You are on page 1of 43

Sumber Daya Alam

Peta Sumber Daya Alam

Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi. Sebagai Negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian lebih kurang 82, 71 % dari seluruh luas lahan. Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk areal persawahan. Penyebaran produksi padi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehubungan dengan tingginya produktivitas dan luas panen dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Produksi pertanian lainnya adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi holtikultura jenis sayur mayur meliputi bawang merah besar, bawang daun, kentang, kubis dan wortel. Sedangkan produksi holtikultura jenis buah-buahan meliputi mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan salak. Berdasarkan usia tanaman, perkebunan di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tanaman semusim (tebu, tembakau, kapas, jarak, sereh wangi, nilam dan rami) dan tanaman tahunan (karet, kelapa, kopi, kelapa sawit, cengkeh, pala, kayu manis, panili, kemiri, pinang, asam jawa, siwalan, nipah, kelapa deres, aren dan sagu). Sebagian besar budidaya perkebunan berupa tanaman tahunan. Populasi peternakan di Indonesia terdiri atas populasi ternak besar seperti, sapi perah, sapi potong, kerbau, dan kuda. Populasi ternak kecil meliputi: kambing, domba, dan babi. Sementara populasi ternak unggas terdiri dari ayam kampung, ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan itik. Diantara hasil ternak yang saat ini memiliki prospek ekspor adalah kulit olahan (disamak). Berdasarkan fungsinya, hutan Indonesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam, dan hutan wisata. Produksi kehutanan berupa kayu hutan, baik kayu bulat, kayu gergajian maupun kayu lapis. Dari hasil hutan tersebut, yang saat ini menjadi produk andalan Indonesia untuk kegiatan ekspor adalah kayu lapis.

Fakta fisik bahwa dua per tiga wilayah Indonesia berupa laut, maka sumber daya alam di laut memiliki potensi yang sangat besar. Selain mengandung minyak, gas, mineral dan energi laut non-konvesional, serta harta karun yang sudah mulai digali meskipun masih terbatas, laut juga menghasilkan ikan yang potensi lestarinya diperkirakan sebesar 6, 4 juta ton per tahun. Saat ini yang baru dimanfaatkan sekitar 70 %. Pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan dikelompokkan dalam lima industri kelautan, yaitu industri perikanan, industri mineraldan energi laut, industri maritim, termasuk industri galangan kapal, industri pelayaran (transportasi laut) dan industri pariwisata (wisata bahari dan kawasan konservasi). Saat ini yang menjadi andalan ekspor perikanan Indonesia adalah udang dan Tuna. Pertambangan dan energi diharapkan menjadi primadona sumber penerimaan devisa, khususnya dari pendapatan ekspor minyak dan gas. Dua komoditi tambang tersebut kuantitasnya sangat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia, sehingga sering digunakan sebagai asumsi dasar dalam perencanaan APBN. Energi listrik sebagian besar masih diproduksi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan sisanya oleh perusahaanperusahaan yang dikelola Pemerintah Daerah, koperasi, atau perusahaan swasta lainnya. Pemerintah juga menggali sumber-sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM. Sumber energi aternatif yang dimiliki dalam jumbal besar adalah gas, batubara, tenaga hidro, panas bumi, dan tenaga surya. Energi alternatif yang saat ini tengah digarap pemrintah adalah energi berbasis nabati atau biofuel dengan bahan dasar tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, tebu, singkong, dan jarak.

Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1) Pertanian
Sektor pertanian adalah motor penggerak perekonomian masyarakat Aceh. Potensi pertanian di Aceh sangat besar. Luas panen dan produksi padinya terus meningkat dari 295.212 ha pada 2001 menjadi 337.893 ha (14,46%) pada 2005 dengan produksi sebanyak 1.246.612 ton pada 2001, meningkat menjadi 1.411.649 ton atau naik 13,24% pada 2005. Produksi kacang tanah, jagung/ kedele dan ubi kayu/ ubi jalar juga meningkat. Luas panen dan produksi kacang tanah mengalami penurunan dari 14.239 ha dan 16.887 ton pada 2003 menjadi 12.984 ha dan 15.598 ton pada 2005, sementara untuk jagung dari 25.188 ha dan 67.386 ton pada 2003 meningkat jadi 29.517 ha dan 94.246 ton. Ada pun luas lahan dan produksi ubi kayu mencapai 6.098 ha dan 75.286 ton pada 2003 meningkat jadi 4.316 ha dan 53.424 ton pada 2005. Sedangkan kedelei dengan luas panen 14.519 ha dan produksi 18.697 ton mengalami peningkatan luas panen 24.186 ha dan produksi 31.167 ton

2) Irigasi
Luas areal irigasi yang dikelola Dinas Sumber Daya Air Provinsi NAD terdiri dari: (1) jaringan irigasi teknis; (2) setengah teknis dan (3) jaringan irigasi sederhana (tradisional) dengan jumlah total luas areal potensial 214.940 ha pada tahun 2005. Jika dibandingkan tahun 2004 dengan luas 214.939 ha terdapat penurunan pada tanggal 26 Desember Tahun 2004 provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilanda gempa yang sangat dahsyat, yang telah memporak porandakan seluruh asset daerah, termasuk didalamnya aset irigasi. Sampai dengan tahun 2006 hanya 70% dari daerah Irigasi yang berfungsi dengan baik dan 30% tidak berfungsi karena jaringan yang belum lengkap atau mengalami degradasi akibat kurang pemeliharaan.

3) Kehutanan
Sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan No.170/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000, hutan di Aceh termasuk kawasan perairannya seluas 3.549.813 ha, dengan 3.335.713 ha di antaranya adalah daratan. Seluas 60,22% dari luas seluruh daratan provinsi, kawasan hutan ini terdiri atas kawasan hutan konservasi, hutan lindung dan kawasan hutan produksi.

Pembabatan hutan di Aceh sangat fantastis selama periode 2002-2004, mencapai 350.000 ha atau setara lebih dari lima kali lipat luas daratan Singapura. Dari jumlah yang mengkhawatirkan itu, hampir 60% praktik deforestasi terjadi konservasi dan hutan lindung, termasuk di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Deforestasi juga terjadi di luar kawasan hutan melalui praktik konversi untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan, misalnya perkebunan dan kegiatan budidaya lainnya seluas lebih dari 156.000 ha. Deforestasi di luar kawasan hutan menyumbang 45% dari total pembabatan hutan di Aceh. Deforestasi inilah yang menyebabkan degradasi hutan Aceh semakin parah hingga mencapai angka 1,87 juta ha pada tahun 2002-2005,diantaranya tersebar pada 75% kawasan konservasi dan hutan lindung. Jika di diamkan, kondisi ini jelas mengancam keberlanjutan proses rekonstruksi Aceh pasca tsunami. Pada kawasan hutan produksi, sampai Desember 2003 terdapat delapan perusahaan HPH yang masih aktif dengan total pengusaha hutan sebanyak 524.644 ha dan dua perusahaan HPHTI menguasai 13.200 ha. Pada 2005, pemerintah telah mengaktifkan kembali izin lima HPH untuk mengelola seluas 367.550 ha dan ini mengundang banyak perdebatan di kalangan masyarakat. Kapasitas jatah produksi pemegang HPH menurut SK Menteri Kehutanan No. 357/ Menhut-VI/2005 sebesar 500.000 m per tahun, dinilai terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan lokal sebanyak 215.249 m, per tahun untuk merekonstruksi dan merehabilitasi Aceh pasca tsunami.

4) Pantai
Lebih dari 81% deforestasi terkonsentrasi pada 11 kabupaten di sepanjang pantai barat-selatan dan wilayah Aceh Bagian Tengah. Sedangkan lebih dari 83% degradasi hutan juga tersebar pada kawasan hutan di 11 kabupaten itu. Tujuh kabupaten di sepanjang pantai barat-selatan menyumbang deforestasi seluas 45,37%, sedangkan empat kabupaten di Aceh Bagian Tengah menyumbang 36,25%. Sisanya tersebar di sepanjang pantai utara, timur, dan pulau-pulau di wilayah administratif provinsi NAD.

5) Perikanan
Di sektor perikanan, mengeksploitasi psisir pantai sepanjang 1.660 km dengan luas perairan laut 295.370 km, terdiri atas luas wilayah perairan (teritorial dan kepulauan) seluas 56.563 km dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238.807 km. Jenis ikan laut yang ditangkap: ikan kembung, layang, tongkol, tuna, dan tembang. Dari 1.660 km panjang garis pantai, 800 km di antaranya rusak diterjang gelombang tsunami. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan terdiri perikanan tangkap di laut dan perairan umum (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa) dan perikanan budidaya (ikan air payau di tambak, di kolam, ikan di sawah (mina padi) atau budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung, baik di laut maupun diperairan tawar). Gempa bumi dan tsunami 2004 telah menyebabkan kerusakan besar di sektor kelautan dan perikanan. Produksi perikanan tangkap (kembung, laying, tongkol, tuna, dan tembang) pada 2005 sebanyak 109.152,2 ton, sementara produksi 2004 mencapai 140.780,8 ton. Produksi 2006 ditargetkan meningkat menjadi 154.000 ton. Potensi ikan tangkap di Aceh 1,8 juta ton. Sektor perikanan hanya menyerap 257.300 tenaga kerja atau sekitar 51.460 kepala keluarga atau mencapai 31,68% dari 811.971 total tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian.Potensi perikanan lainnya adalah budidaya rumput laut, kerapu, kakap, lobster dan kerang mutiara dengan potensi

sebaran seluas 12.014 ha,membentang mulai dari Sabang, Aceh besar, Aceh Barat, Aceh Selatan, Simeleu, sampai Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pengembangan perikanan ini didukung oleh sebaran luas terumbu karang seluas 274.841 ha, membentang mulai dari Sabang, Aceh Besar sampai pantai barat selatan Aceh.

6) Peternakan
Sejak 2000, sektor peternakan dikelola intensif terutama usaha penggemukan sapi potong dan pemeliharaan ayam ras pedaging dan petelur. Bidang peternakan mempunyai prospek bagus untuk dikembangkan menjadi salah satu sektor unggulan dan menunjang perekonomian masyarakat. Populasi peternakan sapi menurun 10,2% dari 969.954 ekor pada 2004 menjadi 625.853 ekor pada 2005.

7) Perkebunan
Produksi beberapa tanaman perkebunan pada 2005 mengalami penuruna dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi ini terjadi terhadap produksi karet yang mengalami penurunan, 36,58% kelapa 12,29% dan kopi 6,23%. Sedangkan produksi yang mengalami peningkatan adalah Pinang 12,3%, Kelapa Sawit 30,57%, dan Kemiri 13,70%. Untuk mengolah semua hasil perkebunan itu, hingga kini tercatat ada 21 unit pabrik kelapa sawit, 111 unit pengolahan kopi, 179 unit sarana penyulingan pala, 29 unit alat penyulingan nilam, 2 unit pabrik pengolahan minyak kelapa, 2 unit pengolahan kakau, dan 4 unit pengolahan karet.

8) Pertambangan
Usaha pertambangan umum telah dimulai sejak 1900. Daerah operasi minyak dan gas di bagian utara dan timur meliputi daratan seluas 8.225,19 km dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68 km. Perusahaan migas yang mengeksploitasi tambang Aceh berdasarkan kontrak bagi hasil (production sharing) saat ini adalah Gulf Resources Aceh, Mobil Oil-B, Mobil Oil-NSO, dan Mobil Oil-Pase. Endapan batubara terkonsentrasi pada "Cekungan Meulaboh" di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Terdapat 15 lapisan batubara hingga kedalaman 100 meter dengan ketebalan lapisan bekisar antara 0,5 m - 9,5 m. Jumlah cadangan terunjuk hingga kedalam 80 meter mencapai 500 juta ton, sedeangkan cadangan hipotesis 1,7 miliar ton.

Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional.

1. Pertanian
Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi lahan sawah irigasi teknis seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha, dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter. Pada 2005, sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di tahun 2006 hanya memproduksi 3.030.784 ton padi. Bukan hanya padi yang dihasilkan, tetapi juga 1.298.230 ton palawija, hortikultura dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara lain 218.375 ha lahan jagung dengan hasil produksi 739.067 ton; 13.142 ha tanaman kedelai dengan hasil produksi 15.295 ton; 155.436 ha lahan singkong dan umbi-umbian dengan hasil produksi 655.070 ton.

