You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Alkohol lemak (RCH2OH) merupakan suatu dasar utama oleokimia yang memiliki laju pertumbuhan yang telah membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan standar hidup masyarakat banyak. Alcohol lemak terus meningkat sebagai bahan baku surfaktan karena sifatnya yang dapat diurai dan dapat diperbaharui. Permintaan dunia akan alcohol lemak meningkat 4% tiap tahun, pada tahun 2000 saja mencapai 1.500.000 MT (Hui, 1996) Alkohol lemak dapat diproduksi dari minyak bahan alami, atau sintetis dari petrokimia. Persediaan alcohol lemak dunia sekarang ini dapat dibagi menjadi alami dan buatan. Perbandingan penggunaan alami : sintetik bervariasi di masing-masing negara. Sebagai contoh, pada tahun 1995 di Amerika Utara memiliki perbandingan 30 : 70, Eropa Barat 52,5 : 47,5, Jepang 86 : 14 (2) dan diharapkan perbandingan ini setiap tahun akan lebih berimbang. Karena hal ini dapat meningkatkan persediaan dan stabilitas harga dari minyak lauric. Sumber utama dari minyak lauric terdapat di daerah Asia bagian Tenggara (Hui, 1996) Hal mendasar yang melatar belakang di buatnya makalah ini adalah agar dapat menambah pengetahuan tentang hal hal yang berkaitan dengan Alkohol Lemak, tahap-tahap prosesnya, kondisi operasinya, dan lain- lain. 1.2 Tujuan Selain dilatarbelakangi tujuan agar dapat menambah pengetahuan pembaca atau mahasiwa/i yaitu untuk memenuhi Tugas Makalah Kelompok yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Pengilangan Industri Petro dan Oleokimia.

BAB II ISI 2.1 Alkohol Lemak Fatty alcohol (alkohol lemak) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. alkohol lemak merupakan bagian dari asam lemak dan fatty aldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil digunakan dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul yang lebih besar penting sebagai bahan bakar. Karena sifat amphiphatic mereka, fatty alkohol berkelakuan seperti nonionic surfaktan. Fatty alkohol dapat digunakan sebagai emulsifier, emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan. Contoh fatty alkohol : 1. Capryl alkohol (1-octanol) -- 8 carbon atoms 2. Pelargonic alkohol (1-nonanol) -- 9 carbon atoms 3. Capric alkohol (1-decanol, decyl alkohol) -- 10 carbon atoms 4. 1-dodecanol (lauryl alkohol) -- 12 carbon atoms 5. Myristyl alkohol (1-tetradecanol) -- 14 carbon atoms 6. Cetyl alkohol (1-hexadecanol) -- 16 carbon atoms 7. Palmitoleyl alkohol (cis-9-hexadecan-1-ol) -- 16 carbon atoms, unsaturated, CH3(CH2)5CH=CH(CH2)8OH 8. Stearyl alkohol (1-octadecanol) -- 18 carbon atoms 9. Isostearyl alkohol (16-methylheptadecan-1-ol) -- 18 carbon atoms, branched, (CH3)2CH-(CH2)15OH 10. Elaidyl alkohol (9E-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated, CH3(CH2)7CH=CH(CH2)8OH 11. Oleyl alkohol (cis-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated 12. Linoleyl alkohol (9Z, 12Z-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms, polyunsaturated 2

13. Elaidolinoleyl alkohol (9E, 12E-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms, polyunsaturated 14. Linolenyl alkohol (9Z, 12Z, 15Z-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon atoms, polyunsaturated 15. Elaidolinolenyl alkohol (9E, 12E, 15-E-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon atoms, polyunsaturated 16. Ricinoleyl alkohol (12-hydroxy-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated, diol, CH3(CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)8OH99 17. Arachidyl alkohol (1-eicosanol) -- 20 carbon atoms 18. Behenyl alkohol (1-docosanol) -- 22 carbon atoms 19. Erucyl alkohol (cis-13-docosen-1-ol) -- 22 carbon atoms, unsaturated, CH3(CH2)7CH=CH(CH2)12OH 20. Lignoceryl alkohol (1-tetracosanol) -- 24 carbon atoms 21. Ceryl alkohol (1-hexacosanol) -- 26 carbon atoms 22. Montanyl alkohol, cluytyl alkohol (1-octacosanol) -- 28 carbon atoms 23. Myricyl alkohol, melissyl alkohol (1-triacontanol) -- 30 carbon atoms 24. Geddyl alkohol (1-tetratriacontanol) -- 34 carbon atoms

