You are on page 1of 30

BAB II PEMBAHASAN

A. Serealia dan Kacang-Kacangan 1. Pengertian Serealia dan Kacang-kacangan

Serealia ditanam untuk

merupakan dipanen

sekelompok

tanaman sebagai

yang sumber

bijinya/bulirnya

karbohidrat/pati. Pengertian lain dari serealia adalah bahan makanan yang mengandung pati, namun berupa bulilr/biji. Sehingga, bahan makanan lain yang mengandung pati seperti singkong dan kentang tidak termasuk dalam serealia karena kedua jenis bahan makanan pokok tersebut tidak memiliki biji/bulir yang dapat dipanen. Serealia berasal dari famili rumput-rumputan (gramineae). Kacang adalah istilah non-botani yang biasa dipakai untuk menyebut biji sejumlah tumbuhan polongpolongan.Kacang biasanya mengandung protein dan/atau lemak yang cukup tinggi, sehingga banyak yang dihargai sebagai bahan pangan yang penting.Biji legum kering yang besar dan mengandung banyak tepung biasanya tidak disebut "kacang", melainkan "kara" atau "koro".

2. Jenis-jenis Serealia dan Kacang-kacangan

Beberapa bahan makanan yang tergolong serealia antara lain : Padi, gandum, sorgum, barley, dan jagung.
1

Beberapa bahan makanan yang tergolong Kacang-kacangan antara lain : Kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, Almond, dan Hazelnut.

B. Pengertian Bahan Makanan

Bahan makanan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman manusia termasuk bahan baku pangan dan bahan yang lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pemanfaatan makanan dan minuman.

C. Pengertian Bahan Setengah Jadi

Pengolahan bahan pangan adalah suatu kegiatan merubah bahan mentah menjadi bahan siap saji ataupun bahan setengah siap saji. Tidak semua makanan di konsumsi dalam bentuk segar. Sebagian besar makanan di konsumsi setelah terlebih dahulu diolah menjadi berbagai makanan siap saji/setengah siap saji dalam berbagai jenis. Bahan mentah hasil panen kalau dibiarkan begitu saja lama-kelamaan akan mengalami kerusakan akibat pengaruhpengaruh fisiologik, mekanik, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologik. Perubahan-perubahan tersebut ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Karena itu diperlukan suatu kegiatan pengolahan bahan pangan yang bisa memastikan agar bahan pangan tersebut tidak terbuang percuma dan bisa di konsumsi di kemudian hari. Bahan setengah jadi adalah suatu bahan yang mengalami proses pengolahan namun membutuhkan proses pengolahan
2

selanjutnya untuk bisa di konsumsi. Bahan setengah jadi dari serealia dan kacang-kacangan adalah serealia atau kacangkacangan yang sudah mengalami proses pengolahan namun membutuhkan proses selanjutnya supaya dapat dikonsumsi. Serealia dan kacang-kacangan juga membutuhkan proses selanjutnya supaya dapat bertahan lama dengan suatu cara atau teknik penyimpanan yang baik. Dengan teknik penyimpanan tersebut dapat menguntungkan para konsumen.

D. Tujuan Pengolahan Bahan Setengah Jadi

Tujuan Pengolahan bahan pangan adalah untuk meningkatkan kualitas dan memperpajang masa simpan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan identik dengan proses pengawetan. Baik pengawetan secara kimia, fisik ataupun mikrobiologi. Dalam pengolahan bahan pangan, perubahan-perubahan yang terjadi pada bahan pangan yang bersifat menguntungkan dengan sengaja diadakan, digiatkan, dibantu, dipercepat dan diatur. Sedangkan perubahan-perubahan yang bersifat merugikan dihambat, dicegah, dihindarkan dan di hentikan. Segala sesuatu yeng menyangkut perlakuan yang terjadi dalam langkah mengolah bahan pangan dikenal dengan istilah Teknologi makanan.

E. Macam Macam Produk Setengah Jadi dari Serealia dan Kacang Kacangan

Produk atau bahan makanan setengah jadi dari serealia dan kacang kacangan antara lain : 1. Serealia : Tepung Beras Bihun Tepung Terigu Mie Instan Tepung Maizena
3

2. Kacang-kacangan : Tempe Tahu Kembang Tahu Tepun Kedelai atau Bubuk Kedelai Tepung Hunkwe

F. Dasar Pengolahan Bahan Pangan Serealia Dan KacangKacangan Menjadi Produk Setengah Jadi 1. Beras
a. Tepung beras

Tepung beras merupakan produk pengolah beras yang paling mudah pembuatannya. Beras digiling dengan penggiling hammer mill sehingga menjadi tepung. Pembuatan tepung beras: 1. Bahan 2. Alat : beras

: hammer mill 80 mesh

3. Prosedur kerja : Ayak beras dari kotoran bersih cuci beras hingga

rendam dengan larutan Na2SO3 1 ppm selama 6 jam tiriskan rendam dengan hammer mill hingga kadar air > 14% dikeringkan

a) Beras diayak atau ditampi untuk menghilangkan kotoran seperti kerikil, sekam, dan gabah.
4

b) Beras yang sudah bersih, kemudian digiling sampai halus dengan menggunakan penggiling hammer mill yang berpenyaring 80 mesh. 1) Beras dapat dicuci terlebih dahulu sampai bersih, kemudian direndam di dalam air yang mengandung natrium bisulfit, 1 ppm (1 g natrium bisulfit di dalam 1 m 3 air ) selama 6 jam. 2) Setelah itu beras ditiriskan dan dikeringkan sehingga dihasilkan beras lembab. Selanjutnya beras lembab ini digiling sampai halus. Beras lembab ini lebih mudah dihaluskan sehingga penggilingannya lebih cepat dan hemat energi. 3) Setelah digiling, tepung beras perlu dijemur atau dikeringkan sampai kadar air dibawah 14%.

