You are on page 1of 56

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang menentukan stabilnya perekonomian di suatu negara. Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi dengan menjalankan dua fungsi utamanya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kredit sebagai salah satu penggunaan dana bank. Sektor perbankan dalam memberikan kredit memerlukan adanya ketersediaan sumber dana, semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank maka akan semakin besar pula dana yang dapat dipergunakan oleh perbankan untuk menjalankan fungsinya. Sehingga sektor perbankan berlomba-lomba melakukan penghimpunan dana, khususnya dana dari masyarakat untuk dapat menyalurkan kredit sebesar-besarnya. Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito dan tabungan. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber utama

pembiayaan investasi di Indonesia masih di dominasi oleh penyaluran kredit

perbankan. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis misalnya Korea Selatan dan Thailand (Hermanta dan Ekananda, 2003). Bank dalam menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan untuk membayar bunga simpanan masyarakat yang menanamkan dananya pada bank tersebut, disamping juga untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu juga terkait dengan regulasi perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah sebagai lembaga yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali pada masyarakat (Kasmir, 2004). Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006). Pada dasarnya kredit hanya satu macam saja bila dilihat dari pengertian yang terkandung didalamnya, Akan tetapi, untuk membedakan kredit menurut faktor-faktor dan unsur-unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka

diadakanlah pembedaan-pembedaan kredit. Kredit yang diberikan baik oleh bank umum maupun bank perkreditan rakyat terdiri dari berbagai jenis.

Secara umum jenis-jenis kredit adalah kredit dilihat dari segi kegunaan, atas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi kredit modal kerja (KMK), kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit dilihat dari segi sudut jangka waktu yaitu, kredit jangka pendek (Short Term Loan), kredit jangka menengah (Medium Term Loan), kredit jangka panjang (Long Term Loan). Kredit dilihat dari segi sektor usaha yaitu, kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, dan kredit perumahan serta sektor-sektor lainnya. Kredit dilihat dari segi jaminan yaitu, kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. Kredit dilihat dari segi tujuan yaitu, kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan (Kasmir, 2004). Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau dengan kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu (Samuelson, 1990). Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga simpanan, pengaruh besar kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kegiatan menghimpun dana (funding) merupakan kegiatan umum perbankan.

dan menyalurkan dana (lending)

ini

Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (capital formation) sebagai salah satu penentu utama pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal merupakan salah satu bentuk investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2002). Dalam perekonomian suatu negara atau daerah, pembentukan modal merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi, memerlukan dana yang cukup besar. Sebab dengan tersedianya dana atau modal (utamanya modal dalam negeri) dalam jumlah yang cukup untuk realisasi pembangunan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal penting dari pertumbuhan ekonomi adalah bersumber dari

peningkatan investasi. Investasi akan mendorong permintaan barang modal dan penyerapan tenaga kerja baru untuk mengaktifkan peningkatan kapasitas pendapatan dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Adapun salah satu indikator yang juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menghitung tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu yaitu dengan melihat perkembangan PDRB daerah tersebut.

PDRB ini juga dapat menggambarkan secara lengkap dan menyeluruh dari kegiatan ekonomi yang terjadi disuatu daerah, baik tentang struktur ekonomi maupun hubungan antara komponen-komponennya. Dengan PDRB ini, tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita suatu daerah dapat diketahui. Dimana ketika jumlah PDRB suatu daerah akan meningkat, maka pendapatan masyarakat yang diperoleh dari keikutsertaannya dalam proses produksi juga akan terdorong meningkat. Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian. dipandang penting karena komponen ini dalam kondisi tertentu dapat

menentukan kemajuan ekonomi dan suatu wilayah. Investasi sendiri merupakan upaya untuk mengakumulasi modal dalam membiayai pembangunan. Investasi erat kaitannya dengan naik turunnya kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, para ahli ekonomi memberikan porsi yang besar dalam pembahasan ekonomi makro. Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha pelaku bisnis akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha termasuk pelaku bisnis akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapakan dari investasi lebih besar dari pada tingkat bunga yang harus dia bayar yang merupakan ongkos atas

dana uang digunakan (cost of capital). Semakin rendah tingkat bunga, maka investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil (Nopirin, 1992). Pengarahan dana-dana tabungan masyarakat dilakukan melalui lembaga keuangan terutama melalui perbankan. Perkembangan investasi dipengaruhi oleh kenaikan tingkat suku bunga. Bila suku bunga naik, maka permintaan dana investasi akan menurun, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, suku bunga dan permintaan dana investasi memiliki hubungan terbalik didalam mekanisme pasar uang (Nopirin 2000). Dari uraian yang telah ditunjukkan di atas, untuk membahas hubungan dan pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan perkapita terhadap investasi. Maka penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi Di Kota Makassar Tahun 20002009 . 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengemukakan permasalah pokok sebagai berikut : Seberapa besar pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan perkapita terhadap investasi di Kota Makassar 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulisan ini bertujuan : Untuk melihat pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan perkapita terhadap investasi di Kota Makassar

1.4

Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yaitu : Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat tentang pentingnya dana yang disimpan dalam mendukung fungsi intermediasi perbankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Teoritis Salah satu faktor penting yang menentukan bagi pertumbuhan ekonomi adalah besarnya investasi yang ada dalam perekonomian. Hal ini karena watak ganda yang dimiliki oleh investasi, yakni selain dapat menambah kapasitas produksi, pengeluaran investasi juga dapat meningkatkan permintaan efektif seluruh masyarakat. Bank sebagai dinamisator perekonomian maksudnya bahwa bank merupakan pembayaran, pusat perekonomian, sumber tabungan dana, dan pelaksana pendorong lalu lintas

memproduktifkan

kemajuan

perdagangan nasional dan internasional. Tanpa peranan perbankan, tidak mungkin dilakukan globalisasi perekonomian. Menurut UU RI No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith) sehingga dasar dari kredit adalah kepercayaan seseorang atau badan yang memberi kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa yang akan datang sanggup memenuhi segala sesuatu yang dijanjikan yang berupa uang, barang atau jasa-jasa (Suyatno, dkk:1993).

Menurut UU No.10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit yaitu mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, dan membantu pemerintah. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah peningkatan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa negara terutama untuk produk-produk yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara, dan meningkatkan devisi negara apabila dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor. 2.1.1 Pengertian dan Teori Suku Bunga Menurut Samuelson (1990), suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Suku bunga merupakan salah satu sasaran kebijaksanaan moneter yang sangat besar pengaruhnya karena suku bunga memegang peranan penting di dalam kegiatan perekonomian.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu (Samuelson, 1990). Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam persen (Jamli, 2001). Setiap masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan dikenakan dengan yang namanya bunga (Kasmir, 2004). Bagi masyarakat yang menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito dan giro akan diberikan suku bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan , maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah kecil.

