You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori Berangkai (linkage) adalah suatu peristiwa terdapatnya dua atau lebih gen dalam ebuah kromosom. Berangkai ada 2 macam yaitu berangkai sempurna dan berangkai tidak sempurna. Berangkai sempurna terjadi apabila tidak ada pindah silang antara gen-gen pada satu kromosom, sedangkan berangkai tidak sempurna terjadi bila ada pindah silang (crossing over) antara gen-gen dalam satu kromosom ( Suryo, 2008). Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan satu dengan lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang disebabkan karena adanya penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang kromosom homolog. Peristiwa ini sering disebut dengan pindah silang (crossing over) ( Suryo, 2008) . A B Meiosis I A B
Sister chromatids

a a b

Non Sister chromatids

Sepasang kromosom homolog dalam zigot

Terbentuk 4 kromatid

A A

B b Kiasma

AB (tipe parental) Ab (tipe rekombinasi) aB (tipe rekombinasi) ab (tipe parental)

a a

B b

Terjadi pindah silang

Terbentuk 4 macam gamet

Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada kebanyakan makhluk, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau awal metaphase I), yaitu pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid ( Suryo, 2008). Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu pada anaphase I), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbale balik. Berhubung dengan itu gen-gen yang terletak di bagian yang pindah itu akan berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelah (Robert, 2002). 1 Pindah Silang Tunggal Merupakan pindah silang yang terjadi pada satu tempat. Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4 macam gamet. Dua macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen induk (parental), maka dinamakan gamet-gamet tipe parental. Dua gamet lainnya merupakan gamet-gamet baru yang terjadi sebagai akibat adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental dibentuk jauh lebih banyak daripada tipe rekombinasi ( Suryo, 2008). 2 Pindah Silang Ganda Merupakan pindah silang yang terjadi pada dua tempat. Jiak pindah silang ganda ( double crossing over ) berlangsung di antara dua buah gen yang terangkai, maka pindah silang ganda itu tidak akan Nampak pada fenotip, sebab gamet-

gamet yang dibentuk hanya dari tepi parental dan tipe rekombinasi akibat pindah silang tunggal ( Suryo, 2008 ).

AB AB semua gamet ab tipe parental ab AB 2 gamet tipe parental Ab aB 2 gamet tipe rekombinasi ab AB 2 gamet tipe parental Ab ab 2 gamet tipe rekombinasi aB Ab Ab aB aB

semua gamet tipe rekombinasi

Akan tetapi jika di antara gen A dan gen B masih ada gen ketiga misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang ganda antara gen A dan gen B akan Nampak (Suryo, 2008) Kromosom homolog A C B 4 kromatid A C Meiosis I B

b a c b

A A

C c

B B

A A a

C c C

B B b

(tipe parental)

(tipe rekombinasi)

Pindah silang ganda

Terbentuk gamet-gamet

3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pindah Silang Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: 1. Temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa dapat memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang. 2. Umur, semakin tua individu semakin kurang merngalami pindah silang. 3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah silang. 4. Penyinaran dengan sinar X dapat memperbesar kemungkianan pindah silang. 5. Jarak antar gen-gen yang terangkai, semakin jauh letak satu gen dengan gen lainnya, semakin besar kemungkinan terjadinya pindah silang. 6. Jenis kelamin, pada umumnya pindah silang dijumpai pada individu betina maupun jantan. Namun ada perkecualian, yaitu pada ulat sutra yang betina tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada lalat Drosophila yang jantan ( Suryo, 2008). 4 Nilai Persentase Pindah Silang

Dari pengertian pindah silang tersebut kita dapat menyederhanakan batasan tentang gamet tipe parental dan gamet tipe rekombinasi. Di atas telah dikatakan bahwa gamet tipe parental adalah gamet dengan susunan gen yang sama dengan susunan gen pada individu, sedang gamet tipe rekombinasi adalah gamet yang susunan gennya merupakan rekombinasi susunan gen pada individu. Sekarang dengan lebih mudah dapat kita katakan bahwa gamet tipe parental adalah gamet bukan hasil pindah silang, sedang gamet tipe rekombinasi adalah gamet hasil pindah silang (Lenard, 2002). Peristiwa pindah silang, bersama-sama dengan pemilihan bebas (hukum Mendel II), merupakan mekanisme pembentukan keanekaragaman genetik karena kedua akan menghasilkan kombinasi baru di antara gen-gen yang terdapat pada individu sebelumnya. Selanjutnya, seleksi alam akan bekerja untuk