b. Bihun

Bihun merupakan suatu bahan makanan yang dibuat dari tepung beras denganatau tanpa bahan tambahan dan berbentuk benang-benang. Dalam pembuatan bihun, beras yang digunakan sebagai bahan baku sebaiknya beras giling yang baru dipanen agar bihun tidak mudah tengik.Bihun umumnya diproduksi dari beras berkadar amilosa tinggi ataumempunyai tekstur masak yang keras. Bihun dapat pula diproduksi daritepung komposit. (Ali, 2009) Pembuatan Bihun 1. Bahan: o Beras Beras pera dengan kadar amilosa tinggi paling cocok untuk bihun. Beras yang rendah kadar amilosanya akan menghasilkan bihun yang lembek. Beras pera misalnya beras PB (5, 36, 42), IR (26 36), Semeru, Asahan, beras Birma, beras Siram dan beras Hongkong. o Air
5

Air bersih digunakan untuk mencuci dan merendam butir-butir keras sehingga menjadi bersih dan lunak dan mudah digiling. o Sodium Bisulfit Sodium bisulfit digunakan dalam pembuatan bisulfit untuk meminimalkan jumlah mikroba dan menjaga agar warna tetap putih.

2. Alat: o Penggiling : Alat ini digunakan untuk menggiling beras menjadi tepeng basah. o Pengayak : Alat ini digunakan untuk mengayak beras sehingga beras bebas dari kotoran seperti kerikil, dan gabah. Pengayak dapat berupa nyiru atau mesin pengayak. o Penyosok : Alat ini digunakan untuk menyosok beras sehingga menjadi lebih putih dan mengkilat. o Wadah perendam : Alat ini digunakan untuk merendam beras menjadi lunak. o Penyaring. : Alat ini digunakan untuk menyaring tepung sehingga diperoleh tepung dengan kehalusan 100 mesh. o Filter Press : Alat ini digunakan untuk memeras bubur beras sehingga menghasilkan padatan basah seperti cake. o Screw Extruder : Alat ini digunakan untuk menggiling cake menjadi rata, kemudian membentuknya menjadi pelet seperti silinder dengan panjang 5 cm dan diameter 0,05 cm. o Pengukus : Alat ini digunakan untuk mengukus pelet menjadi masak. o Pengering : Alat ini digunakan untuk mengeringkan bihun basah. 3. Prosedur Kerja: a) Beras diayak untuk membuang kotoran-kotoran seperti kerikil, sekam dan gabah. Setelah itu beras disosoh sampai putih mengkilat.

b) Beras dimasukkan ke tangki pencuci. Pencucian dilakukan berulang-ulang sampai air pencuci jernih. Setelah itu beras direndam dengan air yang telah diberi sodium bisulfit 1 ppm (1 gram sodium bisulfit untuk 1 m air). Selama perendaman air diganti berulang-ulang. Lama perendaman adalah 4 jam. Setelah perendaman, beras ditiriskan. c) Beras digiling dengan mesin penggiling sambil ditambah air. Jumlah air adalah 4 liter untuk 1 kg beras. Hasil penggilingan adalah bubur beras encer. d) Bubur beras diperas dengan alat filter press untuk mengeluarkan air bubur. Hasil pemerasan berupa padatan basah yang dinamakan cake. Pengepresan tradisional menggunakan beton dengan bobot 1 2,5 kuintal yang dipasang pada sebuah bilik kayu. Pengepresan ini dilakukan selama 24 jam. Hasil pengepresan ini dilakukan selama 24 jam. Hasil pengepresan berupa cake yang masih basah dan mengandung air sekitar 40%. e) Cake digiling menjadi lebih halus dengan menggunakan screw extruder. Hasil penggilingan cake ini adalah pelet dengan panjang 5 cm dan diameter 0,5 cm. Ukuran pelet ini tergantung kepada disain tempat pengeluaran bahan extruder. f) Pelet dikukus dengan menggunakan uap pada suhu 100o C selama 1 jam sehingga diperoleh pelet matang. g) Pelet matang digiling kembali dengan menggunakan screw extruder. Tempat pengeluaran pada extruder berupa lobang-lobang kecil sehingga bahan keluar dari extruder berupa benang yang disebut bihun basah. h) Bihun basah dipotong, kemudian disusun diatas rak-rak dalam keadaan tergantung. Selanjutnya rak dimasukkan ke ruang pengukusan. Pengukusan berlangsung pada suhu diatas 100o C selama 45 menit. i) Setelah pengukusan, bihun basah dijemur sampai kering atau dikeringkan dengan alat pengering. Bihun yang kering bersifat rapuh sehingga mudah dipatahkan. j) Setelah kering dengan kadar air sekitar 12%, bihun siap kemas dengan plastik HDPE berkapasitas 5 kg dan 10 kg. Setelah dikemas, bihun disimpan dalam ruang penyimpanan dengan penerangan yang redup untuk mencegah kenaikan suku ruang penyimpanan.
7