10

Teori Suku Bunga Klasik Menurut kaum Klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Menurut pengertian kaum Klasik, bunga adalah harga dari penggunaan leonable funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Dalam teori Fisher mengenai Leonable Funds Theory, bahwa tingkat suku bunga umum ditentukan oleh interaksi kompleks dari dua faktor, yaitu : 1. Total permintaan dana oleh perusahaan-perusahaan pemerintah dan rumah tangga atau individu-individu. Untuk melakukan berbagai macam aktivitas ekonomi dengan dana tersebut. Permintaan ini berhubungan negatif dengan suku bunga (kecuali dengan permintaan pemerintah yang sering tidak terpengaruh pada tingkat suku bunga). 2. Yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah total penawaran dana dari perusahaan-perusahaan pemerintah dan individu-individu. Penawaran berhubungan positif dengan tingkat suku bunga, jika semua faktor ekonomi yang lain konstan. Tingkat suku bunga dalam keseimbangan (artinya tidak adanya dorongan untuk naik atau turun) akan tetapi apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha melakukan investasi. Dengan demikian,

11

tingkat suku bunga menurut kaum Klasik ditentukan oleh kekuatan tabungan dan investasi yang hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut : I=f(r) Dimana : I = Investasi S = Tabungan r = Tingkat suku bunga Teori Suku Bunga Keynes Menurut Keynes bahwa tingkat suku bunga hanya merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi dipasar uang. Dengan demikian, tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat suku bunga terutama tergantung dari besar kecilnya pendapatan rumah tangga itu. Dalam arti bahwa makin besar jumlah S=(r) I=S

pendapatan maka makin besar uang yang bisa ditabungkan. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti atas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga. Perbedaan dengan teori klasik adalah Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment . Oleh karena itu,

produksi dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.

12

Demikian halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan bahwa tingkat bunga bukanlah faktor utama yang menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi adalah tingkat bunga. Tingkat investasi menurutnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lainnya selain tingkat bunga (Rimoky, 2002). Teori Suku Bunga Sir John Hicks Menurut Hicks, bahwa suku bunga berada dalam keadaan keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat suku bunga itu memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor riil. Pandangan ini merupakan gabungan dari pendapat Klasik dan Keynes, dimana kaum Klasik mengatakan bahwa bunga timbul karena uang adalah produktif, artinya bila seseorang memiliki dana maka mereka dapat menambah alat produksinya agar keuntungan yang diperoleh meningkat. Sedangkan menurut Keynes bahwa uang produktif dengan spekulasi dengan kemungkinan memperoleh keuntungan. 2.1.2 Konsep Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) Untuk memperoleh pengertian tentang pendapatan, maka harus dilihat dari mana pendapatan tersebut dibentuk dan bagaimana proses

pembentukannya. Karena pendapatan itu sendiri merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh individu, masyarakat, produsen, perusahaan daerah, negara, dan sebagainya. Sebagai hasil usaha atau kompensasi yang diterima dalam kegiatan-kegiatan ekonomi melalui proses produksi barang-barang atau jasajasa yang dihasilkan.

13

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2000). Pertumbuhan ekonomi adalah

perubahan jangka panjang secara perlahan yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan produksi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dapat

dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik produksi, masyarakat dalam lembaga-lembaga, perubahan tersebut menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan perkapita merupakan bagian dari pendapatan nasional dan merupakan salah satu indikator pembangunan, pendapatan perkapita selain bisa memberi gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu juga dapat menggambarkan perubahan

14

corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terjadi diberbagai daerah. Pendapatan perkapita diperoleh dari membagi jumlah pendapatan

nasioanal bruto/pendapatan domestik bruto pada satu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Angka pendapatan perkapita dapat dinyatakan dalam harga berlaku maupun dalam harga konstan tergantung kebutuhan (Taringan, 2005). PDRB merupakan salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam satu wilayah biasanya dalam jangka waktu satu tahun tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor produksi. Nilai PDRB dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu dari segi produksi, dari segi pendapatan, dan dari segi pengeluaran. Ditinjau dari segi produksi disebut regional produk, merupakan jumlah netto oleh atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ditinjau dari segi pendapatan disebut regional income, merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dan biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ditinjau dari segi pengeluaran disebut regional expenditure, merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, private non profit

15

institution maupun pemerintah, pembentukan modal, serta ekspor netto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). PDRB dibedakan atas dua, yaitu PDRB atas dasar harga konstan (riil) dan PDRB atas dasar harga berlaku (nominal). PDRB atas dasar harga konstan (riil) adalah PDRB yang dihitung atas harga konstan (dasar), yang biasanya harga yang ditetapkan merupakan harga pada tahun pertama. Sedangkan PDRB menurut harga berlaku adalah PDRB yang dihitung menurut harga yang berlaku pada tahun berjalan. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku (konstan) digunakan untuk melihat besarnya perekonomian suatu daerah, berdasarkan atas harga yang berlaku pada saat itu. Rumus untuk menghitung PDRB nominal adalah PDRB nominal = P x Q, dimana P adalah harga yang berlaku saat itu dan Q adalah total output yang dihasilkan. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan (riil) digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi karena nilai PDRB tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. Harga konstan ini dapat ditentukan dengan menggunakan satu tahun dasar yang mana harganya dijadikan acuan. Rumus untuk menghitung PDRB riil adalah PDRB riil = PDRB nominal / inflasi x 100 persen. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan

16

pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan. Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Teori Klasik Ahli ekonomi klasik yakin dengan adanya perekonomian persaingan yang sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal atau full employment. Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full employment itu hanya bisa dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci kemajuan. Karena itu mereka menekankan betapa pentingnya tabungan dalam jumlah besar, selain itu mereka juga berpendapat bahwa keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan merangsang investasi dan akan semakin besar pula akumulasi modal investasi. Teori Ricardian David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dalam bukunya The Principles Of Political Ekonomy And Taxation. David mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, perdagangan luar negeri. Seperti ahli ekonomi modern, teori Ricardo menekankan pentingnnya tabungan untuk pembentukan

17

modal. Dibanding pajak David Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan.Tabungan dapat diperoleh dengan penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta mengurangi harga barang. Teori Harodd Domar Model pertumbuhan Harodd Domar dibangun berdasarkan pengalaman negara maju. Harodd Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi, mengenai watak ganda yang dimiliki oleh investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan kedua ia memperbesar kapasitas produksi pertanian dengan cara menaikkan stok modal. Karena itu selama investasi netto tetap berjalan , pendapatan nyata dan output akan senantiasa tambah besar. Harodd Domar, mengembangkan analisa Keynes yang menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi . Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru. 2.1.3 Pengertian dan Teori Investasi Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal atau apabila digunakan istilah dalam penghitungan pendapatan nasional dinamakan pembentukan modal dalam negeri (domestik) bruto, terjadi dari tabungan dari sektor perusahaan yang digunakan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal.

