You are on page 1of 28

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLO GI Formula Shampo dan

Shampo AntiDandruff
DISUS UN OLEH: KELOM POK 5 FARMA SI 6A

DIAN FIRANTI ALLISA 108102000037 DINA HARYANTI 108102000035 MARIA ULFA 108102000008 RATU FENI 108102000046 CHAIRUNNISA 108102000024 RR. ALVIRA WIDJAYA

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

I.

LANDASAN TEORI Shampo merupakan suatau zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pengental, dan lain sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut kelihatan bersih, indah, dan mudah ditata sampo harus memiliki sifat berikut :
a. Shampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan

cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.


b. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,

karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.


c. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi

dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam komposisi sampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.
d. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata. e.

Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap konstan, sampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke dalamnya. Sampo bentuk kering kapitis seborea ombe adalah sampo yang

digunakan untuk maksud memberihkan atau menghilangkan ketombe. Ketombe adalah bentuk kering kapitis seborea yang lazim dikenal sebagai seborea sika (kering), yakni sisik kering berlapis lapis yang rapuh mudah lepas yang melekat menutupi epidermis kulit kepala. Ketombe diduga karena gangguan fungsi yang disebabkan oleh sedikit perubahan dalam proses kreatinisasi. Pembelahan sel dalam lapisan epidermis yang lebih dalam menghasilkan sel yang didorongkan ke permukaan, sel-sel ini sangat jauh dari dermis sehingga sukar dirubah menjadi kreatinin , hal yang mnyebabkan pembentukan selaput yang tidak Nampak, terdiri dari sel mati yang secara terus-menerus terdorong ke permukaan kulit. Jika oleh sesuatu

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 2

sebab fungsi faal normal tidak sinkron dengan sebaiknya, dan keratinisasi maupun aliran keluar sel mati meningkat dengan kecepatan abnormal, sel mati itu menjadi tampak terlihat dan menjadi sisik berlapis, kering, rapuh, dan mudah lepas, yang dikenal sebagai ketombe Bentuk lazim lain dari kapitis sebosea disebabkan oleh sekresi sebum (lemak) abnormal. Kapitis seborea disebabkan oleh sekresi sebum (lemak) abnormal. Kapitis sebosea jenis ini lazim disebut sebosea oleosa. Agar kelenjar lemak dapat mensekresikan lmak harus terjadi proses epidermis dan pemisahan sel padapermukaan kulit. Kelenjar lemak berkembang dari folikel rambut dan permukaan kulit kepala. Karena itu sekresi lemak yang abnormal menyebabkan rambut terlalu menjadi berlemak, ini disebabkan karena terjadi sekresi lemak berlebihan. Tetapi jika terjadi sebaliknya, yakni, sekresi lemak sangat berkurang, kulit kepala dan rambut akan menjadi kering. Dalam kondisi kulit kepala abnormal, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur, dan diantara spesies yang paling menonjol adalah Staphylococcus aureus dan Pityrosporum ovale. Selain itu juga banyak dijumpai varietas ragi yang terdapat dalam kondisi ini dibandingkn dalam kondisi normal. Peranan ragi dalam fungsi faal normal memang belum terbukti kenyataannya, tetapi peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur diduga meruakan penyebab dalam perubahan faal normal kepala yang dapat menimbulkn berbagai gangguan, antara lain dalam perubahan proses kreatinin kulit kepala. Dengan kta lain, peningkatan pertumbuhan bakteri dan jamur merupakan akibat dan atau terjadi bersamaan dengan timbulnya keabnormalan faal kulit kepala, baik karena fakrir sistemik mauun factor local. Keabnormalan faal tadi diduga terjadi karena berbagai sebab, antara lain: 1. Gangguan keseimbangan hormone 2. Perubahan biokimia pada dermis kulit kepala 3. Kelebihan penggunaan sediaan beralkohol kuat atau sediaan alkali kuat 4. Berkelebihan atau kesalahan penggunaan sediaan rambut yang mengandung unsure iritasi seperti sediaan pengikal dingin dan sediaan cat rambut 5. Terjadi defisiensi vitamin dan mineral