2. Gandum a. Tepung terigu

Tepung terigu merupakan salah satu tepung yang banyak digunakan dalam pangan untuk membuat aneka produk. Tepung terigu diperoleh dari hasil penggilingan biji gandum yang mengalami beberapa tahap pengolahan. Beberapa tahap proses pengolahan tersebut adalah : 1) Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi proses cleaning (pembersihan), dampening (pelembapan), dan conditioning (pengondisian). Pada tahap cleaning, gandum dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti debu, biji-biji lain selain gandum (seperti biji jagung, kedelai), kulit gandum, batang gandum, batu-batuan, kerikil, logam, dan lain-lain. Kontaminan-kontaminan tersebut harus dipisahkan dari gandum sebelum proses penggilingan. Penggunaan ayakan kasar dan magnet dapat memisahkan benda-benda asing dan substansi logam yang terdapat pada gandum. Kontaminan kecil memerlukan perlakuan khusus untuk memisahkannya dari gandum.Gandum yang telah dibersihkan mengalami proses selanjutnya yaitu proses dampening dan conditioning. Proses dampening adalah proses penambahan air agar campuran gandum memiliki kadar air yang diinginkan. Proses dampening tergantung pada kandungan air dari gandum, kepadatan, dan kekerasan biji gandum. Setelah melalui proses dampening selanjutnya gandum mengalami conditioning dengan menambahkan air pada gandum dan didiamkan selama waktu tertentu agar air benar-benar meresap. Tahap ini bertujuan untuk membuat kulit gandum menjadi liat sehingga tidak hancur pada saat digiling dan dapat mencapai kadar air tepung terigu yang diinginkan serta memudahkan endosperma terlepas dari kulit dan melunakkan endosperma. 2) Tahap penggilingan (milling) Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan (milling) yang meliputi proses breaking, reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan endosperma dari lapisan sel aleuron atau lapisan kulit. Diawali dengan proses breaking, endosperma dihancurkan menjadi partikel-partikel dalam ukuran yang seragam dalam bentuk bubuk seukuran tepung. Tahap penggilingan
8

selanjutnya adalah proses reduction, yaitu endosperma yang sudah dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu, untuk selanjutnya diayak untuk dipisahkan dari bran dan pollard. Selama proses penggilingan dihasilkan produkproduk samping seperti dedak, pollard, pellet, dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik. Proses tepung yang baik umumnya menghasilkan 74-84% tepung terigu sedangkan bran dan pollard kira-kira 20-26%. Tepung terigu yang telah siap kemudian dikemas dan disimpan di gudang. Tepung terigu bisa juga dikirim secara curah (bulk loading) langsung ke industri makanan berbasis terigu. b. Mie Instan

Mie Instan adalah mie yang telah mengalami proses gelatinisasi, sehingga untuk menghidangkannya cukup dengan di rebus dengan air mendidih, Mie instan biasanya mengacu pada produk-produk yang dikukus dan digoreng dalam minyak Mie ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah menjadi mie segar. Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Kadar air mie instan umunya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang relatif lama. Pembuatan Mie Instan 1. Bahan : o Tepung Terigu Sampai saat ini tidak ada bahan lain yang biasa digunakan untuk menggantikan gandum sebagai bahan dasar pembuatan terigu, karena gandum adalah satusatunya jenis biji-bijian yang mengandung gluten, yaitu protein yang tidak larut dalam air,mempunyai sifat elastis seperti karet dan kerangka pembuatan mie. o Tepung Tapioka Tepung tapioka adalah granula pati yang banyak tedapat didalam sel umbi ketela pohon. Penggunaan tepung jenis ini disukai oleh pengolah makanan karena tidak mudah menggumpal, memiliki daya perekat yang tinggi sehingga pemakaianya dapat dihemat, tidak mudah pecah atau rusak, daan suhu gelatinisasinya rendah. o Minyak Goreng
9

Minyak goreng pada proses pembuataan mie digunakan sebagai media penghantar panas. Disamping itu penambahan minyak goreng yang memiliki kandungan lemak juga berfungsi untuk menambah kolestrol serta memperbaiki takstur dan cita rasa dari bahan pangan. o Air Alkali Air yang digunakan dalam pembuatan mie instan adalah air alkali dimana fungsi dari air alkali itu sendiri adalah untuk mempercepat terjadinya gelatinisasi. Komposisi dari air alkali yaitu terdiri dari garam, pewarna tartazine CI 19140, poliphosfot, potassium karbonat dan sodium karbonat. o Air Penambahan air dalam adonan berfungsi untuk membentuk konsistensi adonan yang diinginkan. Umumnya air yang ditambahkan dalam pembuatan mie antara 30-35%. o Garam Dapur Penambahan garam dapur(NaCl) disamping memberikan rasa pada mie juga untuk memperkuat tekstur,membantu reaksi gluten dan karbohidrat dalam mengikat air. Garam dapur juga dapat menghambat aktifitas enzim protease dan amilase sehingga mie tidak bersifat lengket dan mengembang secara berlebihan (Astawan 2003). o Pemantap Emulsi dan Pengental Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang larut dalam air disebut gum. Gum yang sebagian besar terdapat pada bahan alami dibutuhkan sebagai bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengental, pembentuk gel, dan pembentuk lapisan tipis selain itu juga berfungsi sebagi pembentuk suspensi, pengemulsi, pemantap emulsi. o Pewarna Suatu bahan yang bernilai gizi tinggi, enak dan bertekstur sangat baik, akan tetap kurang peminatnya jika memiliki penampakkan yang kurang menarik atau memiliki warna yang kurang enak dipandang serta untuk menghindari kesan yang menyimpang dari warna yang seharusnya dari makanan tersebut. Untuk itu ditambahkan pewarna tambahan pada produk-produk makanan tersebut.
10

