You are on page 1of 49

1

Proposal Penelitian

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, DAN KERAGAMAN PRODUK


TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA SABUN MANDI
LUX PADAT

Disusun dalam rangka menulis skripsi

Disusun Oleh :
Nama : Tri Yunarsih
Nomor Mahasiswa : 050055351
Program Studi : Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PUTRA BANGSA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S1)
KEBUMEN
2009
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sabun mandi merupakan salah satu kebutuhan yang cukup vital dalam

kehidupan manusia. Karena itu sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan

jumlah penduduk, maka kebutuhan akan sabun mandi juga meningkat dan

kesadaran akan pentingnya menjaga kebutuhan tubuh juga semakin

meningkat. Banyaknya merek sabun mandi yang beredar, mempunyai banyak

alternatif pilihan serta makin kritis dan selektif dalam memilih sabun mandi

yang sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam persaingan bisnis saat ini, salah satu yang mengalami

persaingan cukup ketat adalah sabun mandi. Salah satu pemain di bisnis ini

yang terbilang cukup sukses adalah Unilever. Dengan berbagai produk dan

merek yang dihasilkan. Unilever mampu menjadi pemimpin pasar (market

leader) pada produk sejenis yang dikeluarkan perusahaan.

Lux merupakan salah satu produk sabun kecantikan dari PT. Unilever

Indonesia Tbk. Selalu memahami tren dan menawarkan solusi perawatan

kecantikan kulit yang inovatif dan modern bagi perempuan. Sabun mandi

Lux jenis padat yang beredar di masyarakat adalah sabun mandi Lux ukuran

90 gram yang jenisnya antara lain : Lux magic spell, power me up, silk

caress, soft kiss, velvet touch, wake me up melalui rangkaian tersebut, Lux

ingin memberikan pengalaman mandi yang lain dari biasanya bagi


3

perempuan. Dengan dilengkapi aroma parfum yang mengingatkan pada

bahan-bahan gourmet yakni whipped cream, stroberry, peach dan ekstrak

kacang macadamianya yang dapat membuat kulit terasa halus dan lembut.

Kita ketahui persaingan diantara produk sejenis akhir-akhir ini sangat ketat,

baik dalam kualitas produk, harga, keragaman produk dan lain sebagainya.

Hal ini menuntut perusahaan untuk lebih kreatif dalam menarik perhatian

konsumen.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi persaingan PT.

Unilever senantiasa mengadakan perubahan-perubahan dan kebijakan-

kebijakan supaya sabun mandi Lux tetap menarik dan disukai oleh konsumen.

Sejak satu tahun terakhir ini sabun mandi Lux juga banyak mengadakan

perubahan-perubahan yaitu kemasan, bentuk sabun, aroma dan warna. Hal ini

dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendapatkan kepuasan yang

diinginkan konsumen, sehingga konsumen itu menjadi loyal dalam

menggunakan produk yang dihasilkan.

Kemampuan produk untuk memberikan kepuasan pada pemakainya

akan menguatkan kedudukan atau posisi produk dibenak konsumen, sehingga

memungkinkan konsumen menjadikan pilihan pertama bilamana akan terjadi

pembelian di waktu yang akan datang. Kualitas produk yang ditawarkan dari

produk sabun mandi Lux padat diantaranya bentuk sabun mandi Lux dibuat

oval dan lebih padat dari sabun mandi Lux yang lama, sabun mandi Lux

memiliki aroma yang berbeda-beda dari tiap jenis sabunnya, dari segi kemasan

gambar pada sabun mandi Lux menggunakan gambar bintang film terkenal
4

dan gambar bunga mawar. Selain itu warna dari sabun mandi Lux sendiri

disesuaikan menurut jenis kulit yang dimiliki oleh konsumen, sabun mandi

Lux dengan warna putih untuk jenis kulit normal dengan vitamin E, warna

ungu untuk jenis kulit kombinasi balance dengan tomato essence dan multi

vitamin yang memelihara kulit normal, warna hijau untuk jenis kulit

berminyak dengan fruit essence dibuat dari minyak tumbuh-tumbuhan, warna

merah muda untuk jenis kulit normal dan untuk perawatan istimewa kulit yang

menyejukkan sekaligus merawat kulit, warna kuning untuk jenis kulit sensitif

dari pengaruh buruk lingkungan, warna biru untuk jenis kulit normal

cenderung kering yang melembabkan sekaligus membersihkan kulit

(www.digilib.petra.ac.id).

Harga suatu produk dapat menunjukkan dan mempengaruhi bagaimana

konsumen itu loyal. Jika suatu produk ditawarkan dengan harga yang wajar

dan mampu mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian secara

konsisten. Harga yang diberikan sabun mandi Lux yaitu dengan harga

Rp. 2.000,- tiap jenis sabunnya dengan harga yang sama. Hal ini dimaksudkan

memberikan banyak pilihan sabun mandi kepada konsumen dengan harga

tersebut, agar harga dapat dijangkau oleh konsumen menurut kemampuan dan

kebutuhannya masing-masing.

Loyalitas dapat diartikan situasi dimana konsumen bersikap positif

terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian

ulang yang konsisten (Tjiptono 2000:111). Sehingga dapat menyebabkan

pengulangan pembelian merek yang sama walaupun ada pengaruh situasi dan
5

berbagai usaha pemasaran yang berpotensi untuk menyebabkan tindakan

berpindah merek, perusahaan untuk mendapatkan loyalitas atau kesetian

konsumen perlu strategi pemasaran yang komplek. Konsumen akan menjadi

loyal pada produk-produk yang berkualitas dan menawarkannya dengan harga

yang wajar selain itu juga para penjual juga beranggapan bahwa konsumen

akan menjadi loyal pada suatu produk jika produk tersebut mudah didapatkan

saat dibutuhkan, dan yang tidak kalah penting loyalitas terbentuk melalui

produk sabun mandi Lux yang ditawarkan perusahaan dengan

mengkomunikasikan kebaikan-kebaikan produknya.