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 3

Kapasitas seborea berikut pengobatan dan pencegahannya menjadi penting, karena manifestasi kondisi berupa ketombe akan mengganggu estetika penampilan, juga acapkali terkaitkan dengan terjangkitnya beberapa panyakit kulit lain. Ketombe dapat dihubungkan dengan teradinya kerontokan rambut, jerawat, dan psoriasis. Jerawat merupakan peradangan yang terjadi pada kelenjar lemak. Berbagai kondisi patologi lain acapkali dikaitkan dengan gangguan bawaan dalam metabolisme lemak, bahkan diduga akan mempengaruhi faal kulit kepala, misalnya ekzim infantile. Dalam sediaan rias rambut, terutama sampo, seringkali ditambahkan zat manfaat yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengobati seborea, yang secara tidak lansung akan berfungsi untuk menghilangkan ketombe. Oleh karena itu, sampo ketombe dibuat untuk maksud mencegah atadengan berbagai nama seperti sampo obat u menghilangkan ketombe dari berbagai bentuk. Sampo ketombe sering diedarkan dengan berbagai nama seperti sampo obat dan sampo klinik Sampo ketombe diharapkan dapat berfungsi untuk: 1. Membersihkan rambut dan kulit kepala tanpa menjadikan rambut berlemak atau kering dan udah di atur. 2. Tidak boleh merangsang kelenjar lemak, tetapi hanya boleh meningkatkan aktivitasnya 3. Efektif sebagai germisidium dan fungidium, sehingga dapat mecegah peningktan pertumbuhan bakteri dan jamur, bahkan dapat mencegah infeksi untuk beberapa waktu setelah keramas sampo. 4. Kadar zat manfaat yang digunaakan tidak boleh meningkatkan kepekaan kulit kepala; ini berarti zat manfaat dalam kadar penggunaan tidak boleh menyebabkan kegatalan, kulit mengelupas, ataupun peradangan.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 4

II.

PREFORMULASI

PREFORMULASI SHAMPOO ANTIDANDRUFF


1. Sulfur a. Sinonim : Azufre; Enxfre; Sulfur; Sulphur; Sulphurium; Svavel b. Berat Molekul : S = 32.065 c. Pemerian : Serbuk, serbuk mikrokristalin, berwarna kuning, tidak berbau. Ukuran partikel tidak lebih besar dari 20 micrometer. d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan alkohol, larut dalam karbon disulfida, cukup larut dalam minyak tumbuhan. e. Khasiat : Keratolitik, antiseptik, antifungi, and parasitisida. f. Penyimpanan : Simpan dalam tempat yang baik dan lindungi dari cahaya matahari. g. Inkompatibilitas : Akan berubah warna dengan adanya metal, perak dan air raksa. h. Konsentrasi : sampai 10 % Sumber : Martindale 35 2. Natrium Lauril Sulfat a. Sinonim : Sodium lauril sulfat
b. Rumus Molekul : C12H25NaO4S

c. Berat Molekul : 288.38 d. Rumus Bangun :

e. Pemerian : Natrium lauril sulfat berwarna putih atau terdiri atas kristalkristal berwarna kuning pucat, serbuk halus, bersabun, rasa pahit, dan berbau dari substansi lemak.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 5

f. Kelarutan : Bebas larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, memberikan larutan opalescent. g. Khasiat : Surfaktan anionik, detergen, pengemulsi, penetrasi kulit, lubrikan tablet dan kapsul, dan pembasah. h. pH : 7.0-9.5 i. Titik lebur : 204-207oC j. Stabilitas : Natrium lauril sulfat stabil selama penyimpanan. Akan tetapi pada keadaan yang ekstrim seperti pada pH 2.5 atau di bawahnya maka akan terjadi hidrolisis menjadi lauril alkohol dan sodium bisulfat. k. Penyimpanan : Serbuk harus disimpan dalam tempat yang kedap udara dari bahan pengoksidasi kuat dan simpan dalam keadaan sejuk dan kering. l. Inkompatibilitas : Bereaksi dengan surfaktan kationik yang mengakibatkan hilangnya aktifitas. Seperti sabun, natrium lauril sulfat kompatible dengan asam encer dan ion magnesium dan kalsium. Larutan sodium lauril sulfat (pH 9.510.0) sedikit bersifat korosif terhadap baja, tembaga, kuningan, perunggu, dan aluminium. Sodium lauril sulfat juga inkompatibel dengan beberapa garam alkaloid dan garam-kalium. m. Konsentrasi : Penggunaan Pengemulsi anionik, pembentuk basis emulsi dengan fatty alkohol Detergen dalam sampo pengobatan Pembersih kulit dalam topikal Konsentrasi 0.52.5

10 1

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 687

3. Asam Stearat

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 6

4. Sinonim : Acid stearicum, ctylaceticacid, crodacid, edenor, emersol, stereophonic acid, pearl steric. 5. Rumus Molekul : C18H36O2 6. Berat Molekul : 284.47 7. Rumus Bangun :

8. Pemerian : Zat pada keras mengkilat menunjukkan susunan hablur putih ayau kuning pucat mirip lemak lilin. 9. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dan dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. 10. Khasiat : Bahan pengemulsi 11. Dosis : untuk salep dan krim = 1-20% 12. Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil. Antioksidan dapat ditambahkan ke dalam asam stearat. Disimpan dalam wadah tertutup di tempat yang sejuk dan kering. 13. Suhu lebur : tidak kurang dari 54oC (FI III), 69oC-70oC (HOPE) 14. Inkompatibilitas : Asam stearat inkompatibel dengan metal hidroksida dan inkompatibel dengan basa, agen pereduksi, dan age pengoksidasi. Basis salep yang dibuat dengan asam stearat akan menjadi kental jika bereaksi dengan senyawa zink dan garam kalsium. Sumber : Farmakope Indonesia III Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 697

4. NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 7

a. Sinonim : Sodium Hidroksida b. Rumus Molekul : NaOH c. Berat Molekul : 40.00 d. Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras , rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida e. Kelarutan : 1 : 7.2 dalam etanol, 1 : 4.2 dalam metanol, 1 : 0.9 dalam air, 1 : 0.3 dalam air suhu 100oC, dan praktis tidak larut dalam eter. f. Khasiat : Bahan pengalkali dan buffer g. pH : 12-14 h. Titik Lebur : 318oC i. Penyimpanan : Disimpan dalam ruang kedap udara non metal dalam keadaan sejuk dan kering. j. Stabilitas : Jika terpapar udara maka akan menyerap lembab dan mencair, tetapi akan menjadi padatan kembali setelah mengabsorpsi karbon dioksida dan berbentuk sodium karbonat. k. Inkompatibilitas : Natrium hidroksida adalah basa kuat dan inkompatibel dengan campuran yang dapat menyebabkan terjadinya oksidasi dan hidolisis. Bereaksi dengan asam, eter, ester, terutama dalam larutan berair. Sumber : Farmakope Indonesia III Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 683

5. Nipagin

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 8

a. Sinonim : Methyl hydroxybenzoate (BP), Methyl parahydroxybenzoate (JP), Methylis parahydroxybenzoates (PhEur), Methylparaben (USPNF), hydroxybenzoic acids methyl ester, methyl p-hydroxybenzoate, Nipagin , Uniphen p-23. b. Nama Kimia : Methyl-4-hydroxbenzoate c. Rumus Molekul : C8H8O3 d. Berat Molekul : 152.5 e. Rumus Bangun :

f. Pemerian : Kristal putih atau bedrupa serbuk, berbau lemah atau hampir tidak berbau, rasa khas (kuat) g. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam minyak mineral, 1:2 etanol, 1:3 etanol (95%), 1:6 etanol (50%), 1:10 eter, 1:60 gliserin, 1:200 minyak kacang, 1:5 propilenglikol, 1:400 air, 1:50 air suhu 50 oC, 1:30 air suhu 80oC. h. Khasiat : Bahan antimikroba i. pH: 4-8 j. Titik lebur : 125-128oC k. Stabilitas : Larutan yang mengandung nipagin pada pH 3-6 mungkin disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 120 oC selama 20 menit. l. Penyimpanan : Disimpan dalam tempat tertutup rapat dalam keadaan sejuk dan kering. m. Inkompatibilitas : Tereduksi dengan surfaktan nonionik seperti polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan bentonit, magnesium trisilicat, talk, tragakan,

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 9

sodium alginat, minyak essensial, sorbitol, atropin. Bereaksi dengan macam-macam gula dan alkohol gula. n. Kadar : Topikal (0.02-0.3%) Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam hal. 794 6. Aquadest a. Sinonim : Air Suling b. Rumus Molekul : H2O c. Berat Molekul : 18.02 d. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak bebau, dan tidak berasa. e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup Sumber : Farmakope Indonesia III

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 10

III.

PROSEDUR KERJA a. NaOH dilarutkan dalam air, kemudian dipanskan pada suhu 75 0 C b. Ditambahkan Nipagin hingga larut, kemudian ditambahkan sulfur pada larutan tersebut (M1). c. Natrium Lauril Sulfat dilebur tersendiri dipanaskan secara perlahan-lahan hingga suhu 60
0

C, dan Asam stearat juga dilebur ditempat yang berbeda

pada saat bersamaan hingga suhu 60 0 C. d. Hasil peleburan NLS dan asam stearat dimasukkan ke dalam M1 e. Ditambahkan air dan diaduk hingga dingin f. Ditambahkan Parfum

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 11

IV.

HASIL DAN EVALUASI Kelompok 1 Pengamatan Putih Bau minyak Kental Tinggi air Awal = 12 cm Akhir = 10.9 cm Awal = 9 cm Uji Tinggi &Stabilitas Busa ( sediaan tidak ada )

Parameter Warna Bau Kekentalan Kestabilan Busa Tinggi busa

Daya bersih pH Homogenitas

- Akhir = 8.8 cm Mudah dibersihkan dengan air Netral Homogen

Kelompok 2 Parameter Warna Bau Kekentalan Kestabilan Busa Tinggi busa - Tinggi air Daya bersih pH Homogenitas Pengamatan Putih Bau Rosae Kental 12 cm 9.5 cm Mudah dibersihkan dengan air 7 (Netral) Homogen Kelompok 2 Uji Tinggi &Stabilitas Busa ( sediaan tidak ada )

Kelompok 3 Parameter Warna Bau Kekentalan Pengamatan Putih susu Tidak berbau Kental
Page 12