2. Cara Pembuatan Mie 1) Mixing Tahap pencampuran bertujuan agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus diperhatikan jumlah penambahan air (28 38 %), waktu pengadukan (15-25 menit), dan suhu adonan (24-40 oC). 2) Pelempengan/pemipihan Proses roll press (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat lembaran adonan. Pasta yang dipress sebaiknya tidak bersuhu rendah yaitu kurang dari 25 o C, karena pada suhu tersebut menyebabkan lembaran pasta pecah-pecah dan kasar. Mutu lembaran pasta yang demikian akan menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal akhir pasta sekitar 1,2 2 mm. 3) Pencetakkan Di akhir proses pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis dipotong memenjang selebar 1 2 mm dengan rool pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang tertentu, sehingga dalam keadaan kering menghasilkan berat standar. 4) Pengukusan Setelah pembentukan mie dilakukan proses pengukusan. Pada proses ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya dehidrasi air dari gluten akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat. 5) Penggorengan Pada proses selanjutnya, mie digoreng dengan minyak pada suhu 140 150 oC selama 60 sampai 120 detik. Tujuannya agar terjadi dehidrasi lebih sempurna sehingga kadar airnya menjadi 3 5 %. Suhu minyak yang tinggi menyebabkan air menguap dengan cepat dan menghasilkan pori-pori halus pada permukaan mie, sehingga waktu rehidrasi
11

dipersingkat. Teknik tersebut biasa dipakai dalam pembuatan mie instan. 6) Pendinginan Setelah digoreng, mie ditiriskan dengan cepat hingga suhu 40 oC dengan kipas angin yang kuat pada ban berjalan. Proses tersebut bertujuan agar minyak memadat dan menempel pada mie. Selain itu juga membuat tekstur mie menjadi keras. Pendinginan harus dilakukan sempurna, karena jika uap air berkondensasi akan menyebabkan tumbuhnya jamur. Pengeringan dapat juga dilakukan o menggunakan oven bersuhu 60 C sebagai pengganti proses penggorengan.

7) Pengemasan Persyaratan dari bahan pengemasan antara lain harus mampu menghindari kerusakan mikrobiologis, fisis, mekanis, khemis maupun biologis juga mudah pada proses pengemasanya dan menyebabkan perubahan warna, cita rasa maupun perubahan lainya terhadap produk, serta beracun. 3. Jagung a. Tepung Maizena Maizena dapat diperoleh dengan cara ekstraksi basah biji jagung. Maizena dapat digunankan sebagai bahan pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi dan digunakan dalam industri farmasi. Pembuatan tepung Maizena 1) Bahan: - Jagung - Larutan H2SO3 0,15% - Larutan NaOH 0,1% 2) Cara pembuatan : 1) Pembersihan Jagung dibersihkan dari debu, kerikil, pasir atau potongan tongkol. Pembersihan dapat dilakukan dengan penyedotan atau penyaringan. 2) Perendaman dan pengupasan

12

Perendaman bertujuan untuk melunakkan biji jagung, sehingga memudahkan pemisahan kulit dan lembaga tanpa banyak kehilangan pati. Selain itu perendaman dapat mereduksi kegiatan bakteri yang akan memasuki proses penggilingan dan dapat menghilangkan bagian yang larut pada biji. Perendaman dilakukan pada tangki/bak berlapis porselin, atau stainless steel. Suhu perendaman antara 45-50oC untuk menghindarkan terbentuknya alkohol karena proses fermentasi oleh khamir. Pada proses perendaman, air dalam tangki diberi sedikit SO2 0,1-0,5% . Penggunaan SO2 bertujuan untuk membantu pelepasan pati dari endosperm dengan melonggarkan ikatan matriks protein. Lamanya perendaman sekitar 30-40 jam. Setelah perendaman tersebut, jagung menjadi lunak dan selanjutnya kulitnya dapat dikupas dengan mudah. 3) Pemisahan lembaga Pemisahan lembaga menggunakan alat pemisah lembaga dari butir jagung (germ separator). Alat tersebut bekerja dengan screw conveyor dan pedal yang berputar pada bagian atas tangki. Pedal yang berputar, berfungsi menumpahkan kearah luar dari lembaga dan beberapa serat kulit yang mengapung. Bagian yang berat akan mengendap dan oleh screw conveyor didorong keluar melalui lubang bawah. Butir jagung kasar kemudian dikeringkan untuk membuat maizena, sedangkan lembaganya dibuat minyak jagung. 4) Ekstraksi pati Ekstraksi pati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kering dan basah. Cara kering dilakukan dengan cara jagung pipilan yang telah dikeringkan digiling hingga menjadi tepung. Tepung jagung direndam dalam larutan NaOH 0,1% untuk menghilangkan protein. Selama perendaman dilakukan pengadukan beberapa kali. Campuran dibiarkan pada suhu ruang sampai patinya mengendap (3 jam) dan cairannya merupakan larutan protein dalam NaOH. Cairan selanjutnya
13

dipisahkan dari butir-butir pati dan pati dicuci dengan air untuk menghilangkan sisa NaOH dimana protein yang masih melekat. Cara basah, jagung yang sudah dipisahkan dari kulit dan lembaganya langsung digiling sehingga dihasilkan bubur jagung. Bubur jagung disaring dengan saringan mesh 80 untuk memisahkan butir-butir pati dari bagian yang masih terlalu kasar. Pati didalam air saringan dibiarkan mengendap seperti pada pembuatan tapioka, atau langsung direndam di dalam larutan NaOH 0,1 % sambil diaduk-aduk dan dibiarkan mengendap. Cairan selanjutnya dipisahkan dari butir-butir pati dan pati dicuci dengan air dari sisasisa NaOH dan protein. 5) Pengeringan Hasil ekstraksi berupa endapan pati yang keras. Endapan tersebut lalu diambil, berupa bongkahan atau gumpalan pati basah, selanjutnya dikeringkan hingga kadar air sekitar 14%. 6) Penggilingan dan pengayakan Penggilingan dan pengayakan bertujuan untuk menghaluskan bongkahan pati jagung kasar menjadi pati halus. Penggilingan pati dilakukan 2 s/d 4 kali. Alat penggilingan dilengkapi dengan alat pengayakan yang berukuran 80-100 mesh. Alat penggiling dan alat pengayak digerakkan oleh mesin diesel sehingga pati halus akan terpisah dari yang masih kasar, kemudian pati yang masih kasar digiling lagi begitu seterusnya hingga diperoleh maizena halus. Sebelum masuk proses pengayakan, jagung yang telah digiling halus perlu diturunkan suhunya agar memudahkan dalam pengayakan. 7) Pengemasan dan penyimpanan Tepung maizena yang telah benar-benar kering harus segera dikemas dan ditutup rapat sebelum sempat menyerap air dari udara. Plastic Sealer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menutup rapat kantong plastik pengemas tepung maizena.
14

