You are on page 1of 94

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BLOK FUNDAMENTAL OF NURSING II

TIM BLOK FUNDAMENTAL OF NURSING II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga Buku Panduan Praktikum Blok Fundamental of Nursing II, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan sistem Blok Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dapat terselesaikan dengan baik. Kurikulum baru ini dirancang untuk menjawab tantangan global dunia pendidikan khususnya untuk mencipta Ners yang terampil dan profesional. Pendidikan keperawatan pada masa kini selalu mengalami perubahan dinamis, cepat dan kontinyu. Ners dari Universitas Jenderal Soedirman diharapkan mampu menangani pasien maupun masalah kesehatan di masyarakat, sehingga wajib dibekali pengetahuan yang luas, keterampilan yang handal, mampu berkomunikasi berdasarkan empati (komunikasi efektif), serta berbudi pekerti luhur yang tercermin pada sikap dan perilaku. Beranjak dari hal itu, maka (KBK) dengan sistim Blok disusun berdasarkan paradigma baru pendidikan Ners dengan waktu studi diselesaikan minimal selama 3,5 tahun untuk akademik dan satu tahun untuk profesi Ners. Program yang dijalankan untuk menyelesaikan kurikulum baru ini, dijabarkan dalam bentuk program semester yang dilaksanakan dengan pola blok tematik berdasarkan kebutuhan hirarkhi Maslow. Buku Panduan Praktikum Blok Fundamental of Nursing II ini merupakan panduan belajar mahasiswa pada ranah psikomotor yang tentunya ranah kognitif dan afektif juga ikut terlibat di dalamnya. Jumlah keterampilan tindakan pada Buku Panduan Praktikum Blok Fundamental of Nursing II ini berjumlah 9 keterampilan. Kompetensi psikomotor pada blok ini diharapkan dimiliki oleh seorang Ners atau calon perawat lulusan Universitas Jenderal Soedirman, sehingga setelah menjalani Blok Fundamental of Nursing II selama 5 minggu kemampuan yang diperoleh dapat diinternalisasikan dan terus-menerus diterapkan pada tingkat selanjutnya sampai nanti menjadi Ners praktisi. Saran dan kritik membangun masih kami tim terima dalam rangka perbaikan buku panduan Blok Fundamental of Nursing II ini sehingga pengembangan dan peningkatan mutu pendididikan profesi keperawatan khususnya di Jurusan keperawatan FKIK Unsoed ini akan terwujud dengan kerja sama berbagai pihak dalam proses pembelajaran bersama.

Purwokerto, 10 September 2013

Tim Blok Fundamental of Nursing II

DAFTAR ISI DDST ...................................................................................................... KPSP........................................................................................................ Pengenalan Bentuk-Bentuk Sediaan Obat............................................... Rute Pemberian Obat............................................................................... Menghitung dosis obat............................................................................. Leg Exercise ............................................................................................ Pemeriksaan Fisik Anak dan Neonatus ................................................... Ballard Test..............................................................................................

DDST (DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST) 1. Pengertian DDST DDST kependekan dari Denver Developmental Screening Test yaitu suatu test untuk melakukan pemeriksaan terhadap perkembangan anak usia 1 bulan sampai dengan 6 tahun menurut Denver. Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit. 2. Tujuan DDST Tujuan DDST adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak yang meliputi motorik kasar, bahasa, adaptif-motorik halus dan personal sosial pada anak usia 1 bulan dampai dengan 6 tahun. 3. Fungsi DDST Fungsi DDST adalah: a. Untuk mengkaji dan mengetahui tingkat perkembangan anak b. Untuk menstimulasi perkembangan anak c. Untuk pedoman dalam perawatan perkembangan anak d. Untuk mendeteksi dini keterlambatan perkembangan anak Aspek perkembangan yang diamati terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai: 1) Personal Social (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan 4) Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. 4. Intrepretasi hasil DDST a. Normal : Tidak ada kelambatan b. Suspect : Satu atau lebih kelambatan dan/atau dua atau lebih banyak kewaspadaan. c. Untestable : Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75 % sampai dengan 90 %. Apa yang harus dilakukan bila hasil DDST Suspect. Rekomendasi untuk rujukan test suspect atau untestable : d. Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan factor 4

temporer. e. Bila skrining ulang bersifat suspect atau untestable, gunakan penilaian klinis berdasarkan hal berikut : angka kewaspadaan dan kelambatan, pemeriksaan dan riwayat klinis, ketersediaan rujukan. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan Tidak dapat dites. 1) Abnormal a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia . 2) Meragukan a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. 3) Tidak dapat dites Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan. 4) Normal Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun Interpretasi dari nilai Denver II: A. Advanced Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut) B. OK Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75 C. Caution Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90 D. Delay Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu 5. Cara Pemeriksaan Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu: A. Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, dan 18-24 bulan. Kemudian dapat dilakukan pada anak yang berusia: 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun B. Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. C. Langkah-langkah pemeriksaan DDST: 1) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan 5

2) 3) 4) 5)

diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Contoh: An. Lula lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula! Diketahui: Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006 Tanggal periksa : 1-4-2008 Ditanyakan: Berapa usia kronologis An. Lula? Jawab: 2008 4 1 2006 8 5 1 7 -26 Jadi usia An. Lula adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah: 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F. Penilaian: Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

6. Alat yang Digunakan 1). Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa). 2). Lembar formulir DDST II 3). Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.

Nama NPM No. 1.

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN DDST/DENVER II : : Aspek yang dinilai 0 Tahap Pra-Interaksi 1) Siapkan alat yang akan digunakan, dekatkan pada pemeriksa. 2) Pastikan ruangan hangat, tenang dan cukup pencahayaan saat dilakukan pemeriksaan Tahap Orientasi 1) Perkenalkan diri pemeriksa pada keluarga 2) Jelaskan prosedur pemeriksaan, berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 3) Berikan privasi, lakukan pendekatan pada anak, gunakan mainan yang disukai oleh anak dan libatkan keluarga atau orangtua Tahap Kerja 1) Siapkan lembar formulit DDST yang akan digunakan 2) Hitung usia kronologis anak, pindahkan pada formulir sesuai dengan usia kronologis anak 3) Bersihkan tangan dengan hand sanitizer 4) Siapkan alat yang telah disesuaikan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, meliputi aspek perkembangan: a. Personal sosial b. Bahasa c. Motorik kasar (Gross motoric) d. Motorik halus (Fine motoric) 4) Lakukan wawancara dengan orangtua bila diperlukan untuk melengkapi pemeriksaan 5) Berikan penilaian berdasarkan hasil pemeriksaan Tahap Terminasi 1) Observasi perubahan perilaku anak 2) Jelaskan pada keluarga berdasarkan kesimpulan hasil pemeriksaan 3) Kontrak untuk pertemuan berikutnya bila diperlukan Dokumentasi 1) Catat hasil pemeriksaan dan berikan kesimpulan pemeriksa 2) Catat tanggal, waktu, dan nama pemeriksa (tanda tangan). Nilai: Purwokerto, Evaluator Nilai 1 2

2.

3.

4.

5.

Keterangan :

0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan dengan tidak sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna Batas lulus minimal 75% dari total nilai tindakan

(.)

PIJAT BAYI 7

Oleh Dian Ramawati, M.Kep., Ns., Sp.Kep. An Pengertian Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, ia bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat bayi. Untuk keperluan itu, tidak perlu mengundang dukun pijat bayi sebab pemijatan bisa dilakukan sendiri. Tak ada teknik pijat yang baku. Tiap individu, menurut dr. Utami Roesli, bisa menerapkan teknik dan tahapan pemijatan masing-masing. Namun, untuk bayi berumur 0 - 1 bulan, disarankan hanya diberi gerakan usapan halus. Sebelum tali pusat lepas, sebaiknya tidak dipijat di daerah perut. Bayi umur 1 - 3 bulan, diberi gerakan pijat halus dengan tekanan ringan. Untuk bayi usia 3 bulan - 3 tahun, bisa ditambah dengan tekanan. Pemijatan dimulai dari kaki, bagian dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung. Rene Spitz, dokter anak dan psikiater dari Amerika, melaporkan, bayi yang banyak memperoleh sentuhan, khususnya dari ibu, jarang mengalami simptom hospitalismus (gangguan yang sering dialami bayi yang tinggal di panti asuhan, seperti radang telinga tengah, campak, gangguan usus, dll.). Pengamatan T. Field seperti dikutip dr. J. David Hull, ahli virologi mulekuler dari Inggris, dalam makalah berjudul Touch Therapy: Science Confirms Instinct, menyebutkan terapi pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan. Tidurnya pun bertambah tenang. Terapi pijat 15 menit selama enam minggu pada bayi usia 1 - 3 bulan juga meningkatkan kesiagaan (alertness) dan tangisnya berkurang. Ini akan diikuti dengan peningkatan berat badan, perbaikan kondisi psikis, berkurangnya kadar hormon stres, dan bertambahnya kadar serotonin. Sentuhan, belaian, dan pijatan akan mempererat ikatan kasih sayang orang tua dengan anak. Terhadap perkembangan emosi anak, sentuhan orang tua merupakan dasar perkembangan komunikasi, yang akan memupuk cinta kasih timbal-balik, dan menjadi penentu bagi anak untuk menjadi anak yang berbudi pekerti dan percaya diri. Lagi pula ia akan merasa aman karena merasa yakin memiliki kasih sayang dan perlindungan dari orang tua. Pijatan juga terbukti dapat melegakan saluran napas yang menyempit karena asma, mampu mengurangi perasaan gelisah dan depresi sehingga 8

serangan asma berkurang. Bahkan pemijatan pada bayi dari ibu HIV-positif dapat lebih menaikkan berat badan dan meningkatkan perkembangan motorik bayi. Setiap gerakan yang berkaitan dengan kegiatan mengurut atau memijat memiliki khasiat. Gerakan usapan misalnya, dapat menenangkan anak, sehingga bermanfaat bagi anak yang berpembawaan gugup. Pada anak yang lesu dan malas bergerak, Barbara Ahr, ahli fosioterapi, menganjurkan agar usapan dilakukan sedikit lebih bertenaga dan diarahkan ke jantung. Usapan juga dapat merangsang aliran darah dan getah bening. dr. Utami Roesli menyebutkan bahwa pijat bayi dapat dilakukan segera setelah bayi lahir. Jadi, dapat dimulai kapan saja sesuai keinginan. Bayi akan mendapat keuntungan lebih besar bila pemijatan dilakukan tiap hari sejak lahir sampai usia enam atau tujuh bulan. Pemijatan dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi. Bisa juga malam hari sebelum bayi tidur sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak. Tindakan pijat dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia enam bulan, pijat dua hari sekali sudah memadai. Mengurut bayi bisa juga dengan gerakan remasan. Remasan, menurut Ahr, berkhasiat pada jaringan penentu kemelaran otot yang terletak pada gelendong jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat, sekaligus akan lebih melancarkan peredaran darah. Teknik remasan dilakukan dengan cara bagian tungkai atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras; mirip gerakan membuat adonan roti. Teknik kocokan dilakukan dengan cara "menggulung". Tangan diletakkan sejajar dengan anggota badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis atau mengaduk adonan. Teknik ini bermanfaat untuk mengendorkan jaringan. Cara lain, dengan teknik lingkar. Mula-mula dilakukan usapan, kemudian membuat bentuk lingkaran-lingkaran dengan kedua tangan. Dari lingkaran besar kemudian mengecil. Dengan latihan, lingkaran yang terbentuk akan makin bulat. Teknik urut lingkar, menurut Ahr, memberikan stimulasi pada permukaan jaringan, bahkan ke bagian jaringan lebih dalam. Hasilnya, aliran darah meningkat dan pembuluh darah lebih lebar. Semua teknik urut (usapan, remasan, kocokan, dan gerakan lingkar) bisa saling melengkapi. Bila dikerjakan secara lengkap, hasilnya akan lebih baik. Pemijatan bisa dilakukan oleh ayah, ibu, nenek, atau anggota keluarga lain. Penelitian di Australia

membuktikan, bayi yang dipijat ayahnya berat badannya cenderung naik dan hubungan dengan ayah makin baik. Sebelum memijat, pastikan tangan Anda bersih dan hangat. Periksa kuku dan perhiasan untuk menghindari goresan pada kulit bayi. Bayi sudah makan atau benarbenar tidak sedang lapar. Tapi jangan memijat segera setelah bayi selesai makan. Yang juga penting diperhatikan, jangan membangunkan bayi hanya untuk dipijat. Jangan memijat bayi yang sedang tidak sehat, atau tak mau dipijat. Tidak boleh memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi. Tujuan 1. 2. Meningkatkan bonding attachment antara bayi dengan anggota keluarga yang lain (ibu, ayah, nenek atau paman) Meningkatkan nafsu makan dan berat badan bayi Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus-nya (saraf otak ke10). Ini membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan si kecil cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusu. Akibatnya, produksi ASI akan lebih banyak. 3. 4. Meningkatkan daya tahan tubuh / imunitas bayi Meningkatkan rasa percaya dan harga diri pada pasangan muda

Alat yang digunakan 1. 2. 3. 4. Langkah Kerja 1. sambil diajak berbicara. 2. 3. Sebelum dan selama pemijatan, kulit bayi perlu sesering mungkin dilumuri baby oil atau baby lotion. Lakukan sentuhan ringan dan lembut. Kemudian secara bertahap ditambahkan tekanan pada sentuhan itu, 10 Lakukan gerakan pembuka berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi wajah bayi dan mengusap-usap rambut kepala, Baju bersih (popok, sarung tangan dan kaki) Handuk Baby oil / baby lotion Alas kain / kasur kecil

terutama bila bayi sudah mulai menerima pijatan itu. Bila bayi menangis, tenangkan dulu sebelum pemijatan dilanjutkan. Kalau tangisnya makin keras, pemijatan sebaiknya dihentikan. Mungkin bayi minta digendong, disusui, atau mengantuk. 4. Selama pemijatan, pandanglah mata bayi dengan penuh kasih sayang. Lewat kontak pandang, Anda bisa belajar mengenali reaksi anak dan bisa mengamati penerimaan kegiatan memijat ini oleh anak. 5. Untuk menciptakan suasana tenang, ada baiknya sambil bersenandung atau memutar lagu lembut.

6. 7.

Pemijatan dimulai dari kaki, bagian dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung. Pemijatan kaki dengan cara memegang pangkal paha bayi, lalu tangan digerakkan ke arah pergelangan kaki seperti memerah susu. Atau, dua tangan bergerak bersamaan, dari pangkal paha dengan gerakan memeras, memijat, dan memutar kaki bayi secara lembut.

8.

Telapak kaki diurut dengan kedua ibu jari. Atau, membuat lingkaran-lingkaran kecil pada telapak kaki. Jemari kaki dipijat satu per satu dengan gerakan memutar menjauhi telapak kaki, dan diakhiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari.

9. gerakan menggulung ke arah pergelangan kaki. 10. 11. telapak tangan kanan dan kiri secara bergantian.

Selanjutnya kedua tangan membuat Rapatkan kedua kaki bayi, dan dengan halus kedua kaki bayi diusap dari atas ke bawah. Untuk memijat perut, lakukan gerakan pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas ke bawah, dengan

11

12.

Selanjutnya, gerakkan menekuk kedua lutut bayi secara lembut hingga menekan ke perut bayi. Ada juga gerakan membuat lingkaran-lingkaran searah jarum jam, gerakan membentuk huruf "U".

13.

Dada dipijat dengan telapak tangan yang membuat gerakan dari tengah dada ke samping. Atau, gerakan membentuk gambar jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari pada ulu hati. Cara lain, gerakan seperti membuat gambar jantung kecil di sekitar puting susu. Atau, gerakan membuat gambar jantung besar hingga ke tepi selangka, lalu jari-jari tangan diregangkan seolah membuat gambar burung kecil.

14.

Pemijatan

tangan dimulai

dari

pundak, tangan kanan dan kiri Anda bergerak seperti memerah susu. Atau, kedua tangan melakukan gerakan memeras, memijat, dan memutar secara lembut pada lengan bayi. 15. Pada telapak tangan, kedua ibu jari membuat lingkaran-lingkaran kecil. Sementara keempat jari Anda memijat bagian punggung tangan bayi. Jari bayi dipijat satu per satu ke arah ujung jari dengan gerakan memutar. Gerakan ini diakhiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari. 16. dirapatkan ke badannya dan diusap lembut. Lengan bayi dipijat dengan gerakan menggulung dari kedua telapak tangan Anda. Kemudian kedua lengan bayi

12

17.

Pemijatan muka dimulai dengan mengusap wajah bayi ke arah samping dengan kedua telapak tangan.

18. 19. tengah ke samping. 20.

Lalu jemari menekan lembut di tengah dahi, dan membuat gerakan ke samping kiri dan kanan. Buat lingkaran-lingkaran kecil di pelipis, juga ke daerah pipi di bawah mata. Kedua ibu jari memijat alis mulai dari Pemijatan punggung dilakukan

menggunakan kedua telapak tangan. Atau, dengan gerakan mengusap, membuat lingkaran-lingkaran kecil, gerakan menggaruk dengan tekanan lembut.