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Kestabilan Busa Tinggi busa 42 mL / 7.3 cm 58 mL / 9.8 cm Mudah dibersihkan dengan air 6 Homogen Kelompok 3 Uji Tinggi &Stabilitas Busa ( sediaan tidak ada ) - Tinggi air Daya bersih pH Homogenitas

Kelompok 4 Parameter Warna Bau Kekentalan Kestabilan Busa Tinggi busa - Tinggi air Daya bersih pH Homogenitas Pengamatan Putih Bau jeruk nipis Kental 13 cm 8 cm Mudah dibersihkan dengan air 6 Homogen Kelompok 4 Uji Tinggi &Stabilitas Busa ( sediaan tidak ada )

Kelompok 5 Parameter Warna Bau Kekentalan Pengamatan Putih kekuningan Bau khas sulfur Tidak terlalu kental
Page 13

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Kestabilan Busa Tinggi busa Tinggi air Awal = 6 cm Akhir = 5.8 cm Awal = 4.5 cm

Daya bersih pH Homogenitas

- Akhir = 4.8 cm Mudah dibersihkan dengan air 8 Homogen

Kelompok 5 Uji Tinggi &Stabilitas Busa

( sediaan tidak ada ) *Ket: Ketinggian busa dan air: - Awal = 5 menit pertama - Akhir = 5 menit kedua Kelompok 6 Parameter Warna Bau Kekentalan Kestabilan Busa Tinggi busa Tinggi air Pengamatan Kuning Rosae Kental Awal = 8 cm Akhir = 6.5 cm Awal = 5.7 cm Kelompok 6 Uji Tinggi &Stabilitas Busa ( sediaan tidak ada )

Daya bersih pH Homogenitas V.

- Akhir = 7 cm Mudah dibersihkan dengan air 89 Homogen PEMBAHASAN

Praktikum kali ini kami membuat formula shampo dan shampo antidandruff. Shampo merupakan suatau zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pengental, dan lain sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 14

rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut kelihatan bersih, indah, dan mudah ditata. Rambut adalah bagian tubuh yang terdiri dari satu bagian muncul dalam kulit (akarnya), dan satu bagian keluar dari kulit (batang rambut). Kelenjar sebaseus adalah struktur yang bulat terletak dalam dermis dan berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar sebaceous mensekresi senyawa lemak yang disebut sebum, tempat dimana rambut akan menyerap dengan efek kapiler dan berfungsi memberikan busa dan lunak, dan menjaga permukaan kulit lembut dan liat. Minyak pada kulit kepala dapat dihilangkan dengan menggunakan shampo, akan tetapi shampo yang baik tidak banyak menghiiangkan banyak minyak dari kulit kepala untuk menjaga permukaan kulit lembut dan liat.

Formula

4A

dengan

formula krim shampo Ekstrak lidah buaya 10% + NLS 47% + Asam oleat 20% + TEA 10% + Nipagin 0,2% + Parfum + Aquadest menghasilkan krim yang homogen, kental dan mudah dibersihkan dengan air. Sedangkan formula 4B dengan formula yang sama akan tetapi konsentrasi NLS nya 40% menghasilkan krim yang homogen, kental. Perbedaan konsentrasi tersebut terlihat pada saat melakukan uji kestabilan busa, konsentrasi NLS 47% menghasilkan tinggi busa yang lebih banyak karena NLS digunakan sebagai bahan aktif pembentuk busa dan detergensi. Surfaktan bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan cairan karena bersifat amfibilik, sehingga dapat melarutkan kotoran yang melekat pada permukaan rambut. Bagian hidrofilik dari surfaktan anionic membawa muatan negatif dalam larutan. Surfaktan ini umumnya lebih bagus dari kelas lain dalam istilah pembusaannya,

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 15

pembersihan dan hasil akhir. Pembentuk busa adalah bahan surfaktan yang masing-masing berbeda daya pembuat busanya. Busa adalah emulsi udara dalam cairan. Kemampuan membentuk busa tidak menggambarkan kemampuan membersihkan. Busa yang terbentuk akan segera terikat dengan lemak sebum sehingga rambut yang lebih bersih akan menimbulkan busa yang lebih banyak pada pengulangan pemakaian shampoo. Alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kental. NLS merupakan surfaktan anionik

Surfaktan memilki sifat khusus : a. Pembasahan Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan b. Daya Busa Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai daya busa. c. Daya Emulsi Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi yang stabil. Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 16