Tabel 2.1 Karakteristik Fatty alcohol

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa (CO) dan Minyak Inti Sawit (PKO)

Sumber: Gervajio,2005 2.1.1 Jenis Alkohol Lemak Alkohol lemak, berdasarkan sumber terbentuknya, terbagi menjadi 2 macam, yaitu : 1. Alkohol Lemak Alami (Natural Fatty Alcohol) Alkohol lemak alami berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui yang terdapat di alam.. proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami bisa melalui rute pembuatan metil ester atau dari asam lemak. Kedua metode ini merupakan dua 4

metode yang paling banyak digunakan dalam industri alkohol lemak. Contoh : Lemak, minyak dan lilin dari tumbuhan dan hewan, seril sesoat dalam lilin erna dan mirisil palmit dalam lilin lebah. 2. Alkohol Lemak Sintetis dari Petroleum Alkohol lemak dari bahan baku petroleum sudah dibahas pada mata kuliah Proses Industri Petro dan Oleokimia bagian petrokimia, namun disini akan dijelaskan sekilas sebagai bahan perbandingan.

2.2

Metode Pembuatan Alkohol Lemak Untuk menmproduksi Alkohol Lemak dapat menggunakan beberapa metode

berikut : 1. Hidrolisis lilin ester menggunakan lemak hewani 2. Proses reduksi sodium mennggunakan lemak dan minyak 3. Proses Ziegler menggunakan etilen 4. Proses oxo menggunakan hydrogenation olefin 5. Katalitik hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari lemak dan minyak 6. Hidrogenasi lansung lemak dan minyak 7. Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi Deskripsi tentang metoda pertama dijelaskan sebagai acuan historis awal mula proses produksi alkohol lemak di dunia. Deskripsi tentang metoda kedua dam metoda keenam dijelaskan sebagai metode perkembangan dari metode yang pertama. Metoda ketiga dan keempat menggunakan bahan baku yang berasal dari petrokimia dan akan dijelaskan sekilas sebagai bahan perbandingan saja dalam makalah ini. Bagaimanapun, harus diketahui bahwa kira-kira 50% persediaan alkohol lemak dunia di produksi melalui dua cara ini. 2.2.1 Hidrolisis dari lilin ester 5

Alkohol lemak pertama kali diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang berasal dari binatang, terutama spermaceti dari sperma ikan paus. Namun sejak adanya peraturan tentang larangan perburuan atas ikan paus, sumber dan metode ini tidak lagi digunakan. Lilin spermaceti dipisahkan dengan cara pemanasan menggunakan NaOH pekat diatas 3000C, lalu alkohol didistilasi dari sabun dan air yang terbentuk. Hasil Sulingan (distilat) mengandung alcohol tak jenuh C16-C20. Untuk mencegah terjadinya autooksidasi, distilat ini dikeraskan dengan hidrogenasi katalitik.. Alkohol yang diperoleh mencapai yield 35 %. Produk utama terdiri dari : cetyl, oceyl, dan alcohol arachidyl. 2.2.2 Proses reduksi sodium Pada tahun 1909, Beauvault dan Blanc menemukan proses reduksi sodium untuk memproduksi alcohol lemak dari kelapa ester. Pabrik alcohol lemak yang dibentuk pada tahun 1930an menggunakan proses ini. Sedangkan proses dasarnya relative sederhana, sebenarnya operasi pabrik banyak menangani produk dan reaktan yang kompleks. Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert lalu ditambahkan ester kering dan alcohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit , oksida nya dipecahdengan pengadukan dalam air, kemudian alkoholnya dicuci dan didistilasi. Penambahan Alkohol R (sebaiknya alcohol sekunder), bertindak sebagai donor hydrogen. Karena adanya reaksi samping , pemakaian sodium bias jadi di atas 20 % dari kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa pembuatan hidrokarbon dari isomerisasi atau hidrogenasi ikatan rangkap. 2.2.3 Proses zieglar menggunakan etilen Alkohol lemak dari proses ini mempunyai struktur yang sama dengan alcohol lemak alami. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu proses Alfol dan proses Epal. A. Proses Alfol. Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut, proses ini melalui lima tahap yaitu : 1). Hidrogenasi 6