2. Pantai
Pada 2004, luas hutan mangrove mencapai 103.372 ha dengan kondisi 60% baik. Hal ini sangat mempengaruhi perubahan ekosistem pantai dan kehidupan masyarakat nelayan. Kualitas air sungai yang di pantai hasilnya masih berfluktuasi terutama untuk parameter BOD, COD, TSS, Do dan PH. Fluktuasi kualitas air sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang

dibuang langsung ke badan air. Sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air. Kualitas udara dengan indicator konsentrasi ambien polutan udara (Sox, Nox, debu, kebisingan) dan jumlah titik api (hotspot). Tahun 2004 jumlah titik api berkurang dari 219 titik api (2003) menjadi 164 titik api. Indikator ini menunjukkan kebakaran hutan masih relatif tinggi dan salah satu sumber polusi udara yang menyebabkan tingginya kadar debu di udara.

3. Perkebunan
Di sektor perkebunan, menunjukkan progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya, luas areal perkebunan 1.746.340 ha, lalu bertambah menjadi 1.788.943 ha pada 2006, terdiri atas 1.008.525 ha perkebunan rakyat, 363.106 ha perkebunan pemerintah, dan 365.992 ha perkebunan swasta dengan total hasil produksi 4.199.834 ton. Total produksi perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton, meningkat dibandingkan total produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton. Komoditas unggulan sektor perkebunan antara lain karet. Dengan luas areal 479.174 ha, berhasil diproduksi 367.113 ton karet setiap tahunnya. Perkebunan sawit juga cukup luas, mencakup areal 908.080 ha dengan hasil produksi 13.830 ton. Luas perkebunan kelapa 125.969 ha dengan hasil produksi 99.529 ton. Perkebunan kopi mencapai 78.119 ha dengan hasil produksi 55.597 ton, sementara perkebunan kakao terhampar seluas 3.259 ha dengan hasil produksi 59.229 ton.

4. Perikanan
Meski potensi perikanan laut di pantai timur atau Selat Malaka hanya 239 ribu ton per tahun, Sumatera Utara memiliki potensi perikanan yang sangat besar di Pantai Barat atau Samudera Hindia yang mencapai 917.000 ton per tahun. Kendati demikian, produksi ikan secara keseluruhan masih relative kecil dibanding potensi yang ada, yakni 10,53% per tahun. Produksi perikanan tidak hanya dari laut, tapi juga dari produksi perairan rawa, danau dan sungai yang mencapai 11.669,90 ton dengan hasil produksi perikanan laut yang mencapai 330.579,60 ton, dengan jumlah kapal 22.457 unit. Untuk hasil perikanan budidaya dan perikanan tangkap untuk tahun 2006 sebesar 388.559 ton.

5. Kehutanan
Di bidang kehutanan, Sumatera Utara juga menyediakan sumber daya alam yang melimpah. Pada 2005, total luas wilayah hutan mencapai 2.386.960 ha, terdiri atas 1.297.330 ha hutan lindung dan 1.035.690 ha hutan produksi terbatas. Dari seluruh potensi kehutanan yang ada, hutan yang dapat dikonversi mencapai 879.270 ha dan hutan bakau seluas 477.070 ha. Produksi kehutanan di luar kawasan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebanyak 112.459,79 meter kubik kayu bulat, 34.082,12 meter kubik kayu gergajian dan 187.128,74 meter kubi kayu olahan. Sedangkan hasil hutan ikutannya terdiri atas 600 ton rotan dan 654,37 meter kubik Gondorukem.

6. Peternakan
Di sektor peternakan, komoditas utama yang dihasilkan adalah sapi, kambing, domba, babi, dan unggas. Jumlah populasi sapi potong pada 2006 mencapai 25.465 ekor dengan jumlah pemotongan per tahun sebanyak 53.207 ekor. Populasi sapi perah 6.521 ekor, memproduksi 4.561 ribu liter susu per tahun. Di sana juga tersedia 721.858 ekor kambing bersama 268.500 ekor domba, 809.705 ekor babi, 21.280.380 ekor ayam buras, 6.190.175 ekor ayam petelur dengan hasil produksi 123.95,36 ton telur per tahun, 51.219.491 ekor ayam pedaging dengan hasil produksi 44.687,58 ton daging ayam per bulan, serta 2.291.472 ekor itik dengan hasil produksi 10.919,80 butir telur per tahun. Total produksi peternakan tahun 2006 mencapai 216,05 ton, meningkat dibanding produksi 2005 yang hanya mencapai 213,25 ton.

7. Pertambangan
Sumatera Utara juga memiliki kekayaan tambang. Survey 2006 mencatat bahwa terdapat 27 jenis barang tambang nonlogam (golongan C), 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis minyak, gas (migas) dan energi. Barang tambang nonlogam antara lain batu gamping, dolomite, pasir kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit. Sedangkan barang tambang logam mencakup emas, perak, tembaga dan timah hitam. Sementara potensi migas dan energi antara lain minyak bumi, gas alam dan panas bumi. Saat ini telah dilakukan eksploitasi terhadap minyak bumi di Sumatera Utara, dengan hasil produksi pada 2006 mencapai 21.000 barel minyak bumi.

Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan alami dan dilindungi. Hutan tropisnya dapat dijumpai berbagai spesies langka, misalnya rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

1) Pertanian
Potensi pertanian juga meningkat, ini dapat dari bertambahnya luas panen padi sebesar 1.03% dari 2004 ke 2005. Hal yang sama terjadi pada palawija, luas panennya bertambah 12,53% untuk komoditas jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Memang tidak semua lahan panen meningkat, seperti pada komoditas sayursayuran yang terdiri atas bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang, kol, kubis, petai, sawi, cabe, wortel, dan cabe rawit pada 2005 hanya mencapai 16.598 hektar, padahal di tahun 2004 mencapai 17.826 hektar.

2) Peternakan
Di sektor peternakan, komoditas utamanya adalah sapi potong. Jenis ternak terdiri atas kelompok ternak besar meliputi sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing dan babi serta sebagian kecil kuda dan domba; dan kelompok ternak kecil yang terdiri atas ayam ras, ayam buras dan itik. Dari Populasi tertinggi untuk kelompok ternak besar mencapai 872.517 ekor, terdiri atas 419.352 sapi potong dengan produksi daging seberat 14.715.641 kg; ditambah 210.421 ekor kerbau dengan produksi daging seberat 3.067.218 kg dan susu sebanyak 1.342.807 kg. kambing dengan populasi 29.847 ekor menghasilkan 309.050 kg daging. Sisanya adalah 714 ekor sapi perah dan 6.052 ekor domba.

3) Pertambangan
Dengan luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mencapai 186.580 km2 dan panjang garis pantai 2.420.357 km, sektor kelautan dan perikanan sangatlah bernilai. Potensi perairan di Sumatera Barat antara lain ikan laut, ikan air tawar, mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, penyu dan lain-lain. Provinsi ini juga kaya akan bahan-bahan tambang. Sektor ini dibagi dalam tiga jenis usaha, yaitu bahan galian strategis (golongan A), bahan galian vital (golongan B) dan bahan galian industri (golongan C). masuk dalam kategori golongan A antara lain batu bara dan bitumen padat (oil-shale). Sejumlah daerah yang memiliki potensi batu bara antara lain Kota Sawahlunto dengan total cadangan 104,8 juta ton.Jenis bahan tambang yang diusahakan dengan skala besar hanyalah batubara. Selama periode 2005 produksi batubara mencapai787.404,58 ton, dikonsumsi untuk pasar dalam negeri 787,4 ribu ton dan sisanya 296,56 ton diekspor. Dari hasil penjualan ini berhasil diperoleh pendapatan Rp. 299,06 miliar.

Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan

1) Pertanian
Lahan sawah irigasi teknis mencapai 6,757 ha dan irigasi non teknis 809 ha. Lahan pertanian mencapai 5.524.725 ha atau setara dengan 70% total luas wilayah Sumatera Selatan. Kendati demikian, lahan padi di provinsi ini pada 2005 mencapai 626.849 ha dengan jumlah produksi 2.320.110 ton. Dari jumlah produksi itu, sekitar 171.928 ton berasal dari produksi lahan kering seluas 73.504 ha. Kabupaten dengan luas areal dan produksi padi tertinggi adalah Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Timur. Saat ini lahan sawah abadi seluas 752.150 ha, terdiri atas 399.521 ha atau 55% lahan sawah irigasi 113.655 ha atau 15% lahan sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan dan sisanya 238.974 ha atau 30% adalah lahan sawah yang belum ditanami. Perkebunan terhampar luas. pada 2005, kebun mencapai 26.884 ha dengan produksi 75.556 ton dan kebun ketela pohon seluas 14.432 ha dengan produksi 179.952 ton. Luas tanaman ubi jalar 3.379 ton, kebun bawang daun 330 ha dengan jumlah produksi 27.748 ton, kubis produksi 49.930 ton, sawi 770 ha jumlah produksi 68.799 ton.

2) Perkebunan
Sumatera Selatan terkenal dengan produksi buah-buahan khususnya duku, durian, nanas dan pisang. Luas perkebunan duku mencapai 3.851 ha dengan produksi 62.226 ton, perkebunan durian 40.486 ha total produksi 29.000 ton. Namun demikian, pohon duku dan durian banyak yang sudah tua sehingga diremajakan. Perkebunan nanas mencapai 4.670 ha dan total produksinya 513.858 ton. Selain itu, perkebunan alpukat terhampar di atas lahan 275 ha dengan produksi 1.852 ton, perkebunan belimbing 95 ha memproduksi 1.786 ton, perkebunan jambu biji 311 ha memproduksi 13.085 ton, perkebunan jambu 834 ha memproduksi 15.442 ton, perkebunan jeruk siam 7.003 ha memproduksi 2.660.363 ton, perkebunan manggis 763 ha memproduksi 2.286 on dan perkebunan nangka seluas 1.484 ha dengan produksi 18.681 ton.

Provinsi ini juga memiliki sumber daya perkebunan seluas 1.878.983 ha yang merupakan perkebunan milik rakyat dan perusahaan, terdiri dari perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, kopi, kelapa, lada dan lainnya dengan total produksi 4.040.150 ton. Ada empat komoditas yang dominan yaitu kelapa sawit, karet, kopi dan kelapa. Keempat komoditas tersebut tersebar hampir tersebar di semua kabupaten/kota. Kepemilikan perkebunan rakyat masih dominan dibandingkan milik perusahaan dan lainnya. Areal produksi karet rakyat seluas 1,2 juta ha, diikuti lahan produksi kelapa sawit 1,1 juta ha. Selama 20 tahun terakhir, laju pertumbuhan kedua komoditas ini sangat fantastis sebagai hasil kerja keras semua komponen yang berkecimpung dibidangnya.

3) Perikanan
Di sektor perikanan dan kelautan, penduduk yang menggeluti sektor ini mencapai 115.388 rumah tangga perikanan. Persentase perikanan diperoleh dari hasil budidaya ikan (56,18%), perairan umum (39,31%) dan perikanan laut (4,51%). Pembangunan perikanan dititikberatkan pada pembangunan perikanan budidaya, termasuk di dalamnya pascapanen, yang pada 2005 mencapai 88.954,5 ton.

4) Peternakan
Hasil produksi ternak mulai dari daging, susu dan telur terus meningkat clari tahun ke tahun. Pada 2005, produksi daging sapi, kerbau, kambing, babi dan unggas mencapai 44.676 ton, Sedangkan produksi susu segar mencapai 277.000 liter, produksi telur sebesar 46.183 ton.

5) Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan tidak kalah dengan provinsi lain dalam melestarikan hutan, suatu kinerja yang harus disambut positif luas hutan mencapai 4.416.837 ha atau 40,43% dari total luas wilayah provinsi, terdiri dari kawasan hutan konservasi seluas 714.416 ha (16,17 %), hutan lindung 760.523 ha (17%) dan hutan produksi 2.941.898 ha (66,61%).