13

CHECK LIST PIJAT BAYI Nama Mahasiswa : .......................... NIM No 1. : .......................... Aspek yang Dinilai Tahap Pre Interaksi a. Kaji kondisi bayi b. Cuci tangan, pastikan tangan kering dan hangat c. Lepaskan perhiasan pada tangan yang dapat menggores kulit bayi Tahap Orientasi a. Siapkan alat yang akan digunakan : Alas kain / kasur / matras Baby oil / baby lotion Baju bersih Handuk b. Letakkan bayi pada pangkuan / matras / kasur Tahap Kerja a. Letakkan handuk untuk menutupi badan bayi b. Lakukan gerakan pembuka berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi wajah bayi dan mengusap-usap rambut kepala, sambil diajak berbicara. c. Lumuri badan bayi dengan baby oil / baby lotion sesering mungkin sebelum dan selama pemijatan d. Lakukan sentuhan ringan dan lembut. Kemudian secara bertahap ditambahkan tekanan pada sentuhan itu. e. Bila bayi menangis, tenangkan dulu sebelum pemijatan dilanjutkan. Kalau tangisnya makin keras, pemijatan sebaiknya dihentikan. f. Selama pemijatan, pandanglah mata bayi dengan penuh kasih sayang. g. Pemijatan dimulai dari kaki, bagian dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung. h. Pemijatan kaki dengan cara memegang pangkal paha bayi, lalu tangan digerakkan ke arah pergelangan kaki seperti memerah susu. Atau, dua tangan bergerak bersamaan, dari pangkal paha dengan gerakan memeras, memijat, dan memutar kaki bayi secara lembut. i. Urut kedua telapak kaki dengan ibu jari. membuat lingkaranlingkaran kecil pada telapak kaki. Jemari kaki dipijat satu per satu dengan gerakan memutar menjauhi telapak kaki, dan diakhiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari. j. Selanjutnya kedua tangan membuat gerakan menggulung ke arah pergelangan kaki. Rapatkan kedua kaki bayi, dan dengan halus kedua kaki bayi diusap dari atas ke bawah. k. Untuk memijat perut, lakukan gerakan pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas ke bawah, dengan telapak tangan kanan dan kiri secara bergantian. l. Selanjutnya, gerakkan menekuk kedua lutut bayi secara lembut hingga menekan ke perut bayi. Ada juga gerakan membuat lingkaranlingkaran searah jarum jam, gerakan membentuk huruf "U". m. Dada dipijat dengan telapak tangan yang membuat gerakan dari 14 Nilai 0 1 2

2.

3.

n.

o.

p. q. r. s. t.

tengah dada ke samping. Atau, gerakan membentuk gambar jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari pada ulu hati. Pemijatan tangan dimulai dari pundak, tangan kanan dan kiri Anda bergerak seperti memerah susu. Atau, kedua tangan melakukan gerakan memeras, memijat, dan memutar secara lembut pada lengan bayi. Pada telapak tangan, kedua ibu jari membuat lingkaran-lingkaran kecil. Sementara keempat jari Anda memijat bagian punggung tangan bayi. Jari bayi dipijat satu per satu ke arah ujung jari dengan gerakan memutar. Gerakan ini diakhiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari. Lengan bayi dipijat dengan gerakan menggulung dari kedua telapak tangan Anda. Kemudian kedua lengan bayi dirapatkan ke badannya dan diusap lembut. Pemijatan muka dimulai dengan mengusap wajah bayi ke arah samping dengan kedua telapak tangan. Lalu jemari menekan lembut di tengah dahi, dan membuat gerakan ke samping kiri dan kanan. Buat lingkaran-lingkaran kecil di pelipis, juga ke daerah pipi di bawah mata. Kedua ibu jari memijat alis mulai dari tengah ke samping. Pemijatan punggung dilakukan menggunakan kedua telapak tangan. Atau, dengan gerakan mengusap, membuat lingkaran-lingkaran kecil, gerakan menggaruk dengan tekanan lembut.

4.

Tahap Terminasi a. Kaji respon bayi selama dan setelah dilakukan tindakan b. Pakaikan bayi baju bersih yang telah disiapkan Purwokerto,

Keterangan : Nilai 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan tidak sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai :

Evaluator,

(..)

15

PENGKAJIAN USIA GESTASI 1. Pengertian Pengkajian usia gestasi merupakan kriteria penting karena morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) perinatal berhubungan dengan usia gestasi dan berat badan lahir. Salah satu metode yang paling sering digunakan tentang penentuan usia gestasi didasarkan pada temuan fisik dan neurologis. Pengkajian meliputi enam tanda-tanda neuromuskular dan fisik eksternal, yaitu postur, square window, recoil lengan, sudut popliteal, tanda scarf, dan tumit sampai telinga. Setiap tanda mempunyai skor dan skor kumulatif yang didasarkan dengan rentang skala maturitas gestasi dari 20 sampai dengan 40 minggu. Skala Ballard dapat digunakan untuk melakukan pengkajian pada bayi baru lahir usia gestasi 20 minggu. Alat ini mempunyai bagian fisik dan neuromuscular yang mencakup skor -1 dan -2 yang menunjukkan bayi sangat premature, seperti penyatuan kelopak mata, jaringan payudara tidak dapat diidentifikasi; kulit transparan lembab; tidak ada lanugo (rambut halus di permukaan kulit); dan sudut square window (fleksi pergelangan tangan) lebih dari 90 derajat. 2. 1. 2. 3. Tujuan Memastikan usia gestasi bayi baru lahir. Mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Memberikan perawatan yang dibutuhkan oleh bayi sesuai dengan usia gestasinya. 3. 1. 2. 3. 4. 1. Indikasi Dilakukan dalam waktu kurang dari 12 jam pada bayi dengan usia gestasi 20 minggu. Untuk bayi dengan usia gestasi kurang dari 26 minggu dapat dilakukan dalam waktu sampai 96 jam setelah kelahiran. Pada bayi premature dilakukan dalam waktu kurang dari 96 jam. Alat Format pengkajian Ballard Test. 16

2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Meteran Meja dan lampu periksa. Alas dan selimut bayi. Prosedur Kerja Jelaskan prosedur pada ibu dan keluarga. Cuci tangan Kaji tanda-tanda vital bayi (nadi, suhu, dan pernafasan) Siapkan meja periksa yang telah dialasi dengan kain yang lembut dan bersih. Terangi meja periksa dengan lampu periksa. Letakkan bayi diatas meja periksa, selimuti dan nyalakan lampu periksa. Setelah bayi tenang, posisikan bayi telentang. Observasi pergerakan tangan dan kaki bayi. Observasi derajat fleksi lengan dan kaki. Tonus otot dan derajat fleksi meningkat sesuai maturitas.

7.

Dengan ibu jari menopang bagian belakang / punggung lengan di bawah pergelangan tangan. Beri tekanan lembut dengan ibu jari dan jari ketiga pada bagian punggung tangan tanpa melakukan gerakan memutar pergelangan tangan bayi. Ukur sudut antara dasar ibu jari dan lengan bawah. Telapak tangan bayi akan terlihat seperti akan menggengam.

8.

Posisikan bayi telentang, fleksikan penuh kedua lengan bawah pada lengan atas, tahan selama 5 detik; dorong ke bawah pada tangan untuk ekstensi penuh dan lepaskan lengan dengan cepat. Observasi kecepatan dan intensitas recoil untuk status fleksi.

9.

Dengan bayi telentang dan pelvis datar pada permukaan keras, fleksikan kaki bawah pada paha dan kemudian fleksikan paha pada abdomen. Sambil menahan lutut dengan ibu jari dan jari telunjuk, ekstensikan kaki dengan jari telunjuk tangan yang lain. Ukur sudut dibelakang lutut.

10.

Tahan kepala bayi dalam garis tengah dengan satu tangan; gunakan tangan yang lain untuk mendorong lengan bayi melewati bahu sehingga tangan bayi menyentuh bahu yang lain. Observasi letak siku terhadap garis tengah.

11.

Dorong kaki bayi sejauh mungkin ke arah telinga pada sisi tubuh yang sama. Ukur jarak telapak kaki dari telinga dan derajat fleksi lutut (sama dengan sudut popliteal). 17

12. 13. 14. 15. 16.

Ukur panjang, berat badan dan lingkar kepala bayi. Catat hasil pemeriksaan pada format yang tersedia. Tentukan usia gestasi bayi (matur atau premature). Dokumentasikan pada catatan perkembangan bayi. Selimuti bayi, berikan kepada ibu dan keluarga. Bereskan alat, cuci tangan.

18

19

20

6. NAMA NIM No 1.

Check List PENGKAJIAN USIA GESTASI (BALLARD TEST) : : .... Aspek yang dinilai Tahap Pra-Interaksi a. Baca kembali RM bayi. b. Kaji tanda-tanda vital bayi (nadi, suhu, dan pernafasan) Tahap Orientasi a. Jelaskan prosedur kepada keluarga, berikan privasi, dan pastikan suhu kamar hangat. b. Cuci tangan perawat. Tahap Kerja a. Siapkan alat-alat : alasi meja periksa dengan bahan halus dan bersih. Terangi meja periksa dengan lampu periksa. b. Bawa alat-alat dalam baki dan letakkan dekat bayi. c. Letakkan bayi diatas meja periksa, selimuti dan nyalakan lampu periksa. d. Setelah bayi tenang, posisikan bayi telentang. e. Observasi pergerakan tangan dan kaki bayi. Observasi derajat fleksi lengan dan kaki. f. Dengan ibu jari menopang bagian belakang / punggung lengan di bawah pergelangan tangan. Beri tekanan lembut dengan ibu jari dan jari ketiga pada bagian punggung tangan tanpa melakukan gerakan memutar pergelangan tangan bayi. g. Ukur sudut antara dasar ibu jari dan lengan bawah h. Posisikan bayi telentang, fleksikan penuh kedua lengan bawah pada lengan atas, tahan selama 5 detik; dorong ke bawah pada tangan untuk ekstensi penuh dan lepaskan lengan dengan cepat i. Observasi kecepatan dan intensitas recoil untuk status fleksi. j. Dengan bayi telentang dan pelvis datar pada permukaan keras, fleksikan kaki bawah pada paha dan kemudian fleksikan paha pada abdomen k. Sambil menahan lutut dengan ibu jari dan jari telunjuk, ekstensikan kaki dengan jari telunjuk tangan yang lain. l. Ukur sudut dibelakang lutut. m. Tahan kepala bayi dalam garis tengah dengan satu tangan; gunakan tangan yang lain untuk mendorong lengan bayi melewati bahu sehingga tangan bayi menyentuh bahu yang lain. n. Observasi letak siku terhadap garis tengah. o. Dorong kaki bayi sejauh mungkin ke arah telinga pada sisi tubuh yang sama. Ukur jarak telapak kaki dari telinga dan derajat fleksi lutut p. Ukur panjang, berat badan dan lingkar kepala bayi. q. Bereskan alat-alat, cuci tangan. Tahap Terminasi 21 Nilai 0 1 2

2.

3.

4.

5.

a. Observasi suhu, nadi dan pernafasan serta respon bayi b. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya bila diperlukan Dokumentasi a. Catat hasil pemeriksaan pada format pengkajian, tentukan usia gestasi bayi. b. Dokumentasikan tanggal dan waktu tindakan. Nilai : Purwokerto, .. Evaluator

Keterangan : Nilai 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan tidak sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna

Batas lulus minimal 75 % dari total nilai tindakan. ...............................(...............

22

PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK PEDOMAN: 1. Dilakukan pada area yang tidak berbahaya: a. Ruangan dengan dekorasi menarik . b. Suhu ruangan nyaman . c. Sediakan mainan. boneka .. d. Jika memungkinkan sediakan ruangan yang sesuai dengan tahap usia. e. Jaga privacy anak terutama anak usia sekolah dan remaja. 2. Kaji kesiapan anak : a. Mau berbicara dengan Perawat. b. Membina kontak mata. c. Menerima peralatan yang diberikan. d. Membiarkan sentuhan fisiko e. Mau dipisah dari orang tua . .Jika anak tidak siap : a. Lebih perhatian kepada orang tua. lalu secara bertahap alihkan kepada orang tua atau mainan anak b. Beri pujian atas penampilan (pakaian) anak atau mainan favorit anak. c. Bercerita yang lucu atau bermain magic sederhana. d. Kaji adanya f1engalaman traumatik e. Libatkan orang tua selama proses f. Hindari penjelason yang lama tentang prosedur pemerikasaan. a Lakukan pemeriksaan secepat mungkin. g. Minimalkan stimulasi (batasi jumlah orang, gunakan ruangan yang terisolasi, dan suara yang lembut. 3. Mulai dari prosedur yang kurang mengancam. 4. Lakukan dengan program bermain. 5. Jika ada beberapa anak, mulai dari anak yang paling kooperatif 6. Libatkan dalam proses: a. Berikan pilihan (misal dipangkuan ibu atau diatas meja). b. Ijinkan anak untuk menyentuhperalatan pemerikasaan. c. Jelaskan setiap tahap dengan bahasa yang sederhana. 7. Lakukan pemeriksaan dengan bertahap a. Head to toe b. Daerah yang sakit. diperiksa terakhir. c. Situasi emergensi, prinsip ABC dan daerah injury lebih dahulu. 8. Diskusikan hasil pemeriksaan pada keluarga. 9. Hargai dan puji anak atas ker jasama selama periksaan PEMERIKSAAN FISIK I. PENGUKURAN PERTUMBUHAN Terdiri atas berat badan, tinggi badan, lingkar lengan dan Iingkar kepala. a. Tinggi badan: Lahir-36 bulan: posisi recumbent 2 tahun-18 tahun : berdiri b. Tinggi badan c. Lingkar lengan d. Lingkar kepala : 23

Perlu diukur sampai usia 36 bulan Lokasi : diatas alis mata, pinna dan mengelilingi occipital Pada usia 1-2 tahun LK=LD

Lakukan interpretasi merujuk pada NCHS. II. PENGUKURAN FISIOlOGIS a. Denyut nadi : Bayi : denyut apikal Lebih dari 2 tahun : denyut radial Pada bayi hitung satu menit penuh b. Pernapasan: c. Tempratur : oral, rectal, aksila Dipengaruhi oleh usia, posisi, demam, aktivitas, kecemasan dan faktor patologik Cara: pada bayi observasi gerakan abdomen dan satu menit penuh d. Tekanan darah e. Penampilan umum. Adalah penilaian subjektif atas penampilan fisik anak, keadaan nutrisi, interaksi dengan orang too dan perawat, postur, perkembangan dan bicara Wajah: Meringis : nyeri, kesulitan bernapas, tampak sakit umum, Postur, posisi dan pergerakan tubuh Anak dengan pendengaran yang kurang, akan memajukan tubuh, nyeri : akan memilih satu posisi tertentu Hygene : bau badan, kuku, gigi dan pakaian Behavior: tingkat aktivitas, reaksi terhadap stres, interaksi dengan orang tua dan perawat dan respon terhadap stimulus. Perkembangan. Dilakukan dengan observasi, tetapi akan lebih akurat dengan menggunakan DDST. f. Kulit Tekstur, tempratur, kelembaban dan turgor, distribusi dan elastisitas Faktor yang rnempengaruhi : Iingkungan, genetik dan fisiologis. Variasi warna kulit : sianosis, pallor, eritema, petekia dan jaundice g. Kelenjar limphe Cara : Lakukan palpasi dengan gerakan melingkar pada lokasi yang biasanya terdapat kelenjar Iimphe. Area pemeriksaan : subingual, submaksilaris, tonsilar, servikal, aksilaris dan inguinal is. h. KEPALA Observosi: Bentuk & simetris : senyum, paralisis ? Kontrol kepala & posture kepala Usia 4 bulan.bayi mampu mengangkat kepala Head lag setelah 6 bulan, indikasi injury serebri ROM Minta anak untuk melihat (atas, bawah, kiri, kanan) Hambatan ROM: wryneck (torticolitis) Timbul akibat injury otot sternocleidomastoditis Kepala melihat ke satu sisi dan dagu bertitik pada satu point. 24

Epistotonos: hiperextensi kepala dg.nyeri pada saat flexi, indikasi iritasi meningeal Palpasi Sutura, fontanel & pembengkakan Fontanel anterior : 12 -18 bulan Fontanel posterior menutup: 2 bulan i. LEHER Observasi Ukuran: Normal leher pendek + adanya Iipatan kulit antara leher + kepala + bahu Abnormal : Leher pendek : sindrome Turner Leher edema : Mumps, infeksi mulut, Difteri Pelebaran vena di leher : indikasi kesulitan ekspirasi pada astma + cystis fibrosi Palpasi Masa? Normal: trachea di tengah, agak ke kanan Abnormal: Pergeseran, indikasi problem paru-paru, misal tumor dan benda asing di paru Kelenjar tiroid o Di dasar leher o 2 lobus kiri kanan dihubungkan oleh is~mus j. MATA 1. Inspeksi struktur internal . Jarak antar pupil 4.5 - 5.5 Inner chantal distance: 2.5 Jarak > besar: Hipertelorisme Hipertelorism: epicantal fold upward Palpebral slant : indikasi pada ,Down Syndrome Ptosis? Blinking reflex: Asimetric : paralisis Infrequent : kelemahan otot Bulu mata : distribusi, arah pertumbuhan dan warna.Pertumbuhan bulu mata atas ke bawah beresiko infeksi. Sklera Normal: putih Kuning : jaundice Kornea : normal : transparan dan bersih Iris: ukuran, warna, dan kejernihan 2. Inspeksi struktur internal menggunakan ophtalmoskop jika anak menggunakan kaca mota, lepaskan karena akan menyebabkan distorsi gambar kecuali jika kacamata digunakan untuk mengoreksi astigmatis berat dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan ketajaman penglihatan pemeriksaan dilakukan di ruangan redup tetapi tidak perlu digelapkan persiapkan anak: demonstrasikan penggunaan alat jelaskan alaSQn peredupan ruangan 25