2 Al(CH2CH3)3 + Al + 1,5 H2 3 Hal(CH2CH3)3 2). Etilasi 3 HAl(CH2CH3)3 + 3 CH2=CH2 3 Al(CH2CH3)3 2/3 dari hasil proses ini di recycle lagi ke proses hidrogenasi dan sisanya lansung masuk ke reaksi perkembangan 3). Reaksi perkembangan (growth Reaction) 4). Oksidasi 5). Hidrolisa B. Proses Epal Proses ini mempunyai langkah-langkah yang hampir sama dengan proses alfol. Fleksibilitas Proses ini lebih besar dibandingkan dengan prose alfol. Alkohol dan - olefin yang terbentuk bisa dipasarkan. Namun modal dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar, karena membutuhkan proses control yang lebih kompleks dan penambahan olefin dan alcohol rantai bercabang. 2.2.4 Proses oxo menggunakan olefin Proses oxo (hidroformilasi) terdiri dari reaksi antara olefin dengan campuran gas H2-CO dan katalis yang cocok.. Reaksi ini ditemukan oleh O.Roelen pada tahun 1938. CH3 2R CH=CH2 + 2CO + 2H2 R-CH2CH2-CHO + R-CH2OH Yield - olefin diperkirakan sama dengan jumlah aldehid rantai lurus dan bercabangnya. Proses oxo dapat dilakukan dengan tiga cara berikut : o Proses klasik dengan menggunakan katalis HCO(CO)4 o Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt karbonil phosphine o Proses menggunakan Katalis Rhodium

Langkah- langkah pada proses klasik yaitu reaksi oxo , pemisahan katalis dan regenerasi , hidrogenasi aldehid dan distilasi alcohol. Proses antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada table berikut ini : Perbandingan Katalis Klasik Cobalt Carbonil Proses OXO Shell Cobalt Carbonil Phosphine Complex Konsentrasi 0,1 1,0 0,5

Unio Carbide Rhodium Carbonil Phospine complex 0,001 - 0,1

katalis CO2 : H2 1,1 1,2 1,2 2,5 Excess hidrogen 0 Temperatur ( C) 150 180 170 210 100 - 120 Tekanan (MPa) 20 30 5 10 2-4 LHSV 0,5 1,0 0,1 1,2 0,1 0,25 Produk Primer Aldehid Alkohol aldehid Linearitas (%) 40 50 80 85 90 Pada proses shell, alcohol diperoleh lansung karena bagusnya aktifitas katalis sehingga tahap hidrogenasi aldehid tidak di perlukan lagi, kelemahan proses ini adalah, adanya olefin yang hilang dari proses. Sedangkan proses yang menggunakan katalis Rhodium dapat dilakukan pada P dan T yang rendah, karena tingginya aktifitas katalis . Kelemahannya adalah memerlukan biaya yang tinggi karena mahalnya harga Rhodium.

2.2.5

Hidrogenasi Langsung dari Minyak dan Lemak Proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami dapat diperoleh dari metil

ester atau asam lemak. Kedua metode ini memiliki persamaan dan sangat kompetitif dibandingkan dengan metode lainnya. Secara umum proses pembutan alkohol lemak secara langsung dari minyak dan lemak dapat dilihat pada gambar. 8

Gambar 2.1 Rute pembentukan Alkohol Lemak dari minyak dan lemak Proses hidrogenasi langsung mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya : 1. Menghasilkan produk samping bernilai tinggi gliserin yang justru mengalami proses hidrogenasi lanjut menghasilkan propilen glikol yang bernilai rendah. 2. Komsumsi gas hidrogen yang cukup tinggi 3. Penggunaan katalis dalam jumlah besar

2.2.6

Hidrogenasi Katalitik dari Asam Lemak dan Metil Ester Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester atau asam lemak.
Katalis, CuCr