6) Pertambangan
Provinsi ini memiliki potensi pertambangan yang cukup besar, antara lain cadangan minyak bumi sebanyak 5,03 miliar barrel (10% cl) atau 5.032.992 matrick stack tank barrel. Cadangan minyak bumi diproduksi dengan pertumbuhan 10% per tahun dan dapat bertahan 60 tahun, Sedangkan cadangan batu bara diperkirakan sebesar 16.953.615.000 ton atau 60% cadangan nasional. Luas areal usaha pertambangan umum mencapai 1.030.128,75 ha, dengan pertambangan minyak dan gas 2.243,120,15 ha.

Sumber Daya Alam Provinsi Riau

Provinsi Riau

Riau adalah salah satu provinsi kaya di Nusantara. Hampir semua kekayaan alam dimiliki provinsi ini. Di dalam perut buminya terkandung minyak bumi, batubara, emas, timah dan bahan tambang lainnya. Sementara di atasnya terhampar kekayaan hutan, perkebunan dan pertanian dalam arti luas.

1) Pertambangan
Pertambangan umum berdenyut relatif pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil bergerak di bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut bumi Riau, mulai dari menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut, pasir kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan hasil tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu, sektor pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh perekonomiannya.

2) Pertanian
Sektor pertanian menjadi salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu menyerap banyak sekali tenaga. Kini tersedia lahan sawah seluas 28.845 ha yang dilengkapi dengan saluran irigasi, 150.092 ha sawah tadah hujan, 70.284 ha sawah pasang surut dan 13.077 ha sawah lainnya. Data 2006 juga menunjukkan bahwa tak kurang dari 134.290 ha sawah kini berproduksi, menghasilkan 421.384 ton padi. Jumlah produksi ini meningkat dibanding dua tahun terakhir. Padi 2004, 144.499 ha sawah menghasilkan 453.817 ton padi, lalu menurun menjadi 133.496 ha sawah pada 2005 dengan produksi 423.095 ton padi. Ladang jagung yang berproduksi seluas 16.524 ha, menghasilkan 36.421 ton. Kedelai, singkong dan umbi-umbian juga diproduksi di Riau. Ada 2.829 ha lading kedelai terhampar di sana dengan jumlah produksi 2.923 ton, sementara 5.266 ha ladang singkong dan umbi-umbian memproduksi 52.997 ton.

3) Kehutanan
Potensi hutan juga besar di Riau. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dibuat pemerintah setempat, luas hutan di sana mencapai 4.160.710 ha terdiri atas 228.793,82 ha hutan lindung, 529.487 ha hutan konservasi, 914.839 ha hutan produksi terbatas, dan 2.487.590 ha hutan produksi. Dari hutan-hutan itulah pemerintah setempat memperoleh anggaran dari produksi 8.022.009,30 m kayu bulat, 188.201,82 m kayu gergajian dan 260.709,32 m kayu lapis. Dengan perairan dan lautan seluas 470,80 km, Riau tidak mau ketinggalan dalam bisnis perikanan, baik perikanan laut, perairan umum, tambak maupun keramba. Ada banyak jenis ikan yang telah dibudidayakan. Pada 2005 saja, berhasil diproduksi 97.781,3 ton perikanan laut, 24,693,7 ton ikan dari perairan umum, 674,5 ton ikan dari tambak dan 24.768,8 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 717,21 miliar. Setahun kemudian, semua hasil meningkat. Pada 2006, berhasil di produksi 99.188,3 ton perikanan laut, 14.173,5 ton ikan dari perairan umum, 244,6 ton ikan dari tambak dan 2.741,3 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 1.174 miliar.

4) Peternakan
Berbagai jenis peternakan juga telah dikembangkan, terutama sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik. Pada 2005, ternak sapi potong populasinya mencapai 102.352 ekor per tahun, sementara ternak kambing 256.324 ekor per tahun, ternak domba 2.453 ekor per tahun, babi 46.386 ekor per tahun, ayam buras 316.425 ekor per tahun dan itik 339.269 ekor per tahun. Karena itu, daging yang diproduksi per tahun nya mencapai 4.593183 kg daging sapi, 434.806 kg daging kambing, 1.490 kg daging domba, 874.262 kg daging babi dan 29.355.155 kg daging ayam unggas.

5) Perkebunan
Perkebunan juga merupakan sektor andalan. Karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang adalah komoditas perkebunan yang selama ini banyak membantu perekonomian penduduk pedesaan. Di saat krisis ekonomi melanda Indonesia secara nasional, petani yang bekerja di sektor ini justru tetap survive, bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Luas perkebunan karet mencapai 528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52 ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13 ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi seluas 10.040,50 ha dengan hasil 3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56 ha dengan hasil 6.960,72 ton.

Sumber Daya Alam Provinsi Jambi

Provinsi Jambi

1) Pertanian
Dari 51.000.000 ha luas dataran provinsi, 1.211.236 ha diantaranya telah dikembangkan untuk lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Luas panen padi mencapai 154.941 ha menghasilkan 597.635 ton padi per tahun. Luas lahan palawija 28.618 ha, menghasilkan produksi 103.675 ton. Lahan sayur-mayur dan buah buahan seluas 64.350 ha dengan hasil produksi 472.240 ton. Tanaman hias juga di budidayakan di atas lahan 13.303 ha dengan hasil produksi 21.353 tangkai per tahun, bersama tanaman obatobatan di atas lahan seluas 950.024 ha dengan hasil produksi 1.239.429 kg. hasil pertanian inilah yang memberikan kontribusi 26,92% untuk PRDB.

2) Irigasi
Provinsi ini memiliki delapan irigasi dan lahan sawah irigasi teknis seluas 13.014 ha, serta 38 irigasi semi teknis dengan luas sawah irigasi setengah teknis 10.751 ha. Itu semua belum termasuk lahan sawah irigasi non teknis seluas 13.014 ha. Total saluran irigasi mencapai 2.316 km yang terdiri dari saluran muka 4 km, induk 593 km, sekunder 197 km dan tersier 1.522 km. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 579.701 ton padi, terdiri atas 516.330 ton padi sawah dan 63.371 ton padi lading. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat. Pada 2004, produksi padi mencapai 579.404 ton sementara pada 2005 mencapai 579.635 ton.

3) Perkebunan
Komoditas perkebunan khususnya karet dan kelapa sawit merupakan komoditas unggulan. Tahun 2006 luas kebun karet mencapai 623.825 ha dengan produksi 225.702 ton per tahun. Lahan kelapa sawit seluas 259.786 ha dengan produktivitas 3.110 kg per hektar setiap tahunnya. Lahan kelapa dalam seluas 119.600 ha dengan produktivitas 1.385 kg/ha/tahun; berikutnya lahan kelapa hybrid seluas 938 ha dengan produktivitas 516 kg/ha/tahun; lahan cassiavera seluas 49.529 ha dengan produktivitas 2.626 kg/ha/tahun. Kopi Robusta seluas 24.484 ha dengan produktivitas 933 kg/ha/tahun; lahan the seluas 2.625 ha dengan produktivitas 2.328 kg/ha/tahun; lahan kelapa seluas 120.538 ha dengan produktivitas 1.901 kg/ha/tahun; lahan kakao seluas 1.325 ha dengan produktivitas 484 kg/ha/tahun

Dari semua potensi itu, komoditas perkebunan berskala besar baik yang dikelola Negara maupun swasta adalah kelapa sawit, karet dan teh. Budidaya teh terbesar di Indonesia yang dibangun oleh NV.HVA (Holland Vereniging Amsterdam) pada 1925 dan mulai berproduksi tahun 1930. Hasil perkebunannya memberikan kontribusi 11,07% terhadap PRDB Provinsi Jambi pada tahun 2005.

4) Perikanan
Potensi perikanan terdiri atas perikanan tangkap dan budidaya. Potensi perikanan tangkap di perairan laut tercatat 71.820 ton/tahun dengan produksi 40.892,5 ton/tahun, sementara potensi perikanan tangkap di perairan umum sekitar 34.500 ton/tahun, perairan laut 71.820 ton/tahun dengan produksi masingmasing 5.634,5 ton/tahun dan 40.892,5 ton/tahun. Untuk budidaya laut potensi yang ada seluas 50 ha namun saat ini masih dalam uji coba, potensi tambak seluas 18,000 ha dengan produksi tahunannya mencapai 1.576 ton, potensi keramba jarring apung 97.350 unit dengan produksi 4.683 ton/unit/tahun, potensi kolam 5.035 ha dengan produksi 6.020 ton serta budidaya mina padi dengan potensi 350 ha dengan produksi 8 ton. Sektor perikanan memberikan kontribusi 1,74% terhadap PDRB provinsi pada 2005 dan menurun menjadi 1,49% pada tahun 2006. Provinsi Jambi saat ini telah memprogramkan pengembangan Ikan Patin Jambi yang dikembangkan pada keramba sepanjang 1.740 km di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang akan dikembangkan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 60.000 keramba. Sampai saat ini telah mengirimkan sebanyak 68 ton dalam bentuk fillet untuk di ekspor ke Amerika dan Eropa.

5) Pertambangan
Provinsi ini kaya akan potensi bahan galian, baik bahan galian logam dan non logam, migas maupun energi alternative. Sebagian dari potensi ini telah diusahakan, baik pada tahap eksplorasi maupun produksi. Batubara merupakan salah satu potensi pertambangan yang dapat dipergunakan untuk PLTU sebagai salah satu sumber energy alternative di samping panas bumi, gas maupun tenaga air. Produksi batu bara sekitar 50.000 metrik ton per tahun, kabupaten penghasil terbesar adalah Kabupaten Sarolangun dan Bungo dengan kandungan kalori rendah sampai sedang. Potensi lain adalah gas bumi dengan potensi 178,13 Triliyun kaku kubik/TCF yang terdiri dari 91,17 TCF cadangan terbukti dan 86,69 TCF cadangan potensi. Potensi gas berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Muaro Jambi. Tanggal 25 Mei 2007 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan PLTA di Kabupaten Kerinci dengan kapasitas 2 x 90 megawatt dan juga direncanakan pembangunan PLTU di Kabupaten Bungo dengan kapasitas 2 x 20 mega watt. Dengan demikian diharapkan pasokan listrik untuk Provinsi Jambi akan tercukupi dengan pembangunan pembangkit listrik tersebut.

6) Peternakan
Usaha peternakan di provinsi ini meliputi sapi, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam dan itik. Total populasi tahun 2006 mencapai 16.580.642 ekor, meningkat dibanding populasi tahun 2005 sebanyak 14.818.652 ekor atau populasi 2004 yang hanya 9.012.108 ekor. Dengan kata lain, terjadi penigkatan 45,65% populasi ternak dari 2004 sampai 2006. Dari semua populasi itu, ayam ras pedaging menempati populasi terbanyak (69,59%) dengan produksi utamanya adalah daging dan telur.

7) Kehutanan
Luas dan kualitas hutan di wilayah ini diupayakan selalu dalam kondisi seimbang, baik sebagai fungsi konservasi maupun produksi. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan keberadaan hutan lindung dan taman nasional di provinsi ini yang luas keseluruhannya mencapai 2.148.850 ha atau mencakup 4,21% dari seluruh wilayah daratan provinsi. Berdasarkan fungsinya, hutan tersebut dibagi atas hutan produksi sebesar 59,5% hutan lindung 8,89% dan hutan wisata atau hutan suaka alam sebesar 31,6%. Hasil utama hutan adalah kayu, getah dan rotan.

Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu

Provinsi Bengkulu

1) Pertanian
Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian di luar migas adalah sektor pertanian. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar. Menurut data Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, luas lahan sawah yang mempunyai saluran irigasi teknis seluas 22.598 ha, sawah non irigasi teknis seluas 68.232 ha dan luas lahan palawija, hortikultura dan sayur-sayuran seluas 386.881 ha. Sedangkan, panjang saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier, secara keseluruhan sepanjang 583,89 km. dengan spesifikasi tersebut, Provinsi Bengkulu berhasil memproduksi padi sebanyak 3,755 ton/ha.