Test Penglihatan Terdiri atas 4 jenis, yaitu : test binocularity, ketajaman penglihatan, penglihatan perifer, dan penglihatan warna a. Binocularity b. Ketajaman penglihatan c. Penglihatan perifer d. Penglihatan warna a. BINOCULARITY Kemampuan untuk memfiksasi satu lapangan penolong dengan dua mata secara simultan Normal: 3 - 4 bulan, binocularity Strabismus, satu mota deviasi pada satu point, lama kelamaan menyebabkan kelemahan pada mata. Otak akan mensupresi image yang dihasilkan oleh mata.Jika dideteksi dalam 4-6 tahun, kebutaan (Amblyopia) Dua test deteksi malposisi : 1. Corneal light reflex test (Red reflex gemini = Hirschberg test) a. dengan optalmoskop, lampunya secara langsung diarahkan ke mata. Jarak 40.5 cm (16 inch) b. normal: jika cahaya jatuh simetris pada setiap pupil abnormal: jika cahaya tidak jatuh pada satu pusat mata, strabismus. Epichantal fold akan menimbulkan salah persepsi pseudostrabismus 2. Cover test Tutup satu mata b. Test ketajaman penglihatan Yaitu kemampuan untuk melihat benda-benda yang dekat dan jauh Test : Snellen Letter Chart jarak: 20 dari snellen chart lalu membaca setiap huruf yang ada Jika bisa membaca pad a garis ke-7, artinya ketajaman penglihatan 20/20 Arti: pada jarak 20 feet, mereka bisa membaca huruf yang besarnya 7 mm . Merupakan standar ketajaman penglihatan Jika hanya bisa membaca pada tine (baris) 2 : ketajaman penglihatannya 20/100. Arti: orang lain bisa melihat pada jarak 100 feet, ia hanya bisa melihat pada jarak 20 feet Snellen chart : digunakan pad a anak preschool Untuk anak 2 tahun : Black Bird Vision Screening Vision System Anak diminta untuk menyebutkan ke arah mana burung akan terbang Mungkin sulit untuk mengkoordinasikan mata & tangan Faye Symbol Charts 27 - 30 bulan Simbol: rumah, mobil, apel, mobil, telpon, dst. Test ketajaman penglihatan pada infant dan anak yang sukar untuk ditest Berikan sinar pada mata. Evaluasi terhadap adanya kontriksi pupil, menutup mata, mengikuti cahaya, bertambahnya alertness, menolak untuk rnernbuka rnata setelah terkena cahaya. Walau begitu test ini tidak cukup untuk menilai penglihatan anak Test lain yang juga dapat digunakan adalah kernarnpuan bayi untuk 26

mengikuti suatu benda Bisa digunakan wajah pemeriksa, benda-benda berwarna lain Jika sampai 3 - 4 bulan, bayi belum mampu untuk mengikuti suatu berkas Lakukan pemeriksaan dengan optalmoskop Tanda lain adanya gangguan penglihatan ketidakmampuan untuk mengikuti suatu benda, strabismus yang nyata, nystagmus yang konstan, slow lateral movement. Tetapi adalah sulit untuk melihat bagian mata satu persatu. Adanya masalah pada satu sisi mata, mungkin merupakan indikasi adanya kerusakan pada ke-2 mata. Diperlukan test-test lain untuk meniastikan adanya kebutaan pada bayi. c. Pemeriksaan lapangan pandang Pada anak yang cukup usia dan kooperatif Minta anak untuk melihat satu objek (tangan pemeriksa) yang digerakkan pada 4 quadran penglihatan. Minta anak mengatakan 'stop' pada saat ia bisa melihat objek/tangan Normal : anak dalam melihat 50% : upward 70% : downward 60'0 : nasalward 90% : temporally Keterbatasan pada area tersebut, mungkin merupakan indikasi adanya kebutaan d. Penglihatan Warna 8 - 10% wanita kulit putih, mengalami 99 penglihatan warna Ada banyak variasi buta warna, yang paling banyak: protanomaly dan deuteranomally Protanomally: anak tidak bisa membedakan antara warna abu-abu/biru, pucat dengan hijau Deuteranomally: bingung antara abu-abu dengan ungu pucat dan hijau Secara umum, buta warna tidak menimbulkan masalah besar.Kesulitan memilih karir/pendidikan yang berkaitan dengan dengan warna: elektronik, fotografi, demografi, farmasi Test : Ishihara test Hardy-Rard Rittler (HRR) test Yaitu : gambar/huruf yang dibentuk dari berbagai komposisi warnawarna yang membingungkan untuk penderita buta warna k. TELINGA Terdiri atas inspeksi strukttr interna dan test pendengaran. 1. Inspeksi struksur exterrn Pinna (auricle) Periksa penempatan dan posisi telinga Bagian atas telinga harus melewati garis khayal dari sebelah dalam. Kebersihan telinga 2. Inspeksi struktur interna Menggunakan otoskop Observasi: membran timpani. Posisi : tarik telinga ke atas dan ke belakang pada posisi jam 10 atau tarik telinga kebawah dan ke belakang posisi jam 6-9. Sebelum prosedur ijinkan anak untuk mengeskplore perlengkapan.Atau demonstrasikan prosedur terlebih dahulu terhadap 27

orang tua. Atraumatik Care: Saat akan memeriksa anak, katakan pada anak -soya inginmelihat apakah ada gajah pada telinga kamuH.setelah selesai pemeriksaan katakan bahwa mencari gajah tersebut hanya perumpamaan saja.Ucapkan "terima kasihH atas ker jasama anak. Kaji dinding telinga.Normal berwarna pink Kaji adanya iritasi pada, benda asing dan infeksi Test ketajaman pendengaran. l. HIDUNG Adakah deviasi ? Simetri ? Minta anak untuk menegadahkan wajahnya soat pemeriksaan. Apakah ada napas cuping hidung ? Inspeksi struktur internal: mukosa, bengkak, discharge, kering atau perdarahan. Normal, mukosa hidung akan tampak lebih merah dari mukosa. m. MULUT DAN TENGGOROKAN 1. Bibir: warna. inflamasi, kering. 2. Inspeksi strukstur interna Inspeksi gigi, gusi dan palatu lunak dan palatum keras, uvula, tonsil dan oropharing posterior. Gunakan tongue spatel atau minta anak untuk mengatak "ahh. Inspeksi lidah 3. Inspeksi papila Abnormal: Coated tongue pada candidiasis Protrusion tongue ditemukan pada retardasi mental. 4. Inspeksi mukosa : normal berwarna pink adanya ulserasi dan perdarahan, bau mulut indikasi adanya penyakit gusi atau .kebersihan gigi yang kurang, plaque n. DADA INSPEKSI a. Bentuk Bayi : AP = Lateral Abnormal : Barrel chest = pyk paru kronik (asma dan cystic fibrosis) Pigeon breast (pectus carinatum), sternum keluar Funnel Chest (pectus b. Costal Angle Excavatum), bagian Ukur antara sternum dan batas tepi iga. bawah sternum (terdepresi) Gangguan pernapasan c. Simetris derajat 28 Normal 45

d. Gerakan dinding dada

Abnormal: > 45 deraja t= barrel chest, penya kit paru < 45 derajat = malnutrisi Normal:

e. Retraksi dinding dada f. Nipple

simetris skoliosis Sirnetris

Asimetris: Normal:

Gerakan dinnding dada = abdomen Anak < 67tahun, pernapasan abdomen Anak) 6-7 tahun, pernapasan dada Normal : pada midcJavicula iga 4-5 o. PARU-PARU Normal, Apeks: sela iga 3, basis anterior sela iga 8 dan basis posterior, sela iga ke 11 INSPEKSI PERNAPASAN Frekuensi Ritme Kedalaman Kualitas (sulit / spontan) PALPASI : Excursion

Simetris / tidak? Normal : pada napas dalam paru-paru bawah akan berkembang 5-6 cm Rasakan vibrasi yang simetris pada sternum + vetebra Maximal di apex paru, minimal di bagian basis 29

Vocal Fremitus

Fremitus menurun: penyakit paru Fremitus tidak ada: obstruksi bronkus pada aspirasi benda asing PERKUSI : i Pleural Friction Rub Crepitasi Resonan Dullness Flatness Tympan Pleural Friction Rub dan Crepitasi dapat diperiksa dengan auskultasi dan palpitasi Ditemukan pada semua bagian paru Jantung Hepar Gaster

AUSKULT ASI : Normal : Vesikuler Bronkovesikuler

Terdengar pada seluruh bagian paru kecuali intrascapular dan manubrium Inspirasi > ekspirasi Terdengar di manubrium dan upper intrascapular, pada trachea & bifurcatio bronkhus Inspirasi = ekspirasi Hanya pada trachea dan suprasternal Inspirasi < ekspirasi Karena adanya cairan pada jalan napas besar Karena adanya cairan pada jalan napas kecil Penyembpitan jalan napas (tumor, asma atau benda asing) Jalan napas besar terobstruksi oleh sekret yang kental.

Abnormal: Cracles Fine Crakles Wheeze Rhonki

Bronkhial

p. JANTUNG a. INSPEKSI : Penonjolan

Indikasi pembesaran jantung Pada anak yang sangat kurus sering ditemui pulsasi Sela iga ke-4 ( < 7 tahun) 30

b. PALPASI PMI (Point of

Maximum) Thrills Vibrasi yang disebabkan karena aliran darah pada satu bagian memalu bagian yang menyempit atau terbuka secara abnormal. Capilary refill

Sela iga ke-5 ( > 7 tahun) Palpasi paling kuat saat ekspirasi

Indiksi sirkulasi perifer Normal kurang dari 2 detik.

c. AUSKULT ASI : Bunyi jantung : S1 S2 S3 S4

Penutupan katup mitral dan trikuspidal Penutupan katup pulmonal dan aorta Normal terdengar pada anak-anak dan dewasa muda Abnormal

q. ABDOMEN a. INPEKSI Asites Tumor Organomegali Umbilicus : hernia, hygene Hernia inguinalis Hernia femoralis b. c. AUSKULTASI Peristaltik PERKUSI Tympani Flattnes Setiap 10 30 detik Gaster Hepar

d.

PALPASI : Mulai dari distal ke proksimal Hepar

Normal teraba pada bayi dan young children Ukuran 1-2 cm Hepatomegali jika lebih dari 3 cm Hepar akan turun saat inspirasi, hati-hati 31

dalam interpretasi Spleen Ginjal Blader Caecum Nadi femoralis Normal pada bayi dan young child Spleenomegali > 2 cm

r. GENITAL 1. Laki-laki : Glans Meatu s uretra Skrotu m Testis 2. Perempuan : Klitoris Lesi Vagina Labio mayora Labio minora Orificium uretra s. ANUS 1. 2. Polip Hemoroid

Femosis Hipospadi Hernia inguinalis, hidrochele Cryptochohidism

t. TULANG BELAKANG 1. Scoliosis 2. Dimple + rambut (pilonidal cyst) 3. Mobilitas sefik u. EKSTREMITAS 1. 2. 3. finger 4. 5. 6. 7.

Tulang belakang asimetris (depan, belakang, samping) Spina bifida Iritasi CNS

Simetris Jari Clubing Sianosis Temperatur Bentuk Bowleg

Polidaktili Gangguan sirkulasi Jarak tibia > 5 cm Biasa pada toddler saat belajar jalan Jarak maleoli > 7.5 cm 32

(Genu varum) 8. ( Genu valgum) 9. Babinski 10. 11. ROM Tonus otot Refleks Knock knee

Normal pada usia 2 7 tahun Hilang setelah 1 tahun Indikasi lesi spinal cord

33

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK Nama NPM No 1. : : Aspek yang dinilai 0 Tahap Pra-Interaksi 3) Siapkan alat yang akan digunakan, dekatkan pada pemeriksa. 4) Pastikan ruangan hangat, tenang dan cukup pencahayaan saat dilakukan pemeriksaan Tahap Orientasi 4) Perkenalkan diri pemeriksa pada keluarga 5) Jelaskan prosedur pemeriksaan, berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 6) Berikan privasi, lakukan pendekatan pada anak, gunakan mainan yang disukai oleh anak dan libatkan keluarga atau orangtua Tahap Kerja 5) Siapkan lembar pemeriksaan fisik anak yang akan digunakan 6) Bersihkan tangan dengan hand sanitizer 7) Siapkan alat yang telah disesuaikan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, meliputi aspek: 1. Keadaan umum : kesadaran, postur tubuh (kurus/gemuk) kelemahan 2. Tanda vital: suhu, nadi, frekuensi pernafasan, tekanan darah 3. TB/BB ( persentil ) 4. Lingkar Kepala 5. Mata 6. Hidung 7. Mulut 8. Telinga 9. Tengkuk 10. Dada 11. Jantung 12. Paru-paru 13. Perut 14. Punggung 15. Genitalia 16. Ekstrimitas 17. Kulit 4) Lakukan wawancara dengan orangtua bila diperlukan untuk melengkapi pemeriksaan 5) Berikan penilaian berdasarkan hasil pemeriksaan Tahap Terminasi 4) Observasi perubahan perilaku anak 5) Jelaskan pada keluarga berdasarkan kesimpulan hasil pemeriksaan 6) Kontrak untuk pertemuan berikutnya bila diperlukan 34 Nilai 1 2

2.

3.

4.

5.

Dokumentasi 3) Catat hasil pemeriksaan dan berikan kesimpulan pemeriksa 4) Catat tanggal, waktu, dan nama pemeriksa (tanda tangan). Nilai: Purwokerto, Evaluator,

Keterangan : 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakuan dengan tidak sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna

Batas lulus minimal 75% dari total nilai tindakan

(.)

35

PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS/BAYI 1. Pengertian Neonatus adalah organisme yang sedang berada pada periode adaptasi kehidypan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Masa neonatal adalah periode selama 1 bulan atau lebih tepatnya 4 minggu = 28 hari setelah lahir. Setiap bayi baru lahir perlu diperiksa / dikaji secara cermat pada seluruh sistem tubuhnya. Sedangkan bayi adalah individu yang berusia 40 hari sampai dengan 1 tahun. 2. Tujuan Merupakan tugas para tenaga kesehatan yaitu medis, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk secara berkesinambungan mengkaji adanya perubahan atau gejala suatu penyakit pada neonatus. 3. Cara Pemeriksaan Ada beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada neonates / bayi, antara lain: 1) Penilaian APGAR 2) Pengkajian usia gestasi dan maturitas fisik 3) Pemeriksaan reflex primitive 4) Pengukuran antropometri 5) Pemeriksaan fisik (tanda vital, pola fungsional organ tubuh) 4. Alat yang digunakan Stestoskop, ossilometric (jika ada), termometer aksila, timbangan, pengukur panjang badan badan, penlight, sarung tangan (k/p), buku catatan, pena, jam dengan detikan

36

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK BAYI/NEONATUS Nama Mahasiswa : . NPM : . No Aspek yang dinilai . A. Tahap Persiapan a. Cuci tangan b. Persiapan alat Stestoskop, ossilometric (jika ada), termometer aksila, timbangan, pengukur panjang badan badan, penlight, sarung tangan (k/p), buku catatan, pena, jam dengan detikan. B. Orientasi a. Menyapa, memperkenalkan diri, menjelaskan tugas perawat. b. Menjelaskan tujuan pemeriksaan, langkah prosedur, waktu (pada orangtua) c. Memberikan kesempatan anak/orangtua untuk bertanya d. Menjamin privasi C. Fase Kerja a. Mencuci tangan. b. Buka baju bayi. c. Periksa Keadaan Umum 1. Periksa kondisi umum (rewel, tenang, lemah, warna kulit) 2. Kaji kesadaran bayi (sadar penuh, letargis) 3. Kaji tanda-tanda vital (nadi, pernafasan, suhu) 4. Ukur PB, BB, LK, LD, LP. 5. Kaji reflek (moro, menghisap, mengenggam) 6. Kaji keaktifan dan tangisan bayi d. Periksa bagian kepala 1. kaji fontanela anterior (lunak, tegas, datar, menonjol, cekung) 2. Kaji sutura sagitalis (tepat, terpisah atau menjauh) 3. Amati kesimetrisan wajah 4. Amati adanya kaput succedanum dan cephalhematome d. Mata Kaji mata apakah bersih atau ada sekresi. e. THT 1. kaji telinga (normal/ abnormal) 2. hidung (bilateral, obstruksi, cuping hidung) 3. palatum (normal, abnormal) f. Toraks 1. Amati kesimetrisan toraks 2. amati adanya retraksi (derajat 0, 1,2) 3. Palpasi klavikula (normal/abnormal) g. Paru-paru 1. Auskultasi paru, amati suara nafas (kanan dan kiri sama atau tidak, adakah suara nafas tambahan), apakah bunyi nafas terdengar disemua lapang paru atau menurun. 2. Amati respirasi dan hitung frekuensinya.

Dilakukan 1 2

37

h. Jantung 1. amati iktus kordis 2. palpasi point maximal impuls 3. kaji adanya thriil 4. auskutasi suaran jantung (apakah bunyi normal sinus rytm (NSR), hitung frekuensinya i. Abdomen 1. kaji adanya kelainan dinding abdomen (tegas, datar) 2. auskultasi bising usus 3. perkusi abdomen (kembung, hipertimpani) 3. palpasi abdomen (supel atau keras) 4. palpasi hati (kurang atau lebih dari 2 cm) j. Ekstremitas 1. kaji apakah gerakan bebas 2. kaji kesimetrisan gerakan ekstremitas atas dan bawah k.Umbilikus Kaji adanya peradangan atau hernia umbilikalis k. Genetalia Pada wanita: amati labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra, liang vagina, sekret, catat adanya kelainan. Pada pria: Kaji ukuran penis, ujung meatus uretra (cek hipo/epispadia), kaji apakah testis sudah turun. m. Anus kaji kepatenan anus, ada tidaknya atresia ani, kaji peradangan n. Kulit 1. kaji warna kulit, kaji adanya mottled (mengindikasikan terpapar suhu dingin) 2. kaji turgor Fase Terminasi a. Evaluasi respon anak dan sampaikan hasil kesimpulan pemeriksaan kepada orangtua. Dokumentasi a. Dokumentasikan hasil pemeriksaan Nilai: Purwokerto, Evaluator,

C. D

Keterangan : 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakuan dengan tidak sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna

Batas lulus minimal 75% dari total nilai tindakan

(.)

