You are on page 1of 31

PENGENALAN DAN PENGOPERASIAN ALAT PRAKTEK DI LABORATORIUM / BENGKEL KERJA

Oleh . Th. Sukardi

I. PENDAHULUAN: Pada institusi perguruan tinggi, keberadaan tempat praktikum dan fasilitas para mahasiswa, praktikum merupakan perangkat yang sangat penting peranannya , karena perangkat ini sebagai tempat untuk mengembangkan dan mendidik ketrampilan sehingga lulusannya mampu bekerja sesuai pada bidangnya . Tempat praktikum yang dimaksudkan disini adalah Laboratorium atau bengkel kerja (workshop) yang lengkap dengan segala fasilitasnya . Fungsi lain dari laboratorium atau bengkel kerja, selain untuk mendidik ketrampilan mahasiswa juga berfungsi untuk kegiatan penelitian ilmiah para dosen, dengan demikian peranan laboratorium dan bengkel kerja ini sangat penting sekali di lembaga perguruan tinggi, terutama untuk keperluan pengembangan ilmu. Dalam suatu laboratorium atau bengkel kerja (workshop) teknisi merupakan tenaga pokok yang harus ada dan selalu siap dalam melayani keperluan praktikum mahasiswa. Fungsi dan jabatan teknisi sangat berbeda sekali dengan pegawai negeri sipil lainnya dilihat dari fungsi, teknisi sebagai tenaga spesifik yang bertugas dibidang laboratorium/bengkel kerja , dan jabatannya adalah tenaga profesional. Dengan demikian jabatan teknisi memerlukan persyaratan-persyaratan khusus yang tentu saja berbeda dengan pegawai negeri sipil lainnya.

A. Pengertian Teknisi
Teknisi (techniciant) menurut Kamus Jabatan Indonesia adalah Juru Teknik yang mempunyai kemampuan ketrampilan yang sesuai bidangnya. Dan teknisi merupakan suatu jabatan profesi yang disandang oleh seseorang pada bidang kerja masing-masing yang mereka tekuni. Pada sektor industri logam dasar ada berbagai macam dan jenis jabatan yang sering digunakan yaitu ada yang mengacu jenis kelompok penyelia dan ada juga yang mengacu jenis kelompok operator . Kelompok penyelia adalah kelompok yang dikategorikan klasifikasi teknisi ahli dan kelompok operator adalah kelompok yang dikategorikan klasifikasi teknisi biasa, secara rinci pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Teknisi ahli/penyelia :

a. Foreman; pada, electrical maintenance, electronic maintenance,dlsb b. Superintendent; pada , perawatan mesin, maintenance, mechanical maintenance,dlsb; c. Assistant superintendent; pada..dst d. Mandor; padadst e. Penyelia atau pengawas lapangan; pada..dst. 2. Teknisi biasa/tukang/operator : a. Pembuat, misal, pembuat ketel uap,pembuat kapal, dst. b. Perakit, misal , perakit komponen sepeda motor, perakit mesin bubut,dst. c. Pembantu, misal, pembantu maintenance, dst,dst. maintenance mesin, pembantu superintendent

B. Persyaratan Akademis dari teknisi.


Persyaratan akademis utama dari teknisi adalah derajat pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas yang diampu , misal untuk teknisi bengkel pemesinan adalah lulusan Diploma-3 jurusan pemesinan/manufaktur; atau minimum lulusan SMK (yang telah dilatih) jurusan pemesinan /manufaktur.

C. Syarat Jabatan Teknisi.


Persyaratan jabatan yang harus dipenuhi oleh seorang teknisi menurut Kamus Jabatan Nasional adalah : 1. Syarat pendidikan : Yaitu merupakan pendidikan formal yang harus dimiliki seseorang (dalam hal ini teknisi) untuk memangku jabatan tertentu. 2. Syarat Pengetahuan dan Keterampilan kerja : Yaitu merupakan pengetahuan dan keterampilan kerja yang harus dimiliki oleh seseorang (teknisi) agar dapat menjalankan tugas-tugas jabatan dengan baik. Syarat ini sangat berpengaruh sekali dalam pengelolaan alat/mesin yang harus digeluti setiap hari oleh seorang teknisi. 3. Syarat Fisik : Yaitu upaya jasmani (physical effort) yang menonjol yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas jabatan. 4. Syarat Bakat :

Yaitu mencerminkan kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seseorang (teknisi) agar dapat diperkembangkan untuk mampu menjalankan tugas-tugas jabatan dengan baik. 5. Syarat Minat : Yaitu kecenderungan seseorang (teknisi) untuk tertarik atau senang dengan suatu macam pekerjaan atau tugas-tugas jabatan. 6. Syarat Temperamen : Yaitu sikap mental yang harus dimiliki seseorang (teknisi) agar dapat menyesuaikan diri terhadap tipe-tipe khusus yang berhubungan dengan tugas.

