You are on page 1of 7

ADLINDA FIRDIENTA

FAKULTAS SENI RUPA PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2011

FILSAFAT PANCASILA

Mengupas Mengenai Kasus Korupsi di Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul MENGUPAS MENGENAI KASUS KORUPSI DI INDONESIA Makalah ini berisikan tentang informasi latar belakang, perumusan masalah, pembaasan serta kesimpulan dan saran. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang kasus korupsi agar kita menjadi orang yang lebih mengerti pentingya hidup bermasyarakat agar tidak serakah atas harta kekayaan yang sebenernya bukan hak kita. Dalam makalah ini penulis membahas dan mengangkat semua hal yang apa terkait dengan isi pembahasan tentang korupsi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar BAB I


1.1.

Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Rumusan Masalah

BAB II 2.1 Pembahasan 3.1 Penutupan BAB III 3.1.1 Kesimpulan dan saran Daftar Pustaka

Yogyakarta, 19 Desember 2011

Penyusun

BAB I

1.1.1 Latar Belakang


Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Pada umunya kasus korupsi ini di lakukan oleh pejabat-pejabat publik. Mencoba memperkaya hartanya dengan menggunakan harta yang bukan miliknya, yang sebenernya harta itu milik orang-orang yang percaya yang akan di pimpinnya.

Pendahuluan

Dalam makalah ini akan di bahas mengenai koripsi dan apa yang di lakukan para koruptor. Mereka semua orang yang pintar tetapi kepintarannya tidak di pergunakan untuk hal yang bermanfaat bagi orang banyak. Bukan hal yang baik melakukan hal ini. Karena semua yang di lakukan itu hanya sia-sia. Tidak akan merasa tenang karena harta dan orang-orang yang siap menangkapnya. Rakyat kecil yang merasakan kerugiannya.

1.1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Korupsi ? 2. Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korupsi ? 3. Bagaimana Identifikasi dan Contoh Korupsi ?

Pengertian

BAB II

1.1 Pembahasan

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Yang dimaksud korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi dan di lakukan di setiap praktek-prakteknya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yaitu pemerintahan oleh para pencuri, dimana purapura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan. Disini para koruptor tindakannya merupakan white-collar crime. Faktor-Faktor Korupsi dapat terjadi jika adanya kekuasaan monopoli kekuasaan yang dipegang oleh seseorang dan orang tersebut memiliki kemerdekaan bertindak atau wewenang yang berlebihan, tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas. Berdasarkan kesimpulan yang dapa kita tahu juga bahwa semakin besar kekuasaan serta kewenangan yang luas dan semakin rendah kewajiban pertanggungjawaban dari suatu institusi/person, otomatis potensi korupsi yang dimiliki akan semakin tinggi. Beberapa sebab terjadinya korupsi, yaitu: Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna, Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes, Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau suap, Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi, orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi pemerintah.

Pada sila pertama, KETUHANAN YANG MAHA ESA Mereka tidak memiliki iman, tidak takut akan tuhan. Mereka makan bukan dari uang yang halal dan tuhanpun tidak menyukai orang-orang yang mengambil hak rang lain. Pada sila kedua, KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Keadilan itu tidak ada dalam negara kita. Banyak orang yang miskin menjadi lebih miskin dan orang yang kaya menjadi lebih kaya itu karena adanya kecongkakan dari orang-orang itu. Pada sila ketiga, SILA PERSATUAN INDONESIA Tentu jika tidak ada keadilan sudah pasti tidak adanya persatuan dan bisa menyebabkan negara kita hancur. Pada sila keempat, SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN Mungkin rakyat memang di pimpin. Tapi apakan yang memimpin itu bisa memajukan rakyat dan bangsanya jika mereka terus bertindak seperti penjahat yang berdasi, copet yang rapih. Pada sila kelima, SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA Tidak akan ada keadilan untuk rakyat jika pejabatnya saja korupsi. Contoh kasus korupsi Banyak sekali kasus korupsi yang sering kali kita dengarkan. Bahkan sudah hampir menjadi makanan sehari-hari mendengar berita mengenai kasus korupsi yang di lakukan para pejabat besar. Mereka bukan tidak mengetahui dampak dari korupsi tetapi merea berpikir bagaimana bisa menembah kekayaan yang sudah mereka miliki. Seperti kasus dari gayus kasus korupsi Gayus (makelar kasus) sebagai bentuk dari kejaharan korporasi (dilakukan oleh organisasi, dalam bentuk struktur organisasi yang saling menguntungkan dan melindungi, serta melempar tanggung jawab. Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia. Namanya menjadi terkenal ketika Komjen Susno Duadji menyebutkan bahwa Gayus mempunyai uang Rp 25 miliar di rekeningnya plus uang asing senilai 60 miliar dan perhiasan senilai 14 miliar di brankas bank atas nama istrinya dan itu semua dicurigai sebagai harta haram. Tetapi hukuman yang di berikan pada gayus tidak setimpal. Banyak sekali kasus korupsi yang di lakukan para petinggi negara. Begitu mudah mereka merampas harta rakyat yang mereka pimpin.