4. Kacang Kedelai a. Tempe

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik ialah: Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor; Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit; Cara pengerjaannya harus bersih; Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal).

Pembuatan Tempe 1) Bahan o Kedelai o Ragi tempe o Air 2) Alat o Tampah besar o Ember o Keranjang o Rak bambu o Cetakan o Pengaduk kayu o Dandang o Karung goni
15

o Tungku atau kompor o Daun pisang atau plastik 3) Cara pembuatan a) Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah lepas; b) Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada, dapat menggunakan mesin pengupas kedelai; c) Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam. Kemudian angkaat dan dinginkan dalam tampah besar; d) Setelah dingin, dicampur sebanyak 20 gram; dengan ragi tempe

e) Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang. Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik; f) Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh dan keluar panas; g) Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan biarkan selama 1 malam; h) Keluarkan tempe dari cetakannya. Catatan: Ruangan untuk membuat tempe harus bersih dan tidak harus terbuat dari tembok. Ruangan untuk pemeraman diberi jendela, agar udara dapat diatur dengan membuka atau menutup jendela tersebut. Di waktu musim hujan ruangan ini perlu diberi lampu agar suhu ruangan tidak terlalu dingin. Tempe mudah busuk setelah disimpan 2 hari dalam keadaan terbungkus, oleh karena itu perlu diawetkan secara kering dengan cara sebagai berikut :
16

Iris tempe dengan ketebalan mm, keringkan dalam oven pada suhu 75 0 C selama 55 menit. Dengan cara pengawetan seperti ini produk tempe awetan yang dihasilkan tahan disimpan selama 3 sampai 5 minggu.

b. Tahu

Pembuatan Tahu 1. Bahan : Kedelai Air Asam Cuka : berfungsi untuk mengedapkan atau memisahkan air dengan konsentrat tahu.

2. Cara Pembuatan : a) Perendaman Pada tahapan perendaman ini, kedelai direndam dalam sebuah bak perendam. Langkah pertama adalah memasukan kedelai ke dalam karung plastik kemudian diikat dan direndam selama kurang lebih 3 jam (untuk 1 karung berisi 15 kg biji kedelai). Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari jumlah kedelai, intinya kedelai harus terendam semua. Tujuan dari tahapan perendaman ini adalah untuk mempermudah proses penggilingan sehingga dihasilkan bubur kedelai yang kental. Selain itu, perendaman juga dapat membantu mengurangi jumlah zat antigizi (Antitripsin) yang ada pada kedelai. Zat antigizi yang ada dalam kedelai ini dapat mengurangi daya cerna protein pada produk tahu sehingga perlu diturunkan kadarnya. b) Pencucian kedelai Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah perendaman. Sebelum dilakukan proses
17

pencucian, kedelai yang di dalam karung dikeluarkan dari bak pencucian, dibuka, dan dimasukan ke dalam ember-ember plastik untuk kemudian dicuci dengan air mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian ini adalah membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran supaya tidak mengganggu proses penggilingan dan agar kotorankotoran tidak tercampur ke dalam adonan tahu. Setelah selesai proses pencucian, kedelai ditiriskan dalam saringan bambu berukuran besar. c) Penggilingan Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling biji kedelai dengan tenaga penggerak dari motor lisrik. Tujuan penggilingan yaitu untuk memperoleh bubur kedelai yang kemudian dimasak sampai mendidih. Saat proses penggilingan sebaiknya dialiri air untuk didapatkan kekentalan bubur yang diinginkan. d) Perebusan/Pemasakan Proses perebusan ini dilakukan di sebuah bak berbentuk bundar yang dibuat dari semen yang di bagian bawahnya terdapat pemanas uap. Uap panas berasal dari ketel uap yang ada di bagian belakang lokasi proses pembuatan tahu yang dialirkan melalui pipa besi. Tujuan perebusan adalah untuk mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam. Titik akhir perebusan ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung panas dan mengentalnya larutan/bubur kedelai. Kapasitas bak perebusan adalah sekitar 7.5 kg kedelai. e) Penyaringan Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah memisahkan antara ampas atau limbah padat dari bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Pada proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit mengental,
18

selanjutnya dialirkan melalui kran yang ada di bagian bawah bak pemanas. Bubur tersebut dialirkan melewati kain saring yang ada diatas bak penampung. Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas habis lalu dimulai proses penyaringan. Saat penyaringan secara terus-menerus dilakukan penambahan air dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan agar tidak ada padatan yang tersisa di saringan. Penuangan air diakhiri ketika filtrat yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi ampas diperas sampai benarbenar kering. Ampas hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam karung. Ampas tersebut dimanfaatkan untuk makanan ternak ataupun dijual untuk bahan dasar pembuatan tempe gembus/bongkrek. f) Pengendapan dan Penambahan Asam Cuka Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian akan diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas (whey) dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Lapisan atas (whey) yang berupa limbah cair merupakan bahan dasar yang akan diolah menjadi Nata De Soya. g) Pencetakan dan Pengepresan Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan tahu. Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang diberi lubang berukuran kecil di
19

sekelilingnya. Lubang tersebut bertujuan untuk memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan dengan menggunakan alat semacam wajan secara pelanpelan. Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu yang berukuran hampir sama dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, tahu siap dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah cukup keras dan tidak hancur bila digoyang. h) Pemotongan tahu Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur.