R-COOCH3 + 2H2
Metil ester Hidrogen

R-CH2OH + CH3OH
Metanol

Alkohol lemak
Katalis, CuCr

RCOOH +2H2
Asam lemak Hidrogen

RCH2OH + H2O

Alkohol lemak Air

Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri besar karena kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan yield yang lebih rendah

dan karena dapat merusak katalis. Secara konvensional, asam lemak dikonversi terlebih dahulu menjadi ester sebelum dihidrogenasi. Dalam proses pembuatan fatty alcohol banyak dilakukan dengan bahan dasar metil ester, karena dengan proses ini diperoleh persentase fatty alcohol lebih tinggi. Dalam reaksi hidrogenasi dapat terbentuk. RCH2COCOH + 2H2 ----------------> RCH2CH2OH + CH3OH RCH2COOH + RCH2CH2OH ------> RCH2COOCH2CH2R + CH3OH RCH2COOCH2CH2R + H2 --------> 2 RCH2OH Suhu tinggi menyebabkan reaksi sekunder yaitu dehydratasi RCH2CH2OH ----------> RHC=CH2` RCH=CH2 + H2 ---------> RCH2CH3 (parafin) Fatty alcohol dengan bahan baku metil ester atau fatty acids - proses ini menghendaki kelebihan H2 400 kali dari teoritis - kelebihan hidrogen untuk mempertahankan lapisan tipis katalis sebagai jaminan reaksi esterifikasi dengan fatty acids - suhu reaksi 230 280oC - tekanan reaktor 200 300 bar - katalis copper-cromite dengan sirkulasi gas hidrogen panas - konversi dapat mencapai 91%.

10

Gambar 2.2 Skema Pembuatan Fatty alcohol Dari Metil Ester 2.2.7 Proses Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi Proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi ini terbagi 2 metode yaitu suspension process dan fixed bed process: A. Suspension Process

Gambar 2.3 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester Proses Suspensi 11

Proses: Bahan baku yang digunakan adalah asam lemak dengan hidrogen Katalis yang digunakan berbentuk slurry Kondisi operasi proses ini dalah pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan temperatur 250-300 0C. Reaksi yang terjadi: RCOOH + 2 H2 Hidrogen RCH2OH + H2O ( dengan katalis CuCr ) Air Asam lemak Alkohol lemak

Reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga pada proses ini diperlukan kontrol temperatur sehingga mencegah terjadinya pembentukan hidrokarbon yang tidak diinginkan.

Hidrogenasi terjadi di dalam reaktor suhu tinggi di mana bahan dipanaskan terlebih dahulu. Panas dari sisa campuran produk reaktor diperoleh dengan resikulasi gas hidrogen pada alat penukar panas setelah satu produk dipisahkan dengan dua tingkat pendinginan ekspansi.

Pada fase gas ( yang mengandung gas hidrogen, uap alkohol dalam jumlah kecil dan reaksi air) dipisahkan dari alkohol cair pada hot separator ( pemisah panas)

Campuran didinginkan lebih lanjut di separator pendingin, dimana uap alkohol dan air hasil reaksi dikondensi dan dipisahkan. Kelebihan gas hidrogen direcycle.

Alkohol cair yang berasal dari separator panas dipompakan ke flashdrum dimana hidrogen dilarutkan direcycle dengan meningkatkan gas hidrogen. Katalis dipisahkan dari alkohol lemak kasar dengan menggunakan pemisah aktivitas dan resikulasi dengan alkohol lemak.

12

Ukuran fase clear dari pemisah sentrifugal adalah passed through yaitu penyaring halus untuk memindahkan semua sisa suspensi padat hasil dari produk (alkohol lemak kasar).

Untuk memurnikan alkohol lemak kasar dapat dilakukan dengan distilasi lebih lanjut untuk menghilangkan hidrokarbon dan dapat mengalami fraksinasi jika diinginkan.

B. Fixed Bed Process

Gambar 2.4 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester Proses Fixed Bed Pada metode fixed bed process, hal yang membedakannya dengan suspension process adalah katalisnya fixed (tetap) dalam reaktor. Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah ester dan hidrogen Reaksi yang terjadi : RCOOCH3 Ester + 2 H2 Hidrogen RCH2OH + CH3OH Metanol Alkohol lemak

13

Reaksi ini dilakukan pada fase uap dimana sebagian umpan organik diuapkan dengan gas hidrogen ( 20 25 mol ) melalui suatu alat peak heater sebelum dialirkan ke fixed katalis bed.

Proses hidrogenasi dengan metode ini dilakukan pada kondisi 20.000-30.000 Kpa dan temperatur 200-250 0C. Kemudian campuran didinginkan dan dipisahkan menjadi fasa gas dan fasa cair. Pada fasa gas sebagian besar merupakan gas hidrogen dan di recycle. Fasa cairan diekspansi pada flash tank untuk menghilangkan metanol dari alkohol lemak.