Sekarang mandi bukan sekedar untuk membersihkan tubuh, melainkan

saat dimana perempuan bisa tampil cantik. Untuk itu kualitas produk yang

baik pada sabun mandi Lux pasti akan mendapatkan respon yang baik dari

konsumen dan memberikan harga yang terjangkau serta produk yang beragam.

Dengan melihat pentingnya mengetahui dan memahami variabel-variabel

tersebut yang dilakukan oleh PT. Unilever Tbk benar-benar dapat menjadikan

konsumen itu loyal dalam memakai sabun mandi Lux padat serta mengetahui

seberapa besar pengaruhnya terhadap loyalitas konsumen.

Berdasarkan paparan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Harga, Kualitas Produk dan

Keragaman Produk Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Sabun Mandi

Lux Padat”.
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh harga, kualitas produk dan

keragaman produk terhadap loyalitas konsumen pada sabun mandi Lux

padat.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembatasan masalah tidak menyimpang dari tujuan penelitian,

maka penulis menetapkan batasan masalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat desa Penambangan dan

desa Srepeng Kecamatan Pejagoan yang menggunakan atau pernah

menggunakan sabun mandi Lux padat.

b. Variabel yang diteliti meliputi variabel bebas yaitu harga, kualitas

produk dan keragaman produk sedangkan variabel terikatnya yaitu

loyalitas konsumen.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh harga, kualitas produk dan keragaman produk

terhadap loyalitas konsumen pada sabun mandi Lux padat.

2. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling

dominan dalam mempengaruhi loyalitas konsumen


7

pada sabun mandi Lux padat

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaan sebagai

salah satu dasar pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah atau

gambaran tentang pentingnya faktor harga, kualitas produk dan keragaman

produk terhadap loyalitas konsumen pada sabun mandi Lux padat.

2. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan

yang lebih luas dari dunia bisnis sabun mandi yang ada diindonesia.

b. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan referensi bagi

penulis lain yang mengambil masalah yang sama.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Harga

Harga adalah sebuah perwujudan nilai sesuatu dalam satuan uang yang

harus dikeluarkan oleh seseorang sebagai pengorbanan untuk memperoleh,

mendapatkan, memiliki, mempertahankan barang atau jasa. (Sumadji P, dkk,

2006 : 524). Oleh karena itu pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan,

bagian pemasaran berhak menentukan harga pokok, dimana harga tersebut

mencakup seluruh biaya yang terlibat dalam produksi, ditribusi dan promosi.

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang dapat

mendatangkan laba rugi perusahaan. Ketepatan menentukan harga di pasar

akan membawa kesuksesan bagi perusahaan dalam memasarkan produknya

(Tjiptono, 1997:73).

Harga berdampak pada kinerja keuangan dan berpengaruh penting pada

nilai penempatan posisi merek dibenak pelanggan. Selain itu harga juga

menjadi sebuah perwakilan dari ukuran kualitas produk manakala pelanggan

sulit mengevaluasi produk yang kompleks. Faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya,

keuntungan, praktek saingan dan perubahan keinginan pasar. Dalam penetapan

harga setidaknya ada enam langkah yaitu memilih tujuan penetapan harga,

menentukan permintaan, perkiraan biaya, analisis biaya, harga dan tawaran


9

pesaing, memilih metode harga dan memilih harga akhir. (Kotler dan Keller,

2007:84).

2.1.1 Memilih Tujuan Penetapan Harga

Langkah pertama adalah memilih tujuan penetapan harga,

artinya perusahaan tersebut memutuskan dimana ingin memposisikan

tawaran pasarnya. Semakin jelas tujuannya maka akan semakin mudah

dalam menetapkan harga. Dalam sebuah penetapan harga, perusahaan

dapat memilih salah satu dari lima tujuan utama penetapan harga yaitu

kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar

maksimum, menguasai pasar secara maksimum, atau kepemimpinan

mutu produk. (Kotler dan Keller, 2007:85).

Kelangsungan hidup dapat dikejar sebagai tujuan utama bagi

perusahaan jika terjadi kelebihan kapasitas, persaingan yang sengit,

atau keinginan konsumen yang berubah-ubah. Sejauh harga dapat

menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, perusahaan dapat

terus menjalankan bisnisnya. Kelangsungan bisnis adalah sebagai

tujuan jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang, perusahaan

tersebut harus belajar bagaimana menambah nilai dalam produknya,

jika produk tersebut tanpa diberikan nilai tambah maka akan

berhadapan dengan kepunahan.

Laba maksimum sekarang, artinya perusahaan memperkirakan

permintaan dan biaya yang terkait dengan harga alternatif dan memilih

harga yang menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat


10

pengembalian investasi yang maksimum. Strategi ini mengandaikan

bahwa perusahaan tersebut mempunyai pengetahuan tentang fungsi

permintaan dan biayanya, namun dalam kenyatannya kedua hal

tersebut sangat sulit diperkirakan.

Fungsi pasar maksimum, perusahaan yakin volume penjualan

yang tinggi akan menghasilkan biaya per unit lebih rendah dan laba

jangka panjang yang lebih tinggi. Artinya perusahaan menetapkan

harga paling rendah dengan berasumsi pasar tersebut peka terhadap

harga. Ada beberapa kondisi yang mendukung untuk diterapkannya

harga rendah, pertama : pasar tersebut sangat peka. Kedua, biaya

produksi dan distribusi turun dengan makin terakumulasinya

pengalaman produksi. Ketiga, harga yang rendah menghapuskan atau

mencegah persaingan.

Menguasai pasar secara maksimum, biasanya perusahaan yang

memperkenalkan teknologi baru lebih menyukai penetapan harga yang

tinggi untuk menguasai pasar. Strategi ini akan masuk akal apabila

diterapkan dalam kondisi sebagai berikut : Pertama, sejumlah pembeli

memiliki permintaan yang tinggi. Kedua, biaya per unit untuk

memproduksi dalam volume kecil tidak terlalu tinggi sehingga dapat

diserap pasar. Ketiga, harga yang tinggi tersebut tidak menarik lebih

banyak persaingan ke dalam pasar. Keempat, harga yang tinggi

tersebut mengkomunikasikan citra suatu produk yang unggul.