air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling butir butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak Formula 4A dan 4B merupakan sediaan shampo berbentuk krim dari ekstrak Aloe vera. Aloe vera mengandung glycoprotein yang memiliki manfaat melembutkan rambut sehingga terlihat lebih indah. Shampo krim digunakan untuk rambut kering,normal cenderung kering, dan rambut normal yang susah diatur. Dari segi konsistensi pengamatan hanya dilakukan secara visual tidak menggunakan viskometer brookfield. Dari segi konistensi formula 4A dan 4B menghasilkan kekentalan yang baik. Kekentalan pada shampo juga merupakan hal penting karena jika sediaan terlalu encer, sediaan tersebut terlalu mudah mengalir dari kulit kepala menuju ke wajah (mata) dan turun ke leher. Jika sediaannya terlalu kental, sediaan itu sangat lambat (susah dituang dari botol dan tidak akan mudah tercampur dengan air pada rambut sehingga sediaan tersebut kehilangan keefektifan penuhnya PH pada sediaan formula 4A dan 4B adalah 7. PH tersebut telah memenuhi syarat PH untuk shampo yaitu netral atau sedikit alkali. Kealkalian ini akan membuka ibrikasi rambut, sehingga lemak dan kotoran yang melekat pada kulit kepala dan rambut akan mudah dibersihkan. Preservatives (pengawet) yang digunakan adalah Nipagin dengan konsentrasi 0,2%. Preservatives (pengawet) yakni bahan yang digunakan untuk mencegah terbentuknya mikroba pada produk. Shampoo sebagai kosmetik yang penggunaannya bersentuhan langsung dengan badan manusia. Keberadaan suatu mikroba ataupun jamur tentu akan mengkonta-minasi produknya sendiri dan kulit kepala. Mekanisme Kerja Shampo adalah :

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 17

Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air meningkatkan kemampuan air untuk membasahi kotoran yang melekat (Makin kecil nilai tegangan permukaan air, makin besar kemampuan air membasahi benda). Surfaktan bergerak di bawah lapisan berminyak mengangkat dan permukaan partikel berbentuk bola. Penambahan TEA dimaksudkan untuk penetral yang akan beraksi dengan gugus asam. Adanya gugus COOH dan OH dapat menyebabkan asam sterat dan TEA dapat berekasi menjadi garam Mekanisme Asam stearat dan TEA :

Asam Oleat

TEA

Formula 5A dengan formula shampo jeruk nipis 10% + NLS 16% + NaCl 2,5% + Propilenglikol 1% + KOH 85% PH 6,5 qs + Aquadest menghasilkan shampoo yang yang homogen, kental dan mudah dibersihkan dengan air. Formula 5B memliki formula NaCL 4%. Pada pengamatan uji busa dengan tabung sedimentasi pada hari kedua formula 5A menghasilkan shampo yang baik dari segi penampilan (warna dan bau) dan kekentalan. Pada sediaan kelompok 3 (formula 5A) dan 4 (formula 5B), dibuat sediaan shampoo dengan menggunakan ekstrak dari buah jeruk nipis. Buah jeruk nipis pada sampo dipercaya dapat berfungsi melembabkan rambut. Perbedaan yang terjadi diantara keduanya ialah konsentrasi penggunaan NaCl dalam pembuatan. Untuk kelompok 3 menggunakan NaCl sebesar 2,5 % sedangkan pada kelompok 4 menggunakan NaCl sebesar 4 %. Penggunaan NaCl dalam sampo digunakan untuk mengendalikan ukuran ukuran pembentukan misel-misel yang terbentuk dari bahan pengemulsi. Surfaktan
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 18

adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan zat. Molekul surfaktan terdirii atas dua bagian polar dan non polar. Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara. Kumpulan surfaktan itu akan membentuk suatu lapisan monomolekular. Bila permukaan cairan telah jenuh dengan molekul-molekul surfaktan, maka molekul-molekul yang berada didalam cairan terbentuk disebut Konsentrasi Misel Kritik (KMK). Sifat penting misel adalah kemampuannya dalam menaikkan kelarutan zat-zat yang sukar larut dalam air, proses ini disebut dengan solubilisasi miselar. Solubilisasi terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk suatu larutan dan stabil secara termodinamika. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada polaritas zat tersebut. Molekul-molekul non polar akan masuk ke bagan non polar dari misel sedangkan molekul-molekul polar akan teradsorpsi pada permukaan misel. Molekul-molekul semi polar akan masuk ke daerah palisade dan membentuk suatu misel campur. Pada saat misel terbentuk NaCl berfungsi untuk mengendalikan ukuran dari misel-misel tersebut. Selain itu NaCl digunakan untuk menyesuaikan viskositas/kekentalan dari sediaan sampo dengan cara mengubah sifat dari ion-ion yang terdapat di dalamnya. Thickening agent, sering digunakan garam natrium klorida (NaCl) dalam suatu cam-puran yang berfungsi untuk mengatur kekentalan. Semakin kental produk shampoo, penggunaannya semakin hemat daan disukai oleh konsumen. Namun penambahan garam yang terlalu banyak dapat menimbulkan efek keruh pada produk. Kingdom Subdivisio Kelas Bangsa Famili : Plantae : Angiospermae : Dicotyledonae : Rutales : Rutaceae