Perbandingan Alkohol Lemak hasil Proses Fixed bed dan Proses Suspensi Proses fixed bad memerlukan sesuatu untuk menaikkan nilai karena itu dibutuhkan bejana reaksi yang besar, pompa gas sirkulasi, dan pipa yang tepat untuk volume yang tinggi dari penggunaan gas hydrogen. Proses suspensi dilain sisi memerlukan penambahan peralatan untuk pelepasan katalis, distilasi alcohol lemak mentah dan mengolah lagi metil ester. Dalam penggunaan bahan mentah, proses fixed bad memiliki hasil yang banyak dan penggunaan katalis hanya setengahnya. Alkohol lemak yang dihasilkan dari proses fixed bad memiliki kualitas yang tinggi. Meskipun begitu, kualitas dari alkohol lemak yang dihasilkan oleh prosess suspensi bisa juga ditingkatkan ke tingkat yang sama dengan distilasi selanjutnya. 2.2.8 Metoda Lurgi Hidrogenasi Asam Lemak Metoda lurgi dengan proses suspensi, menimbulkan kemungkinan hidrogenasi secara langsung asam lemak menjadi alkohol lemak yang mengatasi efek kerugian dari fatty acid on the copper-bearing analysist. Ini dicapai dengan dua tahap reaksi. Reaksi pertama adalah esterifikasi dari asam lemak dengan alkohol lemak menghasilkan ester dan air. Reaksi kedua adalah hidrogenasi ester untuk 14

menghasilkan dua mol alkohol. Kedua reaksi memiliki persamaan di reaktor yang sama. Volume yang besar dari alkohol lemak di proses kembali lebih dari 250 kali umpan asam lemak, dengan efektif mengurangi umpan, asal saja untuk kondisi yang optimum untuk laju dan esterifikasi yang kompleks. Hidrogenasi diletakkan dalam reactor bertekanan tinggi dimana material dipanaskan terlebih dahulu- umpan asam lemak, di sirkulasi menjadi alkohol lemak dengan menggunakan katalis, dan gas hidrogen adalah fed continuously. Reaksi ini berlansung kira-kira 30.000 kPa dan 2800C. Panas dari campuran produk yang meninggalkan reactor didapatkan lagi dengan recirculating gas hydrogen melalui heat exchanger, setelah produk dipisahkan melalui sebuah two-stage coolingexpansion system. Fasa gas (pada dasarnya kelebihan gas hydrogen, sedikit alkohol mendidih dan reaksi air) dipisahkan dari larutan alkohol didalam separator panas. Pencampuran ini didinginkan selanjutnya di cold separator, dimana the low boiling alkohol dan reaksi air dikondensasi dan diseparasi. Gas hidrogen yang berlebih di recycle ke sistem. Larutan alkohol dari hot separator dipompakan ke flash drum dimana penguraian hydrogen dimulai dan recycled dengan pemisahan hydrogen. Katalis dipisahkan dan alkohol lemak mentah menggunakan sebuah sentrifugal separator. Bagian dari katalis diganti dengan katalis baru yang segar untuk mempertahankan aktivitas dan di recirculasi dengan alkohol lemak. Fase penyelesaian dan sentrifugal separator adalah melalui polishing filter untuk menghilangkan semua sisa dari solid yang didapat. Penghasilan alkohol mentah undergoes distilasi selanjutnya untuk menghilangkan hidrokarbon dan mungkin mengalami fraksinasi bila diinginkan.

15

Gambar 2.5 Sintesis Hidrogenasi Alkohol Lemak dari Asam Lemak Lurgi Bahan dan Kebutuhan Konsumsi Per Ton dari Alkohol Lemak Data teknikal untuk kapasitas pabrik of 50+ t/day : Distilasi cocofatty acid Steam (ca, is bar) Pendinginan air (200C) Electric energy Fuel gas Catalist Hydrogen (00C, 100 kPa) Boiler feed water Export steam (ca 4 bar) 1050-1100 kg 170 kg 27 m3 130 kWh 1,1 x 106 Kj 5 kg 230-300 m3 185 kg 120 kg