D. Tugas Utama dari Teknisi/Laboran.


Dalam suatu laboratorium /bengkel kerja, seorang teknisi mempunyai tugas yang sangat berat dan beragam jenis pekerjaannya. Secara garis besar tugas-tugas tersebut memperlancar jalannya Proses Belajar Mengajar yang ada di laboratorium / bengkel kerja yang diampunya, yang dalam hal ini bertanggung jawab kepada guru, kepada siswa dan kepada kelancaran fungsi mesin dan peralatan yang ada di laboratorium/bengkel kerja dimana mereka menjalankan tugasnya. Berkaitan dengan hal tersebut salah satu persyaratan yang paling utama bagi teknisi adalah menguasai segala peralatan/mesin yang ada di lab / bengkel kerja yang diampu, artinya menguasai sifat-sifat peralatan/mesin, penggunaan peralatan/mesin, dan cara memperbaiki peralatan/mesin yang ada di lab/bengkel kerja tersebut. Secara rinci tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sebagai penyelenggara kegiatan praktek di Lab/bengkel kerja mempunyai tugas: a. Melayani keperluan mengajar dosen/instruktur; b. Melayani keperluan praktikum mahasiswa; c. Mengatur keluar/masuk peralatan praktikum; d. Mengatur keluarnya bahan praktek keperluan mahasiswa; e. Memeriksa kondisi mesin/alat yang ada di Lab/bengkel kerja; f. Menyiapkan alat potong (tool) untuk siswa (mempunyai kemampuan/ketrampilan mengasah pahat bubut,sekrap, dan cutter untuk mesin frais, mata bor,dlsb). 2. Sebagai administratur praktek di Lab/bengkel kerja mempunyai tugas:

a. Membuat data inventaris mesin/alat yang ada di Lab/bengkel kerja; b. Membuat laporan penggunaan bahan-bahan praktek; c. Membuat laporan penerimaan bahan-bahan praktek; d. Membuat laporan penggunaan mesin/alat praktek; e. Membuat laporan kerusakan/perbaikan mesin/alat praktek; f. Membuat jadwal kegiatan akademis yang ada di lab/bengkel kerja; g. Dlsb. 3. Sebagai tenaga Maintenance di Lab/bengkel kerja, mempunyai tugas : a. Melakukan inspeksi kondisi mesin/alat yang ada di lab/bengkel kerja; b. Melaksanakan perawatan priventive thd mesin/alat yg ada di lab/bengkel kerja; c. Mengatur penempatan peralatan-peralatan bantu prakek sesuai dengan fungsinya; d. Mengatur tata letak mesin ; e. Memeriksa /mengganti oli mesin,termasuk oli hidrolik secara periodik ( harus menguasai jenis dan fungsi dari oli pelumasan dan oli hidrolik mesin); f. Melakukan perbaikan perbaikan (dari menengah s/d overhoul ) pada mesin/alat; g. Memeriksa sistim kelistrikan di lab/bengkel kerja mesin secara berkala; h. Dlsb.

E. Job Diskripsi Pada Laboratorium.


Semua penyelenggara aktifitas di laboratorium dilakukan oleh tehnisi laboratorium dan dosen pengampu, masing-masing mempunyai tugas dan peranan sendiri-sendiri, semua kegiatan yang dilakukan oleh tehnisi dan dosen diorganisasi oleh seorang kepala laboratorium. Dengan demikian masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri, tugas dan tanggung jawab tersebut secara eksplisit disebutkan dalam job diskripsi berikut ini : 1. Job Diskripsi Kepala Laboratorium : 1) Merencanakan dan mengadakan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum sesuai usulan dari penanggung jawab laboratorium, laboran dan teknisi. 2) Merencanakan dan mengadakan alat dan bahan untuk kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai usulan dari penanggung jawab laboratorium,laboran dan teknisi.

3) Mengatur dan melaporkan administrasi keuangan penggunaan dana DIK, Sardik/BOP, dan sumber dana lain dari masyarakat dan pengguna. 4) Memfasilitasi Laboratorium untuk kelancaran kegiatan praktikum, penelitian, pemeliharaan dan pengembangan laboratorium. 5) Menginventarisasi alat dan bahan di laboratorium. 6) Melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan fasilitas dan alat di laboratorium. 7) Mengembangkan tim layanan masyarakat untuk kemajuan laboratorium dan kesejahteraan staf laboratorium (unit produksi). 8) Mewakili Ketua jurusan jika berhalangan dalam tugas yang menyangkut pengembangan fasilitas dan keuangan. 9) Memfasilitasi pengembangan KBK dan mengembangkan kerjasama dengan pihak luar untuk pemanfaatan dan peningkatan fasilitas laboratorium. 2. Job Diskripsi Dosen praktikum: 1) Membantu penanggungjawab laboratorium dalam merencanakan kebutuhan bahandan alat, serta kegiatan praktikum. 2) Merencanakan dan mengatur pelaksanaan praktikum secara teratur. 3) Melakukan pretes praktikum bersama asisten (kalau ada). 4) Memantau dan mengevaluasi kegiatan praktikum. 5) Melaksanakan kegiatan responsi praktikum. 6) Memantau kerja asisten laboratorium. 3. Job Diskripsi Teknisi/laboran: 1) Membantu kerja penanggungjawab laboratorium secara teknis 2) Mendata kebutuhan bahan dan alat untuk kegiatan praktikum dan penelitian 3) Mengusulkan kebutuhan bahan dan alat untuk kegiatan praktikum dan penelitian kepada penanggungjawab laboratorium atau kalab 4) Membantu dosen praktikum dalam menyiapkan pelaksanaan kegiatan praktikum 5) Membantu dosen praktikum dalam pelaksanaan praktikum mahasiswa 6) Mendata dan mengatur penggunaan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum dan penelitian. 7) Menjaga kebersihan dan keamanan laboratorium yang menjadi tanggung jawabnya.

