You are on page 1of 6

I.

PENDAHULUAN
Dari sekian banyak komuditas perikanan di Indonesia, lele dapat dikatakan sebagai jenis ikan
yang sangat populer di masyarakat. Konon ikan lele sudah dibudidayakan sejak puluhan tahun yang
lalu mulai pembenihan sampai pembesaran. Namun akhir-akhir ini budidaya ikan lele mulai banyak
ditemukan kendala. Banyaknya kendala tersebut menyebabkan petani lele mencari solusi untuk
mengatasi masalah tersebut

II. KONDISI UMUM


a. Keunggulan Lele Dumbo dibanding lele lokal
• Tumbuh lebih cepat
• Dapat mencapai ukuran lebih besar bisa mencapai 2 – 3 kg
• Lebih banyak kandungan telur mencapai 8.000 – 10.000 per ekor induk betina
• Pakan tambahan bermacam-macam
b. Perbedaan lele dumbo dan lele lokal
Uraian Lele Dumbo Lele Lokal
- Warna Kulit - Keunguan / kemerahan - Hitam abu2 kadang
berbintik besar Berbintik putih
- Perubahan - Lebih loreng - Tidak berubah
Warna saat
stres
- Gerakan - Lincah - Kurang lincah
- Patil - Tidak beracun - Beracun
- Sifat biologis - Tidak merusak pematang - Merusak pematang
- -

c. Tingkah laku dan sifat biologis


Untuk mengatasi sifat lele dumbo yang suka melompat ke darat beberapa saran ini bisa
sebagai pedoman :
• Air dalam kolam jangan terlalu penuh (± 50 cm dari permukaan pematang
• Pematang diusahakan tegak lurus agar lele dumbo sulit meloncat ke darat
• Aliran air masuk jangan terlalu besar karena membuat lele tidak kuat dan juga karena lele
punya alat nafas tambahan (labyrin)
• Sebaiknya disekeliling pematang diberi anyaman bambu.

III. SARANA BUDIDAYA


a. Pemilihan lahan
- Secara teknis pemilihan lahan sebaiknya dekat dengan sumber air dan bukan daerah banjir,
air berkualitas baik dan tidak tercemar limbah industri, ketersediaan air kontinyu, tanahnya
subur
- Secara sosial kelestarian alam dapat dijaga, Sumberdaya alam dapat digunakan, berdampak
positip bagi masyarakat sekitar, keamanan lokasi dapat dijaga
- Secara ekonomis lokasi dekat dengan daerak pemasaran, sarana produksi mudah didapat dan
harganya murah, lokasi ada prasarana jalan yang baik dan mudah dijangkau, sarana
perhubungan lancar