c. Kembang Tahu

Kembang tahu atau dikenal dengan nama yuba dibuat dari susu kedelai yang dipanaskan pada suhu 80 - 90 decel sehingga membentuk suatu lapisan tipis (film) secara berlahan-lahan pada permukaan susu kedelai. Kembang tahu bisa dibuat dengan menggunakan cara tradisional dan cara modern. Di Indonesia, umumnya pembuatan kembang tahu masih dilakukan dengan cara tradisional. HongKong dan taiwan adalah 2 negara yang

20

memproduksi kembang tahu secara besar-besaran dengan pabrik yang menggunakan mesin-mesin modern. Syarat susu kedelai yang baik untuk pembuatan kembang tahu ialah kandungan total padatan terlarut 5,2 - 5,6%, protein 2,4 2,8%, dan pH 7,0 - 8,0. Karena pH susu kedelai secara normal adalah 6,5 - 6,7 maka saat membuat susu kedelai pH nya harus dinaikkan terlebih dahulu sebelum dibuat kembang tahu. Peningkatan pH dapat dilakukan dengan penambahan larutan NaOH setetes demi setetes.

Pembuatan Kembang Tahu a) Perendaman Rendam kacang kedelai selama semalaman. Kacang kedelai harus menyerap air sebanyak 100% dari berat kedelai itu sendiri sehingga akan menghasilkan rendemen susu kedelai yang maksimum dan mudah menghilangkan kulit serta senyawa penyebab bau langu b) Penggilingan dan penambahan air. Penggilingan kacang kedelai sebaiknya dilakukan dengan menggunakan air mendidih agar menghasilkan susu kedelai yang bebas bau langu dan menghasilkan rendemen susu kedelai yang tinggi. Perbandingan air dan kedelai mencapai 8:1 c) Penyaringan Penyaringan ini bertujuan untuk mendapatkan susu kedelai. Tempatkan susu kedelai kedalam wadah yang permukaannya luas dan dangkal d) Pemanasan Panaskan susu kedelai pada suhu 80 - 90 decel samapi terbentuk lapisan tipis di permukaannya. e) Pengangkatan Angkat lapisan tipis tersebut dengan hati-hati kemudian tiriskan sebentar lalu keringkan f) Ulangi langkah pada nomer d) dan e) sampai sekitar 8x hingga tidak terbentuk lapisan tipis pada permukaan susu kedelai.
21

d. Tepung Kedelai atau Bubuk Kedelai

Bubuk kedelai digunakan sebagai minuman segar, karena mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi. Kadar protein bubuk kedelai lebih tinggi daripada whole milk maupun skimmed milk. Apabila ditinjau dari kadar protein saja, maka bubuk kedelai dapat digunakan untuk mengganti susu (milk). Dibuat dengan cara menggoreng kedelai tanpa minyak (sangrai), kemudian dihalus sampai menjadi bubuk.

Pembuatan Tepung Kedelai atau Bubuk Kedelai 1) Bahan : Kedelai 2) Alat : Alat penumbuk Tampah (nyiru) Ember plastik Ayakan halus Kompor Alat penggorengan (wajan tanah) Stoples

3) Cara Pembuatan Ada dua macam cara pembuatan yaitu : A. Penggorengan Sangrai Langsung (tanpa minyak) 1. Bersihkan kedelai; 2. Panaskan wajan tanah selama 15 menit untuk mendapatkan panas yang merata. Kemudian goreng kedelai tersebut di atas wajan tanah sambil diaduk terus-menerus. Lakukan selama 15 menit (sampai pecah kulitnya);
22

3. Angkat dan dinginkan selama 5~10 menit lalu tampi untuk menghilangkan abu dan kulit yang telah terpisah dari biji; 4. Tumbuk kasar untuk memisahkan kulit dan biji, lalu tampi lagi sampai tidak ada kulitnya; 5. Kemudian tumbuk sampai halus, lalu ayak; 6. Simpan bubuk kedelai dalam stoples. B. Penggorengan Sangrai dengan Perendaman 1. Bersihkan kedelai, rendam selama 4 jam sampai kulitnya pecah sehingga getah yang terdapat antara kulit dan bijinya keluar; 2. Remas-remas dengan tangan untuk memisahkan kulitnya, kemudian cuci kedelai yang telah terkupas dengan air, setelah itu tiriskan selama 15 menit; 3. Jemur di bawah sinar matahari selama 1 hari sampai kering betul di atas tampah; 4. Setelah kering goreng di atas wajan tanah yang telah dipanaskan dulu selama 15 menit; 5. Angkat dan pindahkan ke dalam tampah untuk didinginkan dalam keadaan terbuka selama 15 menit; 6. Kemudian tampi untuk memisahkan kulit yang masih ada. Pisahkan lembaga-lembaga yang hangus, karena akan mempengaruhi warna dan rasa bubuk kedelai yang dihasilkan; 7. Selanjutnya tumbuk sampai halus dalam lesung kayu dan ayak; 8. Simpan bubuk kedelai dalam stoples atau kaleng yang dapat ditutup rapat. Catatan : Bubuk kedelai harus disimpan dalam tempat yang tertutup rapat karena mudah menyerap air dari udara bebas, dan juga untuk mencegah tumbuhnya jamur (kapang) yang dapat merubah bau, rasa, dan warna.