Kesempatan, biasanya oleh pemilik kekuasaan, pelaku pelaksana peraturan/UU, pengatur/pengelola kebijakan. Kebutuhan, biasanya oleh masyarakat pengguna UU, kebijakan, peraturan, persyaratan.

Tetapi di tinjau dari nilai pancasila. Para koruptor itu tidak memiliki jiwa yang berdasarkan pada nilai pancasila. Mereka para pajabat tinggi mengetahui atau tidak kalau pancasila lah yang menjadi ideologi dasar negara Indonesia yang mereka pimpin.

BAB III

3.1.1 Kesimpulan dan Saran

Penutupan

Kesimpulan yang dapat kita tarik kesimpulan dala makalah ini. Ketika seseorang itu merasa dia lebih hebat seharunya rasa itu di pergunakan untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi orang banyak apalagi ketika mereka berdiri untuk rakyat. Seharusnya mereka berpikir bagaimana memperkaya negerinya, memperkaya bangsanya dan memperkaya masyarakatnya agar makmur. Bukannya berpikir begaimana memperkaya harta yang sudah di perkaya sebelumnya. Ketidak adilan itu justru datang untuk rakyat-rakyat kecil. Tidak kontras kehidupan di negeri ini. Dimana rakyat kecil untuk mendapatkan uang seribu rupiah saja mereka harus mengorbankan nyawanya dengan cara mereka mengambil pekerjaan yang beresiko tinggi yang mereka tahu bahwa pekerjaan mereka berbahaya. Dan rakyat kecil bekerja untuk di nikmati orang-orang yang bekerja dengan nyamannya di dalam ruangan dan dengan mudahnya mereka mendapatkan uang. Banyak sekali potret ketidak adilan di negeri kita. Kita mengetahui bahwa landasan negara kita adalah pancasila tetapi kenapa mereka masih melihat ke atas tidak pernah melihat kebawah. Hukumanpun semakin lama semakin tidak bermutu. Bagaimana tidak, rakyat kecil dihukum cukup lama untuk melakukan hal yang tidak seberat apa yang di lakukan para pejabat tinggi. Sedangkan jika pejabat tinggi yang melanggar hukum, semua dapat di beli dengan menggunakan uang yang belum tentu halal. Saran saya, jika menginginkan bangsa yang maju ubahlah cara pemikiran kita dan mereka agar lebih maju. Dimana semua hal yang kita lakukan harus di berikan secara adil. Yang tinggi jangan selalu memandang ke atas jika dia ingin selalu di atas. Dan yang rendah jangan selalu pasrah dengan keadaan tapi harus memiliki rasa ingin maju agar kita semua menjadikan bangsa ini menjadi makmur dan tidak ada yang merasa di rugikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://batam.tribunnews.com/2011/12/18/ahars-penanganan-kasus-korupsi-di-indonesiamasih-setengah-hati http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/pengertian-korupsi-dan-dampak-negatif.html http://manshurzikri.wordpress.com/2010/12/14/faktor-faktor-yang-menyebabkan-terjadinyakorupsi-mengacu-kepada-kasus-korupsi-gayus-tambunan/ http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081122212452AAcdX0R http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/12/08/permasalahan-korupsi-dan-daftarkoruptor-di-indonesia/ http://mediajalan.blogspot.com/2011/02/contoh-kasus-korupsi-di-indonesia.html http://id.wikipedia.org/wiki/Gayus_Tambunan http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

***

You might also like