18

Ada beberapa pengertian lain dari investasi yaitu, menurut Winardi (1988), investasi adalah pengeluaran untuk barang-barang yang tidak

dikonsumsikan sekarang, melainkan menambahkan jumlah barang-barang atau alat-alat produksi. Menurut Boediono (1998), investasi adalah pengeluaran oleh sektor-sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang-barang atau jasa dengan tujuan merubah stok gudang atau perluasan pabrik. Menurut Sukirno (1995), investasi dapat didefenisikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian dimasa depan, sedangkan fungsi dari investasi yaitu peningkatan produksi, penyempurnaan struktur produksi, pemerataan pendapatan, pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta mendorong ekspor. Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat dengan mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan terus berlangsung hingga mencapai keseimbangan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992).

19

Yang digolongkan investasi meliputi pengeluaran/pembelanjaan terbagi dalam dua golongan yaitu, (1) Investasi financial, merupakan hal pembelian atau pengalihan milik mengenai surat-surat berharga (saham,obligasi, surat

perbendaharaan negara, surat berharga komersial) dalam dunia usaha atau peningkatan nilai surat-surat berharga tersebut. (2) Investasi fisik/rill, merupakan hal membuat peralatan barang modal baru atau tambahan pada barang modal, meliputi, (a) Investasi tetap (fixed investment), dalam hal pembelian asset fisik

berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan serta pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya, dan (b) Investasi persediaan (inventory investment), yaitu pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, bahan baku, suku cadang, bahan penolong dikonversikan dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional, selama semakin besar jumlah yang diperlukan untuk investasi penggantian guna mempertahankan persediaan modal yang ada dalam perekonomian dimana persediaan ini cenderung berubah sejalan dengan perubahan tingkat

pendapatan nasional, selama semakin besar jumlah yang diperlukan untuk investasi penggantian guna mempertahankan persediaan modal yang ada dalam perekonomian yang pendapatan nasional dan outputnya meningkat dan sebaliknya. Dalam melakukan pembangunan ekonomi dibutuhkan biaya yang cukup besar yang salah satunya diperoleh dari investasi swasta baik berupa

20

penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagai sumber domestik merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi nasioanal (Jhingan, 1994). Disatu pihak, mencerminkan permintaan efektif dan dipihak lain menciptakan efisiensi produktif bagi produksi dimasa depan. Proses penanaman modal ini menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Penanaman

modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat dinegara tersebut. Investasi dibidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi kesempatan kerja. Pembentukan atau penanaman modal dalam negeri ini pula yang akan membawa kearah kemajuan teknologi, kemajuan

teknologi pada gilirannya membawa kearah spesialisasi dan penghematan produksi skala luas, penanaman modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penanaman modal asing (PMA) sebagai salah satu jenis penanaman modal memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan. Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan modal negara. Modal asing swasta dapat mengambil bentuk investasi langsung dan investasi tidk langsung (Jhingan, 1994). Pengertian penanaman modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

21

Jadi penanaman modal asing diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Penanaman modal asing yang dilakukan di Indonesia tidak hanya dalam bentuk uang yang ditanamkan tetapi juga dalam bentuk mesin-mesin juga dalam bentuk ketrampilan teknik Setiap keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat yang dapat disebut determinan investasi (Determinant Of Investment). Dalam setiap proses pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul, apakah secara eksplisit atau implisit, disadari atau tidak, diolah secara sistematis atau tidak. Kelima unsur tersebut adalah : 1. Kondisi Investor 2. Motif Investor 3. Media Investor 4. Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan cara pengolahannya 5. Strategi Investasi Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat dengan mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan terus berlangsung hingga

22

mencapai keseimbangan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992). Keuntungan dari investasi-investasi ini baru terasa bila mana timbul pertambahan permintaan dalam masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif yang juga akan menaikkan pendapatan akan memberikan keuntungan pada Public Investment. Public Investment ini sering juga disebut sebagai investasi yang otonom, yaitu investasi yang timbul bukan karena adanya pertambahan pendapatan. Hal-hal yang menyebabkan public investment bersifat otonom diantaranya karena adanya biaya yang tidak kecil sehingga pihak swasta tidak mampu memikulnya, mempunyai produktivitas dan keuntungan yang tidak langsung. Bendungan dan saluran irigasi tidak memberikan keuntungan yang langsung, tetapi rehabilitasi dan penyempurnaan irigasi itu merupakan prasarana penting untuk menaikkan produksi pertanian. Dalam analisis makroekonomi, istilah investasi khususnya dihubungkan dengan investasi fisik menciptakan aset baru yang akan meningkatkan kapasitas (Pass, 1998). Masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berhubungan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan yang akan diperoleh dari barang dan modal dimasa depan. Pengharapan akan pendapatan merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan besarnya investasi. Berikut ini di bahas beberapa aliran teori mengenai investasi. memproduksi suatu perekonomian

23

Teori Investasi Klasik Dalam teori Klasik, investasi yang dilakukan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berproduksi. Dengan

meningkatkann produksi, akumulasi modal terbentuk yang nantinya akan meningkatkan investasi. Sedangkan dalam teori Keynes, besarnya investasi yang dilakukan tidak tergantung pada tinggi rendahnya tingkat bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diterima rumah tangga. Makin tinggi pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, makin besar pula investasi yang dilakukan. Teori Investasi Keynes Menurut Keynes, investasi hanya bergantung pada dua faktor, yaitu perkiraan tingkat keuntungan yang tinggi yang diharapkan dari sebuah investasi dan tingkat bunga. Keynes mendasari teori tentang investasi berdasarkan konsep Marginal Efficiency Of Capital (MEC) bahwa jumlah maupun

kesepakatan untuk melakukan investasi didasarkan atas konsep keuntungan yang akan diharapkan dari investasi atau biasa disebut Marginal Efficiency Of Investment (MEI), maksudnya investasi akan dilakukan apabila MEI lebih besar dari tingkat bunga. Apabila tingkat bunga tinggi jumlah usaha yang tingkat pengembalian modalnya melebihi tingkat tersebut adalah sedikit, maka investasi tidak terjadi (Mannulang,1981). Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