IV. LAHAN UNTUK BUDIDAYA


Lele dapat dipelihara di kolam pekarangan, sawah, dan kolam permanen dari semen maupun
plastik. Masyarakat umumnya memelihara lele di kolam tanah, namun untuk areal dimana tanah tidak
bisa menyimpan air maka kolam lele bisa dibuat permanen dari semen ataupun yang mulai
berkembang sekaran pemeliharaan lele pada kolam plastik. Pada prinsipnya sebuah kolam harus
punya tiga bagian utama yaitu punya pematang, pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air
a. Kolam tanah
Keuntungan : biaya pembuatan murah dan mudah, pertumbuhan ikan lebih cepat, air relatif lebih
stabil
Kelemahan : perlu pengolahan tanah untuk siklus tebar berikutnya sehingga perlu waktu lebih
lama untuk periode antar siklus, pemanenen butuh waktu lebih lama dan lebih susah.
b. Kolam Semen
Keuntungan : begitu habis panen kolam langsung bisa dibersihkan untuk persiapan tebar
berikutnya, pemanenan lebih mudah, kolam bisa dipakai untuk jangka waktu yang lama
Kelemahan : pertumbuhan ikan lebih lambat dibandingkan kolam tanah, air relatif kurang stabil,
butuh ganti air lebih banyak , biaya pembuatan lebih mahal
c. Kolam plastik
Pada prinsipnya kolam plastik sama dengan kolam dari semen hanya keuntungannya kolam ini
biaya pembuatannya sangat murah dan bisa dibuat dimana saja. Kelemahannya kolam ini tidak
tahan lama
Persiapan Kolam
Kolam dasar tanah :
Dilakukan pembalikan dasar tanah sedalam sekitar 10 cm, dilakukan pengapuran dosis 50 – 200
gr/m2 ditebar merata di dasar kolam, pemupukan dengan pupuk kandang untuk penumbuhan pakan
alami dengan dosis 250 -500 gr/m2 ditebar merata. Bila diperlukan bisa ditambah urea dan TSP 10 –
20 gr/m2. Air dimasukkan sampai dengan ketinggian 60 – 85 cm. Setelah seminggu benih siap
dimasukkan dengan ciri air warna hijau kecoklatan dan banyak pakan alami.
Kolam permanen semen / plastik.
Bilas kolam kolam beberapa kali sampai bau semen hilang, Dinding bisa dibilas dengan kapur disusul
larutan formalin 40 % atau larutan PK dengan menyiramkan pada dinding-dinding kolam sampai rata
betul. Bilas dengan air lalu keringkan dengan sinar matahari langsung.
Pakan alami dapat dihasilkan dengan pemakaian pupuk kandang 200 – 500 gr/m2 + urea dan TSP 10
– 20 gr/m2. Pemberian bisa di dalam karung yang dilobangi dan ditaruh di dasar kolam dibagi di
beberapa tempat. Setelah satu minggu akan tumbuh plankton dan ditandai banyak jentik2 dengan
warna air hijau kecoklatan. Tinggi air 75 – 100 cm

V. PENEBARAN BENIH
a. Benih yang baik : Ukuran benih seragam, gerakan lincah, tidak cacat, tidak ada yang
menggantung di permukaan air, warna kehitaman
b. Padat tebar benih ukuran 3 – 5 cm sebanyak 50 – 100 ekor/m3. Makin besar benih padat tebar
makin jarang agar gerakan leluasa
c. Penebaran benih :
• Kantong benih berisi benih dimasukkan ke kolam agar suhu sesuai suhu kolam dibiarkan
mengapung 5 – 10 menit
• Kantong benih dibuka, masukkan air kolam sedikit demi sedikit (sekitar setengah vol air
kantong) dan biarkan 5 – 10 menit
• Bila diperkirakan suhu air dalam kantong dan air kolam sudah sama benih bisa mulai
dituangkan dalam kolam.
• Benih akan keluar dengan sendirinya bila dituangkan ke dalam kolam

VI. PENGATURAN AIR


• Sampai 2 minggu biasanya belum dilakukan ganti air
• Sampai 1 bulan air hanya untuk menambah berkurangnya air dalam kolam akibat penguapan
atau kebocoran
• Setelah 1 bulan penggantian air dilakukan sesuai kebutuhan, dapat diambil patokan bahwa air
kolam diganti minimal 5 hari sekali dapat dilakukan bertahap misal 2 – 3 hari sekali setengah
volume air kolam
• Penggantian juga bisa dilakukan berdasar kondisi ikan, misal ikan banyak yang menggantung
di permukaan, gerakan tidak aktif lagi, nafsu makan turun dibanding biasanya sebanyak 50 –
75 % dari volume kolam
• Bila kondisi air tidak berubah, nafsu makan ikan bagus sebaiknya ganti air tidak dilakukan agar
ikan tidak stress