11

2.1.2 Menentukan Permintaan

Langkah kedua yaitu perusahaan menentukan permintaan yang

akan memperlihatkan jumlah produk yang akan dibeli di psar dalam

periode tertentu, pada berbagai tingkat harga. Apabila permintaan

makin in-elastis maka perusahaan akan dapat untuk menaikkan

ataupun menurunkan harga. Penentuan permintaan dimulai dengan

penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga,

mengukur kurva permintaan, dan mengetahui elstisitas permintaan

terhadap perubahan harga.

2.1.3 Memperkirakan Biaya

Langkah ketiga yaitu memperkirakan biaya ; permintaan

menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan

untuk produknya sedangkan biaya menentukan batas terendahnya.

Perusahaan memperkirakan perilaku biaya pada berbagai tingkat

produksi dan perilaku biaya tersebut akan dicatat dalam bentuk kurva

yang disebut dengan kurva pengalaman. Biaya perusahaan sendiri ada

dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Sehingga perusahaan

harus mengetahui benar bagaimana biaya bervariasi dalam berbagai

tingkat produksi agar dapat menetapkan harga yang tepat.

2.1.4 Menganalisis Biaya, Harga dan Penawaran Pesaing

Perusahaan dapat menggunakan analisis biaya, permintaan pasar,

biaya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi pesaing sebagai

dasar penetapan harga. Pertama kali yang harus dipertimbangkan oleh


12

perusahaan adalah harga yang diberikan pesaing. Disaat perusahaan

mempertimbangkan harga pesaing di pasar itu artinya perusahaan telah

menganalisis biaya pesaing dalam proses produksi, sehingga

perusahaan harus mampu untuk menetapkan harga yang berbeda

dengan pesaing dengan catatan pesaing tersebut adalah pesaing

utamanya. Apabila kualitas penawaran lebih tinggi dari pesaing, akan

tetapi jika kualitas penawaran lebih rendah dari pesaing maka

hendaknya perusahaan menetapkan harga lebih rendah dari pesaing.

2.1.5 Memilih Metode Penetapan Harga

Dengan adanya informasi tentang permintaan pelanggan

(customer’s demond), fungsi biaya (cost function), dan harga pesaing

(competitor price), perusahaan akan siap untuk memilih harga yang

akan dikenakan di pasar. Dengan pertimbangan ketiga hal tersebut

banyak perusahaan yang menetapkan harga dengan memilih salah satu

metode penetapan harga atau lebih.

Dalam memilih penatapan harga setidaknya ada enam metode

yang dapat digunakan :

1. Penetapan harga mark-up (Mark-up pricing)

Yaitu dengan menambahkan mark-up standar dari biaya produk

tersebut. Metode ini merupakan metode yang paling mudah dan

cukup populer karena beberapa alasan : Pertama, penjual lebih

mudah dalam menentukan harga ; kedua, kesamaan metode yang

akan membawa harga serupa dipasar ; ketiga, metode ini dianggap


13

lebih adil baik untuk pembeli maupun penjualnya.

2. Penetapan harga sasaran pengembalian (target

return pricing)

Penetapan harga sasaran pengembalian yaitu perusahaan

menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian

atas investasi yang dibidiknya.

3. Penetapan harga persepsi nilai (perceived value)

Yaitu perusahaan menyerahkan nilai yang dijanjikan melalui

pernyataan nilai mereka, dan pelanggan harus mempersepsikan

nilai ini.

4. Penetapan harga nilai (value pricing)

Dalam metode ini perusahaan tersebut memikat hati pelanggan

yang loyal dengan menetapkan harga yang lumayan rendah untuk

tawaran yang bermutu tinggi.

5. Penetapan harga umum (going rate pricing)

Dalam penetapan harga umum perusahaan mendasarkan harganya

terutama pada harga pesaing. Perusahaan akan mengenakan harga

lebih tinggi, rendah atau mungkin sama dengan pesaing utamanya.

6. Penetapan harga tipe lelang (auction type pricing)

Metode ini digunakan untuk dapat membuang barang bekas atau

persediaan yang berlebih.


14

2.1.6 Memilih Harga Akhir

Metode penetapan harga ini merupakan dampak dari sempitnya

ruang gerak yang dapat digunakan perusahaan. Perusahaan yang

menggunakan metode ini harus mempertimbangkan faktor-faktor lain

seperti kegiatan-kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan lain,

kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi

laba dan resiko dan dampak harga terhadap pihak lain.

2.2 Kualitas Produk (Product Quality)

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:354), kualitas produk adalah

kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya

tahan, kehandalan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai

lainnya. Sedangkan menurut Lovelock dalam Tjiptono (2006:299)

mendefinisikan kualitas sebagai tingkat mutu yang diharapkan dan

pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi

kebutuhan konsumen.

Goetsch Davis dalam Yamit (2005:8) mendefinisikan kualitas sebagai

suatu kondisi dinamis yang menghubungkan dengan produk dan jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas

bukan hanya menekankan pada aspek akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga

menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan.

Ariani (2003:9) mengemukakan bahwa kualitas harus bersifat


15

menyeluruh, baik produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi

kualitas bahan baku dan barang jadi sedangkan kualitas proses meliputi

kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan

manufaktur dan proses penyediaan jasa atau pelayanan bagi perusahaan jasa.

David Garvin dalam Yamit (2005:9) mengidentifikasi lima pendekatan

perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu :

1. Transcendental Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi

sulit untuk didefinisikan dan dioperasikan maupun diukur. Perspektif ini

umumnya diterapkan dalam karya seni seperti seni musik, seni tari, seni

drama dan seni rupa.

2. Product-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakeristik atau atribut yang

dapat diukur, perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut

yang dimiliki produk secara objektif. Tetapi pendekatan ini tidak dapat

menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.

3. User-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas

tergantung pada orang yang memandangnya dan produk yang paling

memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used)

merupakan produk yang berkualitas tinggi.

4. Manufacturing-based Approach
16

Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut

pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai suatu yang sesuai

dengan persyaratannya dan prosedur. Pandapat ini berfokus pada

kesesuaian yang ditetapkan perusahaan secara internal.