24

MEI

Investasi

Gambar 2.1.3 Kurva Marginal Efficiency Of Investment Selain kedua faktor di atas menurut keynes terdapat beberapa faktor penting lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang, perubahan dan perkembangan teknologi yang terjadi (Sukirno, 1981). Volume investasi ditentukan oleh efisiensi marjinal investasi modal yang bergantung pada ekspektasi pihak usahawan investor tentang imbalan jasa

(laba) yang akan diperoleh dimasa yang akan datang dimana harus melebihi bunga harus diperhitungkan dalam penggunaan modal. Dalam suasana tertentu, investor kurang berminat melakukan investasi walaupun tingkat bunga rendah akibatnya ekspektasinya kurang cerah dimasa depan, sebaliknya dalam keadaan ini bisa juga terjadi bahwa pihak investor meningkat permintaannya akan dana modal dan bersedia membayar dengan harga (tingkat bunga) yang terjadi. Menurut Keynes investasi bisnis hanya bergantung dua faktor : perkiraan pengembilan investasi dan tingkat suku bunga. Perkiraan pengambilan investasi

25

merupakan keuntungan dari penanaman investasi pabrik dan perlengkapan baru dan faktor yang kedua merupakan biaya dan perolehan dana untuk membiayai pabrik dan perlengkapan. Jika perkiraan tingkat pengembalian investasi melebihi tingkat suku bunga, perusahaan bisnis akan mengembangkan dan membayar pabrik baru. Tetapi apabila tingkat suku bunga melebihi perkiraan tingkat pengembalian investasi, maka investasi tidak akan terjadi (Pressman, 2000). Keynes tidak setuju bahwa jumlah investasi sepenuhmya ditentukan oleh tingkat bunga, memang tingkat bunga memegang peranan yang cukup menentukan dalam perkembangan pengusaha melakukan investasi. Suku bunga tergantung kuantitas sehingga investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan efisiensi marjinal modal atau penurunan suku bunga (Jhingan 1999). Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi dilakukan oleh para pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan rumah tangga pada waktu dicapai penggunaan tenaga kerja penuh (full employment), oleh karenanya permintaan agregat dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan dalam permintaan agregat ini akan menimbulkan pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian (Sukirno, 2008). Teori Investasi Neo-Klasik Menurut Neo-Klasik intinya berdasarkan teori produktifitas marjinal dari faktor produksi modal, artinya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktifitas marjinal dibandingkan dengan tingkat harga. Suatu barang investasi akan dijalankan apabila pendapatan investasi

26

lebih besar dari tingkat bunga dan investasi dalam suatu barang modal adalah menguntungkan jika biaya sewa ditambah bunga lebih kecil dari pada hasil pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan investasi menurut teori ini, yaitu : 1. Tingkat biaya barang modal, 2. Tingkat bunga, dan 3. Tingginya pendapatan yang akan diterima. Teori Harrod Domard Harrod Domard berpendapat bahwa pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan sekaligus juga sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Penanaman modal yang dilakukan masyarakat dalam suatu waktu tertentu akan digunakan untuk dua tujuan, yaitu ; (1) Mengganti alat-alat modal yang tidak dapat dipergunakan lagi. (2) Untuk memperbanyak jumlah alat modal masyarakat. Akibatnya adalah apabila dibandingkan jumlah pertumbuhan produksi dengan penanaman modal yang dilakukan akan di dapat rasio modal produksi (capital output ratio), yaitu suatu ratio yang menunjukkan pertambahan efektif kapasitas berproduksi sebagai akibat adanya penanaman modal baru pada suatu tahun tertentu. 2.1.4 Hubungan Suku Bunga dan Investasi Pengaruh dari suku bunga kredit terhadap investasi juga dijelaskan oleh pemikiran ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa investasi adalah fungsi

27

dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil, dengan alasan seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar sebagai ongkos penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil (Nopirin, 2000). Tingkat keuntungan yang diharapkan menurut teori makro Keynes disebut dengan Marginal Efficiency Of Capital.(MEC), sedangkan perilaku investor dalam mengambil keputusan dijelaskan dalam bentuk fungsi investasi. Fungsi investasi menunjukkan hubungan antara tingkat yang berlaku dengan tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan. Keynes mengatakan, bahwa masalah investasi baik ditinjau dari segi penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri didasarkan konsep Marginal Efficiency Of Capital (MEC), investasi akan dilakukan oleh investor, bila MEC yang diharapkan masih lebih besar atau tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. Jadi jelas pertimbangan Keynes untuk terlaksananya investasi adalah factor efficiency marginal dari investasi itu sendiri. Efficiency marginal dari investasi sangat tergantung pada perkiraan-perkiraan investor pada perkembangan situasi ekonomi di masa yang akan datang. Hubungan investasi dengan tingkat bunga dapat digambarkan suatu kurva MEC. Kurva MEC ialah kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya investasi pada berbagai tingkat bunga. Kurva yang menghubungkan investasi

28

yang diinginkan pada berbagai tingkat bunga dimana harga investasi berubah apabila terjadi perubahan Efficiency Of Investment). i(%) tingkat bunga disebut kurva (MEI = Marginal

i i MEI Investasi MEC (Juta)

Gambar. 2.1.4 Kurva MEI dan Kurva MEC Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar, maka semakin banyak usaha yang dapat dilakukan pengusaha dengan menguntungkan. Sebagai akibatnya semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang mereka lakukan. Terdapat beberapa faktor penentu dilakukannya investasi, yaitu investasi memberikan revenue tambahan kepada perusahaan melalui penjualan

produknya secara lebih besar, suku bunga merupakan harga atau biaya yang harus dibayar dalam meminjam uang untuk suatu periode tertentu dan ekspetasi keuntungan. Dengan demikian para investor melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukan. 2.2 Tinjauan Empiris Nurinayah (2004), melakukan suatu penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga dan produk domestik bruto terhadap investasi Di Indonesia tahun

29

1983-2000. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara suku bunga terhadap investasi. Andi Mahyuddin (2009), membahas tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi Di Sulawesi Selatan periode 1997-2007. Dan hasil studi empirisnya menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap investasi Di Sulawesi Selatan Badriah Sappewali (2001), membahas tentang pengaruh tingkat bunga terhadap kredit perbankan di Sulawesi Selatan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat bunga tidak terlalu menjadi hambatan bagi para investor selama variasi naik turunnya berada dalam batas kewajaran. Justru yang paling mempengaruhi adalah dari segi perbankan, cadangan wajib minimum yang kecil memungkinkan dana-dana yang ada disalurkan untuk menghindari idle fund. 2.3 Kerangka Pikir Masalah pertumbuhan ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh semua daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup. Pembangunan adalah merupakan salah satu upaya untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat. Pembangunan ekonomi dimaksudkan sebagai aktivitas perekonomian yang menghasilkan kenaikan jumlah output atau produk barang dan jasa serta adanya perbaikan atau perubahan yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat baik dilingkup daerah maupun lingkup nasional.