23

2. Kacang Hijau a. Tepung hunkwe

Pembuatan Tepung Hunkwe: a) Pilihlah kacang hijau yang baik sebagai bahan baku. Setelah mendapat bahan baku, biji kacang hijau dimasukkan ke dalam mesin pemecah. Hasil pecahan biji kacang hijau tersebut kemudian disaring untuk dipisahkan antara biji yang halus dengan yang kasar. b) Biji kacang hijau yang halus tersebut kemudian direndam ke dalam air. Pada keesokan paginya, biji kacang hijau tersebut diangkat dari air lalu dicuci dengan air bersih dan dibuang kulitnya. c) Kacang yang sudah bersih kemudian digiling dengan alat penggilingan yang berbatu amaril. Hasil dari gilingan lalu disaring dengan saringan halus yang berputar sambil disemprot dengan air sehingga ampas dari biji kacang hijau terpisah dengan sarinya dan sari kacang hijau diambil untuk diproses lebih lanjut. d) Sari kacang hijau yang diambil kemudian direndam di dalam bak selama kurang lebih dua jam. Setelah endapan kacang hijau dengan cairan terpisah, cairan tersebut dibuang dan endapannya dicuci dengan air bersih. Kemudian endapan tersebut disaring dengan kain yang berpori-pori besar lalu direndam kembali selama kurang lebih dua jam. e) Setelah kurang lebih dua jam, endapan tersebut dicuci kembali dengan air bersih dan cairan yang di atasnya dibuang. Endapan yang telah dicuci lalu disaring dengan kain yang berpori-pori setengah rapat lalu direndam kembali selama kurang lebih dua jam. Jika endapan yang telah disaring dengan kain yang berpori-pori setengah rapat telah direndam selama kurang lebih dua jam, maka endapan tersebut dicuci kembali dengan air bersih kemudian disaring dengan menggunakan kain yang berpori-pori sangat rapat kemudian direndam kembali sampai keesokan hari.
24

f) Keesokan harinya, endapan dicuci dengan air bersih. Setelah dicuci, endapan tersebut siap dijemur. Apabila cuaca mendung, maka pengeringannya menggunakan oven. Setelah dijemur, tepung hunkwe sudah siap untuk dibungkus.

G. Penyimpanan Serealia dan Kacang-kancangan

Penyimpanan hasil pertanian merupakan bagian yang penting dalam penanganan pasca panen; beberapa jenis hasil pertanian sangat rentan terhadap kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang ditetapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini, perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat menimbulkan kerugian. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pada Serealia dan Kacang-kancangan

Karakteristik Serealia dan Kacang-kancangan yang erat kaitannya dengan penyimpanan adalah : 1. kadar air 2. aktivitas respirasi 3. densitas 4. sifat-sifat fisik

1) Kadar Air Kadar air yang aman untuk menyimpan serealia dan kacangkancangan adalah 13-14%. Kadar air yang aman dari gangguan kerusakan mikroorganisme sebesar 11-12% dengan aw sebesar
25

0,62. Pada kadar air ini serealia dan kacang-kancangan yang digunakan untuk stok perbenihan mempunyai mutu terbaik. 2) Aktivitas Repirasi Repirasi biji-bijian menghasilkan panas, uap air dan CO 2. Kecepatan respirasi masing-masing jenis biji berbeda-beda tergantung dari komposisi kimianya. Laju respirasi berkurang setengahnya setiap penurunan suhu 10oC 3) Sifat-Sifat Fisik Sifat fisik serealia dan kacang-kancangan meliputi panas yang dihasilkan dan pindah panas. Serealia dan kacang-kancangan bukan merupakan konduktor/penghantar panas yang baik, sehingga panas yang dihasilkan tidak langsung dihantarkan oleh biji-bijian dalam jumlah yang besar. Pindah panas yang terjadi dalam penyimpanan serealia dan kacang-kancangan berlangsung secara konduksi Lingkungan penyimpanan Lingkungan penyimpanan dipengaruhi oleh 3 faktor : 1) Faktor abiotik Faktor abiotik meliputi faktor lingkungan penyimpanan yaitu : Masa udara masa udara menuju ke keadaan setimbang dengan suhu dan tekanan udara biji-bijian. Pada penyimpanan bentuk curah, masa udara intergranulasi menempati 40% volume penyimpanan masa udara intergranulasi adalah volume udara yang berada di antara butiran-butiran yang satu dengan lainnya suhu dan tekanan udara intergranulasi sama besar dengan suhu dan tekanan udara dalam serealia dan kacangkancangan Kelembaban udara kelembaban udara akan mempengaruhi kadar air

2) Faktor biotik Faktor biotik meliputi : Aktivitas metabolisme biji-bijian, meliputi respirasi, oksidasi, aktifitas fermentasi dan perkecambahan Serangga/kutu Binatang pengerat Mikroorganisme 3) Pindah panas dan migrasi air Sumber panas dihasilkan oleh : sumber internal : dari biji-bijian sendiri (respirasi)
26

sumber eksternal : aktivitas serangga, jasad renik, perubahan suhu lingkungan Respirasi biji-bijian menghasilkan panas 26.100 KJ/kg bahan. Pindah panas terjadi oleh karena pergerakan air yang terbawa oleh pergerakan intergranulasi secara konveksi