5. Value-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai

dan harga.

2.2.1 Pentingnya Kualitas

Istilah kualitas sangat penting bagi suatu organisasi atau

perusahaan. Ada beberapa alasan perlunya kualitas bagi suatu

organisasi. Russel dalam Ariani (2003:9) mengidentifikasi tujuh peran

pentingnya kualitas, yaitu :

1. Meningkatkan reputasi perusahaan

Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk

atau jasa yang berkualitas akan mendapatkan predikat sebagai

organisasi yang mengutamakan kualitas. Oleh karena itu,

perusahaan atau organisasi tersebut dikenal oleh masyarakat luas

dan mendapatkan nilai “lebih” di mata masyarakat.

2. Menurunkan biaya

Untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas perusahaan

atau organisasi tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini

disebabkan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada

customer satisfaction, yaitu dengan mendasarkan jenis, tipe, waktu,


17

dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan

kebutuhan konsumen.

3. Meningkatkan pangsa pasar

Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, karena

organisasi atau perusahaan dapat menekan harga, walaupun

kualitas tetap menjadi yang utama.

4. Dampak internasional

Bila mampu menawarkan produk atau jasa yang berkualitas, maka

selain dikenal di pasar lokal, produk atau jasa tersebut juga akan

dikenal dan diterima di pasar internasional.

5. Adanya pertanggungjawaban produk

Dengan semakin meningkatnya persaingan kualitas produk atau

jasa yang dihasilkan, maka organisasi atau perusahaan akan

dituntut untuk semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses,

dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan.

6. Untuk penampilan produk

Kualitas akan membuat produk atau jasa dikenal, dalam hal ini

akan membuat perusahaan yang menghasilkan produk juga akan

dikenal dan dipercaya masyarakat luas.

7. Mewujudkan kualitas yang dirasakan penting


18

Persaingan yang saat ini bukan lagi masalah harga melainkan

kualitas produk, hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau

membeli produk dengan harga tinggi namun dengan kualitas yang

tinggi pula.

2.2.2 Demensi Kualitas Produk

Berdasarkan perspektif kualitas, David Garvin dalam Yamit

(2005:10) mengembangkan dimensi kualitas kedalam delapan dimensi

yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama

bagi perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang, ke delapan

dimensi tersebut yaitu :

1. Performance (kinerja) yaitu karakteristik

pokok dari produk inti.

2. Feature (fitur) yaitu karakteristik

pelengkap atau tambahan.

3. Reliability (kehandalan) adalah

kemungkinan tingkat kegagalan

pemakaian Kotler (2005:352)

mendefinisikan kehandalan sebagai

ukuran probabilitas bahwa produk tersebut

tidak akan rusak atau gagal dalam waktu

atau periode tertentu pembeli umumnya

akan membayar yang lebih untuk

membayar produk yang lebih andal.


19

4. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi

memenuhi standar. Standar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

5. Durability (daya tahan), yaitu beberapa

lama produk dapat digunakan. Kotler

(2005:352) mendefinisikan daya tahan

sebagai ukuran usia yang diharapkan atas

beroperasinya produk kondisi normal atau

berat.

6. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan,

kompetensi, kenyamanan, kemudahan

dalam pemeliharaan dan penanganan

keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu menyakut corak, rasa dan

daya tarik produk

8. Perceived, yaitu menyangkut citra dan

reputasi produk serta tanggung jawab

perusahaan terhadapnya

Joseph S. Martnish dalam Yamit (2005:11) mengemukakan

spesifikasi dari dimensi kualitas produk yang relevan dengan

pelanggan dapat dikelompokkan dalam enam dimensi yaitu :

1. Performance
20

Hal yang paling penting bagi pelanggan adalah apakah kualitas

produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah

pelayanan diberikan dengan cara yang benar.

2. Range and Type of Feature

Selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan, pelanggan

seringkali tertarik pada kemampuan atau keistimewaan yang

dimiliki produk dan pelayanan.

Kotler (2005:252) mendefinisikan fitur sebagai alat bersaing untuk

mebedakan produk perusahaan dengan produk pesaing.

3. Reliability and Durability

Kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan berapa

lama produk dapat digunakan hingga perbaikan diperlukan.

4. Maintainability and Serviceability

Kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan

perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti. Menurut

Kotler (2005:352) kemudahan diperbaiki adalah ukuran

kemudahan untuk memperbaiki produk tersebut rusak atau gagal.

5. Sensory (haracteristic)

Penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan beberapa

faktor lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas.

6. Ethical Profile and Image


21

Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap

produk dan pelayanan.

Kualitas produk adalah driver kepuasan pelanggan yang

multidimensi bagi konsumen, kualitas memiliki beberapa dimensi,

paling tidak terdapat enam dimensi dari kualitas produk yang perlu

diperhatikan oleh setiap produsen yang ingin mengejar kepuasan

pelanggan terhadap kualitas produk (Irawan, 2003:45), keenam

dimensi tersebut yaitu :

1. Performance (kinerja), ini adalah dimensi

yang paling basic dan berhubungan dengan

fungsi utama dari suatu produk, konsumen

akan sangat kecewa jika harapan mereka

terhadap dimensi ini tidak terpenuhi.

2. Reliability (kehandalan), merupakan

probabilitas produk gagal menjalankan

fungsinya.

3. Feature (fitur) dimensi ini dapat dikatakan

sebagai aspek sekunder, fitur menjadi target

para produsen untuk berinovasi dalam upaya

memuaskan pelanggan.

4. Durability (keawetan atau daya tahan),

merupakan suatu pengukurtan terhadap

siklus hidup produk baik secara teknis


22

maupun waktu, produk dikatakan awet jika

sudah banyak yang menggunakan atau

sudah lama sekali digunakan. Keawetan

dibedakan menjadi dua jenis yaitu awet

secara teknis dan awet secara waktu. Bagi

konsumen, awet yang berhubungan dengan

aspek waktu lebih mudah dimengerti.

Karena itu, sebagian besar produk-produk

yang menjanjikan keawetan lebih

menonjolkan masalah awet dalam hal

waktu.