2) Kehutanan
Berdasarkan data Departemen Kehutanan, luas hutan seluas 920.753,50 ha dengan hasil hutan Kayu Bulat sebanyak 29.945,10 m kayu gergajian sebanyak 23.151,94 m rotan: 177.200 batang dan damar: 312.500 batang. Sedangkan menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, tercatat luas Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam seluas 444.882 ha, luas Hutan Lindung 252.042 ha, hutan produksi terbatas seluas 182.210 ha, hutan produksi tetap seluas 34.965 ha dan Hutan Fungsi Khusus seluas 6.865 ha.

3) Peternakan
Di bidang kelautan dan perikanan, menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan, Provinsi Bengkulu memiliki potensi sebesar 145.334 ton dengan hasil 39.203,3 ton. Pada bidang produksi peternakan, Departemen Pertanian mengeluarkan data, yakni sapi potong sebanyak 84.943 ekor, sapi perah sebanyak 194 ekor, kerbau sebanyak 49.024 ekor, kambing sebanyak 110.611 ekor, domba sebanyak 6.655 ekor, babi sebanyak 2.153 ekor, kuda sebanyak 65 ekor, ayam buras sebanyak 2.797.876 ekor, entok sebanyak 48.029 ekor, angsa sebanyak 6.210 ekor dan puyuh sebanyak 10.717 ekor.

4) Perkebunan
Potensi perkebunan sangat ditunjang dengan luas lahan perkebunan seluas 1.978.870 ha dengan hasil antara lain sawit sebanyak 703.335,60 ton, karet 72.248,89 ton, kopi robusta 55.461,39 ton, kopi arabika 2.466,36 ton, kakao 1.523,93 ton, kelapa dalam 5.983,21 ton, lada 3.284,92 ton, cengkeh 64,26 ton, aren 1.862,40 ton, kayu manis 719,06 ton, pinang 465,59 ton dan kemiri 3.082,90 ton.

5) Pertambangan
Data dari Departemen ESDM, Provinsi Bengkulu memiliki potensi pertambangan dan energi diantaranya lima yang terbesar, yaitu: batu bara, emas, pasir besi, batu apung, bentonit. Hasil produksi batu bara tercatat sebanyak 673.542.000 ton.

Sumber Daya Alam Provinsi Lampung

Provinsi Lampung

Dengan luas 3.528.835 ha, Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan. Provinsi ini memiliki lahan sawah irigasi teknis seluas 103.245 ha, sawah, irigasi setengah teknis 24.164 ha, dan lahan sawah irigasi non teknis seluas 244.008 ha. Total saluran irigasi mencapai 371.417 km. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 2.129.914 ton padi (gabah keringgiling/GKG), terdiri atas 1.959.426 ton padi sawah dan 170.488 ton padi ladang. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat, Pada 2004, produksi padi mencapai 2.091.996 ton sementara pada 2005 mencapai 2.124.144 ton, Semua itu belum termasuk produksi ubi kayu rotan 2006 mencapai lebih dari 5.473.283 ton, dan produksi jagung 1.183.982 ton. Dengan demikian ketahanan pangan di provinsi ini cukup kuat.

1) Kehutanan
Kawasan hutan mencapai 1.004.735 ha atau sekitar 30,43 % dari luas wilayah provinsi, terdiri atas hutan lindung 317.615 ha, hutan suaka alam dan hutan wisata/taman nasional 462.030 ha; hutan produksi terbatas 33.358 ha dan hutan produksi tetap 91.732 ha. Dalam rangka mendukung pembangunan berwawasan lingkungan yang berkesinambungan, produksi kehutanan kini lebih diarahkan kepada hasil hutan non kayu dan potensi ekowisatanya. Hasil hutan pada 2006 berupa kayu bulat sebanyak 3.4121.171 m, kayu gergajian 145.732,25 m dan kayu lapis 82.714.45 m, Sedangkan produksi basil hutan non kayu berupa damar mata kucing sebanyak 5.454,17 ribu ton, damar batu 1.351,30 ton, arang 30.347 rotan manau 3.000 batang, dan rotan lilin 1.293,24 ton.

2) Perkebunan
Perekonomian di Provinsi Lampung juga sangat didukung oleh produksi perkebunan seperti kopi, lada, karet, kelapa, dan tebu. Produksi kopi pada tahun 2006 mencapai 143.050 ton, produksi kakao 22.976 ton, lalu diikuti produksi kelapa dalam lebih dari 112.631 ton, lada 24.011 ton, karet 54.461 ton, kelapa sawit 367.840 ton, dan tebu 693.613 ton. Dari hasil produksi tebu itu Lampung memberi kontribusi 35% dari total produksi gula nasional, meningkat dibanding kontribusi 2005 yang mencapai 20%.

3) Pertambangan
Keanekaragaman sumberdaya mineral di provinsi itu meliputi mineral logam, bahan galian industri, bahan galian energi, dan bahan galian konstruksi. Pada 2006, dari galian industrinya berhasil diproduksi 1.980.000.000 m andesit, 389.000.000 m felspar dan 590.000.000 m granit dengan mutu terjamin. Untuk cadangan zeolit sebesar 2.145.000 m3 dengan cadangan yang diprediksi sebesar 8.000.000 m, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor, Bahan galian logam yang ada di provinsi ini meliputi emas, mangaan, bijih besi dan pasir besi, namun baru sebagian saja dari potensi ini yang telah dikelola. Sekarang sumberdaya energi terbaru berupa panas bumi, air, serta bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari tebu, singkong, sawit, dan tanaman jarak tengah dikembangkan, Saat ini Provinsi Lampung memiliki pabrik etanol berbahan tebu terbesar di Indonesia. Potensi energi seperti panas bumi yang berlokasi di daerah Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, mencapai 400 MW. Di Suoh, Kabupaten Lampung Barat, potensi tersebut mencapai 300 MW. Semua potensi itu telah di eksplorasi oleh Pertamina sebesar 110 MW. Potensi air untuk pembangkit tenaga listrik juga sangat besar. Pada SWS Way Semangka Upper tersedia kapasitas sebesar 78 MW dan telah dioperasikan melalui PLTA Besai dan PLTA Baru Tegi. Pada SWS Way Semangka Lower dan Way Semung masing-masing tersedia potensi sebesar 76 MW clan 2,6 MW.

Sumber Daya Alam Provinsi Bangka Belitung

Provinsi Bangka Belitung

1) Pertanian
Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 2.743 ha, sementara sawah yang teririgasi non teknis seluas 3.844 ha. Sawah-sawah inilah yang pada tahun 2006 menghasilkan 16.507 ton padi. Terdiri atas 9.073 ton padi sawah dan 7.434 ton padi ladang. Dibandingkan dua tahun terakhir, produktifitas padi yang dicapai menurun. Pada 2004, produksi padi mencapai 18.764 ton sementara pada2005 mencapai 19.027 ton. Di tahun 2005 ini pula berhasil dipanen 26.184 ton palawija, 4.968 hortikultura, dan 1.389 sayur-mayur.

2) Kehutanan
Di kepulauan ini juga terdapat hutan seluas 657.510 ha. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 357/Menhut-II 2004, hutan ini terdiri atas 466.090 ha hutan produksi, 156.730 ha hutan lindung, dan 34.690 ha hutan konservasi. Kawasankawasan hutan tersebut tersebar dalam 60 kelompok register kawasan hutan, sedangkan pada zaman Belanda batas-batasnya telah ditata secara definitif.

3) Perikanan
Provinsi ini juga memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar. Selain potensi perikanan tangkap potensi perikanan budidaya, baik budidaya ikan air payau maupun ikan air tawar, layak dikembangkan. Per tahun, potensi kelautan dan perikanan provinsi ini mencapai 499.500 ton perikanan tangkap dengan nilai Rp2.497.500.000,- dan 1.316.000 ton perikanan budidaya dengan nilai Rp245.160.000.000,-.

4) Perkebunan
Perkebunan memiliki arti strategis untuk menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Komoditas unggulan perkebunan rakyat yang telah di tekuni berabad-abad secara turun-temurun adalah lada dan karet. Sedangkan kelapa sawit merupakan komoditas baru dan banyak diusahakan oleh perusahaan besar swasta. Bangka Belitung merupakan daerah penghasil dan pengekspor lada putih yang sejak dulu terkenal dengan nama muntok white pepper.

5) Pertambangan
Dari semuanya, bijih timah adalah sumberdaya alam yang paling bernilai di provinsi ini, bahkan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Di sini terdapat satu BUMN yang menambang bijih timah, PT Timah Tbk, dan satu perusahaan asing, PT Koba Tin. Luas area Kuasa Pertambangan (KP) PT Timah Tbk di darat sekitar 360.000 ha atau 35% dari luas daratan Pulau Bangka. BUMN ini juga memiliki areal KP darat di Pulau Belitung seluas 126.455 ha atau 30% dari luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar 41.000 ha. Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Secara total, produksi bijih timah pada 2005 mencapai 42.615,22 ton Sn dan logam timah 41.789 metric Sn. Darat di Pulau Belitung seluas 126,445 ha atau 30% dan luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar 41.000 ha, Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.

Sumber Daya Alam Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau memiliki berbagai macam daya alam meliputi: bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan lain-lain. Pemerintah Kepulauan Riau terus mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Peranan sektor pertanian merupakan sektor kontribusi 5,32% terhadap PDRB 2005, Sektor tersebut belum berkembang maksimal karena luas lahan lebih kecil dibandingkan luas perairan. Di luar itu, tanah merah di kepulauan ini pun hanya bisa ditanamin jenis tanaman tertentu yang memerlukan penelitian dan pengembangan khusus untuk meningkatkan produksinya.

1) Pertanian
Luas lahan sawah di provinsi ini pada 2005 mencapai 1.792 ha sedangkan lahan bukan sawah terdiri atas lahan kering dan lahan lainnya mencapai 694.924 ha dan 74.607 ha, Luas lahan hortikultura mencapai 42.728 ha. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 130 ha, lahan sawah irigasi sederhana mencapai 104 ha, sementara lahan sawah dengan irigasi desa mencapai luas 309 ha dan lahan sawah tadah hujan seluas 1.249 ha. Luas lahan panen seluruh kabupaten di Kepulauan Riau mencapai 94 ha clan dapat memproduksi padi sebanyak 249 ton dengan rata-rata produksi 5,20 ton/ha. Hasil palawija adalah jagung dengan luas lahan panen 585 ha clan produksi 1.267 ton; ubi kayu dengan luas lahan panen 708 ha dan produksi 4,927 ton; ubi jalar 1.159 ton; dan kacang tanah dengan lahan panen 124 ha dan produksi 179 ton. Produksi sayur-mayur hasil produksi 723 ton, kacang panjang dengan hasil produksi 1.295 ton, bayam dengan hasil produksi 26.715 ton dan kangkung dengan hasil produksi 842 ton.

2) Perkebunan
Dari sektor perkebunan, komoditas yang, berpotensi di provinsi kepulauan Riau adalah cengkeh dengan luas lahan 14.716 ha perkebunan kelapa seluas 39.491 ha, perkebunan karet seluas 34.891 ha, perkebunan lada seluas 449 ha, perkebunan sagu seluas 3.949 ha, dan perkebunan gambir seluas 996 ha.

3) Peternakan
Sektor peternakan dibedakan menjadi tiga jenis kelompok, masing-masing ternak berternak lele dan unggas. Pada kelompok ternak, kambing adalah ternak dengan populasi terbanyak hingga 18.166 ekor, diikuti 9.976 ekor sapi dan 422.655 ekor babi. Populasi unggas terdiri atas 585.226 ekor ayam buras, 347.800 ekor ayam petelur, 452.510 ekor ayam pedaging 21.634 ekor itik 26.270 ekor puyuh.

4) Perikanan
Selain perikanan tangkap, pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok di provinsi ini. Di Kabupaten Bintan, Karimun dan Natuna terdapat budidaya ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan kerapu, napoleon dan kakap. Potensi budidaya ikan air tawar dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna. Pada 2006, Total produksi perikanan tangkap mencapai 217.094,91 ton dan produksi ikan budidaya 3.475,70 ton.