30

Dalam perencanaan pembangunan untuk pertumbuhan ditingkat daerah, ketersediaan investasi tergantung pada kecakupan sumber-sumber pembiayaan yang ada. Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai fungsi atau peranan sebagai penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas kredit. Pemberian kredit oleh bank merupakan tulang punggung kegiatan bank. Kredit yang diberikan oleh pihak bank sangat penting terutama dalam hal investasi ke dunia usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Dana yang dioperasikan bank secara aktif tidak lain adalah dana berasal dari masyarakat yang dihimpun melalui giro, tabungan, dan deposito. Besar kecilnya kredit yang disalurkan kepada debitur banyak dipengaruhi oleh dana dari pihak ketiga. Suku bunga yang tinggi akan menarik masyarakat untuk meyimpan kelebihan pendapatannya untuk menabung dibank-bank dari pada menambah konsumsinya. Sehingga ketergantungan akan modal asing dapat dkurangi. Namun dalam investasi mengisyarakatkan tingkat suku bunga harus rendah dimana tingkat pengembalian modal investasi harus lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang berlaku agar investasi tersebut menguntungkan.ingin meminjam uang untuk kebutuhan mereka. Semakin tinggi suku bunga kredit semakin berkurang permintaan kredit dan sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga kredit maka keinginan mendapatkan kredit semakin besar. Dengan pemberian kredit kepada beberapa

31

sektor perekonomian, bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.

KERANGKA PIKIR

SUKU BUNGA KREDIT (X1)

PENDAPATAN PERKAPITA (X2)

INVESTASI (Y)

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

2.4

Hipotesis 1. Diduga bahwa suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi di Kota Makassar . 2. Diduga bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi di Kota Makassar.

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yakni kegiatan penelitian dalam usaha pencapaian kesimpulan atas hipotesis yang diajukan dengan melakukan analisis data-data kuantitatif. Data kuantitaif adalah data-data yang disajikan dalam bentuk angka-angka.

3.2

Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari berbagai instansi terkait. Adapun instansi yang dimaksud adalah Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sulawesi Selatan, Kantor Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar dan Bank Indonesia Kota Makassar. Data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi : 1. Suku Bunga Kredit Kota Makassar Tahun 2000-2009 2. Pendapatan Perkapita Kota Makassar Tahun 2000-2009 3. Data Total Investasi (PMA dan PMDN) Kota Makassar Tahun 20002009 3.3 Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu, studi kepustakaan dengan

pengumpulan data dari berbagai literatur guna memperoleh peralatan dasar

33

teori-teori seperti buku-buku ekonomi, majalah serta bacaan lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. 3.4 Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah model regresi berganda (Multiple Regression). Model ini memperlihatkan hubungan dan pengaruh antara variabel bebas (Suku bunga kredit X1 dan pendapatan perkapita X1) variabel terikat (Investasi Y), bentuk persamaannya sebagai berikut : Y = f (X1,X2) Dengan demikian dapat dikemukakan model analisisnya sebagai berikut : Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + Dimana : Y X1 X2 0 = Investasi (Miliar Rp) = Suku Bunga Kredit (%) = Pendapatan Perkapita (Juta Rp) = Konstanta ............................ (1)

1 2 = Parameter yang akan ditaksir untuk memperoleh gambaran tentang hubungan setiap variabel bebas terhadap variabel terikat = Error term

Atau secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas, yaitu: Y = 0 X1 1 X2 2 e ............................ (2)

Berdasarkan fungsi persamaan di atas maka dikembangkan ke dalam bentuk regresi berganda dan linier (ordinary least square) dengan

34

mentransferkan persamaan (2) dalam bentuk Ln, sehingga diperoleh persamaan estimasi sebagai berikut : Ln Y = 0 + 1X1 + 2 Ln X2 + ............................ (3)

3.5

Definisi Operasional Untuk mempersamakan pengertian istilah-istilah dan memudahkan dalam pengumpulan dan analisis data, maka variabel-variabel yang didefinisikan atau diukur dan dapat dijadikan sebagai acuan selama penelitian adalah : 1. Suku Bunga Kredit adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu, tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga kredit. 2. Pendapatan Perkapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) konstan yang dibagi dengan jumlah penduduk masyarakat Kota Makassar tahun 2000-2009 3. Investasi adalah perkembangan total investasi (PMA dan PMDN) Tahun 2000-2009 yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar.

35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1

Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan di Kota Makassar Tahun 2000-2009 Tingkat suku bunga kredit merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pengambilan kredit di Makassar. Hal ini menjadikan suku bunga menjadi acuan lembaga pemberi kredit dalam menganalisis untuk memberikan jumlah kredit kepada masyarakat. Tabel 4.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan di Kota Makassar Tahun 2000-2009.

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Suku Bunga Perbankan 18,53 17,56 17,51 15,92 14,34 15,30 15,20 15,72 13,60 11,76

Pertumbuhan (%) -5,23 -0,28 -9,08 -9,92 6,69 -0,65 3,42 -13,48 -13,52

Sumber : Bank Indonesia Makassar, berbagai seri

36

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perkembangan tingkat suku bunga kredit mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga kredit. Salah satunya adalah tingkat bunga perbankan dimana tingkat bunga perbankan yang ditetapkan oleh Bank Sentral banyak dipengaruhi oleh kebijakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat negara yang melihat faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan ekonomi baik itu secara makro maupun mikro salah satunya adalah mengatur jumlah uang beredar dimasyarakat dengan meningkatkan tingkat suku bunga simpanan akan menarik masyarakat untuk menabung sehingga mengurangi tingkat konsumsi masyarakat dan menurunkan tingkat bunga kredit untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh kredit usaha yang ditujukan untuk membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, posisi suku bunga kredit perbankan antara tahun 2000-2009 terus menunjukkan penurunan. Tahun 2000 suku bunga kredit perbankan sebesar 18,53 persen, sementara tahun 2001 adalah 17,56 persen atau mengalami penurunan sebesar 5,23 persen. Selanjutnya pada tahun 2002 tingkat suku bunga kredit 17,51 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,28 persen dibandingkan tahun 2001. Begitu pula pada tahun 2003 tingkat suku bunga kredit sebesar 15,92 persen atau menurun sebesar 9,08 persen dari tahun 2002. Kemudian tahun 2004 suku bunga kredit menjadi 14,34 persen atau penurunan 9,92 persen dari tahun 2003.