5. Conformance (kesesuaian), dimensi ini

menunjukkan seberapa jauh suatu produk

dapat menyamai standar atau spesifikasi

tertentu. Produk mempunyai conformance

tinggi berarti produknya sesuai dengan

standar yang telah ditentukan. Salah satu

aspek dari conformance adalah konsistensi

(Kotler, 2005:352) mendefinisikan mutu

kesesuaian sebagai tingkat kesesuaian dan

pemenuhan suatu unit yang diproduksi

terhadap spesifikasi sasaran yang

ditentukan.
23

6. Design (Desain), adalah dimensi yang unik,

dimensi ini banyak menawarkan aspek

emosional dalam mempengaruhi kepuasan

pelanggan.

Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh David Garvin,

Martinich dan Irawan tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan

dan kenyataan yang mereka terima. Jiak kenyataannya pelanggan

menerima produk dan pelayanan melebihi harapannya berkualitas dan

jika kenyataannya pelanggan menerima produk dan pelayanan kurang

atau sama dari harapannya, maka pelanggan akan mengatakan produk

dan pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan.

Dimensi kualitas diatas dapat dijadikan dasar bagi para pelaku

bisnis untuk mengetahui apakah ada kesenjangan (gap) atau perbedaan

antara harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Harapan

pelanggan sama dengan dengan keinginan pelanggan yang ditentukan

oleh informasi yang mereka terima dari mulut ke mulut, kebutuhan

pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikasi eksternal melalui iklan

dan promosi.

2.3 Keragaman Produk /Diferensiasi Produk

Menurut Kotler (2000:328) bahwa diferensiasi produk adalah

tindakan merancang sebagian perbedaan yang berarti untuk membedakan

tawaran perusahaan dengan tawaran pesaing. Dalam kajian mengenai

diferensiasi ini, penjual banyak sekali menghadapi parameter rancangan


24

diferensiasi yang mencakup bentuk keistimewaan (feature), kinerja,

kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya, dan

rancangan. Adapun diferensiasi produk meliputi :

1. Bentuk produk

Banyak produk dapat dideferensiasi berdasarkan bentuk , ukuran, model

atau struktur fisik sebuah produk.

2. Keistimewaan (feature)

Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan berbagai keistimewaan

yaitu, karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk.

3. Mutu kinerja

Sebagian besar produk ditetapkan pada salah satu dari emapt empat level

kinerja: rendah,rata-rata,tinggi dan super.

4. Mutu kesesuain

Pembeli mengharapkan produk yang memiliki mutu kesesuaian

(conformance quality) yang tinggi.

5. Daya tahan (durability)

Suatu ukuran usia opersai produk yang diharapkan dalam kondisi normal

dan berat merupakan atribut yang berharga untuk produk – produk

tertentu.

6. Keandalan

Pembeli umumnya akan membayar lebih untuk produk yang lebih dapat

diandalkan.

7. Mudah diperbaiki
25

Pembeli memilih produk yang mudah diperbaiki. Mudah diperbaiki

adalah suatu ukuran kemudahan untuk memeperbaiki suatu produk yang

rusak atau gagal.

8. Gaya

Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk

itu bagi pembeli.

Diferensiasi sebuah produk didasarkan pada delapan dimensi yaitu

bentuk produk, keistimewaan, mutu kinerja, mutu kesesuaian, daya tahan,

kehandalan, dan gaya, kedelapan dimensi tersebut memberikan daya tarik

pada konsumen untuk tetap mengkonsumsi sebuah produk. Loyalitas

konsumen tidak tumbuh dengan sendirinya, namun banyak dipengaruhi oleh

berbagai faktor, dan diantaranya adalah keragaman produk.

Melalui keragaman produk memungkinkan membentuk sebuah

loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen ini akan tetap bertahan jika produk

tersebut tetap memberikan daya tarik bagi konsumen baik daya tarik fisik

maupun daya tarik non fisik. Untuk itu, selama variasi produk pada produk

sabun mandi Lux mampu memberikan daya tarik pada konsumen, maka

loyalitas konsumen akan tetap terjaga dari sisi keragaman

produk.(www.digilib.petra.ac.id)

2.4 Loyalitas Konsumen


26

Loyalitas konsumen (consumer loyalty) diyakini sebagai muara

terkhir pemasaran dan target pemasar yang sesugguhnya. Loyalitas dapat

memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya konsumen beralih ke produk

lain. Dalam situasi persaingan yang ketat dengan semakin banyak tersedianya

produk alternatif, konsumen semakin rendah loyalitasnya pada satu merek

tertentu akibat bayaknya tawaran menarik untuk pindah ke merek lain.

Bagi pemasar, kesetiaan konsumen bisa menjadi barometer

kelangsungan perusahaan. Dengan memiliki konsumen yang loyal, perusahaan

mendapatkan jaminan produknya akan terus dibeli dan bisnis ke depan akan

berjalan lancar. Konsumen yang setia tidak akan pindah ke lain merek

walaupun mendapatkan tawaran lain yang lebih menarik.

Loyalitas menurut Tjiptono (2000:111) adalah situasi dimana

konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan

disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas merupakan suatu

sikap positif konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang disertai dengan

perilaku pembelian secara berulang dan bersifat konsisten, yang selanjutnya

mereka atau konsumen merekomendasikan produk atau jasa perusahaan

tersebut kepada orang lain.

Menurut studi yang dilakukan MARS (SWA,2005) ada lima faktor

yang menyebabkan konsumen loyal pada merek yang digunakannya yaitu:

1. Nilai merek (brand value) yaitu perpsi

konsumen yang membandingkan antara


27

biaya atau harga yang harus ditanggung

dan manfaat yang diterimanya.

2. Karaktereristik konsumen (customer

characteristic) yaitu karakter konsumen

dalam menggunakan

merek.Kenyataannya, setiap individu

memiliki karakteristik yang berbeda dari

individu yang lainnya.

3. Hambatan pindah (switchingbarrier) yaitu

hambatan-hambatan atau biaya yang harus

ditanggung konsumen bila ia akan pindah

dari satu merek ke merek lain.