5) Pertambangan
Wilayah Kepulauan Riau memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena sebagian dan kabupaten memiliki potensi hasil tambang seperti bauksit dan timah, sementara di bawah laut terdapat minyak dan gas. Cadangan minyak bumi mencapai 298,81 million meter barrel oil (MMBO), sementara cadangan gas alam sebanyak 55,3 triliun square cubic feet (TSCF) terdapat di Kabupaten Natuna. Timah dengan jumlah cadangan, mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Bauksit dengan total cadangan 15.880,000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjong Pinang. Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan. Sementara pasir darat dengan total cadangan mencapai 39.826.400 ton terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.

Sumber Daya Alam Provinsi DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta

Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian DKI Jakarta adalah sektor perdagangan dan jasa. Sektor itu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar.

1) Pertanian
Provinsi DKI Jakarta pada 2005 juga memiliki pertanian yang cukup baik. Produk pertanian diri dari palawija, sayuran, anggrek, dan tanaman obat. Produksi ini pada umumnya merupakan hasil pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan. Produksi perikanan pada 2005 terdiri dari perikanan laut 132.033,8 ton, perikanan darat 8.880,37 ton, dan ikan hias 49,002.044 ton. Dan kemungkinan terus meningkat di tahun 2006.

2) Peternakan
Berdasarkan populasi ternak tahun 2005 terdiri dari sapi perah (347 ekor), kerbau (242 ekor). kuda (156 ekor), kambing (5.886), domba (1.624 ekor), ayam buras (55.056 ekor), ayam pedaging/ras (182.000 ekor), dan itik (68.000 ekor). Dalam hal ini, produk hasil ternak juga cukup baik. Produksi daging, telur, dan susu untuk tahun 2005 cukup untuk memenuhi kebutuhan tahun 2006. Produk tersebut terdiri dari daging (21.874.380 kg), telur (530.466 kg), susu (5.060.664 kg), tulang (2.195.630 kg), kulit sapi/kerbau (71.600 lembar dan kulit kambing/domba 111.480 lembar) dan diharapkan untuk tahun 2006 akan terus meningkat.

3) Kehutanan
Hutan yang ada di Provinsi DKI Jakarta adalah hutan kota yang dibagi kedalam empat jenis, yaitu Hutan Istimewa (158,1 ha), Hutan Kota (3477,42 ha), Hutan Pulau Seribu (100,91 ha) dan Kawasan Kota (172,19 ha).

Sumber Daya Alam Provinsi D.I. Yogyakarta

Provinsi D.I. Yogyakarta

1) Pertanian
Potensi sumberdaya alam bervariasi, seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan. Lahan sawah irigasi teknis sebesar 18.506 ha (138,27%), dan non irigasi teknis sebesar 29,848 ha 161,72%). Luas lahan palawija, hortikultura, dan sayur sayuran sebagian besar ditanami jagung dan kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu, dengan perincian jagung seluas 79,704 ha, kedelai 34.292 ha, kacang tanah 67.759 ha, dan ubi kayu 58,735 ha, sedangkan sisanya berupa kacang hijau, ubi jalar, dan sayur sayuran. Adapun jumlah produksi palawija, hortikultura dan sayur sayuran adalah jagung sebanyak 219.758 ton, padi 715,684 ton, kedelai 402 ton, kacang tanah 66.697 ton, kacang hijau 550 ton, ubi kayu 978,494, Ubi jalar 6.777 ton, sayuran 67.703 ton, dan buah buahan 197.204 ton.

2) Kehutanan
Menurut jenis komoditas kehutanan yang dikembangkan berupa produk kayu dan non kayu. Luas kawasan hutan seluas 74.992,97 ha (23,54% dari luas wilayah), dengan perincian hutan Negara 18.044,97 ha (5,66%), hutan rakyat 54,948 ha (17,88%). Sementara itu, produksi kayu terdiri dari jati 111.930,393 m, mahoni 16.490,574 m, sono keling 8.412,866 m, akasia 3.292,287 m dan rimba campur 2.787,235 m, maka dihasilkan kayu bulat sebanyak 8.022.009,30 m.

3) Perikanan
Potensi dan pemanfaatan bidang kelautan dan perikanan terdiri dari perairan umum sebesar 3.133,5 ha (tingkat pemanfaatan 5,20 ha), rambak 650 ha tingkat pemanfaatan 58 ha), sawah tambak 240 ha belum dimanfaatkan), kolam 4.630,2 ha (tingkat pemanfaatan 915 ha), dan Mina Padi 10.265,6 ha (tingkat pemanfaatan 1,233 ha). Di samping itu, potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam khususnya perikanan di Selatan Jawa, terdiri dari puluhan ton/tahun tingkat pemanfaatan 45%, mencapai 25.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 18.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 44%,

4) Peternakan
Potensi peternakan di antaranya populasi ternak sapi potong 249.480 ekor, sapi perah dengan produksi 8.623 ekor dengan jumlah produksi 8,900.215 liter/tahun, ternak kecil, dan unggas. Dari seluruh jenis peternakan tersebut, ternak unggas cukup besar, yaitu ayam buras 4.604.824 ekor/tahun, ayam petelur 2 494.008 ekor/tahun, dan ayam pedaging 22.020,306 ekor.

5) Perkebunan
Di bidang perkebunan, terdapat banyak potensi di antaranya teh, kopi, tembakau, kakao, lada, kelapa, vanili, dan tebu. Dari jenis tanaman perkebunan, areal tanaman Kelapa mempunyai areal yang cukup besar, yaitu 44,119,59 ha.

6) Pertambangan
Di bidang pertambangan dan energi, terdapat 28 jenis bahan galian, naik dari golongan B maupun golongan C yang mendominasi adalah batu kapur putih memiliki potensi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 621.073,6 ton, serta beberapa jenis tambang lainnya, seperti andesit (44,097,2 ton), bentonit/ abu bumi (1.699,16 ton), dan kaolin/feldstar (1.225 ton).

Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat

1) Irigasi
Sumber daya alam Jawa Barat cukup melimpah. Provinsi ini pada tahun 2006 memiliki lahan sawah ber-irigasi teknis seluas 380.996 ha, sementara sawah ber irigasi setengah teknis 116,443 ha, dan sawah ber irigasi non teknis seluas 428.461 ha. Total saluran irigasi di Jawa Barat sepanjang 9.488.623 km, Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 9.418.882 ton padi, terdiri atas 9,103.800 ton padi sawah clan 315.082 ton padi ladang.

2) Pertanian
Di antara tanaman palawija, pada 2006 ketela pohon menempati urutan pertama. produksi palawija, mencapai 2.044.674 ton dengan produktivitas 179,28 kuintal per ha, Kendati demikian, luas tanam terluas adalah untuk komoditas jagung yang mencapai 148.505 ha, Jawa Barat juga menghasilkan hortikultura terdiri dari 2.938.624 ton sayur mayur, 3.193.744 ton buah buahan, dan 159.871 ton tanaman obat/biofarmaka.

3) Kehutanan
Hutan di Jawa Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total luas provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%), hutan lindung seluas 228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680 ha (4,63%). Pemerintah juga menaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10 kabupaten yang mempunyai pantai. Selain itu semua, ada lagi satu hutan lindung seluas 32.313,59 ha yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten. Dari hutan produksi yang dimilikinya, pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m kayu, meskipun kebutuhan kayu di provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m. Sampai 2006, luas hutan rakyat 214.892 ha dengan produksi kayu sekitar 893.851,75 m. Jawa Barat juga menghasilkan hasil hutan non kayu cukup potensial dikembangkan sebagai aneka usaha kehutanan, antara lain sutera alat jamur, pinus, gerah damar, kayu putih, rotan, bambu, dan sarang burung walet.

Di sektor perikanan, komoditas unggulan adalah ikan mas, nila, bandeng, lele, udang windu, kerang hijau, gurame, patin, rumput laut dan udang vaname. Di tahun 2006, provinsi ini memanen 560,000 ton ikan hasil budidaya perikanan dan payau, atau 63,63% dari total produksi perikanan Jawa Barat. Di bidang peternakan, sapi perah, domba, ayam buras, dan itik adalah komoditas unggulan di Jawa Barat. Data 2006 menyebutkan kini tersedia 96.796 sapi perah (25% populasi nasional), 4.249.670 domba, 28.652.493 ayam buras 5.596.882 itik (16% populasi nasional). Kini hanya tersedia 245.994 sapi potong di jawa Barat (3% populasi nasional), padahal kebutuhan setiap tahunnya sekitar 300 ribu sapi potong. Untuk memenuhi kebutuhan Jawa Barat harus mengimpor 150 ribu ternak sapi dari Australia setiap tahunnya, di samping berharap pasokan ternak hidup dari provinsi lain terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah lstimewa Yogyakarta, Lampung, Bali, Lombok, dan lain lain. Dalam memaksimalisasi sektor peternaknya, Jawa Barat membagi kawasan pengembangan andalan peternakan ke dalam tiga wilayah, yaitu: 1. Jawa Barat Bagian Utara untuk peternakan itik; 2. Jawa Barat Bagian Tengah untuk sapi perah, ayam ras, dan domba; serta 3. Jawa Barat Bagian Selatan untuk domba dan sapi potong, Provinsi ini memiliki banyak objek unggulan di bidang perkebunan, antara lain teh, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, kopi, tebu, dan akar wangi. Dari semua jenis komoditas itu, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, dan kopi merupakan komoditas unggulan nasional asal Jawa Barat. Dari sisi lahan, produktivitas terbaiknya, yakni luas areal tanam sama dengan Iuas tanaman yang menghasilkan, adalah komoditas tembakau dan tebu. Dari sisi produksi, produktivitas terbanyak adalah kelapa sawit (6,5 ton per ha) dan tebu (5,5 ton per ha). Jawa Barat juga menghasilkan produksi tambang unggulan. Pada 2006, berhasil dieksplorasi 5.284 ton zeolit, 47.978 ton bentonit, serta pasir besi, semen pozolan, felspar dan barn permata/gemstone. Potensi pertambangan batu mulia umumnya banyak terdapat di daerah Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Kuningan, dan Sukabumi. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah

Sumber daya alam Jawa Tengah cukup kaya. Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 387.742,8 ha, sementara sawah yang beririgasi setengah teknis 220,116 ha. Total saluran irigasinya mencapai 3.248.369 ha, Sawah sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 8,68 juta ton padi, terdiri dari 8.487.112 ton padi sawah dan 192.888 ton padi ladang, Produksi padi meningkat 1,94% dari 8,51 juta ton pada 2005 menjadi 8,68 juta ton pada 2006, Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya areal panen sebesar 3,22% atau sekitar 52.000 ha. Produksi hortikultura pada periode 2005-2006 juga meningkat. Produksi ubi kayu meningkat 7,89%, dari 3.318 juta ton menjadi 3,58 juta ton, sementara produksi kacang hijau meningkat 25,40% dari 85.167 ribu ton menjadi 106,8 ribu ton. Hal ini karena luas panen kedua komoditas itu juga meningkat. Produksi bahkan melonjak secara sangat signifikan sebesar 35,33%, dari 155.098 ton pada 2005 menjadi 209.893 ton di tahun 2006. Jawa Tengah memiliki hutan seluas 650 ribu ha atau 19,97% dari total luas daratannya, Pembangunan, sektor kehutanan antara lain dilakukan melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan untuk memperkaya hutab rakyat seluas 8.600 ha dan dengan memberikan bantuan 5,1 juta bibit berbagai jenis tanaman dan buah-buahan kepada masyarakat. Reboisasi hutan mangrove seluas 2.625 ha mengurangi degradasi lingkungan pantai di pantai utara juga digalakkan mulai dari Kabupaten Rembang hingga Kabupaten Brebes. Tingkat kebutuhan bahan baku kayu di provinsi per tahun sekitar 6 juta m³, sementara produksi bahan baku kayu hanya 2,5 juta m³ per tahun, berasal dan negara sekitar 300 ribu m³ dan 2,2 juta m³ dari hutan rakyat. Dengan demikian, masih terdapat kekurangan 3,5 juta m³ kayu per tahun. Ekspor dari produk tersebut berada dalam kisaran US$ 60US$ 80 juta. Di sektor kelautan dan perikanan, sampai Desember 2006 nilai ekspornya mencapai 17,06 ribu ton atau setara dengan US$ 70,54 juta. Jumlah meningkat dibanding ekspor 2005, yang hanya mencapai setara dengan US$ 69,21 juta. Populasi ternak meningkat rata-rata 0,9% per tahun selama periode 2004 2006, dari 2.739.534 Animal Unit (AU) ekor pada 2004 meningkat jadi 3.114.404,68 AU ekor pada 2005, lalu bertambah lagi jadi 3.879.272,99 AU ekor pada 2006. Produksi daging pun meningkat rata-rata 0,09% dari 175.393.101 kg pada 2004 meningkat menjadi 181.037.114 kg pada 2005 dan di tahun 2006 mencapai 207.539.434 kg. Hanya saja, hanya saja produksi susu menurun rata rata 0,01% dari 74.013.864 liter pada tahun 2004 turun menjadi 70.693.094 liter pada tahun 2005, tetapi naik pada 2006 menjadi 71.813.422 liter. Dalam upaya meningkatkan kualitas ternak Jawa Tengah, sejak Januari 2002 sampai Juni 2006 Balai Inseminasi Buatan (BIB) Ungaran telah memproduksi semen beku sekitar

