You are on page 1of 12

TEKNOLOGI KNOCKDOWN ; Aplikasi pada konstruksi rumah kayu tradisional di Minahasa

ABSTRAK

Rumah kayu tradisional merupakan kekayaan lokal bangsa Indonesia yang dimiliki hampir semua daerah dengan berbagai perbedaannya berdasarkan adat istiadat dan kebutuhan setempat. Konstruksi rumah kayu tradisional Minahasa telah teruji tahan gempa sebagai antisipasi terhadap lingkungan Sulawesi Utara yang kerap kali di goncang gempa 2. Kestabilan dan

efektifitas sistem konstruksi, baik rumah panggung maupun rumah ground level terimplementasikan secara nyata melalui karakteristik teknologi knockdown (bongkar pasang) yang telah berlangsung lama secara turun temurun dengan pengembangan penerapan sistem konstruksi yang diaplikasikan menggunakan material kayu dan kayu kelapa. Penulisan ini merupakan suatu penelusuran terhadap aplikasi teknologi dan ilmu lokal masyarakat dalam konteks teknologi bongkarpasang pada rumah kayu adat Minahasa. Implementasi ini terletak pada sambungansambungan pondasikolom, kolombalok, balokstruktur atap menggunakan pen kayu dengan adanya sedikit penambahan konstruksi tergantung karakteristik dan struktur kayu yang berbedabeda. Adanya petunjuk sistem pelaksanaan yang mudah dan cepat maka pembangunan rumah jenis ini diharapkan bisa diterapkan sendiri oleh masyarakat (selfhelp housing).

Kata Kunci ; Rumah Kayu, Knockdown (Bongkar Pasang), Sambungan, PENDAHULUAN Rumah tradisional dapat diartikan sebagai rumah yang dibangun dan digunakan dengan cara yang sama sejak beberap generasi. Tradisi bukan suatu yang lestari, melainkan tetap mengalami perubahan/transformasi (Yudohusodo, 1991) Oleh karena itu, rumah kayu tradisional Minahasa bisa dikatakan sebagai salah satu aset negara dalam konteks vernacular, yang patut dijaga kelestariannya. Penyebaran rumahrumah tradisional secara luas menempati berbagai daerah di Sulawesi Utara, didirikan di atas variasi tapak dan kondisi eksisting site yang berbeda dan unik, baik di perbukitan, daerah danau, daerah tepian pantai bahkan ekspansinya hingga ke dalam kota yang pada umumnya dibangun secara mapalus (gotong royong, red) dengan kelebihannya memiliki ketahanan terhadap gempa.

KONSTRUKSI BONGKARPASANG RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Menurut Prijotomo (1999), arsitektur Indonesia adalah arsitektur rumah panggung dari kayu, yaitu teknik konstruksi yang mempergunakan sambungan tanpa paku atau alat dan bahan penyambung selain kayu. Kekayaan teknologi konstruksi rumah tradisional di daerah Minahasa ini diterapkan masyarakat sekitar tahun 1800an, menurut Mamengko (2002) sebelum kedatangan bangsabangsa barat di Minahasa, masyarakat telah membuat rumah yang besar di atas tiangtiang tinggi besar, rumah dihuni 1020 keluarga batih. Karakteristik konstruksinya terdiri atas rangka atap, merupakan hasil gabungan bentuk pelana dan limas, menggunakan struktur kayu atau bambu batangan, diikat dengan tali ijuk pada rusuk dari bambu/kayu, badan bangunan menggunakan konstruksi kayu (Balok sebagai Kolom dan Papan sebagi Dinding) dan sistem sambungan pen, kolong bangunan terdiri dari 1618 tiang penyangga dari batu dan kayu. Bahan material kayu yang dipakai pada umumnya diambil dari hutan sekitar permukiman penduduk, yaitu jenis kayu besi, kayu linggua, jenis kayu cempaka utan atau pohon wasian/michelia celebia, jenis kayu nantu/palagium obtusifolium dan kayu maumbi/artocarpus dayphyla mig (Watuseke, 1995). Kayu besi digunakan untuk tiang, kayu cempaka untuk dinding dan lantai rumah, kayu nantu untuk rangka atap, namun masyarakat yang kurang mampu menggunakan bambu petung (bulu/bambu jawa) untuk tiang, rangka atap dan nibong untuk lantai, untuk dinding dipakai bambu yang dipecah.3 Seiring waktu dan kebutuhan akan rumah yang semakin besar disertai semakin terbatasnya bahan baku kayu melatarbelakangi penggantian penggunaan material/bahan baku rumah, sehingga konsep baru tercetus untuk mengembangkan kayu kelapa sebagai bahan baku pokok dalam konteks pembangunan rumah panggung (rumah tradisional Minahasa). PEMBAHASAN PERKEMBANGAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Arsitektur rumah tradisional Minahasa seperti halnya rumah tradisional daerah lain memiliki persamaan dalam konteks ruang dan fungsi. Struktur bangunan terdiri dari pondasi, yang terdiri dari tiangtiang batu maupun kayu, badan bangunan dengan