16

Gambar 2.6 Pemisahan Alkohol Lemak 2.3 Aplikasi Alkohol lemak Fatty alkohol merupakan produk hasil hidrogenasi asam lemak atau ester asam lemak. Fatty alkohol dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10 yang dikenal sebagai plasticizer range alkohol, dan C8-C12 sebagai detergen range alkohol. Plasticizer range alkohol berbentuk cair dan memiliki daya pelarut yang tinggi dapat digunakan dalam industri tinta printer dan cat. Esterfikasi dengan polycarboxylic acid seperti phthalic anhydride menghasilkan plasticizer khususnya untuk industri PVC. C12 C14 alkohol banyak digunakan sebagai additif pelumas dan dalam pembuatan minyak rem dan minyak hidrolik. C16-C18 fatty alkohol banyak digunakan sebagai campuran dalam pembuatan cream, lipstik, pasta, semir dan produk lainnya. Plasticizer adalah senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer untuk menambah fleksibilitas dan workability-nya. Plasticizer diaplikasikan terutama pada 17

vinil resin seperti Polovinil Klorida (PVC). Di antara 300 jenis plasticizer yang telah dikembangkan adalah DOP (Dioctyl Phthalate) yang paling banyak digunakan. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50 - 70 % dari toal produksi plasticizer. Namun demikian, pemakaian DOP sebagai plasticizer PVC, terutama yang diaplikasina pada food-drug packaging atau mainan anak - anak mulai dipermasalahkan. Ini dikarenakan adanya migrasi senyawa aromatik tersebut dari PVC dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan timbulnya sel kanker. Bahan plasticizer pengganti DOP dari turunan minyak sawit yang ramah lingkungan. Plasticizer adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan beberapa sifat/ properties dari polymer, misalnya kemampuan kerja, ketahanan terhadap panas (heat resistance), ketahanan terhadap temperatur rendah (low-temperature resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance), sifat insulasi (insulation properties), ketahanan terhadap minyak (oil resistance), etc (Eko cahyono, 2010). Berbagai plasticizer digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut. Terutama phtalic ester yang digunakan oleh banyak produk sebagai plasticizer multifungsi. Proses pembuatan plasticizer dilakukan dengan proses Esterifikasi Fisher pada kondisi tertentu dengan menggunakan bahan baku antara lain :komponen minyak sawit, katalis dan senyawa alkohol. Hasil yang diperoleh kemudian dicuci dan dipisahkan antara produk dan sisa asam dan katalis yang terbentuk selama proses hingga pH normal. (Eko Cahyono, 2010) Solusinya adalah membuat plasticiser dari bahan nabati khususnya dari minyak sawit. Proses diawali dengan reaksi esterifikasi antara asam karboksilat turunan minyak sawit dengan alkohol linier untuk menghasilkan senyawa diester atau monoester. Senyawa monoester atau diester yang telah dibuat, diformulasikan sabagai plasticizer primer dan sekunder. Plasticiser selanjutnya dicampur dengan PVC untuk menghasilkan plastik. BAB III 18

PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Alkohol lemak adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak yang dapat diperoleh secara alami maupun sintesis. Secara alami dapat diproduksi dengan hidrogenasi langsung minyak dan lemak, hidrogenasi metil ester atau asam lemak, hidrogenasi pada tekanan tinggi. Secara sintesis alkohol lemak dihasilkan dengan metode : Hidrolisa ester (lillin) atau wax ester dari lemak hewan ,Reduksi sodium dari lemak dan minyak, Proses Ziegler dengan mengunakan etilen, Proses oxo mengunakan olefin. 2. Bahan baku pembuatan alkohol lemak yaitu metil ester atau asam lemak. Pembuatan alkohol lemak biasanya menggunakan bahan baku metil ester karena alkohol lemak yang dihasilkan lebih banyak. 3. Salah satu aplikasi alkohol lemak yaitu untuk plasticizer.

DAFTAR PUSTAKA 19

Anonim, 2011. Pembuatan Plasticiser Alkohol Ester dari Minyak Nabati dan Formulasinya Dengan Resin Polivinil Klorid. http://www.bic.web.id/in/lainlain/207-pvc-dari-minyak-sawit.html. Diakses 7 Mei 2011 Cahyono, Eko. 2010. Plasticizer. http://www.dokterkimia.com/ 2010/ 05/ plasticizer. html. Diakses 7 Mei 2011 Yusriati, Sari. 2008. Plasticizer http://sariyusriati.wordpress.com/2008/10/20/plasticizer/ 2008. Diakses 7 Mei 2011. Hui, Y. H. Baileys Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. 1996. New York: John Willey & Sons Inc

20

You might also like