700.000 dosis. Sejak 2003, semen beku produksi BIB memenuhi 51% kebutuhan pasar regional, pada 2006 telah menghasilkan 131,506 dosis semen beku, baik untuk sapi potong, sapi perah dan kambing PE. Pada 2007, BIB Ungaran menerapkan sasaran peningkatan kontribusi semen beku sebesar 70%. Produk ekspor tanaman perkebunan provinsi ini mencakup kopi, teh, tembakau, dan nilam. Dalam dua tahun terakhir nilai terus meningkat pada 2006, nilai ekspor produk perkebunan ini mencapai US$ 35 juta dengan tingkat produksi 105 ribu ton. Dari hasil ekspor sumber daya mineralnya, terutama bahan baku semen, teridentifikasi bahwa kandungan bahan baku antara lain terdapat di Kabupaten Wonogiri (138.289 juta ton), Blora (3,483 juta ton), Grobogan (4.025 juta ton), Kebumen (17.000 juta ton), Pati (1.353 Juta ton) dan Rembang (1.313 juta ton. Ini semua belum termasuk potensi geothermal yang terdapat di Kabupaten Semarang. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur

Potensi sumber daya alam sangat bervariasi, seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan serta perkebunan. Luas lahan sawah adalah 1.178.283 ha, terdiri dari lahan beririgasi seluas 907.274 ha, sawah tadah hujan seluas 243.899 ha, dan sawah lainnya/irigasi lodesa seluas 27.110 ha. Luas lahan palawija, hortikultura dan sayur mayur seluas 4.046.971 ha. Panjang saluran irigasi teknis primer 3.633.093 Km, dan panjang saluran teknis sekunder 3.445.093 Km. Panjang saluran irigasi semi teknis primer adalah 446.848 Km dan panjang saluran semi teknis sekunder 47.151 Km, Panjang saluran irigasi sederhana primer 216.636 Km dan panjang saluran sederhana sekunder 75.749 Km. Dari lahan persawahan yang ada, areal panen rata rata seluas 1,692.729 ha dengan rata rata produktivitas 53,17 Kw/ha, jumlah produksi padi kering giling yang diperoleh

sebanyak 900.215 ton/tahun atau beras sebanyak 5.688.51 ton/tahun. Tanaman jagung dengan luas areal produksi mencapai 1.144.349 ha, dapat memproduksi sebanyak 4.240.308 ton. Tanaman kedelai dengan produksi mencapai 257.170 ha, dapat memproduksi sebanyak 343.150 ton .jumlah produksi untuk padi adalah 9.007.265 ton, jagung 439.850 ton, ubi kayu 4.023.614 ton, dan kacang 95.527 ton. Keadaan ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2004 yaitu pada 9.002.618 ton, jagung 4.134.762 ton, ubi kayu 3.9611.662 ton, kacang hijau 212.325 ton. Sementara ketersediaan pangan beras sebesar 1.745.841 ton, jagung 3.444.480 ton, ubi kayu 2.615,42 ton, ubi jalar 23.009 ton, kacang tanah 160.658 ton, kacang hijau 66.137 ton, daging 83.508 ton, telur 19.841 ton, susu 77.633 ton, dan ikan 6.302 ton. Ketersediaan pangan di Jawa Timur merupakan keberhasilan teknologi pertanian, perluasan lahan panen meningkatkan intensifikasi petani. Provinsi jawa Timur juga merupakan yang berpotensi untuk pengembangan buah-buahan dan memberikan kontribusi nasional sebesar 20%. Jenis buah buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan jenis produksi buah buahan adalah mangga (Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pacitan dan Gresik), pisang (Kabupaten Lumajang, Magetan, dan Banyuwangi) dan jeruk (Kabuparen Pasuruan, Ponorogo, Madiun, Mojokerto, Pacitan, Magetan, dan Jombang). Luas kawasan hutan sekitar 1.357.206,36 ha atau 28% dari luas dararan Provinsi Jawa Timur, terdiri atas beberapa jenis hutan. Hutan hutan yang ada menurut jenisnya antara lain hutan produksi seluas 811.452,70 ha (59,79%), hutan lindung seluas 312.636,50 ha (23,04%), hutan konservasi seluas 233.117,16 ha (17,18%). Hasil produksi yang didapat dari hutan non HPH antara lain kayu bulat sebanyak 265.844 m; kayu gergagian 1.237 m; kayu olahan jati yang terdiri dari veneer sayat (3.079.321 m); TOP (7.656 m); dan penempelan veneer (444.790 m). Kegiatan perikanan dapat dibedakan atas sektor perikanan laut dan perikanan darat. Pada sektor perikanan laut, jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi sebanyak 53.889 unit dengan jumlah rumah tangga perikanan sebanyak 91.979 kepala keluarga, jumlah tempat pelelangan ikan sebanyak 45 buah. Jumlah produksi ikan yang dihasilkan setiap tahunnya berkisar 334.162,50 ton. Sementara itu, kegiatan perikanan pada sektor perikanan darat dibagi atas beberapa jenis, yaitu: 1. Tambak, dengan luas areal 54.812,42 ha dapat memproduksi sebanyak 81,228,10 ton setiap tahunnya; 2. Kolam, dengan luas areal 1.980,65 ha dapat memproduksi sebanyak 31.025,60 ton setiap tahunnya; 3. Keranmba, dengan jumlah sebanyak 23,7 unit dapat memproduksi sebanyak 2.797,70 ton setiap tahunnya; 4. Mina padi, dengan luas areal 498.95 ha dapat memproduksi sebanyak 175,03 ton setiap tahunnya; 5. Sawah tambak, dengan luas areal 33.577,36 ha dapat memproduksi sebanyak 51.103,40 ton setiap tahunnya. Sektor peternakan dibagi dalam dua jenis yaitu sektor peternakan produksi utama ternak dan sektor peternakan produksi untama unggas. Jenis-jenis peternakan yang ada pada sektor dengan produksi utama ternak anatara lain peternakan sapi potong dengan populasi 2.524.476

ekor setiap tahunnya dapat memotong sebanyak 336.595 ekor; peternakan sapi perah dengan populasi 134.043 ekor, setiap tahunya dapat menghasilkan susu sebanyak 239.908 liter. Peternakan kambing dengan populasi 2.400.750 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 7.772 ton per tahun; peternakan domba demgam populasi 1.407.116 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 4.334 ton per tahun; dan peternakan babi dengan populasi 35.958 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 398 ton per tahun. Sektor peternakan dengan produksi utama unggas adalah peternakan ayam buras dengan jumlah populasi 39.673.982 ekor dapat memproduksi 13.734 ton per tahun; peternakan ayam petelur dengan jumlah populasi sebanyak 30.051.763 ekor dapat memproduksi telur sebanyak 139.786 ton per tahun; peternakan ayam pedaging dengan jumlah populasi 29.377.200 ekor dapat memproduksi daging sebanyak 71.301.200 ton per tahun; dan peternakan itik dengan jumlah populasi sebanyak 2.425.129 ekor dapat memproduksi telur sebanyak 8.512 ton per tahun. Luas seluruh perkebunan di Provinsi Jawa Timur seluas 952.933 ha dengan jumlah total seluruh produksi perkebunan sebanyak 1.658.528,71 ton per tahun. Jenis-jenis perkebunan yang ada antara lain adalah: perkebunan teh dengan luas areal 2.711 ha dapat memproduksi sebanyak 16.695,46 ton per tahun; perkebunan tembakau dengan luas areal 109.918 ha dapat memproduksi sebanyak 77.421 ton per tahun; perkebunan kakao dengan luas areal 35.328 ha dapat memproduksi sebanyak 19.880,81 ton per tahun; perkebunan vanili dengan areal 535 ha dapat memproduksi sebanyak 15,50 ton per tahun; perkebunan tebu dengan luas areal 169.317 ha dapat memproduksi sebanyak 1.048.734,83 ton per tahun; perkebuanan jambu mete dengan luas areal 52.995 ha dapat memproduksi sebanyak 12.213 ton per tahun; dan perkebunan kelapa dengan luas areal 285.180 ha dapat memproduksi sebanyak 265.452,56 ton per tahun. Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki adalah sektor pertambangan. Dengan luas area pertambangan mencapai 10.992,86 ha, jumlah produksi yang dihasilkan adalah sebanyak 29.458.718,76 ton per tahum. Jenis produksi yang dihasilkan dari sektor pertambangan antar lain: batu gunung/anderit dengan produksi sebanyak 55.255,00 ton per tahun, pasir degnan produksi sebanyak 2.003.432,92 ton per tahun; batu kapur denganproduksi sebanyak 16.311.268,00 ton per tahun; Felspart dengan produksi sebanyak 198.094,18 ton per tahun; tanah liat dengan produksi sebanyak 1.868.683,00 ton per tahun; dolomit dengan produksi sebanyak 456.681,52 ton per tahun; marmer dengan produksi sebanyak 1.177.864,00 ton per tahun; pasir kwarsa dengan produksi sebanyak 62.973,40 ton per tahun; bantonit dengan produksi sebanyak 16.600,00 ton per tahun; tanah urug dengan produksi sebanyak 74.141,00 ton per tahun; trass dengan produksi sebanyak 80.225,10 ton per tahun; pasir/krikil batu (sirtu) dengan produksi sebanyak 7.075.176,87 ton. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Banten