8) Melaporkan kebutuhan bahan dan alat praktikum dan penelitian kepada penanggungjawab laboratorium atau Ka.lab. 9) Melaporkan kondisi laboratorium masing-masing kepada penanggung jawab laboratorium atau kalab.

F. Peran Teknisi dalam pengelolaan Laboratorium


Laboratorium adalah sarana yang sangat penting bagi terelenggaranya Proses Belajar mengajar (PBM) dan laboratorium merupakan indicator dari kualitas lulusan, untuk memfungsikan laboratorium sebagaimana mestinya, artinya laboratorium dapat berfungsi sebagai, pusat belajar, pusat pengembangan ilmu, pusat riset/penelitian, dan sebagainya, untuk itu perlu pengelolaan yang betul-betul baik dan komprehensip antara, pengelola, pemakai dan yang lain-lainnya. Beberapa kegiatan pengelolaan laboratorium dan bentuk tugas operasionalnya merupakan tanggung jawab dari teknisi/laboran, dosen dan ketua laboratorium. Bentuk kegiatan operasional yang harus dilakukan dan sebagian besar menjadi tanggung jawab teknisi/laboran diantaranya adalah kegiatan-kegiatan seperti berikut ini . 1. Penataan ruang 1) Pembuatan dan penempelan tata tertib laboratorium. 2) Pengaturan almari tempat bahan dan alat-alat. 3) Penataan Ruang dosen praktikum / teknisi / laboran / asisten, ruang instrumen, alat / preparasi, ruang bahan, dan gudang. 4) Penataan ruang/kamar asam. 5) Penataan piranti perangkat listrik, gas, dan air. 6) Pengaturan pintu pintas keluar untuk keamanan (security exit). 2. Penataan alat 1) Pendataan kondisi dan jumlah alat/instrumen 2) Pembuatan petunjuk penggunaan alat tertentu/khusus 3) Pembuatan kartu/papan kendali/data penggunaan / peminjaman /perbaikan alat khusus 4) Penempatan alat gelas, elektronik, kayu, plastik, dan logam sesuai tempatnya 3. Penataan bahan 1) Pendataan kondisi dan jumlah bahan-bahan kimia

2) Labeling bahan-bahan kimia 3) Penempatan sesuai tempatnya 4) Pembuatan larutan induk 4. Penataan infrastruktur (air, listrik, lampu, gas, tempat sampah, toilet dll) 1) Pengecekan suplai air 2) Pengecekan sambungan listrik dan lampu 3) Pengecekan tabung gas dan tempatnya 4) Penempatan bak sampah 5. Administrasi laboratorium 1) Inventarisasi alat, bahan, dan meubeler 2) Daftar pemesanan/kebutuhan alat, meubeler, dan bahan tambahan atau baru 3) Buku/kartu/papan kendali penggunaan alat dan bahan 4) Buku/kartu kendali peminjaman/pengembalian alat 5) Buku/kartu/papan kendali kegiatan praktikum 6) Buku/kartu asisten praktikum 7) Buku/kartu/papan kendali kegiatan penelitian 8) Buku/kartu servis alat/instrumen 9) Buku/Daftar surat keluar/masuk 10) Buku/Daftar pemberian insentif/honor kerja 11) Inventarisasi kegiatan laboratorium a) praktikum b) penelitian c) peminjaman/pengembalian alat dan bahan d) layanan masyarakat 12) Sistem evaluasi dan pelaporan kegiatan dan keuangan laboratorium 6. Keamanan laboratorium 1) Pendataan komponen penunjang keamanan dan keselamatan kerja dilaboratorium 2) Pengaturan sistem keamanan 3) Sosialisasi kepentingan keamanan laboratorium 7. Peraturan dasar / tata tertib laboratorium 1) Peraturan / tata tertib umum di laboratorium

2) Peraturan / tata tertib ruang khusus laboratorium 3) Sosialisasi tata tertib laboratorium kepada sivitas akademika.

II. PENGERTIAN TENTANG MESIN/PERALATAN


Yang disebut suatu mesin, adalah gabungan/susunan dari berbagai bagian-bagian mesin/elemen-elemen mesin yang masing-masing mempunyai peranan tertentu, yang kemudian secara bersama-sama bertugas menghasilkan fungsi suatu alat atau mesin. Sedangkan yang disebut peralatan adalah suatu preparat baik utama maupun yang bantu, yang wujudnya terdiri dari beberapa rangkaian komponen secara mekanis maupun elektris ataupun tidak sama sekali. Peralatan sifatnya ringan, dapat berfungsi sebagai alat bantu, dan dapat dijinjing atau dipindah-pindah. Mesin dan peralatan semuanya sebagai sarana untuk terselenggaranya PBM di laboratorium atau di bengkel kerja. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama di tempatnya masing-masing dan mempunyai kemiripan dalam fungsi.

A. Ciri-ciri Pokok Mesin/Peralatan


Kalau kita lihat lebih jauh lagi, mesin dan peralatan untuk praktek laboratorium maupun kerja bengkel, itu ditandai dengan beberapa ciri pokok, yaitu dengan adanya : 1. tenaga penggerak (power), a. dapat tenaga listrik b. dapat tenaga alam, atau tenaga lainnya c. dapat pula dengan tenaga manusia (manual); 2. sistim kontrol/pengendali, a. otomatis elektris/mekanis b. katup pengatur (hidrolik),dsb; 3. sistim lintasan luncur (untuk mesin perkakas), a. lintasan luncur melingkar (bush/bearing) b. lintasan luncur lurus (slider/guide ways); 4. sistim pelumasan, 5. sistim pondasi mesin (untuk mesin perkakas), a. permanen/tidak dapat dipindah-pindah b. tidak permanen (replaceable); 8

6. buku panduan (manual book), a. sertifikat test b. parts list dan maintenance program c. trouble shouting list, instruction list, dsb.