38

PENGENALAN TIPE OBAT A. PENDAHULUAN Panduan ini disusun untuk membantu saudara mempelajari berbagai tipe obat secara mandiri. Sediaan obat di pasaran dikemas dalam berbagai bentuk. Tiap bentuk memiliki tujuan dan kegunaan khusus. B. LANGKAH-LANGKAH Untuk memudahkan pembelajaran dan pencapaian tujuan, saudara dianjurkan: 1. Mempelajari karakteristik masing-masing tipe obat 2. Mempelajari fungsi atau kegunaan masing-masing tipe obat C. SASARAN PEMBELAJARAN Dalam pembelajaran ini saudara diharapkan mampu memahami beberapa tipe obat D. SASARAN KHUSUS Setelah mempelajari buku ini saudara diharapkan mampu : 1. Menyebutkan karakteristik masing-masing tipe obat 2. Menyebutkan fungsi dan kegunaan masing-masing tipe obat 3. Menyebutkan keuntungan dan kerugian masing-masing tipe obat E. MATERI 1. PULVIS DAN PURVERES Serbuk adalah campuran kering bahan obat/zat kimia yang dihaluskan,ditujukan untuk pemakaian oral/untuk pemakaian luar (topikal). Syarat : halus,kering,homogogen. Pulvis berdasarkan cara memberikannya ada 2 : a. PULVIS/SERBUK TABUR = tidak terbagi-bagi Serbuk ringan untuk penggunaan permukaan topikal,dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. b. PULVERES = terbagi-bagi Serbuk yang terbagi dalam bobot yang sama,dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. GAMBAR PULVIS DAN PURVERES

39

Pengemas : kertas perkamen, kertas yang dilapisi parafin, kertas selofan dll. Digunakan untuk : anak anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet. Cara penggunaan ; dapat dicampur dengan air minum untuk oral. GRANUL:Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 m dengan atau tanpa vehikulum. Cara penggunaan: Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air /pelarut yang sesuai dengan volume tertentu, menurut petunjuk dalam brosur yang disediakan. Keuntungan bentuk sediaan serbuk : a. Penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak (tablet dan kapsul) b. Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair c. Lebih cepat di absorbsi d. Jumlah volume obat yang tidak praktis /sukar dapat diberikan dalam bentuk pulvis e. Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat dan dosisnya f. Untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat. Kerugian bentuk serbuk : a. Obat-obatan yang rusak oleh udara tidak boleh diberikan dalam bentuk serbuk, seperti garam-garam fero (mudah teroksidasi) menjadi garam feri,sebaiknya diberikan dalam bentuk coated tablet b. Membutuhkan waktu dalam meraciknya. c. Tidak tepat untuk obat yang tidak enak rasanya. d. Tidak tertutupinya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di lidah, amis dan lain lain) e. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah. 2. CAPSULAE=KAPSUL Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Cangkang dapat pula dibuat dari Metilsselulosa atau bahan lain yang cocok. Macam kapsul: a. Berdasarkan konsistensi cangkang kapsul 1) Kapsul keras terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif tinggi, atau dari pati. Cangkang kapsul mengandung: Zat warna berbagai oksida besi Bahan opak/pemburamTiO2 Bahan pendispersi Pengawet 2) Kapsul lunak skala besar Cangkang kapsul mengandung : Pewarna Bahan opak/pemburam Pengharum Pengawet Sukrosa 5% sebagai pemanis 40

Penyalut enterik b. Cara pemakaiannya Per rektal Per vaginal Peroral Topikal Bahan yang dapat diformulasi dalam bentuk kapsul : - BO padat - BO setengah padat - BO cair BENTUK CANGKANG KAPSUL

Keuntungan: Menutupi rasa dan bau bahan obat yang kurang enak Memudahkan penggunaannya dibanding serbuk Mempercepat penyerapannya dibanding pil dan tablet Kapsul gelatin keras cocok untuk peracikan, krn dosis dan kombinasi obat bisa disesuaikan Dapat dibuat sediaan cair jika diinginkan dengan konsentrasi tertentu Dapat utk sediaan lepas lambat Kerugian: Tidak sesuai untuk bahan obat yang mudah larut (KCl, KBr, NH4Br, CaCl2) larutan pekat dapat mengiritasi lambung Tidak dapat digunakan untuk bahan eflorescen (ada air kristalnya) dan delikuesen (menyerap air sampai menjadi larutan) 3. COMPRESSI=TABLET Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan. Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Bentuk tablet: Pipih, Cembung Jenis : Compressed tablet: large scale production dies under pressure (tons) Molded tablet: manual forcing, tablet hipodermik

Cara penggunaan Tablet kunyah lozenge, trochisi Tablet sublingual ISDN, steroid hormon 41

Tablet bukal (dimasukkan diantara pipi dan gusi di dalam rongga mulut) hormon Tablet effervescent (Na-karbonat) vitamin Tablet hisap atau trochisci antiseptik, antibiotik Tablet sisip atau pellet (dimasukkan implantasi dibawah kulit) hormon gonad Tablet hipodermik (dilarutkan dalam air steril dan diinjeksikan dibawah lidah) dinitrat material Keuntungan: 1. Tablet merupakan sediaan yang utuh dan menawarkan kualitas terbaik dari semua sediaan bentuk oral untuk ketepatan ukuran dan variabilitas kandungan yang paling rendah 2. Tablet merupakan sediaan yang ongkos pembuatannya paling murah 3. Tablet merupakan sediaan yang mudah dan murah untukdikemas dan dikirim 4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. Kerugian: 1. Bebrapa jenis obat tidak dapat di kempa menjadi padat dan kompak. 2. Obat yang sukar di basahkan, lambat larut, dosisinya cukup tinggi, absorbs optimumnya terlalu tinggi melalui saluran cerna. 3. Anak kecil: belum tentu suka dan sulit memakannya (ukurannya besar) MACAM, PEMAKAIAN DAN TEMPAT ABSORPSI TABLET

42

4. SUPPOSITORIA, OVULAE Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang digunakan adalah lemak coklat (Oleum Cacao), Polietilengli-kol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau gelatin. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila yang bagian besar masuk melalui otot penutup dubur, maka supositoria akan masuk dengan sendirinya. Ovula adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk telur, mudah melemah (lembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina. Ovula supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk. Supositoria dipakai untuk pengobatan local, baik dalam rectum maupun vagina atau uretra, seperti pada penyakit hemoroid, dan infeksi. Juga secara rectal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum dan ini digunakan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan, seperti pasien yang mudah muntah. Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi: 1. Suppositoria rectal : suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g. Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao. 2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium. 3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan 43

beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya. 4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan. BENTUK SUPOSITORIA DAN OVULAE

Keuntungan: 1. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung 2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan 3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat member efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral. 4. Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar. Kerugian: 1. Tidak menyenangkan penggunaan 2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan. 5. UNGUENTUM, CREMOR, PASTA, CERATA, JELLY Salep (unguenta/ointment) : Bentuk sediaan yang lunak, tidak bergerak dan tergolong sediaan semi padat, biasanya mengandung obat untuk pemakaian pada kulit atau pada membran mukosa. Sediaan salep bervariasi dalam komposisi, konsistensi dan tujuan penggunaannya. Beberapa variasi dari prototipe salep banyak digunakan dalam praktek peresepan dan dibedakan dengan namanya. Macamnya : unguenta, krim, pasta, jeli, oculenta,cerata. Macam sediaan salep: a. Unguenta : mengandung relatif lebih sedikit bahan dan perbedaan pokok dengan yang lainnya pada konsistensi; bila dipakaikan pada kulit akan melunakkan dan membentuk lapisan penutup pada permukaan kulit. Untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. b. Krim : Jenis salep yang dapat dicuci, memiliki konsistensi yang lebih lunak dan mengkilat, biasanya digunakan pada daerah yang teriritasi atau tempat yang sensitif. mengandung satu/ > bahan obat. Berbentuk emulsi minyak 44

c.

d. e.

f.

g.

h.

dalam air atau dispersi mikrokristal, asam-asam lemak atau alcohol, berantai panjang dalam air, mudah dibersihkan. Pasta : mengandung zat padat dalam persentase tinggi; popular digunakan pada bidang dermatologi, bersifat kaku, biasanya tidak meleleh pada suhu tubuh, membentuk dan mempertahankan lapisan pelindung pada area yang diaplikasikan. mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical, konsistensi lebih kenyal dari unguentum, tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum, mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 % Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta: Mengikat cairan sekret lebih baik dari unguentum Lebih melekat pada kulit Cerata : Salep berlemak, mengandung malam dalam persentase tinggi, titik lebur tinggi. Jeli : Salep yang sangat tipis, hampir cair, mengandung sedikit atau tanpa malam, digunakan pada membran mukosa, untuk tujuan melicinkan dan sebagai basis obat, biasanya terdiri dari ampuran sederhana lemak dengan titik leleh rendah dan minyak. jernih & tembus cahaya yang engandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut _lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak lilin, digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh rendah, dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi sebagai basis. Fungsi Salep : Dasar salep atau pembawa substansi obat untuk penggunaan pada kulit (topikal) Pelumas pada kulit Pelindung untuk mencegah kontak permukaan kulit dengan rangsang kulit SAPO Sediaan cair/setengah padat/padat yang terdiri dari campuran satu atau lebih bahan obat dengan suatu detergent/sabun. Sabun diperoleh dengan proses penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi. Bahan dasar : Penyabunan Alkali dengan lemak ( A no.3) Fungsi : pembersih kulit & pembawa obat Sediaan : Non Generik / Obat dengan nama dagang Oculenta ( ungentum ophtalmicae) Sediaan salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar/basis salep yang cocok. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang cocok. Vaselin Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Bahan dasar yang lain adalah beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar yang larut dalam air. Bahan dasar salep.

45

6. SOLUTIONES, MIXTURAE, ELIXIRA BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) CAIR a. SOLUTIONES/MIXTURA ( LARUTAN) Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal: terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.Diantara solutio dan mixtura tidak ada perbedaan yang pokok. Apabila menyebut solutio, jika hanya melarutkan satu jenis zat dalam pelarut yang cocok. Oleh karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya larutan topikal atau penggolongan didasarkan pada sistem pelarut dan zat pelarut dan terlarut seperti spiritus, tingtur dan air. 1) LARUTAN ORAL Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis dan pemanis dan pewarna yang larut dalam air atau campuran konsolven-air. 2) LARUTAN TOPIKAL Larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal larutan lidokain oral topikal untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. Istilah lotio digunakan untuk larutan atau suspesi yang digunakan secara topikal. Sifat-sifat: o Homogen o Dosis dapat diubah-ubah o Cocok untuk anak-anak, manula dan untuk penderita yang sukar menelan. o Absorpsi obatnya cepat, maka omset juga cepat o Dapat diberikan dalam larutan yang encer, untuk obat yang bersifat iritasi terhadap lambung. o Volume pemberian besar jika dibandingkan dengan tetes oral. o Obat-obat yang tidak stabil dalam air (misal: asetosal), jangan diberikan dalam bentuk sediaan cair karena obat dapat rusak. o Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar ditutupi, oleh karena itu biasanya ditambah pemanis atau perasa ( flavoring agen) o Untuk obat luar mudah pemakaiannnya. 46

SEDIAAN FARMASI YANG BERUPA LARUTAN / MIXTURA a. COLLUTORIA (KOLUTORIUM) Adalah obat cuci mulut, biasanya merupakan larutan pekat dalam air yang mengandung bahan deodoran, antiseptika, analgetika lokal atau adstringentia. Cara pemakaian : diencerkan dulu dengan sesuai aturan, lalu dikumur-kumur, tidak ditelan. Contoh: Effisol liquid. b. COLLYRIA Adalah obat cuci mata sediaan harus memenuhi syarat-syarat seperti tetes mata. c. GARGARISMA (Gargle) Adalah obat kumur, biasanya merupakan larutan pekat yang mengandung antiseptika atau adstringentia. Tujuan penggunaan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan, agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan. Cara pemakaian: diencerkan dulu dengan air sesuai aturan, kemudian dikumur-kumur sampai pharing, tidak boleh ditelan. Contoh: Betadingargle & mouthwash. d. ELIKSIRA (Eliksir) Larutan oral, selain mengandung bahan obat juga alkohol dan zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pewarna, zat pewangi dan zat perasa. Kadar Alkohol antara 3-75%, tetapi biasanya sekitar5-15%. Kegunaan akohol disini selain sebagai pelarut juga, juga sebagai pengawet atau corrigens saporis. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol.Proporsi jumlah alkohol yang digunakan bergantung pada keperluan. Zat aktif yang sukar larut dalam air dan larut dalam alkohol perlu kadar alkohol yang lebih besar. Kadar alkohol berkisar antara 1012%.Umumnya konsentrasinya 5-10%.Namun, ada eliksir yang menggunakan alkohol 3% saja, dan yang tertinggi dapat mencapai 44%.Pemanis yang biasa digunakan gula atau sirup gula, namun terkadang digunakan sorbitol, glycerinum, dan saccharinum. Sifat-sifat: 1) Cocok untuk penderita yang sukar menelan 2) Dibanding dengan sediaan sirup, eliksir kurang manis dan kurang kental. 3) Berhubung mengandung alkohol, hati-hati untuk penderita yang tidak tahan alkohol atau penderita tertentu, misal sakit hepar. Contoh: Bisovon eliksir, Batugin eliksir. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ELIKSIR 1. Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul 2. Rasanya enak 3. Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi. 4. Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak. 5. Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam botol kedap dan jauh dari sumber api. e. SIRUP Larutan oral yang selain mengandung bahan obat juga mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi sebagai pemanis, gliserol atau sorbitol sebagai pengental atau stabilisator, perasa (flavorong agent), pengawet dan pewarna. 47

Sifat- sifat sirup: 1. Homogen 2. Cocok diberikan untuk anak-anak dan penderita yang sukar menelan, rasanya lebih enak. Ada 4 macam sediaan sirup: 1. Sirup Simpleks, solutio oral mengandung glukosa/sakarosa 65%. Tidak berwarna, tidak beraroma, sering disebut sirup putih. 2. Sirup thymi, mengandung ekstrak thymi 36% ( biasanya sebagai expectorant), glukosa/sakarosa 64%. 3. Sirup obat, selain mengandung obat juga mengandung sakarosa <60%, biasanya 10%.Contoh : panadol sirup. 4. Sirup kering, sediaan padat yang berupa serbuk atau granul yang terdiri dari bahan obat, pemanis, perasa, pewarna, stabilisator, dan bahan lainnya, kecuali bahan pelarut. Apabila akan digunakan ditambah pelarut (air suling) sesuai petunjuk yang diminta. Pada umumnya bahan obat adalah antimikroba atau lainnya yang tidak larut dan tidak stabil dalam bentuk cair pada penyimpanan. f. MIXTURA AGITANDA ( CAMPURAN KOCOK) Mixtura agitanda adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut dalam cairan pembawa, sehingga cepat mengendap. Pada umumnya untuk pemakaian luar (topikal) dan dihindari penambahan stabilisator PGA(Pulvis gummi arabicium), tragakant. Contoh; Liquor Faberi (FMI). b. SUSPENSIONES ( SUSPENSI) Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi selain mengandung obat juga mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas. Contoh zat tambahan (stabilisator): PGA, tragakant, benzalkonium klorida. Tujuan stabilisator adalah menghambat pengendapan zat aktif obat sehingga pada penuangan obat pertama dan terakhir mendekati sama kadarnya. Suspensi merupakan cairan kental tetapi kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi, sediaan harus dikocok dan mudah dituangkan. Suspensi dapat digunakan secara oral maupun topikal. Contoh suspensi oral:Gelusil, Mylanta. Sifat-sifat: Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak dan manula. Pada umumnya ditambah pemanis,perasa( flavoring agent) Kecepatan absorpsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel yang terdispersi. Tidak terbentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sering menimbulkan cake yang menyulitkan obat terbagi rata pada pengocokan terutama untuk sediaan paten. SEDIAAN FARMASI LAIN YANG BERUPA SUSPENSI: 1. GELS / MAGMA Sediaan suspensi yang berbentuk kolodial dispersi. Kekentalannya lebih tinggi dibanding suspensi, karena zat aktif (obat) BM-nya lebih tinggi dan pada umumnya merupakan sedian Non Generik . Contoh; Polycrol gel 2. EMULSA (EMULSI) 48