VII. PROGRAM PAKAN


Pemberian pakan sebanyak 5 % dari berat tubuh ikan. Frekuensi pemberian pakan minimal 2 kali
sehari. Pakan pertama diberikan sepagi mungkin dan terakhir malam hari. Setiap pemberian pakan
diusahakan agar ikan tidak terlalu kenyang dengan patokan jika sekitar 25 % populasi telah
meninggalkan tempat makanan maka pemberian pakan dihentikan.
Pemberian pakan ditebarkan secara merata di seluruh permukaan kolam atau pada tempat yang
airnya tenang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan diantaranya :
• Jangan ada sisa pakan di atas permukaan air
• Bila 5 menit setelah pemberian pakan ada sisa di permukaan air, maka pemberian pakan
berikutnya diturunkan 25 %
• Bila setelah pemberian pakan ikan masih aktif dan pakan langsung habis, pakan berikutnya bisa
dinaikkan
• Seminggu sekali sebaiknya ikan dipuasakan, untuk memberi kesempatan perut ikan bersih dari
sisa pakan, karena kalau pakan berlebih dalam perut, akhirnya pakan akan mengembang dalam
perut yang mengakibatkan ikan bisa mati
• Setiap dilakukan ganti air sebaiknya tidak dilakukan pemberian pakan
• Bila mulai terjadi kematian beberapa ekor ikan dan itu berlanjut, sebaiknya ikan dipuasakan 1 – 2
hari sampai kematian ikan berhenti baru dilakukan pemberian pakan mulai 50 % dari total
pemberian pakan biasanya
• Program pakan pendederan benih per 1.000 ekor penebaran benih ukuran 3 cm

Berat/Pjg Umur Kode Pkn/hari Pakan/hari Pemberian


(gr / cm) (hari) Pakan (%) (kg) Pakan

3 - 5 cm 1 – 10 FF-999 8 70-80 gr 3 – 5 kali

5 – 7 cm 11 – 999 6 0,6-0,8 kg 3 – 4 kali


30 +781-2
15-65 gr 4 1,3-1,5 kg 2 – 3 kali
31 – 781-
65-110 45 2+781 3 1,8-1,2 kg 2 – 3 kali
gr
46 – 781 2,5 2,6-3,0 kg 2 – 3 kali
110-150 65
gr 781
66 - Pn
Sumber : Pakan pokpan

• FCR dari program pakan tersebut diatas mencapai 0,9 – 1,0 bila lebih dari itu berarti pemberian
pakan berlebih
• Pemberian pakan tambahan seperti ayam yang dibakar dulu bisa menekan biaya pakan, namun
perlu diperhatikan perubahan kondisi air dalam kolam.

VIII. PANEN
• Panen dilakukan setelah ikan mencapai berat 100 – 150 gr (Size 10). Biasanya setelah masa
pemeliharaan 2,5 bulan (75 – 80 hari)
• Panen bisa dilakukan bertahap (diambil sebagian) ataupun panen total. Namun untuk panen
bertahap beresiko ikan tersisa stres yang menyebabkan berkurangnya SR
• Setelah panen selesai untuk kolam tanah sebaiknya dikeringkan dahulu sebelum diolah tananya
untuk siklus berikutnya. Sedangkan kolam permanen juga dikeringkan dahulu namun kalau
penebaran berikutnya masih lama sebaiknya kolam direndam agar tidak rusak (bocor)

ANALISA USAHA
Secara sederhana analisa usaha pembesaran ikan lele per penebaran 1000 ekor di kolam adalah
sebagai berikut :

Benih :
1000 ekor ukuran 3 cm @ Rp. 25,- = Rp. 25.000,-

Pakan
FF 999 10 kg @ Rp 7.400 = Rp. 74.000
781.220 kg @ Rp. 4.500 = Rp. 90.000
781 50 kg @ Rp. 4.400 = Rp.220.000
= Rp. 384.000,-
Total Biaya Operasional = Rp.409.000,-

Hasil penjualan
SR 80 % Size 10 = 80 kg @ Rp. 7.000 / kg = Rp. 560.000,-

Keuntungan Rp. 560.000 – Rp. 409.000 = Rp. 151.000,-

Setiap penebaran 1000 ekor benih menghasilkan keuntungan


Rp. 151.000,-
IX. PEMBENIHAN LELE

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Keamanan Agribisnis meliputi aspek TEKNIS dan NON TEKNIS
1. ASPEK TEKNIS
Kontruksi Kolam Induk dan Kolam Pemijahan,
Seleksi Induk, Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan
2. ASPEK NON TEKNIS
Pemasaran, Keamanan