4. Kepuasan konsumen(consumer

satisfaction) yaitu berkaitan denagan

pengalaman konsumen ketika melakukan

kontak denagan merek yang

digunakannya.faktor ini sangat penting,

tetapi kepuasan konsumen aja tidak cukup

menyebabkan seorang konsumen tetap

setia terhadap suatu merek.

5. Lingkungan yang kompetitif (competitive

environment) yaitu menyangkut sejauh

mana kompetitive yang terjadi antar


28

merek dalam satu kategori produk

2.4.1 Karakteristik Loyalitas Konsumen

Konsumen yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi

perusahaan. Bagaimana menilai konsumen itu loyal atau tidak.

Tjiptono (2000 :107-108) mengemukakan beberapa karakteristik dari

konsumen yang loyal, diantaranya adalah :

1. Melakukan pembelian ulang yang konsisten

Konsumen membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan

perusahaan.

2. Merekomendasikan produk perusahaan kepada

orang lain

Konsumen melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan

dengan produk tersebut kepada orang lain.

3. Konsumen tidak mudah beralih pada produk

pesaing

Konsumen tidak tertarik terhadap tawaran produk sejenis dari

pesaing.

2.4.2 Tipe-tipe Loyalitas Konsumen

Dalam cakupan yang lebih luas, loyalitas konsumen dapat

didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko,

atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin

dalam pembelian ulang yang konsisten. Definisi tersebut mencakup

dua komponen penting yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas


29

sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen itu menghasilkan empat

siatuasi atau disebut juga dengan tipe loyalitas konsumen.

Tipe-tipe loyalitas konsumen menurut Dick dan Basu dalam

Tjiptono (2000:110) diantaranya adalah :

1. No Loyalty

Bila sikap dan perilaku pembelian ulang konsumen sama-sama

lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua penyebabnya, yang

pertama sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi bila

suatu produk / jasa baru diperkenalkan atau perusahaan tidak

mampu mengkomunikasikan keunggulan unik produknya.

Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-

merek yang berkompetensi dipersiapkan serupa / sama.

2. Spurious Loyalty

Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang

kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Situasi semacam

ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku,

misalnya faktor situasional. Situasi ini dapat dikatakan pula inertia,

dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam

kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Sehingga

pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional,

seperti familiarity (penempatan produk yang strategis pada rak

pajangan, atau lokasi outlet di persimpangan jalan yang ramai atau

faktor diskon).
30

3. Laten Loyalty

Situasi Laten Loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola

pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar

para pemasar ini disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang

sama kuat ataupun cenderung lebih kuat daripada faktor sikap

dalam menentukan pembelian ulang. Contohnya, seseorang yang

bersikap positif terhadap restoran tertentu, namun tetap saja

berusaha mencari variasi karena pertimbangan harga atau referensi

terhadap berbagai variasi makanan.

4. Loyalty

Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para

pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau

produsen (penyedia jasa) dan disertai pada pembelian ulang yang

konsisten.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir dibawah ini menjelaskan bahwa harga, kualitas

produk dan keragaman produk mempengaruhi konsumen dalam menentukan

apakah akan membeli ulang atau tidak sabun mandi Lux padat.
31

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan sebagai

berikut :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara harga terhadap loyalitas

konsumen produk sabun Lux padat.

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk terhadap

loyalitas konsumen produk sabun Lux padat.

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara keragaman produk terhadap

loyalitas konsumen produk sabun Lux padat

H4 : Secara simultan harga, kualitas produk, dan keragaman produk

berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen produk sabun Lux

padat.
32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh harga, kualitas produk dan

keragaman produk terhadap loyalitas konsumen sabun mandi Lux padat pada

masyarakat desa Penambangan dan desa Srepeng Kecamatan Pejagoan.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat

(Sugiyono, 2005:39). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini


33

adalah harga, kualitas produk dan keragaman produk.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel

terikatnya adalah loyalitas konsumen.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

1. Harga

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan oleh konsumen

untuk mendapatkan produk sabun Lux padat.Pengukurannya

dilakukan melalui persepsi konsumen terhadap kebijakan harga

dengan indikator :

a.Kesesuaian harga yang ditawarkan dengan kemampuan dan

harapan konsumen.

b.Perbandingan harga produk yang ditawarkan dengan harga

produk-produk sejenis dari perusahaan lain.

2. Kualitas Produk

Kualitas produk adalah persepsi konsumen terhadap kualitas

atau keunggulan suatu produk berkenaan apa yang diharapkan oleh

konsumen.
34

3. Keragaman Produk

Keragaman produk adalah penciptaan produk-produk yang

sedikit berbeda dari standar untuk memenuhi atau melengkapi

kebutuhan dan keinginan konsumen. Karena adanya perbedaan-

perbedaan tersebut,perlu adanya keragaman produk agar

selera,keinginan atau harapan konsumen dapat terpenuhi oleh

produk tersebut.

4. Loyalitas Konsumen

Merupakan suatu sikap positif konsumen terhadap suatu

produk atau jasa yang disertai dangan perilaku pembelian secara

berulang dan bersifat konsisten, yang selanjutnya mereka atau

konsumen merekomendasikan produk atau jasa perusahaan

tersebut kepada orang lain.

3.3 Instrumen atau Alat Pengumpukan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

kuesioner (angket), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis terhadap

responden untuk dijawabnya.Butir-butir pertanyaan maupun pertanyaan

dalam kuesioner disusun berdasarkan skala likert yang telah dimodifikasi.

Jika nilai jawaban responden sangat setuju (SS) memperoleh skor 4, jawaban
35

setuju (S) memperoleh 3, jawaban tidak setuju (ST) memperoleh skor 2, dan

jawaban sangat tidak setuju (STS) memperoleh skor 1.

Penggunaan alternatif jawaban tersebut didasarkan pada 3 alasan

dasar yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2004:91):

1. Kategori netral mempunyai arti ganda sehingga sulit untuk diartikan

sebagai sesuai atau tidak sesuai. Kategori yang mempunyai arti ganda

tentu tidak diharapkan dalam suatu instrumen penelitian.