kombinasi lantai, dinding dan plafon serta struktur atap yang terdiri atas konstruksi rangka atap dan penutup (seng, genteng, dll). Kolong rumah pada umumnya digunakan sebagai gudang penyimpanan bahan makanan, kandang hewan maupun tempat kumpul keluarga maupun masyarakat, sedangkan untuk bagian atasnya (badan rumah) digunakan untuk aktifitas keseharian penghuni. Pada bagian paling atas (atap), sebagian diperuntukan sebagai ruang penyimpanan bahanbahan makanan. Perwujudan bentuk rumah tradisional Minahasa dipercaya terbentuk berdasarkan pengaruh kultur dan mistik, dimana penghadiran tangga depan dibuat secara similar/kembar kiri ke kanan atau sebaliknya, dengan kepercayaan bahwa roh jahat yang naik tangga kiri/kanan akan langsung turun ditangga depannya. Terlepas dari konteks kultur tradisional yang dalam tersebut, konstruksi rumah terus mengalami perubahan dari konsep denah untuk penghadiran ruang dan fasadenya seiring dengan perkembangan dan ketersediaan material seperti yang dijelaskan sebelumnya, perubahan ini terlihat dari luasan denah yang bervariasi hingga sirkulasi ke dalam rumah lewat tangga yang terletak didepan. Kebutuhan dan pergerakan manusia yang semakin dinamis menuntut pencapaian kedalam maupun keluar rumah dibuat sesederhana mungkin namun tetap menghargai langgam dan tipologi arsitektur bangunan tradisional itu sendiri. (Lihat gambar 1,2)

Gambar 1,2 Perubahan bentuk rumah

Menyikapi hal tersebut, terdapat poin penting dalam pengembangan konstruksi rumah kayu ini. Perubahan material bahan baku, secara dimensi dan kekuatan kayu, maka pembangunan rumah tradisional menggunakan kayu memicu pengembangan konstruksinya. Oleh karena itu perlakuan harus memperhatikan struktur dan karakteristiknya, dimana produksi rumah kayu Minahasa ini dapat difungsikan juga sebagai ; Villa, Cottage, Bungalow, Restaurant, Gazebo, Kantor, Mess karyawan dan lainlain. Konteks fungsi yang berkembang merupakan impact dari karakteristik rumah kayu yang fleksibel, mudah dalam pemasangan maupun pembongkaran dan tahan terhadap gempa KONSTRUKSI PONDASI Seperti yang terdapat pada rumah panggung di Indonesia umumnya, bagian pondasi (kolong) bangunan tetap menggunakan material batu, beton maupun kayu/kayu kelapa itu sendiri dengan dimensi yang tergantung volume bangunan yang dipikulnya. Takikan pada pondasi beton bisa diganti dengan ikatan tulangan beton tersebut.

Gambar 4, Eksisting kolong rumah panggung Minahasa Sambungan pada pondasi dan balok sloof

Detail sambungan terlihat t jelas, sistem konstruksi knockdown pada bag gian pondasi yang terdiri atas tiga susu unan pondasibalok (sloof)balok (sloof) tanpa adanya pen atau paku. Join ini bisa ddiperlakukan terhadap kayu kelapa dengan mi inimal telah berusia 10 tahun lebih (tin nggi pohon minimal 15m) dan berdiameter 1820 cm. Hal ini untuk mendapatkan has sil yang terbaik untuk konstruksi rumah bagian b bawah. (lihat gambar 5)

(Gambar merupakan kr reasi pribadi) BADAN BANGUNAN (DIN NDING) Prinsipnya rumah bongka ar pasang dengan material kayu apapun berped doman pada sambungan kayu tradision nal. Rumah kayu sistem bongkar pasang berdassarkan pada konstruksi rumah kayu tra adisional Minahasa, mudah dibongkar dan dipaasang. Pada bagianbagian sambungan n tidak terdapat paku sebagai alat sambun ngnya. Tipe sambungan kayu yang dia aplikasikan hampir mempunyai kemiripan pada semua titik sambungan pada bagian : 1 2 Pondasikolombalok (ggambar 6) Sloof, kolomring balok kkudakuda atap.