Divisio : Spermatophyta

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 19

Genus Species

: Citrus : Citrus aurantiifolia Dalam pembuatan shampoo diperlukan penambahan surfaktan untuk

menurunkan tegangan permukaan karena dalam sediaan terdiri dari dua fase, yaitu fase air dan fase minyak, yang dalam hal ini adalah Natrium Lauril Sulfat. Natrium Lauril Sulfat termasuk dalam surfaktan anionik sehingga dia akan berdisosiasi dalam larutan berair membentuk anion yang bermuatan negatif yang bertanggung jawab untuk kemampuan pengemulsinya. Surfaktan anionik dapat digunakan sebagai bahan utama pada produk pencuci dan detergen serta menunjukkan kemampuan pencucian dan detergensi yang baik. Natrium Lauril Sulfat mempunyai sifat detergen, yang terutama dikehendaki untuk sampo yaitu kemampuan membangkitkan busa. Busa adalah emulsi udara dalam cairan. Na lauril sulfat yang berfungsi sebagai surfaktan sehingga tegangan antar permukaan menjadi lebih kecil dan kedua fase dapar bercampur homogen. Penggunaan Natrium lauril sulfat dalam formula sampo pada praktium kali ini dapat dikatakan tepat. Hal ini dikarenakan sediaan sampo sebaiknya mempunyai pH asam atau sedikit basa. Natrium lauril sulfat mempunyai aktivitas dan kestabilan pada pH 6.5 - 7.3 atau sampai basa sehingga penggunaannya dalam proses pembuatan sampo ialah tepat. Propilen glikol digunakan sebagai humektan atau pembasah. Propilen glikol juga digunakan sebagai carrier dari bahan pengemulsi sehingga bahan pengemulsi dapat berfungsi. Selain itu propilenglikol juga berfungsi sebagai penjernih pada sampo. KOH 85% pH 6.5 digunakan untuk menyesuaikan pH sediaan dan akan bereaksi jika adanya kontak dengan basa lemah. Untuk menyesuaikan pH maka diperlukan adanya KOH. Kami melakukan evaluasi yaitu warna, bau, homogenitas, viskositas, tinggi busa, pH dan daya bersih sampo. Kelompok 3 dan 4 menghasilkan sampo berwarna putih. Warna putih yang dihasilkan berasal dari bahan yang digunakan. Pada uji bau, sediaan kelompok 3 tidak mempunyai bau sedangkan kelompok 4 mempunyai bau jeruk nipis. Padahal konsentrasi yang digunakan

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 20

sama. Hal ini mungkin dikarenakan karena pengamatan yang dilakukan berdasarkan subjektivitas sehingga terdapat penilaian yang berbeda. Pada uji viskositas, kami hanya melakukan secara pengamatan visual tidak dengan alat viskosimeter Brookfield atau dengan metode bola jatuh. Sehingga, tidak didapatkan data secara pasti nilai viskositas sediaan yang didapat. Tapi, menurut pengamatan kami viskositas shampoo yang paling baik adalah kelompok 3 dan 4. Begitu juga dengan uji daya bersih sampo dimana sediaan keduanya mudah dibersihkan dengan air. Dimana tidak banyak menghilangkan minyak dari kulit kepala. Pada uji pH, pH pada kelompok 3 dan 4 adalah 6 (asam). Hal ini kemungkinan dikarenakan pengaruh dari sifat komposisi penyusunnya. Namun, pH yang dihasilkan masih berada pada rentang yang telah ditetapkan yaitu asam atau sedikit basa. Uji homogenitas dilakukan dengan pengamatan visual. Hasilnya adalah dimana sediaan kelompok 3 lebih homogen dibandingkan dengan kelompok 4. Padahal konsentrasi NaCl yang digunakan sebagai pengatur ukuran misel lebih banyak pada kelompok 4. Kemungkinan hal ini dikarenakan adanya pengaruh pada proses pencampuran dan pengadukan bahan sehingga mempengaruhi homogenitas sediaan akhir. Sediaan pada kelompok 3 dan 4 menghasilkan busa yang cukup banyak. Hal ini diuji dengan cara menghitung ketinggian busa dengan menggunakan tabung sedimentasi. 10 gram dari sediaan dicampurkan dengan 25 ml air, kemudian dikocok selama 5 menit dan dilihat penurunan busa yang terjadi selama 5 menit. Hasilnya adalah kelompok 3 didapatkan ketinggian busa 7,3 cm dan kelompok 4 didapatkan ketinggian busa 8 cm. Busa yang dihasilkan cepat karena adanya pengaruh dari propilenglikol yang menyebabkan busa terbentuk lebih cepat. Tetapi, busa tidak bertahan lama karena lama-kelamaan busa akan menghilang sehari setelahnya. Namun, pada kelompok 4 busa masih terlihat ada. Sedangkan uji mikrobiologi dan uji berat jenis tidak kami lakukan karena keterbatasan waktu dan alat.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 21

Menurut formularium kosmetika indonesia, Sampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu kulit menjadi bersih dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Sedangkan sampo ketombe adalah sampo yang digunakan untuk maksud membersihkan dan atau menghilangkan ketombe.