mempertahankan genotipe-genotipe dengan kombinasi gen yang adaptif saja. Oleh karena itulah, banyak ilmuwan yang menganggap bahwa pindah silang dan pemilihan bebas sangat penting bagi berlangsungnya proses evolusi (Suryo, 2003) Nilai pindah silang (prosentase rekombinasi) adalah angka yang menunjukkan besarnya prosentase kombinasi baru yang dihasilkan oleh pindah silang. Rumusnya adalah sebagai berikut: Jumlah tipe rekombinasi NPS = Jumlah tipeparental X100% ( Suryo, 2008).

Peta Kromosom Yang dimaksud peta kromosom ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus di mana diperlihatka lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap

sebagai pangkal, maka diberi tanda 0. Pada lokus gen dibubuhkan angka yang merupakan jarak antar gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan yang lain. Jarak itu diberi ukuran unit dan 1dan dan 1dan 1 unit = 1% pindah silang. Misalnya pada lokus gen P tertuilis angka 6,2. Ini berarti bahwa jarak antara sentromer ke gen ialah 6,2 unit. Pada lokus gen q tertulis angka 10, berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q ialah 10 unit. Dengan sendirnya dapat diketahui jarak antara gen P dan gen q ialah 10 - 6,2 = 3,8 unit. Jarak antara gen P dan gen q disebut jarak peta. Peta kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta relatif ( Suryo, 2008 ). 0 P 6,2 Koinsidens dan Interferensi Terjadinya pindah silang antara segmen-segmen dari kromosom tertentu kebayakan merupakan fenomena yang kebetulan saja, tetapi distribusinya tidak acak-acakan. Berdasarkan hukum kemungkinan, maka terjadinya pindah silang secara simultan sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkianan untuk tiap pindah silang yang berlangsung secara terpisah di dua tempat itu. H. J. Muller membuktikan bahwa pindah silang ganda yang sebenarnya adalah kurang frekuensinya dibandingkan dengan yang diharapkan berdasarkan perhitungan distribusi acak-acakan. Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang terjadi pada suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah silang lain yang berdekatan. Inilah yang dinamakan interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi harus dicari besarnya koefisien koinsidens( KK ) dahulu, yaitu q 10

perbandingan antara banyaknya pindah silang ganda yang sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda yang diharapkan. Singkatnya

Jumlah pindah silang ganda yang sesungguhnya KK = Jumlah pindah silang ganda yang diharapkan

(Robert, 2002) DNA dan Kromosom Karunia hereditas keseluruhan berisi DNA yang dimilki oleh suatu sel disebut genom dari sel tersebut. Walaupun genom prokariotik sering berupa molekul DNA yang panjang dan tunggal, genom eukariotik umumnya terdiri atas beberapa molekul seperti itu. Panjang keseluruhan DNA dalam sel eukariotik sangat panjang. Sel manusia, misalnya, memiliki DNA yang panjnagnya sekitar 3 meter, kira-kira 300000 kali lebih besar darpada diameter sel tersebut. Namun sebelum sel dapat membelah, semua DNA ini harus disalin dan kemudian dibagi rata sehinga tiap sel anak memiliki genom lengkap.

Gambar. 1 DNA, Gen dan Kromosom Replikasi dan distribusi DNA dalam jumlah banyak itu terkelola dengan baik karena molekul-molekul DNA dikemas menjadi kromosom. Setiap spesies eukarotik memiliki jumlah kromosom yang khas dalam setiap nukleus. Misalnya, sel somatik manusia ( semua sel tubuh kecuali sel reproduktif ) mengandung 46 kromosom. Sel reproduktif atau gamet memiliki setengah dari jumlah kromosom sel somatik, atau 23 kromosom pada manusia ( Campbell, 2000 ). Didalam setiap kromosom eukarotik terdapat satu molekul DNA linear yang sangat panjang, yang mewakili ribuan gen, unit yang menentukan sifat yang diwarisi oleh suatu organisme. DNA ini berkaitan dengan berbagai protein yang mempertahankan struktur kromosom dan membantu mengontrol aktivitas gen. Kompleks protein-DNA, yang disebut kromatin diorganisasi menjadi serat yang tipis dan panjang. Setelah sel menduplikasi genomnya dalam persiapan