2. Tersedianya jawaban ditengah dapat menimbulkan kencenderungan

memilih jawaban yang tengah tersebut bagi subyek yang ragu-ragu atas

arah kecenderungan jawabanya.

3. Maksud kategorisasi SS-S-ST-STS adalah untuk melihat kecenderungan

pendapat subyek kesalah satu kutub.

3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang belum tersedia sehingga untuk

menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber

aslinya (Simamora, 2004:222).

Data primer secara khusus dikumpulkan peneliti untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini

subyek (orang) secara individual atau kelompok, dan hasil

pengujian. Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan data

sesuai dengan yang diinginkan, karena data yang tidak relevan


36

dengan tujuan penelitian dapat dielimir atau setidaknya dikurangi.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer

dalam penelitian ini adalah metode kuesioner yang berisi

seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh

responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tersedia, atau sudah

dikumpulkan untuk salah suatu tujuan sebelumnya (Simamora,

2004:222). Data sekunder diperoleh melalui buku-buku referensi,

media massa, majalah, jurnal.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik

kuesioner (angket), metode ini digunakan untuk memperoleh data

melalui seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Pertanyaan atau pertanyaan yang

ditunjukkan kepada responden meliputi 2 variabel yaitu independen

yang terdiri dari harga, kualitas produk, keragaman produk dan

variabel dependen pada penelitian ini adalah loyalitas konsumen.

Tipe dan bentuk pertanyaan atau pertanyaan pada penelitian ini

menggunakan pertanyaan atai pertanyaan tertutup, yakni kuesioner

yang sudah menyediakan jawabannya sehingga responden hanya


37

memilih jawabannya yang dianggap sesuai. Dengan ini akan

membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan memudahkan

peneliti dalam melakukan analisis data terhadap suluruh angket yang

telah terkumpul.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2005:90).

Dalam penelitian ini populasinya adalah konsumen pengguna

sabun mandi Lux padat pada masyarakat desa Penambangan dan desa

Srepeng Kecamatan Pejagoan.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi yang menjadi subyek penelitian tersebut

(Sugiyono, 2004 : 91). Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik Convinience Sampling. Convinience Sampling

adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti, mudah dihubungi,


38

dikenal dan mau diajak bekerja sama (Simamora, 2004:199).

Dalam penelitian ini daftar pertanyaan diberikan kepada

responden yang mudah ditemui dan mau bekerja sama. Adapun sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden yang

diambil dari responden yang ditemui di masyarakat desa Penambangan

dan desa Srepeng Kecamatan Pejagoan.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Kualitatif

Analisis Kualitatif yaitu analisis dengan merinci dan

menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data peneliti dalam

bentuk kalimat. Data ini biasanya tercantum dalam bentul tabel dan

analisis didasarkan pada data di tabel tersebut.

3.6.2 Analisis Kuantitatif

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis sebagai

berikut :

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1) Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel

yang dimaksudkan (Simamora, 2004:172).


39

Untuk menguji validitas menggunakan rumus Product

Moment yaitu sebagai berikut :

n.Σ X Y − (ΣX )(ΣY )

r= {nΣX 2
}{
− (ΣX ) 2 nΣY 2 − (ΣY ) 2 }
Dimana :

r = koefisien korelasi

n = jumlah responden

2) Uji Reliabilitas

Uji reabilitas menunjukkan pada instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha :

 k  1 − Σσb 
2

 
σt2 
r11 =  k −1  

Dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal atau pertanyaan

Σσb2 = Jumlah Varian butir

σt2 = Varian total

2. Uji Asumsi regresi Berganda

1) Multikolinieritas

Uji asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah pada


40

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

indepnden. Ada tidaknya multikolieritas dalam model regresi

dapat dideteksi dengan melihat besaran VIF (Variance

Inflaction Factor) dan Tolerance (Santoso dan Tjiptono, 2001 :

206). Pedoman suatu model regresi yang bebas

multikoloniearitas adalah :

a. Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1

b. Mempunyai angka toleransi mendekati 1

c. Besaran korelasi antar variabel independen

Adapun pedomannya adalah koefisien antar variabel

independen haruslah lemah (dibawah 0,5)

2) Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual

dari satu pengamatan ke pengalaman yang lain. Adanya

heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik, dimana sumbu x dan y yang telah

diprediksi, dan sumbu x adalah residual (y prediksi – y

sesungguhnya) yang telah di studentized. Sedangkan dasar

pengambilan keputusan menurut Santoso dan Tjiptono (2001:

210) adalah :

1. Jika ada pola tertentu,


41

seperti titik-titik (poin-

poin) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang

teratur (bergelembung,

melebur, kemudian

menyempit) maka telah

terjadi heteroskedastisitas

2. Jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik-titik

menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada

sumbu y, maka terjadi

heteroskedastisitas

3) Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, variabel normal atau mendekati normal.

Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar pengambilan

keputusannya dalam Santoso dan Tjiptono (2001 : 214) sebagai

berikut :
42

a. Jika data menyebar di

sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis

diagonal, maka regresi

memenuhi asumsi

normalitas

b. Jika data menyebar jauh

dari garis diagonal dan atau

tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka model

regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas

3. Analisis Regresi Berganda 3 Variabel

Merupakan suatu titik statistik yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dalam penelitian ini analisis regresi berganda digunakan untuk

mengetahui variabel bebas yaitu harga (X1) kualitas produk (X2)

keragaman produk (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y)

persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Dimana :

Y = loyalitas konsumen
43

a = konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi

x1 = harga

x2 = kualitas produk

x3 = keragaman produk

e = residual

4. Uji Hipotesis

1) Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji

keabsahan koefisien dalam menyatakan hubungan antara setiap

variabel harga, kualitas produk, keragaman produk terhadap

loyalitas konsumen maka dilakukan uji t dengan menghitung to

dengan rumus.

r (n − 2)
1 − (r 2 )
to =

Dimana :

to = nilai uji statistik

r = koefisien korelasi

n = jumlah yang diteliti

Ho = P = o artinya tidak ada pengaruh antara setiap variabel

harga, kualitas produk, dan keragaman produk

terhadap loyalitas konsumen


44

Ha = P # o artinya terdapat pengaruh antara setiap variabel

harga, kualitas produk, keragaman produk dan

loyalitas konsumen

2) ji Hipotesis Serentak (Uji F)

Pengujian hipotesis serentak (uji F) dilakukan untuk

menguji keabsahan koefisien korelasi dalam menyatakan

hubungan antar variabel harga, kualitas produk, keragaman

produk secara bersama-sama terhadap loyalitas konsumen,

rumus uji F sebagai berikut (Simamora, 2004 : 342)

R2
k
F = ( I − R )(n − k − 1)
2

Dimana :

R = korelasi ganda

k = jumlah variabel independen

n = ukuran sampel

adapun dalam perhitungan untuk menganalisis regresi dan

menguji hipotesis peneliti menggunakan bantuan komputer

program SPSS.