B. Prinsip Kerja Mesin/Peralatan


Dilihat dari sistim kerjanya mesin dan peralatan untuk praktek laboratorium dan kerja bengkel dapat dibagi menjadi: a. Mesin /peralatan yang sisitim kerjanya menggunakan prinsip mekanis. b. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip elektris (arus kuat/lemah). c. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip hidrolis dan pneumatis. d. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip optis. e. mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunakan gabungan prinsip mekanis dan elektris. f. Mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunkan gabungan prinsip mekanis dan hidrolis serta elektris. g. Mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip gabungan yang komplek.

C. Kondisi Alat-alat Praktek (mesin/peralatan)


Alat yang dimaksud disini dapat berupa peralatan laboratorium atau mesin sebagai alat praktek. Pengenalan/memahami peralatan untuk praktek merupakan kuwajiban yang harus dilakukan oleh setiap petugas laboratorium ( teknisi/laboran, dosen/instruktur, pengelola) untuk mengetahuinya, mereka harus mengetahui dengan yakin tentang peralatan yang akan digunakan. Dengan demikian setiap alat yang akan dioperasikan harus benar-benar dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap pakai yang dimaksud tersebut adalah : 1) Alat dalam kondisi tidak rusak. 2) Alat dalam keadaan dapat beroperasi dengan baik. 3) Alat benar-benar siap dipakai, artinya kondisi fisiknya baik dan berfungsi ( ready for use). 9

4) Kondisi alat harus bersih, artinya bebas dari segala bentuk kotoran atau yang lainnya. 5) Alat dalam kondisi terkalibrasi, sudah diseting, sudah normal. Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasar penggunaannya dan diberi penutup sebagai pelindung debu atau kotoran yang lain. Karena alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan, misalnya berkarat. Untuk itu perlu dikelompokkan dalam penyimpanannya,sebagai contoh misalnya : 1) Untuk peralatan dari gelas ditempatkan dalam almari khusus, harus dalam keadaan bersih dan steril. 2) Untuk peralatan optis misal mikroskop dan alat optis yang lain, ditempatkan pada ruang/almari yang kering dan tidak lembab, sebab kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan lensa berjamur dan membuat rusak lensa. 3) Khusus untuk bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis sebaiknya ditempatkan pada ruang/kamar yang dilegkapi penyedot gas, atau kipas angin (fan).

D. Usia Pakai Mesin/peralatan.


Mesin/peralatan praktek yang masih baru dari pabrik kondisi bagian-bagian sistim kerjanya masih sangat kasar, sehingga kalau langsung dipakai dianjurkan oleh pabrik agar selalu dikalibrasi ,diseting, dipanasi , dilumasi secara periodik sesuai yang dianjurkan oleh pabrik, hal tersebut guna menekan terjadinya penyimpangan dan laju keausan. Phase ini dikenal sebagai masa penyesuaian (running in), diharapkan setelah melewati phase ini suaian-suaian yang bergerak telah sesuai/cocok/berpasangan dengan lancar , maka penyimpangan dan keausan dapat dikatakan sangat lambat pada kondisi normal. Dan apabila ini dipelihara atau diikuti perawatan dengan baik, maka umur mesin akan lebih panjang. Secara rinci usia pakai mesin/peralatan ditentukan oleh : 1. kondisi awal ketelitian mesin/peralatan, 2. beban pemakaian mesin/peralatan, 3. metode operasional mesin/peralatan, 4. perencanaan perawatan/peralatan, 5. pengendalian perawatan mesin/peralatan, dan

10

6. lokasi penempatan mesin/peralatan.

E. Pengelompokan Mesin/Peralatan di Laboratorium


Jenis mesin/peralatan yang biasa dipakai di laboratorium/bengkel kerja dikelompokkan sebagai berikut : 1. Peralatan dari gelas (glass-ware) terdiri dari peralatan-peralatan : Gelas labu, flask, gelas labu konis (erlenmeyer), tabung reaksi, beaker glass, botol reagan, gelas ukur, petridish, dan lain sebagainya. 2. Peralatan optik (optical equipment) terdiri dari : a. Mikroskop dalam berbagai jenis. b. Kamera dan video dalam berbagai jenis. c. Spectrophotometer, dan ebagainya. 3. Peralatan instrumen terdiri dari: a. Alat sterilisasi dengan uap panas (autoclave) b. Alat sterilisasi dengan listrik (oven) c. Alat inkubasi d. Spectropothometer, alat pengukur spektrum. e. Colony counter, penghitung jumlah koloni bakteri. f. Flash shaker,alat untuk mengocok. g. Magnetic stirrer, alat pengaduk magnetic. h. Timbangan, dan sebagainya. 4. Peralatan mesin terdiri dari : a. Mesin-mesin perkakas untuk kerja pemesinan seperti, mesin bubut, mesin frais, mesin bor, mesin ketam, dan sebagainya. b. Mesin-mesin perkakas untuk kerja kayu seperti, mesin ketam kayu, mesin bubut kayu , mesin bor kayu, dan lain sebagainya. c. Mesin-mesin pembangkit seperti, generator-set, generator las listrik, dan sebagainya.