pembelahan, kromatin ini memadat danterbentuk kromosom yang tebal yang dapat kita amati dengan mikroskop cahaya ( Campbell, 2000 ). Setiap kromosom terduplikasi terdiri dari dua kromatid saudara. Kedua kromatid yang mengandung salinan molekul DNA kromosom yang identik, mulamula saling berdekatan satu sama lain. Dalam bentuk padat dan punya sentromer. Pada proses pembelahan sel selanjutnya, kromatid saudara dan semua kromosom ditarik saling menjauh dan dikemas kembali sebagai kumpulan kromosom lengkap dalam dua nukleus baru, masing-masing satu pada setiap ujung sel ( Campbell, 2000 )

1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah menirukan secara imitasi terjadinya pindah silang (crossing over) dan mengidentifikasi kemungkinan akibat-akibat dari pindah silang.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Hasil Tabel 1. Hasil Pengamatan

Macam pindah Silang Awal (normal)

Gambar kromosom Gambar dalam gamet

Persentase gamet Tipe crossing over

2/4 x 100% = 50%

PS tunggal (2-3)

2/4 x 100% = 50% PS ganda (2-3, 2-3)

2/4 x 100% = 50 % PS ganda (2-3, 3-4) 4/4 x 100% = 100%

PS ganda (2-3, 1-4) 4/4 x 100% = 100%

PS ganda (1-3, 2-4, 2-3) 4/4 x 100% = 100%

3.2

Pembahasan Peristiwa pindah silang adalah proses pertukaran segmen dari kromatid-

kromatid dari sepasang kromatid kromosom homolog atau bisa juga merupakan gen-gen yang menampakkan tautan karena gen-gen terletak sangat dekat satu sama lain pada kromosom yang sama.Rekombinasi dapat terjadi apabila bagianbagian kromosom saling bertukar.Sedangkan berangkai adalah proses dimana dalam satu kromosom terdapat lebih dari sebuah gen, yang peristiwa itu disebut berangkai dan gen-gennya sendiri disebut gen terangkai.Percobaan yang dilakukan kali ini bertujuan yaitu untuk mengenal berangkai dan pindah silang dan dapat menirukan secara imitasi terjadinya pindah silang (crossing over) dan mengidentifikasi kemungkinan akibat-akibat dari pindah silang (Suryo, 2003). Pada percobaan kali ini digunakan bahan lilinlembek yang berbeda warnanya sebagai objek.Lilin tersebut dibentuk seperti menyerupai benang (strand) kromatid. Lilin yang digunakan sebanyak 4(empat) buah yang terdiri dari 2 warna yang sama yaitu merah dan 2 lagi bewarna hijau. Lilin yang bertindak

sebagai parental (tetua) adalah lilin yang berda pada baris ke-1 (A, B, C) dan ke-4 (a, b, c ) sebagai parentalnya, sedangkan lilin yang berada pada baris ke-2 dan ke3 sebagai anak atau keturunnya.Sedangkan pada strand lainnya juga diberi tanda yang sama dengan tipe parentalnya, kemudian membuat konfigurasi terjadinya pindah silang dengan konfigurasi pindah silang tunggal (2-3), pindah silang ganda (2-3, 2-3), pindah silang ganda (2-3, 3-4), pindah silang ganda (2-3, 1-4) dan pindah silang ganda (1-3, 2-4, 2-3). Hasil dari percobaan yang dilakukan diperoleh persentase macam gamet tipe crossing over untuk setiap percobaan, yang hasilnya tergantungdari banyaknya jumlah benang kromatin yang melakukan pindah silang, sehingga hasilnya

berbeda satu sama lain. Nilai persentase pindah silang menunjukan besarnya persentase kombinasi baru yang dihasilkan akibat tejadinya pindah

silang.Padapindah silang tunggal (2-3) menghasilkan kromosom-kromosom dengan urutan A B C, a b c, a B C dan A b c. Dengan genotip tipe rekombinan yaitu a B C dan A b c. Maka dengan menggunakan rumus diatas dapat dihitung persentase gamet tipe pindah silang (crossing over) yaitu sebesar 50%. Hal ini menandakan bahwa persentase terjadinya tipe gamet tersebut pada pindah silang tunggal (2-3) adalah 50% dari keseluruhan tipe yang dihasilkan pada akhir pindah silang.Padapindah silang ganda (2-3, 2-3), menghasilkan kromosom-kromosom dengan urutan A B C, a B c, A b C dan a b c. Tipe rekombinan yang dapat dilihat adalah a B c dan A b C. Maka dengan menggunakan rumus didapatkan Hal ini

persentase gamet tipe pindah silang (crossing over) sebesar 50%.