Emulsi adalah sistem dua fase, salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan dalam air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air (A/M). emulsi dapat distabilkan dengan penambah bahan pengemulsi (surfaktan). Konsisten emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme, pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah metil, etil, propil dan butil paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium kuartener. Bentuk sediaan obat emulsi dapat digunakan untuk oral, topikal maupun injeksi. Tujuan penggunaan BSO emulsi : 1. Oral : memperbaiki absorbsi, memperbaiki rasa dan aroma 2. Topikal: mudah dibersihkan, penetrasi/absopsi lebih baik 3. Parenteral : memperbaiki absorpsi , memperpanjang efek. Kerugian BSO emulsi : 1. Oral : dalam penyimpanan dapat terjadi pemisahan antara air dan minyak yang tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan. 2. Topikal : dalam penyimpanan yang cukup lama dapat menjadi keras. Contoh obat dalam: Scott Emulsion; Contoh obat luar: Cream A/M atau M/A 3. GUTTAE (TETES) Sediaan cair berupa larutan (solutio), emulsi eliksir, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam dan luar, digunakan dengan cara meneteskan dengan alat penetes tertentu. Penetes yang dimaksud adalah penetes baku yang tertera dalam Farmakope Indonesia, yaitu penetes pada suhu 200C memberikan tetesan air suling yang bobotnya antara 47,5 mg dan 52,5 mg (1 tetes baku= 0,05 ml). jadi 1 ml= 20 tetes. Macam macam Guttae: 1. Guttae oral Obat tetes untuk oral, digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam minuman atau makanan. Bentuk sediaannya dapat berupa solutio, sirup, suspensi dan merupakan sediaan paten (nama dagang). Bahan obatnya berkhasiat sebagai antimikroba, analgetika-antipiretika, vitamin dan antitusif. Sifat-sifat: 1. Volume pemberian kecil, sehingga cocok untuk bayi dan balita. 2. Pada umumnya ditambah pemanis, perasa, pewarna, dan bahan tambahan lain yang sesuai dengan bentuk sediaannya. 3. Perhatikan kemasan pada bobotnya, sehingga aturan pakai tepat. Contoh: Triaminic drops 2. Guttae oris Obat tetes topikal yang digunakan untuk mulut, dengan mengencerkan lebih dahulu dengan air dan kemudian dikumur-kumur. Penggunaan sediaan ini untuk efek lokal ( antiseptika, lokal anastetik, analgetika, dll). Contoh: effisol liquid. 3. Guttae auriculares (tetes telinga) Obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Penggunaan sediaan ini untuk efek lokal. Khasiat obat yang sering digunakan meliputi antimikroba, antiseptika, kortikosteroid, lokal anastesik, dan zat uuntuk irigasi. Sifat-sifat: 49

a) Bahan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar bahan obat yang mudah menempel pada dinding telinga. Pembawa yang digunakan pada umumnya adalah propilen-glikol, gliserol, heksilen glikol dan minyak nabati. b) PH sebaiknya asam (5,0-6,0) 4. Guttae nasales (tetes hidung) Obat tetes untuk hidung dengan cara meneteskan bahan obat ke dalam rongga hidung. Komposisi selain zat berkhasiat juga mengandung zat pendapar, pengawet. Cairan pembawa umumnya digunakan air, sebaiknya isotonis atau hampir isotonis. Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai pembawa. PH sebaiknya antara 5,5-7,5 bahan obat pada umumnya berkhasiat sebagai dekongestan, lokal anastesik, antimikroba, dan antiseptika. Contoh: iliadin 0,025% . 5. Guttae opthalmicae (tetes mata) Obat tetes mata merupakan sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Apabila bentuk sediaan suspensi, harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan bila terjadi massa yang mengeras atau pengumpulan. Pada umumnya obat berkhasiat sebagai antimikroba, antiinflamasi, anastetika, diagnostika, midriatika, miotika dan zat irigasi. Sifat-sifat: 1. Steril 2. Isotonis atau hampir isotonis (hipertonis masih diperbolehkan) 3. Isohidris 4. Untuk pemakaian ganda (multiple) ditambah pengawet yang cocok, sedang untuk pemakaian tunggal atau untuk operasi tanpa bahan pengawet. Contoh: Cendometason guttae opthalmicae. c. INFUSA (INFUS) Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera di bawah ini, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan sejumlah yang tertera: Daun kumis kucing( orthosiphon folia) 0,5 bagian Daun tempuyung (sonchus folia) 2 bagian Temulawak( curcuma rhizoma) 4 bagian Contoh: Infus Orthosiphon 0,5 % BERBEDA DENGAN CAIRAN INFUS UNTUK TERAPI CAIRAN INTRAVENA. INFUSA SIMPLISIA TIDAK BOLEH ATAU DILARANG DIBERIKAN SECARA INTRAVENA (INFUSDABILATA). ISTILAH INFUSA DI SINI DITUJUKAN UNTUK MENUNJUKKAN METODE EKSTRAKSI BAHAN ALAM. EXTRACTUM ET EXTRACTUM LIQUIDUM (EKSTRAK DAN EKSTRAK CAIR) Ekstrak adalah sediaan paket yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dan simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk 50

yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. d. INJECTIONES (INJEKSI, OBAT SUNTIK) Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Berdasarkan bentuk sediaan: 1) Larutan : obat terlarut dalam air suling/minyak/pelarut organik yang lain. Contoh: inj Vit C, Inj luminal, inj valium. 2) Suspensi : obat tersuspensi dalam air suling/minyak Contoh: inj. Penicilin oil, Inj Cortison Acetat suspensi 3) Kristal steril untuk dibuat larutan Obat dalam bentuk kristal, sebelum disuntikkan, dilarutkan/disuspensikan terlebih dahulu dalam pelarut steril (umumnya dalam aqua pro injectie). Contoh : inj. Streptomycin sulfat, inj. Penicilin G Sodium 4) Kristal steril, untuk dibuat suspensi dengan zat cair steril yang ditentukan (umumnya aqua pro injetie) 5) Cairan intravena ( infundabilia : infus i.V) Sediaan steril berupa larutan atau suspensi dalam volume besar, untuk dosis tunggal. Sediaan digunakan untuk dehidrasi atau pemberian nutrisi secara parenteral. Contoh: inj. Ringer lactat, inj. Dextrose. PELARUT OBAT SUNTIK ( Vehiculum) 1) Pelarut air: aqua bidestilata steril (pro injectionem) 2) Pelarut bukan air: 3) Minyak: olea neutralisata ad injectionem Guna pelarut minyak ialah agar waktu kerja obat lebih lama. Minyak yang dipakai adalah minyak lemak berasal dari nabati, misalnya minyak kacang (Ol.Arachidis), minyak wijen ( Ol sesami), minyak zaitun ( Ol olivarum), dll. Pembawa minyak hanya dipakai penyuntikan ke dalam otot. Bukan minyak : alkohol, propilen-glikol, gliserin, parafin liq. Biasanya zat tersebut dicampurkan dengan air, selain sebagai pelarut juga digunakan untuk mempertinggi stabilitas obat atau hasil larutannya. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMBERIAN SECARA INJEKSI 1. Bekerjanya obat cepat (onset cepat) 2. Efek obat dapat diramalkan dengan tepat 3. Biovailabilitas sempurna atau hampir sempurna 4. Kerusakan obat dalam GIT dapat dihindari 5. Diberikan untuk penderita yang sakit keras, koma, an-cooperatif. 6. Rasa nyeri pada tempat suntikan 7. Efek psikologis pada penderita yang takut disuntik SEDIAAN STERIL YANG LAIN a. IMMUNOSERA ( Imunoserrum) Imunoserum adalah sediaan yang mengandung imunglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Imunoserum mempunyai kekuatan khas mengikat venon atau toksin yang dibentuk oleh bakteri, antigen virus atau antigen lain yang digunakan untuk pembuatan sediaan. 51

Imunoserum diperoleh dari hewan yang diimunisasi dengan penyuntikan toksin atau toksid, venin, suspensi, mikroorganisme atau antigen lain yang sesuai; selama imunisasi hewan tidak boleh diberi penisilin. Imunoglobin khas diperoleh dari serum yang mengandung kekebalan dengan endapan fraksi dan perlakuan dengan enzim atau cara kimia atau fisika lain. b. IRIGATIONES (Irigasi) Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh. Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan secara parenteral. Pada etiket diberi tanda bahwa sediaa ini tidak dapat digunakan untuk injeksi. c. VACCINA ( Vaksin ) Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari bakteria, riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid.

d. AEROSOLUM ( AEROSOL) Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga pemakaian lokal pada hidung ( aerosol nasal), mulut (aerosol lingua) atau paru-paru ( aerosol inhalasi). Pada aerosol inhalasi, ukuran partikel obat harus dikontrol dan terukur. Jenis aerosol lain dapat mengandung partikel-partikel berdiameter beberapa ratus mikrometer. Aerosol digunakan untuk obat dalam dan luar. Aerosol oral digunakan untuk pengobatan simtomatik, seperti pada asma bronkiale, sedangkan aerosol topikal untuk pengobatan berbagai penyakit kulit, juga untuk pertolongan pertama pada keadaan tertentu. Keuntungan bentuk sediaan aerosol: 1. Obat mudah dipakai hanya dengan menekan tombol. 2. Obat tidak terkontaminasi dengan bahan asing, ataupun rusak karena kelembaban udara, terutama untuk preparat yang digunakan untuk telinga, tenggorokkan dan hidung yang dapat dipakai berulang kali. 3. Sterilitas obat dapat dipertahankan 4. Untuk pemakaian topikal dapat uniform, membentuk lapisan yang tipis pada kulit tanpa menyentuh area sehingga menimbulkan efek dingin dan segar. 5. Obat yang perlu diberikan dalam dosis tertentu, wadahnya dilengkapi dengan katup khusus sebagai meterd aerosol sehingga dosisnya dapat terkontrol. Kerugian bentuk sediaan aerosol : 1. Harganya mahal 2. Bagi penderita asma atau emfisema apabila bronkus sudah banyak sekret (lendir), penggunaan aerosol inhalasi tidak efektif. e. INHALATIONES ( INHALASI) Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau untuk 52

memperoleh efek lokal atau sistemik. Larutan bahan obat dalam air steril atau dalam larutan natrium klorida untuk inhalasi dapat disempotkan menggunakan gas inert. Penyemprotan hanya sesuai untuk pemberian larutan inhalasi jika memberikan tetesan dengan ukuran cukup halus dan seragam sehingga kabut dapat mencapai bronkioli (2-6 um). Kelompok sediaan lain yang dikenal sebagai inhaler dosis terukur adalah suspensi atau larutan obat dalam gas propelan cair dengan atau tanpa konsolven dan dimaksud untuk memberikan dosis obat terukur ke dalam saluran pernapasan. Volume dosis tunggal yang umum diberikan mengandung 25-100 ul/ug tiap kali semprot, sedangkan dosis ganda biasanya lebih dari beberapa ratus. Contoh: Alupent aerosol. Serbuk dapat juga diberikan secara inhalasi, menggunakan alat mekanik secara manual untuk menghasilkan tekanan atau inhalasi yang dalam bagi penderita yang bersangkutan. Contoh: Bricasma inhaler. Jenis inhalasi khusus disebut inhalat terdiri dari satu atau kombinasi beberapa obat, yang karena bertekanan uap tinggi, dapat terbawa oleh aliran udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek. Wadah obat yang diberikan secara inhalasi disebut inhaler. Contoh: Vicks Inhaler.

SEDIAAN CAIR LAIN : 1. LOTION ( OBAT GOSOK) Sediaan cair yang dihunakan untuk pemakaiain luar pada kulit. Bentuk sediaan obat lotion dapat berupa solutio atau emulsi tergantung dari zat aktifnya. Sifat-sifatnya : Dioleskan pada kulit yang luka atau sakit sehingga membentuk lapisan yang tipis di permukaan kulit setelah kering. Sebagai pelindung atau pengobatan tergantung dari komponen zat aktifnya, Contoh : Baby Lo 2. LINIMENTUM ( LINIMENTA) Sediaan cair yang digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit . Bentuk sediaan linimentum dapat berupa emulsi, suspensi atau solutio dalam minyak atau alkohol tergantung dari zat aktifnya. Sifat-sifatnya : Dipakai pada kulit yang utuh ( tidak boleh adanya luka berakibat terjadinya iritasi) dan dengan cara digosokkan pada permukaan kulit. Apabila pelarutnya minyak, iritasinya berkurang apabila dibandingkan dengan pelarut alkohol. 53

Linimentum dengan pelarut alkohol atau hidroalkohol baik digunakan untuk tujuan counterrritan sedang pelarut minyak cocok untuk tujuan memijat atau mengurut. Contoh : Linimentum salonpas ( untuk counteriritant) KEUNTUNGAN BENTUK SEDIAAN LARUTAN Merupakan campuran homogen Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatannya. Dapat diberikan dalam bentuk larutan yang encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat terabsorpsi. Mudah diberi pemanis, pengaroma dan warna dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada anak-anak. Untuk pemakaian luar bentuk larutan mudah digunakan. KERUGIAN BENTUK SEDIAAN LARUTAN: Volume bentuk larutan lebih besar Ada obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan ELIXIR

DAFTAR PUSTAKA Cox, Shayne. 2008. Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production And Processes. Canada: John Wiley & Sons. Jenkins, Glenn L Et Al. 1957. The Art Of Compounding. 9th Edition. New York: Mcgraw-hill. Langley, Christopher A And Belcher, Dawn. 2008. Pharmaceutical Compounding And Dispensing. Chicago: Pharmaceutical Press.

54

RUTE PEMBERIAN OBAT Mempersiapkan dan memberikan obat ke klien adalah tanggung jawab perawat, sehingga sebelum melakukan medikasi seorang perawat harus memperhatikan lprinsip LIMA BENAR, yaitu : 1. Benar obat Ketika obat diterima dari apotek, perawat harus melihat kembali resep dokter yang biasanya ditulis direkam medik klien untuk meyakinkan bahwa obat yang diterima sesuai dengan order. 2. Benar dosis Sediaan obat ada yang single doses, sehingga siap untuk langsung diberikan kepada klien, tetapi ada juga yang membutuhkan keterampilan untuk menghitung dosis yang dibutuhkan sebelum diberikan kepada pasien. Dosis yang diberikan untuk klien yang satu bisa jadi berbeda dengan klien yang lain, untuk itu perawat perlu melihat dosis pemberian obat yang diorderkan dokter di rekam medis klien. 3. Benar klien Perawat perlu mengklarifikasi kembali nama dan nomor rekam medis klien sebelum memberikan obat (biasanya terdapat di white board diatas tempat tidur klien) atau dengan bertanya namanya secara langsung kepada klien atau keluarga. 4. Benar cara Obat diberikan kepada klien sesuai caranya, biasanya cara menggunakan obat terdapat pada label/pembungkus. Jika cara pemberian obat tidak tercantum, maka perawat perlu mengkonsultasikan kepada dokter. 5. Benar waktu Perawat harus tahu tentang waktu pemberian obat, apakah ada ketentuanya (misal setiap 8 jam dalam satu hari) atau hanya jika dibutuhkan. Kemudian perawat juga harus tahu apakah obat diberikan sebelum atau sesudah makan. 6. Benar Dokumentasi Cara pemberian obat tergantung bentuk sediaan, efek yang diharapkan serta kondisi fisik dan mental pasien. Macam macam rute pemberian obat adalah: 1. Oral Cara pemberian obat melalui oral adalah cara yang paling mudah, murah dan sering digunakan. Obat diberikan melalui mulut, ditelan dengan minuman/makanan atau dikunyah. Obat jenis ini aksinya lebih lambat dan efeknya lebih panjang. Obat yang diberikan melalui sublingual didesian agar dapat diserap setelah obat diletakan dibawah lidah. Obat ini tidak boleh dikunyah, karena akan mengganggu efek dari obat tersebut, klien juga tidak boleh minum sampai obat habis. Sedangkan pemberian obat melalui bukal, dilakukan dengan cara meletakan obat dalam bentuk sediaan padat dimukosa membran mulut hingga obat habis. Klien juga dilarang untuk menelan atau mengunyah obat, klien juga tidak diperbolehkan untuk minum sebelum obat habis. Aksi dari obat bisa lokal di mukosa mulut, bisa juga sistemik ke seluruh bagian tubuh. 2. Parenteral/Injeksi Pemberian obat melalui parenteral adalah pemberian obat dengan cara menginjeksikan obat dalam bentuk cair ke jaringan tubuh. Tipe pemberian obat parenteral meliputi empat cara, yaitu : a. Subcutaneus (SC) Injeksi dilakukan dibawah jaringan dermis b. Intradermal (ID) 55

Injeksi dilakukan didalam lapisan kulit, tepat dibawah epidermis c. Intramuskular (IM) Injeksi dilakukan di otot tubuh d. Intravena (IV) Injeksi dilakukan melalui vena 3. Topikal Obat diberikan dengan cara mengoleskan di kulit atau membran mukoa dengan efek obat lokal maupun sistemik tergantung jenis obat dan dosisnya. Kepekaan mukosa membran terhadap obat berbeda beda, cornea mata dan nasal adalah mukosa yang sensitif, sehingga seringkali klien mengeluh rasa seperti terbakar setelah diberikan obat tetes mata atau tetes hidung. Pemberian obat melalui mata Pemberian obat melalui hidung

Pemberian obat melalui hidung

Pemberian obat ditelinga anak

56

Pemberian obat di telinga orang dewasa Pengobatan pada mokosa rektal atau vagina biasanya lebih tidak iritatif jika dibandingkan dengan pengobatan di mukosa mata dan hidung.

Pemberian obat melalui vagina

Pemberian obat melalui rektum

Berbagai metode pemberian obat melalui mukosa : a. Memberikan obat cair secara langsung, misal obat tetes mata b. Insersi (memasukan obat ke lubang yang ada dalam tubuh, misal obat pencahar melalui rektal) c. Instillation (memasukan cairan secara perlahan pada body cavity) d. Irrigation (memasukan cairan dengan tujuan untuk membersihkan body cavity) e. Spraying (memasukan obat dengan cara menyemprotkan obat ke bagian tubuh tertentu) 57

4. Inhalasi Inhalasi adalah salah satu metode pemberian obat dengan cara memasukan obat melalui saluran pernafasan, biasanya dalam bentuk gas yang lembab. Hal ini disebabkan pada saluran pernafasan bawah terdapat area permukaan yang luas untuk absorpsi abat, karena terdapat hubungan antara alveoli dan kapiler. Pengobatan melalui inhalasi dapat memberikan efek lokal maupun sistemik.

Pemberi an obat menggunakan inhaler

Memberikan Obat Oral Nama Mahasiswa : Tanggal : No 1 . Keterampilan 0 Tahap Orientasi 1. Cek rekam medis klien, baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, baca juga kondisi klien yang berhubungan dengan kesulitan menelan, mual, muntah, inflamasi saluran cerna, penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal. 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : Baki obat, tempat obat, obat, alas, air minum 4. Menyiapkan kartu obat dan ambil obat sesuai dengan order dokter untuk satu kali waktu pemberian obat Tahap Pra Interaksi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Memulai tindakan dengan cara yang baik Tahap Kerja 1. Perawat mencucl tangan dan memakai sarung tangan 58 Nilai 1 2

2 .

3 .

4 .

5 .