11

d. Mesin-mesin untuk kerja otomotip seperti, mesin pembalans roda (balancing wheel), dongkrak hidrolik untuk menaikkan mobil (hidrolic jack), mesin koter (couter machine), dan lain sebagainya. e. Peralatan tangan (hand tool) yang menggunakan tenaga listrik seperti, bor tangan, gerinda tangan, gergaji tangan, dan lain sebagainya. 5. Peralatan praktek kelistrikan, terdiri dari: a. Oscciloscope, untk mengukur tegangan dan untuk mengetahui bentuk gelombang. b. Ammeter dan Voltmeter. c. Osilator atau audio generator. d. Multimeteratau avometer,untuk mengukur hambatan, tegangan arus searah dan arus bolak- balik, juga untuk mengukur arus searah. 6. Peralatan pendukung praktek terdiri dari: a. Kompor gas, burner/bunsen, beserta gasnya. b. Seperangkat tool set. c. Peralatan penjepit. d. Peralatan ukur seperti jangka sorong, mikrometer, mistar, meteran dan lain sebagainya

III. PENGGUNAAN MESIN/PERALATAN PRAKTEK A. Mesin/peralatan prinsip mekanis dan elektris.


Mesin/peralatan yang menggunakan prinsip mekanis dan elektris banyak didapati di laboratorium/bengkel kerja, sebagai tenaga penggeraknya laboratorium/bengkel kerja dapat dilihat pada penjelasan berikut ini. alat/mesin tersebut memerlukan tenaga listrik . Sebagai contoh pemakaian dan aplikasinya di

12

Gambar 1. Mesin ketam 1. Langkah kerja penggunaan mesin ketam : (lihat gambar 1) a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator berfungsi baik. b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan berfungsi sebagai unsur gerak mekanis yang dapat bergerak dengan sinkron. c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama 5 s/d 10 menit, agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin. d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum penjepit yang sudah terpasang pada mesin ketam, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat. e. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya, kemudian lakukan seting dengan benda kerjanya. f. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting speed), langkah pahat per menit (stroke), pemakanan (feed), serta kedalaman pemakanan (depth of cut). g. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu memeriksa/memberi pelumas pada lengan (arm) mesin ketam. h. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh oksidasi.

13

2. Langkah kerja penggunaan mesin Frais : (lihat gambar 2) Mesin ini mampu untuk mengerjakan pekerjaan pengeboran, pembuatan roda gigi, pembuatan alur pasak, dan pembuatan bidang-bidang yang rata maupun bidang yang berbentuk komplek. Langkah kerja penggunaan mesin ini adalah sebagai berikut : a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator berfungsi baik. b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan, misal perangkat/perlengkapan (attachment) pengeboran, perangkat pengaluran, perangkat pembuat roda gigi, perangkat pembuat bidang datar dan komplek. c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama 5 s/d 10 menit, agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin. d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum penjepit yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat. e. Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan dipakai. f. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya, kemudian lakukan setting dengan benda kerjanya. g. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting speed), langkah pahat per menit (stroke), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan (depth of cut). h. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak. i. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh oksidasi.

14

Gambar 2. Mesin frais universal

3. Langkah kerja penggunaan mesin bubut : (lihat gambar 3) a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator berfungsi baik. b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan, misal perangkat/perlengkapan (attachment) untuk pembubutan konis, pembubutan ulir, dan sebagainya. c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama 5 s/d 10 menit, agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin. d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum ( chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat. e. Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan dipakai. f. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya (tool post), kemudian lakukan setting dengan benda kerjanya. g. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting speed), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan (depth of cut). 15

h. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak. i. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh oksidasi.

Gambar 3. Mesin bubut konvensional. 4. Langkah kerja penggunaan mesin bubut kayu : (lihat gambar 4) a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator berfungsi baik. b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan. c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama 5 s/d 10 menit, agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin. d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum ( chuck) yang sudah terpasang pada mesin bubut kayu, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat. e. Memilih alat potong yang akan digunakan, bentuk lengkung, runcing, atau yang lainnya dari sekian banyak alat potong yang dipunyai oleh mesin bubut kayu. f. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting speed), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan (depth of cut) dengan cara manual/perasaan. g. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.

16

h. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh oksidasi.

Gambar 4. Mesin bubut kayu 5. Lagkah kerja penggunaan alat/mesin uji tarik : (lihat gambar 5) Mesin uji tarik adalah salah satu mesin yang ada di laboratorium bahan , alat ini berfungsi untuk mengetahui kekuatan dari suatu bahan, kekuatan tariknya , kekutan tekannya, dan kekuatan bengkoknya. Prosedur langkah kerjanya adalah sebagai berikut: a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator berfungsi baik. b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan. c. Pilih dan periksa semua alat penjepit spesimen apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak, jika tidak maka perlu untuk diperbaiki. d. Periksa volume dan kondisi/kualitas oli hidrolik yang ada pada tangki reservoir mesin uji tarik, apakah masih memenuhi persyaratan kualitas oli hidrolik. e. Periksa pompa hidroliknya , apakah masih dapat bekerja denga baik atau tidak, karena pompa hidrolik adalah unit pentingnya dari mesin uji tarik. f. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama 5 s/d 10 menit, agar sistim hidroliknya bekerja dengan normal dan semua komponen mengalami penyesuaian gerakan antara satu komponen dengan komponen lainnya.