FAKTOR PENDUKUNG
• Pakan
• Obat-obatan
• Peralatan Budidaya
KOLAM
1. Kolam Induk :
disesuaikan dengan jumlah induk yang akan dipijahkan
Ukuran : 3 x 4 m2 atau 3 x 5 m2
2. Kolam Pemijahan/ Pendederan :
dibuat dengan kontruksi khusus, dan
umumnya digunakan sebagai kolam pemijahan dan pendederan
Ukuran : 2 x 3 m2 atau 2 x 2 m2

KONTRUKSI KOLAM PEMIJAHAN/ PENDEDERAN


(Tampak Samping)
3m

Pipa
pemasukan
air

75 Bak Benih
cm

Selokan

10 cm

5 cm Pipa
pembuangan
air

Tampak Atas

Pipa
pemasukan Bak
air Benih

Selokan
Pipa
pengeluaran
air
SELEKSI INDUK
• Asal Usul Induk Jenis dan Keturunan
• Induk Harus Sehat
• Tidak Cacat
• Berat Ideal 800-1200 gr untuk betina dan 1000 gr untuk jantan
• Induyk Jantan dan Betina dipisahkan untuk memudahkan kematangan gonad dan rotasi
pemijahan

PAKAN DAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN


• Pakan untuk induk adalah khusus yang untuk induk
• Diberikan secara ad libitum 2-3 % dari total berat badan induk
• Pemberian pakan 2 – 3 kali sehari
• Untuk menekan biaya dapat diberikan daging bekicot

PEMIJAHAN
1. METODE/ CARA PEMIJAHAN
- Tradisional/ Alami
- Semi Tradisional
- Buatan
2. Pemeriksaan Kematangan Godad
Ciri-Ciri:
Betina : Kelamin tidak menonjol, perut buncit
dan lembek
Jantan : Kelamin menonjol, perut ramping

Fekunditas 40.000 – 70.000 butir/kg Ξ


Diameter telur 1,1 – 1,4 mm

Betina Jantan

3. KOLAM PEMIJAHAN
• Jenis kolam dapat berupa beton, terpal atau bak viber
• Kolam Ukuran 2 x 1 x 0,75 cm
• Ketinggian air 25 – 30 cm
• Kakaban dibuat dari ijuk yang diapit bambu
• Kakaban harus bersih dan seteril
• Untuk 1 pasang induk dapat menggunakan 3 – 4 buah dengan panjang 1 m

4. INKUBASI TELUR/ PENGERAMAN


• Telur yang menempel pada kakaban jangan sampai terapung, harus terendam sempurna
• Diberikan aerasi dengan ketinggian air 25 cm dan suhu 28-30 0C
• Untuk menstabilkan suhu bak diberi penutup
• Dalam waktu 2 – 3 hari telur akan menetas
• Jika ada telur yang tidak menetas sebaiknya dibuang
• Kakaban diangkat setelah telur menetas sempurna
• Kakaban yang telah digunakan dicuci bersih dan dijemur untuk pemijahan berikutnya
5. PEMBESARAN LARVA
• Setelah telur memetas menjadi larva 1 hari, larva diberi pakan alami berupa cacing sutra
(tubifex) sebanyak 3 – 4 kali sehari selama umur 12 hari
• Dilkakukan sortir/ pengayakan untuk memisahkan benih berdasarkan ukuran sebelum
dipelihara dalam fase pendederan I

FASE PENDEDERAN I
• Merupakan fase paling kritis
• Keberhasilan hidup sekitar 10 – 30 % dari jumlah benih yang ada
• Pada fase ini benih dipelihara selama 15 hari kemudian digridding sesuai ukuran

Hal yang harus diperhatikan


• Penyiapan kolam dengan baik
• Pemberian pakan teratur dan sesuai ukuran

PENDEDERAN II
• Benih dipisahkan berdasarkan ukuran
• Kepadatan benih harus sesuai luas kolam
• Pakan buatan yang diberikan disesuaikan dengan besar lubang mulut dengan kandungan
protein 30 – 40 %
• Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 7 – 8 % dari berat badan dengan pemberian pakan
secara ad libitum
• Benih hasil pendederan II siap dipasarkan

PEMASARAN
• Pada umumnya sistem penjualan benih berdasarkan ukuran panjang
• Harga dihitung per ekor

You might also like