Ketombe adalah bentuk kering kaptis seborea yang lazim dikenal sebagai seborea sika (kering), yakni sisik kering berlapis-lapis yang rapuh mudah terlepas yang melekat menutupi epidermis kepala. Dalam sediaan rias rambut, terutama sampo, seringkali ditambahkan zat manfaat yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengobati seborea, yang secara tidak langsung akan berfungsi untuk hilangkan ketombe. Zat manfaat yang digunakan dalam sampo ketombe menunjukkan salah satu atau paduan keaktifan bakterisidum, fungisidum, kaunteriritan dan mengurangi atau menghalangi sekresi kelenjar lemak. Di antara zat manfaat yang paling lazim digunakan dalam sampo ketombe meliputi: Antiseptikum, seperti: asam undesilenat, belerang endap, bitional (2,2tiobis-4,6-diklorofenol), etanol, heksaklorofen, isopropanol, klodifan (2,4,4trikloro-2-hidroksidifenileter), resorsin, surfaktan kation terutama sitrimida, ter arang

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 22

Kounteriritan, seperti: kamfer, mentol, minyak eukaliptus, minyak kade, resorsin, timol. Lain-lain, terutama zat manfaat yang menunjukkan aktivitas dapat mengurangi sekresi kelenjar lemak; seperti: selenium sulfida1 2,5%; campuran selenium sulfida selenium monosulfida, zinc pirithion 2% dan sulfur. Dalam pembuatan sampo anti ketombe, yang pertama harus

diperhatikan adalah kadar zat manfaat yang digunakan. Dalam praktikum kali ini zat manfaat yang digunakan adalah sulfur dengan konsentrasi 2%. Menurut Martindale edisi ke 35 sulfur mempunyai khasiat sebagai keratolitik, antiseptik, antifungi dan parasitisida dengan konsentrasi yang diizinkan mencapai 10%. Hal ini berarti jenis dan kadar zat manfaat yang digunakan dalam formula memenuhi syarat. Selain sulfur sebagai zat manfaat, dalam formula 6A dan 6B juga terdapat bahan tambahan lain seperti Natrium lauril sulfat, asam stearat NaOH, nipagin dan parfum secukpunya. Dengan variasi kadar natrium lauril sulfat 15% pada formula 6A dan 20% pada formula 6B. Selain zat manfaat, Menurut buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, bahan-bahan yang biasanya terdapat dalam sampo adalah: 1)deterjen atau surfaktan, 2) bahan pendispersi garam kalsium yang bertujuan mencegah pengendapan garam kalsium agar rambut tidak buram dan tidak lengket. 3) bahan pengikat ion ( Sequestering Agents) yaitu bahan yang mencegah pengendapan garam kalsium dan magnesium dengan jalan mengikat ion Ca dan Mg, 4) bahan pelarut deterjen, karena deterjen tidak mudah larut dalam air, diperlukan bahan pelarut deterjen agar sampo tidak menjadi seperti awan, 5) bahan pengental 6) bahan pembentuk dan penstabil busa 7) bahan pencemerlang rambut 8) bahan pelembab rambut dan kulit kepala 9) bahan pengawet 10) parfum dan bahan berwarna. Deterjen atau surfaktan merupakan salah satu komponen yang terdapat di dalam sampo. Menurut buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, ada 4 jenis deterjen, yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 23

a) Anionik deterjen, misalnya sodium tallow soap, potasium stearate, sodium lauryl sulfate, triethanolamine lauryl sulfate dan lain-lain. Paling sering dipakai adalah sodium lauryl sulfate dan triethanol lauryl sulfate yang harganya murah tetapi memiliki daya pembersih yang kuat, bahkan di dalam air sadah sekalipun. b) Cationik seterjen, misalnya diethylaminoethyl-oleyl amide acetate. Daya pembasahnya kuat, tetapi daya pembersihnya kurang baik. Tidak pernah dicampur dengan anionic deterjen karena akan menonaktifkannya. c) Amphoterik deterjen, misalnya triethanolamine-lauryl-beta-aminoprpionate dan sodium lauryl-beta-aminopropionate. d) Nonionik detrerjen, misalnya asam lemak monodiethanolamide dan sorbiton monolaurate. Deterjen ini tidak pernah dipakai sendirian dalam sampo karena harganya mahal, tetapi keberadaannya penting sebagai bahan dasar. Deterjen yang digunakan dalam formula 6A dan 6B ini adalah Natrium Lauryl Sulfate yang termasuk dalam golongan anionik deterjen. Sifat deterjen yang terutama dikehendaki untuk sampo adalah kemampuan membangkitkan busa. Jenis deterjen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama lauril sulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C 10 18. Deterjen alkil sulfat dengan rantai karbon 12 (lauryl) 14 (mistril) adalah non iritan, memberikan cukup busa pada suhu kamar dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan. Deterjen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk sampo. Keuntungan Natrium lauril sulfat adalah daya pembersihnya lebih kuat dibandingkan dengan senyawa amonium atau trietanolamin karena menunjukkan sifat pelarut lemak yang lebih baik. Tetapi yang patut diperhatikan, penghilanagn lemak rambut yang sempurna dapat mensekresi lemak yang berlebihan; sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lamak rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 24