Provinsi Banten

Provinsi Banten mempunyai peluang ekonomi yang besar karena posisi geografis dan aset pemerintah daerahnya sangat mendukung. Provinsi ini memiliki 56 pulau, dan dalam waktu dekat akan memiliki pelabuhan laut di Bojonegara. Pelabuhan yang tengah dibangun akan dimanfaatkan sebagai Kawasan Ekonorni Khusus (KEK), melayani jalur bisnis regional dan internasional di jalur selat Sunda. Selat strategis ini, merupakan salah satu jalur internasional yang sangat potensial, Selat ini tidak saja dilalui kapal kapal lokal, tetapi juga kapal kapal tanker yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara semisal Thailand, Malaysia, dan Singapura. Wilayah Banten, terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, adalah kawasan penyangga Jakarta sebagai lbukota Negara. Posisi ini sangat strategis, dipenuhi oleh pabrik pabrik dan sentra-sentra industri. Tersedianya infrastruktur yang memudahkan berlangsungnya transaksi ekonomi antar provinsi, memberikan nilai tambah dalam mempercepat pertumbuhan ekonominya. Apalagi beberapa pelabuhan laut kecil yang kini dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas pelabuhan laut di Jakarta. Potensi sektor pertanian terus dikembangkan. Luas lahan panen dan besarnya produksi padi yang dihasilkan terus bertambah, dari 337.986 ha dan 1.756.037 ton pada 2005 menjadi 364,721 ha, dan 1.812.495 ton pada 2006. Praktik budidaya selama kurun tahun 2002 2004 semakin membaik, tercermin dari laju pertumbuhan produksi rata rata lebih tinggi, (11,16% per tahun) dari laju pertumbuhan lahan panen rata rata (2,33% per tahun). Meskipun laju pertumbuhan produksi perluas lahan panen untuk jenis tanaman palawija meningkat, pola dan praktis produksinya relatif belum berkembang. Laju pertumbuhan rata rata luas lahan panen 2,48% per tahun, namun laju pertumbuhan rata-rata produksinya hanya 4,08% per tahun, atau dengan rasio mencapai 1,64%. Di antara semua tanaman palawija, ubi kayu dan kacang kedelai memiliki rasio laju pertumbuhan produksi rata rata berbanding laju pertumbuhan luas panen rata rata di angka 1 (masing masing 1,41 dan 6,75). Secara rata rata, luas panen tanaman sayur mayur meningkat dari 13.777 ha pada 2002 menjadi 19,095,13 ha pada 2005. Dalam kurun waktu yang sama, produktivitasnya menurun, dari 59,71 ton/ha pada 2002 menjadi 7,51 ton/ha pada 2005, Penurunan produksi karena perubahan variasi minat petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan. Laju pertumbuhan luas panen dalam kurun 2002-2004 bergerak pada angka 17,75% per tahun, namun laju pertumbuhan produksi pada posisi 0,73% per tahun. Budidaya ternak meningkat dari tahun ke tahun, mulai dart sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi. jumlah populasi ternak yang di budidayakan semakin meningkat antara tahun 2002 2004 dengan rata rata laju pertumbuhan jumlah dan jenis populasi sebesar 24,97% per tahun. Persediaan ternak untuk kebutuhan konsumsi daging pada 2004 dibandingkan jumlah ternak yang dipotong menunjukkan tingkat ketersediaan

kebutuhan yang sangat memadai. Khusus ternak sapi, jumlah populasi yang tersedia pada 2004 hanya 24,25% terhadap ternak yang dipotong. Populasi ternak unggas kurun 2003 2005 meningkat dengan rata rata laju pertumbuhan sebesar 16,70%, meliputi ayam buras, ayam ras (pedaging dan petelur) serta itik. Laju pertumbuhan ternak unggas pada 2005-2006 mencapai 14,79%, namun untuk ternak yang menghasilkan daging (ayam buras dan ayam pedaging) menurunm khusus periode 2005-2006 karena mewabahnya flu burung. Provinsi Banten memiliki kekayaan keanekaragaman hayati berupa flora, fauna dan tipe ekosostemnya. Sebagian diantaranya jenis dan tipe ekosistem yang bersifat endemik. Kekayaan tipe ekosiste m yang bersifat endemik. Kekayaan tersebut sebagian besar terdapat di kawasan hutan dan kebun. Namun eksistensi kekayaan itu saat ini sedang terancam akibat pencurian plasma nutfah, penyeludupan satwa, perambahan hutan dan kebun, perburuan liar, serta perdagangan flora dan fauna yang dilindungu. Luas kawasan hutan dan kebun mencapai 386.865,83 ha, terdiri kawasan hutan 206.851,44 ha dan kawasan kebun 158.884,13 ha. Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan terdiri atas 72.295,47 ha hutan produksi, 9.486,06 ha hutan lindung dan 123.905,3 ha hutan konservasi. Kawasan konservasi terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon seluas 120.551 ha, berupa kawasan hutan konservasi seluas 76.214 ha, sisanya merupakan kawasan taman/perairan laut seluas 44.337 ha, Taman Nasional Gunung Halimun seluas 42.925,15 ha, masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Lebak, sedangkan sisanya masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Cagar Alam seluas 4.238 ha dan Taman Wisata seluas 528,15 ha. Perusahaan yang terlibat mengeksplolasi kawasan hutan produksi dibagi dalam kaplingkapling, sesuai dengan kapasitas perusahaan dan permintaan pasar. Pengusahaan hutan Jati, seluas 37.791,96 ha, Meranti 13.039,22 ha, Mahoni 25.462,69 ha, Damar 22.139,85 ha dan Akasia Mangium 9.466,12 ha. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi dunia karena memiliki potensi keanekaragaman hayati, baik flora, fauna maupun berbagai tipe tumbuhan khas lainnya. Taman ini juga merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan daratan rendah yang tersisa dan terluas di Pulau Jawa. Gejala alamnya yang unik serta panoramanya yang asri dan alami merupakan kesatuan ragam alamiah yang mempesona bagi kegiatan wisata alam. Di dalarnnya terdapat badak bercula satu (Rbinoceros sundaicus), satwa spesifik eudemik dan langka. Provinsi Banten juga memiliki Cagar Alam Rawa Danau suatu kawasan penyedia air baku dan satu-satunya reservoir air di bagian barat provinsi ini. Satu hal yang patut dibanggakan, provinsi ini memiliki kawasan konservasi kaum Baduy seluas 5,136,58 ha. Luas areal perkebunan mencapai 158.884,13 hal terdiri perkebunan rakyat 142.965,31 ha, perkebunan besar swasta (PBS) seluas 6.337,04 ha dan perkebunan negara (PTPN) seluas 9,581,78 ha. Komoditas kelapa ditanam di atas tanah seluas 81.601,61 ha, kebun karet seluas 22.751,35 ha, kebun kakao seluas 5.183,77 ha, seluas 14.075,28 ha, kebun kopi seluas 8.590,00 ha, kebun cengkeh seluas 13.387,00 ha dan kebun aren seluas 2.367,58 ha. Kenerja sektor perikanan mencakup perikanan tangkap (laut dan perairan umum) dan perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, sawah, keramba, jaring terapung). Produksi perikanan hingga 2004 mancapai 76.324,05 ton dengan nilai Rp 538.130 miliar, menurun

dibanding produksi tahun 2002 mencapai 87.279,40 ton dengan nilai produksi Rp 588.101 niliar, karena pengaruh menurunya produksi perikanan tangkap hingga sebesar 2,95%. Kontribusi perikanan tangkap terhadap total produksi perikanan mancapai 70,98%, dengan milai produksi sebesar 54,24%. Sedangkan kontribusi perikanan budidaya sebesar 29,02% dengan nilai produksi 45,76%. Potensi sumber daya perikanan tangkap laut tersebar di Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samadera Indonesia. Pengembangan perikanan tangkap masih terkonsentrasi di Laut Jawa dan Selat Sunda. Potensi sumber daya perikanan tangkap masih besar, tercermin dari produksi tahun 2005 yang hanya 58.753,11 ton, atau baru 76,98% dari potensi di wilayah perairan Kabupaten Pandeglang yang mencapai 92.971 ton. Produktivitas usaha perikanan budidaya masih perlu ditingkatkan, karena mininya produktivitas budidaya tambak pada 2005, yang baru mencapai 0,87 ton/ha dan budidaya ikan di sawah mencapai 0,72 ton/ha. Produksi budidaya laut memberikan kontribusi12,91% terhadap produksi perikanan budidaya atau 3,74% terhadap total produksi perikanan. Potensi sumber daya perikanan budidaya masih berpeluang untuk dikembangkan, misalnya budidaya laut (KJA dan rumput laut) di Pantai Utara dan Pantai Barat. Lahan tambak hingga tahun 2005 baru dimafaatkan 10.970,70 ha atau 79,7% dari total potensi 13.768,9 ha, atau 6,18% dari 84.315,40 ha. Untuk mengembangkan kolam budidaya ikan, baru 1.280,76 ha yang termanfaatkan. Belum maksimalnya produksi ika, hingga tahun 2005 baru 86.531,14 ton, dibanding besarnya jumlah penduduk mencapai 9.083.144 jiwa, membuat kebutuhan lokal terhadap ikan belum terpenuhi. Namun unuknya, produk perikanan provinsi ini sudah merambah pasar luar negeri dalam kapasitas terbatas dengan tujuan Jepang dan Amerika. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Bali

Provinsi Bali

Potensi lahan persawahan pada 2005 seluas 81.210 ha, dan sisanya adalah lahan kering. Lahan persawanan terluas terletak di Kabupaten Tabanan (pada 2006 mencapai 22.490 ha). Hal ini sesuai dengan julukan Tabanan sebagai lumbung beras. Berikutnya diikuti Kabupaten Gianyar dengan luas lahan sawah 14.856 ha, sedangkan Kota Denpasar memiliki lahan sawah terkecil yaitu 2.768 ha. Sementara lahan kering terbanyak terdapat di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 74.320 ha, diikuti Kabupaten Karangasem seluas 62.707 ha, Kabupanten Tabanan seluas 51.338 ha dan Kota Denpasar memiliki luas lahan kering terkecil yaitu 9.229 ha. Kawasan hutan di Provinsi Bali memiliki luas sekitar 130.686,01 ha dan 23,2% dari luas Pulau Bali terdiri dari kawasan Hutan Lindung seluas 95.766,66 ha (73,28% dari luas hutan keseluruhan). Hutan Konservasi seluas 26.293,59 ha yang terdiri dari: Cagar Alam seluas 1.762,80 ha dan Taman Nasional seluas 19.002,89 ha yang terdiri dari daratan seluas 15.587,89 ha dan perairan seluas 3.415 ha, Hutan Wisata Alam seluas 19.002,89 ha, Taman Hutan Raya seluas 1.373,50 ha, Hutan Produksi Tetap seluas 1.907,10 ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 6.719,26 ha dan Hutan Bakau seluas 3.013 ha yang terdiri dari 2.177 ha di dalam kawasan hutan dan 834 ha terletak di luar kawasan hutan. Kebijakan perkembangan daerah tidak terlepas juga dari prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan seperti yang tertuang dalam Agenda 21 Nasional dan Agenda 21 Daerah yang bertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan ke dalam satu paket kebijakan. Selain itu paradigma pembangunan yang berwawasan lingkungan dan bersifat holistik senantiasa mendorong pemerintah daerah untuk menciptakan kenerja pembangunana yang lebih baik dengan memperhatikan ongkos lingkungan dan ongkos pasokan serta cadangan sumber daya alam. Hutan Konservasi seluas 26.293.59 ha yang terdiri dari: Cagar Alam seluas 1.762,80 ha dan Taman Nasional seluas 19.002.89 ha yang terdiri dari daratan seluas 15.587,89 ha dan perairan seluas 3.415 ha, Hutan Wisata Alam seluas 4.154,40 ha, Taman Nasional seluas 19.002,89 ha, Taman Hutan Raya seluas 1.373,50 ha, Hutan Produksi seluas 8.626,36 ha yang terdiri dari hutan Produksi tetap seluas 1.907,10 ha dan hutan produksi terbatas seluas 6,719,26 ha dan hutan bakau seluas 3.013 ha yang terdiri dari 2.177 ha di dalam kawasan hutan dan 834 ha terletak di luar kawasan hutan. Kebijakan pembangunan daerah tidak terlepas juga dari prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan seperti yang tertuang dalam Agenda 21 Nasional dan Agenda 21 Daerah yang bertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan ke dalam kebijakan. Selama ini paradigma pembangunan yang berwawasan lingkungan dan bersifat holistik senantiasa mendorong pernerintali daerah untuk menciptakan kinerja pembangunan yang lebih baik dengan memperharikan ongkos lingkungan. dan ongkos penemunan pasokan serta cadangan sumber daya alam. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Barat

