You are on page 1of 2

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam istilah asing disebut catchment area, drainage area, drainage basin, river basin, atau watershed (Notohadiprawiro, 1981; Cech, 2005). Pengertian yang berkembang di Indonesia, terdapat tiga terminologi sesuai dengan luas dan cakupannya yaitu: Catchment, Watershed dan Basin. Tidak ada batasan baku, tetapi selama ini dipahami bahwa catchmen lebih kecil dari watershed, dan basin adalah DAS besar (Priyono dan Savitri, 2001). Definisi mengenai DAS yang relatif beragam, sesuai tujuan masing-masing, menurut Dixon dan Easter (1986) DAS berarti suatu area yang dibatasi secara topografis oleh punggung bukit dan air hujan yang jatuh teratuskan oleh suatu sistem sungai. Menurut Wiersum (1979), dan Seyhan (1990), DAS adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh batas alam berupa topografi yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang diterima menuju ke sistem sungai terdekat yang selanjutnya bermuara di waduk atau danau atau laut. Definisi lain menyatakan DAS adalah wilayah yang terletak di suatu titik pada suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam sungai yang sama dan melalui titik yang sama pada sungai tersebut (Brooks et al., 1992; Arsyad, 2010). DAS merupakan suatu sistem ekologi yang kompleks, di dalamnya terjadi keseimbangan dinamik antara energi material yang masuk (input) dan material yang keluar (output). Pada keadaan alami perubahan keseimbangan masukan dan keluaran berjalan lambat dan tidak menimbulkan ancaman yang membahayakan bagi manusia dan kelestarian lingkungan, namun pada sistem DAS dengan dinamika penggunaan lahan yang berlangsung secara terus menerus dari bentuk vegetasi rapat ke bentuk vegetasi yang jarang atau dari bentuk vegetasi ke bentuk non vegetasi, sesuai penyebaran lokasi penggunaan lahan secara spasial (keruangan), akan mempengaruhi fluktuasi debit aliran sungai (Asdak, 2004). Selain merupakan wilayah tata air, DAS juga merupakan suatu ekosistem, disebut sebagai ekosistem DAS. Unsur-unsur yang terdapat di dalam DAS meliputi sumberdaya alam dan manusia. Sumberdaya alam bertindak sebagai obyek terdiri atas tanah, vegetasi, dan air, sedangkan unsur manusia sebagai subyek atau pelaku pendayagunaan dari unsur-unsur sumberdaya alam, antara unsur-unsur tersebut terjadi proses hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Dalam sumber daya alam antara tanah, air, dan vegetasi saling terkait sehingga menghasilkan suatu produk tertentu dan kondisi air tertentu yang pada akhirnya berpengaruh pada kehidupan manusia. Di pihak lain, manusia sebagai pelaku pendayagunaan sumberdaya alam banyak melakukan aksi atau pengubahan-pengubahan pada tanah dan vegetasi, sehingga bereaksi pada hasil produk, partisipasi maupun hasil air (Asdak, 2004). Menurut Soerianegara (1978) pencerminan atau ukuran dari kondisi hidroorologis tersebut ditentukan dari kemampuan penyediaan air, baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas dan distribusinya menurut waktu. Kondisi hidroorologis yang baik adalah apabila DAS dapat menjamin penyediaan air dengan kualitas yang baik, kuantitas yang cukup dan distribusi debit yang merata sepanjang tahun.

Sumber : Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta Brooks, K. N., P. F. Folliott, H. M. Gregersen, and J.L Thames. 1992. Hydrology and the Management of Watersheds. Iowa State University Press, Ames. USA. Cech, T.V. 2005. Principles of Water Resources History, Development, Management, and Policy. Second Edition. Wiley. USA. Notohadiprawiro, T. 1981. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Program Penghijauan. Makalah disampaikan pada Kuliah Penataran Pembangunan Pedesaan dan Pertanian Staf Departemen Pertanian di Fakultas Pertanian UGM , 8 Januari 1981. Yogyakarta. Priyono, C. N. S. dan E. Savitri. 2001. Tinjauan Umum Strategi Konsevasi Tanah dalam Pengelolaan DAS. Alami. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Vol. 8 No.1 . Jakarta. p. 1 5. Seyhan. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Soerianegara. 1978. Pengelolaan Sumberdaya Air. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Wiersum, K. F. 1979. Introduction to Principles of Forest Hydrology and Erosion. Institute of Ecology. Bandung: Universitas Pajajaran.

You might also like