2. Bantu klien pada posisi side lying 3. Pasang alas dibawah dagu klien 4. Berikan obat kepada klien a. Tawarkan kepada klien segelas air untuk membantu menelan obat b. Jika obat sublingual, minta klien untuk membuka mulut dan meletakan obat dibawah lidah. c. Jika obat bukal, minta klien membuka mulut dan meletakan obat diantara gigi dan pipi klien Perawat tetap bersama klien hingga yakin obat telah diminum, jika belum yakin, minta klien untuk membuka mulutnya d. Melepas alas e. Membantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman f. Membereskan peralatan g. Mencuci tangan Tahap Terminasi 1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 2. Beri reinforcement positif pada klien 3. Kontrak pertemuan selanjutnya 4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 5. Cuci tangan Dokumentasi Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, dosis, waktu pemberian, respon klien)

Catatan : perawat mengobservasi keadaan klien 30 menit setelah pemberian obat, jika terdapat tanda tanda intoksikasi obat, segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai > 75 % dari total nilai seluruh tindakan

Memberikan Obat Mata (Cair dan Salep) Nama Mahasiswa : Tanggal : N Keterampilan Nilai o 0 1 2 1 Tahap Orientasi . 1. Cek rekam medis klien, , baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, baca nama klien, nama obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu, mata kanan/kiri 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : kartu obat, tissue, waskom berisi air hangat, washlap, alas, sarung tangan, dan obat dalam kemasan, 2 Tahap Pra Interaksi . 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 59

5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Memulai tindakan dengan cara yang baik 3 Tahap Kerja . 1. Perawat mencucl tangan dan memakai sarung tangan 2. Pasang alas di bawah dagu klien 3. Posisikan klien supine 4. Kaji kondisi mata 5. Jika pada mata terdapat kotoran, ambil washlap yang dibasahi air hangat, kemudian bersihkan daerah sekitar mata dari arah dalam ke luar a. Obat tetes mata 6. Gunakan cotton ball atau tissue untuk menekan bagian bawah mata 7. Minta klien melihat ke arah atas 8. Ambil obat mata, kemudian teteskan obat di konjungtiva, jumlah tetesan sesuai order 9. Jika klien menutup mata, atau tetesan tidak tepat di mata, ulangi sekali lagi 10. Minta klien untuk menutup mata perlahan b. salep mata 6. Gunakan cotton ball atau tissue untuk menekan mata bagian bawah 7. Minta klien untuk melihat ke atas 8. Ambil salep mata, oleskan pada konjungtiva secukupnya, kemudian oleskan pada garis mata bagian atas 11. Bersihkan daerah sekitar mata dari obat 12. Membereskan peralatan 13. Lepas sarung tangan kemudian mencuci tangan 4 Tahap Terminasi . 1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 2. Beri reinforcement positif pada klien 3. Kontrak pertemuan selanjutnya 4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 5 Dokumentasi . Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, jumlah tetesan, waktu pemberian, mata kanan/kiri, respon klien) Catatan : perawat mengobservasi keadaan klien 30 menit setelah pemberian obat, jika terdapat tanda tanda intoksikasi obat, segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai > 75 % dari total nilai seluruh tindakan

60

Memberikan Obat Tetes Telinga Nama Mahasiswa : Tanggal : N Keterampilan Nilai o 0 1 2 1 Tahap Orientasi . 1. Cek rekam medis klien, baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, cek nama klien, nama ibat, konsentrasi, waktu pemberian, jumlah tetesan, telinga kanan/kiri. 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : kartu obat, botol obat, cotton tipped apllicator, cotton ball, tissue, sarung tangan 4. Menyiapkan kartu obat dan ambil obat sesuai dengan order dokter untuk satu kali waktu pemberian obat 2 Tahap Pra Interaksi . 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Memulai tindakan dengan cara yang baik 3 Tahap Kerja . 1. Perawat mencucl tangan dan memakai sarung tangan 2. Bantu klien pada posisi side lying miring, sehingga telinga yang 61

akan diberi obat terletak diatas Pasang alas dibawah dagu klien Kaji kondisi telinga eksternal dan lubang telinga Jika terdapat serumen, bersihkan terlebih dahulu Gunakan sarung tangan Bersihkan lubang telinga dari serumen Berikan obat kepada klien : a. Buka lubang telinga dengan menarik auricula ke arah bawah dan belakang (anak) dan kearah atas untuk orang dewasa b. Letakan obat kira kira 1 cm diatas lubang telinga c. Teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dengan order dokter d. Minta klien tetap dalam posisi side-lying selama 2 3 menit e. Lakukan massase yang lembut pada daerah tragus telinga f. Jika dibutuhkan, letakan cotton ball di lubang telinga (jangan memasukan terlalu dalam) g. Ambil cotton ball setelah 15 menit 9. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 10. Bantu klien pada posis yang nyaman 11. Kaji bagian luar telinga etelah dilakukan pengobatan 12. Membereskan peralatan 4 Tahap Terminasi . 1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 2. Beri reinforcement positif pada klien 3. Kontrak pertemuan selanjutnya 4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 5. Cuci tangan 5 Dokumentasi . Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, dosis, waktu pemberian, respon klien) Observasi klien 30 menit setelah pemberian obat, jika ada tanda intoksikasi obat, segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai > 75 % dari total nilai seluruh tindakan 3. 4. 5. 6. 7. 8.

62

Memberikan Obat Tetes Hidung Nama Mahasiswa : Tanggal : N Keterampilan Nilai o 0 1 2 1 Tahap Orientasi . 1. Cek rekam medis klien, baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, cek nama klien, nama ibat, konsentrasi, waktu pemberian, jumlah tetesan, hidung kanan/kiri. 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : kartu obat, botol obat, bantal kecil, washlap 4. Menyiapkan kartu obat dan ambil obat sesuai dengan order dokter untuk satu kali waktu pemberian obat 2 Tahap Pra Interaksi . 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Memulai tindakan dengan cara yang baik 3 Tahap Kerja . 1. Perawat mencuci tangan dan menggunakn sarung tangan 2. Inspeksi kondisi eksternal hidung dan sinus 3. Minta klien untuk menghembuskan napas (jika tidak ada kontraindikasi) 63

4. Bantu klien pada posisi supine a. Posterior pharynx tarik kepala kebelakang b. Ethmoid/Sphenoid sinus tarik kepala kebelakang atau letakan bantal kecil dibawah dagu c. Frontal/Maxillary sinus tarik kepala klien kebelakang, kemudian miringkan, letakan bantal kecil dibelakang kepala untuk menahan dari belakang dan satu tangan perawat menahan dari depan 5. Berikan obat kepada klien : a. Minta klien untuk bernafas melalui mulut b. Letakan obat kira kira 1 cm diatas hidung c. Teteskan obat denagn jumlah tetesan sesuai order dokter 6. Pertahankan posisi klien selama 5 menit 7. Bersihakan derahsekitar hidung, jika ada obat yang menetes 8. Bantu klien ke posisi yang nyaman 9. Lepas sarung tangan dan mencuci tangan 10. Kaji bagian luar hidung etelah dilakukan pengobatan 11. Membereskan peralatan 4 Tahap Terminasi . 6. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 7. Beri reinforcement positif pada klien 8. Kontrak pertemuan selanjutnya 9. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 10. Cuci tangan 5 Dokumentasi . Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, dosis, waktu pemberian, respon klien) Catatan : perawat mengobservasi keadaan klien 30 menit setelah pemberian obat, jika terdapat tanda tanda intoksikasi obat, segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai > 75 % dari total nilai seluruh tindakan

64

Memberikan Obat Rectal Suppositoria Nama Mahasiswa : Tanggal : N Keterampilan Nilai o 0 1 2 1 Tahap Orientasi . 1. Cek rekam medis klien, baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, cek nama klien, nama obat, bentuk obat, cara dan waktu pemberian,riwayat operasi/perdarahan di rectum, 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : kartu obat, lubricating jelly, obat, tissue, sarung tangan 4. Menyiapkan kartu obat dan ambil obat sesuai dengan order dokter untuk satu kali waktu pemberian obat 2 Tahap Pra Interaksi . 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Jaga privacy klien 7. Memulai tindakan dengan cara yang baik 3 Tahap Kerja . 1. Perawat mencucl tangan dan memakai sarung tangan 65

Bantu klien dalam posisi sims Bantu klien membuka/menurunkan pakaian bagian bawah Kaji kondisi anus eksternal, lakukan palpasi pada area rectum. Jika sarung tangan kotor, ganti dengan sarung tangan yang bersih Buka obat, berikan jelly di bagian luar anus Minta klien untuk melakukan napas dalam menggunakan mulut dan relaksasi otot sfinkter anal 8. Buka pantat dengan tangan predominan, masukan obat dengan tangan yang menggunakan sarung tangan secara perlahan sedalam 10 cm (dewasa) dan 5 cm (anak dan infant) 9. Bersihkan area sekitar anus dengan menggunakan tissue 10. Lepas sarung tangan dan mencuci tangan 11. Bantu klien pada posisi supine atau miring selama 5 menit 12. Jika obat adalah laxatif, jelaskan klien sebentar lagi akan merasa ingin BAB. 13. Jika klien tidak bisa BAB sendiri, maka perawat mmbantu klien melakukan BAB 14. Lepas sarung tangan dan cuci tangan 15. Bantu klien pada posisi yang nyaman 16. Membereskan peralatan 4 Tahap Terminasi . 11. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 12. Beri reinforcement positif pada klien 13. Kontrak pertemuan selanjutnya 14. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 15. Cuci tangan 5 Dokumentasi . Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, dosis, waktu pemberian, respon klien) Catatan : perawat mengobservasi keadaan klien 30 menit setelah pemberian obat, jika terdapat tanda tanda intoksikasi obat/obat keluar segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai > 75 % dari total nilai seluruh tindakan

2. 3. 4. 5. 6. 7.

66

Memberikan Obat Vaginal Suppositoria / Foam Nama Mahasiswa : Tanggal : N Keterampilan Nilai o 0 1 2 1 Tahap Orientasi . 1. Cek rekam medis klien, baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, cek nama klien, nama obat, bentuk obat (krim/supositiria), cara dan waktu pemberian, dosis. 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : kartu obat, lubricating jelly, obat, tissue, sarung tangan 4. Menyiapkan kartu obat dan ambil obat sesuai dengan order dokter untuk satu kali waktu pemberian obat 2 Tahap Pra Interaksi . 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Jaga privacy klien 7. Memulai tindakan dengan cara yang baik 3 Tahap Kerja . 1. Perawat mencucl tangan dan memakai sarung tangan 2. Bantu klien dalam posisi dorsal recumbent 3. Bantu klien membuka/menurunkan pakaian bagian bawah 67

4. Kaji area eksternal genitalia dan lubang vagina 5. Tanyakan kepada klien apakah akan memasukan obat sendiri atau dibantu perawat 6. Berikan obat kepada klien : a. Obat Supositoria 7. Buka obat, berikan jelly di lubang vagina 8. Minta klien untuk melakukan napas dalam menggunakan mulut dan relaksasi otot daerah genitalia 9. Buka labia mayora dengan tangan predominan, masukan obat dengan tangan yang menggunakan sarung tangan secara perlahan sedalam 7,5 - 10 cm 10. Bersihkan daerah genitalia eksternal menggunakan tissue b. Obat jelly/foam 8. Isi aplikator dengan menggunakan jelly/foam 9. Buka labia mayora dengan tangan predominan, masokan aplikator sedalam 5 7,5 cm. Masukan obat ke dalam vagina 10. Bersihkan daerah genitalia eksterna menggunakan tissue 11. Bantu klien memakai pakaian bawah 12. Bantu klien pada posisi supine selama 10 menit 13. Lepas sarung tangan dan mencuci tangan 14. Bantu klien pada posisi yang nyaman 15. Membereskan peralatan 4 Tahap Terminasi . 1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 2. Beri reinforcement positif pada klien 3. Kontrak pertemuan selanjutnya 4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 5. Cuci tangan 5 Dokumentasi . Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, dosis, waktu pemberian, respon klien) Catatan : perawat mengobservasi keadaan klien 30 menit setelah pemberian obat, jika terdapat tanda tanda intoksikasi obat/obat keluar segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai > 75 % dari total nilai seluruh tindakan

68

Memberikan Obat Inhaler Nama Mahasiswa : Tanggal : N Keterampilan Nilai o 0 1 2 1 Tahap Orientasi . 1. Cek rekam medis klien, baca kembali order dokter dengan menggunakan prinsip LIMA BENAR, cek nama klien, nama obat, bentuk obat (krim/supositiria), cara dan waktu pemberian, dosis. 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat-alat : kartu obat, obat inhaler, tissue 4. Menyiapkan kartu obat dan ambil obat sesuai dengan order dokter untuk satu kali waktu pemberian obat 2 Tahap Pra Interaksi . 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (cocokan dengan kartu obat) 2. Kenalkan nama dan tanggung jawab perawat 3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan pada klien 4. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya 5. Tanyakan kepada klien apakah ada keluhan 6. Jaga privacy klien 7. Memulai tindakan dengan cara yang baik 3 Tahap Kerja . 1. Perawat mencucl tangan 2. Bantu klien duduk dikursi 3. Jelaskan kepada klien cara menggunakan inhaler : a. Lepaskan penutup inhaler, pegang inhaler tegak, genggam dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah b. Kocok inhaler c. Dongakkan kepala kebelakang dan hembuskannapas d. Buka mulut, letakan inhaler dengan jarak 0,5 cm dari mulut e. Sambungkan spacer ke mouthpiece inhaler f. Letakan mouthpiece inhaler atau spacer ke mulut g. Tekan Inhaler ke bawah sambil dihirup perlahan h. Tarik nafas perlahan selama 2 3 detik i. Tahan nafas selama 10 detik j. Jika dibutuhkan dosis dua kali semprotan, tunggu satu menit diantara dua semprotan 8. Pasang kembali tutup inhaler 9. Bersihkan dengan menggunakan tissue jika ada cairan inhaler dipipi. 10. Bantu klien kembali ke posisi semula 4 Tahap Terminasi . 1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif) 2. Beri reinforcement positif pada klien 3. Kontrak pertemuan selanjutnya 4. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang balk 5. Cuci tangan 5 Dokumentasi 69

Perawat mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan di rekam medis klien (nama obat, dosis, waktu pemberian, respon klien) Catatan : perawat mengobservasi keadaan klien 30 menit setelah pemberian obat, jika terdapat tanda tanda intoksikasi obat segera lapor dokter Keterangan: = tidak dilakukan Purwokerto,.................. 0 Penguji 1 = dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = dilakukan dengan sempurna

70

OBAT INJEKSI Menyiapkan Obat Suntikan dari Ampul atau Vial 1. Ampul adalah wadah gelas bening dengan bagian leher menyempit. Wadah ini berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cair. Perawat harus mematahkan leher ampul untuk dapat mencapai medikasi. Saat menghisap medikasi, perawat menggunakan teknik aseptik (mencegah jarum agar tidak menyentuh permukaan luar ampul). Cairan dapat diaspirasi dengan mudah ke dalam spuit cukup dengan menarik ke belakang plunger spuit.

2. Vial adalah wadah dosis tunggal atau multi dosis dengan penutup karet di atasnya. Cap logam melindungi penutup steril sampai vial siap digunakan. Vial berisi medikasi dalam bentuk cairan dan/atau kering. Vial merupakan sistem tertutup, dan harus disuntikkan udara ke dalam vial untuk memudahkan mengambil cairan di dalamnya. Jika gagal untuk menyuntikkan udara sebelum mengambil obat bagian dalam vial tetap vakum sehingga untuk mengambil obat di dalam vial tersebut menjadi sulit.