Pada saat melakukan percobaan bahan-bahan ditimbang kemudian sulfur digerus kedalam lumpang, asam stearat dilebur, natrium lauril sulfat dilarutkan ke dalam air lalu dipanaskan, NaOH dan nipagin dilarutkan, kemudian kelima zat tersebut kemudian di campur dalam lumpang aduk homogen lalu digenapkan dengan air sampai volume yang diinginkan. Dan setelah dingin kemudian ditambahkan parfum dan dicampur sampai homogen. Hasil dari sediaan sampo dengan formula 6A dan 6B cara kerja tersebut menghasilkan konsistensi sampo yang berbeda. Pada formula 6A dihasilkan sediaan yang lebih encer dibanding formula 6B. Hal ini dipengaruhi karena perbedaan konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan. Selain itu hasil sediaan dari formula 6B konsistensinya seperti foam atau awan. Menurut formularium kosmetika Indonesia sediaan sampo disajikan dalam berbagai bentuk meliputi bubuk, emulsi, krim atau pasta dan larutan. Selain itu dapat juga disajikan dalam bentuk aerosol. Sedangkan menurut buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, dari segi bentuk, dikenal 4 macam sampo yaitu sampo cair jernih, sampo dalam bentuk krim, sampo dalam bentuk gel dan sampo kering. Sampo cair jernih yang menjadi awan setelah lama disimpan atau setelah mengalami pendinginan hebat dianggap sebagai produk yang secara estetik cedera. Karena gangguan itu sering terjadi, awan itu sekalian diperbanyak sehingga sampo menjadi krim. Maka terciptalah sampo jenis baru: cream sampo. Cream sampoo dibuat sebagaimana sampo cair biasa, hanya bahan pelarut dikurangi dan ditambahi bahan pembentuk awan ( opacifying agent), berupa Natrium stearat (asam stearat + larutan NaOH) atau zinc/magnesium stearat atau sodium setil sulfat yang dapat diberikan dalam bentuknya yang murni. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa formula yang diberikan pada saat praktikum merupakan formula cream shampoo dengan zat manfaat sulfur 2% sebagai anti dandruff, Natrium lauril sulfat sebagai surfaktan/deterjen, Asam stearat dan NaoH sebagai opacifying agent dan nipagin sebagai pengawet.

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 25

VI.

KESIMPULAN
a) Formula 4A dan 4B merupakan sediaan shampo berbentuk krim dari ekstrak

Aloe vera.

Aloe vera mengandung glycoprotein yang memiliki manfaat

melembutkan rambut sehingga terlihat lebih indah


b) Perbedaan konsentrasi pada formula 4A dan 4B terlihat pada saat

melakukan uji kestabilan busa, konsentrasi NLS 47% menghasilkan tinggi busa yang lebih banyak karena NLS digunakan sebagai bahan aktif pembentuk busa dan detergens c) Formula 5A menghasilkan busa yang dihasilkan cepat karena adanya pengaruh dari propilenglikol yang menyebabkan busa terbentuk lebih cepat. Tetapi, busa tidak bertahan lama karena lama-kelamaan busa akan menghilang sehari setelahnya. Namun, pada formula 5B busa masih terlihat ada. d) Hasil dari sediaan sampo dengan formula 6A dan 6B cara kerja tersebut menghasilkan konsistensi sampo yang berbeda. Pada formula 6A dihasilkan
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A Page 26

sediaan yang lebih encer dibanding formula 6B. Hal ini dipengaruhi karena perbedaan konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan. Selain itu hasil sediaan dari formula 6B konsistensinya seperti foam atau awan SARAN a. Jika dalam formula pembuatan shampo digunakan Natrium Lauril Sulfat sebaiknya pengadukan dilakukan secara perlahan untuk mencegah terbentuknya busa yang terlalu banyak. b. Konsentrasi NLS sebaiknya digunakan dalam batas konsentrasinya, jika konsentrasi berlebih sediaan shampo menjadi kurang baik. c. Metode pembuatan juga sangat mempengaruhi sediaan shampo yang dihasilkan.

VII.

DAFTAR PUSTAKA Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Dewan Redaksi Panitia Formularium Kosmetika Indonesia. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Ed. III Farmakope Indonesia Ed. IV Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2 Edisi ke-3 . Jakarta : UI Press. Tranggono, Retno Iswari, DR. SpKK dan Latifah, Fatimah, Dra. Apt. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengeahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Tehknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Modul 2 Dasar Rias Merawat Kulit Kepala dan Rambut Secara Kering

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 27

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/4/Chapter%20II.pdf digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F_644.../F_644_Bab%20VI.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI KELOMPOK 5 FARMASI 6A

Page 28

You might also like