Provinsi Kalimantan Barat

Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Kalimantan Barat. Pada 2006 kontribusinya mencapai sekitar 27,25 % dari total nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Sektor inilah yang menghasilkan nilai tambah, devisa daerah sekaligus membuka banyak sekali lapangan kerja, semua ini dapat dilihat dari luas sawah irigasi di sana yang mencapai 61,138 hal ditambah sawah non irigasi seluas 373.480 ha, Di sawah sawah itulah masyarakat di sana menanam palawija yang terdiri atas 37.743 ha ladang jagung dengan produksi 127.660 ton; 17.021 ha ubi kayu dengan produksi 24353 ton; 1.571 ha ubi jalar dengan produksi 12.364 ton; 2.492 ha kacang tanah dengan produksi 2.747 ton; 1.194 ha kacang kedelai dengan produksi 1.349 ton, dan 1.383 ha kacang hijau dengan produksi 966 ton. Produksi sayur mayur juga melimpah. Lahan untuk ketimun saja mencapai 2.803 ha (20.317 ton), untuk sawi 2.561 ha (6.387 ton), untuk kacang panjang 2.448 ha (12.505 ton), untuk terung 171 ha (5.060 ton), untuk kangkung 1.259 ha (3.899 ton), untuk bayam 1.890 ha (2.480 ton), untuk bawang daun 340 ha (1.070 ton), untuk cabe 3.236 ha (7.888 ton), untuk tomat 318 ha (2.486 ton), dan untuk buncis disediakan lahan 411 ha dengan produksi 2.126 ton. Dengan lahan luas dan subur Kalimantan Barat bertekad meningkatkan ketahanan pangan yang kuat untuk masyarakat. Ini dibuktikan dengan melimpahnya produk buah buahan di sana, mulai dari avokad (281 ton), belimbing (609 ton), duku/langsat (7.165 ton), durian (44.308 ton), jambu biji (2.016 ton), jeruk (145.129 ton), manggis (1.281 ton), mangga (2.666 ton), nangka/cempedak (15.201 ton), nanas (12.492 ton), pepaya (4.124 ton), pisang (96.834 ton), rambutan (41.001 ton), salak (2.963 ton), sawo (2,179 ton), sirsak (596 ton) hingga sukun (1.965 ton). Tentu saja dibutuhkan kerja keras untuk mencapai panen yang gemilang seperti itu. Provinsi ini, misalnya, memiliki saluran irigasi primer sepanjang 698 km, saluran irigasi sekunder sepanjang 2.182 km, dan saluran. irigasi tersier sepanjang 17.144 km pada 2006, meningkat dibanding 2005 yang hanya tersedia 633 km saluran irigasi primer, 1.484 km saluran irigasi sekunder dan 11.121 km saluran irigasi tersier. Dengan prestasi yang

dicapainya itu, wajar jika Kalimantan Barat menjadi sebuah provinsi yang berswasembada pangan. Predikat ini dicapai melalui kerja keras dan kerjasama pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha. Karena itu, sebagai penghargaan pemerintah terhadap keberhasilan ini, Presiden Susilo Bambang Yodhoyono sampai menganugerahkan penghargaan di bidang ketahanan pangan kepada Gubenur Kalimantan Barat, H. Usman Jafar, di Istana Bogor pada tanggal 21 Nopember 2006. Di samping perkebunan, Kalimantan Barat juga memiliki potensi pembangunan yang besar di biding kehutanan. Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu pro ini yang ditetapkan sebagai "paru paru dunia" yang dikenal dengan "The Heart of Borneo. Hutan hutan di Kalimantan Barat menyimpan kekayaan luar biasa, kawasan hutan cagar alamnya terhampar seluas 153.275 ha, belum termasuk hutan taman nasional yang luasnya mencapai 1.252.895 ha. Hutan wisata alamnya juga luas, mencapai 29.310 ha dan hutan lindungnya mencakup areal seluas 2.307.045 ha. Ada pun suaka alam lainnya mencapai 210.100 ha. Kawasan budidaya hutan meliputi hutan produksi terbatas seluas 2.445.985 ha, hutan produksi biasa 2.265.800 ha, dan hutan produksi konversi mencapai 514.350 ha. Dari sektor kehutanan, Bumi Khatulistiwa ini pada tahun 2005 menghasilkan kayu sebanyak 450,030 m. Ini belum termasuk produksi non kayu yang juga melimpah ruah, meliputi: arang rimba campuran di atas tanah seluas 309.875 ha; damar batu sebanyak 78 ton; rotan lacak sebanyak 16 ton, rotan cacing mencapai 3.689 ton, rotan semambu dengan jumlah 348.800 batang, rotan manau sejumlah 49.000 batang, rotan getah sebanyak 258 ton, rotan segak seberat 231 ton, kulit kayu gembor seberat 128 ton dan 57 ton gaharu buaya. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Tengah

Provinsi Kalimantan Tengah

Keppres Nomor 82 Tahun 1995 tentang Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah telah mendasari pelaksanaan proyek pengembangan lahan gambut (PLG) untuk pertanian tanaman pangan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Proyek ini berhasil membuka areal baru pertanian (ekstensifkasi), meningkatkan intensitas tanam, memanfaatkan lahan-lahan berawa, membangun berbagai jenis saluran, pintu-pintu air, mencetak sawah, jalan dan jembatan, sarana permukiman, serta mendatangkan transmigran baik dari luar maupun lokal. Semua itu dilakukan oleh dan dengan anggaran berbagai departemen selama 4 sampai 5 tahun. Di areal PLG terdapat potensi lahan padi seluas 160.000 ha yang setiap tahunnya menyumbangkan pangan tanaman padi bagi masyarakat di sana, Pada musim tanam AprilSeptember 2006 saja, misalnya, terdapat luas areal sawah 12.500 ha dengan komposisi bibit unggul seluas 512 ha dan bibit lokal seluas 11.988 ha. Dalam kaitan ini, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menaruh perhatian besar pada potensi ekonomi dan besarnya aset yang telah ditanam pemerintah pusat di kawasan PLG itu. Inilah yang mendiring Presiden RI, pada 29 Agustus 2006, mencanangkan Rehabilitasi dan Revitalisasi Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, sekaligus melakukan panen perdana untuk penanaman padi seluas 12.500 ha yang terdiri dari 500 ha padi unggul dan 12.000 ha padi local. Dalam sambutannya Presiden berharap: ... teruskanlah mengembangkan, merencanakan, menata semuanya itu dengan baik, dengan penuh semangat, dengan penuh tanggung jawab, agar citacita Pak Gubenur dengan semua pimpinan dan masyarakat Kalimantan Tengah ini dapat terwujud dengan baik. Lebih lanjut, Presiden menunjukkan keseriusannya terhadap proyek ini dengan mengeluarkan Inpres Nomor 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, dengan menugaskan Gubenur Kalimantan Tengah dalam penanganan Lahan Gambur sangatlah berat, namun dengan tekad dan optimisme yang tinggi kiranya harapan Presiden dapat terwujud. Ini tercermin dari ungkapan Beliau: Kami yakin proyek ini tidak saja bakal menyejahterakan penduduk Kalimantan Tengah, tapi juga akan memberikan kontribusi pangan dalam skala nasional. Ini juga sekaligus membuka lowongan kerja buat masyarakat sekaligus lahan investasi baru untuk investor, ujar Teras Narang, optimistis. Sebagai provinsi ketiga terluas di Indonesia, Kalimantan Tengah mempunyai kawasan hutan seluas 10.294.388,72 ha atau 64,04% diri total luas wilayahnya. Dengan karakteristik vegetasi penutupan lahan yang unik dan khas, hutan-hutan di provinsi ini dibagi dalam empat tipe penyebaran, masing-masing Hutan Hujan Tropika seluas 10.350.363,87 ha atau 65,51% dari total luas provinsi; Hutan Rawa Tropika seluas 2.383.683,31 ha atau 15,08% dari total luas provinsi; Hutan Rawa Gambut seluas 2.280.789,70 ha atau 14,44 % dari total luas provinsi; dan Hutan Pantai Mangrove seluas 832.573,55 ha atau 5,27%dari total luas provinsi. Luas hutan yang mencapai 64,04% dari total luas wilayah ini bisa dipastikan sangat menguntungkan Provinsi Kalimantan Tengah. Sektor ini menyumbang penerimaan negara

yang cukup besar dalam bentuk provisi sumber daya hingga sebesar Rp 132.347.418.067,50,dan dana reboisasi sebesar Rp 316.558.344.542,59,-. Penerimaan negara tersebut berasal dari pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPK), IPK dan Izin Sah Lain-nya (ISL) serta dari hasil lelang kayu trmuan maupun kayu sitaan. Sektor perikanan pada 2006 produksinya mencapai 88.893 ton, naik 8,5% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 82.212 ton adalah perikanan tangkap dan 6.681 ton sisanya produksi perikanan budidaya. Termasuk dalam jenis ikan hasil tangkapan di laut adalah tongkol, kembung, udang, kepiting, rajungan, kakap, sembilang, mayung, selar, tenggiri, benagin, pari, cucut, belanak, teri tembang, dan lainya. Sedangkan, hasil tangkapan perairan tawar meliputi baung, gabus, lais, sepat, gurami, biawan, toman, seluang, jelawat, patin, tapah, kelabau, udang galah, betutu, dan lain-lain. Jenis ikan hasil budidaya pada 2006 meliputi: patin, nila, toman, ikan mas, bawal air tawar, jelawat, gurame, lele, betok, udang galah, udang windu, dan bandeng. Sektor peternakan di Kalimantan Tengah pada umumnya masih digarap secara tradisional dalam bentuk usaha kecil atau rumah tangga. Padahal, luas lahan rumput yangpotensial untuk berbisnis peternakan sapi, kerbau, kambing/domba, dan unggas tersedia luas. Namun demikian, populasi ternak selama 2004 terus nail, khususnya ternak sapi potong yang jumlahnya naik dari 55.999 ekor pada 2005 manjadi 63.375 ekor pada 2006 atau naik 13,24%. Ini semua berkat kegiatan aksi pembibitan dan Penguatan Modal Keuangan Usaha Kelompok (PMKUK) dan skim kredit ketahanan pangan. Produksi daging juga meningkat dari 13.8925.579 kg pada 2005 menjadi 25,52%. Lenaikan yang sama terjadi pada produksi telur dari 3.851.223 kg pada 2005 menjadi 4.996.351 kg pada 2006 atau nail 29,73%. Sumber daya alam yang tak kalah memikat di Bumi Tambun Bungai ini adalah perkebunan kelapa sawit. Sektor ini dari tahun terus memikat para investor. Pada 2006, terhampar 523.502 ha kebun sawit, dengan jumlah produksi 1.100.000 ton. Dari buah yang melimpah itu, pemerintah setempat manarik keuntungan dari hasil 813.897 ton crude palm oil (CPO) pada 2006 dan 165.000 ton PLO. Berpijak pada fenomena inilah pemerintah setempat kemudian menargetkan produksi CPO mencapai 2 juta ton pada 2009. jika produksi sawit meningkat, kebutuhan pupuk pun bisa dipastikan meningkat. Inilah bisnis sampingan yang bisa digarap selain sawit. Pada 2006 saja, perkebunan sawit di Kalimantan Tengah menyedot 161.361 ton pupuk. Bisa dibayangkan, jika produksi sawit itu ditargetkan mancapai 2 juta ton. Secara geologis, Kalimantan Tengah terdiri atas satuan batuan beku (25%), bantuan sedimen (65%) dan batuan metamorf (10%). Ketiga satuan batuan ini membawa potensi bahan galian tambang yang beragam. Pada satuan beku ini, erdapat di bagian utara Kalimantan Tengah dan dikenal sebagai Borneo Gold Belt, tersimpan potensi emas dan perak serta beberapa jenis logam dasar. Satuan sedimen terdiri atas tigacekungan besar masingmasing cekungan Balito, cekungan Melawi dan cekungan Kutai. Ketiga cekungan ini mangandung cebakan minyak dan gas bumi, batubara, logam mulia dan logam dasar sekunder. Sejumlah investor lokal maupun luar telah melirik bisis pertambangan yang menggiurkan ini. Ini terlihat dari jumlah perizinan dan kontrak yang dibuat oleh Pemda Kalimantan Tengah, mulai dari enam Kontrak Karya (KK), 15 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B), 289 Kuasa Pertambangan (KP), 60 Surat Izin Pertambangan Rakyat Daerah, 23 Surat Izin Pertambangan Rakyat (WPR) di lokasi seluas 87.537,94 ha. Di Kalimantan Tengah kini tersedia potensi 3,5 miliar ton batubara, terdiri atas 1.6064 miliar ton dengan klasifikasi tereka, dan 684.931 juta ton dengan klasifikasi terukur. Target produksinya memang 5 juta ton per tahun, meskipun realisasinya baru mencapai 2 juta ton akibat kendala angkutan. Diperkirakan produksi 2009, akan mencapai 20 juta ton per tahun. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

You might also like