3. Syringe Syringe terdiri dari barrel silinderis dengan ujung yang dibentuk pas untuk jarum dan pada bagian belakang terdapat pendorong karet. Saat ini syringe sekali pakai (disposible) lebih banyak digunakan untuk menghindari infeksi silang. Syringe memiliki beragam ukuran: 1 cc; 2,5 cc; 3 cc; 10 cc; 20 cc; 50 cc. Gambar.3 Syringe

4. Jarum suntik Jarum suntik memiliki bentuk yang spesifik. Ujungnya runcing. Satuan diameter jarum gauge (G). Semakin kecil gauge, semakin besar diameter jarum. Pemilihan gauge berdasarkan viskositas larutan yang akan diinjeksikan (Potter & Perry, 1997). Jarum biasanya dikemas terpisah dari syringe. Ukuran syringe dan jarum pada masing-masing tipe injeksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 71

Tipe Injeksi Sub Cutan Intra Muscular Intra Dermal

Ukuran syringe 1-2 cc 2-3 cc (dewasa) 1-2 cc (anak-anak) 1 cc

Ukuran jarum 25 G 19-23 G 26 G

Peralatan - Spuit dan jarum dengan ukuran yang diperlukan - Ampul atau vial dari medikasi yang diresepkan - Kapas alkohol atau kasa 2 x 2 inci - Metal (opsional) - Jarum spuit ekstra Langkah-Langkah 1. Cuci tangan untuk mengurangi infeksi nosokomial 2. Siapkan medikasi; Ampul a. Sentil bagian atas ampul dengan perlahan dan cepat menggunakan jari. Menurunkan semua cairan yang terkumpul di atas leher ampul. Semua larutan bergerak ke dalam bilik yang lebih rendah.

b. Letakkan bantalan kasa kecil atau kapas alkohol mengelilingi leher ampul. Melindungi jari dari trauma ketika gelas ampul pecah. c. Patahkan leher ampul ke arah menjauhi tangan anda. Jika leher ampul tidak patah, gunakan metal untuk mengikir salah satu sisi leher. Mencegah percikan gelas ke arah jari atau wajah anda

72

d. Pegang ampul baik dengan posisi menjorok atau tegak. Masukkan jarum spuit ke dalam lubang ampul. Jangan biarkan ujung jarum atau batang spuit menyentuh pinggiran ampul. Bagian pinggir ampul yang pecah dianggap terkontaminasi. CATATAN: Ampul dapat saja dipegang menjorok atau miring sepanjang bagian ujung jarum tidak menyentuh , pinggiran ampul. e. Aspirasi medikasi ke dalam spuit dengan menarik ke belakang plunger Menarik plunger ke belakang menciptakan tekanan negatif di dalam barrel yang mendorong cairan ke dalam spuit.

f. Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan cairan. Jika memegang ampul tegak lurus, angkat ke atas untuk memungkinkan semua cairan masuk ke dalam spuit. Mencegah aspirasi gelembung udara.

g. Jika gelembung udara teraspirasi, jangan mengeluarkan udara ke dalam ampul. Tekanan udara akan mendorong cairan ke luar ampul, dan medikasi di dalamnya akan terbuang h. Untuk mengeluarkan gelembung udara, angkat jarum dari dalam ampul. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Tarik bagian plunger sedikit dan dorong kembali ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan. Menarik plunger terlalu jauh akan menariknya dari barrel spuit. Menahan spuit ke arah vertikal memungkinkan cairan tetap berada di dasar barrel. Menarik kembali plunger memungkinkan cairan di dalam jarum memasuki barrel. i. Jika spuit terlalu banyak terisi udara, gunakan bak untuk membuang. Pegang spuit ke arah vertikal terhadap ujung jarum, hentakan sedikit ke bak. Dengan perlahan keluarkan kelebihan cairan ke dalam bak. Periksa ulang ketinggian cairan dengan memegang spuit ke arah vertikal. Medikasi lebih aman dibuang ke bak. Memeriksa ulang ketinggian cairan memastikan dosis yang tepat Vial a. Lepaskan cap logam untuk memajan penutup karetnya. Vial dilengkapi dengan cap untuk mencegah kontaminasi penutup. 73

b. Dengan kapas alkohol, usap permukaan penutup karet. Membuang debu atau kotoran tetapi tidak mensterilkan permukaan c. Lepaskan cap jarum. Tarik pulunger ke belakang untuk mengumpulkan sejumlah udara yang sama dengan volume medikasi yang akan diaspirasi Mencegah pembentukan tekanan negatif ketika mengaspirasi medikasi. Anda pertama-tama harus menyuntikkan udara ke dalam vial.

d. Masukkan bagian ujung jarum, dengan bevel jarum mengarah ke atas, menembus bagian tengah penutup karet (Gbr. 52). Bagian tengah dari penutup karet merupakan bagian yang tertipis dan lebih mudah untuk menusukkannya. Menjaga bagian bevel ke arah atas dan memberikan tekanan ringan mencegah pemotongan karet sebagai penutup

e. Keluarkan udara ke dalam vial, jangan biarkan plunger kembali ke atas. Udara harus terlebih dahulu disuntikkan ke dalam vial sebelum mengaspirasi cairan. Plunger mungkin akan terdorong kembali ke belakang oleh tekanan udara di dalam vial f. Balikkan vial sambil tetap memegang vial dengan kuat pada spuit dan plunger. Pegang vial antara ibujari dan jari tengah pada tangan yang dominan. Raih bagian ujung barrel dan plunger dengan ibujari dan jari telunjuk dari tangan yang dominan. Membalikkan vial memungkinkan cairan untuk tetap berada di pertengahan bawah vial. Posisi tangan mencegah plunger dan memudahkan memanipulasi spuit dengan mudah. g. Tahan bagian ujung jarum di bawah ketinggian cairan. Mencegah aspirasi udara h. Memungkinkan tekanan udara untuk secara bertahap mengisi spuit dengan medikasi. Tarik kembali plunger jika perlu. Tekanan positif di dalam vial mendorong cairan ke dalam spuit

74

i. Sentil bagian barrel dengan hati-hati untuk melepaskan semua gelembung udara. Keluarkan semua udara yang terdapat di atas spuit ke dalam vial. Menyentil dengan kuat barel ketika jarum berada di dalam vial dapat membengkokkan jarum. Akumulasi udara akan menggantikan medikasi dan menyebabkan kesalahan dosis. j. Manakala dosis yang sesuai sudah terpenuhi, angkat jarum dari dalam vial dengan menarik ke belakang barrel spuit. Menarik plunger dan bukan barrel menyebabkan terlepas dari barrel dan medikasi dapat terbuang. k. Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, lepaskan jarum dari vial dengan menarik barrel ke belakang. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas dan sentil-sentil untulC melepaskan gelembung. Tarik sedikit plunger dan dorong plunger ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan. Menarik plunger terlalu jauh akan menariknya dari berrel. menahan spuit secara vertikal memungkinkan cairan untuk tetap berada di dasar barrel. Menarik kembali plunger memungkinkan cairan di datam jarum masuk ke dalam barrel.

l. Berikan label pada vial jika masih tersisa obat di dalamnya. Catat jumlah larutan dan konsentrasi obat. Menjamin pemberian obat yang akurat ketika diberikan obat berikutnya 3. Bungkus jarum dengan capnya. Ganti jarum yang terdapat pada spuit. Mencegah kontaminasi jarum dan melindungi perawat dari tusukan jarum. Penggantian jarum diharuskan jika perawat menduga terdapat obat pada batang jarum. Jarum baru mencegah ceceran obat pada kulit dan jaringan subkutan. 4. Buang alat-alat yang basah di tempat yang telah disediakan. Mencegah penularan infeksi. 5. Cuci tangan. Mengurangi transmisi mikroorganisme Kewaspadaan Perawat Pastikan bahwa tekanan udara tidak mendorong plunger keluar dari barrel spuit. Ini akan menyebabkan kontaminasi spuit. 75

Pemberian Suntikan Subkutan dan Intramuskular Menyuntikkan obat adalah prosedur invasif yang mencakup memasukkan obat melalui jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Teknik aseptik harus dipertahankan karena klien berisiko terhadap infeksi mana kala jarum suntik menusuk kulit. Karakteristik jaringan mempengaruhi kecepatan penyerapan obat dan awitan kerja obat. Oleh karenanya sebelum menyuntikan obat, perawat harus mengetahui volume obat yang akan diberikan, karakteristik obat, dan letak struktur anatomi di bawah tempat yang akan disuntik.Untuk suntikan subkutan, medikasi dimasukkan ke dalam jaringan ikat jarang di bawah dermis. Karena jaringan subkutan tidak mempunyai banyak pembuluh darah, absorpsi obat agak sedikit lambat dibanding suntikan intramuskular. Jaringan subkutan mengandung reseptor nyeri, jadi hanya obat dalam dosis kecil yang larut dalam air, yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui rute ini. Rute intramuskular memberikan absorpsi obat lebih cepat. Bahaya kerusakan jaringan menjadi lebih sedikit jika obat diberikan jauh ke dalam otot. Otot juga kurang sensitif terhadap obat-obat yang kental dan mengiritasi. Namun, ada risiko yang merugikan dari penyuntikan ke dalam pembuluh darah jika perawat tidak cermat. Peralatan - Spuit (ukuran beragam sesuai dengan volume obat yang akan diberikan) - Jarum (ukuran beragam sesuai dengan tipe jaringan dan ukuran klien; intramuskular-diameter 20 sampai 30 dan panjangnya 2,5 sampai 3,75 cm (dewasa); diameter 25 sampai 27 dan panjang 1,25 sampai 2,5 cm [anak] [Whaley and Wong, 1991]; subkutan-diameter 25 sampai 27 dan panjang 1,25 sampai 2,1 cm) - Kasa antiseptik (mis., alkohol) - Ampul atau vial obat - Formulir atau kartu obat Langkah-Langkah 1. Cuci tangan.dan kenakan sarung tangan steril Mengurangi transmisi mikroorganisme. 2. Kumpulkan peralatan dan periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu pemberian. Memastikan keakuratan urutan pemberian. 3. Siapkan medikasi dari ampul atau vial Memastikan bahwa medikasi yang akan diberikan steril. 4. Periksa pita identifikasi klien dan tanyakan nama klien. Kaji terhadap alergi. Pastikan bahwa pasien yang tepat mendapatkan obat yang tepat. 5. Jelaskan prosedur pada klien dan lanjutkan dengan cara yang tenang. Membantu klien mengantisipasi tindakan perawat.

6. Pilih tempat penyuntikan yang tepat. palpasi tempat tersebut terhadap edema, massa, atau nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet, atau infeksi. 76

Tempat suntikan harus bebas dari lesi yang mungkin mengganggu absorpsi obat. Diperlukan massa otot yang cukup untuk memastikan suntikan intramuskular akurat ke dalam jaringan yang tepat. Saat memberikan heparin subkutan, gunakan tempat suntikan abdomen. Untuk penyuntikan intramuskular, palpasi otot untuk menentukan ukuran dan kekerasannya. CATATAN: Antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan lokal dan memar jika disuntikan ke dalam area seperti lengan dan tungkai, yang melibatkan aktivitas muskular. 7. Dalam kasus penyuntikan insulin yang berulang setiap hari jangan gunakan tempat penyuntikan. Rotasikan didalam satu region anatomi kemudian pindah ke lokasi anatomi lainnya. Jangan gunakan kembali tempat suntikan yang sama didalam periode 3 minggu. Rotasi tempat suntikan mencegah pembentukan jaringan parut subkutan yang dapat mempengaruhi absorpsi obat. 8. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman bergantung pada tempat suntikan yang dipilih. Tempat Suntikan Subkutan - Lengan klien duduk atau berdiri - Abdomen-klien duduk atau berbaring - Tungkai-klien duduk di tempat tidur atau kursi

Tempat Suntikan Intramuskular - Paha (vastus lateralis}-klien berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi - Ventrogluteal - klien berbaring miring, tengkurap, atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan disuntikkan dalam keadaan fleksi Membantu klien mendapatkan posisi yang dapat mengurangi regangan pada otot dengan meminimalkan rasa taknyaman akibat suntikan. - Dorsogluteal-klien tengkurap dengan lutut diputar ke arah dalam, atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah. - Lengan atas (deltoid klien duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi tetapi rileks menyilang abdomen atau di atas abdomen. 77

9. Minta klien untuk melemaskan lengan atau tungkainya, tempat di mana suntikan akan diberikan. Bicaralah pada klien tentang subjek yang menarik. Minimalkan rasa taknyaman selama suntikan. Pengalihan perhatian membantu mengurangi ansietas 10. Cari tempat yang akan dipilih sebagai tempat suntikan menggunakan tanda anatomi. Penyuntikan yang akurat membutuhkan penusukan di tempat anatomi yang tepat untuk menghindari pencederaan jaringan di bawah saraf, tulang, atau pembuluh darah. 11. Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan swab kasa antiseptik. Pasang swab di tengah tempat suntikan dan putar ke arah luar dengan arah melingkar sekitar 5 cm (2 inci).

78

Gerakan mekanik swab membuang sekresi yang mengandung mikroorganisme 12. Pegang swab diantara jari ketiga dan keempat dari tangan anda yang tidak dominan. Swab akan tetap mudah terakses saat waktunya mencabut jarum 13. Lepaskan cap jarum dari spuit dengan menarik cap lurus. Mencegah jarum menyentuh cap dan terkontaminasi 14. Pegang spuit diantara ibujari dan jari telunjuk dari tangan anda yang dominan bayangkan seperti memegang anak panah. (Kebanyakan perawat memegang spuit dengan telapak tangan ke atas untuk penyuntikan subkutan dan telapak tangan ke bawah untuk penyuntikan intramuskular karena perbedaan sudut penusukan). Penyuntikan cepat waspada membutuhkan manipulasi bagian spuit yang tepat

15. Suntikan spuit: Subkutis - Untuk klien ukuran sedang, dengan tangan nondominan anda regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan kuat atau cubit kulit yang akan menjadi tempat suntikan. Penusukan jarum pada kulit yang tegang lebih mudah dibanding kulit yang kendur. P.encubitan kulit menaikan jaringan subkutan - Untuk klien obesitas, cubit kulit pada tepmat suntikan dan suntikan jarum di bawah lipatan kulit. Klien obes mempunyai lapisan lemak di atas jaringan subkutan - Suntikan jarum dengan cepat dan kuat pada sudut 45 derajat (kemudian lepaskan cubitan kulit bila dilakukan). Penusukan yang cepat dan kuat meminimalkan ansietas dan ketidaknyamanan klien Intramuskular - Posisikan tangan nondominan pada tanda anatomik yang tepat dan regangkan kulit. Suntikan jarum dengan cepat pada sudut 90 derajat. Mempercepat penyuntikan dan mengurangi ketidaknyamanan. - Jika masa otot tipis, cubit otot tubuh dan suntikan obat. Memastikan bahwa obat mencapai jaringan otot 79

Jika memberikan preparat yang dapat mengiritasi, lakukan metoda Z-track. Saat menggunakan metoda ini perawat menghisapkan 0,5 ml udara ke dalam spuit untuk membentuk sumbatan udara. Tarik kulit di bawahnya dan jaringan subkutan 2,5 sampai 3,5 cm ke arah lateral ke samping. Tahan bagian belakang kulit dan suntikan jarum dengan cepat Sumbatan udara membersihkan jarum dari obat untuk mencegah tracking obat melalui kulit dan jaringan. Metoda Ztrack membentuk jalur zig-zag melalui kulit yang membungkus jalur jarum untuk menghindari kebocoran obat melalui jaringan subkutan yang sensitif. 16. Manakala jarum memasuki tempat suntikan, dengan tangan nondominan anda raih ujung bawah barrel spuit. Pindahkan tangan dominan anda ke ujung plunger. Hindari gerakan spuit. Penyuntikan dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian spuit. Gerakan spuit dapat mengubah letak jarum dan menyebabkan rasa taknyaman Jika menggunakan metoda Z-track, pertahankan agar tetap menahan kulit dengan tangan nondominan anda. Gunakan tangan dominan anda untuk meraih ke arah plunger.

Kulit harus tetap ditarik sampai obat disuntikan. 17. Dengan perlahan tarik kebelakang plunger untuk mengaspirasi obat. Jika terlihat darah di dalam spuit, tarik kembali jarum, buang spuit, dan ulangi persiapan obat. Jika tidak terlihat darah, suntikan obat dengan perlahan. CATATAN: Beberapa institusi menganjurkan untuk tidak melakukan aspirasi penyuntikan heparin subkutan. Darah yang teraspirasi ke dalam spuit menunjukkan bahwa jarum i menusuk intravena. Obat-Obat intramuskular dan subkutan tidak digunakan untuk pemberian intravena. Penyuntikan perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan. CATATAN: Heparin adalah antikoagulan yang secara khas diberikan dalam dosis kecil melalui subkutan. Obat akan menjadi berbusa jika diaspirasi. Obat tidak akan berbahaya jika diberikan intravena. 18. Cabut jarum dengan cepat sambil meletakkan swab antiseptik tepat di bawah suntikan

80

Jika mengunakan metoda Z-track, tahan agar jarum tetap ditempat setelah menyuntikan obat selama 10 detik. Kemudian lepaskan kulit setelah menarik jarum. Menyokong jaringan di sekitar tempat suntikan sehingga meminimalkan rasa taknyaman ketika jai-um dicabut. Memungkinkan obat untuk menyebar dengan rata. Bidang jaringan saling menindih untuk membentuk jalur zig-zag yang menutupi obat ke dalam jaringan otot. 19. Masase tempat suntikan dengan perlahan kecuali merupakan kontraindikasi seperti pada penyuntikan heparin. Masase menstimulasi sirkulasi kemudian meningkatkan penyebaran serta penyerapan obat 20. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman. memberikan klien rasa kesejahteraan 21. Buang jarum tidan berpenutup dan letakkan spuit ke dalam tempat yang sudah diberi label. Mencegah cedera pada klien dan tenaga personel. Menutup kembali jarum dapat menyebabkan penusukan dari jarum dan sudah tidak dianggap praktik yang aman 22. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. mengontrol penyebaran infeksi 23. Catat pemberian obat pada lembar obat atau catatan perawat. Mencatat pemberian obat dan mencegah kesalahan pemberian obat berikutnya 24. Kembali untuk mengevaluasi respons klien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit. Obat parenteral diserap dan bekerja lebih cepat dibanding obat oral. Pengamatan anda menentukan kemanjuran kerja obat. Kewaspadaan Perawat Jarum dari spuit harus tetap steril sebelum penyuntikan. Jika tampak darah di dalam jarum spuit selama aspirasi, cepat cabut jarum dan mulai dari awal lagi. Catat dan laporkan semua nyeri setempat mendadak atau rasa terbakar di tempat suntikan, yang dapat menunjukkan cedera saraf. Pertimbangan Pediatri Jika memang diharuskan untuk memberikan obat dalam bentuk cairan pada anak, tarik 0,2 ml udara ke dalam spuit setelah menyiapkan dosis obat. Udara bertindak sebagai ruang vakum untuk membersihkan lubang jarum dari obat. Berikan orangtua kesempatan untuk membantu menahan anak mereka selama penyuntikan. Beberapa orangtua tidak ingin disertakan karena akan membuat anaknya tidak nyaman. Ada baiknya untuk tetap tidak memperlihatkan ruam pada anak untuk meminimalkan ansietas. Jangan sekali-kali mengagetkan anak. Pastikan bahwa anak mengetahui bahwa ia akan mendapatkan suntikan. Vastus lateralis adalah tempat suntikan yang paling dipilih untuk anakanak. Otot dorsogluteal seharusnya tidak digunakan untuk penyuntikan pada anak-anak kecuali otot tersebut berkembang dengan sempurna. Setelah penyuntikan tenangkan anak. Penyuntikan Intrakutan dan Intravena Injeksi Intrakutan/ Intradermal Injeksi intrakutan adalah salah satu metode injeksi dimana obat dimasukan ke dalam jaringan kulit (dermal) yaitu epidermis. Biasanya dipakai untuk : 1. Uji coba obat tertentu terhadap reaksi alergi. 2. Tes tuberculin. Tempat penyuntikan intrakutan dan tekniknya 81