37

Namun pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 15,30 persen atau mengalami kenaikan sebesar 6,69 persen dari tahun 2004. Hal ini diakibatkan adanya kenaikan harga BBM sehingga menyebabkan terjadinya inflasi sehingga mendorong naiknya SBI yang mendorong pihak perbankan untuk meningkatkan suku bunga kredit. Ditahun 2006 tingkat bunga menjadi 15,20 persen atau kembali mengalami penurunan sebesar 0,65 persen dari tahun 2005. Kemudian tahun 2007 tingkat bunga menjadi 15,72 persen atau mengalami kenaikan 3,42 persen dibanding tahun 2006. Di tahun 2008 tingkat bunga 13,60 persen atau terjadi penurunan sebesar 13,48 persen. Dan pada akhir periode tingkat bunga masih mengalami penurunan dibanding tahun 2008 yaitu 11,76 persen atau masih terjadi penurunan 13,52 persen. 4.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Makassar Tahun 2000-2009 Salah satu indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat indikator perkembangan Produk Domestik Brutonya (PDB), dimana PDB adalah nilai total uang dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam satu disuatu negara. Dimana perkembangan PDB dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi di tiap daerahnya dalam hal ini perkembangan Produk Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto merupakan total uang dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam satu tahun di wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi barang. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data dasar dan utama dalam menyusun kerangka perencanaan pembangunan daerah,

38

disamping

sebagai

sumber

informasi

tentang

bagaimana

kondisi

dan

perekonomian secara makro regional. Oleh karena itu, data series PDRB pada dasarnya tidak hanya bermanfaat bagi kepentingan teknis perencanaan pembangunan saja,tetapi juga dapat menjadi bahan untuk menentukan kebijakan baik bagi para pelaku pembangunan seperti pemerintah maupun segenap pelaku bisnis. Tabel 4.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita Makassar Atas Harga Konstan Tahun 2000-2009 (Juta Rupiah)

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PDRB (Harga Konstan) 7.114.360,00 7.633.905,00 8.178.880,13 8.882.254,69 9.785.333,89

Jumlah Penduduk 1.112.688 1.130.384 1.148.312 1.160.011 1.179.023

Pendapatan Perkapita 6.393.849,85 6.753.371,19 7.122.524,31 7.657.043,50 8.299.527,57 8.791.890,18 9.2696.99,57 9.926.450,61 10.817.821,78 11.630.604,24

Pertumbuhan Pedapatan Perkapita (%) 5,62 5,46 7,50 8,39 5,93 5,43 7,08 8,97 7,51

10.492.540,67 1.193.434 11.341.848,21 1.223.540 12.261.538,92 1.235.239 13.561.827,18 1.253.656 14.798.187,68 1.272.349

Sumber : BPS Makassar, Makassar Dalam Angka 2009

Pendapatan perkapita sendiri adalah nilai yang diambil dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu satu tahun. Pendapatan perkapita adalah data yang dipergunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesejahteraan

39

masyarakat pada suatu daerah tertentu serta seberapa besar perkembangan ekonomi yang timbul di wilayah tersebut. Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengukur tingkat kesejahteraan di Kota Makassar dimana kondisi perekonomian daerah tersebut sangat tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki, berbagai kebijakan serta upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah Kota Makassar. Untuk mengetahui ekonomi dan tingkat

kesejahteraan masyarakat maka perlu dicermati seberapa besar pendapatan perkapita di Kota Makassar. Pertumbuhan pendapatan perkapita setiap tahunnya mengalami fluktuasi dengan tingkat pertumbuhan yang mengalami peningkatan. Dimana pada awal periode tahun 2000 jumlah pendapatan perkapita Kota Makassar sekitar Rp. 6.393.849,85 juta. Selanjutnya tahun 2001 pendapatan perkapita mengalami peningkatan sebesar 5,62 persen menjadi Rp. 6.753.371,19 juta. Pada tahun 2002 pendapatan perkapita meningkat lag menjadi Rp. 7.122.524,31 juta atau 5,46 persen. Pada tahun 2003 pendapatan perkapita meningkat yakni Rp. 7.657.043,50 juta atau sebesar 7,50 persen. Hal ini dikarenakan peningkatan yang dicapai oleh sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan yang mampu mencapai 18,95 persen, kemudian disusul oleh sektor transportasi dan komunikasi yag mencapai pertumbuhan rata-rata sebesar 12,04 persen. Sektor yang merupakan andalan daerah yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa masing-masing.

40

Pendapatan perkapita Kota Makassar mengalaimi peningkatan pada tahun 2004 yakni sebesar 8,39 persen menjadi Rp. 8.229.527,57 juta, selanjutnya tahun 2005 pendapatan perkapita sebesar 5,93 persen menjadi Rp.8.791.890,18 juta, tahun 2006 sebesar 5,46 persen menjadi Rp.

9.271.980,55 juta dan kemudian pada tahun 2007 sebesar 7,06 persen menjadi Rp. 9.926.450,61 juta, selanjutnya tahun 2008 pendapatan perkapita meningkat sebesar 8,98 persen menjadi Rp. 10.817.821,78 juta. Dan pada akhir periode yakni pada tahun 2009 pendapatan perkapita Kota Makassar meningkat sebesar Rp. 11.630.604,24 atau 7,51 persen. Pendapatan perkapita Kota Makassar relatif stabil, hal ini dikarenakan kondisi pembangunan sera pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 4.3 Perkembangan Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009 Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Besarnya PMA dan PMDN menunjukkan partisipasi swasta dalam pembangunan karena merupakan investasi yang mereka lakukan. Pembentukan modal atau investasi adalah mutlak diperlukan dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, karena sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan dan agar produksi (output) nasional dapat ditingkatkan maupun untuk perluasan tenaga kerja. Investasi merupakan dana yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif dan diharapkan akan memberikan hasil berupa balas jasa dan modal di masa yang akan datang.

41

Tabel 4.3 Perkembangan Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PMA (Rp) 26.876.213.832 38.286.933.850 56.213.826.000 56.267.701.500 71.121.453.000 PMDN (Rp) 37.015.578.848 41.330.192.155 32.703.300.005 54.152.500.000 25.632.300.000 Total 63.891.792.680 79.617.126.005 88.917.126.005 110.420.201.500 96.753.753.000

1.117.781.096.000 110.534.890.000 1.228.315.986.000 299.605.614.000 33.061.400.000 332.667.014.000

2.146.617.895.469 439.184.079.129 2.585.801.974.598 203.988.316.500 130.455.531.200 928.375.120.000 1.132.363.436.500 195.424.523.000 325.880.054.200

Sumber : Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar, berbagai seri (data diolah kembali)

Dari data d atas dapat dilihat perkembangan investasi selama kurun waktu tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa investasi di Kota Makassar

berfluktuasi dari tahun ketahun. Pada tahun 2000 investasi sebesar Rp. 63.891.792.680, tahun 2001 investasi naik sebesar Rp. 79.617.126.005 atau 24,61 persen, tahun 2002 investasi naik sebesar Rp. 88.917.126.005 atau 11,68 persen lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 investasi meningkat sebesar Rp. 110.420.201.500 atau 24,18 persen dari tahun sebelumnya, tahun 2004 investasi menurun sejumlah Rp. 96.753.753.000 atau 12,38 persen.

