang os pubis. Bentuk bila penuh seperti telur ( ovoid ). Apabila kosong seperti limas. Apex ( puncak ) vesica urinaria terletak di belakang symphysis pubis.

Bagian Vesica Urinaria : Apex: Dihubungkan ke cranial oleh urachus (sisa kantong allantois ) sampai ke umbilicus membentuk ligamentum vesico umbilicale mediale. Bagian ini tertutup peritoneum dan berbatasan dengan ileum & colon sigmoideum Corpus Fundus Vesica urinaria dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu: Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2. Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N. S2,3,4 melalui N. splancnicus & plexus hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria. Disini terjadi sinapsis dengan serabut-serabut post ganglioner. Serabut-serabut sensoris visceral afferent: N. splancnicus menuju SSP Serabut-serabut afferen mengikuti serabut simpatis pada plexus hypogastricus menuju medulla spinalis L1-2.

Fungsi vesica urinaria: (1) Sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh.

PERSARAFAN KANDUNG KEMIH.

Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhunbungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf motoik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat para simpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung kemih, saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandumg kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang

berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih, yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Selain itu kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama hubungan dengan segmen L2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensai rasa penuh dan pada beberapa keadaan rasa nyeri.

4. Urethra
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui ginjal, ureter, vesica urinaria.

Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya 20 cm.

Uretra pada laki laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

2.3 Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes; tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih. Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter dangan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersafari oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperti juga neuron-neuron pada pleksus intramular dan serat-saraf yang meluas diseluruh panjang ureter. Seperti hanya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi perislaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique sepanjang

beberapa sentimeter menembus kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih. Setiap gelombang peristaltic yang terjadi sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus kandung kemih membuka dan memberi kesempatan kandung urin mengalir ke dalam kandung kemih. Panjang ureter yang menembus kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong kembali ke dalam ureter ini disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan jika parah dapat meningkatkan tekanan kaliks renalis dan struktur struktur dan di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.

2.4 Pengisian kandung kemih dan tonus dinding kandung kemih : Sistometrogram
Perubahan tekanan intravesikular sewaktu kandung kemih terisi dengan urin.pada saat tidak ada urin di dalam kandung kemih ,tekanan intravesikuler,sekitar 0,tetapi setela terisi urin sebanyak 30 sampai 50 mililiter,tekanan meningkat menjadi 5sampai 10 sentimeter air.tambahan urin sebanyak 200 sampai 300 mililiter hanya sedikit menambah peningkatan tekanan,nilai tekanan yang konstan ini di sebabkan oleh tonus intrinsic pada dinding kandung kemih sendii.bila urin yang terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300 sampai 400 mililiter,akan menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat. Punak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air,atau mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air.puncak tekanan ini disebut gelombang mikturisi

2.5 Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).


Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis. Jadi,reflex mikturisi merupakan sebuah sikus yang lengkap yang terdiri dari: 1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif 2. Periode tekanan menetap

3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.

2.6 Perangsangan atau penghambatan otak.


Pusat pusat ini antara lain:

berkemih oleh

1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di ponds, dan 2. beberapa pusat yang terletak korteks serebral yang terutama bekerja penghambat tetapi dapat menjadi perangsang. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkenmih sebangai berikut: 1. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki. 2. apusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih. 3. Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sacral untuk membantu untuk mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi. Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut: Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.

2.7 Urine (Air Kemih)


Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat persarafan yang lebih tinggi dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye, pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. 1. Sifat sifat air kemih - Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. - Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. - Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya. - Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. - Baerat jenis 1.015 1.020. - Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). 2. Komposisi air kemih Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap

kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Komposisi air kemih : - Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air - Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin - Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat - Pigmen (bilirubin, urobilin) - Toksin - Hormon 3. Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali. 4. Tahap tahap Pembentukan Urine a. Proses filtrasi Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja. b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,

fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis. c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

2.8 Ciri-Ciri Urin Normal


1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. 2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan. 3. Baunya tajam. 4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Sistem urinal (urinary tract) adalah sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zatyang tidak diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam air. Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal (ren,kidney) dengan saluran keluar urine berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung

kemih (urinary bladder, vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (pubic bone). Urine selanjutnya dialihkan keluar melalui sebuah urethra. 3.2 Saran Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga dapat memahami betul sehingga penyakit penyakit yang berhubungan dengan system perkemihan ini dapat di hindari.

DAFTAR PUSTAKA
Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers. Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC. Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologisistem-perkemihan/ http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistemperkemihan.html http://bertousman.blogspot.com/2009/02/traktus-urinarius.html http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/tugas-kuliah-sistemperkemihan.html http://zakirroshan.blogspot.com/2010/05/urinaria.html

You might also like