You are on page 1of 7

Nama : Merry Selvian Berlyanti Kelas : 3-B/ 14

Proses Produksi Bioetanol dari Molase Dewasa ini, bioetanol semakin naik pamor seiring semakin banyaknya penelitian dan inovasi mengenainya terkait manfaatnya yang begitu besar, contohnya sebagai bahan bakar alternatif. Untuk membuat bioetanol, digunakan bahan baku dengan kadar gula yang tinggi. Salah satunya adalah molases/tetes tebu yang merupakan produk samping pabrik pengolahan tebu dengan kandungan gula mencapai lebih dari 50%. Berikut ini adalah penjabaran umum proses pembuatan bioetanol dari molase tersebut. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari tetes molase, yaitu: a. b. c. d. Molase (kadar gula 50%) Urea NPK Fermipan (Ragi roti) e. f. g. Anti foam (contoh: turkey red oil) Air Kapur tohor atau Zeolit sintetis

Peralatan operasi yang dibutuhkan, yaitu: a. b. c. d. e. Tangki penampung molase Timbangan tetes cepat Tangki pencampur (mixing tank) Pompa Pipa decanter f. g. h. i. j. Heat exchanger (HE) Pre-fermentor tank Fermentor tank dan Separator (rotary vacuum filter) Alat penguap (boiler/evaporator) Distilator/alat penyulingan

Distilator/alat penyulingan, yang dapat terdiri dari: - Kolom pertama: Mash Column & Degasification Column - Kolom kedua: Pre-Running Separating Column - Kolom ketiga: Less Column & Rectifying Column - Kolom keempat: Repulfying Column - Kolom kelima: Alcohol column

Tahapan pembentukan bioetanol: PRE-TREATMENT 1. Tahap persiapan bahan baku Disiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol, antara lain: molase (kadar gula 50%), urea, NPK, fermipan, air. Molase yang digunakan berasal dari limbah pabrik gula pasir. Ketika pabrik gula sedang berhenti menggiling karena periodisasi (pabrik gula hanya beroperasi 6 bulan), maka molase yang digunakan berasal dari cadangan yang telah disimpan sebelumnya pada beberapa tangki berukuran 5000 16000 ton yang terdapat pada gudang penyimpanan tetes. 2. Tahap pengenceran molase Kadar gula dalam molase terlalu tinggi untuk proses fermentasi. Oleh karena itu, molase perlu diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan dalam molase kurang lebih 14%. Penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya lalu diaduk hingga merata. Tahap ini detailnya terbagi menjadi 3, yaitu: a. Tahap penimbangan tetes Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan kapasitas timbang tertentu dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup berupa katup buangan yang dioperasikan secara manual. Dan juga panel on-off pompa tetes yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpanan tetes untuk setiap harinya. b. Tahap pencampuran tetes Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes dengan kapasitas tertentu yang dilengkapi dengan pancaran uap air panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes. Cara kerjanya yaitu air panas bersuhu 70 OC dimasukkan ke dalam tangki pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang telah ditimbang. Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan pompa hingga tetes dan air tercampur dengan baik. Setelah pencampuran selesai, campuran dipanaskan hingga suhunya mencapai 90OC. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan, sedangkan pemanasan dengan uap air panas adalah untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan baik, ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 96,5% sampai pH mencapai 4,5 5. Pemberian asam sulfat bertujuan untuk mengendapkan garam-garam mineral di dalam tetes dan untuk memecah disakarida (sukrosa) di dalam tetes menjadi monosakarida berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa. c. Tahap pengendapan Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi dengan pipadecanter. Larutan tetes dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama

endapan garam. Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang terjadi pada mash column (kolom distilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan heat exchanger (HE). HE ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30OC sebagai syarat operasi fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan kotoran-kotoran dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge). 3. Tahap Separator (Sterilisasi) Sisa cairan tetes sebanyak 5% volume dari tangki pengendap tetes yang berupa endapan kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki pengendap melalui pipa decanteruntuk ditampung di tangki sludge hingga mencapai volume tertentu. Kemudian cairan tetes diendapkan hingga waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke tangkimixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi bahan baku berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa harus membuang sebagian yang tersisa. 4. Tahap Pembiakan Ragi a. Tahap penambahan ragi Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi jenis Saccharomyces cerevisiae dengan menggunakan media tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali dengan cara memasukkan air proses bersuhu 15OC dan tetes dari tangki pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan mencampurkannya, yang disertai dengan aliran udara dariblower dengan fungsi ganda yaitu untuk mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk konsumsi kebutuhan oksigen bagi ragi Saccharomyces cerevisiaeyang berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga menjaga suhu tangki konstan pada 30OC dengan mengalirkan air pada dinding luar tangki. Jika tidak dijaga, maka ragi yang sedang dikembangbiakkan akan terganggu kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang telah dilarutkan dengan air secukupnya. Bahan aktif yang terkandung dalam ragi roti yaituSaccharomyces cerevisiae (ragi roti) yang dapat memfermentasi gula menjadi etanol. Kebutuhan ragi sebanyak 0,2% dari kadar gula dalam larutan molase. b. Tahap penambahan urea dan NPK Untuk keperluan nutrisi ragi, ditambahkan urea dan NPK. Kebutuhan urea sebanyak 0,5% dari kadar gula larutan fermentasi. Sedangkan kebutuhan NPK sebanyak 0,1% dari kadar gula larutan fermentasi. Urea dan NPK dihaluskan dengan penggerusan lalu dimasukkan. Ditambahkan pula PHP dengan tujuan untuk mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu 4.5 5. Dari hasil campuran ini didapatkan biakan ragi. 5. Tahap fermentasi Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi pada