42

Pada tahun 2005 investasi meningkat sebesar Rp. 1.228.315.986.000 atau 1.169,53 peresn, namun pada tahun 2006 investasi menurun sejumlah Rp. 332.667.014.000 atau 72,92 persen, dan tahun 2007 investasi meningkat kembali sebesar Rp. 2.585.801.974.598 atau 677,29 persen. Pada tahun 2008 investasi sebesar Rp. 1.132.363.436.500 atau 56,21 persen, namun di akhir periode tahun 2009 investasi menurun sebesar Rp. 325.880.054.200 atau 71,22 persen. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, maka investasi PMA dan PMDN perlu diupayakan lebih banyak lagi. Untuk meningkatkan PMA dan PMDN diperlukan upaya serius dalam mengambil langkah-langkah yang dapat mendorong investor untuk berinvestasi lebih banyak lagi. Antara lain dengan memberikan kemudahan untuk berinvestasi dan jaminan kepastian hukum. Dengan demikian PMA dan PMDN dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam meningkatkan investasi di Kota Makassar dimasa mendatang yang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sehingga akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat. 4.4 Uji Statistik Setelah memberikan gambaran umum mengenai perkembangan masingmasing variabel yang dimaksudkan dalam penulisan ini, maka pada bagian ini akan dibahas hasil yang diperoleh dalam pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0, keretan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent serta untuk mengetahui signifikansi antara variabel-variabel tersebut baik secara parsial maupun simultan.

43

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode regresi berganda, yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah investasi (Y) sedangkan untuk variabel bebasnya (independent) adalah suku bunga kredit (X1) dan pendapatan perkapita (X2). Setelah melakukan pengolahan data regresi, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4 Uji Statistik

Variabel Constanta Suku Bunga Kredit (X1) Pendapatan Perkapita (X2)

Coeficient -12.455 0.796 12.321 R = 0.904 Uji F = 15.568

Std.Error 9.362 0.258 2.598

t-Statistik -1.330 3.086 4.743 R2 =0.816 Sig =0.003

Sig 0.225 0.018 0.002

Sumber : Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0 (diolah dari lampiran 3)

a. Uji R2 Kelayakan modal dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2). Nilai yang ditemukan adalah 0.816 berarti 81,6 persen. Hal ini berarti bahwa variasi seluruh variabel bebas/independent (Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) dapat menjelaskan variasi-variasi terikat/dependent (Investasi), sebesar 81,6 persen. Sisanya sebesar 18,4 persen ditentukan oleh variabel atau faktor lainnya diluar model. Jika dilihat dari nilai koefisien korelasi (R) model ini yaitu 0.904 berarti 90,4 persen. Hal ini dapat berarti bahwa derajat keeratan hubungan antara variabel independent (Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) dengan variabel dependent (Investasi) adalah cukup kuat.

44

b. Uji-t Uji-t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi model secara parsial atau menguji keberartian pengaruh variabel independent (Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) terhadap variabel dependent (Investasi) . Maka dilakukan uji-t dengan membandingkan thitung dengan ttabel, dengan df=7 dan pada taraf nyata 0,05 (5%). Maka diperoleh ttabel 1.895 untuk thitung suku bunga kredit 3.086 sedangkan thitung pendapatan perkapita 4.743. c. Uji F Untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel independent (Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) terhadap variabel dependent (Investasi) maka digunakan uji-f. Hasil pengujian secara simultan dengan df=7 untuk penyebut dan df=2 untuk pembilang pada taraf nyata yang digunakan adalah 0,05 (5%). Sehingga Fhitung 15.568 . Ftabel 4.74 H0 diterima H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa secara simultan variabel-variabel independent (Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel dependent (Investasi). 4.5 Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009 Hasil pengujian statistik variabel suku bunga kredit menunjukkan bahwa pengaruh suku bunga kredit terhadap investasi adalah positif dan signifikan, dengan tingkat signifikansinya 0.018, dengan asumsi variabel lain tetap. Pengaruh signifikan ini menunjukkan bahwa kenyataan yang ada disampel sama dengan kenyataan dipopulasi.

45

Suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif. Hal ini berarti tidak sesuai dengan teori yang menyatakan suku bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap investasi. Dan dari hasil penelitian sebelumnya (Nurinayah 2004) yang melakukan suatu penelitian tentang pengaruh suku bunga dan PDB terhadap investasi Tahun 1983-2000. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara suku bunga terhadap investasi. Hubungan antara suku bunga kredit dan investasi dapat dilihat pada gambar 4.5 Gambar 4.5 Perbandingan Trend Suku Bunga Kredit Terhadap Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009

Gambar 4.5 di atas menunjukkan hubungan antara suku bunga kredit dan investasi. Suku bunga kredit tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap investasi. Hal ini dapat dilihat ketika suku bunga kredit pada tahun 2000 sebesar 18,53 persen dan pada tahun 2001 menjadi 17,56 persen namun investasi tetap meningkat walaupun tidak terlalu besar.

46

Ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat dengan mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya

keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992). Pada tahun 2002 terjadi penurunan suku bunga kredit, investasi

meningkat. Suku bunga kredit mengalami fluktuasi pada tahun 2001 hingga tahun 2009. Pada tahun 2003 ketika suku bunga kredit menurun menjadi 15,92 persen investasi meningkat. Pada tahun 2004 suku bunga kredit terjadi penurunan menjadi 14,34 persen, dan pada tahun 2009 suku bunga kredit juga terjadi penurun menjadi 11,76 persen namun investasi malah menurun. Hal ini di dukung oleh pandangan Keynes tingkat bunga bukanlah faktor utama yang menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi adalah tingkat bunga. 4.6 Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009 Pendapatan perkapita memilki pengaruh yang besar terhadap investasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian statistik. Dimana pendapatan perkapita memiliki hubungan yang positif dan signifikan, dengan tingkat signifikansinya 0.002 dengan asumsi variabel lain tetap. Pengaruh yang sangat signifikan ini