Kuesioner Penelitian

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, DAN KERAGAMAN


PRODUK, TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA
45

SABUN MANDI LUX PADAT


Identitas Responden

1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan


2. Usia : < 17 34 -40
3. 18 -24 > 41
26 -33
4. Pekerjaan : Pelajar /Mahasiswa wiraswasta
Pegawai Negri Lainnya
Pegawai Swasta

Pertanyaan-pertanyaan :
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check list ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedia dari pertanyaan
yang diajukan.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No. Pertanyaan Penilaian
ST
SS S TS
S
1. Harga
1. Harga produk sabun mandi Lux padat
terjangkau oleh konsumen
2. Harga produk sabun mandi Lux padat bersaing
dengan produk sejenis lainnya
3. Harga yang diterapkan produk sabun mandi
Lux padat sesuai dengan kualitas produk yang
didapatkan konsumen
4. harga dari produk sabun Lux padat sudah
sesuai dengan harapan konsumen
5. Harga produk sabun mandi Lux padat sesuai
dengan manfaat yang konsumen dapatkan
6. Harga dari sabun mandi Lux padat bervariasi
46

sehingga memudahkan konsumen untuk


memilih.
2. Kualitas Produk
1. Performansi (Performance)
 Produk dapat membersihkan kotoran
yang menempel di kulit.
 Sabun mandi Lux dapat membuat
kulit lebih segar.
2. Keistimewaan Tambahan (Feature)
 Vitamin yang terkandung dalam
sabun mandi Lux membuat
konsumen yakin dan setia
menggunakan produk sabun mandi
tersebut.
3. Keandalan (Reliability)
 Dapat melembutkan kulit dalam
waktu relatif singkat.
4. Konformasi (Conformace)
 Gambar bintang film dalam kemasan
sabun mandi Lux menarik.
 Gambar bunga mawar dalam
kemasan sabun mandi Lux
mencerminkan keharuman sabun
mandi tersebut.
5. Daya Tahan (Durability)
 Sabun mandi Lux yang berbentuk
oval dan lebih padat memiliki daya
tahan lebih lama dibanding sabun
mandi merk lain.
6. Kemampuan Pelayanan (Service ability)
 Demi kepuasan pelanggan PT
Unilever selaku produsen sabun
mandi Lux membuka layanan suara
konsumen.
 Produk menyediakan informasi yang
lebih luas melalui layanan bebas
pulsa.
7. Estetika (Aesthetics)
 Kemasan sabun mandi Lux
bervariasi sehingga menarik untuk
dicoba.
8. Kualitas yang dirasakan (Perceived
quality)
 Kulit menjadi halus dan segar
setelah menggunakan sabun mandi
47

Lux padat.

3. Keragaman Produk
1. Banyaknya pilihan aroma dalam sabun Lux
padat membuat konsumen bebas untuk
memilih sesuai dengan selera.
2. Keragaman produk yang meliputi Lux magic
spell, power up, silk caress, soft kiss, velvet
touch, wake me up, memberikan alternatif
yang sangat membantu konsumen untuk
melakukan pembelian produk sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Warna sabun mandi Lux padat yang beraneka
ragam memudahkan konsumen untuk memiliki
sesuai dengan jenis kulitnya.
4. Keragaman produk sabun mandi Lux padat
menceritakan merek yang positif bahwa sabun
Lux dibuat dengan teknologi mutakhir.
4. Loyalitas Konsumen
1. Saya masih bersedia menggunakan sabun
mandi Lux padat diwaktu mendatang.
2. Saya kan merekomendasikan kepada orang lain
untuk menggunakan sabun mandi Lux padat.
3. Saya akan pindah ke merek lain,jika ada produk
lain yang secara umum lebih menarik dari
sabun mandi Lux padat
4. Saya mengatakan hal – hal yang positif tentang
produk sabun mandi Lux padat pada orang
lain.
48

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sutrisno. 2004. Metode Penelitian Administrasi Untuk Ekonomi dan Bisnis
Edisi 1. Yogyakarta : BPFE.

Irawan, Hadi. 2003. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT Elex Media


Komputindo.

Kotler, Philip dan Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid Pertama


Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.

Kotler, Phillip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Melenium. Jakarta :


Prenhallindo.

Kotler, Philip dan Kevin Lan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jilid 1, Edisi
II. Indeks : Jakarta.

P.Sumadji, Yudha Pratama, dan Rosita. 2006. Kamus Ekonomi Lengkap. Jakarta :
Wipress.

Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran : Konsep dan
Aplikasi Dengan SPSS Edisi 1. Jakarta : PT Gramedia.

Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran, Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Gramedia.

Sugiyoono. 2005. Metode Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Tjiptono, Fandi. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi 2. Andi : Yogyakarta.

Universitas Petra. 2000. Teori Penunjang. http//www.digilib.petra.ac.id. Diambil


13 Maret 2009.

Universitas Petra. 2005. Teori Penunjang. http//www.digilib.petra.ac.id. Diambil


13 Mei 2009.

Universitas Petra. 2007. Teori Penunjang. http// www.digilib.petra.ac.id. Diambil


8 April 2009.

Wahyu, Dorothea Ariani. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif.


Jakarta : Ghalia Indonesia.
49

Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta :


Ekonomis.

You might also like