30 32OC. Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan alkohol dengan kadar 8,5 9% atau lebih. Pertama dimulai dengan sterilisasi tangki fermentor yang masih kosong dengan uap air panas (steam) sampai suhu 121OC lalu membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30OC. Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu 30OC, larutan tetes, dan proses fermentasi ini berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa masuk ke tangki fermentor. Setelah itu, tetes dipompa masuk ke tangki dan proses berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 5. Untuk nutrisi ragi dimasukkan urea dan NPK. Sedangkan turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam untuk mencegah pembentukan foam selama proses terjadi. Tahap fermentasi berlangsung hingga kadar alkohol mencapai 8,5 9%. Setelah kadar tersebut terpenuhi, larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast cream). Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter yang merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga ragi (yeast cream) dengan cairan hasil fermentasi (cairan mash) yang memiliki perbedaan massa jenis dapat dipisahkan. Dari hasil fermentasi, tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar 80 90% saja. Sisanya 10 20 % tidak diambil raginya karena mengandung kotoran-kotoran sisa berupa endapan garam mineral. Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya didestilasi sehingga menjadi alkohol prima (fine alcohol) dengan kadar mencapai 96,5%. Pada tahap fermentasi terjadi reaksi hidrolisa, di mana sukrosa diubah menjadi glukosa. Persama reaksi hidrolisa yaitu: C12H22O11 +H2O -> 2C6H12O6 Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, yaitu glukosa diubah menjadi etanol dan air. C6H12O6 -> 2C2H5OH + 2CO2 Selain reaksi utama terjadi pula reaksi samping yang menghasilkan asam asetat, asetaldehid, dan funel oil. C6H12O6 -> C3H8O3 + CH3CHO + 2CO2 C6H12O6 + H2O -> 2C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH + 2CO2 6. Tahap purifikasi, destilasi, dan dehidrasi Setelah proses fermentasi selesai, berlanjut ke tahap purifikasi yang terdiri dari unit destilasi. Cairan fermentasi dimasukkan ke dalam evaporator. Panaskan evaporatordan suhunya dipertahankan 79 81OC. Pada suhu ini, etanol sudah menguap, sedangkan air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar distilasi masih di bawah 95% maka perlu dilakukan distilasi ulang hingga kadar etanolnya 95%.

Proses distilasi ini dilakukan dengan metode distilasi bertingkat dengan jumlah 5 buah kolom distilasi. Tiap-tiap kolom distilasi memiliki beberapa jumlah dan ukuran traytertentu dengan jenis plate bubble cup yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya untuk memisahkan alkohol dari senyawa-senyawa pengikutnya. Alat untuk distilasi terdiri dari 5 kolom distilasi utama yaitu: 1. Kolom pertama: Mash Column & Degasification Column 2. Kolom kedua: Pre-Running Separating Column 3. Kolom ketiga: Less Column & Rectifying Column 4. Kolom keempat: Repulfying Column 5. Kolom kelima: Alcohol column Setelah kadar etanol 95% tercapai, selanjutnya dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.

SUMBER PUSTAKA - Prasetyo, Ristu Adi; Imron, Saiful; Fiddin, M. Zakiy; Dwi, Jefri Fajar; Setiandi, Ari. 2012. Makalah Teknologi Bersih, Proses Produksi dan Teknologi Bersih Bioetanol di PT. Molindo Raya Industrial. Malang. Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Sumber: http://blog.ub.ac.id/pakristu/2012/10/18/teknologi-bersih/ - Mulyanto; Widjaja, Tri; M, Abdul Hakim; Frastiawan, Eko. 2009. Produktivitas Etanol dari Molase dengan Proses Fermentasi Kontinyu Menggunakan Zymomonas mobilisdengan Teknik Immobilisasi Sel K-Karaginan dalam Bioreaktor Packed-Bed. Surabaya. Laboratorium Teknologi Biokimia, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sumber: http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2759-tri-w-chem-eng-TW24.pdf - Syaichurrozi, Iqbal; Handayani, Netty. 2012. Executive Summary Tugas Mata Kuliah Perancangan Pabrik Kimia, Perancangan Pabrik Bioetanol dari Molase dengan Proses Fermentasi Kapasitas 11.200 KL/Tahun. Semarang. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Sumber: http://eprints.undip.ac.id/36456/1/115exsum.pdf - Sumber: http://masjamal.blogdetik.com/2012/05/30/proses-pembuatan-bioethanol-darimolase/ - Susantris, Mardianti; Gamayanti, Nila. Simulasi Proses Produksi Etanol dari Molase Melalui Beberapa Konfigurasi Alternatif Proses. Undergraduate Paper. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sumber: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10568-Paper.pdf

You might also like