17

g. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda spesimen pada penjepit yang sudah terpasang pada mesin uji tarik dan yakinkan bahwa benda spesimen sudah terpasang dengan baik dan kuat. h. Melakukan percobaan uji tarik spesimen dan mengamati jalannya percobaan dengan seksama dan teliti. i. Mencatat hasil percobaan uji tarik dengan teliti. j. Kemudian menganalisa hasil percobaan uji tarik. k. Selanjutnya hasil dari analisa tersebut disimpulkan. l. Agar mesin awet dan tidak mudah rusak, pemakaian hendaknya jangan melebihi atau sama dengan kapasitas yang dipunyai oleh mesin uji tarik. m. Jika telah selesai melakukan percobaan uji tarik, bersihkan mesin uji tarik dan lindungi dengan penutup agar terbebas dari debu dan kotoran.

Gambar 5. Mesin/alat uji tarik 18

B. Mesin/peralatan yang menggunakan prinsip hidrolis, mekanis dan elektris.


Mesin/peralatan-peralatan yang menggunakan prinsip hidrolis dan mekanis serta elektris, sebagai contohnya mesin dongkrak hidrolis yang digunakan pada lab/bengkel kerja praktek otomotif, lihat gambar berikut ini. Langkah kerja penggunaan dongkrak hidrolis : (lihat gambar 6) 1) Periksa sistim kelistrikan yang ada, normal tidak . 2) Periksa cairan/oli hidrolisnya, cukup tidak . 3) Periksa pompa hidrolisnya berfunsi atau tidak. 4) Periksa kelengkapan mekanisnya, apakah ada yang tidak beres kondisinya. 5) Bersihkan segala bentuk kotoran dan debu yang menempel dibagian silinder angkat. 6) Lumasi bagian-bagian yang bergerak, agar bergerak lancar. 7) Panasi kompresor penekan cairan hidrolisnya, sambil dibuang anginnya dan dilihat manometer tekanan hirolisnya, lihat gambar prinsip aliran hidrolis . 8) Gerakkan naik turun berulang-ulang untuk memantapkan gerakan hidrolisnya, sampai dongkrak hidrolis siap dipakai. 9) Jika telah selesai digunakan , sebaiknya dongkrak hidrolis ditutupi dengan penutup agar terhindar dari debu yang dapat merusak silinder angkat. 10) Matikan aliran listrik agar aman . Yang perlu diperhatikan pada dongkrak hidrolis disini adalah kondisi oli hidrolis yang dipakai, harus selalu dilihat baik untuk volume maupun kualitasnya, syaratnya oli hidrolis itu tidak mudah terbakar kalau ditekan, tidak berbusa jika ditekan, dan tidak korosif terhadap silinder hidrolik.

19

Gambar 6. Dongkrak hidrolis untuk bengkel kerja otomotif Yang harus diperhatikan dalam menggunakan dan merawat dongkrak hidrolis ini adalah lancar tidaknya sistim hidrolis yang bekerja di dalamnya . Karena prinsip kerja sistim hidrolis ini menganut prinsip Hukum Pascal, yaitu bahwa tekanan pada zat cair itu sama kesegala arah . Pada gambar 7 ditunjukkan bahwa jika zat cair yang ada pada tangki besar ditekan, maka zat cair akan naik dengan ketinggian yang sama pada pipa-pipa A, B, C,dan D.

20

Gambar 7. Prinsip kerja aliran zat cair pada dongkrak hidrolis

B. Penggunaan peralatan tangan (hand tool)


Peralatan tangan ada macam-macam jenisnya ada yang menggunakan sumber tenaga listrik dan ada yang tidak menggunakan sumber tenaga listrik. Pada prinsipnya peralatan tangan digunakan untuk kerja yang tidak memerlukan tenaga besar dan tidak memerlukan ketelitian yang tinggi hasilnya, dan sifatnya sebagai alat bantu saja. Bahkan peralatan tangan ada yang sifatnya instrument (untuk pengerjaan kecil/halus) dan lapangan.

Gambar 8. Bor tangan merupakan salah satu bentuk hand tool. Langkah kerja penggunaan peralatan tangan (bor tangan): lihat gambar 8 a. Yakinkan kabel sumber tenaga tidak bocor/aman. b. Yakinkan bahwa elemen mekanisnya bor tangan berfungsi dengan baik, dapat dipakai. c. Pilih mata bor yang akan digunakan dan pasang pada cekamna dengan kuat. d. Sambungkan kabel sumber tenaga ke stop kontak yang tersedia. e. Hidupkan bor tangan dengan mencoba variasi putaran yang tersedia (cepat/lambat), berfungsi baik tidak, jika berfungsi baik dapat digunakan, jika tidak perlu diperbaiki .

21

f. Jika bor berfungsi baik maka dapat digunakan, yaitu dengan memperhatikan posisi pengeboran (harus tegak lurus) dan putaran yang diinginkan (dengan melihat diameter bor yang digunakan dan material yang akan dibor). g. Jika sudah selesai lepas kabel tenaga dan lepas mata bornya, bersihkan, kemudian simpan pada tempat yang disediakan.