menandakan bahwa persentase terjadinya tipe gamet tersebut pada pindah silang

ganda (2-3, 2-3) adalah 50% dari keseluruhan tipe yang dihasilkan pada akhir pindah silang. Pada pindah silang ganda (2-3, 3-4),menghasilkan kromosom-kromosom dengan urutan A B C, a B C, A b c dan a b c. Tipe rekombinan yang dapat dilihat adalah a B C dan A b c.Maka dengan menggunakan rumus didapatkan persentase gamet tipe pindah silang (crossing over) sebesar 100%. Hal ini menandakan bahwa persentase terjadinya tipe gamet tersebut pada pindah silang ganda (2-3, 34) adalah 100% dari keseluruhan tipe yang dihasilkan pada akhir pindah silang.Padapindah silang ganda (2-3, 1-4), menghasilkan kromosom-kromosom dengan urutan A B c, A b c, a B C dan a b c. Maka dengan menggunakan rumus didapatkan persentase gamet tipe pindah silang (crossing over) sebesar 100%.Hal ini menandakan bahwa persentase terjadinya tipe gamet tersebut pada pindah silang ganda (2-3, 1-4) adalah 100% dari keseluruhan tipe yang dihasilkan pada akhir pindah silang.Pada konfigurasi pindah silang ganda (1-3, 2-4, 2-3), menghasilkan kromosom-kromosom dengan urutan A b c, A b C, a B c dan A b C. Tipe rekombinan yang dapat dilihat adalah A B c, A b C, a B c dan A b C. Maka dengan menggunakan rumus didapatkan persentase gamet tipe pindah silang (crossing over) sebesar 100%.Hal ini menandakan bahwa persentase terjadinya tipe gamet tersebut pada pindah silang ganda (1-3, 2-4, 2-3) adalah 100% dari keseluruhan tipe yang akan dihasilkan pada akhir pindah silang. Pindah silang terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor temperatur atau suhu (semakin tinggi kemungkinan terjadi pindah silang pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi dari 22oC), umur organisme (semakin tua, semakin sedikit kemungkinan terjadi pindah silang), zat

kimia, jarak antara gen-gen yang terangkai, dan jenis kelamin. Pindah silang yang pada setiap makhluk hidup dapat terjadi pindah silang tunggal ataupun pindah silang ganda. Tempat terjadinya pidah silang tersebut disebut kiasma (jamaknya kiasmata). Pindah silang dapat menyebabkan terjadinya pertukaran bahan genetik, bahan genetik kromosom yang dibawa ada kemungkinan berbeda dengan orang tuanya sehingga menimbulkan keragaman genetik (Robert, 2002).

BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain :

1. Berangkai merupakan suatu peristiwa yang terjadi dimana terdapat beberapa gen bukan alel pada suatu kromosom yang sama. 2. Pindah silang adalah proses penukaran segmen dan kromatid-kromatid bukan nonsister chromatid dari sepasang kromosom homolog. Dimana pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase I) yaitu pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua krornatid.

3. Persentase gamet tipe pindah silang tunggal (2-3) adalah sebesar 50%, pindah silang ganda (2-3,2-3) adalah sebesar 50%, pindah silang ganda (2-3,3-4) adalah sebesar 100%, pindah silang ganda (2-3,1-4) adalah sebesar 100% dan pindah silang ganda (1-2,2-4,2-3) adalah sebesar 100%. 4. Pindah silang terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor temperatur atau suhu 5. Pindah silang dapat menyebabkan terjadinya pertukaran bahan genetik yang dibawa ada kemungkinan berbeda dengan orang tuanya sehingga menimbulkan keragaman genetik 4.2 Saran Praktikum selanjutnya diharapkan agar semua praktikan dapat mengikuti semua pengamatan yang dilakukan saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Et al. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta Lenard,H. 2002. Genetic From Genes to Genomes. The Mc Graw Hill Companies, New York USA. Robert, H. 2002. Principles of Genetics. The Mc Graw Hill Lowell, New York. Suryo. 2003. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suryo. 2008. Genetika Strata 1. UGM Press. Yogyakarta

You might also like