47

menunjukkan bahwa kenyataan yang ada di sampel sama dengan kenyataan di populasi. Hal ini berarti sesuai dengan teori dimana pendapatan perkapita memiliki pengaruh positif terhadap investasi. Semakin meningkatnya pendapatan perkapita maka investasi meningkat. Gambar 4.6 Perbandingan Trend Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009
35 30 25 20 15 10 5 0 2000200120022003200420052006200720082009 Investasi Pendapatan Per Kapita

Pada gambar 4.6 dapat dilihat hubungan antara pendapatan perkapita dan investasi. Pada tahun 2000 hingga tahun 2003 menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita diikuti juga dengan peningkatan investasi. PDRB mencakup gabungan dari seluruh sektor perekonomian satu daerah, sehingga dapat dilihat peranan masing-masing sektor dalam

memberikan penghidupan kepada penduduk. Di dalam sistem perekonomian, kegiatan ekonomi dapat dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan seperti

48

memproduksi barang dan jasa, konsumsi barang dan jasa serta kegiatan investasi. Pada tahun 2004 hingga tahun 2009 terjadi peningkatan pendapatan perkapita namun investasi nilainya berfluktuasi.. Pada tahun 2006 ketika pendapatan perkapita mencapai Rp.9.269,699,57 juta, investasi justru

menurun. Pada tahun 2007 dimana pendapatan perkapita meningkat menjadi Rp. 9.926.450,61 juta, investasi meningkat. Pendapatan perkapita Kota Makassar relatif stabil, hai ini dikarenakan kondisi pembangunan serta pertumbuhan ekonominya mengalamai peningkatan dari tahun ke tahun sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Dengan demikian besar kecilnya tingkat PDRB suatu daerah sangat menentukan besar kecilnya tabungan yang dihimpun oleh daerah tersebut, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Dimana ketika jumlah PDRB suatu daerah akan meningkat, jumlah pendapatan perkapita daerah juga akan meningkat. Harrod Domard mengembangkan analisis Keynes yang menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.

49

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Suku Bunga Kredit menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi. Peningkatan suku bunga kredit akan memberikan dampak terjadinya peningkatan investasi di Kota Makassar selama periode pengamatan. Hal ini didukung oleh pandangan teoritis dari kaum Klasik bahwa suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang dilakukan dalam perekonomian. 2. PDRB Perkapita menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi. PDRB perkapita akan berdampak pada peningkatan nilai investasi di Kota Makassar selama periode pengamatan. Hal ini terutama didukung oleh terciptamya iklim investasi yang bagus dan baik, berarti pendapatan yang meningkat cenderung mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya walaupun itu dicapai melalui penggunaan kredit. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan : 1. Peran aktif pemerintah dan perbankan dalam memotivasi masyarakat akan pentingnya tabungan dan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi.

50

2. Pemerintah Kota Makassar diharapkan dapat meningkatkan PDRB, dimana PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Peningkatan PDRB tersebut dapat mendorong meningkatnya pendapatan perkaptita Kota Makassar. Hal ini dapat mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian yang berujung pada peningkatan pembangunan ekonomi. 3. Untuk studi berikutnya, diharapkan perlu untuk mengkaji faktor atau variabel bebas yang lain terhadap investasi, misalnya inflasi.

51

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1998. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro. PT BPFE. Yogyakarta Hermanta dan Ekananda. 2003. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997 : Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit dengan Model Equilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.8 No.1 Juni 1410-8046 Jamli. 2001. Keuangan Internasioanal. PT.BPFE. Yogyakarta Jhingan. 1999. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT.Rajawali Pers. Jakarta Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan (Edisi Kelima). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Mahyuddin, Andi. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di Sulawesi Selatan Periode 1997-2007. Skripsi Fakultas Ekonomi Unhas. Makassar Manullang. M. 1993. Ekonomi Moneter. Ghalia Indonesia. Jakarta Nurinayah. 2004. Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan PDB Terhadap Investasi Di Indonesia Tahun 1983-2000. Skripsi Fakultas Ekonomi Unhas. Makassar Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter (Edisi Ketiga). PT. BPFE. Yogyakarta ------------2000. Ekonomi Moneter II. PT. BPFE. Yogyakarta Pass, Christopher, dkk. 1998. Kamus Lengkap Ekonomi (Edisi Kedua). Erlangga. Jakarta

52

Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikiran Ekonomi Dunia. PT. Raja Grafindo. Jakarta Rimoky, K Judisseno. 2002. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sappewali, Badriah. 2001. Pengaruh Perubahan Tingkat Bunga Terhadap Kredit Perbankan Di Sulawesi Selatan. Skripsi Fakultas Ekonomi Unhas. Makassar Samuelson, A. 1990. Makro Ekonomi (Edisis Ketiga). Erlangga. Jakarta Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat. Medan --------------------------2008. Pengantar Teori Makro Ekonomi (Edisi Ketiga). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Susilo, Y.Sri Triandaru, dan A. Toto Budi Santoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat. Jakarta Suyatno, Thomas, dkk. 1993. Dasar-Dasar Perkreditan (Edisi Keempat). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Edisis Revisi. PT Bumi Aksara. Jakarta Winardi. 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung

53

54

LAMPIRAN 1 DATA TIME SERIES

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Investasi 63,891,792,680 79,617,126,005 88,917,126,005 110,420,201,500 96,753,753,000 1,228,315,986,000 332,667,014,000 2,585,801,974,598 1,132,363,436,500 325,880,054,200

Suku Bunga Kredit 18.53 17.56 17.51 15.92 14.34 15.3 15.2 15.72 13.6 11.76

Pendapatan Perkapita 6.39384560 6.75337330 7.12252431 7.65704350 8.29952757 8.79189018 9.27198055 9.92645061 10.81782178 11.63060424

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Ln Investasi 24.88 25.10 25.21 25.43 25.30 27.84 26.53 28.58 27.76 26.51

Suku Bunga Kredit 18.53 17.56 17.51 15.92 14.34 15.3 15.2 15.72 13.6 11.76

Ln Pendapatan Perkapita 1.86 1.91 1.96 2.04 2.12 2.17 2.23 2.30 2.38 2.45

55

LAMPIRAN 2 HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN SPSS 16.0

Model Summary Adjusted R Model 1 R .904


a

Std. Error of the Estimate

R Square .816

Square .764

.65172

a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pekapita, Suku Bunga Kredit

ANOVA Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 13.225 2.973 16.198 df

Mean Square 2 7 9 6.612 .425

F 15.568

Sig. .003
a

a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pekapita, Suku Bunga Kredit b. Dependent Variable: Investasi

Coefficients

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Suku Bunga Kredit Pendapatan Pekapita a. Dependent Variable: Investasi B -12.455 .796 12.321 Std. Error 9.362 .258 2.598 1.199 1.843 Coefficients Beta t -1.330 3.086 4.743 Sig. .225 .018 .002

56

You might also like