C. Penggunaan peralatan dari Gelas


Bekerja dengan peralatan kaca/gelas misalnya gelas beaker, flask, test tube, erlenmyer/ gelas labu, gelas ukur, tabung reaksi,botol reagan dan sebagainya perlu hati-hati karena sifat gelas mudah retak dan pecah, untuk itu sebelum digunakan dilihat dahulu dengan teliti. Penggunaan peralatan gelas tersebut paling banyak terdapat di laboratorium biologi dan kimia , karena di laboratorium tersebut sebagian besar kegiatan praktek banyak menggunakan peralatan dari gelas/kaca. Sebagai contoh peralatan dari gelas di laboratorium biologi : 1) Alat ukur tekanan akar (root pressure apparatus), untuk menentukan berapa besar tekanan akar dari suatu tumbuhan tertentu. 2) Mano respirometer, untuk mengukur secara kuantitatif banyaknya CO2 yang dihasilkan pada proses pernapasan ragi, dan alat ini juga untuk menyelidiki penggunaan O2 oleh organisme hidup pada pernapasan. 3) Pooter, untuk mengumpulkan hewan-hewan kecil terutama serangga seperti semut, lalat pisang, rayap dan sebagainya. Sebagai contoh peralatan dari gelas di laboratorium kimia : 1) Gelas kimia atau beaker, untuk memanaskan suatu zat tertentu dengan dibantu dengan alas kasa asbes (tidak boleh langsung kena api). 2) Gelas ukur, yang digunakan untuk mengukur volume cairan dan bukan sebagai wadah untuk melarutkan. 3) Labu ukur (flask , volumetric), untuk membuat larutan sebanyak volume tertentu dan konsentrasi tertentu pula. Sifat fisis dari gelas tergantung dari komposisi bahan gelas, gelas mempunyai temperature ,mulai meleleh 5000 C (9000F) dan mencair pada 16500 C (31800F). Tegangan tariknya 280 s/d 560 kg/cm 2 (4000 s/d 8000 lb/in2), jika diberi perlakuan panas

22

(heat treatment) kekuatannya menjadi 7000 kg/cm2 (100,000 lb/in2), maka gelas cocok untuk keperluan optic dan elektrik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika akan bekerja dengan menggunakan gelas/kaca yaitu: 1) Mencabut pipa kaca dari gabus atau sumbat yang lain harus dilakukan dengan hati-hati. 2) Penggunaan semua bejana seperti botol, flask, test tube dan lain-lainnya, sebaiknya diberi label yang mudah terbaca dengan jelas , yang memuat tentang nama zat, konsentrasi, dan orang yang membuat. 3) Jika bejana/gelas/ pipa akan dipanaskan teliti dahulu kondisinya apakah retak, sumbing atau cacat yang lain, jika terjadi sebaiknya jangan digunakan. kalau dapat perbaiki dulu.

D. Penggunaan peralatan yang berhubungan dengan gas (las asetelin)


Peralatan las asetelin ini terdapat pada laboratorium/bengkel kerja pengelasan, prinsip kerja alat ini didasarkan pada penggunaan/pencampuran antara gas asetelin dan gas oksigen Penggunaan peralatan ini adalah untuk menyambung logam baik yang berbasis ferro maupun yang non ferro. Untuk mengetahui cara penggunaan alat ini berikut dijelaskan langkah kerja dari penggunaan alat ini. Langkah kerja penggunaan peralatan las asetelin : (lihat gambar 9) a. Dudukkan posisi tabung gas asetelin dan oksigen dengan baik dan benar. b. Pasang manometer tekanan gas baik yang untuk gas asetelin maupun untuk gas oksigennya, dan yakinkan bahwa pemasangan benar dan tidak bocor, untuk cek kebocoran dapat digunakan larutan deterjen yaitu dengan cara dioleskan pada sambungan-sambungannya. c. Periksa selang-selang gas yang akan digunakan, agar kebocoran dapat diketahui. d. Pasang selang-selang untuk asetelin maupun untuk selang oksigen pada tabung gas masing-masing. e. Aturlah tekanan gas masing-masing menurut keperluan yang diinginkan, misal untuk memotong logam, menyambung logam, untuk las patri dan lain sebagainya.

23

f. Nyalakan api las dengan baik, dengan perbandingan antara asetelin dan oksigen sesuai seperti yang diinginkan. g. Jika terjadi ledakan berarti ada ketidaksesuaian antara tekanan gas asetelin dan tekanan gas oksigen, untuk itu atur kembali hingga sesuai perbandingannya. h. Jika masih terjadi ledakan berarti ujung pembakarnya kotor untuk itu matikan nyalanya dan bersihkan dengan menggunakan alat jarum pembersih brander, hingga mendapatkan nyala api yang betul-betul ideal. i. Jika sudah selesai digunakan, lepas ujung pembakarnya, gulung selangnya, dan lepas manometer tekanan gasnya, kemudian tutup kembali katup tabung gasnya dengan rapat-rapat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan peralatan yang menggunakan gas yang sifatnya berbahaya, yang perlu dan harus diketahui , dikuasai , difahami oleh teknisi di laboratorium atau teknisi di bengkel kerja adalah: a. Untuk penyimpanan harus ditempatkan di tempat yang aman/ruang khusus dan jauh dari jangkauan mahasiswa, terutama jika terjadi kebocoran. b. Gas yang sifatnya mudah terbakar dalam penyimpanan harus jauh dari material yang mudah terbakar dan jauh dari jangkauan orang/mahasiswa, serta dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran. c. Gas yang sifatnya mengeluarkan bau yang berbahaya bagi tubuh manusia, sebaiknya ditempatkan di kamar yang dilengkapi dengan penyedot udara/ fume agar bau dapat keluar dari dalam ruang penyimpanan. d. Tabung tempat gas jaga jangan sampai jatuh dan dekat dengan sumber api.