3 Dinding, sambungan pa pan, lumbersering pada balok sloof, kolom dan ring balok

Kolom

Balok sloof Tiang pondasi kayu atau beto on Gambar 6 (Gambar merupakan kre easi pribadi) SISTEMATIKA PEMASA ANGAN Konteks keutuhan sebuah h rumah kayu terdiri dari beberapa segmen ya ang masingmasing mempunyai ukura an, dimensi dan tipe sambungan. Tata cara ppemasangan dilakukan secara beraturan n dengan memperhatikan setiap bidang rumah. Pemasangan terdiri atas be eberapa tahap, yakni ; 1. Titiktitik tiang pondasi//Modul, Gambar 7&8, dua contoh modul Titik modul tidak bisa dirubah pada saat penerapan dilokasi, kondisi harus tetap mengikuti modul denga an penyesuaian topografi tapak. 2. Tiang pondasi Pendirian tiang pondasi i di atas titik modul yang telah ditetapkan. 3. PondasiBalok SloofKo olomRing Balok Pada tahap ini, balok s sloof yang sudah ditakik diletakan di atas kolo om pondasi, kemudian kolom rumah h didudukan kedalam takikan balok. 4. Dinding Papan/lumbersering un ntuk dinding rumah dipasang dengan metode j jepitan pada balok sloofkolomring balok.(Lihat gambar 9)

(Gambar merupakan kreas si pribadi)

Gambar 9

(Gambar merupakan krreasi pribadi)

5. Kudakuda Atap Ku da- atap denga kud an a kancingan ta ki k a n p a d a r i n g b a l o k .

pelat besi dan

Kancingan/jepitan pelatt besi ini untuk menahan gaya geser akibat tek kanan angin pada penampang dindin ng dan atap. Kasau 5/7 dan reng diletakan d diatas kudakuda, sambungan ini mmenggunakan paku mengingat dimensi kayu yang tidak memungkinkan untuk d di takik. 6. Atap Atap yang digunakan b bermacammacam tergantung keinginan pemilik k. Bentukan atap merupakan hasil re espon terhadap iklim dan kondisi Indonesia seb bagai daerah tropis. Berikut gambar r yang secara lengkap yang menunjukkan tipo ologi secara komprehensif rumah ka ayu. (Gambar 10 & 11)

Gambar 10 (Gambar merupakan kreasi pribadi)

Gambar 11

Pada praktiknya, pemasangan maupun pembongkaran konstruksi memerlukan pedoman (petunjuk manual) sehingga proses bisa berlangsung baik tanpa merusak kayu. Dasar pertimbangan ini meninjau ketahanan kayu dan konstruksi rumah itu sendiri, susunan konstruksi rumah juga tergantung dari sistem pemasangan dan proses pembongkaran merupakan kebalikan dari proses pemasangan,. Secara detail, dimensi pen kayu pada setiap sambungan berbeda tergantung dimensi balok, ring maupun kolom. Proses penyuntikan pen ini berlangsung sesuai pentahapan pemasangan konstruksi bangunan/rumah, demikian pula untuk pengikatan oleh pelat besi sebagai pengaku struktur yang sebagian besar di pasang pada sambungan balok sloof atau ring balok yang kurang panjang. Konstruksi kayu secara sempurna diselesaikan melalui sambungan pen dan lubang, takik, tekan, tarik, tumpu serta kait (klem besi dengan baut) tanpa menggunakan paku maupun perekat. Modul ukuran kayu pada era sekarang sangat berbeda dari produksi kayu sebelumnya, oleh sebab itu konstruksi bongkar pasang ini perlu mempertimbangkan kematangan kayu yang jelas sangat berpengaruh terhadap struktur dan daya tahan.

KESIMPULAN Pelestarian struktur kayu tradisional daerah dengan sistem bongkar pasang merupakan penerapan konsep yang pragmatis dan sistematis bisa dikembangkan melalui industri rumah kayu. Aplikasi teknologi ini dapat lebih mengefisiensikan penggunaan kayu dan penyederhanaan proses pembangunan rumah. Sistem konstruksi tradisional rumah kayu yang berada dan bertahan di era moderen kontemporer ini masih relevan apabila didukung oleh teknologi bongkar pasang yang tepat yang mempermudah pemasangan/pembongkaran tanpa merusak struktur dan tekstur kayu. Dari paparan di atas, secara empirik dan eksperimental, rumah kayu tradisional Minahasa mampu bertahan terhadap gempa dan terlebih sebagai alternatif pemilihan rumah yang bisa dipertanggungjawabkan meskipun demikian perlakuan terhadap konstruksi rumah perlu perhatian khusus dalam maintenance. Prinsip dasar rumah berteknologi ini adalah kesederhanaan struktur, detail sambungan dan tipe konstruksi yang sistematis.

DAFTAR PUSTAKA

1 2

Ari Siswanto, Studi Pengembangan Konstruksi Rumah Kayu Sistem Bongkar Pasang Berdasarkan Konsep Struktur Kayu Tradisional Sumatera selatan Debbie A.J Harimu, Shirly Wunas, Perubahan Wujud Fisik Rumah Tradisional Minahasadi Kota Tomohon dan Tondano provinsi Sulawesi Utara (Desa tonsea Lama dan Desa Rurukan)

3 4

BLPT Tomohon Woloan Wooden House, http://indonetwork.co.id/rumahkayu_co/profile/rumahkayu.htm

You might also like