Teknik penyimpanan Terdapat 4 teknik penyimpanan : 1. Penyimpanan pada Kadar Air Normal 2. Penyimpanana pada Kadar Air Tinggi 3. Penyimpanan Vakum 4. Penyimpanan dengan Modifikasi Atmosfer 1) Penyimpanan pada Kadar Air Normal Kadar air dikatakan normal jika biji-bijian tersebut dapat disimpan dengan aman, yaitu pada kadar air 13-14% Prosedur sebelum penyimpanan : - pembersihan - pengeringan - pemberian desinfektan Penyimpanan dapat dilakukan dalam bentuk : - bentuk curah - bentuk silo (metal, kayu) - bentuk karung (goni) Terdapat 4 teknik penyimpanan pada kadar air normal : a) ventilasi alami - prinsipnya adalah : pengeluaran uap air melalui 2 jalan yaitu melalui difusi uap air dari biji ke ventilator dan pergerakan udara di antara biji-bijian. - dapat mengeluarkan kelebihan uap air 1-2% - ventilasi cara ini tidak efektif jika kelembaban udara terlalu tinggi b) ventilasi mekanik - banyak digunakan pada gudang besar, silo besar dan elevator - dapat digunakan untuk mengontrol migrasi uap air dengan cara mendinginkan bijibijian c) pergerakan atau perpindahan - prinsipnya adalah : memindahkan biji-bijian dari satu tempat ke tempat lain sehingga terjadi efek pendinginan - dengan cara ini dapat mencampurkan biji yang kering dengan biji yang lembab, maupun yang dingin dengan yang panas
27

perlakuan beberapa kali dapat mempertahankan pada kadar air normal

d) pengeringan artifisial - metode ini dilakukan jika kondisi area tidak cocok untuk dilakukan pengeringan secara alami - prinsipnya adalah : pemanasan udara sampai 5-10% dari suhu awal sehingga kelembaban relatif turun 30% dan air keluar dari dalam biji, menyebabkan biji kering. 2) Penyimpanana pada Kadar Air Tinggi Dilakukan di daerah tropis, sebab keadaan udara basah dengan aw 0,6-0,8 - aw o,6 (batas kritis kadar air minimal pada biji-bijian) - aw 0,8 (ambang bawah dari proses fermentasi) Dengan aw diatas 0,8 dilakukan apabila dikehendaki terjadinya proses fermentasi laktik Dengan teknik ini biji yang baru dipanen dapat langsung disimpan tanpa proses pengeringan yang memadai Terdapat 4 teknik penyimpanan pada kadar air tinggi : a) stabilitas kimia - dengan penambahan asam-asam organik dan berbagai garam - asam-asam organik meliputi asam propionat, asam benzoat, asam format, asam asetat maupun campuran dari asam-asam tersebut. Asam-asam ini bersifat folatil sehingga terbatas daya hambat mikrobanya. - menyebabkan terjadinya pengkaratan, sehingga tidak efisien b) iradiasi dengan sinar gama - memerlukan peralatan canggih penggunaannya terbatas - dosis yang diijinkan WHO 1000 Krad sehingga

c) anaerob ketat - prinsip : penyimpanan dilakukan pada kadar oksigen sangat rendah - dapat dilakukan untuk penyimpanan biji-bijian dengan kadar air tinggi, tetapi paling efektif untuk biji dengan kadar air rendah d) penyimpanan pada suhu rendah - dilakukan pada suhu di bawah 10oC - diperlukan peralatan khusus dengan mahal sehingga kurang efisien

biaya
28

3) Penyimpanan Vakum Adalah penyimpanan dalam suatu wadah yang dapat melindungi produk di dalamnya dari pertukaran gas atau air dari luar Digunakan untuk menyimpan biji dengan kadar air 1214% Keuntungan penyimpanan vakum : - menyebabkan kerusakan serangga dan binatang kecil lainnya pada saat penyimpanan - mencegah masuknya serangga dan binatang kecil lainnya - mencegah kerusakan kapang dan timbulnya panas - produk tetap dalam kondisi kering 4) Penyimpanan dengan Modifikasi Atmosfer Prinsipnya hampir sama dengan penyimpanan vakum Modifikasi yang dilakukan dengan menambahkan gas karbon, nitrogen atau dengan campuran CO2 dengan nitrogen, dengan disertai penurunan kadar oksigen Pada penyimpanan metode ini dapat bertahan hingga 10 bulan dengan mutu tetap dipertahankan. Bentuk penyimpanan Bentuk penyimpanan dibedakan menjadi 2 : 1) Penyimpanan Domestik/Tradisional Penyimpanan domestik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga waktu panen berikutnya dan untuk penyimpanan benih Wadah yang digunakan pada bentuk penyimpanan domestik/tradisional : - Bin bambu Bin bambu banyak dijumpai di Sumatra dan Sulawesi Selatan dengan kapasitas penyimpanan sekitar 250 kg 4 ton. - Bin kayu Bin kayu dibuat dari kayu meranti, biasa dilakukan di Kalimantan dan Jawa. 2) Penyimpanan Komersial Penyimpanan sistem komersial dapat dilakukan dengan : a) sistem karung sak (goni) - Karung bersifat antiair - Ventilasi ruangan cukup - Terlindungi dari tikus dan burung - Bebas dari debu dan kotoran - Bebas dari cahaya
29

Diletakkan pada pondasi dengan ketinggian 0,75 m di atas tanah

b) sistem curah (bulk). Keuntungan dan kekurangan sistem karung/sak dan sistem curah : Sistem karungSak Sistem Curah - fleksibel - tidak fleksibel - penanganan lambat - penanganan cepat - lebih banyak kurang/lebih rendah - biaya operasi tinggi biaya operasi rendah - biaya investasi rendah - biaya investasi tinggi - kerusakan oleh tikus rendah - kerusakan oleh tikus tinggi

30

You might also like