24

25

Gambar 9. Peralatan las gas asetelin

E. Penggunaan peralatan yang menggunakan prinsip Optis


Peralatan yang dicontohkan berikut ini hanya sebagaian dari berbagai jenis peralatan yang menggunakan prinsip optis. Peralatan-peralatan ini banyak dijumpai pada lab. Metrologi Industri, lab. ukur tanah, lab . biologi dan lab.bahan pengolahan. Garis besar prinsip penggunaannya dijelaskan berikut ini.

Gambar 10. Teleskop untuk keperluan pengukuran.

26

1. Langkah kerja penggunaan Teleskop : (lihat gambar 10) a. Bersihkan lensa-lensa yang ada pada alat tersebut dengan menggunakan alat yang disarankan oleh pabrik pembuat alat tersebut. b. Yakinkan bahwa teleskop dapat berfungsi dan dapat digunakan dengan baik. c. Pasang teleskop pada dudukan/tripot yang disediakan oleh pabrik, dengan yakin bahwa teleskop terpasang kuat. d. Atur posisi lensa-lensanya untuk keperluan fokus tertentu, dengan memutar preparat yang disediakan. e. Obyek yang diamati harus dalam keadaan yang bersih bebas dari segala bentuk kotoran. f. Jika selesai digunakan, alat dibersihkan dan dimasukkan dalam kotak penyimpanan yang disediakan.

Gambar 11. Mikroskop yang dilengkapi dengan perangkat foto dan monitor. Mikroskop adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melihat obyek yang mikroskopis, alat ini banyak digunakan pada laboratorium biologi dan bahan. 2. Langkah kerja penggunaan Mikroskop adalah : (lihat gambar 11) a. Yainkan bahwa mikroskop dapat berfungsi dengan baik, cek komponenkomponen mekanisnya berfungsi apa tidak. b. Bersihkn lensa-lensa obyektifnya, filternya, okulernya dengan peralatan yang disarankan. c. Bersihkan meja landasannya, kaca dasarnya dengan peralatan yang disarankan.

27

d. Aturlah masing-masing posisi dari lensa obyektif maupun okuler hingga mencpai titik fokus yang diinginkan, dengan memutar handel/tombol gerakan kasar dan halus. e. Jika sudah selesai digunakan bersihkan dari segala bentuk kotoran dan tutupi atau masukkan kotak yang sudah disediakan, dan jaga kelembabannya tetap rendah.

F. Penggunaan peralatan kelistrikan.


Peralatan yang dimaksud disini adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan praktek kelistrikan pada laboratorium/bengkel kerja tehnik listrik. Yang dicontohkan berikut ini adalah osiloskop, ammeter dan voltmeter.

Gambar 12. Osiloskop 1. Langkah kerja penggunaan Osiloskop adalah : (lihat gambar 12) a. Yakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik, periksa semua komponen yang ada, dan periksa apakah masih berungsi dengan baik. b. Lakukan kalibrasi agar alat dapat mengukur dengan baik dan benar. c. Pilih kabel konektor yang baik dan pasang kabel-kabel konektornya dengan baik dan benar. d. Sambungkan osiloskop pada alat yang akan diukur dengan benar sesuai prosedur.

28

e. Amati dan catat datanya . f. Analisa data ukur tersebut kemudian simpulkan hasilnya. g. Jika sudah selesai lepas kabel-kebel konektornya dan simpan osiloskop pada tempatnya, serta jaga kelembabannya. 2. Langkah kerja penggunaan Ammeter dan Voltmeter adalah: (lihat gambar 13) a. Yakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik, periksa semua komponen yang ada, dan periksa apakah masih berungsi dengan baik. b. Lakukan kalibrasi agar alat dapat mengukur dengan baik dan benar. c. Pilih kabel konektor yang baik dan pasang kabel-kabel konektornya dengan baik dan benar. d. Sambungkan ammeter atau voltmeter pada alat yang akan diukur dengan benar sesuai prosedur. e. Amati dan catat datanya . f. Analisa data ukur tersebut kemudian simpulkan hasilnya. g. Jika sudah selesai lepas kabel-kebel konektornya dan simpan pada tempatnya. h. Tempatkan ammeter dan voltmeter pada tempatnya serta jaga kelembabannya.

Gambar 13. Ammeter dan voltmeter dalam pemakaian.

IV. TUGAS UNTUK DISKUSI

29

1. Bagaimana sebaiknya bentuk pedoman pemakaian peralatan praktek yang ada di bengkel saudara (menurut jurusan yang saudara diampu). 2. Coba buat suatu keterangan dari teknisi lab/bengkelkerja yang menyebutkan suatu kondisi, bahwa alat yang akan dipakai oleh mahasiswa itu baik/laik pakai. 3. Apa yang harus saudara lakukan untuk dapat menguasai penggunaan suatu alat praktek, jika di lab yang saudara ampu tidak tekelola dengan baik ? 4. Buatlah suatu pedoman langkah kerja yang mudah dan jelas untuk dimengerti oleh mahasiswa yang akan menggunakan alat tersebut !

30

You might also like