Langkah-langkah : 1. Cek catatan perawat dan medis : program pemberian obat melalui intradermal 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar 4. Gunakan sarung tangan 5. Pilih tempat tusukan pada lengan bawah, jika lengan bawah tidak dapat digunakan, gunakan tempat altematif 6. Posisikan klien dengan lengan bawah menghadap muka perawat 7. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan terapi intradermal 8. Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol 9. Buka tutup jarum 10. Tempatkan ibu jari tangan non dominan sekitar 1 inci di bawah tempat penusukan dan tarik kulit 11. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 10 - 15 derajat 12. Jika jarum telah masuk ke bawah kulit dan teriihat, masukkan lagi sekitar 1/8 inci 13. Masukkan obat perlahan-lahan perhatikan adanya jendalan (jendalan harus terbentuk) 14. Cabut jarum dengan sudut yang sama saat disuntikkan 15. Jika terdapat darah, usap dengan lembut menggunakan kapas alkohol lain. 16. Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. Jika test alergi +, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat, pingsan, berkurangnya tekanan darah, mual, muntah, sianosis) 17. Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan selanjutnya secara periodik selama waktu dinas 18. Buat lingkaran 1 inci di sekeliling jendalan dan instruksikan klien untuk tidak menggosok daerah itu 19. Kembalikan posisi klien 20. Cuci tangan 82

Injeksi Intravena Injeksi intravena kita harus memilih vena yang besar, misalnya pada lengan, punggung telapak tangan. Metode ini menyebabkan reaksi cepat. Sebelum, selama dan setelah dilakukan injeksi IV, harus dimonitor tanda-tanda vitalnya. Teknik ini dibutuhkan perawat dengan ketrampilan khusus. Pada saat penusukan posisi harus tepat dan tidak goyah. Langkah-langkah : 1. Cek catatan perawatan dan medik : program pemberian obat melalui intra vena 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar 4. Gunakan sarung tangan 5. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika tidak memungkinkan 6. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan di lakukan tindakan terapi intravena 7. Bebaskan lengan pasien dari baju/kemeja 8. Letakkan tourniquet 5 cm diatas tempat tusukan 9. Kencangkan tourniquet 10. Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk. 11. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan. 12. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tempat tusukan 14. Pegang Jarum dalam posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti. 13. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena. 14. Lakukan aspirasi 15. Lepaskan tourniquet 16. Masukkan obat ke dalam pembuluh vena perlahan-lahan 17. Keluarkan jarum dari pembuluh vena 18. Tutup tempat tusukan dengan kasa steril yang diberi betadin PUSTAKA Kozier, B. et. all. (2004). Fundamentals of Nursing : Concept, Process and Practice. 7nd edition. New Jersey : Pearson Education.

83

CHECKLIST KETERAMPILAN INJEKSI INTRA DERMAL Nama No. Mhs : Variabel yang dinilai A. Tahap Preinteraksi 1. Cek catatan perawat dan medis 2. Cek nama obat* 3. Cek nama pasien* 4. Cek dosis* 5. Cek cara pemberian (Intra Dermal)* 6. Cek waktu pemberian* 7. Siapkan alat 8. Cuci tangan * 9. Ambil obat yang benar (baca label dan baca kadaluawarsa)* 10. Hitung dosis obat yang benar* Dosis yang diberikan= Dosis yang diminta x jumlah yang tersedia di tangan Dosis yang ditangan 0 Ni lai 1 2

11. Lakukan double cek obat (nama obat, dosis dan hasil perhitungan)* 12. Siapkan obat a. Menarik obat dari ampul 1) Baca label obat sekali lagi* 2) Yakinkan seluruh obat berada pada dasar ampul (bawah leher ampul) 3) Jika masih ada di atas, ketuk-ketuk dengan tangan sehingga obat berada di dasar ampul semua 4) Gergaji leher ampul jika perlu 5) Gunakan kassa/swab alkohol untuk melindungi tangan kita dari risiko cedera* 6) Patahkan dengan tangan 7) Pegang ampul dengan tangan non dominan dan spuit dengan tangan dominan 8) Masukkan jarum ke dalam ampul 9) Tarik obat sesuai dengan dosisi yang diperlukan 10) Keluarkan gelembung-gelembung udara yang ada disuntikkan* 11) Buang bekas ampul ke dalam bengkok b. Menarik obat dari vial/vlakon 1) Baca label obat sekali lagi* 2) Buka pelindung yang menutupi vial tanpa menutupi karet 3) Bersihkan pelindung karet yang menutupi vial dengan alkohol (prinsip bersih)* 4) Kocok obat bila diperlukan sesuai aturan penggunaan obat* 5) Lepaskan penutup jarum, tarik udara sejumlah dosis obat* 6) Tusukkan jarum pada pusat karet penutup vial* 7) Balikkan atau putar vial sehingga menghadap ke bawah, perhatikan ujung jarum seharusnya ada di permukaan cairan obat 8) Tarik sesuai dosis 84

9) Lepaskan jarum dari vial 10) Keluarkan gelembung-gelembung udara yang ada disuntikkan* B. Tahap Orientasi 1. Berikan salam 2. Perkenalkan diri* 3. Panggil klien dengan namanya* 4. Jelaskan prosedur tindakan * 5. Jelaskan tujuan tindakan* C. Tahap Kerja 1. Beri kesempatan klien untuk bertanya 2. Tanyakan keluhan dan kaji adanya alergi* 3. Mulai dengan cara yang baik 4. Jaga privasi klien 5. Gunakan sarung tangan 6. Baca label obat sekali lagi* 7. Pilih tempat tusukan pada lengan bawah, jika lengan bawah tidak dapat, gunakan tempat altematif 8. Posisikan klien dengan lengan bawah menghadap muka perawat 9. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan terapi intradermal 10. Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol 11. Buka tutup jarum 12. Tempatkan ibu jari tangan non dominan sekitar 1 inci di bawah tempat penusukan dan tarik kulit 13. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 10 - 15 derajat 14. Jika jarum telah masuk ke bawah kulit dan teriihat, masukkan lagi sekitar 1/8 inci 15. Masukkan obat perlahan-lahan perhatikan adanya jendalan (jendalan harus terbentuk) 16. Cabut jarum dengan sudut yang sama saat disuntikkan 17. Jika terdapat darah, usap dengan lembut menggunakan kapas alkohol lain. 18. Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. 19. Jika test alergi +, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat, pingsan, berkurangnya tekanan darah, mual, muntah, sianosis)* 20. Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan selanjutnya secara periodik selama waktu dinas 21. Buat tanda dengan membuat lingkaran 1 inci di sekeliling jendalan 22. Instruksikan klien untuk tidak menggosok daerah itu 23. Kembalikan posisi klien 24. Kaji efek obat dan respon klien* 25. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan D. Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien 2. Simpulkan hasil kegiatan* 3. Lakukan reinforcement posisit pada klien* 4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 5. Bereskan alat* 6. Cuci tangan* E. Dokumentasi Catat nama obat, nama pasien, waktu pemberian, dosis dan cara pemberian* 85

Total Nilai 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1 = Dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75%

Nilai

Pengampu .

86

CHECKLIST KETERAMPILAN INJEKSI INTRA MUSCULAR Nama Mhs : Variabel yang dinilai A. Tahap Preinteraksi 1. Cek catatan perawat dan medis 2. Cek nama obat* 3. Cek nama pasien* 4. Cek dosis* 5. Cek cara pemberian (Intra Dermal)* 6. Cek waktu pemberian* 7. Siapkan alat 8. Cuci tangan * 9. Ambil obat yang benar (baca label dan baca kadaluawarsa)* 10. Hitung dosis obat yang benar* Dosis yang diberikan= Dosis yang diminta x jumlah yang tersedia di tangan Dosis yang ditangan Nilai 0 1 2

11. Lakukan double cek obat (nama obat, dosis dan hasil perhitungan)* 12. Siapkan obat a. Menarik obat dari ampul 1) Baca label obat sekali lagi* 2) Yakinkan seluruh obat berada pada dasar ampul (bawah leher ampul) 3) Jika masih ada di atas, ketuk-ketuk dengan tangan sehingga obat berada di dasar ampul semua 4) Gergaji leher ampul jika perlu 5) Gunakan kassa/swab alkohol untuk melindungi tangan kita dari risiko cedera* 6) Patahkan dengan tangan 7) Pegang ampul dengan tangan non dominan dan spuit dengan tangan dominan 8) Masukkan jarum ke dalam ampul 9) Tarik obat sesuai dengan dosisi yang diperlukan 10) Keluarkan gelembung-gelembung udara yang ada disuntikkan* 11) Buang bekas ampul ke dalam bengkok b. Menarik obat dari vial/vlakon 1) Baca label obat sekali lagi* 2) Buka pelindung yang menutupi vial tanpa menutupi karet 3) Bersihkan pelindung karet yang menutupi vial dengan alkohol (prinsip bersih)* 4) Kocok obat bila diperlukan sesuai aturan penggunaan obat* 5) Lepaskan penutup jarum, tarik udara sejumlah dosis obat* 6) Tusukkan jarum pada pusat karet penutup vial* 7) Balikkan atau putar vial sehingga menghadap ke bawah, perhatikan ujung jarum seharusnya ada di permukaan cairan obat 8) Tarik sesuai dosis 9) Lepaskan jarum dari vial 87

B. Tahap Orientasi 1. Berikan salam 2. Perkenalkan diri* 3. Panggil klien dengan namanya* 4. Jelaskan prosedur tindakan * 5. Jelaskan tujuan tindakan* C. Tahap Kerja 1. Berikan kesempatan klien untuk bertanya 2. Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi 3. Jaga privasi klien 4. Mulai dengan cara yang balk 5. Gunakan sarung tangan 6. Pilih tempat penusukan 7. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan mudah untuk perawat melihat tempat penusukan 8. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan terapi IM. 9. Bersihkan tempat vang akan digunakan dengan kapas alkohol 10. Buka tutup jarum 11. Tarik kulit di tempat penusukan dengan cara : 12. Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan di atas tempat penusukan (hati-hati jangan sampai mengenai daerah yang lelah dibersihkan) hingga membentuk V 13. Tarik ibu jari & jari telunjuk dengan arah berlawanan, memisahkan jari sepanjang 3 inc 14. Cepat masukkan jarum dengan sudut 90 dengan tangan yang dominan 15. Pindahkan ibu jari dan jari telunjuk jari non dominan dan kulit untuk mendukung barrel spuit, jari sebaiknya ditempatkan pada barrel sehingga saat mengaspirasi, anda dapat melihat barel dengan jelas. 16. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit 17. Jika terdapat darah, tarik jarum keluarkan berikan tekanan pada tempat tusukan dan ulangi langkah ke C6 hingga C14. Jika tidak ada darah, dorong plunger dengan perlahan, ajak klien berbicara. 18. Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan 19. Usap dan bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain (jika kontra indikasi untuk obat, berikan penekanan yang lambat saja) 20. Tempatkan jarum pada baki 21. Buka sarung tangan 20. Kembalikan posisi klien 21. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan D. Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien 2. Simpulkan hasil kegiatan* 3. Lakukan reinforcement posisit pada klien* 4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 5. Bereskan alat* 6. Cuci tangan* F. Dokumentasi Catat nama obat, nama pasien, waktu pemberian, dosis dan cara pemberian* Total Nilai 0 = Tidak dilakukan sama sekali Pengampu

88

1= Dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75%

Nilai .

89

INJEKSI SUBCUTANEUS Nama MHs : ASPEK YANG DINILAI A. Tahap Preinteraksi 1. Cek catatan perawat dan medis 2. Cek nama obat* 3. Cek nama pasien* 4. Cek dosis* 5. Cek cara pemberian (Intra Dermal)* 6. Cek waktu pemberian* 7. Siapkan alat 8. Cuci tangan * 9. Ambil obat yang benar (baca label dan baca kadaluawarsa)* 10. Hitung dosis obat yang benar* Dosis yang diberikan= Dosis yang diminta x jumlah yang tersedia di tangan Dosis yang ditangan 0 NILAI 1 2

11. Lakukan double cek obat (nama obat, dosis dan hasil perhitungan)* 12. Siapkan obat a. Menarik obat dari ampul 1) Baca label obat sekali lagi* 2) Yakinkan seluruh obat berada pada dasar ampul (bawah leher ampul) 3) Jika masih ada di atas, ketuk-ketuk dengan tangan sehingga obat berada di dasar ampul semua 4) Gergaji leher ampul jika perlu 5) Gunakan kassa/swab alkohol untuk melindungi tangan kita dari risiko cedera* 6) Patahkan dengan tangan 7) Pegang ampul dengan tangan non dominan dan spuit dengan tangan dominan 8) Masukkan jarum ke dalam ampul 9) Tarik obat sesuai dengan dosisi yang diperlukan 10) Keluarkan gelembung-gelembung udara yang ada disuntikkan* 11) Buang bekas ampul ke dalam bengkok b. Menarik obat dari vial/vlakon 1) Baca label obat sekali lagi* 2) Buka pelindung yang menutupi vial tanpa menutupi karet 3) Bersihkan pelindung karet yang menutupi vial dengan alkohol (prinsip bersih)* 4) Kocok obat bila diperlukan sesuai aturan penggunaan obat* 5) Lepaskan penutup jarum, tarik udara sejumlah dosis obat* 6) Tusukkan jarum pada pusat karet penutup vial* 7) Balikkan atau putar vial sehingga menghadap ke bawah, perhatikan ujung jarum seharusnya ada di permukaan cairan obat 8) Tarik sesuai dosis 9) Lepaskan jarum dari vial 10) Keluarkan gelembung-gelembung udara yang ada disuntikkan*90

D. Tahap Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan 2. Berikan reinforcement 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Akhiri kegiatan 5. tangan E. Cuci Dokumentasi Catat waktu pemberian, obat yang diberikan dosis dan cara pemberian Totai Nilai 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1= Dilakukan tetapi tidak sempuma Pengampu Nilai 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75% . .

91

INJEKSI INTRAVENA Nama Mhs : ASPEK YANG DINILAI A. Tahap Preinteraksi 1. Cek catatan perawatan dan medik : program pemberian obat melalui intra vena 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar* B. Tahap Orientasi 1. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan namanya 2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada klien/ keluarga C. Tahap Kerja 1. Beri kesempatan klien untuk bertanya 2. Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi 3. Jaga privasi klien 4. Mulai dengan cara yang baik 5. Gunakan sarung tangan 6. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika tidak memungkinkan 7. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan di lakukan tindakan terapi intravena 8. Bebaskan lengan pasien dari baju/kemeja 9. Letakkan tourniquet 5 cm diatas tempat tusukan 10. Kencangkan tourniquet 11. Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk. 12. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan. 13. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tempat tusukan 14. Pegang Jarum dalam posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti 15. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena. 16. Lakukan aspirasi 17. Lepaskan tourniquet 18. Masukkan obat ke dalam pembuluh vena perlahan-lahan 19. Keluarkan jarum dari pembuluh vena 20. Tutup tempat tusukan dengan kasa steril yang diberi betadin C. Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien 2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Akhiri kegiatan 5. tangan D. Cuci Dokumentasi Catat waktu pemberian obat yang diberikan, dosis, caranya Total Nilai 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1= Dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75% NILAI 0 1 2

Pengampu Nilai . 92

MENGHITUNG DOSIS OBAT Penghitungan dosis obat adalah kegiatan menentukan dosis yang dipesankan oleh tim medis berada dalam rentang dosis yang sesuai dengan rute pemberian, berat badan, dan usia klien. Perawat harus memerksa dosis obat yang tertulis di dalam catatan medis dan mencocokkannya dengan label obat dan melakukan penghitungan dosis yang akurat. Ada berbagai macam cara atau metode menghitung dosis obat. Metode 1 Persamaan dasar Dosis yang diinginkan adalah dosis yang sesuai dengan program pengobatan (D) Dosis yang tesedia adalah dosis yang ada di kemasan obat, misalnya obat tersedia dalam jumlah milligram atau milliliter yang ekuivalen (H) Vehicle adalah bentuk/kemasan obat atau jumlah tablet atau jumlah larutan yang sesuai dengan dosis yang tersedia Mount adalah isi/jumlah obat yang diberikan misalnya dalam milliliter atau tablet milligram (A) Rumus penghitungan dosis obat DxV =A H Contoh: Dosis sesuai program dokter (D) adalah 400 mg Dosis yang tersedia (H) dalam 1 kemasan obat (V) adalah 200 mg (keterangan bentuk sedian obat adalah tablet) Yang ditanyakan: berapa banyak tablet yang harus diberikan ke klien? Jawab: 400 x 1 tablet = 2 tablet 200 Metode 2 Rasio dan proporsi Rumus: H : V= D : A Contoh Dosis sesuai program dokter adalah 400 mg, sedangkan dosis yang tersedia (H) dalam 1 kemasan obat (V) adalah 200 mg (keterangan sediaan obat dalam bentuk bubuk dalam vial yang harus diencerkan menjadi bentuk cair) Yang ditanya: berapa ml/cc obat yang harus diberikan kepada klien Jawab 1. Perawat harus membaca label pada obat untuk melihat aturan pengenceran yang diperbolehkan misalnya dalam label obat akan tertulis 93

diencerkan dengan 5 ml aquabides, berarti bubuk obat di dalam vial akan diencerkan dengan 5 ml aquabides sehingga bentuk sediaan akan berubah menjadi cair 2. Perawat harus membaca berat bubuk di dalam vial misalnya 1 gram isi vial setara dengan 1 gram bubuk obat 3. Apabila terdapat 1 gram bubuk obat dalam vial yang akan diencerkan dengan 5 ml aquabides berarti ketika pengenceran sudah dilakukan, 1 ml cairan obat setara dengan 200 mg bubuk obat (1 gram/1000 mg = 5 ml, 1 ml = 1000/5 = 200 ml)

94

You might also like